Anda di halaman 1dari 79

MAKALAH

PENELITIAN STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN


DI SMA NEGERI 11 BANDUNG
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Pengelolaan Pendidikan

Dosen Pengampu : Dra. Taufani Chusnul Kurniatun, M. Si.

Disusun Oleh:

Elfitri Disca Sari 1206042

Faishal Ali Fazzari 1206050

Lita Yuliyahya 1200358

Revaldo 1204554

Wulansary KHWP 1202469

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya

yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, memberikan kecerdasan ilmu dan

wawasan, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan “PENELITIAN

STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 11 BANDUNG”

beserta menyusun laporannya dengan baik.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan

dalam program studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam di Universitas Pendidikan Indonesia yang diharapkan dapat

memberikan gambaran serta pengalaman bagi mahasiswa dalam melakukan pengelolaan

pendidikan.

Dalam melaksanakan Observasi maupun penulisan laporan ini, kami

memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Drs. Turmudi, M.Ed. M.Sc. Ph.D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan


Matematika UPI.
2. Dra. Taufani Chusnul Kurniatun, M. Si., selaku dosen mata kuliah
Pengelolaan Pendidikan, karena atas bantuan dan bimbingan beliau, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Dra. Hj. Dedeh Suatini, M.M.Pd., selaku kepala sekolah SMA Negeri 11
Bandung yang telah memberikan izin kepada kami untuk melakukan observasi.
4. Dhiah Kuswarini, S. Pd., selaku pihak humas SMA Negeri 11 Bandung.
5. Dra. Saeni, M. M. Pd., selaku guru matematika SMA Negeri 11 Bandung yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada kami selama mengadakan

Penelitian mengenai Standar Pengelolaan Pendidikan.

i
6. Bapak Defta Akauna Oktafiga, sebagai asisten dosen Pengelolaan Pendidikan

yang telah membimbing kami dalam perkuliahan.

7. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika UPI atas segala

perhatian dan bantuannya.

8. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan hasil

observasi ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini

disebabkan karena keterbasan pengetahuan penulis. Kritik dan saran yang bersifat

membangun selalu penulis harapkan. Namun demikian, penulis mengharapkan semoga

makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak baik bagi penulis maupun bagi para

pembaca. Amin.

Bandung, Mei 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Studi Lapangan 2

1.3 Manfaat Studi Lapangan 2

1.4 Metode Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Pengertian Standar 5

2.2 Pengertian Pengelolaan 5

2.3 Pengertian Pendidikan 5

2.4 Pengertian Standar Pengelolaan 6

2.5 Pengertian Pengelolaan Pendidikan 6

2.6 Pengertian Standar Pengelolaan Pendidikan 7

2.7 Kepala Sekolah sebagai Administrator Pendidikan 7

2.8 Kerjasama Sekolah dan Masyarakat 11

2.9 Latihan Kasus Hubungan Sekolah dan Masyarakat 18

BAB III Hasil dan Pembahasan 21

3.1 Profil SMA Negeri 11 Bandung 21

3.2 Hasil Wawancara 31

3.3 Pengolahan Angket 39

iii
BAB IV PENUTUP 52

4.1 Kesimpulan 52

4.2 Saran 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia

yang berpikir, sebagaimana untuk menjalani kehidupan di dunia ini dalam rangka

mempertahankan hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang

Pencipta untuk beribadah. Salah satu aspek yang sangat penting dalam pendidikan

adalah proses pengelolaannya.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang kualitas

pendidikannya masih rendah. Hal ini terlihat dari input dan output pendidikan yang

kurang profesional. Indonesia harus meningkatkan mutu pendidikan, salah satu

caranya ialah dengan mengembangkan proses manajemen pendidikan ke arah yang

lebih maju.

Proses pendidikan sekolah yang baik bergantung dengan manajemen atau

pengelolaan dari kepala sekolahnya. Selain itu, proses pendidikan pun sangat

bergantung pada pengelolaan pendidikan dari semua konten dalam pendidikan.

Suatu sekolah dikatakan bermutu jika pengelolaannya dimulai dengan efisiensi

sekolah, sekolah efisien, efektivitas sekolah, sekolah efektif, profesionalisme

sekolah, dan sekolah profesional (sekolah bermutu).

Sekolah yang bermutu pun tidak terlepas dari peran serta masyarakat dan orang

tua yang ikut menyumbang pikiran dalam rangka proses pengelolaan suatu lembaga

pendidikan.

1
Makin majunya perkembangan masyarakat diisyaratkan dengan makin

besarnya tuntutan masyarakat terhadap perkembangan lembaga pendidikan,

sehingga tidak menutup kemungkinan bagi lembaga yang tidak dapat

mengakomodasi tuntutan masyarakat tersebut maka tidak mustahil akan berdampak

pada pengucilan lembaga atau dengan kata lain lembaga tersebut akan mati

bersamaan dengan memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.

1.2 Tujuan Studi Lapangan


Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Mengetahui proses pengelolaan pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung.

2) Mengetahui kinerja kepala sekolah yang berperan sebagai administrator

maupun manager dalam pengelolaan pendidikan di SMA Negeri 11

Bandung.

3) Mengetahui kerjasama antara orang tua dan masyarakat dalam

mengembangkan pengelolaan pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung.

1.3 Manfaat Studi Lapangan


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1) Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti.

2) Mendapatkan gambaran umum tentang pengelolaan pendidikan di suatu


lembaga pendidikan.

2
1.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode naturalistik dan
metode secara literatur. Metode naturalistik ialah metode penelitian yang dilakukan
dalam situasi yang wajar atau dalam natural setting. Sedangkan metode secara
literatur ialah dengan mencari referensi dari buku dan juga internet.

Adapun ciri-ciri metode naturalistik dalam buku Nasution (1996: 9-12) ialah :

1) Sumber data ialah situsi yang wajar atau natural setting. Peneliti
mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana
adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja.
2) Sangat deskriptif. Dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data
deskriptif yang banyak yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.
3) Mementingkan proses maupun produk. Juga memperhatikan perkembangan
terjadinya sesuatu.
4) Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat
memahami masalah atau situasi.
5) Mengutamakan data langsung. Peneliti sendiri terjun ke lapangan untuk
mengadakan observasi atau wawancara.
6) Triangulasi. Data atau informasi dari satu pihak dicek kebenarannya dengan
cara memproleh data dari sumber lain.
7) Menonjolkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat
data yang sangat terinci mengenai hal-hal yang bertalian dengan masalah
yang diteliti.
8) Subjek yang diteliti dipandang memiliki kedudukan yang sama dengan
peneliti. Maksudnya sebagai manusia yang setaraf.
9) Verivikasi. Antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif.
10) Sampling yang purposif. Sampelnya biasanya sedikit dan dipilih menurut
tujuan (purpose) peneliti.
11) Menggunakan audit trail. Maksudnya mengikuti jejak atau melacak untuk
mengetahui laporan penelitian sesuai dengan data-data yang dikumpulkan.

3
12) Partisipasi tanpa mengganggu. Dimana peneliti hendaknya jangan
menonjolkan diri dalam melakukan observasi.
13) Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Tujuan penelitian naturalistik
bukan menguji hipotesa yang didasarkan teori tetapi untuk menemukan
pola-pola yang memungkinkan dikembangkan menjadi sebuah teori.
14) Disain penelitian tampil dalam proses penelitian. Pada awalnya penelitian
naturalistik belum dapat direncanakan disain yang terinci, lengkap dan pasti,
yang menjadi pegangan selanjutnya selama penelitian. Gambaran umum
hanya bersifat sementara.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Standar


Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan yang di
dalamnya terdiri antara lain mengenai spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-
kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-
definisi tertentu untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai
dengan yang telah dinyatakan. Standar dapat juga diartikan sebagai spesifikasi
teknis yang tersedia untuk masyarakat yang merupakan kerja sama dan konsensus
umum yang didasarkan pada IPTEK dan pengalaman agar dapat dimanfaatkan
secara optimal oleh masyarakat serta diakui oleh badan yang berwenang.
Sumber: http://niningsulistyoningrum.wordpress.com/2010/05/15/standar-
pengelolaan-pendidikan/16mei2014

2.2 Pengertian Pengelolaan

Menurut Wardoyo (1980:41) pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang


berintikan perencanaan, pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Harsoyo (1977:121) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal


dari kata “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk
mengali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien
guna mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.

2.3 Pengertian Pendidikan


Menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

5
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003).

2.4 Pengertian Standar Pengelolaan


Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, propinsi, atau nasional agar tercapai
efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan.
Sumber: http://niningsulistyoningrum.wordpress.com/2010/05/15/standar-
pengelolaan-pendidikan/16mei2014

2.5 Pengertian Pengelolaan Pendidikan


Pengelolaan pendidikan menurut Sukirman (1998) adalah penataan,
pengaturan dan kegiatan-kegiatan lain sejenisnya yang berkenaan dengan lembaga
pendidikan beserta segala komponennya, dan dalam kaitannya dengan pranata dan
lembaga lain.

Pengelolaan pendidikan dapat juga diartikan sebagai serangkaian kegiatan


merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan, dan
mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber
manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Sementara
fungsi pengelolaan pendidikan, yakni: fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pemotivasian, dan pengawasan.

Pengelolaan pendidikan berasal dari kata manajemen, sedangkan istilah


manajemen sama artinya dengan administrasi (Oteng Sutisna: 1983). Dapat
diartikan pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk menerapkan kaidah-kaidah
adiministrasi dalam bidang pendidikan.

6
2.6 Pengertian Standar Pengelolaan Pendidikan
Standar pengelolaan pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanan, dan pengawasan kegiatan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, atau nasional agar tercapai
efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan
pendidikan menjadi tanggung jawab kepala satuan pendidikan.

2.7 Kepala Sekolah sebagai Administator Pendidikan


Esensi dari ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan PP
Nomor 25 Tahun 2000 tentang otonomi daerah adalah penyerahan wewenang
dari pemerintah pusat kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
Masalah ini membawa implikasi tersendiri dalam manajemen pelaksanaan
pendidikan di tingkat sekolah. Salah satu pendekatan yang mengakomodasikan
tuntutan terbaru pengelolaan pendidikan di daerah adalah Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Nomor 053/u/2001.
Konsep ini bertujuan untuk mendirikan, memberikan otoritas kepada sekolah,
memberdayakan sekolah, keleluasaan mengembangkan program sekolah dan
mengelola sumber daya dan potensi yang ada di sekolah sehingga akan terwujud
sekolah yang efektif dan bermutu.

Keberhasilan pelaksanaan MBS memerlukan sosok kepala sekolah yang


memiliki kemampuan manajerial dan integritas profesional yang tinggi serta
demokratis dalam proses pengambilan keputusan di sekolah. Untuk
mengembangkan kemampuan kepala sekolah ini perlu diawali terlebih dahulu
diadakan studi untuk mengidentifikasi kemampuan-kemampuan apa yang
sesungguhnya perlu dimiliki oleh kepala sekolah dalam rangka MBS ini.

Di samping itu, hal penting lainnya yang perlu dilakukan kepala sekolah
adalah membangun visi. Visi yang telah dimiliki oleh sekolah seharusnya
disosialisasikan, dikomunikasikan, dihidupkan, bahkan dikembangkan agar
mempunyai arti, bermakna bagi sekolah itu. Visi merupakan cita-cita dan
pandangan ke depan yang dapat diraih di masa depan melalui kinerja dengan
berbagai upaya dan cara. Untuk menempuh tujuan tersebut, diperlukan empat

7
pilar, yaitu: “(1) Penentu arah, (2) Agen perubahan, (3) Juru bicara, (4) Pelatih.”
(Aan Komariah, 2002: 48). Untuk menjalankan kepemimpinan visioner ini,
seorang kepala sekolah diharapkan mampu memberikan inspirasi kinerja kepada
stafnya, terutama para guru di dalam koordinasinya. Untuk itu, menurut
Wahjosumidjo (1999: 4-5), ada sejumlah elemen kunci yang perlu diperhatikan
kepala sekolah, yaitu:

 Suatu kepekaan yang mendalam menyangkut pencapai tujuan, yang sering


diungkapkan sebagai suatu visi (untuk apa suatu sekolah didirikan dan
beroperasi serta apa yang ingin dicapai).

