Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pandangan
Budaya tentang Penyakit kronis, Penyakit Jiwa & Kecacatan dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya dan juga kami berterimakasih kepada Bapak Drs.
Dedi Muhdiana, M.Kes selaku dosen mata ajar kuliah Biostatistik yang memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan bagi kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. LATAR BELAKANG..................................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Definisi ..........................................................................................................
B. Penyakit kronis.............................................................................................
C. Penyakit jiwa................................................................................................
D. Penyakit kecacatan.......................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. KESIMPULAN.............................................................................................
B. SARAN..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan sangat erat kaitannya dengan kesehatan.
Budaya lahir akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Melalui
interaksi dan pemikiran itulah bermunculan konsep-konsep tentang bagaimana
sebaiknya manusia menjalani kehidupan mereka, termasuk dalam hal
kesehatan. Konsep-konsep kesehatan tersebut dapat berupa upaya
menyembuhkan sakit, hingga upaya menjaga kesehatan. Kebudayaan sendiri
merupakan konsep dan bagian dari antropologi.
Sosial budaya masyarakat memegang peranan penting dalam mencapai
setinggi-tingginya derajat kesehatan masyarakat. Perkembangan sosial budaya
dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam daerah
tersebut telah mengalami perubahan dalam proses berpikir. Perubahan sosial
dan budaya pun bisa memberikan dampak positif maupun negatif dalam
bidang kesehatan. Perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam
masyarakat yang terjadi karena ketidaksesuaian diantara unsur-unsur
kebudayaan. Kondisi tersebut kemudian menyebabkan timbulnya
ketidakserasian fungsi bagi kehidupan masyarakat
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit kronis, penyakit jiwa dan penyakit disabilitas atau
kecacatan?
2. Bagaimana pandangan masyarakat tentang penyakit kronis, penyakit jiwa,
dan penyakit disabilitas atau kecacatan?
3. Bagaimana cara masyarakat menangani penyakit kronis, penyakit jiwa
dan penyakit disabilitas atau kecacatan?
C. Tujuan
Untuk mengetahu bagaimana pandangan masyarakat tentang Penyakit
Kronis, Penyakit Jiwa, dan Penyakit Disabilitas atau kecacatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yakni buddhayah
yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, artinya budi atau akal. Hal ini
dapat diartikan kebudayaan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi
atau akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, asalnya
dari bahasa Latin yakni colere, artinya mengolah atau mengerjakan. Kata ini
bisa diartikan pula sebagai mengolah tanah atau bertani. Berdasarkan arti
tersebut, culture dapat diartikan sebagai segala daya upaya serta tindakan
manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam. Namun, umumnya para
ahli sepakat bahwa kebudayaan merupakan perilaku dan penyesuaian diri
manusia berdasarkan hal-hal yang dipelajarinya.
Definisi penyakit pun dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yakni
biologis dan kemasyarakatan. Ditinjau dari segi biologis, penyakit merupakan
kelainan berbagai organ tubuh manusia. Sementara itu jika ditinjau dari segi
kemasyarakatan, penyakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari
keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh
kelainan biomedis organ tubuh ataupun lingkungan manusia. Selain itu,
penyimpangan juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional dan psikososial
dari individu bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial masing-masing
individu pada dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup (ekosistem)
manusia dan adat kebiasaan manusia (kebudayaan).
B. Penyakit Kronis
Penyakit kronis merupakan jenis pemyakit degenerative yang
berkembang atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih
dari enam bulan. Orang yang menderita penyakit kronis cenderuung memiliki
tingkat kecemasan yang tinggi dan cenderung mengembangkan perasaan
hopelessness dan helplessness karena bebagai macam pengobatan tidak dapat
membantu sembuh dari penyakit kronis (Sarafino, 2006).
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat
sosial ekonomi, dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan
kerusakan yang bersifat permanen yang memperlihatkan adanya penurunan
atau menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi,
terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Ada banyak faktor
yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang
banyak ditemukan hampir di seluruh Negara, di antaranya kemajuan dalam
bidang kedokteran modern yang telah mengarah pada menurunnya angka
kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang
membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang
telah memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan
dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis
(Smeltzer & Bare, 2010).
Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti,
memiliki faktor risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama,
menyebabkan kerusakan fungsi atau ketidakmampuan, dan tidak dapat
disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare, 2010). Tanda-tanda lain
penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama, sakit pada
bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang air
kecil, dan warna kulit abnormal (Heru, 2007).
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam
pencegahan penyakit dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier
(Djauzi, 2009). Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau 11 mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan
umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan
pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai risiko
dengan melakukan imunisasi). Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk
menghambat progresivitas penyakit, menghindari komplikasi, dan
mengurangi ketidakmampuan yang dapat dilakukan melalui deteksi dini dan
pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan tersier dimaksudkan untuk
mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Upaya
pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi
organ yang mengalami kecacatan (Budiarto & Anggreni, 2007).
