Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN TUTORIAL

KASUS KEPERAWATAN KOMUNITAS KELUARGA

Disusun oleh

Kelompok II

YUNI SUPRAPTI 220190054

MASLIKAN 220190067

LUTIANINGSIH 220190069

IMAM TURMUDIE 220190077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES ESTU UTOMO BOYOLALI

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah Puji syukur kamimpanjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan
limpahan nikmat dan rahmatNya sehingga penyusunan laporan tutorial kasus Keperawatan
Komunitas Keluarga dapat diselesaikan.

Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan tutorial ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah keperawatan komprehensif.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan saran, serta dukunngan dalam peyusunan proposal ini. Khusunya kepada
dosen pembimbing bapak Habib Al Hasbi, S. Kep. Ns, M.Kep. serta temam – teman kelompok 2.

Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan
pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan
pembaca lain pada umumnya.

Sukoharjo, 29 Agustus 2020

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. SKENARIO KASUS
B. DAFTAR ISTILAH DAN KONSEP
C. DAFTAR MASALAH YANG MUNCUL
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
BAB II TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. TANDA DAN GEJALA
D. PATOFISIOLOGI
E. PATHWAYS/ POHON MASALAH
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. PENATALAKSANAAN
H. KOMPLIKASI
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. PENGKAJIAN KELUARGA
B. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
E. IMPLEMENTASI
F. EVALUASI
BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. SKENARIO KASUS
Keluarga bapak S ( 39 tahun ) merupakan keluaga inti yang terdiri dari suami bapak S,

istri ibu N ( 33 tahun ), anak A ( 15 tahun ), dan anak R ( 7 tahun ). Bapak S bekerja sebagai

pembuat tempe sedangkan ibu N sebagai ibu rumah tangga dan membantu bapak A

memproduksi tempe di rumah. Menurut hasil wawancara dengan ibu N ( 33 tahun ), anak R

mendapatkan imunisasi lengkap sejak kecil dan mendapatkan ASI selama 2 . tahun. Selain

itu ibu N mengatakan anak R pernah mengalami flek paru saat usia 4 tahun dan sekarang

sudah sembuh. Ibu N juga mengatakan bahwa anak R memiliki riwayat kejang- kejang, step,

gejala tipes.

Hasil skrining yang telah dilakukan sebelumnya yaitu pada tanggal 10 Januari 2020

diperoleh data BB anak R 18 kg dan TB 113 cm. Namun saat mahasiswa melakukan

pemeriksaan fisik ke rumah keluarga bapak S didapatkan BB anak R 18 kg dan TB 117 cm.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, diperoleh bahwa menurut Standart Antroprometri

Penilaian Status Gizi Anak berdasarkan kemenkes yaitu anak R termasuk kategori status

gizi kurus ( IMT 13 ,1 SD ), sedangkan berdasarkan standar WHO anak R berada di bawah

garis merah. Berdasarkan hasil observasi ,anak R terlihat kurus, rambut lurus tipis. Hasil

pemeriksaan lainnya, tidak didapatkan adanya masalah kesehatan lain yang terjadi pada

anak R.

Ibu N mengatakan, sehari – hari masak sayur, lauk ikan ataupun ayam, meyediakan buah

– buahan namun anak- anak kurang menyukai sayuran. Ibu N mengatakan tidak

pernah memeriksakan BB dan TB setiap 3 bulan sekali, hanya terkadang saat sedang ke

dokter sekalian periksa BB dan TB. Pola makan anak kadang 2 – 3 x/hari dan hanya 3 – 3

sendok/ sekali makan. Ibu N mengatakan anak tidak pernah menghabiskan makanan yang

telah disediakan oleh ibu S. anak R menyukai ayam goreng dan ditambah dengan kecap.
Ibu S mengatakan saat sedang lagi sibuk, anak R hanya dimasakkan telur goring dan

ditambah kecap di nssinya.

B. DAFTAR ISTILAH DAN KONSEP

1. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak

2. Ibu Rumah Tangga adalah seorang wanita yang bekerja mengelola rumah keluarganya,

bertanggung jawab mendidik anak anaknya, memasak, menghidangkan makanan,

membersihkan, rumah serta menyiapkan pakaian untuk keluarga . Biasanya ibu tidak

bekerja di luar rumah.

3. Imunisasi lengkap adalah penyuntikan vaksisn tertentu yang diberikan kepada bayi

sesuai dengan usianya.Imunisasi dasar lengkap menurut kemenkes dan IDAI diberikan

pada bayi baru lahir smpai bayi umur 1 tahun dan dilanjutkan imunisasi lanjutan sampai

umur di bawah 2 tahun.

4. Flek paru adalah merupakan istilah awam yang digunakan untuk menyebut penyakit

TBC Paru.Ada juga yang menyebutnya sebagai paru – paru kering.

5. Kejang adalah gangguan aktivitas listrik di otak. Kondisi ini sering kali ditandai oleh

gerakan yang tidak terkendalidan disertai hilangnya kesadaran. Kejang bisa menjadi

tanda adanya penyakit pada otak atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi otak.

6. Step/ kejang demam adalah kejang yang terjadi saat ada peningkatan suhu tubuh

biasanya di atas 38℃ yang disebabkan oleh suatu proses di luar otak. Kejang demam

terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun dengan gejala demam yang mendahului

kejang.

C. DAFTAR MASALAH YANG MUNCUL

1. Mengapa muncul masalah anak R terlihat kurus , rambut lurus tipis?

2. Mengapa muncul riwayat flek paru pada anak R?


3. Mengapa muncul riwayat kejang – kejang, step serta gejala tipes pada anak R?

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan masalah kesehatan yang ada

2. Mahasiswa mampu menetapkan masalah kesehatan tersebut

3. Mahasiswa mampu memprioritaskan masalah kesehatan tersebut

4. Mahasiswa mampu merumuskan masalah kesehatan tersebut

5. Mahasiswa mampu memecahkan masalah kesehatan tersebut

6. Mahasiswa mampu mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah tersebut


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Gizi (nutrition) adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi (penyerapan), transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan,
dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi (Pudiastuti, 2011).
Gizi kurang atau kurang gizi (sering kali tersebut malnutrisi) muncul akibat asupan energi
dan makronutrien yang tidak memadai. Pada beberapa orang kurang gizi juga terkait dengan
defisiensi mikronutrien nyata ataupun subklinis (Webster-Gandy, 2014 )
Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama
(Sodikin, 2013).

B.ETIOLOGI
Menurut Marimbi, 2010 berbagai faktor yang secara tidak langsng mendorong terjadinya
gangguan gizi pada anak/ balita antara lain sebagai berikut:
1. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan.
2. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu.
3. Adanya kebiasan atau pantangan yang merugikan.
4. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.
5. Jarak kelahiran yang terlalu rapat.
6. Social ekonomig.Penyakit infeksih.Angka gizi yang tidak seimbangi.Kekurangan energy
protein dan kalori
Penyebab gizi kurang pada anak menurut Pudiastuti (2011), antara lain adalah
1. Pola makan yang salah
Asupan gizi dari makanan sangat berpengaruh besar pada pertumbuhan balita. Jumlah
makanan yang dikonsumsi oleh balita harus diperhatikan, pola makan yang salah dapat
menyebabkan balita mengalami gizi kurang.

