PENDAHULUAN
sebagai negara yang memiliki hutan tropis dengan dukungan iklim, curah hujan
Selain tumbuhan penghasil kayu, dalam kawasan hutan terdapat ragam jenis
satunya adalah tumbuhan rotan. Hasil tumbuhan rotan berupa batang rotan sangat
yang telah dilupakan dan akhir-akhir ini menjadi perhatian dunia adalah olahan
dari buah rotan berupa resin, produk resin yang sejak masa penjajahan Belanda
2007).
Resin jernang (Dragon`s blood) yang telah dikenal di pasaran berasal dari
Telah diketahui bahwa kemungkinan produk terbaik berasal dari pulau Sumatera
yang merupakan resin dari buah tanaman rotan jernang yang secara ilmiah dikenal
dan sebagai plester untuk menutup luka. Jernang mengandung resin berwarna
1
merah (dracoresin) sekitar 56,8% yang merupakan campuran dari ester-ester
substansi amorf berwarna putih (dracoalban) sebanyak 2,5%; lemak nabati 18,4%
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama dalam
besar tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lembek atau cair. Salah
satu penyebab diare adalah terjadinya infeksi pada usus terutama disebabkan oleh
Escherichia coli.
Escherichia coli ATCC 10536, Salmonella typhi ATCC 14028 dan pembuatan
1.3 Hipotesis.
senyawa flavonoid.
2
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin
terpentin yang terdapat sebagai eksudat pada berbagai pohon atau tanaman semak
juga yang diproduksi secara sintetis. Resin merupakan benda padat amorf atau
semipadat yang sangat mudah terbakar, larut dalam etanol, karbon tetraklorida,
eter dan minyak yang mudah menguap. Sebagian besar lunak dan lengket, tetapi
Resin alam dapat di kelompokkan dalam beberapa golongan (Wallis, 1951), yaitu:
dan shellac.
Vietnam, Kamboja dan India. Terdapat beberapa spesies yang tergolong genus ini
4
seperti Daemonorops propinquus Becc., Daemonorops draco (Wild.) Blume,
Resin jernang adalah sekret berupa getah yang berasal dari buah spesies
diperoleh dengan cara mengendapkan serbuk resin yang terdapat pada permukaan
yang tinggi.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Arecales
Suku : Arecaceae
Marga : Daemonorops
5
deoksiproantosianidin, triflavonoid, kalkon dan terpenoid. Rao, et al., (1982), juga
menemukan dua senyawa yaitu dracorhodin dan dracorubin. Menurut Ju, et al.,
Gambar 1.
HO O HO O
O o O o
H3C H3 C
R=H , nordracorhodin
O O
O O
R = CH3 , dracorubin
R=H , nordracorubin
OCH3
2.2.2 Manfaat
Jernang secara tradisional dan medis dimasa lalu telah digunakan sebagai
adstringen dengan dosis 650 ─ 1950 mg/hari pada passive hemorrhages, diare dan
yang lainnya. Jernang juga digunakan sebagai pewarna pada pasta gigi, plaster
luka, dan sebagai bahan baku pewarna kayu perabotan (Felter, 1898).
6
2.3 Uji Efek Antibakteri
difusi agar dan turbidimetri pada media cair (cara tabung) (Wattimena, 1987).
silinder kapiler, pencetak lubang (punch hole) dan cakram kertas (paper disc).
ditentukan dengan mengukur tingkat kekeruhan dengan alat yang cocok, misalnya
banyaknya cahaya yang diabsorpsi sebanding dengan banyaknya sel bakteri (Lay,
1994).
Nama bakteri berasal dari kata “bacterion” (bahasa Yunani) yang berarti
tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok
mikroorganisme yang bersel satu, berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian
7
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Marga : Escherichia
berbentuk batang yang habitat alaminya berada pada sistem usus manusia dan
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococaceae
Marga : Staphylococcus
dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur. Stafilokokus adalah
8
patogen utama pada manusia, hampir setiap orang pernah mengalami infeksi
sebagai jerawat, infeksi folikel rambut atau abses, terdapat juga sebagai reaksi
Divisio : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Marga : Salmonella
Salmonella akan mencapai usus kecil, kemudian masuk ke getah bening dan ke
aliran darah. Mereka dibawa oleh darah ke beberapa organ, termasuk usus.
