Pengelolaan Pendidikan
Disusun Oleh:
Revaldo 1204554
ALAM
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya
yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, memberikan kecerdasan ilmu dan
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan
pendidikan.
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan
i
6. Bapak Defta Akauna Oktafiga, sebagai asisten dosen Pengelolaan Pendidikan
8. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan hasil
observasi ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan karena keterbasan pengetahuan penulis. Kritik dan saran yang bersifat
makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak baik bagi penulis maupun bagi para
pembaca. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
BAB I PENDAHULUAN 1
iii
BAB IV PENUTUP 52
4.1 Kesimpulan 52
4.2 Saran 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
yang berpikir, sebagaimana untuk menjalani kehidupan di dunia ini dalam rangka
mempertahankan hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang
Pencipta untuk beribadah. Salah satu aspek yang sangat penting dalam pendidikan
pendidikannya masih rendah. Hal ini terlihat dari input dan output pendidikan yang
lebih maju.
pengelolaan dari kepala sekolahnya. Selain itu, proses pendidikan pun sangat
Sekolah yang bermutu pun tidak terlepas dari peran serta masyarakat dan orang
tua yang ikut menyumbang pikiran dalam rangka proses pengelolaan suatu lembaga
pendidikan.
1
Makin majunya perkembangan masyarakat diisyaratkan dengan makin
pada pengucilan lembaga atau dengan kata lain lembaga tersebut akan mati
sebagai berikut:
Bandung.
2
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode naturalistik dan
metode secara literatur. Metode naturalistik ialah metode penelitian yang dilakukan
dalam situasi yang wajar atau dalam natural setting. Sedangkan metode secara
literatur ialah dengan mencari referensi dari buku dan juga internet.
Adapun ciri-ciri metode naturalistik dalam buku Nasution (1996: 9-12) ialah :
1) Sumber data ialah situsi yang wajar atau natural setting. Peneliti
mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana
adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja.
2) Sangat deskriptif. Dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data
deskriptif yang banyak yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.
3) Mementingkan proses maupun produk. Juga memperhatikan perkembangan
terjadinya sesuatu.
4) Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat
memahami masalah atau situasi.
5) Mengutamakan data langsung. Peneliti sendiri terjun ke lapangan untuk
mengadakan observasi atau wawancara.
6) Triangulasi. Data atau informasi dari satu pihak dicek kebenarannya dengan
cara memproleh data dari sumber lain.
7) Menonjolkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat
data yang sangat terinci mengenai hal-hal yang bertalian dengan masalah
yang diteliti.
8) Subjek yang diteliti dipandang memiliki kedudukan yang sama dengan
peneliti. Maksudnya sebagai manusia yang setaraf.
9) Verivikasi. Antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif.
10) Sampling yang purposif. Sampelnya biasanya sedikit dan dipilih menurut
tujuan (purpose) peneliti.
11) Menggunakan audit trail. Maksudnya mengikuti jejak atau melacak untuk
mengetahui laporan penelitian sesuai dengan data-data yang dikumpulkan.
3
12) Partisipasi tanpa mengganggu. Dimana peneliti hendaknya jangan
menonjolkan diri dalam melakukan observasi.
13) Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Tujuan penelitian naturalistik
bukan menguji hipotesa yang didasarkan teori tetapi untuk menemukan
pola-pola yang memungkinkan dikembangkan menjadi sebuah teori.
14) Disain penelitian tampil dalam proses penelitian. Pada awalnya penelitian
naturalistik belum dapat direncanakan disain yang terinci, lengkap dan pasti,
yang menjadi pegangan selanjutnya selama penelitian. Gambaran umum
hanya bersifat sementara.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003).
6
2.6 Pengertian Standar Pengelolaan Pendidikan
Standar pengelolaan pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanan, dan pengawasan kegiatan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, atau nasional agar tercapai
efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan
pendidikan menjadi tanggung jawab kepala satuan pendidikan.
Di samping itu, hal penting lainnya yang perlu dilakukan kepala sekolah
adalah membangun visi. Visi yang telah dimiliki oleh sekolah seharusnya
disosialisasikan, dikomunikasikan, dihidupkan, bahkan dikembangkan agar
mempunyai arti, bermakna bagi sekolah itu. Visi merupakan cita-cita dan
pandangan ke depan yang dapat diraih di masa depan melalui kinerja dengan
berbagai upaya dan cara. Untuk menempuh tujuan tersebut, diperlukan empat
7
pilar, yaitu: “(1) Penentu arah, (2) Agen perubahan, (3) Juru bicara, (4) Pelatih.”
(Aan Komariah, 2002: 48). Untuk menjalankan kepemimpinan visioner ini,
seorang kepala sekolah diharapkan mampu memberikan inspirasi kinerja kepada
stafnya, terutama para guru di dalam koordinasinya. Untuk itu, menurut
Wahjosumidjo (1999: 4-5), ada sejumlah elemen kunci yang perlu diperhatikan
kepala sekolah, yaitu:
Penataan atau penempatan diri guru-guru dan staf berkaitan dengan visi
tersebut.
8
Dalam memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang
terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya
dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan
dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus berusaha
menanamkan, memajukan, dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai,
yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.
9
dalam pelaksanaanya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu,
pembinaan artistik harus terkait atau merupakan pengayaan dari pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
10
Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara
mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien
untuk kepentingan pembelajaran.