 Penataan atau penempatan diri guru-guru dan staf berkaitan dengan visi
tersebut.

 Penekanan pada kinerja guru-guru dan staf serta penciptaan suatu


lingkungan yang memberdayakan semua unsur dalam sekolah yang
dipimpinnya.

 Struktur yang efektif yang memperhitungkan aspek sistemik sekolah.

 Suatu kapasitas untuk mengintegrasikan akal dan intuisi.

Apabila kepala sekolah ingin berhasil menggerkan bawahan, seorang kepala


sekolah harus:

 Menghindarkan diri dari sikap perbuatan yang bersifat memaksa atau


bertindak keras.

 Mampu melakukan tindakan yang melahirkan kemampuan untuk bekerja


dengan semangat dan percaya diri.

 Mampu membujuk bawahan sehingga bawahan yakin apa yang


dilakukan adalah benar (induce).

Dalam praktiknya, kepala sekolah sebagai seorang administrator atau


pemimpin memiliki berbagai fungsi yang harus dijalankan agar kepemimpinannya
efektif dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah.

8
Dalam memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang
terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya
dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan
dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus berusaha
menanamkan, memajukan, dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai,
yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.

Pembinaan mental; yaitu membina pra tenaga kependidikan tentang hal-hal


yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini kepala sekolah harus
mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat
menjalankan tugas dengan baik, secara proporsional dan profesional. Untuk itu,
kepala sekolah harus berusaha melengkapi sarana, prasarana, dan sumber belajar
agar dapat memberi kemudahan kepada para guru dalam melaksanakan tugas
utamanya, mengajar. Mengajar dalam arti memberikan kemudahan belajar bagi
peserta didik (facilitate of learning).

Pembinaan moral; yaitu membina pra tenaga kependidikan tentang hal-hal


yang berkaitan dengan ajaran, baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan
kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan. Kepala
sekolah profesional harus berusaha memberikan nasehat kepada seluruh warga
sekolah, misalnya pada setiap upacara bendera atau pertemuan rutin.

Pembinaan fisik; yaitu membina pra tenaga kependidikan tentang hal-hal


yang berkaitan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan mereka
secara lahiriah. Kepala sekolah profesional harus mampu memberikan dorongan
agar para tenaga kependidikan terlibat secara aktif dan kreatif dalam berbagai
kegiatan olah raga, baik yang diprogramkan sekolah maupun yang
diselenggarakan oleh masyarakat sekitar sekolah.

Pembinaan artistik; yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang


berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya
dilakukan melalui kegiatan karyawisata yang bisa dilaksanakan setiap akhir tahun
ajaran. Dalam hal ini, kepala sekolah dibantu oleh para harus mampu
merencanakan berbagai program pembinaan artistik, seperti karyawisata, agar

9
dalam pelaksanaanya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu,
pembinaan artistik harus terkait atau merupakan pengayaan dari pembelajaran
yang telah dilaksanakan.

Sebagai edukator kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan


kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor
pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama
dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap
pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala
sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi
kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya
pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan


kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga
kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai
berikut.

Pertama; mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk


menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan
kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Misalnya memberikan kesempatan bagi para guru yang belum mencapai jenjang
sarjana untuk mengikuti kuliah di universitas terdekat dengan sekolah, yang
pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah harus
berusaha untuk mencari biaya bagi para guru yang melanjutkan pendidikan,
melalui kerjasama dengan masyarakat, dengan dunia usaha atau kerjasama lain
yang tidak mengikat.

Kedua; kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil


belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan
secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk
memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan
prestasinya.

10
Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara
mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien
untuk kepentingan pembelajaran.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0296/U/1996,


merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai
edukator harus memiliki kemampuan untuk membimbing guru, membimbing
tenaga kependidikan non guru, membimbing peserta didik, mengembangkan
tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek, dan memberi contoh
mengajar.

Kemampuan membimbing guru, teutama dalam hal-hal yang berkaitan


dengan perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran dan bimbingan
konseling (BK), penilaian hasil belajar peserta didik dan layanan bimbingan
konseling, analisis hasil penilaian belajar dan layanan bimbingan konseling, serta
pengembangan program melalui kegiatan pengayaan dan perbaikan pembelajaran
(remedial teaching).

Kemampuan membimbing tenaga kependidikan non guru dalam penyusunan


progran kerja, dan pelaksanaan tugas sehari-hari, serta mengadakan penilaian dan
pengendalian terhadap kinerjanya secra periodik dan berkesinambungan.
Penilaian dan pengendalian kinerja secara periodik dan berkesinambungan
penting dilakukan untuk mencapai peningkatan kualitas kerja secara kontinue
(continuous quality improvement).

2.8 Kerjasama Sekolah dan Masyarakat


Tumbuh kembangnya kepercayaan masyarakat mengisyaratkan desakan
kebutuhan lembaga untuk semakin berkembang guna menjawab tantangan serta
kebutuhan masyarakat, sehingga pada giliran masyarakat akan menentukan
pilihan lembaga mana yang layak untuk diberikan kepercayaan mendidik
masyarakat peserta didik.

11
Desakan kebutuhan masing-masing baik lembaga ataupun masyarakan tentu
berbeda walaupun pada prinsip dasarnya memiliki kesamaan yakni mencerdaskan
kehidupan anak bangsa yakni mendidik manusia Indonesia seutuhnya, dan cita-
cita ini akan tampak hanya sebagai sebuah angan-angan jika antara masyarakat
dan lembaga pendidikan tidak terjalin komunikasi dengan baik, sehingga lajim
dikatakan bahwa keduanya merupakan simbiosis mutualisme, yakni sebagai suatu
keharusan yang menyatukan visi dan misi di antara keduanya sehingga satu
dengan lainnya tidak dapat memisahkan diri.

Dalam bahasa yang lebih dinamis dikatakan bahwa lembaga pendidikan dan
masyarakat bukan hanya sekedar menjalin hubungan, tetapi lebih pada
komunikasi, dan keluasan makna ini akan berdampak terhadap harmonisasi
hubungan sekolah dan masyarakat sehingga pada gilirannya dapat tercipta jika
masing-masing elemen yang menjadi pelengkap hubungan tersebut dapat
terpelihara serta masing-masing memberikan dukungan satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain, hubungan sekolah dengan masyarakat akan membuahkan hasil
berupa kerjasama, dan kerjasama tersebut dapat terlaksana dengan baik jika terjadi
komunikasi yang kondusif yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan
keduanya.

Jika dilihat dari sisi maknanya, hubungan sekolah dan masyarakat memiliki
pengertian yang sangat luas sehingga masing-masing ahli memiliki persepsi yang
berbeda-beda. Hal ini tentu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda-beda,
seperti diungkapkan bahwa “hubungan masyarakat dengan sekolah merupakan
komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik bail
dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan
pembinaan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama” (Internatonal
Public Relation Association).

Secara lebih umum dikatakan bahwa hubungan sekolah dan masyarakat


diartikan sebagai suatu proses komunikasi dengan tujuan meningkatkan
pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktik pendidikan serta
berupaya dalam memperbaiki sekolah (Soetopo dan Soemanto, 1992: 236).

12
Memaknai pengertian komunikasi, secara spesifik dikemukakan oleh
Emerson Reck (1993: 25), terjemahannya bahwa:

Public relation dimaknai sebagai sebuah proses penetapan kebijakan,


pelayanan serta tindakan-tindakan nyata berupa kegiatan yang melibatkan orang
banyak agar orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut memiliki
kepercayaan terhadap lembaga yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
tersebut. Logikanya jika lembaga tersebut tidak melakukan kegiatan maka akan
mengalami kesulitan bagi masyarakat untuk mengenal lembaga tersebut.

Hal serupa dikemukakan oleh Rex Harlow (1999: 17) bahwa:

Public relation merupakan suatu fungsi dari manajemen yang khas dan
mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan
publiknya terutama menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan
dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam persoalan permasalahan, membantu
manajemen menanggapi opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti
dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan
dini dalam mengantisipasi kecenderungan mempergunakan penelitian serta teknik
komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.

Secara umum hubungan sekolah dan masyarakat memiliki tujuan yang hendak
dicapai yakni berupa peningkatan mutu pendidikan, sehingga pada gilirannya
masyarakat akan merasakan dampak langsung dari kemajuan tersebut. Adapun
tujuan yang lebih kongkrit hubungan antara sekolah dan masyarakat antara lain:

 Guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik.

 Berperan dalam memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang


sekaligus menjadi desakan yang dirasakan saat kini.

 Berguna dalam mengembangkan program-program sekolah ke arah yang


lebih maju dan lebih membumi agar dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan.

13
Untuk membantu pemahaman tentang makna dari hubungan sekolah dan
masyarakat, maka Oteng (Administrasi dan Supervisi Pendidikan)
mengungkapkan bahwa hubungan sekolah dan masyarakat memiliki tujuan dalam
(1) mengembangkan pemahaman tentang maksud dan saran-saran dari sekolah;
(2) menilai program sekolah dengan kata-kata kebutuhan-kebutuhan terpenuhi; (3)
mempersatukan orang tua, murid serta guru-guru dalam memenuhi kebutuhan
perkembangan peserta didik; (4) mengembangkan kesadaran akan pentingnya
pendidikan sekolah dalam era pembangunan; (5) membangun dan memelihara
kepercayaan terhadap sekolah; (6) memberitahu masyarakat tentang pekerjaan
sekolah dan (7) mengerahkan bantuan dan dukungan bagi pemeliharaan dan
peningkatan program sekolah.

Adapun peran serta fungsi sekolah dalam mengembangkan hubungannya


dengan masyarakat antara lain bertujuan dalam merumuskan saluran-saluran
komunikasi yang dapat dipergunakan baik oleh sekolah maupun oleh masyarakat
yang notabene selama ini diabaikan dan bahkan dalam pengamatan penulis hal
inilah yang menyebabkan komunikasi sekolah dan masyarakat selama ini kurang
harmonis.

Disadari atau tidak, sekolah sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang
sosial dan hal ini harus mampu berperan sebagai agent of change, sellecting
agency, class leveling agency, assimilating agency, dan agent of preservation.
Sebagai agent of change tentu lembaga pendidikan hendaknya lebih
mengedepankan peran dan fungsinya sebagai pembaharu bagi masyarakat peserta
didik dan masyarakat umum terutama dalam menggali potensi yang mengarah
pada paradigma dan perubahan berpikir dan berperilaku yang sesuai dengan
standar norma yang berlaku, sehingga jika masyarakat, dan peserta didik
melakukan pelanggaran atas hal tersebut, maka ada dua pertanyaan yang
dikemukakan apakah lembaga tidak berhasil dalam mendidik peserta didik,
ataukah peserta didik itu sendiri yang memang susah untuk dibentuk sebagai
manusia berakal dan berakhlakul karimah.

Sedangkan sebagai sellecting agency, lembaga hendaknya mau dan mampu


memilah dan memilih potensi masyarakat yang beragam, tentu hal ini

14
membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus, terutama dari pengelola
pendidikan sehingga pada gilirannya potensi masyarakat dalam hal ini peserta
didik mampu berkembang secara optimal.