2. Anak sering sakit dan perhatian yang kurang


Perhatian dan kasih sayang orang tua pada anak sangat dibutuhkan pada masa
perkembangan anak. Rendahnya perhatian dan kasih sayang orang tua pada anak
menyebabkan makan anak tidak terkontrol.
3. Infeksi penyakit
Adanya penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan/ kondisi balitaterutama pada balita
yang asupan gizinya tidak terkontrol dengan baik.
4. Kurangnya asupan gizi
Rendahnya asupan gizi pada anak menyebabkan anak mengalami gizikurang sehingga
pertumbuhan tubuh dan otak anak terganggu.
5. Berbagai hal buruk yang terkait dengan kemiskinan
Status ekonomi yang terlalu rendah menyebabkan keluarga tidakmampu memberikan
asupan makanan yang cukup pada anak sehinggapenyakit mudah berkembang di tubuh
anak.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda-tanda gizi kurang secara garis besar dapat dibedakan menjadi marasmus, kwasikor,
marasmus kwasiokor
1. Marasmus.
Merupakan penyakit yang di sebabkan karena defisiensi kalori( energi ) yang
berlangsung lama.
Tanda dan gejalanya:
a. Anak sangat kurus ( terlihat kulit dan tulang ).
b. Berat badan mencapai sekitar 60 % dari berat badan ideal menurut umur.
c. Kulit muka berkerut seperti orang tua.
d. Kulit daerah pantat berlipat.
e. Anak apatis dan pasif.
2. Kwasiokor.
Merupakan penyakit defisiensi protein yang berlangsung cukup lama.
Tanda dan gejalanya:
a. Anak apatis.
b. Rambut kepala halus dan jarang, berwarna kusam, dan rambut mudah dicabut.
c. Jika lipatan kulit di tarik masih terasa ada jaringan lemak sedikit.
d. Muka sembab.
3. Marasmus kwasiokor.
Merupakan penyakit defisiensi energi dan protein yang berlangsung lama.Tanda dan
gejala gabungan antara marasmus dan kwasiokor. ( Sodikin, 2013 ).
D. PATOFISIOLOGI
Sebenarnya malnutrisi (Gizi kurang) merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak
faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitubhost, agent,
environment (Supariasa, 2002). Memang faktor diet makanan memegang peranan penting tetapi
faktor lain ikut menentukan dalam keadaan keluarga makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak,merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibat
katabolisme protrein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
di ubah menjadi karbohidrat di hepar dan di ginjal selama puasa jaringan lemak dipecah jadi
asam lemak, gliseraal dan keton bodies, asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi
kalau kekurangan makan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan
separuh tubuh
Proses patogenesis terlihat pada faktor lingkungan dan manusia (host dan environment)
yang didukung oleh asupan-asupan zat-zat gizi, akibat kekurangan zat gizi maka simpanan zat
gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan, apabila keadaan ini berlangsung lama.
Maka simpanan zat gizi ini akan habis ahirnya terjadi pemerosotan jaringan. Pada saat ini orang
sudah dapat digolongkan sebagai malnutrisi , walaupun hanya baru dengan ditandai dengan
penurunan berat badan dan pertumbuhan terhambat.
Patofisiologi menurut Nurcahyono (2007), Pada keadaan ini yang muncul adalah
pertumbuhan yang kurang atau disertai mengecilnya otot dan menghilangnya lemak di bawah
kulit. Kelainan demikian merupakan proses psikologis untuk kelangsungan jaringan
hidup. Tubuh memerlukan energi dan dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan.
E. PATHWAYS

Sosial ekonomi Malabsorbsi, Kegagalan melakukan


rendah infeksi, anoreksia sintesis Protein dan kalori

Intake kurang
dari kebutuhan

Defisiensi protein Kurang


dan kalori Pengetahuan

Hilangnya lemak Daya tahan tubuh Asam amino essensial


di bantalan kulit menurun menurun dan produksi
albumin menurun

Turgor kulit menurun Keadaan umum lemah Atrofi/ pengecilan


dan keriput otot

Kerusakan Resiko Infeksi Keterlambatan


Integritas Kulit pertumbuhan dan
perkembangan
Resiko Infeksi
Saluran Pencernaan

Anoreksi, Diare

Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Sumber : Nurcahyono (2007)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang relevan adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium digunakan untuk mempelajari status nutrisi, termasuk ukuran protein plasma,
seperti albumin, transferrin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi, dan
hemoglobin. Faktor yang mempengaruhi tes laboratorium :
1. Keseimbangan cairan
2. Fungsi hati
3. Fungsi Ginjal
4. Adanya penyakit penyerta atau causal disease
Penilaian Status Gizi Anak
Penilaian status gizi pada anak dapat dilakukan dengan dua metode yaitu penilaian status
gizi secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung meliputi
pengukuran antropometri,pemeriksaan klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status
gizi secara tidak langsung terdiri dari survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi
(Suapriasa dkk, 2016).
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih
angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak
perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah
30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang
dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan
umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu
ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus
kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada
masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan
karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.
Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak
baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status
kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks
BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan
fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan
dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2 SD (Standar Deviasi
) diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius
dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS
Indeks yang Batas
No Sebutan Status Gizi
dipakai Pengelompokan
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004.

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi
yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut
Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-
nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang
populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku
(SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U,
BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

Indeks yang digunakan


No Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi

Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++

Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +

2 Normal Normal Normal Normal

Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang

Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang

3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal

Tinggi Rendah Tinggi Obese

Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :

Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi


Nilai Individual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur
yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau
dengan menggunakan rumus :
Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh
para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di
interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada
tabel 2.

Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan
fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan
standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB

Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :

1. Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB). Dilakukan oleh
petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi
badan (mikrotoise)
2. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan Pengukuran TB,
kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada
sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12
bulan.
a. Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang baku (SSB)
individu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku rujukan (Waterlow.et al,
dalam, Djuamadias, Abunain, 1990) Untuk menghitung SSB dapat dipakai rumus :
NIS  NMBR
Skor Baku Rujukan 
NSBR

Dimana :

NIS : Nilai Induvidual Subjek

NMBR : Nilai Median Baku Rujukan

NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan


Hasil pengukuran dikategorikan status gizi sbb

1. Untuk BB/U
a. Gizi Kurang Bila SSB < - 2 SD
b. Gizi Baik Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Gizi Lebih Bila SSB > +2 SD
2. TB/U
a. Pendek Bila SSB < -2 SD
b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Tinggi Bila SBB > +2 SD
3. BB/TB
a. Kurus Bila SSB < -2 SD
b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Gemuk Bila SSB > +2 SD
d.
Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropometri, (Depkes, 2004).
Dan dikategorikan seperti yang ditunjunkan pada tabel 3

Tabel 3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

Indeks yang digunakan


Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB

Normal, dulu kurang gizi Rendah Rendah Normal

Sekarang kurang ++ Rendah Tinggi Rendah

Sekarang kurang + Rendah Normal Rendah

Normal Normal Normal Normal

Sekarang kurang Normal Tinggi Rendah

Sekarang lebih, dulu kurang Normal Rendah Tinggi

Tinggi, normal Tinggi Tinggi Normal

Obese Tinggi Rendah Tinggi

Sekarang lebih, belum obese Tinggi Normal Tinggi


Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :

Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber: Depkes RI, 2004

Terjadinya gizi buruk pada anak bukan saja disebabkan oleh rendahnya intake makanan
terhadap kebutuhan makanan anak, tetapi kebanyakan orang tua tidak tahu melakukan
penilaian status gizi pada anaknya, sepertinya masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa
anak harus diberikan makan seperti halnya orang dewasa harus makan tiap harinya

b. Pemeriksaan fisik

Penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat juga ditentukan dengan
melakukan pemeriksaan fisik, melihat bentuk tubuh, membandingkan bagian tubuh dan anggota
gerak lainnya, serta memeriksa lengan atas dan melihat warna rambut (Hidayat, 2008).