11
Desakan kebutuhan masing-masing baik lembaga ataupun masyarakan tentu
berbeda walaupun pada prinsip dasarnya memiliki kesamaan yakni mencerdaskan
kehidupan anak bangsa yakni mendidik manusia Indonesia seutuhnya, dan cita-
cita ini akan tampak hanya sebagai sebuah angan-angan jika antara masyarakat
dan lembaga pendidikan tidak terjalin komunikasi dengan baik, sehingga lajim
dikatakan bahwa keduanya merupakan simbiosis mutualisme, yakni sebagai suatu
keharusan yang menyatukan visi dan misi di antara keduanya sehingga satu
dengan lainnya tidak dapat memisahkan diri.
Dalam bahasa yang lebih dinamis dikatakan bahwa lembaga pendidikan dan
masyarakat bukan hanya sekedar menjalin hubungan, tetapi lebih pada
komunikasi, dan keluasan makna ini akan berdampak terhadap harmonisasi
hubungan sekolah dan masyarakat sehingga pada gilirannya dapat tercipta jika
masing-masing elemen yang menjadi pelengkap hubungan tersebut dapat
terpelihara serta masing-masing memberikan dukungan satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain, hubungan sekolah dengan masyarakat akan membuahkan hasil
berupa kerjasama, dan kerjasama tersebut dapat terlaksana dengan baik jika terjadi
komunikasi yang kondusif yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan
keduanya.
Jika dilihat dari sisi maknanya, hubungan sekolah dan masyarakat memiliki
pengertian yang sangat luas sehingga masing-masing ahli memiliki persepsi yang
berbeda-beda. Hal ini tentu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda-beda,
seperti diungkapkan bahwa “hubungan masyarakat dengan sekolah merupakan
komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik bail
dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan
pembinaan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama” (Internatonal
Public Relation Association).
12
Memaknai pengertian komunikasi, secara spesifik dikemukakan oleh
Emerson Reck (1993: 25), terjemahannya bahwa:
Public relation merupakan suatu fungsi dari manajemen yang khas dan
mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan
publiknya terutama menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan
dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam persoalan permasalahan, membantu
manajemen menanggapi opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti
dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan
dini dalam mengantisipasi kecenderungan mempergunakan penelitian serta teknik
komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.
Secara umum hubungan sekolah dan masyarakat memiliki tujuan yang hendak
dicapai yakni berupa peningkatan mutu pendidikan, sehingga pada gilirannya
masyarakat akan merasakan dampak langsung dari kemajuan tersebut. Adapun
tujuan yang lebih kongkrit hubungan antara sekolah dan masyarakat antara lain:
13
Untuk membantu pemahaman tentang makna dari hubungan sekolah dan
masyarakat, maka Oteng (Administrasi dan Supervisi Pendidikan)
mengungkapkan bahwa hubungan sekolah dan masyarakat memiliki tujuan dalam
(1) mengembangkan pemahaman tentang maksud dan saran-saran dari sekolah;
(2) menilai program sekolah dengan kata-kata kebutuhan-kebutuhan terpenuhi; (3)
mempersatukan orang tua, murid serta guru-guru dalam memenuhi kebutuhan
perkembangan peserta didik; (4) mengembangkan kesadaran akan pentingnya
pendidikan sekolah dalam era pembangunan; (5) membangun dan memelihara
kepercayaan terhadap sekolah; (6) memberitahu masyarakat tentang pekerjaan
sekolah dan (7) mengerahkan bantuan dan dukungan bagi pemeliharaan dan
peningkatan program sekolah.
Disadari atau tidak, sekolah sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang
sosial dan hal ini harus mampu berperan sebagai agent of change, sellecting
agency, class leveling agency, assimilating agency, dan agent of preservation.
Sebagai agent of change tentu lembaga pendidikan hendaknya lebih
mengedepankan peran dan fungsinya sebagai pembaharu bagi masyarakat peserta
didik dan masyarakat umum terutama dalam menggali potensi yang mengarah
pada paradigma dan perubahan berpikir dan berperilaku yang sesuai dengan
standar norma yang berlaku, sehingga jika masyarakat, dan peserta didik
melakukan pelanggaran atas hal tersebut, maka ada dua pertanyaan yang
dikemukakan apakah lembaga tidak berhasil dalam mendidik peserta didik,
ataukah peserta didik itu sendiri yang memang susah untuk dibentuk sebagai
manusia berakal dan berakhlakul karimah.
14
membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus, terutama dari pengelola
pendidikan sehingga pada gilirannya potensi masyarakat dalam hal ini peserta
didik mampu berkembang secara optimal.
Adapun peran dan fungsi lembaga pendidikan sebagai class leveling agency
hendaknya lembaga pendidikan mampu menjadi perantara sebagai peningkat taraf
sosial bagi masyarakat peserta didik itu sendiri, sehingga kecenderungan peserta
didik untuk berperilaku yang menyimpang terhadap peran dan fungsi lembaga
sebagai assimilating agency dapat terhindarkan sedini mungkin.
Tujuan komunikasi atau dalam hal ini hubungan sekolah dan masyarakat yang
dilakukan oleh lembaga selama ini masih bersifat one way traffic communication
sehingga muncul kesan bahwa lembaga hanya mengharapkan dukungan
15
masyarakat hanya untuk mempertahankan eksistensi kelembagaan semata, bahkan
kesan lain yang muncul ke permukaan bahwa lembaga hanya ingin mendapat
keuntungan semata sementara kebutuhan masyarakat terhadap lembaga kurang
diperhatikan.
Namun ada hal lain yang dituntut dari lembaga yakni keterampilan-
keterampilan komunikasi, sudah semestinya lembaga mempergunakan sistem
komunikasi dua arah (two way traffic communication) artinya kebermaknaan
suatu komunikasi mampu diarahkan pada perbaikan sistem pendidikan secara
menyeluruh dan hal lain ini merupakan tugas bersama antara pengelola lembaga
dan masyarakan sehingga pada gilirannya ketika komunikasi tersebut tidak
sampai baik kepada lembaga maupun kepada masyarakat maka tidak akan
mengalami kesulitan dalam menterjemahkannya ke dalam sistem operasional
yang disepakati oleh keduanya (lembaga dan masyarakat).