Adapun peran dan fungsi lembaga pendidikan sebagai class leveling agency
hendaknya lembaga pendidikan mampu menjadi perantara sebagai peningkat taraf
sosial bagi masyarakat peserta didik itu sendiri, sehingga kecenderungan peserta
didik untuk berperilaku yang menyimpang terhadap peran dan fungsi lembaga
sebagai assimilating agency dapat terhindarkan sedini mungkin.

Jika prinsip-prinsip di atas dapat dilaksanakan, maka pada gilirannya tuntutan


lembaga pendidikan sebagai agent of preservation akan terlaksana dengan baik
dan jika hal ini terjadi, maka pemeliharaan serta penerusan sifat-sifat budaya
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang luhur akan terpelihara dan dapat
diteruskan.

Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa hubungan sekolah dengan


masyarakat mengalami kendala yang cukup berarti di antaranya (1) tujuan
komunikasi yang kurang jelas; (2) saluran komunikasi yang transparan dan
profesional; (3) keterampilan komunikasi yang kurang mendukung; (4) tindak
lanjut yang kurang mendukung dan pengawasan kurang terstruktur dan
berkesinambungan.

Hendaknya pembahasan mengenai hubungan sekolah dan masyarakat


hendaknya sudah mulai dirumuskan pada beberapa persoalan pokok, yakni apa
dampak yang akan dirasakan, siapa yang merasakan langsung atas dampak
tersebut serta bagaimana membedakan masyarakat peserta didik dengan
masyarakat umum. Namun dari sekian banyak pertanyaan yang muncul maka ada
salah satu pertanyaan yang hendaknya dirumuskan secara lebih pasti yakni
bagaimana dampak hubungan tersebut berpengaruh terhadap perkembangan
peserta didik dan kemajuan kelembagaan.

Tujuan komunikasi atau dalam hal ini hubungan sekolah dan masyarakat yang
dilakukan oleh lembaga selama ini masih bersifat one way traffic communication
sehingga muncul kesan bahwa lembaga hanya mengharapkan dukungan

15
masyarakat hanya untuk mempertahankan eksistensi kelembagaan semata, bahkan
kesan lain yang muncul ke permukaan bahwa lembaga hanya ingin mendapat
keuntungan semata sementara kebutuhan masyarakat terhadap lembaga kurang
diperhatikan.

Berikutnya saluran komunikasi yang dilakukan oleh lembaga dapat dilakukan


melalui beberapa saluran, diantaranya (1) transparansi laporan keuangan sekolah
terhadap orang tua murid; (2) buletin sekolah; (3) surat kabar; (4) pameran
sekolah; (5) open house; (6) kunjungan ke sekolah; (7) kunjungan ke rumah
siswa; (8) penjelasan oleh staf sekolah; (9) gambaran keadaan sekolah melalui
siswa; (10) melalui radio dan televisi; (11) laopran tahunan dan lain-lain.

Sampai saat ini, semestinya kita sebagai pengelola kelembagaan


mempertanyakan saluran komunikasi tersebut di antara saluran yang selama ini
telah kita pergunakan serta bagaimana tingkat keefektifan saluran-saluran yang
dipergunakan dan selanjutnya bagaimana pengelola mampu memperbaiki
komunikasi tersebut sehingga akan berdampak terhadap perbaikan lembaga secara
berkelanjutan.

Namun ada hal lain yang dituntut dari lembaga yakni keterampilan-
keterampilan komunikasi, sudah semestinya lembaga mempergunakan sistem
komunikasi dua arah (two way traffic communication) artinya kebermaknaan
suatu komunikasi mampu diarahkan pada perbaikan sistem pendidikan secara
menyeluruh dan hal lain ini merupakan tugas bersama antara pengelola lembaga
dan masyarakan sehingga pada gilirannya ketika komunikasi tersebut tidak
sampai baik kepada lembaga maupun kepada masyarakat maka tidak akan
mengalami kesulitan dalam menterjemahkannya ke dalam sistem operasional
yang disepakati oleh keduanya (lembaga dan masyarakat).

Hal lain yang selama ini terlupakan yakni pengawasan yang berkelanjutan,
survai membuktikan bahwa kelemahan yang terjadi pada kelembagaan kita adalah
pengawasan mutu yang berkelanjutan, sebagai salah satu contoh komite sekolah
berperan dalam memberikan kontrol terhadap mutu kelembagaan yang datang dari

16
masyarakat namun kenyataannya sampai sejauh mana komite tersebut berperan
dalam peningkatan mutu kelembagaan.

Pada beberapa negara maju seperti Australia dikenal dengan school council
yang selanjutnya di Indonesia disebut dengan komite sekolah, Djam’an (2001)
menyebutkan bahwa komite sekolah akan terdiri dari kepala sekolah, refresentatif
staf sekolah, orang tua murid, anggota masyarakat dan refresenatatof dari
departemen pendidikan nasional setempat.

Komite sekolah bertanggung jawab dalam penyusunan perencanaan strategik


dan tahunan sekolah, perumusan kebijakan sekolah, pemenuhan kebutuhan
sekolah, anggaran sekolah, ikut memantau kegiatan keseharian sekolah, menilai
keberhasilan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan sekolah serta ikut
mengesahkan laporan tahunan sekolah. Namun kenyataan yang terjadi kita sejauh
ini harus mempertanyakan lebih lanjut perihal keterlibatan komite sekolah
melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan di atas.

Lembaga pendidikan dan masyarakat merupakan dua jenis lingkungan yang


berbeda namun keduanya tidak dapat dipisahkan bahkan saling membutuhkan
dalam pertumbuhan serta perkembangannya. Dengan demikian, maka sekolah
tidak bisa menjadi lembaga yang ekslusif dan memisahkan diri dari lingkungan
masyarakatnya, dan semakin tinggi tingkat perhatian masyarakat terhadap
lembaga pendidikan terkait maka akan semakin besar pula peluang sekolah untuk
mempertahankan eksistensinya demikian sebaliknya.

Hubungan sekolah dan masyarakat diharapkan mampu menumbuhkan


kreativitas serta dinamika kedua belah pihak sehingga hubungan tersebut bersifat
aktif dan dinamis, sehingga pada gilirannya prinsip transparansi yang dilakukan
oleh keduanya akan mengarah pada profesinalisasi pengelolaan kelembagaan
yang senantiasa membawa ke arah perubahan yang inovatif sehingga akan
berdampak padapeningkatan mutu kelembagaan secara total (total quality
management).

17
2.9 Latihan Kasus Hubungan Sekolah dan Masyarakat

1. Deskripsi Masalah

Komite sekolah merupakan salah satu jalur yang ditempuh dalam


mengembangkan sistem two way traffic communication dan hal ini merupakan
salah satu upaya memberdayakan sekolah dan masyarakat dengan mengadakan
serta melaksanakan kegiatan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) pendidikan terlibat langsung dalam memikirkan, membahas,
membuat keputusan, serta melakukan evaluasi yang berkelanjutan terkait dengan
program-program yang dibuat oleh sekolah.

Masalah-masalah yang muncul terkait dengan pemberdayaan sekolah dan


pemberdayaan masyarakat melalui jalur komite sekolah diantaranya: (1)
penyamaan konsep pemberdayaan itu sendiri; (2) memaknai peranserta
masyarakat sebagai kemitraan sekolah; (3) memaknai bentuk kerjasama yang
dilakukan oleh masyarakat terhadap sekolah serta (4) keluaran yang diharapkan
oleh masing-masing baik oleh lembaga pendidikan maupun masyarakat.

2. Pokok Masalah

Menyamakan persepsi tentang makna pemberdayaan ternyata masih


menuntut keterampilan khusus baik dari menejer sekolah maupun pihak
stakeholders pendidikan, sebab tidak sedikit kasus ini muncul ke permukaan di
antaranya sekolah selalu disudutkan pada persoalan-persoalan dilematik terkait
masalah model pemberdayaan yang dilakukan sekolah, contoh yang kongkrit
adalah sekolah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikn dengan cara
menjalin kerjasama dengan masyarakat namun pada gilirannya masyarakat
memiliki persepsi yang berbeda bahwa masyarakat hanya dijadikan sebagai salah
satu alat atau kendaraan untuk mencapai keberhasilan program sekolah.

Jelasnya, memaknai pemberdayaan sekolah dan pemberdayaan masyarakat


memiliki keterkaitan makna yang cukup mendalam, oleh sebab itu dibutuhkan
kemampuan manajerial sekolah dalam mengembangkan sistem kerjasama yang

18
saling menguntungkan dengan jalan tidak ada yang dirugikan baik pihak sekolah
maupun pihak masyarakat.

3. Alternatif Solusi

Solusi-solusi yang dapat ditawarkan dalam menjalin hubungan kerjasama


dengan masyarakat sebenarnya bermuara pada keterampilan-keterampilan
manajerial sekolah tentu hal ini menjadi tugas pokok yang sekolah dapat harus
diemban oleh manajer sekolah sehingga sekolah dapat memilih program
pengembangan seperti apa yang dapat dilakukan.

Memaknai alternatif tersebut, sekolah dapat menawarkan beberapa solusi


diantaranya: (1) menggali potensi guna menjalankan departemen humas sesuai
dengan peran dan fungsinya; (2) meningkatkan kemampuan manajerial kepala
sekolah; serta (3) meningkatkan kemampuan pemahaman masyarakat dalam
memaknai hubungan yang harmonis.

4. Solusi Terpilih

Solusi terpilih yang dianggap efektif dalam menjalin hubungan sekolah dan
masyarakat dapat dilihat dari peran dan fungsi departemen humas yang di
dalamnya meliputi: (1) strategi kampanye public relation yang meliputi pesan
atau informasi yang harus disampaikan berdasarkan pada kebutuhan ataupun
kepentingan khalayak sebagai sasarannya; (2) public relation sebagai
komunikator dan mediator yang berusaha membentuk opini berupa sikap positif
dari masyarakat melalui rangsangan; (3) mendorong publik untuk berperan serta
dalam aktivitas dalam perubahan serta situasi negatif menjadi situasi yang positif
serta (4) perubahan sikap dan penilaian dari pihak publik dapat terjadi, oleh sebab
itu pembinaan dan pengembangan yang berkesinambungan harus dilakukan agar
peran serta tersebut terpelihara dengan baik.

Tuntutan utama agar perencanaan serta pelaksanaan tersebut dapat terlaksana


dengan baik maka diperlukan beberapa langkah perbaikan, yakni : (1) peningkatan
kemampuan manajer hubungan masyarakat dalam mengamati serta menganalisa
suatu persoalan berdasarkan fakta di lapangan, perencanaan kerja, berkomunikasi

19
hingga mengevaluasi suatu problematika yang sedang dihadapi oleh sekolah; (2)
kemampuan dalam menarik perhatian melalui berbagai kegiatan publikasi yang
kreatif, inovatif, dinamis dan menarik bagi publiknya sebagai target sasaran; (3)
kemampuan untuk mempengaruhi pendapat umum melalui kegiatan public
relation dalam merekayasa pandangan yang searah dengan kebijakan organisasi
yang diwakilinya dalam posisi yang saling menguntungkan; serta (4) tuntutan
kemampuan manajer hubungan masyarakat menjalin suasana saling percaya,
menghormati serta mengedepankan prinsip-prinsip goodwill baik dengan pihak
internal maupun eksternal.