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Wong (2009), penanganan gizi kurang adalah:
a.Pemberian diet dengan protein.
b.Karbohidrat, vitamin dan mineral kualitas tinggi.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Ngastiyah (2005), pasien yang menderita defisiensi
gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali yang menderita malnutrisi berat, seperti:
kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwasiorkor atau malnutrisi dengan komplikasi penyakit
lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah memenuhi kebutuhan gizi, bahaya
terjadinya komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman/psikososial dan kurangnya pengetahuan
orang tua pasien mengenai makanan. Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, mengingat
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel atau organ pada anak berbeda, dan
perbedaan ini yang menyebabkan jumlah dan komponen zat gizi berlainan.
Kurang Gizi kurang terjadi akibat kurangnya asupan gizi pada anak, yang bila tidak ditangani
secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk. Perawatan gizi
kurang dapat dilakukan dengan cara :
Terapi Kurang Gizi
Menurut Webster-Gandy (2012), ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa bantuan gizi mampu
menambah asupan protein dan energi,memperbaiki berat badan dan mengurangi penurunan
berat badan diantaranya adalah :
1) Penilaian
Disaat kurang gizi didiagnosis, penilaian gizi secara menyeluruh harus dilakukan guna
mengidentifikasi faktor-faktor pendukungdan menjadi dasar terapi
2) Akses makanan
Setelah penilaian, jelas terlihat bahwa diperlukan beberapatindakan nonteknis yang relatif
mudah untuk membantu merekayang kurang gizi mendapat makanan yang sesuai.
3) Pemberian suplemen menggunakan makanan. Modifikasi dan/atau penyediaan makanan dan
minumanmenggunakan bahan makanan yang sudah umum dapatmeningkatkan asupan energi
dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien. Langkah ini relatif jelas dan lugas serta harus
dicoba terlebih dulu sebelum intervensi yang rumit dimulai. Status pasien harus rutin
dipantau.
Kelebihan langkah ini antara lain : fleksibel, makanan memiliki citarasa, perilaku makan
diperbaiki tanpa ada intervensi obat-obatan,dan terjangkau. Kelemahannya antara lain :
memerlukan motivasi dan upaya yang tinggi dan keterampilan kuliner dari sang
pasien,pengasuh dan profesional kesehatan, terbatasnya persediaan bahan-bahan makanan
yang sesuai di institusi dan berpotensi memerlukan suplemen mikronutrien tambahan.
4) Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus per oral
Suplemen gizi per oral siap-guna sering disebut sip feeds dapatdigunakan bersama fortifikasi
makanan untuk menutupikekurangan jika seseorang tidak dapat mengasup cukup makanan.
Kelebihannya antara lain : komposisinya sudah diketahui, sebagian besar menyajikan energi,
makro- dan mikronutrien yang seimbang,tersedia dalam bentuk siap-guna. Kelemahannya
antara lain :penggunaan produk-produk siap pakai yang cepat dan praktis tanpa menilai
kebutuhan pasien seutuhnya, rasa bosan terhadap cita rasa produk setelah dipergunakan
sekian lama.
H. KOMPLIKASI
Menurut Suariadi dan Rita (2010), komplikasi gizi kurang diantaranya :
a. Kwashiorkor (kekurangan karbohidrat) : diare, infeksi, anemia,gangguan tumbuh
kembang, hipokalemia, dan hipernatremia.
b. Marasmus (kekurangan protein) : infeksi, tuberculosis, parasitosis,disentri, malnutrisi
kronik, gangguan tumbuh kembang.
c. Marasmus-kwashiorkor (kekurangan karbohidrat dan protein) : terjadi edema, kelainan
rambut dan kelainan kulit
BAB III

PEMBAHASAN

1. Mengapa muncul masalah anak R terlihat kurus, rambut lurus tipis?


Pada kasus ditemukan anak R umur 7 tahun dengan BB 18 kg dan TB 117 cm. Menurut
Standart Antropometri Penilaian Status Gizi Anak berdasarkan Kemenkes yaitu anak R
termasuk kategori status gizi kurus dengan IMT 13,1 SD sedangkan berdasarkan standart
WHO anak R berada di bawah garis merah.Ini masuk malnutrisi atau gizi kurang yaitu
kondisi yang disebabkan ketidakcukupan asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan harian
anak sehingga mengakibatkan intake kurang dari kebutuhan sehingga terjadi defisiensi
protein yang mengakibatkan hilangnya lemak dalam tubuh. Gejala kurang gizi antara lain:
penurunan berat badan, massa otot yang menurun, massa jaringan yang menurun,
kehilangan lemak( jaringan adipose ) kulit dapat menjadi tipis, kering, tidak elastis dan
pucat,rambut rontok serta jumlah total dari beberapa sel darah putih menurun sehingga
mengakibatkan system imun melemah sehingga meningkatkan resiko infeksi.
2. Mengapa muncul masalah adanya riwayat flek paru?
Penilaian Status Gizi Anak R menurut WHO berada di bawah garis merah. Dan ini masuk
malnutrisi atau kurang gizi dimana kondisi yang disebabkan ketidakcukupan asupan nutrisi
sesuai kebutuhan harian anak berakibat intake kurang dari kebutuhan sehingga terjadi
kekurangan protein yang mengakibatkan daya tahan tubuh menurun sehingga keadaan
tubuh juga lemah akibatnya mudah terjadi resiko infeksi.
3. Mengapa muncul masalah riwayat kejang – kejang, step, serta gejala tipes?
Kondisi malnutrisi atau gizi buruk dapat menyebabkan malnutrisi energy protein /
kwasiokor dimana tubuh membutuhkan asupan energy yang cukup, saat tubuh kekurangan
energy protein dalam jangka waktu yang lamadapat menimbulkan gejala antara lain:
a. Mengalami keterlambatan tumbuh kembang
b. Tidak aktif dan mudah lelah
c. Rentan terkena penyakit penyakit termasuk infeksi
Sehingga anak R dalam kasus ini sangat rentan mengalami kejang- kejang, step ataupun
gejala tipes.

BAB IV
Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah bantuan, bimbingan, pengawasan yang diberikan oleh

seorang perawat yang ditujukan pada keluarga sebagai kesatuan yang dirawat dengan

menggunakan kerangka kerja yang disusun secara sistematis yang berguna untuk

menggambarkan perkembangan keluarga secara menyeluruh (Efendy, 2007)

1. Pengkajian

Menurut Effendy (2007), pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat

untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga
maupun sosial, yang merupakan sistem integrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.

Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pemeriksaan

fisik.

Pengkajian keluarga terdiri dari dua tahap:

a. Penjajakan I adalah mengumpulkan data dan analisa data untuk

mengidentifikasi masalah keperawatan, meliputi data dasar:

1) Struktur dan sifat masalah keluarga

2) Faktor sosial, ekonomi, dan keluarga

3) Faktor lingkungan

4) Riwayat kesehatan
b. Penjajakan II adalah mengumpulkan data dan analisa data untuk

mengidentifikasi kesanggupan keluarga melaksanakan tugas-tugas kesehatan

meliputi persepsi atau tanggapan keluarga terhadap masalah kesehatan.

Pengkajian tahap II pada Keluarga Tn. S adalah mengeksplorasi bagaimana

persepsi dan tanggapan keluarga terhadap masalah An. R dengan gizi kurang

antara lain :

1) Mengidentifikasi kemampuan keluarga untuk mengenal masalah gizi

kurang

2) Mengidentiikasi aplikasi keluarga dengan mengambil keputusan yang tepat

dalam penanganan gizi kurang.

3) Mengidentifikasi berbagai data yang menunjukkan apakan keluarga dapat

merawat gizi kurang.

4) Apakah keluarga dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk klien

gizi kurang.

5) Mengidentifikasi ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas

kesehatan untuk klien gizi kurang.