Hal lain yang selama ini terlupakan yakni pengawasan yang berkelanjutan,
survai membuktikan bahwa kelemahan yang terjadi pada kelembagaan kita adalah
pengawasan mutu yang berkelanjutan, sebagai salah satu contoh komite sekolah
berperan dalam memberikan kontrol terhadap mutu kelembagaan yang datang dari
16
masyarakat namun kenyataannya sampai sejauh mana komite tersebut berperan
dalam peningkatan mutu kelembagaan.
Pada beberapa negara maju seperti Australia dikenal dengan school council
yang selanjutnya di Indonesia disebut dengan komite sekolah, Djam’an (2001)
menyebutkan bahwa komite sekolah akan terdiri dari kepala sekolah, refresentatif
staf sekolah, orang tua murid, anggota masyarakat dan refresenatatof dari
departemen pendidikan nasional setempat.
17
2.9 Latihan Kasus Hubungan Sekolah dan Masyarakat
1. Deskripsi Masalah
2. Pokok Masalah
18
saling menguntungkan dengan jalan tidak ada yang dirugikan baik pihak sekolah
maupun pihak masyarakat.
3. Alternatif Solusi
4. Solusi Terpilih
Solusi terpilih yang dianggap efektif dalam menjalin hubungan sekolah dan
masyarakat dapat dilihat dari peran dan fungsi departemen humas yang di
dalamnya meliputi: (1) strategi kampanye public relation yang meliputi pesan
atau informasi yang harus disampaikan berdasarkan pada kebutuhan ataupun
kepentingan khalayak sebagai sasarannya; (2) public relation sebagai
komunikator dan mediator yang berusaha membentuk opini berupa sikap positif
dari masyarakat melalui rangsangan; (3) mendorong publik untuk berperan serta
dalam aktivitas dalam perubahan serta situasi negatif menjadi situasi yang positif
serta (4) perubahan sikap dan penilaian dari pihak publik dapat terjadi, oleh sebab
itu pembinaan dan pengembangan yang berkesinambungan harus dilakukan agar
peran serta tersebut terpelihara dengan baik.
19
hingga mengevaluasi suatu problematika yang sedang dihadapi oleh sekolah; (2)
kemampuan dalam menarik perhatian melalui berbagai kegiatan publikasi yang
kreatif, inovatif, dinamis dan menarik bagi publiknya sebagai target sasaran; (3)
kemampuan untuk mempengaruhi pendapat umum melalui kegiatan public
relation dalam merekayasa pandangan yang searah dengan kebijakan organisasi
yang diwakilinya dalam posisi yang saling menguntungkan; serta (4) tuntutan
kemampuan manajer hubungan masyarakat menjalin suasana saling percaya,
menghormati serta mengedepankan prinsip-prinsip goodwill baik dengan pihak
internal maupun eksternal.
20
BAB III
21
yang dikelolanya, visi yang sempit akan menghasilkan sekolah yang jelek
sehingga tidak akan disenangi masyarakat.
Ciri-ciri visi sekolah yang utuh harus dilandasi dengan :
a. Norma agama, norma hukum, dan norma-norma kemasyarakatan;
b. Niat yang baik dan ikhlas, tidak berambisi pada imbalan materi dan
penghasilan dari pekerjaannya;
c. Keyakinan bahwa bekerja untuk kepentingan pendidikan adalah
panggilan jiwanya;
d. Keinginan untuk memajikan sekolah.
Visi suatu sekolah dipengaruhi oleh latar belakang sosial orang-orang
yang merumuskannya, antara lain :
a. Pengalaman hidup;
b. Pendidikan dan pelatihan;
c. Pengalaman professional;
d. Interaksi dan komunikasi.
Idealnya visi sekolah yang diharapkan oleh pemerintah, orangtua,
dan masyarakat adalah visi yang sesuai dengan tuntutan zaman, yaitu
sekolah yang mampu menghasilkan manusia yang berkualitas dan unggul
serta mampu bersaing di percaturan dunia global.
Visi SMA Negeri 11 Bandung adalah :
“ Terwujudnya insan SMA Negeri 11 Bandung yang religius, unggul,
inovatif, berwawasan lingkungan, dan hidup sehat.”
Visi tersebut berlandaskan Al-Qur’an Surat An Nisa ayat 9, yang
artinya :
“Dan hendaklah takut kepada Alloh orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu,
hendaklah mereka bertaqwa kepada Alloh dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.”
22
2. Misi
Misi merupakan penjabaran dari suatu visi. Misi adalah taerget atau
sasaran yang ingin dicapai setelah suatu kegiatan dilaksanakan berdasarkan
rambu-rambu yang ditentukan. Perumusan misi sekolah harus didasarkan
pada kompetensi sekolah, yang mencakup kompetensi siswa, guru, kepala
sekolah, tata usaha, dan para stakeholder, serta infra struktur yang dapat
menunjang terhadap peningkatan kualitas pendidikan.
Sesuai visi yang didasarkan pada kompetensi dari berbagai komponen
yang dimiliki, rumusan misi SMA Negeri 11 Bandung adalah : “ALIMAN,
SHOLIHAN, MUJAHIDAN”
ALIMAN, artinya menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan
keterampilan. Setiap insan SMA Negeri 11 Bandung
dituntut untuk senantisa belajar guna menambah
penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan,
wawasan lingkungan, dan hidup sehat.
SHOLIHAN, artinya berbudi pekerti luhur, patuh melaksanakan
perintah agama, terciptanya budaya disiplin, dan tertib.