20
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Profil SMA Negeri 11 Bandung


A. Riwayat Singkat SMA Negeri 11 Bandung
Secara de facto sudah berdiri sejak tahun ajaran 1967/1968, dikukuhkan
dengan Keputusan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
132/UKK/3219/1968 tanggal 8 April 1968 dengan nama SMA XI Bandung,
merupakan penegerian “Kelas Jauh” yang semula menginduk kepada SMA
Negeri IV Bandung.
Pada awal berdirinya SMA Negeri 11 Bandung berlokasi di Jalan
Mohamad Toha Nomor 178, menempati sebuah bangunan darurat bekas pabrik
Topi Laken. Pada tahun 1976 lokasinya dipindahkan ke Jalan Hasan Akhsan
dengan nama resmi SMA Negeri 11 Bandung, yang kemudian mengalami
beberapa kali perubahan, yaitu :
1. SMA Negeri XI Bandung (tanggal 8 April 1968),
2. SMA Negeri Jalan Mohammad Toha 178/399 (tanggal 1 Januari 1968),
3. SMA Negeri XI Bandung (mulai tanggal 1 Januari 1976 s.d. 31 Desember
1981),
4. SMA Negeri 11 Bandung (mulai tanggal 1 Januari 1982),
5. SMU Negeri 11 Bandung (mulai tanggal 1 Januari 1996),
6. SMA Negeri 11 Kota Bandung (mulai tanggal 1 Januari 2004).

B. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah


1. Visi
Visi adalah cara memandang yang komprehensif, mendalam dan jauh ke
depan, serta melebihi batas ruang, tempat, dan waktu. Visi sekolah
merupakan atribut Kepala Sekolah, yang dalam proses perumusannya
dilakukan secara bersama-sama antara Manajemen Sekolah dengan Komite
Sekolah (sebagai perwakilan Orangtua Siswa). Kepala sekolah dengan visi
yang dangkal serta tidak jelas akan membawa kemunduran bagi sekolah

21
yang dikelolanya, visi yang sempit akan menghasilkan sekolah yang jelek
sehingga tidak akan disenangi masyarakat.
Ciri-ciri visi sekolah yang utuh harus dilandasi dengan :
a. Norma agama, norma hukum, dan norma-norma kemasyarakatan;
b. Niat yang baik dan ikhlas, tidak berambisi pada imbalan materi dan
penghasilan dari pekerjaannya;
c. Keyakinan bahwa bekerja untuk kepentingan pendidikan adalah
panggilan jiwanya;
d. Keinginan untuk memajikan sekolah.
Visi suatu sekolah dipengaruhi oleh latar belakang sosial orang-orang
yang merumuskannya, antara lain :
a. Pengalaman hidup;
b. Pendidikan dan pelatihan;
c. Pengalaman professional;
d. Interaksi dan komunikasi.
Idealnya visi sekolah yang diharapkan oleh pemerintah, orangtua,
dan masyarakat adalah visi yang sesuai dengan tuntutan zaman, yaitu
sekolah yang mampu menghasilkan manusia yang berkualitas dan unggul
serta mampu bersaing di percaturan dunia global.
Visi SMA Negeri 11 Bandung adalah :
“ Terwujudnya insan SMA Negeri 11 Bandung yang religius, unggul,
inovatif, berwawasan lingkungan, dan hidup sehat.”
Visi tersebut berlandaskan Al-Qur’an Surat An Nisa ayat 9, yang
artinya :
“Dan hendaklah takut kepada Alloh orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu,
hendaklah mereka bertaqwa kepada Alloh dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.”

22
2. Misi
Misi merupakan penjabaran dari suatu visi. Misi adalah taerget atau
sasaran yang ingin dicapai setelah suatu kegiatan dilaksanakan berdasarkan
rambu-rambu yang ditentukan. Perumusan misi sekolah harus didasarkan
pada kompetensi sekolah, yang mencakup kompetensi siswa, guru, kepala
sekolah, tata usaha, dan para stakeholder, serta infra struktur yang dapat
menunjang terhadap peningkatan kualitas pendidikan.
Sesuai visi yang didasarkan pada kompetensi dari berbagai komponen
yang dimiliki, rumusan misi SMA Negeri 11 Bandung adalah : “ALIMAN,
SHOLIHAN, MUJAHIDAN”
ALIMAN, artinya menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan
keterampilan. Setiap insan SMA Negeri 11 Bandung
dituntut untuk senantisa belajar guna menambah
penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan,
wawasan lingkungan, dan hidup sehat.
SHOLIHAN, artinya berbudi pekerti luhur, patuh melaksanakan
perintah agama, terciptanya budaya disiplin, dan tertib.
Sejalan dengan upaya peningkatan intelectual quality
melalui proses pembelajaran, kepribadian civitas
akademica SMA Negeri 11 Bandung pun dibimbing
melalui peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (IMTAQ).
MUJAHIDAN, artinya memiliki daya saing yang tinggi atau mampu
berkompetisi dengan siswa lain, semangat menuntut ilmu,
dan melaksanakan setiap aspek yang tanggung
jawab/kewajibannya dalam menciptakan lingkungan yang
seimbang dan teratur.
Seperti halnya visi, rumusan misi SMA Negeri 11 Bandung juga
didasarkan pada Al-Qur’an :
a. Surat Luqman ayat 17, yang artinya :
“ Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan

23
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Alloh).”
b. Surat Ibrahim ayat 23, yang artinya :
“ Dan masukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal sholeh ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka
dalam surga itu ialah salam.”
Setelah melalui proses pembelajaran serta peningkatan keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diharapkan memiliki daya juang
guna membangun eksistensi diri dan pihak lain.

3. Tujuan Sekolah
Tahun Pembelajaran 2013/2014 SMA Negeri 11 Bandung diharapkan dapat :
a. Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
dalam perubahan kurikulum, dari Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan dari Kurikulum 2006 menjadi
Kurikulum 2013;
b. Meningkatkan mutu lulusan yang diukur dari besarnya persentase masuk ke
Perguruan Tinggi Negeri dibandingkan tahun pembelajaran sebelumnya;
c. Menciptakan siswa yang mampu bersaing dalam menghadapi era
globalisasi;
d. Peningkatan kualitas kemampuan dan keterampilan yang diimbangi
meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
melalui perwujudan Kampus Religius yang diimplementasikan dengan
peningkatan aplikasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari;
e. Meningkatkan kerjasama dengan mitra sekolah dalam pengelolaan
pendidikan secara profesional dan proporsional;
f. Meningkatkan kegiatan ekstra kulikuler sehingga dapat mengaharumkan
citra sekolah;
g. Meningkatkan frekuensi peran serta dalam mengikuti perlombaan-
perlombaan karya ilmiah, Olimpiade Matematika, Fisika, Kimia, Biologi,
Kebumian, Ekonomi, Geografi, Astronomi, dan Komputer;

24
h. Meningkatkan kualitas dan kuantitas fungsi sarana/prasarana penunjang
pencapaian tujuan sekolah;
i. Berkualitas dan optimal dalam pelaksanaan pembelajaran, keagamaan, serta
pelayanan terhadap siswa, guru, dan masyarakat;
j. Tertib administrasi, berkaitan dengan administrasi
kependidikan/administrasi guru, dan administrasi yang berhubungan dengan
kepegawaian;
k. Mantap lingkungan, dalam rangka mewujudkan K3 P4LH yang diharapkan
merangsang guru, pegawai Tata Usaha, dan siswa agar merasa nyaman dan
kerasan di lingkungan sekolah;
l. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan melalui penyelenggaraan
pembelajaran yang bermutu.

C. Kondisi SMA Negeri 11 Bandung


1. Data Sekolah
a. Nomor Statistik Sekolah : 30.1.02.60.14.101
b. Nama Sekolah : SMA Negeri 11 Kota Bandung
c. Status Sekolah : Negeri
d. Alamat Sekolah
1) Kota : Bandung
2) Wilayah : Karees
3) Kecamatan : Regol
4) Kelurahan : Cigereleng
5) Jalan : H. Akhsan / Jl. Mohamad Toha
6) Kode Pos : 40253
7) Telepon : 022-5201102
8) Faksimile : 022-5228574
9) Website : http://sman11bdg.sch.id
10) E-mail : info@sman11bdg.sch.id

25
2. Kepala Sekolah
Nama-nama kelapa sekolah yang pernah memimpin SMA Negeri 11
Bandung sejak didirikannya sampai dengan saat ini yaitu :
a. Tatang Kosasih : 1966-1969
b. Mohammad Muchtar : 1969-1970
c. Drs. Soetopo : 1970-1972
d. Drs. Amarullah : 1972-1978
e. Drs. Dono Yusuf : 1978-1982
f. M. Komarudin : 1982
g. Drs. R. A. Iskandar Y : 1982-1983
h. Muharam : 1983-1986
i. Drs. H. Sudiana AS, S.H. : 1986
j. Drs. Djadja K : 1986-1990
k. H. Muhammad Anshar : 1990-1994
l. Drs. Mohd. Said Syamsudin : 1994-1996
m. Drs. Ate Subrata, S.H. : 1996
n. Drs. Iri Setiadi : 1996-1998
o. Drs. H. Nana : 1998
p. Drs. Syamsuddin AH. : 1999-2001
q. Dra. Hj. Ana Rostiana : 2001-2003
r. Teddy Hidayat, S.Pd., M.M.Pd. : 2004-2008
s. Drs. Wardoyo, M.M.Pd. : 2008-2012
t. Dra. Hj. Dedeh Suatini, M.M.Pd. : 2012-

3. Data Siswa
Jumlah Siswa
Keadaan Tahun Kelas
Kelas X Kelas XI Jumlah
Siswa Pembelajaran XII
2009/2010 366 373 383 1.122
Jumlah 2010/2011 360 359 373 1.092
siswa 2011/2012 453 383 359 1.195
2012/2013 468 453 383 1.304

26
2013/2014 432 461 446 1.339
2009/2010 9 9 10 28
2010/2011 9 9 9 27
Jumlah
2011/2012 10 9 9 28
Rombel
2012/2013 13 10 9 32
2013/2014 12 13 10 35

4. Data Guru dan Tenaga Kependidikan


a. Guru
Status Kepegawaian
Ijazah Tertinggi
Guru Tetap Guru Tidak Tetap
SLTA/D1/D2 - -
D3 1 -
S1 47 20
S2 7 -
Jumlah 55 21

Kesesuaian
Jumlah Jumlah
dengan Latar
Guru Kebutuhan
Belakang
No Mata yang Ada Guru per
Pendidikan
. Pembelajaran Mata
Tidak
G GT Sesua Pembelajara
Sesua
T T i n
i
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pendidikan Agama
a. Islam 2 2 V - 4
b. Kristen - 1 V - 1
c. Hindu - - - - -
d. Budha - - - - -
2. Kewarganegaraan 2 1 V - 3

27
Bahasa&Sastra
3. 4 2 V - 6
Indonesia
4. Bahasa Inggris 6 - V - 6
5. Bahasa Asing Lain - 3 V - 3
6. Matematika 6 - V - 6
7. Fisika 5 - V - 5
8. Biologi 4 - V - 4
9. Kimia 4 - V - 4
10. Sejarah 2 1 V - 3
11. Geografi 2 1 V - 3
12. Sosiologi 2 1 V - 3
Ekonomi/Akuntans
13. 4 - V - 4
i
14. Kesenian 1 2 V - 3
15. TIK 2 2 - - 4
Pendidikan
16. 3 1 V - 4
Jasmani
17. Pustakawan 2 - - - 2
Bimbingan
18. 5 - V - 5
Konseling
Pend/ Lingkungan
19. 1 1 - V 2
Hidup
20. Bahasa Sunda - 3 V - 3
Jumlah 54 21 75

b. Tenaga Administrasi Pendidikan


1) Status Kepegawaian, Golongan, dan Jenis Kelamin
Pegawai Tetap Pegawai Tidak Tetap
Golongan Jumlah
Golongan II PNS Bukan PNS
III
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