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi yang berdasarkan
metode pembuatannya dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Bahan tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan
9
pengembang, bahan pengikat, bahan pelicin, bahan pembasah atau bahan lain
yang cocok.
sediaan yang paling banyak diproduksi. Tablet merupakan salah satu sediaan yang
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta
- Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang mudah dan untuk dikemas dan
dikirim.
- Pemberian tanda pengenal produk pada tablet mudah dan murah, tidak
10
Beberapa kerugian tablet, yaitu:
- Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
kombinasi dari sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi
- Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan
atau obat yang peka terhadap oksigen dan kelembapan udara perlu
tablet. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang terbaik
Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan
pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin, juga dapat
terutama apabila bahan obat dalam jumlah yang kecil. Pada obat yang berdosis
cukup tinggi dan memenuhi syarat untuk cetak langsung maka bahan pengisi tidak
sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memperbaiki waktu alir. Bahan-
11
bahan yang umum digunakan sebagai bahan pengisi antara lain laktosa, sukrosa,
manitol, sorbitol, avicel, bolus alba, kalsium sulfat, dan yang lainnya (Banker dan
Anderson, 1994).
komponen tablet agar bersatu membentuk granul sehingga lebih baik sifat alirnya
dan lebih mudah dicetak menjadi tablet. Bahan pengikat yang digunakan
tergantung pada sifat fisika dan kima dari bahan obat, daya ikat yang diperlukan
Ada 4 macam bahan pengikat yang dipakai dalam pembuatan tablet (Soekemi,
1987) , yaitu:
1. Bentuk yang larut atau terdispersi dalam air, misalnya: sukrosa, amilum,
2. Bahan yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik,
effervescent.
12
pecah menjadi bagian-bagian.. Pada awalnya diasumsikan bahwa guna dari
dibasahi. Telah diteliti bahwa amilum tidak mengembang ketika ditembus air pada
bergantung pada aksi kapilaritas. Amilum adalah bahan pengembang yang paling
sering digunakan dan harganya juga paling murah (Banker dan Anderson, 1994).
pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan
sisi tablet. Bahan pelicin yang sering digunakan adalah kombinasi kalsium dan
sering dipakai pada konsentrasi 1% (Voigt R., 1994), serta talkum dipakai
Secara umum cara pembuatan tablet adalah dengan metode cetak langsung
granulasi basah dan granulasi kering . Metode tersebut dijelaskan di bawah ini:
13
2.6.1 Pencetakan Langsung
Ada beberapa zat berbentuk kristal, seperti NaCl, NaBr dan KCl yang
mungkin dapat langsung dicetak, tetapi kebanyakan obat jarang dengan mudah
dijadikan tablet. Disamping itu pencetakan zat tunggal dapat menghasilkan tablet
yang tidak akan pecah. Masalah-masalah pada pencetakan langsung dapat diatasi
dengan menggunakan bahan pengisi yang dapat dicetak langsung, yaitu zat netral
yang dapat dikompakkan dengan sedikit kesukaran dan dapat dicetak walau
disamping baik alirannya dan kompresibilitasnya, juga harus inert, tidak berasa,
dapat dikerjakan kembali, bisa pecah dan murah (Banker dan Anderson, 1994).
Cara ini paling banyak dipakai dan umum digunakan karena menghasilkan
tablet serta tablet yang dihasilkan biasanya kompak. Pada cara ini bahan pengikat
ditambahkan dalam bentuk larutan misalnya larutan gelatin atau mucilago amili.
pengikat ini juga dapat dimasukkan dalam bentuk kering ke dalam campuran
serbuk dan cairan dapat ditambahkan tersendiri (Banker dan Anderson, 1994).
