Anda di halaman 1dari 13

1.

Sejarah Bank Syariah

Sejak zaman Rasulullah SAW. Sudah terdapat kegiatan-kegiatan dalam praktik


perbankan, mulai dari meminjamkan, menitipkan, serta mengirim uang, baik antar
sesama maupun non muslim. Sama halnya dengan fungsi dari perbankan yakni
menerima dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana
kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman.

Dasar perbankan syariah modern saat ini merupakan lanjutan dari zaman Rasulullah
SAW. Namun pada dasarnya terdapat beberapa penyesuaian yang diterapkan dalam
akad perbankan syariah.

Dengan adanya perbankan syariah ini tentu merupakan kemajuan besar di bidang
muamalah. Dengan adanya perbankan syariah ini tentu dapat membantu umat islam
dalam bidang ekonomi dan menghindarkan masyarakat dari bahaya riba, yang mana
merupakan pilar utama pada perbankan konvensional.

Islamic Rural Bank merupakan bank syariah pertama yang didirikan di Mesir pada
tahun 1963.

Pada tahun 1975, sekelompok usahawan muslim dari berbagai negara mendirikan
Bank Swasta pertama yang menerapkan prinsip syariah yaitu Dubai Islamic Bank.

Melalui sidang menteri keuangan OKI pada tahun 1975 menghasilkan usulan untuk
mendirikan IDB (Islamic Development Bank). Setelah IDB dibangun, sejak tahun 1980
mulai bermunculan bank syariah di berbagai negara, seperti Sudan, Pakistan, Iran,
Malaysia, Turki, Bnagladesh, dan Mesir.

Di Indonesia bank syariah mulai didirikan sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun


1992 disahkan, yang kemudian dipertegas dengan adanya Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 1992 tentang prinsip bagi hasil pada bank syariah.

Setelah peraturan tersebut disahkan, Indonesia mulai mendirikan bank syariah yakni
Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Bank Syariah di Indonesia terus
mengalami perkembangan.
1. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah merupakan bank yang mengikuti sistem ekonomi islam. Adapun
ekonomi islam menurut Fazlurrahman dalam Farida (2011:53), "Menurut para
pendukung dan pembangunnya, ekonomi islam dibangun dengan prinsip religi, dan
berorientasi pada dunia dan akhirat"

Bank syariah adalah bank yang sistem perbankannya menganut prinsip-prinsip dalam
islam. Bank syariah merupakan bank yang diimpikan oleh para umat islam.

Menurut Undang-Undang RI No 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud


dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dengan
tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Secara umum, Bank Syariah adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip syariat islam. Saat ini banyak istilah yang diberikan untuk menyebut entitas
bank islam, selain istilah bank islam itu sendiri, yaitu bank tanpa bunga, bank tanpa
riba, dan bank syariah.

Prinsip syariah adalah prinsip didalam operasional pada bank syariah yang
berdasarkan fatwa dalam hukum islam yang berdasarkan al-quran dan hadits. Fatwa
itu sendiri memiliki pengertian sebagai pendapat para ahli berdasarkan al-quran dan
hadits. Di Indonesia fatwa dikeluarkan oleh para ulama dan para ahli hukum islam
dibawah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diwakilkan oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS). Dimana fatwa yang dikeluarkan oleh MUI dijadikan pegangan dalam
pelaksanaan ibadah dan kegiatan umat islam di Indonesia.
1. Tujuan Bank Syariah

Menurut UU RI No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyebutkan bahwa


bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada masyarakat guna
meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Bank termasuk badan usaha, dimana setiap badan usaha didirikan dengan tujuan
untuk memperoleh laba, baik itu badan usaha milik swasta maupun badan usaha
milik negara.

Sebagai badan usaha, bank syariah juga bertujuan mencari laba karena bank syariah
termasuk ke dalam badan usaha.

