Disusun oleh
Kelompok II
MASLIKAN 220190067
LUTIANINGSIH 220190069
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah Puji syukur kamimpanjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan
limpahan nikmat dan rahmatNya sehingga penyusunan laporan tutorial kasus Keperawatan
Komunitas Keluarga dapat diselesaikan.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan tutorial ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah keperawatan komprehensif.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan saran, serta dukunngan dalam peyusunan proposal ini. Khusunya kepada
dosen pembimbing bapak Habib Al Hasbi, S. Kep. Ns, M.Kep. serta temam – teman kelompok 2.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan
pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan
pembaca lain pada umumnya.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. SKENARIO KASUS
B. DAFTAR ISTILAH DAN KONSEP
C. DAFTAR MASALAH YANG MUNCUL
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
BAB II TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. TANDA DAN GEJALA
D. PATOFISIOLOGI
E. PATHWAYS/ POHON MASALAH
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. PENATALAKSANAAN
H. KOMPLIKASI
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. PENGKAJIAN KELUARGA
B. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
E. IMPLEMENTASI
F. EVALUASI
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. SKENARIO KASUS
Keluarga bapak S ( 39 tahun ) merupakan keluaga inti yang terdiri dari suami bapak S,
istri ibu N ( 33 tahun ), anak A ( 15 tahun ), dan anak R ( 7 tahun ). Bapak S bekerja sebagai
pembuat tempe sedangkan ibu N sebagai ibu rumah tangga dan membantu bapak A
memproduksi tempe di rumah. Menurut hasil wawancara dengan ibu N ( 33 tahun ), anak R
mendapatkan imunisasi lengkap sejak kecil dan mendapatkan ASI selama 2 . tahun. Selain
itu ibu N mengatakan anak R pernah mengalami flek paru saat usia 4 tahun dan sekarang
sudah sembuh. Ibu N juga mengatakan bahwa anak R memiliki riwayat kejang- kejang, step,
gejala tipes.
Hasil skrining yang telah dilakukan sebelumnya yaitu pada tanggal 10 Januari 2020
diperoleh data BB anak R 18 kg dan TB 113 cm. Namun saat mahasiswa melakukan
pemeriksaan fisik ke rumah keluarga bapak S didapatkan BB anak R 18 kg dan TB 117 cm.
Penilaian Status Gizi Anak berdasarkan kemenkes yaitu anak R termasuk kategori status
gizi kurus ( IMT 13 ,1 SD ), sedangkan berdasarkan standar WHO anak R berada di bawah
garis merah. Berdasarkan hasil observasi ,anak R terlihat kurus, rambut lurus tipis. Hasil
pemeriksaan lainnya, tidak didapatkan adanya masalah kesehatan lain yang terjadi pada
anak R.
Ibu N mengatakan, sehari – hari masak sayur, lauk ikan ataupun ayam, meyediakan buah
– buahan namun anak- anak kurang menyukai sayuran. Ibu N mengatakan tidak
pernah memeriksakan BB dan TB setiap 3 bulan sekali, hanya terkadang saat sedang ke
dokter sekalian periksa BB dan TB. Pola makan anak kadang 2 – 3 x/hari dan hanya 3 – 3
sendok/ sekali makan. Ibu N mengatakan anak tidak pernah menghabiskan makanan yang
telah disediakan oleh ibu S. anak R menyukai ayam goreng dan ditambah dengan kecap.
Ibu S mengatakan saat sedang lagi sibuk, anak R hanya dimasakkan telur goring dan
1. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak
2. Ibu Rumah Tangga adalah seorang wanita yang bekerja mengelola rumah keluarganya,
membersihkan, rumah serta menyiapkan pakaian untuk keluarga . Biasanya ibu tidak
3. Imunisasi lengkap adalah penyuntikan vaksisn tertentu yang diberikan kepada bayi
sesuai dengan usianya.Imunisasi dasar lengkap menurut kemenkes dan IDAI diberikan
pada bayi baru lahir smpai bayi umur 1 tahun dan dilanjutkan imunisasi lanjutan sampai
4. Flek paru adalah merupakan istilah awam yang digunakan untuk menyebut penyakit
5. Kejang adalah gangguan aktivitas listrik di otak. Kondisi ini sering kali ditandai oleh
gerakan yang tidak terkendalidan disertai hilangnya kesadaran. Kejang bisa menjadi
tanda adanya penyakit pada otak atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi otak.