Granulasi kering merupakan teknik yang penting terutama pada saat dosis
efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung dan obatnya peka terhadap
14
pemanasan, kelembapan atau keduanya yang akan menyulitkan pada granulasi
cetak tablet atau mesin khusus. Bila campuran serbuk pertama ditekan kedalam
die yang besar dan dikompakkan dengan punch berpermukaan datar, massa yang
diperoleh disebut slug dan prosesnya disebut slugging. Slug kemudian diayak dan
diaduk untuk mendapatkan bentuk granul yang daya mengalirnya lebih seragam
dari campuran awal. Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses ini
15
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, mesin
mikropipet, laminar air flow (Astec HLF 1200 L), spektrofotometer UV-visibel
3.1.2 Bahan-bahan
magnesium stearat, talkum, laktosa, air suling, amilum manihot, bakteri uji
typhi ATCC 14028, etanol 96%, larutan NaCl 0,9% dan media nutrient agar.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin jernang dari
buah rotan jernang (Daemonorops draco (Willd.) Blume) hasil olahan masyarakat
yang diperoleh dari desa Cot Girek, kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh
16
3.3 Pembuatan Media
Cara pembuatan :
Cara pembuatan :
suling sedikit demi sedikit dalam labu ukur 1000 ml sampai larut sempurna. Lalu
ditambahkan air suling sampai garis tanda. Disterilkan di autoklaf pada suhu
steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai sediaan membeku pada posisi
miring membentuk sudut 45º. Kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada
suhu 5ºC.
17
3.4 Penyiapan Inokulum
Cara kerja:
jarum ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar miring,
Cara kerja:
Biakan bakteri Salmonella typhi dari strain utama diambil dengan jarum
ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar miring,
Cara kerja:
Biakan bakteri Escherichia coli dari strain utama diambil dengan jarum
ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar miring,
Cara kerja:
jarum ose steril kemudian disuspensikan ke dalam 10 ml larutan NaCl 0,9% steril
18
3.4.5 Pembuatan Inokulum Bakteri Salmonella typhi
Cara kerja:
POM, 1995).
Cara kerja:
POM, 1995).
121°C selama 15 menit dan alat-alat gelas disterilkan di oven suhu 160 – 170°C
sebanyak 50 ml, diaduk hingga larut dan didapat konsentrasi 100 mg/ml,
19
3.7 Pengujian Aktivitas Antibakteri Larutan Resin Jernang
dengan berbagai konsentrasi. Pengujian ini dilakukan dengan metode difusi agar.
Cara kerja:
setelah itu dituang media nutrient agar sebanyak 15 ml dengan suhu 45 – 50 oC.
Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja, agar media dan suspensi
bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan beberapa
setelah itu dituang media nutrient agar sebanyak 15 ml dengan suhu 45 – 50 oC.
Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja, agar media dan suspensi
bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan beberapa
– 24 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan
20
3.7.3 Bakteri Escherichia coli
setelah itu dituang media nutrient agar sebanyak 15 ml dengan suhu 45 – 50 oC.
Selanjutnya cawan digoyang di atas permukaan meja, agar media dan suspensi
bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat diletakkan beberapa
Amilum manihot 5%
Talkum 1%
Mg. Stearat 1%
Laktosa q.s
Diameter : 13 mm
21
3.8.2 Pembuatan Tablet dari Simplisia Resin Jernang
hingga homogen.
air panas sedangkan kelebihan berat diuapkan kembali dan ditimbang lagi
diperoleh massa yang kompak, lalu digranulasi dengan ayakan mesh 8 dan
ditimbang beratnya.
diameter 13 mm.
22
3.9 Uji Preformulasi
mengalir sampai habis. Tinggi tumpukan granul yang terbentuk diukur, sudut
2H
Tg θ =
D
Granul yang mempunyai daya alir bebas akan mempunyai sudut diam
≤ 30o (Banker dan Anderson, 1994). Hasil penentuan sudut diam granul dapat
melewati corong dan dicatat waktu alirnya. Syarat waktu alir granul lebih kecil
Hasil penentuan waktu alir granul dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 49.