Sejalan dengan upaya peningkatan intelectual quality
melalui proses pembelajaran, kepribadian civitas
akademica SMA Negeri 11 Bandung pun dibimbing
melalui peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (IMTAQ).
MUJAHIDAN, artinya memiliki daya saing yang tinggi atau mampu
berkompetisi dengan siswa lain, semangat menuntut ilmu,
dan melaksanakan setiap aspek yang tanggung
jawab/kewajibannya dalam menciptakan lingkungan yang
seimbang dan teratur.
Seperti halnya visi, rumusan misi SMA Negeri 11 Bandung juga
didasarkan pada Al-Qur’an :
a. Surat Luqman ayat 17, yang artinya :
“ Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan
23
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Alloh).”
b. Surat Ibrahim ayat 23, yang artinya :
“ Dan masukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal sholeh ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka
dalam surga itu ialah salam.”
Setelah melalui proses pembelajaran serta peningkatan keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diharapkan memiliki daya juang
guna membangun eksistensi diri dan pihak lain.
3. Tujuan Sekolah
Tahun Pembelajaran 2013/2014 SMA Negeri 11 Bandung diharapkan dapat :
a. Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
dalam perubahan kurikulum, dari Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan dari Kurikulum 2006 menjadi
Kurikulum 2013;
b. Meningkatkan mutu lulusan yang diukur dari besarnya persentase masuk ke
Perguruan Tinggi Negeri dibandingkan tahun pembelajaran sebelumnya;
c. Menciptakan siswa yang mampu bersaing dalam menghadapi era
globalisasi;
d. Peningkatan kualitas kemampuan dan keterampilan yang diimbangi
meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
melalui perwujudan Kampus Religius yang diimplementasikan dengan
peningkatan aplikasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari;
e. Meningkatkan kerjasama dengan mitra sekolah dalam pengelolaan
pendidikan secara profesional dan proporsional;
f. Meningkatkan kegiatan ekstra kulikuler sehingga dapat mengaharumkan
citra sekolah;
g. Meningkatkan frekuensi peran serta dalam mengikuti perlombaan-
perlombaan karya ilmiah, Olimpiade Matematika, Fisika, Kimia, Biologi,
Kebumian, Ekonomi, Geografi, Astronomi, dan Komputer;
24
h. Meningkatkan kualitas dan kuantitas fungsi sarana/prasarana penunjang
pencapaian tujuan sekolah;
i. Berkualitas dan optimal dalam pelaksanaan pembelajaran, keagamaan, serta
pelayanan terhadap siswa, guru, dan masyarakat;
j. Tertib administrasi, berkaitan dengan administrasi
kependidikan/administrasi guru, dan administrasi yang berhubungan dengan
kepegawaian;
k. Mantap lingkungan, dalam rangka mewujudkan K3 P4LH yang diharapkan
merangsang guru, pegawai Tata Usaha, dan siswa agar merasa nyaman dan
kerasan di lingkungan sekolah;
l. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan melalui penyelenggaraan
pembelajaran yang bermutu.
25
2. Kepala Sekolah
Nama-nama kelapa sekolah yang pernah memimpin SMA Negeri 11
Bandung sejak didirikannya sampai dengan saat ini yaitu :
a. Tatang Kosasih : 1966-1969
b. Mohammad Muchtar : 1969-1970
c. Drs. Soetopo : 1970-1972
d. Drs. Amarullah : 1972-1978
e. Drs. Dono Yusuf : 1978-1982
f. M. Komarudin : 1982
g. Drs. R. A. Iskandar Y : 1982-1983
h. Muharam : 1983-1986
i. Drs. H. Sudiana AS, S.H. : 1986
j. Drs. Djadja K : 1986-1990
k. H. Muhammad Anshar : 1990-1994
l. Drs. Mohd. Said Syamsudin : 1994-1996
m. Drs. Ate Subrata, S.H. : 1996
n. Drs. Iri Setiadi : 1996-1998
o. Drs. H. Nana : 1998
p. Drs. Syamsuddin AH. : 1999-2001
q. Dra. Hj. Ana Rostiana : 2001-2003
r. Teddy Hidayat, S.Pd., M.M.Pd. : 2004-2008
s. Drs. Wardoyo, M.M.Pd. : 2008-2012
t. Dra. Hj. Dedeh Suatini, M.M.Pd. : 2012-
3. Data Siswa
Jumlah Siswa
Keadaan Tahun Kelas
Kelas X Kelas XI Jumlah
Siswa Pembelajaran XII
2009/2010 366 373 383 1.122
Jumlah 2010/2011 360 359 373 1.092
siswa 2011/2012 453 383 359 1.195
2012/2013 468 453 383 1.304
26
2013/2014 432 461 446 1.339
2009/2010 9 9 10 28
2010/2011 9 9 9 27
Jumlah
2011/2012 10 9 9 28
Rombel
2012/2013 13 10 9 32
2013/2014 12 13 10 35
Kesesuaian
Jumlah Jumlah
dengan Latar
Guru Kebutuhan
Belakang
No Mata yang Ada Guru per
Pendidikan
. Pembelajaran Mata
Tidak
G GT Sesua Pembelajara
Sesua
T T i n
i
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pendidikan Agama
a. Islam 2 2 V - 4