Menurut UU RI No 19 Tahun 2003 tentang BUMN menjelaskan bahwa Tujuan


didirikannya Bumn, antara lain :

a. Mengejar keuntungan atau memperoleh laba

b. Menjadi Perintis kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
swasta dan koperasi

c. Menyediakan kemanfaatan umum dengan adanya persediaan barang dan/atau


jasa dengan mutu atau kualitas tinggi guna pemenuhan hajat hidup orang banyak

d. Memajukan perkembangan perekonomian nasional

e. Turut aktif dalam memberikan bantuan dan bimbingan kepada pengusaha dan
masyarakat di bidang ekonomi

Tujuan Perbankan Syariah adalah Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional


dalam meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat. Tujuan tersebut dapat
tercapai apabila bank dapat menyalurkan kredit pada sektor-sektor produktif.
Sehingga sektor usaha baru akan terus bermunculan dan lapangan pekerjaan pun
akan semakin meningkat. Pada akhirnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
akan ikut meningkat. Lain halnya dengan sektor konsumtif, yang malah dapat
menghambat pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pada sektor konsumtif
tidak akan membuka lapangan pekerjaan dan sektor usaha baru secara langsung.

2. Fungsi Bank Syariah

Bank syariah memiliki 3 fungsi diantaranya sebagai agent of trust, agent of


development, dan agent of services.

A. Agent of Trust

Bank dipercaya oleh masyarakat sebagai badan atau lembaga tempat menitipkan
dananya serta mampu menyalurkan dana tersebut pada sektor yang tepat.

B. Agent of Development

Bank sebagai badan atau lembaga yang mendukung kegiatan investasi, distribusi
serta konsumsi barang dan/atau jasa.

C. Agent of Services

Bank sebagai badan atau lembaga yang dipercaya mampu memberikan jasa-jasa
keuangan kepada masyarakat.
1. Pengertian Akad

Dalam konteks akad, rukun akad berarti sesuatu yang menentukan apakah akad
kontrak tersebut dapat berlangsung atau tidak serta menentukan sah atau tidaknya
akad tersebut.

Kata akad berasal dari bahasa arab. Secara bahasa berasal dari kata "al-'aqd" berarti
al-rabthu, yaitu mengikat atau ikatan.

Dikatakan rabatha al-syai' rabthan yang bermakna ia mengikat sesuatu dengan kuat.

Kata al-aqdu merupakan sinonim dari kata al-ahdu yang bermakna perjanjian, yaitu
kesepakatan antara kedua belah pihak, dimana kedua belah pihak tersebut
diwajibkan untuk melakukannya sesuai kesepakatan bersama, seperti akad
pernikahan dan jual beli.
Melakukan setiap isi perjanjian atau akad hukumnya wajib. Dalam kutipan buku Sabri
Samin menjelaskan bahwa akad dapat dilaksanakan baik secara lisan maupun tulis,
dapat dipahami dengan jelas oleh kedua belah pihak serta ijab dan qabulnya jelas.

Akad merupakan perjanjian yang didalamnya terdapat ijab (penawaran) dan qabul
(penerimaan).

Dapat disimpulkan bahwa akad adalah pertalian ijab (ungkapan tawaran di satu
pihak yang mengadakan kontrak) dan qabul (ungkapan penerimaan oleh pihak lain)
yang memberikan pengaruh pada suatu kontrak.

2. Macam-Macam Akad

1. Konsep Simpanan (depository/al-wadi'ah)

Secara etimologi, wadi'ah berarti menempatkan sesuatu yang ditempatkan dengan


tujuan untuk dipelihara namun bukan pada pemiliknya.

Secara terminologi, wadi'ah berarti mewakilkan orang lain untuk memelihara


hartanya dengan cara tertentu.

Wadi'ah merupakan sebagai titipan murni yang boleh digunakan bank atas izin
penitip.

Berdasarkan Fatwa DSN tentang tabungan wadi'ah, wadi'ah merupakan titipan yang
bisa diambil kapan saja oleh penitip tanpa imbalan yang diiisyaratkan kecuali
pemberian berupa bonus secara sukarela tanpa paksaan.

2. Konsep Bagi Hasil (Profit-Sharing)

a. al-syirkah (perkongsian)

Secara bahasa, al-musharakah berasal dari bahasa arab 'syirkah' yang berarti
kemitraan.

Al-musharakah adalah kerjasama dalam suatu usaha antara dua pihak atau lebih.
Semua pihak dapat ikut serta dalam manajemen proyek. Penyertaan tidak hanya
berupa modal namun dapat berupa kinerja dan waktu. Apabila terjadi kerugian maka
setiap pihak bertanggung jawab sesuai dengan proporsi modal yang disertakan
diawal.