Analisa data adalah mengelompokkan data subyektif dan obyektif kemudian dibandingkan

dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

2. Perumusan diagnosis keperawatan menurut Ester, dkk (2012)

Komponen rumus diagnose keperawatan meliputi:

a) Masalah atau problem

b) Penyebab atau etiologi adalah kumpulan data subyektif dan obyektif

Dalam penyusunan masalah kesehatan perawatan keluarga menurut Ester, dkk (2012) mengacu

pada tipologi diagnose keperawatan keluarga, yaitu:


a) Potensial atau wellness

b) Risiko (ancaman)

c) Aktual (nyata)

3. Perencanaan

Perencanaan adalah sekelompok tindakan yang ditentukan untuk dilaporakan dalam memecahkan masalah

kesehatan dan keperawatan yan gtelah diidentifikasi (Effendy, 2007)

Perencanaan terdiri dari:

a) Prioritas masalah
Kriteria Skor Bobot
1) Sifat masalah :
(1) Aktual (tidak/kurang sehat) 3
1
(2) Ancaman kesehatan 2
(3) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah :
a. Mudah 2
2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a. Tinggi 3
1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)

Dengan memperhatikan beberapa kriteria diatas, yaitu:

1) Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)

2) Kemungkinan masalah dapat diubah (mudah, sebagian, sulit)

3) Potensi dapat dicegah (tinggi, cukup, rendah)

4) Menonjolnya masalah

Adapun cara menghitung skoring prioritas masalah tersebut adalah sebagai berikut:

Skor x Bobot
Angka Tertinggi

1) Skor dibagi angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot

2) Jumlah skor untuk semua kriteria

3) Dari sekian beberapa masalah yang diskoring tadi, maka nilai masalah

dengan nilai tertinggi

4) Prioritas disusun berdasarkan skor tertinggi


b) Tujuan

Tujuan asuhan keperawatan pada tingkat keluarga adalah meningkatkan kemampuan keluarga

dalam mengatasi masalah kesehatannya yang meliputi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang

mengacu pada bagaimana mengatasi problem keperawatan. Sedangkan tujuan jangka pendek

mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas kesehatan

keluarga sebagai berikut:

1) Mengenal masalah kesehatannya

2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

3) Merawat atau menolong anggota keluarga yang sakit

4) Memelihara lingkungan rumah yang biasa mempengaruhi kesehatan dan

pengembangan pribadi

5) Memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat guna pemeliharaan

kesehatan

c) Rencana Tindakan

Rencana tindakan merupakan suatu rencana tindakan keperawatan berdasarkan masalah

keperawatan untuk menyelesaikan masalah keperawatan. Rencana ini disesuaikan berdasarkan

prioritas masalah keperawatan.

Adapun bentuk tindakan yang dilakukan dalam intervensi:

1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai

masalah

2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui

3) Memberikan penyuluhan atau penjelasan dengan keluarga


4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal yang positif

5) Memberikan pujian pada keluarga atau usahanya

d) Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana perawatan kesehatan keluarga. Perawat

melaksanakan tindakan-tindakan keperawtan yang telah direncanakan disesuaikan dengan

keadaan keluarga.

e) Evaluasi

Merupakan pengukuran keberhasilan dalam pelaksanaan dari tindakan keperawatan yang

direncanakan. Evaluasi biasa berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Dimana evaluasi

mengungkapkan tiga masalah atau kemungkinan, yaitu

1) Masalah dapat diselesaikan

2) Sebagian saja masalah yang dapat terpecahkan

3) Muncul masalah baru.


29

PEMBAHASAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Pasien

1) Nama Pasien : An.R

2) Umur : 7 tahun

3) Jenis Kelamin : Perempuan

4) Agama : Islam

5) Pendidikan : SD Klas 1

6) Pekerjaan : Tidak bekerja

7) Status Perkawinan : Belum kawin


8) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

9) Alamat : Badran JT I / 1061

10) Jumlah Anggota Keluarga : 4 (Empat)

11) Diagnosis Medis : Gizi kurang

b. Penanggung Jawab/Keluarga

1) Nama : Bp.S

2) Umur : 39 tahun

3) Pendidikan : Tidak tamat SD

4) Pekerjaan : Wiraswasta (Pembuat tempe)

5) Hubungan dengan pasien : Ayah

6) Status Perkawinan : Menikah

2. Daftar Anggota Keluarga

No. Nama Umur Agama L/P Hub. Pnddkn Pkrjn Ket

Dg

KK

1 Bp.S 39 th Islam L KK Tidak wirasw


asta
tamat SD

2 Ny. N 33 th Islam P Istri Tamat SD IRT

3 An. A 15 th Islam P Anaka SMP -

3 An. R 7 th Islam P Anak SD -


3. Genogram

Bp.S
Ny.N
R

Keterangan :
: laki-laki hidup : garis pernikahan
: perempuan hidup : garis keturunan
: laki-laki meninggal
Pasien
4. Fungsi keluarga

Tn. S menyatakan bekerja sebagai pembuat tempe di rumah. Semua kebutuhan dicukupi oleh

Tn.S. Hubungan semua anggota keluarga terjalin baik, saling pengertian, mensuport, dan

melindungi keluarga.

5. Tumbuh Kembang Keluarga

Keluarga Bp.S, merupakan keluarga dengan tipe keluarga dengan anak sekolah bersama istri,

anak, tinggal serumah

6. Tugas Perkembangan Keluarga

Keluarga S. termasuk keluarga dengan anak sekolah dan remaja Tugas perkembangan keluarga

pada tahap ini adalah keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi

sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan

7. Struktur keluarga

Bp.S. tinggal bersama istri dan anak kandungnya. Pengambil keputusan oleh Bp.CT, sebagai

kepala keluarga dengan dimusyawarahkan kepada istri lebih dahulu.

8. Kebiasaan Anggota Keluarga sehari-hari

1) Nutrisi

Keluarga Bp.S. makan sehari 3 kali dengan nasi, sayur, lauk, dan menyediakan buah. Pola makan

An. R kadang 2-3x/hari dan hanya 3-3 sendok/sekali makan, tidak pernah menghabiskan

makanan yang telah di sediakan, anak menyukai ayam goreng dan di tambah dengan kecap.

Kadang bila ibu S sedang sibuk anaknya hanya di masakkan telur goreng dan di tambah kecap

pada nasinya.

2) Pola Istirahat

3) Pola Eliminasi
4) Pola Kebersihan

5) Pola Aktivitas

Bp. S sehari-hari bekerja sebagai pembuat tempe di rumah,

dan Ny.N. sebagai ibu rumah tangga dan membantu suaminya memproduksi tempe di rumah.

9. Faktor Sosial, Ekonomi, dan Budaya

10. Faktor Rumah dan Lingkungan

1) Rumah

2) Sarana Memasak
3) Pengelolaan sampah

4) Sumber air

5) Jamban Keluarga

6) Pembuangan air limbah

7) Kandang ternak

8) Halaman

9) Lingkungan rumah

10) Fasilitas Pendidikan


11) Fasilitas Kesehatan

12) Fasilitas Perdagangan

13) Pasilitas peribadatan

14) Sarana Hiburan

15) Sarana Transportasi

11. Riwayat Kesehatan Keluarga

1) Kesehatan Keluarga

An R berusia 7 tahun, sejak kecil menadaptkan imunisasi lengkao dan mendapatkan ASI selama

2 tahun. An R pernah mengalami flek paru saat usia 4 tahun dan sekarang sudah sembuh. Dan

juga memiliki Riwayat kejang-kejang, step, gejala tipes.


2) Kebiasaan minum obat

3) Kebiasaan memeriksakan diri.