b. Kristen - 1 V - 1
c. Hindu - - - - -
d. Budha - - - - -
2. Kewarganegaraan 2 1 V - 3
27
Bahasa&Sastra
3. 4 2 V - 6
Indonesia
4. Bahasa Inggris 6 - V - 6
5. Bahasa Asing Lain - 3 V - 3
6. Matematika 6 - V - 6
7. Fisika 5 - V - 5
8. Biologi 4 - V - 4
9. Kimia 4 - V - 4
10. Sejarah 2 1 V - 3
11. Geografi 2 1 V - 3
12. Sosiologi 2 1 V - 3
Ekonomi/Akuntans
13. 4 - V - 4
i
14. Kesenian 1 2 V - 3
15. TIK 2 2 - - 4
Pendidikan
16. 3 1 V - 4
Jasmani
17. Pustakawan 2 - - - 2
Bimbingan
18. 5 - V - 5
Konseling
Pend/ Lingkungan
19. 1 1 - V 2
Hidup
20. Bahasa Sunda - 3 V - 3
Jumlah 54 21 75
28
5 0 5 5 5 10 6 2 8 16 7 23
Nama Keadaan
No. Jumlah
Alat/Sarana Baik Cukup Rusak
1. Lapangan Basket 1 V
2. Lapangan Volley
1 V
Ball
3. Panjat Dinding - -
4. Bola Sepak 1 V
5. Bola Basket 5 V
6. Bola Volley 5 V
7. Bola Softball 5 V
8. Bola Tangan 3 V
9. Bola Hockey 5 V
10. Stick Hockey 12 V
29
11. Kaos Tim Basket 1 V
12. Kaos Tim Volley 1 V
13. Kaos Tim Sepak
1 V
Bola
b) Atletik
Nama Keadaan
No. Jumlah
Alat/Sarana Baik Cukup Rusak
1. Loncat Tinggi 1 V
2. Loncat Jauh 1 V
3. Track Lari 1 V
4. Spinter - V
Lempar
5. 15 V
Lembing
6. Lempar Cakram 10 V
7. Tolak Peluru 15 V
8. Matras 3 V
Kuda-kuda
9. 1 V
Senam
6. Perpustakaan Sekolah
Buku Pegangan
Buku Teks Siswa Buku Penunjang
Guru
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Judul Eksemplar Judul Eksemplar Judul Eksemplar
270 1.376 510 10.200 1.450 23.941
30
3) Terbaik IV Provinsi Jawa Barat Tahun 2005,
4) Juara II se-Kota Bandung Tahun 2007,
5) Juara III se-Kota Bandung Tahun 2011,
6) Penghargaan dari Walikota Bandung tentang Sekolah yang Selalu Peduli
Akan Lingkungan Tahun 2010,
7) Juara I se-Kecamatan Regol Kota Bandung Tahun 2011,
8) Juara I se-Kota Bandung tahun 2012,
9) Juara II Tingkat Provinsi 2012,
10) Selain itu juga SMAN 11 Kota Bandung telah memperoleh penghargaan
sebagai Sekolah Berbudaya Lingkungan tahun 2013, dan Sekolah
Adiwiyata Tingkat Nasional tahun 2013, dan sekarang sedang
membina 10 sekolah Binaan sebagai tindak lanjut untuk mendapatkan
penghargaan Adiwiyata Mandiri tahun 2014.
31
MUJAHIDAN disini maksudnya memiliki daya saing yang tinggi atau
mampu berkompetisi dengan siswa lain, semangat menuntut ilmu, dan
melaksanakan setiap aspek yang tanggung jawab/kewajibannya dalam
menciptakan lingkungan yang seimbang dan teratur.
2. Bagaimana struktur organisasi pengurus inti di sekolah ini? Lalu apa tugas
pokok dan fungsinya?
32
4. Apa saja peranan komite sekolah dalam pengelolaan sekolah ini?
Sebagai perwakilan dari orang tua siswa. Jadi, jika ada rancangan,
gagasan yang berkaitan dengan sekolah (khususnya menyangkut permasalahan
dengan siswa langsung) harus persetujuan dari komite sekolah. Kebetulan
beberapa tahun yang lalu anak pertama dan anak kedua dari komite sekolah itu
menjadi siswa SMAN 11 Bandung, jadi beliau dipercayai sebagai wakil aspirasi
orang tua siswa. Meskipun sekarang, ketua komite sekolah langsung ditunjuk
oleh dinas, namun ketua komite yang menjabat sekarang adalah ketua komite
yang sejak dulu menjabat.
6. Apa saja aspek yang dikelola oleh sekolah tanpa campur tangan
pemerintah?
Dalam meningkatkan moral siswa, sekolah mewajibkan siswa untuk
mengaji terlebih dahulu 15 menit sebelum jam pelajaran yang pertama.
Begitupun dengan guru-gurunya, ada jadwal sebagai pembimbing pengajian di
sebelum pembelajaran dimulai, dan jadwal itu diatur tersendiri.
Program sekolah yang tanpa campur tangan pemerintah misalnya
program tanaman hidroponik. Ini adalah kebijakan kepala sekola yang menjabat
sekarang, sehingga SMAN 11 Bandung mendapat penghargaan sebagai sekolah
Adiwiyata (Sekolah dengan Berwawasan Lingkungan) dari Dinas.
33
Dalam aspek ekstrakulikuler dan OSIS, sekolah membantu
memprasaranai dan membiayai kegiatan tersebut.
7. Apa saja bentuk partisipasi orang tua siswa atau masyarakat dalam
pengelolaan sekolah ini?
Misalkan dalam membuat pembaharuan di dalam sekolah (baik dalam
program maupun perangkatnya), orang tua siswa memiliki suara dalam
pencanangan tersebut. Jadi pihak sekolah harus mepresentasikannya terlebih
dahulu kepada orang tua siswa dan ketua komite sekolah, kemudian di dalam
forum tersebut orang tua siswa dapat memberi tanggapan dan memberi solusi
untuk pembaharuan yang akan dilakukan tersebut. Sehingga semua yang ada
atau dilakukan oleh sekolah harus transparan terhadap orang.