23
3.9.3 Penentuan Indeks Tap
Granul dimasukkan kedalam gelas ukur sampai garis tanda dan dinyatakan
sebagai volume awal (V1), kemudian gelas ukur dihentakkan sebanyak 20 kali
dengan alat yang dimodifikasi sehingga diperoleh volume akhir (V2). Indeks tap
V1 V2
Indeks tap = x 100%
V2
Syarat indeks tap lebih kecil dari 20% (Voigt, 1995). Hasil penentuan indeks tap
Dihitung bobot rata-rata tiap tablet, lalu ditimbang tablet satu persatu.
menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan
tidak boleh 1 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang
24
ditetapkan pada kolom B (Ditjen POM, 1979). Hasil uji keseragaman bobot dapat
Cara : Sebuah tablet diletakkan antara anvil dan punch tegak lurus, tablet dijepit
dengan cara memutar skrup pemutar sampai lampu stop menyala. Knop
ditekan, dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada
Syarat : kekerasaan tablet 4 – 8 kg (Parrott, 1971). Hasil uji kekerasan tablet dapat
3.10.3 Friabilitas
Cara : Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu (A) dimasukkan ke
dalam alat dan diputar selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dan dibersihkan
dari debu kemudian ditimbang kembali (B). Kehilangan bobot tidak lebih
A B
Friabilitas = x 100%
A
25
Alat : Desintegration tester. Tabung gelas panjang 80 mm sampai 100 mm,
ujung bawah dilengkapi kasa kawat tahan karat, lubang sesuai dengan
bersuhu antara 36º dan 38º sebanyak lebih kurang 1000 ml, sedalam tidak
Kedudukan kawat kasa pada posisi tertinggi tepat diatas permukaan air
teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian
tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari
menhancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan
tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara pengujian ini tablet harus
memenuhi syarat diatas (Ditjen POM., 1979). Hasil waktu hancur tablet
26
BAB IV
pertumbuhan bakteri yang diujikan. Menurut Ditjen POM (1995), batas daerah
hambatan dinilai baik apabila memiliki diameter daya hambat lebih kurang 14 mm
typhi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Gambar hasil pengamatan uji aktivitas
27
konsentrasi 70 mg/ml untuk bakteri Escherichia coli dan diameter 14,35 mm pada
minimum larutan resin jernang untuk ketiga bakteri tersebut adalah 2,5 mg/ml.
aureus, kemudian diikuti oleh Escherichia coli dan Salmonella typhi. Peningkatan
21
20
19
18
17
diameter hambat (mm)
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Konsentrasi (mg/ml)
S. aureus
E. coli
S. typhi
28
kalkon dan terpenoid. Rao, et al., (1982) juga menemukan dua senyawa turunan
Adanya beberapa komponen yang dikandung oleh resin pada jernang yang
sel mikroba menjadi target oleh senyawa flavonoid (Cowan, 1999). Namun secara
(Agents inducing leakage) yang aktif pada membran sel dan juga menyebabkan
29
Uji preformulasi massa granul yang dilakukan menghasilkan data
preformulasi massa granul seperti yang tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel menunjukkan bahwa waktu alir rata-rata yang diperoleh adalah 2,46
detik. formula tersebut memiliki waktu alir yang memenuhi persyaratan dari
granul yang diuji. Granul dalam bentuk spheris dan permukaan halus akan lebih
Sudut diam yang diperoleh sebesar 23,80º, nilai tersebut telah memenuhi
persyaratan sudut diam yaitu sebesar ≤ 30°, granul akan bersifat free flowing jika
sudut diamnya 30º. Partikel dengan bentuk yang lebih spheris memberikan
Tabel menunjukkan nilai indeks tap yang diperoleh yaitu sebesar 3,45%,
Menurut Guyot (1978), granul yang bersifat mengalir bebas adalah partikel yang
memiliki indeks tap 20%. Pengujian indeks tap memiliki peran yang sangat
penting dalam hal gambaran awal terhadap kelayakan cetak dari massa granul
menjadi tablet. Hal ini menunjukkan daya tahan granul terhadap daya kompresi
yang diberikan oleh alat pencetak tablet. Semakin rendah persentase indeks tap
menunjukkan kualitas yang lebih baik dari sifat fisis massa granul yang akan di
30
Uji evaluasi tablet yang dilakukan menghasilkan data seperti yang tertera
dibawah ini:
sebesar 3,46% dan A2 sebesar 1,52%. Data uji keseragaman bobot dapat dilihat
Menurut Ditjen POM (1979), Persyaratan tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang
ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh 1 tablet yang menyimpang dari bobot
Menurut Banker dan Anderson (1994), ada tiga faktor yang mempengaruhi
keseragaman isi tablet yaitu tidak seragamnya distribusi bahan obat pada
31
Friabilitas (%) 0,7 <0,8
laminasi dan sticking. Warna tablet coklat kemerahan yang hampir sama dengan
bahan aktif. Penampilan tablet seperti yang terlihat pada lampiran 10 halaman 52.