4) Kesehatan Ibu dan Anak

12. Pemeriksaaan Fisik

1) Pemeriksaan Fisik An. R

Hasil skrining tanggal 10 januari 2020 di peroleh data, BB : 18 kg dan TB 113 cm, saat di lakukan

pemeriksaan fisik di rumah di dapatkan BB 18 kg, TB 117 cm. Anak R terlihat kurus, rambut

lurus dan tipis.

2) Keadaan Umum

Kesadaran An R compos mentis. Keadaaan umum Cukup.

3) Riwayat penyakit dahulu

An R pernah mengalami sakit flek paru usia 4 tahun, memiliki Riwayat kejang-kejang, step dan
gejala tipes .

4) Riwayat penyakit sekarang

Berdasarkan hasil pemeriksaan menurut standart Antropomrtri Penilaian Status Gizi Aanak
berdasrkan Kemenkes An. R termasuk kategori status gizi kurus ( IMT 13, 1 SD ), berada di bawah
garis merah ( Standart WHO )

13. Pemeriksaan Persistem.

1) Sistem Kardiovaskuler

Wajah

Inspeski : sianosis (-)

Leher

Inspeksi : bendungan vena jugularis (-)

Palpasi : Arteri carotis comunis (kekuatan adekuat,

irama reguler)

Dada

Inspeksi : Kesimetrisan dada (dada simetris)

Palpasi : Letak ictus cordis (intra costa 6 midclavicula)


Perkusi : Batas jantung (atas instracosta 4, kiri midclavicula

sinstra, kanan midpapila dextra, bawah, intracosta 6).


Auskultasi : BJ 1 dan 2 normal, tidak ada kelainan pada bunyi

jantung.

2) Sistem pernafasan

Hidung

Inspeksi : pernapasan cuping hidung (-), secret (-), pemberian O2 (-).

Palpasi : nyeri tekan (tidak terkaji)

Mulut

Inspeksi : sianosis (-)

Dada

Inspeksi : Penggunaan otot bantu pernapasan (-). Benjolan pada

payudara kiri (-)

Perkusi : Sonor. Pekak pada IC 4-6.

Palpasi : nyeri tekan (tidak terkaji), oedema (-)

Auskultasi : suara napas vesikuler

3) Sistem Pencernaan

Abdomen

Inspeksi : pembesaran abnormal (-)

Auskulpasi : bising usus ( 10x/menit), borbogymi (-), hiperperistaltik

(-), hipoaktif (-)

Perkusi : batas hati (tidak ada pembengkakan pada Kuadran I).

Palpasi:

Kuadran I : hepar hepatomegali (-), nyeri tekan (tidak terkaji),

shifting dullnes (-).

Kuadran II : nyeri tekan (-), distensi abdomen (-),

Liencsplenomegali (-).
Kuadran III : masa (skibala, tumor) (-), nyeri tekan (tidak terkaji).

Kuadran IV : Nyeri tekan pada titik Mc Burney (tidak terkaji)

4) Sistem Perkemihan

BAK : > 1500 ml/24 jam, penggunaaan kateter (-),

Ginjal

Inspeksi : pembesaran daerah pinggang (-)

Perkusi : nyeri ketok (tidak terkaji)

5) Sistem Muskuluskeletal

Inspeksi : Pembengkakan (-)

Palpasi : kekakuan sendi (-) & nyeri (tidak terkaji)

Warna kulit : perubahan warna kulit (-)

Kekuatan otot : 5 5
5 5
6) Sistem Endokrin dan Eksokrin

Kepala

Inspeksi : rambut lurus, tipis.

Leher

Inspeksi : pembesaran kelenjar thyroid (-), perubahan warna (-)

Palpasi : nyeri tekan (tidak terkaji)

7) Sistem Neurologi

Anamnesa : (tidak terkaji)

Tingkat kesadaran (kualitas) : Compos Mentis

Tingkat kesadaran (kuantitas) : E (4), M (6), V (5)

8) Sistem Reproduksi
Anamnesa : (-)

Genetalia

Inspeksi : kebersihan (bersih), odema (-), benjolan (-)

Palpasi : nyeri tekan (tidak terkaji)

9) Sistem Persepsi Sensori

Mata

Inspeksi : kesimetrisan mata (-)

Palpasi : nyeri tekan (tidak terkaji), pembengkakan kantong mata (-)

14. Tugas Keluarga

1) Mengenal masalah

Ny,N. Mengatakan Tidak pernah memeriksakan BB dan TB setiap 3 bulan sekali, hanya

terkadang saat sedang ke dokter sekalian periksa BB dan TB.

2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Bp. S dan Ny.N. menyatakan bahwa An. R perlu dilakukan perawatan agar status gizinya baik.

3) Merawat anggota keluarga yang sakit

Ny. N mengatakan ketika usia An.R Ai berumur 4 tahun, pernah mengalami flek paru tapi

sekarang sduah sembuh juga memiliki Riwayat kejang-kejang, step dan gejala tipes.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat


B. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Data Masalah Penyebab


1. DS: Ketidak seimbangan
Ny.N mengatakan nutrisi An. R pada
An. R kurang menyukai keluarga Bp.S kurang
sayuran, dan tidak pernah
menhabiskan makanan yang di
sediakan, pola makannya
kadang 2-3 x sehari dan hanya
3 sendok sekali makan
dari kebutuhan tubuh

DO:
Usia An R : 7 tahun
BB: 18 kg, TB: 113 cm
Menurut standart Antropometri
Penilaian Status gizi termasuk
kategori gizi kurus ( IMT 13, 1
SD ), berada di bawah garis
merah.
Anak R terlihat kurus, rambut
lurus, tipis.
DS: Ketidakmampuan
Ibu mengatakan tidak pernah keluarga mengenal
memeriksakan BB dan TB masalah
setiap 3 bulan sekali, hanya
terkadang saat sedang ke
dokter sekalian periksa BB
dan TB.

DO:

DS: Ketidakmampuan
Ibu menyatakan saat sedang keluarga merawat
sibuk An R hanya di anak
masakkan telur goring dan
tambah kecap pada nasinya.
DO:

anak 7 tahum
BB: 18 kg, TB: 113 cm
Status gizi kurus ( IMT 13, 1
SD ), di bawah garis merah.

Anak terlihat kurus.


No Data Masalah Penyebab
2 DS Resiko keterlambatan Ketidakmampuan
perkembangan
keluarga dalam
DO melakukan stimulasi
pada anak
3 DS Kerusakan integritas Ketidakmampuan
kulit pada keluarga
bapak S dengan gizi keluarga merawat
DO kurang pada anak anggota keluarga yang
sakit
4 DS Defisit pengetahuan ketidakmampuan
keluarga dalam
mengatasi masalah gizi
DO kurang
C. MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN DENGAN
SKORING

KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN

Sifat masalah: 3/3 x 1 1 An. R pada pemeriksaan

Aktual antropometri berdasarkan

kemenkes termasuk kategori

satus gizi kurus ( IMT 13, 1 SD),

berada di bawah garis merah (

standar WHO ), usia 7 tahun, BB

18 kg, TB 113-117 cm.

Potensi untuk 1/2 x 2 1 Ny. N bertugas mengurus anak

diubah: sepenuhnya. Dengan focus pada

sebagian mengurus anak diharapkan dapat

mengubah kondisi An. R

Potensi untuk 2/3 x 1 2/3 An. R merupakan anak yang sehat

dicegah: dengan berat lahir normal. Dengan

Cukup pola asuh yang baik, keadaan An. R

dapat membaik dan tidak terjadi

gizi kurang lagi.

Menonjolnya 2/2 x 1 1 Bp.S menyatakan bahwa anaknya

masalah: harus dirawat agar gizinya kembali

Masalah berat, baik.

harus segera

Ditangani

TOTAL SKOR 3 2/3


1. Ketidak seimbangan nutrisi An. R pada keluarga BP. S kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ditandai dengan:

DS:

Ibu mengatakan tidak pernah memeriksakan BB dan TB setiap 3 bulan sekali,


hanya terkadang saat sedang ke dokter sekalian periksa BB dan TB.
DO:

b. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat

DS:

Ibu menyatakan saat sedang sibuk An R hanya di masakkan telur goring dan tambah kecap

pada nasinya.