34
karena di SMAN 11 Bandung tidak diberlakukan kelas unggulan sehingga
variasi kemampuan murid harus merata..
Selain itu, dilihat dari aspek absensi, nama siswa yang hampir sama itu di pisah,
sehingga meminimalisir kekeliruan dalam memberikan nilai. Misal ada empat
nama annisa, nah siswa tersebut dipisah, dan jangan sampai dalam 1 kelas hanya
dengan siswa yang memiliki nama depan dengan abjad yang sama semua (misal
nama huruf depannya A semua atau B semua).
35
terhadap tenaga kependidikan, namun antara tenaga kependidikan dengan tenaga
kependidikan yang lain pun terbentuk koordinasi yang cukup baik pula.
Jadi segala informasi sekolah dapat diketahui oleh semua pihak yang
bersangkutan. Untungnya sih selama ini meskipun kepala sekolah sering sekali
tidak berada di sekolah karena kepentingan diluar, namun informasi yang
disampaikan oleh kepala sekolah selalu diterima dengan baik oleh semua pihak.
36
13. Bagaimana kode etik hubungan antara sesama warga didalam lingkungan
sekolah dan hubungan sekolah dengan masyarakat?
Hubungan antara kepala sekolah dengan guru seperti guru dengan guru,
namun mungkin karena kepala sekolah memiliki tugas lain diluar sekolah maka
terkadang kepala sekolah tidak langsung menyosialisasikan kebijakan langsung
ke guru atau warga sekolah lainnya namun lewat humas, lalu humas yang
menyampaikannya kepada guru dan warga sekolah lainnya.
14. Bagaimana pola komunikasi sekolah dengan masyarakat dan orang tua
siswa?
Kita disini ada komite sekolah yang perannya sebagai wakil aspirasi dari
orang tua siswa. Lalu ada juga rapat yang mengundang orang tua siswa untuk
ikut berpartisipasi dalam membicarakan kepentingan sekolah. Biasanya rapat
tersebut dilakukan setiap ada permasaahan yang harus diketahui oleh orang tua.
Contohnya dalam masalah pembangunan maupun dana sekolah. Sehingga
komunikasi antara sekolah dengan orang tua siswa bisa terjada, baik melalui
komite sekolah maupun langsung kepada orang tua siswanya.
Jadi polanya itu komunikasi dua arah, dimana sekolah dan orang tua
berperan. Dengan masyarakat kita juga melakukan komunikasi rutin. Selain
dengan bimbel dan lembaga kependidikan lainnya kita juga memiliki
komunikasi dengan 5 negara. Contohnya dalam program pertukaran pelajar dan
studi banding. Jadi pola komunikasi kita dengan masyarakat pun secara dua
arah.
15. Bentuk kerjasama apa saja yang sekolah lakukan dengan masyarakat atau
orang tua siswa?
Dengan orang tua, pihak sekolah selalu melibatkan orang tua siswa
dalam hal peningkatan dan pembaharuan sekolah dengan adanya rapat orang tua.
Lalu ada pula beasiswa yang sumbernya dari orang tua siswa.
Dengan masyarakat, pihak sekolah melakukan banyak kejasama dengan
pihak masyarakat. Contohnya, dilakukan seminar yang pembicaranya dari tokoh
yang ahli. Lalu dengan lembaga Bimbel yang ada di Kota Bandung, banyak
37
bimbel yang melakukan kerjasama dengan SMAN 11 Bandung misal melakukan
Ujian dan siswa berprestasi bisa mendapatkan fasilitas bimbel gratis dari
lembagaa tersebut.
Pihak selokah pun melakukan kerjasama dengan 5 negara(Singapura,
Australia, Jerman, Malaysia, dan Jepang). Contohnya dengan melakukan studi
banding, siswa terpilih dari SMAN 11 Bandung dikirimkan ke Australia dalam
program pertukaran pelajar, dan SMAN 11 Bandung pun menerima pertukaran
pelajar dari Australia.
Ada pula program Beasiswa dari pihak luar negeri tersebut (misalnya
SAMPOERNA FOUNDATION, SINGAPORE FOUNDATION, dll).
38
Dari info-info tersebut, guru mendapatkan ilmu untuk lebih kreatif lagi
dalam mendidik dan juga memberi pengetahuan baru untuk sekolah ini. Jadi
guru itu juga berperan dalam pengelolaan sekolah.