28
5 0 5 5 5 10 6 2 8 16 7 23

2) Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin


Petugas Pesuruh
Bendaha Juru
Kepala TU Laboran Perpust /Penjaga Jumlah
ra Ketik
akaan Sekolah
L P L P L P L P L P L P L P
1 2 2 2 1 4 5 5 16 7

5. Sarana dan Prasarana


a. Lahan dan Bangunan
1) Luas Lahan
Luas lahan yang dimiliki SMA Negeri 11 Bandung seluruhnya
berjumlah 11.395 m2.
2) Sarana Olah Raga
a) Permainan

Nama Keadaan
No. Jumlah
Alat/Sarana Baik Cukup Rusak
1. Lapangan Basket 1 V
2. Lapangan Volley
1 V
Ball
3. Panjat Dinding - -
4. Bola Sepak 1 V
5. Bola Basket 5 V
6. Bola Volley 5 V
7. Bola Softball 5 V
8. Bola Tangan 3 V
9. Bola Hockey 5 V
10. Stick Hockey 12 V

29
11. Kaos Tim Basket 1 V
12. Kaos Tim Volley 1 V
13. Kaos Tim Sepak
1 V
Bola

b) Atletik
Nama Keadaan
No. Jumlah
Alat/Sarana Baik Cukup Rusak
1. Loncat Tinggi 1 V
2. Loncat Jauh 1 V
3. Track Lari 1 V
4. Spinter - V
Lempar
5. 15 V
Lembing
6. Lempar Cakram 10 V
7. Tolak Peluru 15 V
8. Matras 3 V
Kuda-kuda
9. 1 V
Senam

6. Perpustakaan Sekolah
Buku Pegangan
Buku Teks Siswa Buku Penunjang
Guru
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Judul Eksemplar Judul Eksemplar Judul Eksemplar
270 1.376 510 10.200 1.450 23.941

7. Data Prestasi Sekolah


SMA Negeri 11 Kota Bandung sudah meraih penghargaan sebagai
Sekolah Sehat Tingkat SMA/SMK/MA :
1) Juara I se-Kota Bandung Tahun 2005,
2) Terbaik I Barkowil Tahun 2005,

30
3) Terbaik IV Provinsi Jawa Barat Tahun 2005,
4) Juara II se-Kota Bandung Tahun 2007,
5) Juara III se-Kota Bandung Tahun 2011,
6) Penghargaan dari Walikota Bandung tentang Sekolah yang Selalu Peduli
Akan Lingkungan Tahun 2010,
7) Juara I se-Kecamatan Regol Kota Bandung Tahun 2011,
8) Juara I se-Kota Bandung tahun 2012,
9) Juara II Tingkat Provinsi 2012,
10) Selain itu juga SMAN 11 Kota Bandung telah memperoleh penghargaan
sebagai Sekolah Berbudaya Lingkungan tahun 2013, dan Sekolah
Adiwiyata Tingkat Nasional tahun 2013, dan sekarang sedang
membina 10 sekolah Binaan sebagai tindak lanjut untuk mendapatkan
penghargaan Adiwiyata Mandiri tahun 2014.

3.2 Hasil Wawancara


Penulis mengadakan penelitian ke SMAN 11 Bandung pada tanggal 2 April
2014. Wawancara tersebut ditujukan kepada pihak humas dan guru mata pelajaran
matematika.

 Wawancara dengan pihak Humas SMAN 11 Bandung

Ibu Dhiah Kuswarini, S. Pd.

1. Apa visi dan misi sekolah ini?


Visi SMAN 11 Bandung : “Terwujudnya insan SMA Negeri 11 Bandung
yang religius, unggul, inovatif, berwawasan lingkungan, dan hidup sehat”.
Misi SMA Negeri 11 Bandung adalah : “ALIMAN, SHOLIHAN,
MUJAHIDAN”.
ALIMAN disini maksudnya setiap insan SMA Negeri 11 Bandung
dituntut untuk senantisa belajar guna menambah penguasaan pengetahuan dan
teknologi, keterampilan, wawasan lingkungan, dan hidup sehat.
SOLIHAN disini maksudnya berbudi pekerti luhur, patuh melaksanakan
perintah agama, terciptanya budaya disiplin, dan tertib.

31
MUJAHIDAN disini maksudnya memiliki daya saing yang tinggi atau
mampu berkompetisi dengan siswa lain, semangat menuntut ilmu, dan
melaksanakan setiap aspek yang tanggung jawab/kewajibannya dalam
menciptakan lingkungan yang seimbang dan teratur.

2. Bagaimana struktur organisasi pengurus inti di sekolah ini? Lalu apa tugas
pokok dan fungsinya?

Tugas kepala sekolah dan wakasek seperti pada umumnya, kecuali


mungkin yang baru adalah WMM (Wakil Menejemen Mutu), WMM ada karena
SMAN 11 sedang menuju sekolah berbasis ISO.
Lalu di SMAN 11 itu ada tim pengawas sekolah, namanya memang tim
namun hanya 1 orang. Tugasnya adalah mengevaluasi kinerja wakasek dan
melaporkan kepada kepala sekolah.

3. Sebuah sekolah bisa berdiri dan berkembang berbanding lurus dengan


pengelolaannya. Apa saja yang dikelola sekolah ini dan bagaimana cara
mengelolanya?
Sekolah mengembangkan moral peserta didik dan juga guru dan tenaga
kependidikan lain dengan salah satu caranya setiap kali guru seminar harus
memberikan laporan atau resume supaya dapat diterapkan di sekolah. Selain itu
siswa dan guru diwajibkan membaca kitab suci 15 menit sebelum masuk jam
pelajaran.

32
4. Apa saja peranan komite sekolah dalam pengelolaan sekolah ini?
Sebagai perwakilan dari orang tua siswa. Jadi, jika ada rancangan,
gagasan yang berkaitan dengan sekolah (khususnya menyangkut permasalahan
dengan siswa langsung) harus persetujuan dari komite sekolah. Kebetulan
beberapa tahun yang lalu anak pertama dan anak kedua dari komite sekolah itu
menjadi siswa SMAN 11 Bandung, jadi beliau dipercayai sebagai wakil aspirasi
orang tua siswa. Meskipun sekarang, ketua komite sekolah langsung ditunjuk
oleh dinas, namun ketua komite yang menjabat sekarang adalah ketua komite
yang sejak dulu menjabat.

5. Apa saja peranan pemerintah dalam pengelolaan sekolah ini?


Ada beberapa beasiswa yang datangnya dari pemerintah untuk siswa
yang tidak mampu (Seperti beasiswa Bawaku). Lalu juga sebagian
pembangunan sekolah dibantu oleh dinas/ pemerintahan. Awalnya kita
membangun dasar bangunannya terlebih dahulu, lalu kita mengajukan bantuan
ke dinas, sehingga dana untuk menyelesaikan pembangunan dibantu oleh dinas/
pemerintah. Ada rolling kepala sekolah di Kota Bandung, sehingga sekolah
memiliki kemajuan yang bervariasi dengan bergantinya kepala sekolah di setiap
periodenya.

6. Apa saja aspek yang dikelola oleh sekolah tanpa campur tangan
pemerintah?
Dalam meningkatkan moral siswa, sekolah mewajibkan siswa untuk
mengaji terlebih dahulu 15 menit sebelum jam pelajaran yang pertama.
Begitupun dengan guru-gurunya, ada jadwal sebagai pembimbing pengajian di
sebelum pembelajaran dimulai, dan jadwal itu diatur tersendiri.
Program sekolah yang tanpa campur tangan pemerintah misalnya
program tanaman hidroponik. Ini adalah kebijakan kepala sekola yang menjabat
sekarang, sehingga SMAN 11 Bandung mendapat penghargaan sebagai sekolah
Adiwiyata (Sekolah dengan Berwawasan Lingkungan) dari Dinas.

33
Dalam aspek ekstrakulikuler dan OSIS, sekolah membantu
memprasaranai dan membiayai kegiatan tersebut.

7. Apa saja bentuk partisipasi orang tua siswa atau masyarakat dalam
pengelolaan sekolah ini?
Misalkan dalam membuat pembaharuan di dalam sekolah (baik dalam
program maupun perangkatnya), orang tua siswa memiliki suara dalam
pencanangan tersebut. Jadi pihak sekolah harus mepresentasikannya terlebih
dahulu kepada orang tua siswa dan ketua komite sekolah, kemudian di dalam
forum tersebut orang tua siswa dapat memberi tanggapan dan memberi solusi
untuk pembaharuan yang akan dilakukan tersebut. Sehingga semua yang ada
atau dilakukan oleh sekolah harus transparan terhadap orang.

8. Program apa saja yang dilakukan sekolah untuk mempertahankan atau


meningkatkan mutu sekolah?
Dilaksanakan rapat program kerja untuk 1 tahun kedepan secara rutin.
Dikarenakan masyarakat cermat dan kritis sehingga dibuat strategi penyusunan
program kerja. Contohnya melaksanakan pemantapan bagi siswa kelas 12 yang
akan melaksanakan ujian, untuk meningkatkan mutu peserta didik, sehingga
mutu sekolah pun meningkat di mata masyarakat.

9. Bagaimana sistem dalam pembagian kelas saat awal diterimanya siswa


baru? Berdasarkan apakah pembagian kelas tersebut?
Saat pembukaaan pendaftaran Siswa Baru kan terdapat kapasitas peserta
didik yang bisa diterima oleh SMAN 11 Bandung, kemudian selain dengan tes
tertulis, untuk menunjang keahlian di bidang non-akademik juga dilakukan
seleksi dengan jalur prestasi. Sehingga dilakukan perhitungan untuk itu.
Lalu setelah diterimanya siswa baru, dilihat datanya Ujian Nasionalnya
(anggap nilai Ujian Nasional itu relevan) dan siswa yang memiliki kemampuan
yang sama tidak boleh di satukan dalam 1 kelas (di dalam 1 kelas, kemampan
anak harus bervariasi sehingga merata antara kelas 1 dan kelas yang lainnya). Itu

34
karena di SMAN 11 Bandung tidak diberlakukan kelas unggulan sehingga
variasi kemampuan murid harus merata..
Selain itu, dilihat dari aspek absensi, nama siswa yang hampir sama itu di pisah,
sehingga meminimalisir kekeliruan dalam memberikan nilai. Misal ada empat
nama annisa, nah siswa tersebut dipisah, dan jangan sampai dalam 1 kelas hanya
dengan siswa yang memiliki nama depan dengan abjad yang sama semua (misal
nama huruf depannya A semua atau B semua).

10. Bagaimana pengelolaan siswa saat penjurusan, apakah sudah maksimal


dan sesuai tujuan?
Saat penjurusan dilakukan psikotes terlebih dahulu untuk melihat minat
dan bakat dari setiap siswa, kemudian dikumulatifkan dengan nilai rapotrnya
terlebih dahulu sehingga di dapatkan hasil penjurusan sesuai dengan minat dan
bakat anak tersebut. Psikotes tersebut dilakukan saat akhir kelas 1 SMA (saat
mendekati kenaikan kelas 2) sehingga penjurusan mulai kelas 2 SMA.
Bagaimana dengan kurikulum 2013 yang memberlakukan penjurusan dari
awal siswa tersebut ada di jenjang Sekolah Menengah Atas bu?
Tetap ada psikotes agar mengetahui minat dan bakatnya, perbedaannya
dari nilai yang di lihat sebagai perhitungan untuk penjurusan. Kalau dengan
kurikulum 2013, kita pihak sekolah meminta fotokopi rapot SMPnya dan nilai
nilai yang sudah ada sebelumnya. Dan tesnya tersebut dilakukan saat sebelum
MOPDB.

11. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pengelolaan sekolah pasti


berkoordinasi dengan tenaga kependidikan sekolah. Bagaimana koordinasi
tersebut?
Pertama kita melaksanakan rapat kerja rutin sehingga meningkatkan
koordinasi antara tenaga kerja kependidikan dengan kepala sekolah. Dan dalam
setiap rapat biasanya dihadiri oleh 80% sampai 90% dari jumlah tenaga
kependidikan yang ada. Dan koordinasi pun tetap dibantu oleh tenaga
kependidikan untuk penyampaian kembali kepada tenaga kependidikan yang
lain. Sehingga bukan hanya kepala sekolah yang harus menjaga koordinasi

35
terhadap tenaga kependidikan, namun antara tenaga kependidikan dengan tenaga
kependidikan yang lain pun terbentuk koordinasi yang cukup baik pula.
Jadi segala informasi sekolah dapat diketahui oleh semua pihak yang
bersangkutan. Untungnya sih selama ini meskipun kepala sekolah sering sekali
tidak berada di sekolah karena kepentingan diluar, namun informasi yang
disampaikan oleh kepala sekolah selalu diterima dengan baik oleh semua pihak.

12. Bagaimana pengelolaan sekolah ini dalam bidang non-akademik seperti


OSIS, kegiatan ekstrakurikuler, kesenian dan lain-lain?
Kita pihak sekolah membantu memprasaranai dan membiayai kegiatan
ektrakulikuler dan OSIS di SMAN 11 Bandung, terlebih lagi dalam perlombaan,
kita membiayai dan membantu menangani perizinan (dispensasi) ke pihak guru
jika ada perlombaan yang mengharuskan meninggalkan kegiatan pembelajaran.
Dengan adanya jalur prestasi dalam penerimaan siswa baru juga
diharapkan mampu mengembangkan prestasinya dengan mengikuti
ekstrakulikuler sesuai dengan bidangnya, sehingga dapat mengharumkan nama
SMAN 11 Bandung.
Selain itu, tidak pungkiri kemampuan kreativitas ataupun seni siswa pun
harus dikembangkan di sekolah selain perkembangan akademiknya untuk
membekali siswa tersebut setelah lulus dari SMAN 11 Bandung. Jadi pihak
sekolah mewajibkan siswa untuk mengikuti 2 kegiatan ekstrakulikuler (dalam
seni dan Bela Negara), dan siswa boleh memilih ekstrakulikuler mana yang akan
mereka ikuti.
Di bidang seni ada olah vokal (Paduan suara, Solo vocal, instrument
music, Tari modern, tari tradisional, dll). Di bidang bela Negara (ada PMR,
Paskibra, dan Pramuka).
Selai itu ada juga ekstrakulikuler lain, misalnya dalam bidang bela diri, dan olah
raga.

36
13. Bagaimana kode etik hubungan antara sesama warga didalam lingkungan
sekolah dan hubungan sekolah dengan masyarakat?
Hubungan antara kepala sekolah dengan guru seperti guru dengan guru,
namun mungkin karena kepala sekolah memiliki tugas lain diluar sekolah maka
terkadang kepala sekolah tidak langsung menyosialisasikan kebijakan langsung
ke guru atau warga sekolah lainnya namun lewat humas, lalu humas yang
menyampaikannya kepada guru dan warga sekolah lainnya.

14. Bagaimana pola komunikasi sekolah dengan masyarakat dan orang tua
siswa?
Kita disini ada komite sekolah yang perannya sebagai wakil aspirasi dari
orang tua siswa. Lalu ada juga rapat yang mengundang orang tua siswa untuk
ikut berpartisipasi dalam membicarakan kepentingan sekolah. Biasanya rapat
tersebut dilakukan setiap ada permasaahan yang harus diketahui oleh orang tua.
Contohnya dalam masalah pembangunan maupun dana sekolah. Sehingga
komunikasi antara sekolah dengan orang tua siswa bisa terjada, baik melalui
komite sekolah maupun langsung kepada orang tua siswanya.
Jadi polanya itu komunikasi dua arah, dimana sekolah dan orang tua
berperan. Dengan masyarakat kita juga melakukan komunikasi rutin. Selain
dengan bimbel dan lembaga kependidikan lainnya kita juga memiliki
komunikasi dengan 5 negara. Contohnya dalam program pertukaran pelajar dan
studi banding. Jadi pola komunikasi kita dengan masyarakat pun secara dua
arah.

15. Bentuk kerjasama apa saja yang sekolah lakukan dengan masyarakat atau
orang tua siswa?
Dengan orang tua, pihak sekolah selalu melibatkan orang tua siswa
dalam hal peningkatan dan pembaharuan sekolah dengan adanya rapat orang tua.
Lalu ada pula beasiswa yang sumbernya dari orang tua siswa.
Dengan masyarakat, pihak sekolah melakukan banyak kejasama dengan
pihak masyarakat. Contohnya, dilakukan seminar yang pembicaranya dari tokoh
yang ahli. Lalu dengan lembaga Bimbel yang ada di Kota Bandung, banyak

37
bimbel yang melakukan kerjasama dengan SMAN 11 Bandung misal melakukan
Ujian dan siswa berprestasi bisa mendapatkan fasilitas bimbel gratis dari
lembagaa tersebut.
Pihak selokah pun melakukan kerjasama dengan 5 negara(Singapura,
Australia, Jerman, Malaysia, dan Jepang). Contohnya dengan melakukan studi
banding, siswa terpilih dari SMAN 11 Bandung dikirimkan ke Australia dalam
program pertukaran pelajar, dan SMAN 11 Bandung pun menerima pertukaran
pelajar dari Australia.
Ada pula program Beasiswa dari pihak luar negeri tersebut (misalnya
SAMPOERNA FOUNDATION, SINGAPORE FOUNDATION, dll).

 Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Matematika

Ibu Dra. Saeni, M. M. Pd.

1. Bagaimana pendapat ibu/bapak tentang pengelolaan sekolah ini baik dalam


bidang akademik maupun non akademik? Apakah masih ada yang
kurang?
Kalau pengelolaan untuk yang fisiknya sekolah sih ya alhamdulillah
baik, tapi kalau dari SDMnya (internalnya) masih banyak kendala. SDMnya
disini maksudnya adalah siswa-siswanya. Kendalanya itu ya dari siswanya itu
sendiri. Soalnya meskipun pihak sekolah sudah mengelola dengan baik, namun
kalau dari diri siswanya sendiri kurang membantu menyukseskan apa yang telah
dibuat sekolah kan tetap saja hasilnya jadi kurang.

2. Apa peranan guru dalam pengelolaan sekolah?


Guru itu selain mendidik (mentransfer ilmu) siswa agar lulusan sekolah
ini meningkat kualitasnya, untuk kemajuan sekolah juga kan guru ikut berperan.
Selain mendidik kan biasanya guru-gurunya juga ada studi banding, nah disitu
juga guru berperan untuk mencari informasi yang dapat memajukan sekolah
yang kemudian informasi tersebut dijadikan masukan agar sekolah bisa menjadi
lebih baik lagi.

38
Dari info-info tersebut, guru mendapatkan ilmu untuk lebih kreatif lagi
dalam mendidik dan juga memberi pengetahuan baru untuk sekolah ini. Jadi
guru itu juga berperan dalam pengelolaan sekolah.

3.3 Pengolahan Angket


Sesuai dengan metode dalam penelitian ini yakni naturalistik, dalam
penyebaran angket digunakan sampling yang purposif. Sampelnya sedikit dan
dipilih menurut tujuan (purpose) peneliti. Sampel yang kami uji hanya 6 orang,
ke-6 orang itu merupakan pengurus inti di kelembagaan SMAN 11 Bandung.
Berikut hasil angket yang kami peroleh.

BUTIR PERNYATAAN PENELITIAN (X1)

No. Pernyataan STS TS TT S SS


1. Kepala sekolah melibatkan komite 2 4
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
2. Kepala sekolah mengikutsertakan 3 3
komite sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah dalam rapat
penyusunan Renstra sekolah
secara rutin
3. Kepala sekolah mendorong komite 2 4
sekolah, guru, dan tenaga
Kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
secara proaktif
4. Kepala sekolah menggerakan 2 4
komite sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
secara efektif dan efisien

39
5. Kepala sekolah menemukan setiap 2 4
kemampuan komite sekolah,
guru, dan tenaga kependidikan
sekolah untuk memformulasikan
Renstra sekolah
6. Kepala sekolah mengembangkan 2 4
setiap kemampuan komite
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
dengan menyertakan mereka ke
seminar yang terkait dengan
Renstra sekolah
7. Kepala sekolah mengembangkan 2 4
setiap kemampuan komite
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
dengan menyediakan pustaka
terkait dengan formulasi Renstra
sekolah
8. Kepala sekolah mengajak komite 2 4
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memanfaatkan sumber daya
sekolah
dengan baik sebagai salah satu
bahan pertimbangan formulasi
Renstra sekolah
9. Kepala sekolah melakukan inovasi- 2 4
inovasi pendidikan sebagai
contoh untuk mendorong komite
sekolah, guru, dan tenaga

40
kependidikan sekolah untuk
berkembang dengan melakukan
inovasi-inovasi pendidikan yang
selanjutnya akan diformulasikan
dalam bentuk Renstra sekolah
10. Kepala sekolah mendorong komite 3 3
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
berkembang dengan melakukan
inovasi-inovasi pendidikan yang
selanjutnya akan diformulasikan
dalam bentuk Renstra sekolah
11. Kepala sekolah 2 4
mengkoordinasikan segenap
sumber daya yang dimiliki oleh
sekolah dengan baik sebagai bahan
pertimbangan untuk formulasi
Renstra sekolah
12. Kepala sekolah melakukan analisis 2 4
mengenai kekuatan dan
kelemahan sekolah sebelum
memformulasikan Renstra sekolah
yang kemudian akan didiskusikan
dengan komite sekolah, guru,
dan tenaga kependidikan sekolah
sebagai bahan pertimbangan
formulasi Renstra sekolah
13. Kepala sekolah mampu 1 5
menstimulasi tenaga administrasi
sekolah untuk mengelola data
menjadi informasi yang berguna
untuk formulasi Renstra sekolah

41
14. Kepala sekolah menggunakan data 1 5
dan informasi yang dimiliki oleh
sekolah sebagai dasar
pertimbangan analisis kekuatan
dan kelemahan sekolah
15. Kepala sekolah melakukan analisis 2 4
mengenai peluang dan ancaman
sekolah sebelum
memformulasikan Renstra sekolah
yang kemudian akan didiskusikan
dengan komite sekolah, guru, dan
tenaga kependidikan sekolah
sebagai bahan pertimbangan
formulasi Renstra sekolah
16. Kepala sekolah menggunakan data 6
dan informasi yang akurat dan
terpercaya sebagai dasar
pertimbangan analisis peluang dan
ancaman sekolah
17. Berdasarkan analisis yang 6
dilakukan, kepala sekolah
menentukan berbagai alternatif
strategi yang akan diformulasikan
dengan baik
18. Kepala sekolah menentukan 1 5
prioritas strategi dalam formulasi
Renstra sekolah dengan baik dan
sesuai dengan keadaan sekolah
19. Kepala sekolah menimbang 6
konsekuensi dari keputusan yang
akan diambil dengan baik dalam
formulasi Renstra sekolah

42
20. Kepala sekolah mengambil 1 5
keputusan yang tepat untuk
formulasi Renstra sekolah
21. Kepala sekolah memperjelas 6
bagaimana strategi-strategi
tersebut akan dicapai dengan
menentukan tugas pokok dan
fungsi bagi setiap anggota sekolah
22. Kepala sekolah mampu 1 5
menciptakan sebuah tolak ukur
yang mampu mengukur tingkat
ketercapaian formulasi Renstra
yang akan diimplementasikan
secara khusus
23. Kepala sekolah membuat 6
kebijakan khusus yang
menyatakan bahwa Renstra
sekolah yang telah diformulasikan
harus dilaksanakan secara fleksibel
dengan selalu mengarah pada
tujuan yang telah ditetapkan
24. Kepala sekolah mampu 6
menggunakan gaya kepemimpinan
yang tepat sesuai dengan
konteksnya