6. Step/ kejang demam adalah kejang yang terjadi saat ada peningkatan suhu tubuh
biasanya di atas 38℃ yang disebabkan oleh suatu proses di luar otak. Kejang demam
terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun dengan gejala demam yang mendahului
kejang.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. DEFINISI
Gizi (nutrition) adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi (penyerapan), transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan,
dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi (Pudiastuti, 2011).
Gizi kurang atau kurang gizi (sering kali tersebut malnutrisi) muncul akibat asupan energi
dan makronutrien yang tidak memadai. Pada beberapa orang kurang gizi juga terkait dengan
defisiensi mikronutrien nyata ataupun subklinis (Webster-Gandy, 2014 )
Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama
(Sodikin, 2013).
B.ETIOLOGI
Menurut Marimbi, 2010 berbagai faktor yang secara tidak langsng mendorong terjadinya
gangguan gizi pada anak/ balita antara lain sebagai berikut:
1. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan.
2. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu.
3. Adanya kebiasan atau pantangan yang merugikan.
4. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.
5. Jarak kelahiran yang terlalu rapat.
6. Social ekonomig.Penyakit infeksih.Angka gizi yang tidak seimbangi.Kekurangan energy
protein dan kalori
Penyebab gizi kurang pada anak menurut Pudiastuti (2011), antara lain adalah
1. Pola makan yang salah
Asupan gizi dari makanan sangat berpengaruh besar pada pertumbuhan balita. Jumlah
makanan yang dikonsumsi oleh balita harus diperhatikan, pola makan yang salah dapat
menyebabkan balita mengalami gizi kurang.
Intake kurang
dari kebutuhan
Anoreksi, Diare
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang relevan adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium digunakan untuk mempelajari status nutrisi, termasuk ukuran protein plasma,
seperti albumin, transferrin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi, dan
hemoglobin. Faktor yang mempengaruhi tes laboratorium :
1. Keseimbangan cairan
2. Fungsi hati
3. Fungsi Ginjal
4. Adanya penyakit penyerta atau causal disease
Penilaian Status Gizi Anak
Penilaian status gizi pada anak dapat dilakukan dengan dua metode yaitu penilaian status
gizi secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung meliputi
pengukuran antropometri,pemeriksaan klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status
gizi secara tidak langsung terdiri dari survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi
(Suapriasa dkk, 2016).
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih
angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak
perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah
30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang
dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan
umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu
ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus
kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada
masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.
Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak
baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status
kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks
BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan
fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan
dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2 SD (Standar Deviasi
) diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius
dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS
Indeks yang Batas
No Sebutan Status Gizi
dipakai Pengelompokan
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004.
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi
yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut
Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-
nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang
populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku
(SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U,
BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh
para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di
interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada
tabel 2.
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan
fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan
standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
1. Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB). Dilakukan oleh
petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi
badan (mikrotoise)
2. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan Pengukuran TB,
kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada
sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12
bulan.
a. Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang baku (SSB)
individu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku rujukan (Waterlow.et al,
dalam, Djuamadias, Abunain, 1990) Untuk menghitung SSB dapat dipakai rumus :
NIS NMBR
Skor Baku Rujukan
NSBR
Dimana :
1. Untuk BB/U
a. Gizi Kurang Bila SSB < - 2 SD
b. Gizi Baik Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Gizi Lebih Bila SSB > +2 SD
2. TB/U
a. Pendek Bila SSB < -2 SD
b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Tinggi Bila SBB > +2 SD
3. BB/TB
a. Kurus Bila SSB < -2 SD
b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Gemuk Bila SSB > +2 SD
d.
Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropometri, (Depkes, 2004).
Dan dikategorikan seperti yang ditunjunkan pada tabel 3
Tabel 3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Terjadinya gizi buruk pada anak bukan saja disebabkan oleh rendahnya intake makanan
terhadap kebutuhan makanan anak, tetapi kebanyakan orang tua tidak tahu melakukan
penilaian status gizi pada anaknya, sepertinya masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa
anak harus diberikan makan seperti halnya orang dewasa harus makan tiap harinya
b. Pemeriksaan fisik
Penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat juga ditentukan dengan
melakukan pemeriksaan fisik, melihat bentuk tubuh, membandingkan bagian tubuh dan anggota
gerak lainnya, serta memeriksa lengan atas dan melihat warna rambut (Hidayat, 2008).