Sehingga dapa disimpulkan bahwa al-musharakah adalah perjanjian kerjasama


antara dua pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek dimana keuntungan dan
kerugian yang dialami dalam usaha ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan
yang telah disepakati diawal.

b. al-mudarabah (bagi hasil)

Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah, bank selaku
pemilik dana (shohib al-maal) dan nasabah selaku mudharib yang memiliki
ketrampilan atau keahlian dalam menjalankan usahanya.

Pembiayaan mudharabah ini terkesan sederhana dan mudah untuk dipraktekkan


pada bank syariah. Akad mudharabah sebagai perwujudan dari Profit and loss
sharing (PLS), maka bank wajib memberikan pembiayaan kepada peminjam secara
luas berdasarkan pada bagi hasil dan risiko, yang tentunya berbeda dengan bank
konvensional yang menggunakan sistem bunga yang semua risikonya ditanggung
oleh pihak peminjam.

3. Konsep Jual Beli (Sale and Purchase)

a. Bay' al-murabahah

Bay' al-murabahah adalah menjual sesuatu dengan harga modal ditambah


keuntungan sehingga pembeli dapat mengetahui harga sesungguhnya akan barang
tersebut.

Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Dapat juga dibayar sekaligus
didepan atau ansuran. Pada akad ini pembeli tidak merasa ditipu dengan harga
barang yang dibeli olehnya.

c. bay' al-salam
bay' al-salam adalah akad jual beli barang yang disebutkan sifatnya dalam
tanggungan dan pembayaran dilakukan pada saat akad itu.

Dapat dipahami bahwa salam ialah menjual barang dengan pembayaran diawal,
spesifikasi terhadap barang dijelaskan diawal namun barang masih dalam
tanggungan dan akan diserahkan penjual kepada pembeli sesuai kesepakatan.

d. bay' al-istishna

bay' al-istishna merupakan akad jual beli antara penjual dengan pembeli. Dalam akad
ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha
melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang
telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Penjual dan pembeli sepakat
atas harga dan sistem pembayaran. Dapat dilakukan diawal, ansuran, atau sesuai
dengan waktu yang ditentukan.

4. Konsep Sewa Al-Ijarah (Operational Lease and Financial)

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran
upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Hal
ini sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 09/ DSN-MUI /IV/2000 tentang pembiayaan
ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.

5. Konsep Jasa

a. al-wakalah

Dalam perbankan, pelaksanaan wakalah biasanya ditemui pada transaksi dengan


masalah tuntutan maupun pembayaran, misalnya dalam beberapa bentuk transaksi
seperti kliring, inkaso, transfer, commercial documentary collection dan financial
documentary collection.

Pada transaksi tersebut, pihak bank berfungsi sebagai wakil nasabah untuk
mengurus dan bertindak atas nama dan kepentingan nasabah. Dengan melakukan
penagihan maupun pembayaran. Apabila pihak bank telah melakukan instruksi
sesuai dengan prinsip yang berlaku namun pengiriman uang tidak sampai atau
penagihan gagal maka pihak bank tidak dapat dituntut tanggung jawabnya. Biaya
yang telah dikeluarkan oleh pihak bank selama menyelesaikan permasalahan atas
pelaksanaan wakalah akan digantikan oleh nasabah yang bersangkutan.

b. ar-rahn

Gadai dalam bahasa arab disebut rahn, yang berarti kekal, tetap, dan jaminan.

Rahn termasuk dalam akad utang piutang, yaitu akad antara pihak yang
menggadaikan barang sebagai jaminan akan utangnya dengan orang yang
berpiutang. Pada akad ini barang jaminan akan tetap menjadi milik orang yang
menggadaikan namun dalam sementara waktu masih dikuasai pihak yang
berpiutang.

c. al-kafalah

Kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan oleh penjamin kepada
penerima jaminan dan penjamin bertanggung jawab atas pemenuhan kembali suatu
kewajiban yang menjadi hak penerima jaminan.

Secara hukum, kafalah adalah pihak ketiga yang menjadi penjamin atas pembayaran
suatu utang yang tidak dibayar oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab
untuk membayar utang tersebut.

d. al-hiwalah

Secara etimologi, hiwalah berasal dari kata hala asy-syai' haulan yang berarti
berpindah. Tahwwala min maqanihi artinya berpindah dari tempatnya.
Abdurrahman al-jaziri berpendapat bahwa yang dimaksud dengan hiwalah menurut
bahasa ialah memindahkan utang dari tanggungan muhil menjadi tanggungan muhal
alaih.

e. al-qard

Akad qard biasanya diterapkan pada hal-hal berikut :


1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti kejujuran dan
keikhlasannya, yang memerlukan dana tambahan segera untuk jangka waktu
pendek.