BUTIR PERNYATAAN PENELITIAN (X2)

No. Pernyataan STS TS TT SS STS


1. Tersedianya informasi untuk 1 5
mendukung pengambilan
keputusan dalam formulasi
Renstra sekolah bagi kepala

43
sekolah, guru, komite,dan
tenaga kependidikan sekolah
2. Kepala sekolah, komite 1 5
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan
sekolah dapat memperoleh
informasi yang dibutuhkan
untuk
formulasi Renstra sekolah
dengan cepat
3. Adanya kemudahan dalam 1 5
memperoleh informasi untuk
formulasi Renstra sekolah
4. Adanya kesesuaian informasi 3 3
dengan isu-isu strategis yang
dihadapi oleh sekolah
5. Informasi yang digunakan 3 3
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
lengkap
6. Informasi yang digunakan 2 4
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
tepat
7. Informasi yang digunakan 6
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
rinci
8. Informasi yang digunakan 2 4

44
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
actual
9. Informasi yang digunakan 2 4
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
mudah dipahami
10. Adanya konsistensi informasi 3 2
dari berbagai sumber yang
berbeda
untuk formulasi Renstra
sekolah
11. Adanya kejelasan sumber 2 4
informasi untuk pengambilan
keputusan
bagi kepala sekolah dan bagi
guru-staff untuk menjalankan
tugas
sehari-hari
12. Informasi sebagai pendukung 1 5
pengambilan keputusan tidak
terdistorsi oleh kepentingan
lain
13. Informasi yang dimiliki oleh 4 2
sistem informasi manajemen
sekolah
dapat digunakan untuk
menganalisis dampak dari
setiap keputusan strategis
yang akan diformulasikan

45
14. Informasi yang dimiliki oleh 3 2
sistem informasi manajemen
sekolah
dapat digunakan untuk
menentukan tukar pilih yang
harus diambil oleh sekolah
15. Informasi dapat digunakan 1 4
sebagai bahan penentuan
faktor-faktor
kritis dalam formulasi Renstra
sekolah
16. Informasi yang diperlukan 2 3
untuk formulasi Renstra
sekolah dapat
diperoleh dari sistem
informasi manajemen yang
dimiliki oleh
sekolah
17. Sekolah menggunakan sumber 3 2
data lain (seperti Badan Pusat
Statistik) selain sistem
informasi manajemen sekolah
sebagai sumber informasi
yang dijadikan pertimbangan
untuk formulasi Renstra
sekolah
18. Sekolah, melalui sistem 2 3
informasi manajemen sekolah,
melakukan
survei mengenai harapan
kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, dan komite
sekolah untuk pengembangan

46
sekolah
selama lima tahun ke depan
19. Tenaga administrasi sekolah, 6
sebagai pengelola sistem
informasi
manajemen sekolah, memiliki
keinginan untuk
mengumpulkan data yang
terkait dengan sekolah agar
dapat digunakan untuk
formulasi Renstra sekolah
20. Sistem informasi manajemen 3 3
sekolah memiliki kemampuan
untuk mengelola data menjadi
informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan secara
cepat dan tepat
21. Sistem informasi manajemen 1 2 3
sekolah dapat
mengidentifikasi data dan
informasi yang diperlukan
untuk bahan pertimbangan
formulasi Renstra sekolah
22. Sistem informasi manajemen 3 2
sekolah mampu meringkas
informasi penting bagi kepala
sekolah, komite sekolah, guru,
dan tenaga kependidikan
sekolah untuk membuat
formulasi Renstra sekolah
23. Kekuatan dan kelemahan 1 2 2
sekolah dapat diidentifikasi
melalui

47
informasi yang diberikan oleh
sistem informasi manajemen
sekolah
24. Peluang dan anacaman 1 3 2
sekolah dapat diidentifikasi
melalui
informasi yang diberikan oleh
sistem informasi manajemen
sekolah

BUTIR PERNYATAAN PENELITIAN (Y)


No. Pernyataan STS TS TT S SS
1. Secara umum, formulasi Renstra 6
sekolah didasarkan pada tujuan
pendidikan nasional Indonesia
2. Secara umum, formulasi Renstra 6
sekolah didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila
3. Secara umum, formulasi Renstra 6
sekolah didasarkan pada nilai-
nilai pendidikan nasional
4. Formulasi Renstra sekolah 1 5
didasarkan pada nilai-nilai yang
dianut oleh sekolah
5. Formulasi Renstra sekolah 1 5
melibatkan kepala sekolah,
komite sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah
6. Formulasi Renstra sekolah 2 4
melibatkan perwakilan dari
dunia usaha dan industri (DUDI)

48
dan pengawas sekolah
7. Formulasi Renstra sekolah 6
didasarkan pada hasil analisis
kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh sekolah
8. Formulasi Renstra sekolah 1 5
didasarkan pada hasil analisis
peluang dan tantangan yang
dihadapi oleh sekolah
9. Formulasi Renstra sekolah 1 5
didasarkan pada hasil proyeksi
masa depan yang diperoleh dari
pendapat berbagai ahli mengenai
kecenderungan yang mungkin
terjadi di masa depan
10. Formulasi Renstra sekolah 3 3
didasarkan pada kelebihan
sekolah
11. Formulasi Renstra sekolah 2 4
didasarkan pada data dan
informasi yang dikelola dengan
sistem informasi manajemen
sekolah
12. Formulasi Renstra sekolah 6
didasarkan pada pertimbangan
yang seimbang antara keuangan
sekolah, proses pembelajaran,
pengembangan tenaga pendidik
dan kependidikan, dan pihak-
pihak yang terkait dengan
sekolah baik secara langsung
maupun tidak langsung

49
13. Formulasi Renstra sekolah 6
didasarkan pada hasil evaluasi
Renstra sekolah yang
sebelumnya
14. Adanya kesejajaran antara 6
kebijakan pemerintah pusat
dengan Renstra sekolah dalam
hal program-program
pengembangan pendidikan di
sekolah
15. Adanya kesejajaran antara 6
kebijakan pemerintah daerah
dengan Renstra sekolah dalam
pembinaan guru mengenai
Renstra sekolah
16. Sekolah memiliki wadah khusus 3 3
untuk membicarakan substansi
dari strategi yang akan
dituangkan dalam Renstra
sekolah
17. Sekolah merupakan pihak yang 2 4
memformulasikan isu-isu
strategis bukan sebagai pihak
pelaksana teknis dari isu-isu
strategis yang telah disusun oleh
pemerintah pusat atau daerah
18. Formulasi Renstra sekolah 3 3
didasarkan pada isu-isu stratejik
yang dihadapi oleh sekolah
secara khusus
19. Tujuan-tujuan yang disusun 2 4
dalam Renstra sekolah

50
merupakan tujuan-tujuan yang
bisa terukur secara jelas
20. Adanya tujuan-tujuan jangka 1 5
pendek dalam Renstra sekolah
yang diformulasikan
21. Program-program yang disusun 1 5
untuk Renstra sekolah
merupakan program-program
yang mendukung tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan
22. Adanya prosedur yang jelas 1 5
untuk melaksanakan program-
program yang telah ditetapkan
23. Sekolah memiliki kapasitas 4 2
dalam hal administrasi untuk
melakukan formulasi Renstra
sekolah
24. Formulasi Renstra sekolah 3 3
dibantu oleh ahli perencanaan
pendidikan

Keterangan: STS (Sangat Tidak Setuju)


TS (Tidak Setuju)
TT (Tidak Tahu)
SS (Sangat Setuju)
STS (Sangat Tidak Setuju)
Kesimpulan dari angket di atas, lebih dari 60% responden menyatakan bahwa
pengelolaan pendidikan di SMAN 11 Bandung umunya sudah baik. Kepala sekolah
sudah mampu mengelola sekolah sehingga menjadikan sekolah Adiwiyata. Selain
itu, kerjasama/hubungan antara kepala sekolah, komite sekolah, dan staf
kependidikan lainnya terjalin dengan baik.

51
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil angket dapat disimpulkan bahwa

proses pengelolaan pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung sudah baik. Kepala

sekolah sebagai administrator dan edukator telah mampu melaksanakan

tugasnya dengan baik hingga masih bisa mempertahankan gelar sekolah

Adiwiyata serta mengembangkan proyek tanaman hidroponik.

Hubungan/kerjasama antara orang tua siswa, masyarakat, pihak sekolah,

dan komite sekolah pun terjalin dengan baik. Komunikasi yang digunakan

ialah komunikasi dua arah, dimana orang tua dan masyarakat diajak dalam

merumuskan maupun menentukan sesuatu, terutama yang berhubungan dengan

hal akademik maupun keuangan sekolah. Pihak sekolah pun memberikan

transparansi kepada orang tua siswa mengenai hasil belajar siswa dan keuangan

sekolah sehingga pengelolaan pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung dapat

berkembang sesuai dengan kepercayaan dari pihak masyarakat ataupun orang

tua siswa.

4.2 Saran
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengelolaan
pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung, maka peneliti memberi saran/masukan
sebagai berikut:
a. Kepala sekolah harus terus berupaya meningkatkan kualitas dan
mutu pengelolaan sekolahnya yakni dengan mengadakan program-
program atau kegiatan-kegiatan pembaharuan ke arah yang lebih
maju.

52
b. Komunikasi yang sudah terjalin baik antara masyarakat, orang tua
siswa, dan pihak sekolah harus terus dijaga sehingga sekolah
mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat dan orang tua siswa.
c. Pihak sekolah harus terus berupaya menghasilkan Sumber Daya
Manusia yang berkualitas sehingga lulusannya pun dapat terus
berprestasi di jenjang yang lebih tinggi.

53
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Administrasi UPI. 2013. Manajemen Pendidikan.


Bandung: Alfabeta.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195602141980032-
TJUTJU_SOENDARI/Power_Point_Perkuliahan/Penelitian_PKKh/Konsep_dasar_kual.
ppt_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf [Online] Tersedia: 16 Mei 2014

http://niningsulistyoningrum.wordpress.com/2010/05/15/standar-pengelolaan-
pendidikan/ [Online] Tersedia: 16 Mei 2014

http://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/20/%C2%AD%C2%AD%C2%ADmoni
toring-dan-evaluasi-pengelolaan-satuan-pendidikan/ [Online] Tersedia: 16 Mei 2014

http://karawang.blog.com/2010/05/17/penelitian-kualitatif-atau-naturalistik/ [Online]
Tersedia: 16 Mei 2014

http://www.slideshare.net/NASuprawoto/standar-pengelolaan-pendidikan [Online]
Tersedia: 17 Mei 2014

http://alexemdi.wordpress.com/2008/10/07/standar-pengelolaan-pendidikan-oleh-
satuan-pendidikan-dasar-dan-menengah/ [Online] Tersedia: 17 Mei 2014

http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=111/ [Online] Tersedia: 17 Mei 2014

http://kristiantrimulyanto.blog.com/2010/01/04/standar-pengelolaan-pendidikan/
[Online] Tersedia: 17 Mei 2014
LAMPIRAN

SURAT IZIN OBSERVASI


LAMPIRAN

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN


OBSERVASI
LAMPIRAN

ANGKET

BUTIR PERNYATAAN PENELITIAN (X1)