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Wong (2009), penanganan gizi kurang adalah:
a.Pemberian diet dengan protein.
b.Karbohidrat, vitamin dan mineral kualitas tinggi.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Ngastiyah (2005), pasien yang menderita defisiensi
gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali yang menderita malnutrisi berat, seperti:
kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwasiorkor atau malnutrisi dengan komplikasi penyakit
lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya
terjadinya komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman/psikososial dan kurangnya pengetahuan
orang tua pasien mengenai makanan. Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, mengingat
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel atau organ pada anak berbeda, dan
perbedaan ini yang menyebabkan jumlah dan komponen zat gizi berlainan.
Kurang Gizi kurang terjadi akibat kurangnya asupan gizi pada anak, yang bila tidak ditangani
secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk. Perawatan gizi
kurang dapat dilakukan dengan cara :
Terapi Kurang Gizi
Menurut Webster-Gandy (2012), ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa bantuan gizi mampu
menambah asupan protein dan energi,memperbaiki berat badan dan mengurangi penurunan
berat badan diantaranya adalah :
1) Penilaian
Disaat kurang gizi didiagnosis, penilaian gizi secara menyeluruh harus dilakukan guna
mengidentifikasi faktor-faktor pendukungdan menjadi dasar terapi
2) Akses makanan
Setelah penilaian, jelas terlihat bahwa diperlukan beberapatindakan nonteknis yang relatif
mudah untuk membantu merekayang kurang gizi mendapat makanan yang sesuai.
3) Pemberian suplemen menggunakan makanan. Modifikasi dan/atau penyediaan makanan dan
minumanmenggunakan bahan makanan yang sudah umum dapatmeningkatkan asupan energi
dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien. Langkah ini relatif jelas dan lugas serta harus
dicoba terlebih dulu sebelum intervensi yang rumit dimulai. Status pasien harus rutin
dipantau.
Kelebihan langkah ini antara lain : fleksibel, makanan memiliki citarasa, perilaku makan
diperbaiki tanpa ada intervensi obat-obatan,dan terjangkau. Kelemahannya antara lain :
memerlukan motivasi dan upaya yang tinggi dan keterampilan kuliner dari sang
pasien,pengasuh dan profesional kesehatan, terbatasnya persediaan bahan-bahan makanan
yang sesuai di institusi dan berpotensi memerlukan suplemen mikronutrien tambahan.
4) Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus per oral
Suplemen gizi per oral siap-guna sering disebut sip feeds dapatdigunakan bersama fortifikasi
makanan untuk menutupikekurangan jika seseorang tidak dapat mengasup cukup makanan.
Kelebihannya antara lain : komposisinya sudah diketahui, sebagian besar menyajikan energi,
makro- dan mikronutrien yang seimbang,tersedia dalam bentuk siap-guna. Kelemahannya
antara lain :penggunaan produk-produk siap pakai yang cepat dan praktis tanpa menilai
kebutuhan pasien seutuhnya, rasa bosan terhadap cita rasa produk setelah dipergunakan
sekian lama.
H. KOMPLIKASI
Menurut Suariadi dan Rita (2010), komplikasi gizi kurang diantaranya :
a. Kwashiorkor (kekurangan karbohidrat) : diare, infeksi, anemia,gangguan tumbuh
kembang, hipokalemia, dan hipernatremia.
b. Marasmus (kekurangan protein) : infeksi, tuberculosis, parasitosis,disentri, malnutrisi
kronik, gangguan tumbuh kembang.
c. Marasmus-kwashiorkor (kekurangan karbohidrat dan protein) : terjadi edema, kelainan
rambut dan kelainan kulit
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga adalah bantuan, bimbingan, pengawasan yang diberikan oleh
seorang perawat yang ditujukan pada keluarga sebagai kesatuan yang dirawat dengan
menggunakan kerangka kerja yang disusun secara sistematis yang berguna untuk
1. Pengkajian
Menurut Effendy (2007), pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga
maupun sosial, yang merupakan sistem integrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pemeriksaan
fisik.
3) Faktor lingkungan
4) Riwayat kesehatan
b. Penjajakan II adalah mengumpulkan data dan analisa data untuk
persepsi dan tanggapan keluarga terhadap masalah An. R dengan gizi kurang
antara lain :
kurang
gizi kurang.