39
5. Kepala sekolah menemukan setiap 2 4
kemampuan komite sekolah,
guru, dan tenaga kependidikan
sekolah untuk memformulasikan
Renstra sekolah
6. Kepala sekolah mengembangkan 2 4
setiap kemampuan komite
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
dengan menyertakan mereka ke
seminar yang terkait dengan
Renstra sekolah
7. Kepala sekolah mengembangkan 2 4
setiap kemampuan komite
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
dengan menyediakan pustaka
terkait dengan formulasi Renstra
sekolah
8. Kepala sekolah mengajak komite 2 4
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memanfaatkan sumber daya
sekolah
dengan baik sebagai salah satu
bahan pertimbangan formulasi
Renstra sekolah
9. Kepala sekolah melakukan inovasi- 2 4
inovasi pendidikan sebagai
contoh untuk mendorong komite
sekolah, guru, dan tenaga
40
kependidikan sekolah untuk
berkembang dengan melakukan
inovasi-inovasi pendidikan yang
selanjutnya akan diformulasikan
dalam bentuk Renstra sekolah
10. Kepala sekolah mendorong komite 3 3
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
berkembang dengan melakukan
inovasi-inovasi pendidikan yang
selanjutnya akan diformulasikan
dalam bentuk Renstra sekolah
11. Kepala sekolah 2 4
mengkoordinasikan segenap
sumber daya yang dimiliki oleh
sekolah dengan baik sebagai bahan
pertimbangan untuk formulasi
Renstra sekolah
12. Kepala sekolah melakukan analisis 2 4
mengenai kekuatan dan
kelemahan sekolah sebelum
memformulasikan Renstra sekolah
yang kemudian akan didiskusikan
dengan komite sekolah, guru,
dan tenaga kependidikan sekolah
sebagai bahan pertimbangan
formulasi Renstra sekolah
13. Kepala sekolah mampu 1 5
menstimulasi tenaga administrasi
sekolah untuk mengelola data
menjadi informasi yang berguna
untuk formulasi Renstra sekolah
41
14. Kepala sekolah menggunakan data 1 5
dan informasi yang dimiliki oleh
sekolah sebagai dasar
pertimbangan analisis kekuatan
dan kelemahan sekolah
15. Kepala sekolah melakukan analisis 2 4
mengenai peluang dan ancaman
sekolah sebelum
memformulasikan Renstra sekolah
yang kemudian akan didiskusikan
dengan komite sekolah, guru, dan
tenaga kependidikan sekolah
sebagai bahan pertimbangan
formulasi Renstra sekolah
16. Kepala sekolah menggunakan data 6
dan informasi yang akurat dan
terpercaya sebagai dasar
pertimbangan analisis peluang dan
ancaman sekolah
17. Berdasarkan analisis yang 6
dilakukan, kepala sekolah
menentukan berbagai alternatif
strategi yang akan diformulasikan
dengan baik
18. Kepala sekolah menentukan 1 5
prioritas strategi dalam formulasi
Renstra sekolah dengan baik dan
sesuai dengan keadaan sekolah
19. Kepala sekolah menimbang 6
konsekuensi dari keputusan yang
akan diambil dengan baik dalam
formulasi Renstra sekolah
42
20. Kepala sekolah mengambil 1 5
keputusan yang tepat untuk
formulasi Renstra sekolah
21. Kepala sekolah memperjelas 6
bagaimana strategi-strategi
tersebut akan dicapai dengan
menentukan tugas pokok dan
fungsi bagi setiap anggota sekolah
22. Kepala sekolah mampu 1 5
menciptakan sebuah tolak ukur
yang mampu mengukur tingkat
ketercapaian formulasi Renstra
yang akan diimplementasikan
secara khusus
23. Kepala sekolah membuat 6
kebijakan khusus yang
menyatakan bahwa Renstra
sekolah yang telah diformulasikan
harus dilaksanakan secara fleksibel
dengan selalu mengarah pada
tujuan yang telah ditetapkan
24. Kepala sekolah mampu 6
menggunakan gaya kepemimpinan
yang tepat sesuai dengan
konteksnya
43
sekolah, guru, komite,dan
tenaga kependidikan sekolah
2. Kepala sekolah, komite 1 5
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan
sekolah dapat memperoleh
informasi yang dibutuhkan
untuk
formulasi Renstra sekolah
dengan cepat
3. Adanya kemudahan dalam 1 5
memperoleh informasi untuk
formulasi Renstra sekolah
4. Adanya kesesuaian informasi 3 3
dengan isu-isu strategis yang
dihadapi oleh sekolah
5. Informasi yang digunakan 3 3
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
lengkap
6. Informasi yang digunakan 2 4
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
tepat
7. Informasi yang digunakan 6
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
rinci
8. Informasi yang digunakan 2 4
44
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
actual
9. Informasi yang digunakan 2 4
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
mudah dipahami
10. Adanya konsistensi informasi 3 2
dari berbagai sumber yang
berbeda
untuk formulasi Renstra
sekolah
11. Adanya kejelasan sumber 2 4
informasi untuk pengambilan
keputusan
bagi kepala sekolah dan bagi
guru-staff untuk menjalankan
tugas
sehari-hari
12. Informasi sebagai pendukung 1 5
pengambilan keputusan tidak
terdistorsi oleh kepentingan
lain
13. Informasi yang dimiliki oleh 4 2
sistem informasi manajemen
sekolah
dapat digunakan untuk
menganalisis dampak dari
setiap keputusan strategis
yang akan diformulasikan
45
14. Informasi yang dimiliki oleh 3 2
sistem informasi manajemen
sekolah
dapat digunakan untuk
menentukan tukar pilih yang
harus diambil oleh sekolah
15. Informasi dapat digunakan 1 4
sebagai bahan penentuan
faktor-faktor
kritis dalam formulasi Renstra
sekolah
16. Informasi yang diperlukan 2 3
untuk formulasi Renstra
sekolah dapat
diperoleh dari sistem
informasi manajemen yang
dimiliki oleh
sekolah
17. Sekolah menggunakan sumber 3 2
data lain (seperti Badan Pusat
Statistik) selain sistem
informasi manajemen sekolah
sebagai sumber informasi
yang dijadikan pertimbangan
untuk formulasi Renstra
sekolah
18. Sekolah, melalui sistem 2 3
informasi manajemen sekolah,
melakukan
survei mengenai harapan
kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, dan komite
sekolah untuk pengembangan
46
sekolah
selama lima tahun ke depan
19. Tenaga administrasi sekolah, 6
sebagai pengelola sistem
informasi
manajemen sekolah, memiliki
keinginan untuk
mengumpulkan data yang
terkait dengan sekolah agar
dapat digunakan untuk
formulasi Renstra sekolah
20. Sistem informasi manajemen 3 3
sekolah memiliki kemampuan
untuk mengelola data menjadi
informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan secara
cepat dan tepat
21. Sistem informasi manajemen 1 2 3
sekolah dapat
mengidentifikasi data dan
informasi yang diperlukan
untuk bahan pertimbangan
formulasi Renstra sekolah
22. Sistem informasi manajemen 3 2
sekolah mampu meringkas
informasi penting bagi kepala
sekolah, komite sekolah, guru,
dan tenaga kependidikan
sekolah untuk membuat
formulasi Renstra sekolah
23. Kekuatan dan kelemahan 1 2 2
sekolah dapat diidentifikasi
melalui
47
informasi yang diberikan oleh
sistem informasi manajemen
sekolah
24. Peluang dan anacaman 1 3 2
sekolah dapat diidentifikasi
melalui
informasi yang diberikan oleh
sistem informasi manajemen
sekolah
48
dan pengawas sekolah
7. Formulasi Renstra sekolah 6
didasarkan pada hasil analisis
kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh sekolah
8. Formulasi Renstra sekolah 1 5
didasarkan pada hasil analisis
peluang dan tantangan yang
dihadapi oleh sekolah
9. Formulasi Renstra sekolah 1 5
didasarkan pada hasil proyeksi
masa depan yang diperoleh dari
pendapat berbagai ahli mengenai
kecenderungan yang mungkin
terjadi di masa depan
10. Formulasi Renstra sekolah 3 3
didasarkan pada kelebihan
sekolah
11. Formulasi Renstra sekolah 2 4
didasarkan pada data dan
informasi yang dikelola dengan
sistem informasi manajemen
sekolah
12. Formulasi Renstra sekolah 6
didasarkan pada pertimbangan
yang seimbang antara keuangan
sekolah, proses pembelajaran,
pengembangan tenaga pendidik
dan kependidikan, dan pihak-
pihak yang terkait dengan
sekolah baik secara langsung
maupun tidak langsung
49
13. Formulasi Renstra sekolah 6
didasarkan pada hasil evaluasi
Renstra sekolah yang
sebelumnya
14. Adanya kesejajaran antara 6
kebijakan pemerintah pusat
dengan Renstra sekolah dalam
hal program-program
pengembangan pendidikan di
sekolah
15. Adanya kesejajaran antara 6
kebijakan pemerintah daerah
dengan Renstra sekolah dalam
pembinaan guru mengenai
Renstra sekolah
16. Sekolah memiliki wadah khusus 3 3
untuk membicarakan substansi
dari strategi yang akan
dituangkan dalam Renstra
sekolah
17. Sekolah merupakan pihak yang 2 4
memformulasikan isu-isu
strategis bukan sebagai pihak
pelaksana teknis dari isu-isu
strategis yang telah disusun oleh
pemerintah pusat atau daerah
18. Formulasi Renstra sekolah 3 3
didasarkan pada isu-isu stratejik
yang dihadapi oleh sekolah
secara khusus
19. Tujuan-tujuan yang disusun 2 4
dalam Renstra sekolah
50
merupakan tujuan-tujuan yang
bisa terukur secara jelas
20. Adanya tujuan-tujuan jangka 1 5
pendek dalam Renstra sekolah
yang diformulasikan
21. Program-program yang disusun 1 5
untuk Renstra sekolah
merupakan program-program
yang mendukung tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan
22. Adanya prosedur yang jelas 1 5
untuk melaksanakan program-
program yang telah ditetapkan
23. Sekolah memiliki kapasitas 4 2
dalam hal administrasi untuk
melakukan formulasi Renstra
sekolah
24. Formulasi Renstra sekolah 3 3
dibantu oleh ahli perencanaan
pendidikan
51
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil angket dapat disimpulkan bahwa
dan komite sekolah pun terjalin dengan baik. Komunikasi yang digunakan
ialah komunikasi dua arah, dimana orang tua dan masyarakat diajak dalam
transparansi kepada orang tua siswa mengenai hasil belajar siswa dan keuangan
tua siswa.
4.2 Saran
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengelolaan
pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung, maka peneliti memberi saran/masukan
sebagai berikut:
a. Kepala sekolah harus terus berupaya meningkatkan kualitas dan
mutu pengelolaan sekolahnya yakni dengan mengadakan program-
program atau kegiatan-kegiatan pembaharuan ke arah yang lebih
maju.
52
b. Komunikasi yang sudah terjalin baik antara masyarakat, orang tua
siswa, dan pihak sekolah harus terus dijaga sehingga sekolah
mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat dan orang tua siswa.
c. Pihak sekolah harus terus berupaya menghasilkan Sumber Daya
Manusia yang berkualitas sehingga lulusannya pun dapat terus
berprestasi di jenjang yang lebih tinggi.
53
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195602141980032-
TJUTJU_SOENDARI/Power_Point_Perkuliahan/Penelitian_PKKh/Konsep_dasar_kual.
ppt_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf [Online] Tersedia: 16 Mei 2014
http://niningsulistyoningrum.wordpress.com/2010/05/15/standar-pengelolaan-
pendidikan/ [Online] Tersedia: 16 Mei 2014
http://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/20/%C2%AD%C2%AD%C2%ADmoni
toring-dan-evaluasi-pengelolaan-satuan-pendidikan/ [Online] Tersedia: 16 Mei 2014
http://karawang.blog.com/2010/05/17/penelitian-kualitatif-atau-naturalistik/ [Online]
Tersedia: 16 Mei 2014
http://www.slideshare.net/NASuprawoto/standar-pengelolaan-pendidikan [Online]
Tersedia: 17 Mei 2014
http://alexemdi.wordpress.com/2008/10/07/standar-pengelolaan-pendidikan-oleh-
satuan-pendidikan-dasar-dan-menengah/ [Online] Tersedia: 17 Mei 2014
http://kristiantrimulyanto.blog.com/2010/01/04/standar-pengelolaan-pendidikan/
[Online] Tersedia: 17 Mei 2014
LAMPIRAN
ANGKET
DOKUMENTASI