No. Pernyataan STS TS TT S SS


25. Kepala sekolah melibatkan komite
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
26. Kepala sekolah mengikutsertakan
komite sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah dalam rapat
penyusunan Renstra sekolah
secara rutin
27. Kepala sekolah mendorong komite
sekolah, guru, dan tenaga
Kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
secara proaktif
28. Kepala sekolah menggerakan
komite sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
secara efektif dan efisien
29. Kepala sekolah menemukan setiap
kemampuan komite sekolah,
guru, dan tenaga kependidikan
sekolah untuk memformulasikan
Renstra sekolah
30. Kepala sekolah mengembangkan
setiap kemampuan komite
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
dengan menyertakan mereka ke
seminar yang terkait dengan
Renstra sekolah
31. Kepala sekolah mengembangkan
setiap kemampuan komite
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memformulasikan Renstra sekolah
dengan menyediakan pustaka
terkait dengan formulasi Renstra
sekolah
32. Kepala sekolah mengajak komite
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
memanfaatkan sumber daya
sekolah
dengan baik sebagai salah satu
bahan pertimbangan formulasi
Renstra sekolah
33. Kepala sekolah melakukan inovasi-
inovasi pendidikan sebagai
contoh untuk mendorong komite
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
berkembang dengan melakukan
inovasi-inovasi pendidikan yang
selanjutnya akan diformulasikan
dalam bentuk Renstra sekolah
34. Kepala sekolah mendorong komite
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah untuk
berkembang dengan melakukan
inovasi-inovasi pendidikan yang
selanjutnya akan diformulasikan
dalam bentuk Renstra sekolah
35. Kepala sekolah
mengkoordinasikan segenap
sumber daya yang dimiliki oleh
sekolah dengan baik sebagai bahan
pertimbangan untuk formulasi
Renstra sekolah
36. Kepala sekolah melakukan analisis
mengenai kekuatan dan
kelemahan sekolah sebelum
memformulasikan Renstra sekolah
yang kemudian akan didiskusikan
dengan komite sekolah, guru,
dan tenaga kependidikan sekolah
sebagai bahan pertimbangan
formulasi Renstra sekolah
37. Kepala sekolah mampu
menstimulasi tenaga administrasi
sekolah untuk mengelola data
menjadi informasi yang berguna
untuk formulasi Renstra sekolah
38. Kepala sekolah menggunakan data
dan informasi yang dimiliki oleh
sekolah sebagai dasar
pertimbangan analisis kekuatan
dan kelemahan sekolah
39. Kepala sekolah melakukan analisis
mengenai peluang dan ancaman
sekolah sebelum
memformulasikan Renstra sekolah
yang kemudian akan didiskusikan
dengan komite sekolah, guru, dan
tenaga kependidikan sekolah
sebagai bahan pertimbangan
formulasi Renstra sekolah
40. Kepala sekolah menggunakan data
dan informasi yang akurat dan
terpercaya sebagai dasar
pertimbangan analisis peluang dan
ancaman sekolah
41. Berdasarkan analisis yang
dilakukan, kepala sekolah
menentukan berbagai alternatif
strategi yang akan diformulasikan
dengan baik
42. Kepala sekolah menentukan
prioritas strategi dalam formulasi
Renstra sekolah dengan baik dan
sesuai dengan keadaan sekolah
43. Kepala sekolah menimbang
konsekuensi dari keputusan yang
akan diambil dengan baik dalam
formulasi Renstra sekolah
44. Kepala sekolah mengambil
keputusan yang tepat untuk
formulasi Renstra sekolah
45. Kepala sekolah memperjelas
bagaimana strategi-strategi
tersebut akan dicapai dengan
menentukan tugas pokok dan
fungsi bagi setiap anggota sekolah
46. Kepala sekolah mampu
menciptakan sebuah tolak ukur
yang mampu mengukur tingkat
ketercapaian formulasi Renstra
yang akan diimplementasikan
secara khusus
47. Kepala sekolah membuat
kebijakan khusus yang
menyatakan bahwa Renstra
sekolah yang telah diformulasikan
harus dilaksanakan secara fleksibel
dengan selalu mengarah pada
tujuan yang telah ditetapkan
48. Kepala sekolah mampu
menggunakan gaya kepemimpinan
yang tepat sesuai dengan
konteksnya

BUTIR PERNYATAAN PENELITIAN (X2)

No. Pernyataan STS TS TT SS STS


25. Tersedianya informasi untuk
mendukung pengambilan
keputusan dalam formulasi
Renstra sekolah bagi kepala
sekolah, guru, komite,dan
tenaga kependidikan sekolah
26. Kepala sekolah, komite
sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan
sekolah dapat memperoleh
informasi yang dibutuhkan
untuk
formulasi Renstra sekolah
dengan cepat
27. Adanya kemudahan dalam
memperoleh informasi untuk
formulasi Renstra sekolah
28. Adanya kesesuaian informasi
dengan isu-isu strategis yang
dihadapi oleh sekolah
29. Informasi yang digunakan
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
lengkap
30. Informasi yang digunakan
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
tepat
31. Informasi yang digunakan
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
rinci
32. Informasi yang digunakan
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
aktual
33. Informasi yang digunakan
dalam formulasi Renstra
sekolah
merupakan informasi yang
mudah dipahami
34. Adanya konsistensi informasi
dari berbagai sumber yang
berbeda
untuk formulasi Renstra
sekolah
35. Adanya kejelasan sumber
informasi untuk pengambilan
keputusan
bagi kepala sekolah dan bagi
guru-staff untuk menjalankan
tugas
sehari-hari
36. Informasi sebagai pendukung
pengambilan keputusan tidak
terdistorsi oleh kepentingan
lain
37. Informasi yang dimiliki oleh
sistem informasi manajemen
sekolah
dapat digunakan untuk
menganalisis dampak dari
setiap keputusan strategis
yang akan diformulasikan
38. Informasi yang dimiliki oleh
sistem informasi manajemen
sekolah
dapat digunakan untuk
menentukan tukar pilih yang
harus diambil oleh sekolah
39. Informasi dapat digunakan
sebagai bahan penentuan
faktor-faktor
kritis dalam formulasi Renstra
sekolah
40. Informasi yang diperlukan
untuk formulasi Renstra
sekolah dapat
diperoleh dari sistem
informasi manajemen yang
dimiliki oleh
sekolah
41. Sekolah menggunakan sumber
data lain (seperti Badan Pusat
Statistik) selain sistem
informasi manajemen sekolah
sebagai sumber informasi
yang dijadikan pertimbangan
untuk formulasi Renstra
sekolah
42. Sekolah, melalui sistem
informasi manajemen sekolah,
melakukan
survei mengenai harapan
kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, dan komite
sekolah untuk pengembangan
sekolah
selama lima tahun ke depan
43. Tenaga administrasi sekolah,
sebagai pengelola sistem
informasi
manajemen sekolah, memiliki
keinginan untuk
mengumpulkan data yang
terkait dengan sekolah agar
dapat digunakan untuk
formulasi Renstra sekolah
44. Sistem informasi manajemen
sekolah memiliki kemampuan
untuk mengelola data menjadi
informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan secara
cepat dan tepat
45. Sistem informasi manajemen
sekolah dapat
mengidentifikasi data dan
informasi yang diperlukan
untuk bahan pertimbangan
formulasi Renstra sekolah
46. Sistem informasi manajemen
sekolah mampu meringkas
informasi penting bagi kepala
sekolah, komite sekolah, guru,
dan tenaga kependidikan
sekolah untuk membuat
formulasi Renstra sekolah
47. Kekuatan dan kelemahan
sekolah dapat diidentifikasi
melalui
informasi yang diberikan oleh
sistem informasi manajemen
sekolah
48. Peluang dan anacaman
sekolah dapat diidentifikasi
melalui
informasi yang diberikan oleh
sistem informasi manajemen
sekolah

BUTIR PERNYATAAN PENELITIAN (Y)


No. Pernyataan STS TS TT S SS
1. Secara umum, formulasi Renstra
sekolah didasarkan pada tujuan
pendidikan nasional Indonesia
2. Secara umum, formulasi Renstra
sekolah didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila
3. Secara umum, formulasi Renstra
sekolah didasarkan pada nilai-
nilai pendidikan nasional
4. Formulasi Renstra sekolah
didasarkan pada nilai-nilai yang
dianut oleh sekolah
5. Formulasi Renstra sekolah
melibatkan kepala sekolah,
komite sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan sekolah
6. Formulasi Renstra sekolah
melibatkan perwakilan dari
dunia usaha dan industri (DUDI)
dan pengawas sekolah
7. Formulasi Renstra sekolah
didasarkan pada hasil analisis
kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh sekolah
8. Formulasi Renstra sekolah
didasarkan pada hasil analisis
peluang dan tantangan yang
dihadapi oleh sekolah
9. Formulasi Renstra sekolah
didasarkan pada hasil proyeksi
masa depan yang diperoleh dari
pendapat berbagai ahli mengenai
kecenderungan yang mungkin
terjadi di masa depan
10. Formulasi Renstra sekolah
didasarkan pada kelebihan
sekolah
11. Formulasi Renstra sekolah
didasarkan pada data dan
informasi yang dikelola dengan
sistem informasi manajemen
sekolah
12. Formulasi Renstra sekolah
didasarkan pada pertimbangan
yang seimbang antara keuangan
sekolah, proses pembelajaran,
pengembangan tenaga pendidik
dan kependidikan, dan pihak-
pihak yang terkait dengan
sekolah baik secara langsung
maupun tidak langsung
13. Formulasi Renstra sekolah
didasarkan pada hasil evaluasi
Renstra sekolah yang
sebelumnya
14. Adanya kesejajaran antara
kebijakan pemerintah pusat
dengan Renstra sekolah dalam
hal program-program
pengembangan pendidikan di
sekolah
15. Adanya kesejajaran antara
kebijakan pemerintah daerah
dengan Renstra sekolah dalam
pembinaan guru mengenai
Renstra sekolah
16. Sekolah memiliki wadah khusus
untuk membicarakan substansi
dari strategi yang akan
dituangkan dalam Renstra
sekolah
17. Sekolah merupakan pihak yang
memformulasikan isu-isu
strategis bukan sebagai pihak
pelaksana teknis dari isu-isu
strategis yang telah disusun oleh
pemerintah pusat atau daerah
18. Formulasi Renstra sekolah
didasarkan pada isu-isu stratejik
yang dihadapi oleh sekolah
secara khusus
19. Tujuan-tujuan yang disusun
dalam Renstra sekolah
merupakan tujuan-tujuan yang
bisa terukur secara jelas
20. Adanya tujuan-tujuan jangka
pendek dalam Renstra sekolah
yang diformulasikan
21. Program-program yang disusun
untuk Renstra sekolah
merupakan program-program
yang mendukung tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan
22. Adanya prosedur yang jelas
untuk melaksanakan program-
program yang telah ditetapkan
23. Sekolah memiliki kapasitas
dalam hal administrasi untuk
melakukan formulasi Renstra
sekolah
24. Formulasi Renstra sekolah
dibantu oleh ahli perencanaan
pendidikan
Keterangan: STS (Sangat Tidak Setuju)
TS (Tidak Setuju)
TT (Tidak Tahu)
SS (Sangat Setuju)
STS (Sangat Tidak Setuju)
LAMPIRAN

DOKUMENTASI

(LAMBANG SMAN 11 BANDUNG)

(GERBANG DEPAN SMAN 11 BANDUNG)


(TAMAN DEKAT RUANG GURU SMAN 11 BANDUNG)

(PUSAT TAMAN SMAN 11 BANDUNG)


(MASJID DAN TEMPAT PARKIR SMAN 11 BANDUNG)

(TAMAN SMAN 11 BANDUNG DIKALA SENJA)


(PROYEK TANAMAN HIDROPONIK DI TAMAN SMAN 11 BANDUNG)

(PROYEK TANAMAN HIDROPONIK DI TAMAN SMAN 11 BANDUNG)


(DOKUMENTASI BERSAMA NARASUMBER)

Anda mungkin juga menyukai