C. Penyakit Jiwa
Gangguan jiwa merupakan psikologik atau pola perilaku yang
ditunjukkan pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan kualitas
kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi psikologis,
bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun konflik dengan
masyarakat (Stuart, 2013). Sedangkan menurut Keliat, (2011) gangguan jiwa
merupakan pola perilaku, sindrom yang secara klinis bermakna berhubungan
dengan penderitaan, distress dan menimbulkan hendaya pada lebih atau satu
fungsi kehidupan manusia.
Menurut American Psychiatric Association atau APA mendefinisikan
gangguan jiwa pola perilaku/ sindrom, psikologis secara klinik terjadi pada
individu berkaitan dengan distres yang dialami, misalnya gejala menyakitkan,
ketunadayaan dalam hambatan arah fungsi lebih penting dengan peningkatan
resiko kematian, penderitaan, nyeri, kehilangan kebebasan yang penting dan
ketunadayaan (O’Brien, 2013).
Penyebab ganggua jiwa yang terdapat pada unsur kejiwaan, akan
tetapi ada penyebab utama mungkin pada badan (Somatogenik), di Psike
(Psikologenik), kultural (tekanan kebudayaan) atau dilingkungan sosial
(Sosiogenik) dan tekanan keagamaan (Spiritual). Dari salah satu unsur
tersebut ada satu penyebab menonjol, biasanya tidak terdapat penyebab
tunggal, akan tetapi ada beberapa penyebab pada badan, jiwa dan lingkungan
kultural-Spiritual sekaligus timbul dan kebetulan terjadi bersamaan. Lalu
timbul gangguan badan atau jiwa (Maramis, 2009).
Menurut Yusuf, (2015) penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang saling mempengaruhi yaitu sebagai berikut:
1. Faktor somatic organobiologis atau somatogenik.
2. Faktor psikologik (Psikogenik)
3. Faktor sosio-budaya (Sosiogenik
Dari faktor-faktor ketiga diatas, terdapat beberapa penyebab lain dari
penyebab gangguan jiwa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Genetika
2. Sebab biologik.
3. Sebab psikologik
4. Stress
5. Sebab social kultur
6. Perkembangan psikologik yang salah.
D. Penyakit Kecacatan
Disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental,
intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang
menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak
(Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak
Penyandang Disabilitas).
Istilah disabilitas berasal dari bahasa inggris yaitu different ability
yang artinya manusia memiliki kemampuan yang berbeda. Terdapat beberapa
istilah penyebutan menunjuk pada penyandang disabilitas, Kementerian Sosial
menyebut dengan istilah penyandang cacat, Kementerian Pendidikan Nasional
menyebut dengan istilah berkebutuhan khusus dan Kementerian Kesehatan
menyebut dengan istilah Penderita cacat.
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang
Cacat, penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan
fisik dan/atau mental, yang dapat menganggu atau merupakan rintangan dan
hamabatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari,
penyandang cacat fisik; penyandang cacat mental; penyandang cacat fisik dan
mental.
Menurut Resolusi PBB Nomor 61/106 tanggal 13 Desember 2006,
penyandang disabilitas merupakan setiap orang yang tidak mampu menjamin
oleh dirinya sendiri, seluruh atau sebagian, kebutuhan individual normal
dan/atau kehidupan sosial, sebagai hasil dari kecacatan mereka, baik yang
bersifat bawaan maupun tidak, dalam hal kemampuan fisik atau mentalnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas, Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan atau sensorik dalam jangka waktu
lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan
dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga
Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang
Cacat, Penyandang Disabilitas dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai
berikut :
1. Cacat Fisik
Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada
fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan
kemampuan berbicara. Cacat fisik antara lain: cacat kaki, cacat
punggung, cacat tangan, cacat jari, cacat leher, cacat netra, cacat
rungu, cacat wicara, cacat raba (rasa), cacat pembawaan.
2. Cacat Mental
Cacat mental adalah kelainan mental dan atau tingkah laku, baik cacat
bawaan maupun akibat dari penyakit, antara lain: retardasi mental,
gangguan psikiatrik fungsional, alkoholisme, gangguan mental organik
dan epilepsi.
3. Cacat Ganda atau Cacat Fisik dan Mental
Yaitu keadaan seseorang yang menyandang dua jenis kecacatan
sekaligus. Apabila yang cacat adalah keduanya maka akan sangat
mengganggu penyandang cacatnya.
BAB III
HASIL
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/78b8ae893e64b1ef02093820eb4
d4297.pdf
http://repository.unimus.ac.id/2001/4/BAB%20II.pdf
https://www.kajianpustaka.com/2018/07/pengertian-jenis-dan-hak-
penyandang-disabilitas.html