2. Sebagai kemudahan kepada nasabah yang memerlukan dana segera, sedangkan


dia tidak dapat mengeluarkan dananya karena tersimpan dalam bentuk deposito.

3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial.

1. Pengertian Riba

Riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil, atau
pengambilan tambahan, baik melalui transaksi jual beli maupun pinjam meminjam
secara batil. Riba juga dapat diartikan sebagai suatu transaksi atas barang tertentu,
ketika akad berlangsung tidak diketahui kesamaan ukuran atau dengan menunda
penyerahan barang yang ditransaksikan. Riba bisa terdapat pada transaksi jual beli
maupun pinjam meminjam.
Riba ini terjadi apabila seseorang menjual sesuatu dengan sejenisnya dengan
tambahan. Seperti menjual emas dengan emas, mata uang dirham dengan dirham,
gandum dengan gandum, dan seterusnya.

Maka Rasulullah bersabda : "Masya allah, itu juga adalah perbuatan riba. Jangan kau
lakukan. Jika kamu mau membeli, jual lah dahulu kurmamu itu kemudian kamu beli
kurma yang kamu inginkan. Muttafaq 'alaih.

Mazhab Syafi'i mendefinisikan bahwa riba adalah perjanjian hutang untuk jangka
waktu tertentu dengan tambahan pada waktu pelunasan hutang.

Dari Abu Said Al-Khudari, katanya, "Bilal datang kepada Rasulullah SAW dengan
membawa kurma kualitas barni. Lalu Rasulullah SAW bertanya kepadanya, "Dari
mana Kurma itu?". Ia menjawab, "Kami punya kurma yang buruk lalu kami jual
barter dua liter dengan satu liter"

2. Jenis Riba

Secara garis besar, riba tergolong menjadi 2 kelompok, yaitu riba utang-piutang
terdiri dari riba qardh dan riba jahiliyah serta riba jual beli yang terdiri dari riba fadhl
dan nasi'ah.

1. Riba Utang-Piutang

A. Riba Qardh

Riba Qardh adalah suatu keuntungan atau tingkat kelebihan tertentu yang
diisyaratkan kepada orang yang berutang.

B. Riba Jahiliyah

Riba Jahiliyah adalah riba yang terjadi karena adanya utang yang dibayar melebihi
pokok pinjaman sebab tidak mampu melunasi utangnya pada waktu yang telah
ditentukan.
2. Riba Jual-Beli

A. Riba Fadhl

Riba Fadhl adalah pertukaran barang ribawi, yakni penukaran barang yang sejenis
tetapi kualitasnya berbeda.

B. Riba Nasi'ah

Riba Nasi'ah adalah tambahan yang diisyaratkan kepada yang berutang dari orang
yang mengutangkan sebagai imbalan penundaan pembayaran utang.

3. Pengertian Bunga Bank

Secara etimologis, bunga dalam The American Heritage Dictionary of The English
Language didefinisikan sebagai Interest is a charge for a financial loan, usually a
percentage of the amount loaned.

Bunga dalam Oxford English Dictionary diartikan sebagai Money paid for use of
money lent (the principal) or for forbearance of a debt, according to a fixed ratio
(rate per cent)

The Legal Encyclopedia for Home and Bussiness mendefinisikan bunga sebagai
Compensation for use of money which is due.

Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang yanv biasanya dinyatakan dalam
persentase dari uang yang dipinjamkan atau sejumlah uang yang dijumlahkan atau
dikalkulasikan untuk penggunaan modal yang dinyatakan dengan persentase dan
kaitannya dengan suku bunga.

Berdasarkan pengertian riba dan bunga, tentunya terdapat perbedaan. Sistem riba
cenderung menggandakan uang untuk keperluan pribadi dan secara hukum tidak
sah. Sedangkan bunga bank sistemnya untuk membantu masyarakat kemudian
keuntungan tersebut dibagi hasil oleh anggotanya (nasabah) dan sah menurut
hukum.

Anda mungkin juga menyukai