DO:

anak 7 tahum
BB: 18 kg, TB: 113 cm
Status gizi kurus ( IMT 13, 1 SD ), di bawah garis merah.
Anak terlihatkurus.

2. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


dalam melakukan stimulasi pada Anak.

3. Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan keluarga merawat anggota


keluarga yang sakit.

4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi


masalah gizi kurang
46
Tujuan Kriteria Evaluasi
Dx Kep Rencana Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
46
Ketidakseimban Setelah dilakukan Setelah dilakukan
gan nurtrisi : kunjungan intervensi Keluarga mampu : a) Gizi kurang atau 1) Gali pengetahuan keluarga
kurang dari sebanyak lima keperawatan selama a. Menjelaskan kurang gizi (sering tentang gizi kurang
kebutuhan tubuh kali selama 45- 45 – 60 pengertian gizi kali tersebut 2) Diskusikan bersama
berhubungan 60 menit, menit, keluarga kurang dengan malnutrisi) muncul keluarga tentang
dengan keluarga mampu mampu : bahasa sendiri, akibat asupan energi pengertian gizi kurang
ketidakmampua n mengenal, a. Mengenal b. Menyebutkan 2 dan makronutrien 3) Jelaskan kepada keluarga
keluarga merawat memutuskan, dan masalah dari 3 penyebab yang tidak memadai. penyebab gizi kurang
gizi kurang b) Penyebab gizi 4) Jelaskan tanda dan gejala
anggota keluarga merawat (menjelaskan
dengan anggota keluarga kembali pengertian, c. Menyebutkan 2 kurang yaitu gizi kurang pada balita
kekurangan dengan penyebab, tanda dari 3 tanda dan kurangnya asupan 5) Jelaskan dampak yang
nutrisi ketidakseimbang dan gejala, gejala gizi kurang. nutrisi, pola makan ditimbulkan pada anak
an nutrisi : dampak yang asuhan anak kurang dengan gizi kurang
kurang dari ditimbulkan dari memadai, yankes 6) Beri kesempatan pada
kebutuhan tubuh ketidakseimbanga n kurang memadai keluarga untuk bertanya
nutrisi : kurang dari c) Tanda dan gejala gizi 7) Bantu keluarga untuk
kebutuhan tubuh kurang yaitu badan mengulangi apa yang telah
kurus, rambut tipis dijelaskan
d) Dampak yang 8) Beri pujian atas prilaku
ditimbulkan. yang benar
46
b. Mengambil Keluarga mampu Keluarga menyatakan 1) Gali pengetahuan keluarga
keputusan untuk memutuskan masalah keputusan dalam 2) Jelaskan pada keluarga
mengatasi kondisi mengatasi gizi kurang mengenai tindakan yang
ketidakseimbanga n pada balita harus dilakukan saat anak
nutrisi : kurang dari menderita kekurangan gizi
kebutuhan 3) Bimbing dan motivasi
tubuh keluarga untuk mengambil
keputusan dalam
menangani masalah gizi
kurang
4) Beri pujian atas keputusan
yang diambil untuk
mengatasi masalah gizi
kurang pada balita
46
c. Merawat anggota Keluarga mampu a) Keluarga dapat 1) Gali pengetahuan
keluarga yang sakit memberikan diit menjelaskan tentang keluarga
dengan sesuai anjuran cara merawat anak 2) Jelaskan pada keluarga
mendemontrasika n dengan gizi kurang cara meningkatkan nafsu
cara membuat yaitu dengan makan anak : menyajikan
makanan menarik pemberian diit tinggi makanan dalam bentuk
energi tinggi protein yang menarik,
(TETP) memberikan makan
b) Keluarga dapat sedikit tapi sering,
mendemontrasikan pelihara kebersihan gigi
kembali dengan dan mulut, sajikan
benar : cara makanan yang hangat dan
menyusun menu tingkatkan aktivitas anak
makanan dan 3) Demontasikan bersama
menyajikan makanan keluarga cara membuat
makanan yang menarik
4) Beri kesempatan pada
keluarga untuk
mendemontrasikan
kembali
5) Beri pujian atas
keberhasilan keluarga
46
d. Menciptakan Keluarga mampu Keluarga 1) Gali pengetahuan keluarga
lingkungan yang memodifikasi memperlihatkan 2) Jelaskan pentingnya
lebih kondusif lingkungan khususnyasuasana ruang makan lingkungan dalam
untuk meningkatkan ruang dan lingkungan yang memenuhi asupan nutrisi
nafsu makan anak makan bersih dan rapi anak
3) Mendiskusikan dengan
keluarga cara
memodifikasi ruang
makan yang
menyenangkan bagi anak
4) Motivasi keluarga untuk
menata ruang makan
5) Beri pujian atas penataan
yang telah dilakukan
e. Membawa anak Keluarga mau Keluarga membawa 1) Gali pengetahuan keluarga
kepelayanan membawa anak ke anak ke pelayanan 2) Jelaskan pada keluarga
kesehatan terdekat fasilitas kesehatan kesehatan untu tentang kondisi anak
melakuakn 3) Motivasi keluarga untuk
penimbangan BB dan membawa anak ke
pengukuran TB pelayanan kesehatan
4) Beri pujian atas tindakan
yang dilakukan keluarga
46
Resiko Setelah dilakukan Setelah dilakukan
keterlambatan kunjungan intervensi Keluarga mampu : a) Perkembangan 1) Gali pengetahuan keluarga
perkembangan sebanyak lima keerawatan selama a. Menyebutkan adalah 2) Diskusikan bersama
pada anak kali selama 45- 45 – 60 menit, perngertian bertambahnya keluarga tentang
keluarga bapak 60 menit, keluarga mampu : perkembangan struktur dan fungsi pengertian keluarga
berhubungan keluarga mampu a. Mengenal dengan bahasa tubuh yang lebih 3) Jelaskan kepada keluarga
dengan mengenal, masalah sendiri, kompleks penyebab gizi kurang
ketidakmampua n memutuskan, dan (menjelaskan b. Menyebutkan 2 b) Penyebab 4) Jelaskan tanda dan gejala
keluarga merawat kembali pengertian, dari 4 penyebab terlambatnya gizi kurang pada anak
dalam melakukan anggota keluarga penyebab, tanda dan keterlambatan perkembangan balita 5) Beri kesempatan pada
stimulasi pada dengan Resiko gejala dari perkembangan, yaitu kurangnya keluarga untuk bertanya
anak keterlambatan Resiko c. Menyebutkan asupan nutrisi, menu 6) Bantu keluarga untuk
perkembangan keterlambatan tanda dan gejala makanan yang tidak menanggulangi apa yang
pada anak perkembangan pada anak yang bergizi, pola makan telah dijelaskan
anak mengalami yang tidak teratur 7) Beri pujian atas prilaku
keterlambatan tumbuh dan rendahnya pola yang benar
kembang asuh orang tua
c) Tanda dan gejala
anak yang
mengalami
keterlambatan tumbuh
kembang
biasanya mempunyai
tinggi
badan dan berat
46
b. Mengambil Kelurga mampu Keluarga menyatakan 1) Gali pengetahuan keluarga
keputusan untuk mengambil keputusan keputusan dalam 2) Jelaskan pada keluarga
mengatasi kondisi mengatasi gizi kurang mengenai tindakan yang
keerlambatan pada anak harus dilakukan saat anak
perkembangan pada menderita keterlambatan
anak tumbuh kembang
3) Bimbing dan motivasi
keluarga untuk mengambil
keputusan dalam
menangani masalah
keterlambatan tumbuh
kembang
4) Beri pujian atas keputusan
yang diambil untuk
mengatasi masalah
keterlambatan tumbuh
kembang
46
c. Merawat anggota Keluarga mampu : a) Keluarga dapat 1) Gali pengetahuan keluarga
keluarga yang menjelaskan tentang 2) Jelaskan pada keluarga
sakit dengan a. Menjelaskan cara cara merawat anak cara meningkatkan nafsu
mendemontrasik an merawat anak dengan makan anak : menyajikan
cara membuat b. Mengetahui cara keterlambatan makanan dalam bentuk
makanan menarik menstimulasi perkembangan yang menarik,
tumbuh kembang b) Keluarga dapat memberikan makan
anak mendemontrasikan sedikit tapi sering, pelihara
kembali dengan kebersihan gigi dan mulut,
benar : cara sajikan makanan yang
menstimulasi hangat dan tingkatkan
tumbuh kembang aktivitas anak
anak 3) Demontasikan bersama
keluarga cara membuat
makanan yang menarik
4) Beri kesempatan pada
keluarga untuk
mendemontrasikan
kembali
5) Beri pujian atas
keberhasilan keluarga
46
d. Menciptakan Keluarga mampuKeluarga 1) Gali pengetahuan keluarga
lingkungan yang memodifikasi memperlihatkan cara 2) Jelaskan pentingnya
lebih kondusif lingkungan untuk
menstimulasi tumbuh lingkungan dalam deteksi
untuk meningkatkan menstimulasi tumbuh
kembang balita dini tumbang anak
nafsu makan kembang 3) Mendiskusikan dengan
anak balita keluarga cara
memodifikasi lingkungan
yang menyenangkan bagi
anak
4) Motivasi keluarga untuk
menata lingkungan
5) Beri pujian atas penataan
yang telah dilakukan
e. Membawa anak Keluarga mau Keluarga membawa 1) Gali pengetahuan keluarga