sebesar 6,8 kg. Nilai tersebut telah memenuhi persyaratan, yaitu antara 4 – 8 kg
menurut Parrot (1971). Menurut Rawlins (1977), uji kekerasan merupakan suatu
hal yang sangat penting untuk mempertahankan bentuk tablet dalam perlakuan
selama proses produksi dari keretakan, kecacatan, atau kerapuhan namun tetap
0,7%. Menurut Voigt (1995), friabilitas (kehilangan bobot) dari tablet yang
tablet terhadap benturan mekanis dalam masa pengangkutan dan pada saat
pengemasan. Nilai friabilitas yang besar menunjukkan kualitas tablet yang buruk.
Kerenyahan suatu tablet berkaitan erat dengan kekompakan dari tablet tersebut,
32
Tabel menunjukkan waktu hancur yang diperoleh sebesar 13,10 menit.
Nilai tersebut masih memenuhi persyaratan waktu hancur yang tertera dalam
Farmakope Indonesia Edisi IV, yaitu tidak lebih dari 15 menit (Ditjen POM.,
1995). Jenis dan jumlah bahan pengikat sangat berpengaruh terhadap waktu
hancur tablet. Pada formula digunakan mucilago amili 10% sebagai bahan
pengikat.
33
BAB V
5.1 Kesimpulan
2,5 mg/ml
tablet.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
34
Ansel, Howard C. (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi V. UI-press.
Jakarta. Hal. 245.
Banker, S. B., dan Anderson, N.R. (1994). Tablet. Dalam Leon Lachman,
Lieberman, H. A., dan Kanig, J.L., (eds.). Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Terjemahan Siti Suyatmi. Jilid 2. Edisi III. UI Press. Jakarta.
Hal: 654, 684, 685.
Difco. (1977). Difco of Dehydrate Culture Media Reagent for Microbiology and
Clinical Laboratory Procedures. 9th edition, Michigan Detroit : Difco
Laboratories. Pages: 269 – 339 .
Ditjen POM. Depkes RI., (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Cetakan
pertama. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal: 8, 19 – 20 .
Dorland, W.A. Newman, (2002). Kamus Kedokteran. Edisi 29. EGC Medical
Publisher. Jakarta. Hal. 1890.
Grieve, M. (1995). Dragon`s Blood. [cited 2008 Agustus 6]. URL: HYPERLINK
http://www.botanical.com/botanical/mgmh/d/dragon20.html#des
Guyot, J.G., (1978). Critere Technologi Des Choix Des Compression Direct.
Dalam Agusmal. Tesis. (1990). Pengaruh Laktosa Sebagai Pengisi Tablet
Yang Dibuat Dengan Metode Cetak Langsung.
35
Sandell, E.A. (1982). Pharmaceutics. 2nd Edition. Swedish Pharmaceutics Press.
Stockholm. Pages: 26 – 32, 168 – 170.
Suharyono. (1991). Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Rineka Cipta. Jakarta
Hal.1.
Trease, G.E. and Evans, W.C. (1983). Pharmacognosy. 12th Edition. Bailiere
Tindall, London. Page 471.
36