Analisa data adalah mengelompokkan data subyektif dan obyektif kemudian dibandingkan
Dalam penyusunan masalah kesehatan perawatan keluarga menurut Ester, dkk (2012) mengacu
b) Risiko (ancaman)
c) Aktual (nyata)
3. Perencanaan
Perencanaan adalah sekelompok tindakan yang ditentukan untuk dilaporakan dalam memecahkan masalah
a) Prioritas masalah
Kriteria Skor Bobot
1) Sifat masalah :
(1) Aktual (tidak/kurang sehat) 3
1
(2) Ancaman kesehatan 2
(3) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah :
a. Mudah 2
2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a. Tinggi 3
1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)
4) Menonjolnya masalah
Adapun cara menghitung skoring prioritas masalah tersebut adalah sebagai berikut:
Skor x Bobot
Angka Tertinggi
3) Dari sekian beberapa masalah yang diskoring tadi, maka nilai masalah
Tujuan asuhan keperawatan pada tingkat keluarga adalah meningkatkan kemampuan keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatannya yang meliputi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga.
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang
mengacu pada bagaimana mengatasi problem keperawatan. Sedangkan tujuan jangka pendek
mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas kesehatan
pengembangan pribadi
kesehatan
c) Rencana Tindakan
masalah
d) Pelaksanaan
keadaan keluarga.
e) Evaluasi
direncanakan. Evaluasi biasa berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Dimana evaluasi
PEMBAHASAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
2) Umur : 7 tahun
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : SD Klas 1
b. Penanggung Jawab/Keluarga
1) Nama : Bp.S
2) Umur : 39 tahun
Dg
KK
Bp.S
Ny.N
R
Keterangan :
: laki-laki hidup : garis pernikahan
: perempuan hidup : garis keturunan
: laki-laki meninggal
Pasien
4. Fungsi keluarga
Tn. S menyatakan bekerja sebagai pembuat tempe di rumah. Semua kebutuhan dicukupi oleh
Tn.S. Hubungan semua anggota keluarga terjalin baik, saling pengertian, mensuport, dan
melindungi keluarga.
Keluarga Bp.S, merupakan keluarga dengan tipe keluarga dengan anak sekolah bersama istri,
Keluarga S. termasuk keluarga dengan anak sekolah dan remaja Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi
7. Struktur keluarga
Bp.S. tinggal bersama istri dan anak kandungnya. Pengambil keputusan oleh Bp.CT, sebagai
1) Nutrisi
Keluarga Bp.S. makan sehari 3 kali dengan nasi, sayur, lauk, dan menyediakan buah. Pola makan
An. R kadang 2-3x/hari dan hanya 3-3 sendok/sekali makan, tidak pernah menghabiskan
makanan yang telah di sediakan, anak menyukai ayam goreng dan di tambah dengan kecap.
Kadang bila ibu S sedang sibuk anaknya hanya di masakkan telur goreng dan di tambah kecap
pada nasinya.
2) Pola Istirahat
3) Pola Eliminasi
4) Pola Kebersihan
5) Pola Aktivitas
dan Ny.N. sebagai ibu rumah tangga dan membantu suaminya memproduksi tempe di rumah.
1) Rumah
2) Sarana Memasak
3) Pengelolaan sampah
4) Sumber air
5) Jamban Keluarga
7) Kandang ternak
8) Halaman
9) Lingkungan rumah
1) Kesehatan Keluarga
An R berusia 7 tahun, sejak kecil menadaptkan imunisasi lengkao dan mendapatkan ASI selama
2 tahun. An R pernah mengalami flek paru saat usia 4 tahun dan sekarang sudah sembuh. Dan
Hasil skrining tanggal 10 januari 2020 di peroleh data, BB : 18 kg dan TB 113 cm, saat di lakukan
pemeriksaan fisik di rumah di dapatkan BB 18 kg, TB 117 cm. Anak R terlihat kurus, rambut
2) Keadaan Umum
An R pernah mengalami sakit flek paru usia 4 tahun, memiliki Riwayat kejang-kejang, step dan
gejala tipes .
Berdasarkan hasil pemeriksaan menurut standart Antropomrtri Penilaian Status Gizi Aanak
berdasrkan Kemenkes An. R termasuk kategori status gizi kurus ( IMT 13, 1 SD ), berada di bawah
garis merah ( Standart WHO )
1) Sistem Kardiovaskuler
Wajah
Leher
irama reguler)
Dada
jantung.