kepelayanan membawa anak ke anak ke pelayanan 2) Jelaskan pada keluarga
kesehatan terdekat pelayanan kesehatan kesehatan untuk tentang kondisi anak
melakukan deteksi dini 3) Motivasi keluarga untuk
tumbuh kembang balita membawa anak ke
pelayanan kesehatan
4) Beri pujian atas tindakan
yang dilakukan keluarga
46
Kerusakan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
integritas kulit kunjungan intervensi Keluarga mampu : a) Kerusakan integritas 1) Gali pengetahuan keluarga
pada keluarga sebanyak lima keperawatan selama kulit adalah keadaan 2) Diskusikan bersama
bapak dengan kali selama 45- 45 – 60 a. Menjelaskan dimana seorang keluarga tentang
gizi kurang pada 60 menit, menit, keluarga pengertian individu mengalami pengertian kerusakan
anak keluarga mampu mampu : kerusakan atau beresiko integritas kulit
berhubungan mengenal, a. Mengenal masalah integritas kulit terhadap kerusakan 3) Jelaskan kepada keluarga
dengan memutuskan, dan (menjelaskan dengan bahasa jaringan epidermis penyebab kerusakan
ketidakmampua n merawat kembali pengertian, sendiri, dan dermis integritas kulit
keluarga anggota keluarga penyebab, tanda b. Menyebutkan 1 b) Penyebab terjadinya 4) Jelaskan tanda dan gejala
merawat anggota dengan dan gejala dan penyebab kerusakan integritas kerusakan integritas kulit
keluarga yang Kerusakan kerusakan integritas kerusakan kulit biasanya 5) Beri kesempatan pada
sakit integritas kulit kulit integritas kulit karena ada luka keluarga untuk bertanya
c. Menyebutkan 3 ditubuh 6) Bantu keluarga untuk
dari 4 tanda dan c) Tanda dan gejala mengulangi apa yang telah
gejala kerusakan biasanya klien dijelaskan
integritas kulit mengalami demam, 7) Beri pujian atas prilaku
nyeri, gatal-gatal, yang benar
leukosit tinggi dan
lain sebagainya
46
b. Mengambil Keluarga mampu Keluarga menyatakan 1) Gali pengetahuan keluarga
keputusan untuk mengambil keputusan keputusan dalam 2) Jelaskan pada keluarga
mengatasi kondisi mengatasi kerusakan mengenai tindakan yang
kerusakan integritas integritas kulit harus dilakukan saat anak
kulit menderita kerusakan
integritas kulit
3) Bimbing dan motivasi
keluarga untuk mengambil
keputusan dalam
menangani masalah
kerusakan integritas kulit
4) Beri pujian atas keputusan
yang diambil untuk
mengatasi masalah
kerusakan integritas kulit
46
c. Merawat anggota Keluarga mampu a) Keluarga dapat
1) Gali pengetahuan keluarga
keluarga yang sakit mendemotrasi menjelaskan 2) Jelaskan pada keluarga
cara
dengan kembali cara perawatan luka cara perawatan luka :
mendemontrasika n perawatan luka b) Keluarga mampu mencuci luka dengan NaCl
cara membuat dirumah mendemontrasikan dengan
makanan menarik mempertahankan
cara perawatn luka prinsip
dengan benar steril pada luka
3) Demontasikan bersama
keluarga cara perawatn
luka dengan benar
4) Beri kesempatan pada
keluarga untuk
mendemontrasikan
kembali
5) Beri pujian atas
keberhasilan keluarga
d. Menciptakan Keluarga mampu Keluarga 1) Gali pengetahuan keluarga
lingkungan yang memodifikasi rumah memperlihatkan cara 2) Jelaskan pentingnya
kondusif dan untuk mengurangi menata ruangan lingkungan dalam
nyaman sehingga infeksi dengan nyaman penyembuhan luka
tidak menambah 3) Mendiskusikan dengan
kerusakan integritas keluarga cara
kulit memodifikasi ruangan agar
lebih nyaman
4) Motivasi keluarga untuk
menata ruangan
5) Beri pujian atas penataan
yang telah dilakukan
46
e. Membawa balita Keluarga mampu Keluarga membawa 1) Gali pengetahuan keluarga
kepelayanan membawa balita ke anak ke pelayanan 2) Jelaskan pada keluarga
kesehatan terdekat pelayanan kesehatan kesehatan untuk tentang kondisi balita
melakukan perawatan 3) Motivasi keluarga untuk
pada kerusakan membawa balita ke
integritas kulit pelayanan kesehatan
4) Beri pujian atas tindakan
yang dilakukan keluarga
46
Defisit Setelah dilakukan Setelah dilakukan
pengetahuan kunjungan intervensi
keluarga bapak sebanyak lima keerawatan selama
dengan gizi kali selama 45- 45 – 60 menit,
kurang 60 menit, keluarga mampu : Keluarga mampu :
berhubungan keluarga mampu a. Mengenal masalah a. Menjelaskan a) Gizi kurang atau 1) Gali pengetahuan keluarga
dengan mengenal, (menjelaskan pengertian gizi kurang gizi (sering 2) Diskusikan bersama
ketidakmampua n memutuskan, dan kembali pengertian, kurang dengan kali tersebut keluarga tentang
keluarga merawat penyebab, tanda bahasa sendiri, malnutrisi) muncul pengertian keluarga
dalam mengatasi anggota keluarga dan gejala, b. Menyebutkan 2 akibat asupan energi 3) Jelaskan kepada keluarga
masalah gizi dengan gizi dapmpak yang dari 3 penyebab dan makronutrien penyebab gizi kurang
kurang kurang pada balita ditimbulkan dari gizi gizi kurang yang tidak memadai. 4) Jelaskan tanda dan gejala
kurang c. Menyebutkan 2 b) Penyebab gizi gizi kurang pada balita
dari 3 tanda dan kurang yaitu 5) Jelaskan dampak yang
gejala gizi kurang kurangnya asupan ditimbulkan pada balita
d. Menyebutkan nutrisi, pola makan dengan gizi kurang
dampak dari defisit asuhan anak kurang 6) Beri kesempatan pada
pengetahuan memadai, yankes keuarga untuk bertanya
kurang memadai 7) Bantu keluarga untuk
c) Tanda dan gejala gizi emngulangi apa yang telah
kurang yaitu badan dijelaskan
kurus, rambut 8) Beri pujian atas prilaku
kecoklatan, BB pada yang benar
KMS berada
BGK/BGM
d) Dampak yang
ditimbulkan,
keluarga tidak tau
balita mengalami
46
b. Mengambil Keluarga mampu Keluarga menyatakan 1) Gali pengetahuan keluarga
keputusan untuk mengambil keputusan keputusan dalam 2) Jelaskan pada keluarga
mengatasi kondisi mengatasi gizi kurang mengenai tindakan yang
kurang pada balita harus dilakukan saat anak
gizi pada balita menderita kekurangan gizi
3) Bimbing dan motivasi
keluarga untuk mengambil
keputusan dalam
menangani masalah gizi
kurang
4) Beri pujian atas keputusan
yang diambil untuk
mengatasi masalah gizi
kurang pada balita
46
c. Merawat anggota Keluarga mampu a) Keluarga dapat 1) Gali pengetahuan keluarga
keluarga yang sakit mendemontrasikan menjelaskan tentang 2) Jelaskan pada keluarga
dengan cara menata makan cara merawat balita cara meningkatkan nafsu
mendemontrasika n yang menarik bagi dengan gizi kurang makan anak : menyajikan
cara membuat balita yaitu dengan makanan dalam bentuk
makanan menarik pemberian diit tinggi yang menarik,
energi tinggi protein memberikan makan
(TETP) sedikit tapi sering, pelihara
b) Keluarga dapat kebersihan gigi dan mulut,
mendemontrasikan sajikan makanan yang
kembali dengan hangat dan tingkatkan
benar : cara aktivitas anak
menyusun menu 3) Demontasikan bersama
makanan dan keluarga cara membuat
menyajikan makanan makanan yang menarik
4) Beri kesempatan pada
keluarga untuk
mendemontrasikan
kembali
5) Beri pujian atas
keberhasilan keluarga
46
d. Menciptakan Keluarga mampu
Keluarga 1) Gali pengetahuan keluarga
lingkungan yang memodifikasi memperlihatkan 2) Jelaskan pentingnya
lebih kondusif lingkungan yang
suasana ruang makan lingkungan dalam
untuk meningkatkan nyaman untuk
yang bersih dan rapi memenuhi asupan nutrisi
nafsu makan anak tempat balita makan balita
3) Mendiskusikan dengan
keluarga cara
memodifikasi ruang
makan yang
menyenangkan bagi balita
4) Motivasi keluarga untuk
menata ruang makan
5) Beri pujian atas penataan
yang telah dilakukan
e. Membawa balita Keluarga mau Keluarga membawa 1) Gali pengetahuan keluarga
kepelayanan membawa balita ke anak ke pelayanan 2) Jelaskan pada keluarga
kesehatan terdekat tenaga kesehatan kesehatan untu tentang kondisi balita
melakuakn 3) Motivasi keluarga untuk
penimbangan BB dan membawa balita ke
pengukuran TB pelayanan kesehatan
4) Beri pujian atas tindakan
yang dilakukan keluarga
Sumber : Padila, 2012
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi


yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan memandirikan keluarga
dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki
mereka dan mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan
keluarga untuk : mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan
dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga
sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota
keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat (Sudiharto, 2007).

Pada saat melakukan implementasi, tenaga kesehatan menjelaskan tentang kebutuhan


nutrisi dan akibat yang ditimbulkan pada balita, mendiskusikan dengan keluarga dalam
pengambilan keputusan, mendemontrasikan cara membuat makanan yang menarik bagi
balita, memodifikasi lingkungan yang nyaman bagi balita dan mendiskusikan bersama
keluarga untuk membawa balita kepelayanan kesehatan.

1. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,


implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana
keperawatan yang baru (Gusti, 2013).

Pada masalah gizi kurang pada balita, evaluasi yang dilakukan setelah memberikan
asuhan keperawatan ada 3, yaitu :

a. Evaluasi Struktur

• Ruang kondusif untuk melakukan kegiatan


• Pelaratan memadai dan berfungsi
• Media dan materi tersedia dan memadai
• SDM memadai dan bersedia untuk diberi asuhan keperawatan
b. Evaluasi Proses

• Ketepatan waktu pelaksanaan


• Peran serta aktif dari anggota keluarga
• Kesesuaian peran dan fungsi dari kegiatan
• Faktor pendukung dan penghambat kegiatan

c. Evaluasi Hasil

• Keluarga paham tentang gizi kurang yang dialami balita


• Keluarga mampu mengambil keputusan
• Keluarga mempu membuat makanan menarik untuk balita
• Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang kondusif dengan
cara mendekorasi ruang makan
• Keluarga membawa balita ke pelayanan kesehatan
• Tidak ada tanda-tanda gizi kurang

Evaluasi keperawatan juga bisa dilakukan dengan metode SOAP yaitu S (Subjective)
yaitu mendeskripsikan keluhan berdasarkan yang dikatakan klien, O (Objective) yaitu
mendeskripsikan keluhan berdasarkan pengamatan peneliti, A (Assessment) yaitu
membuat permasalahan yang dialami klien dan P (Planing) yaitu mendeskripsikan
perencanaan untuk tindakan selanjutnya berdasarkan masalah yang dialami klien. Setelah
melakukan evaluasi dengan keluarga baik evaluasi subjektif dan objektif, perawat
melakukan kontak waktu dengan keluarga untuk pertemuan selanjutnya. Pertemuan
selanjutnya tergantung pada kesempatan yang diberikan oleh keluarga pada perawat.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kurang gizi atau malnutrisi pada anak dapat berdampak buruk pada tumbuh
kembangnya. Oleh karena itu, orang tua harus memahami penyebab dan gejala anak
kurang gizi, sehingga dapat mencegahya.Anak kurang gizi bisa disebabkan oleh
kekurangan makronutrisi yaitu karbohidrat, lemak dan protein atau mikronutrisi
yaituvitamin dan mneral. Kurang dapat membuat anak mengalamai gangguan
pertumbuhan, seprti berat badan kurang, prawakan yang pendek bahkan mengalami
gagal tumbuh.
B. SARAN
Berikut ini adalah saran yang dapat kami buat agar bisa menjadi lebih baik di masa
yang akan datang :
- Pemerintah lebih serius dalam mengani gizi buruk
- Tenaga perawat dan tenaga kesehatan lain harus lebih banyak ke masyarakat
untuk pemberian penyuluhan
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2011. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I.


Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk PendidikanKebidanan.
Jakarta : Salemba Medika
Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada
Balita.Yogyakarta: Nuha Medika.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Waspadai Penyakit pada Anak. Jakarta : PT Indeks
Sodikin, 2013.Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan.Jakarta: EGC.
Http://www.depkes,com/gizi-buruk/249/gizi-pada-anak.html. diakses pada tanggal 30
Agustus
2020
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2134/9/KTI%20Edit%20baru.pdf diakses tanggal 30
Agustus 2020
http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MGI/article/download/3121/2278 Diakses Tanggal
30
Agustus 2020
https://dokumen.tips/documents/laporan-pendahuluan-gizi-kurang.html diakses tangal 30
Agustus 2020

Anda mungkin juga menyukai