2) Sistem pernafasan
Hidung
Mulut
Dada
3) Sistem Pencernaan
Abdomen
Palpasi:
Liencsplenomegali (-).
Kuadran III : masa (skibala, tumor) (-), nyeri tekan (tidak terkaji).
4) Sistem Perkemihan
Ginjal
5) Sistem Muskuluskeletal
Kekuatan otot : 5 5
5 5
6) Sistem Endokrin dan Eksokrin
Kepala
Leher
7) Sistem Neurologi
8) Sistem Reproduksi
Anamnesa : (-)
Genetalia
Mata
1) Mengenal masalah
Ny,N. Mengatakan Tidak pernah memeriksakan BB dan TB setiap 3 bulan sekali, hanya
Bp. S dan Ny.N. menyatakan bahwa An. R perlu dilakukan perawatan agar status gizinya baik.
Ny. N mengatakan ketika usia An.R Ai berumur 4 tahun, pernah mengalami flek paru tapi
sekarang sduah sembuh juga memiliki Riwayat kejang-kejang, step dan gejala tipes.
DO:
Usia An R : 7 tahun
BB: 18 kg, TB: 113 cm
Menurut standart Antropometri
Penilaian Status gizi termasuk
kategori gizi kurus ( IMT 13, 1
SD ), berada di bawah garis
merah.
Anak R terlihat kurus, rambut
lurus, tipis.
DS: Ketidakmampuan
Ibu mengatakan tidak pernah keluarga mengenal
memeriksakan BB dan TB masalah
setiap 3 bulan sekali, hanya
terkadang saat sedang ke
dokter sekalian periksa BB
dan TB.
DO:
DS: Ketidakmampuan
Ibu menyatakan saat sedang keluarga merawat
sibuk An R hanya di anak
masakkan telur goring dan
tambah kecap pada nasinya.
DO:
anak 7 tahum
BB: 18 kg, TB: 113 cm
Status gizi kurus ( IMT 13, 1
SD ), di bawah garis merah.
harus segera
Ditangani
berhubungan dengan
DS:
DS:
Ibu menyatakan saat sedang sibuk An R hanya di masakkan telur goring dan tambah kecap
pada nasinya.
DO:
anak 7 tahum
BB: 18 kg, TB: 113 cm
Status gizi kurus ( IMT 13, 1 SD ), di bawah garis merah.
Anak terlihatkurus.
1. Evaluasi Keperawatan
Pada masalah gizi kurang pada balita, evaluasi yang dilakukan setelah memberikan
asuhan keperawatan ada 3, yaitu :
a. Evaluasi Struktur
c. Evaluasi Hasil
Evaluasi keperawatan juga bisa dilakukan dengan metode SOAP yaitu S (Subjective)
yaitu mendeskripsikan keluhan berdasarkan yang dikatakan klien, O (Objective) yaitu
mendeskripsikan keluhan berdasarkan pengamatan peneliti, A (Assessment) yaitu
membuat permasalahan yang dialami klien dan P (Planing) yaitu mendeskripsikan
perencanaan untuk tindakan selanjutnya berdasarkan masalah yang dialami klien. Setelah
melakukan evaluasi dengan keluarga baik evaluasi subjektif dan objektif, perawat
melakukan kontak waktu dengan keluarga untuk pertemuan selanjutnya. Pertemuan
selanjutnya tergantung pada kesempatan yang diberikan oleh keluarga pada perawat.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kurang gizi atau malnutrisi pada anak dapat berdampak buruk pada tumbuh
kembangnya. Oleh karena itu, orang tua harus memahami penyebab dan gejala anak
kurang gizi, sehingga dapat mencegahya.Anak kurang gizi bisa disebabkan oleh
kekurangan makronutrisi yaitu karbohidrat, lemak dan protein atau mikronutrisi
yaituvitamin dan mneral. Kurang dapat membuat anak mengalamai gangguan
pertumbuhan, seprti berat badan kurang, prawakan yang pendek bahkan mengalami
gagal tumbuh.
B. SARAN
Berikut ini adalah saran yang dapat kami buat agar bisa menjadi lebih baik di masa
yang akan datang :
- Pemerintah lebih serius dalam mengani gizi buruk
- Tenaga perawat dan tenaga kesehatan lain harus lebih banyak ke masyarakat
untuk pemberian penyuluhan
DAFTAR PUSTAKA