Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI PENERAPAN INDIKATOR KRITERIA E-PROGRAM PEMBANGUNAN DALAM Laporan

MENDUKUNG KETEPATAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN Antara

BAB 9
ANALISIS BOBOT KRITERIA
TIAP PROVINSI DI PROVINSI
BENGKULU DENGAN SEM
9.1. PERSIAPAN ANALISIS STRUCTURAL EQUATION MODELING

Structural Equation Modeling (SEM) adalah metode untuk merepresentasikan, mengestimasi


dan menguji relasi antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Metode ini merupakan
metode multivariate yang dapat digunakan untuk menggambarkan keterkaitan hubungan
linier secara simultan antara variabel pengamatan/ yang dapat diukur langsung ( manifest)
dan variabel yang tidak dapat diukur secara tidak langsung. Terdapat dua macam variabel
yang laten dalam SEM yaitu endogen dan exogen. Ghozali (2013) menyatakan bahwa
Structural Equation Modeling (SEM) merupakan gabungan dari dua metode statistik yang
terpisah yaitu bagian pengukuran yang menghubungkan observed variabel dengan latent
variabel lewat confirmatori factor model psikologi dan psikometri serta bagian struktur yang
menghubungkan antar latent variabel lewat persamaan regresi simultan ( simultaneous
equation modeling) yang dikembangkan di ilmu statistika. Model pengukuran menjelaskan
mengenai hubungan antara variabel dengan indikator-indikatornya dan model struktural
menjelaskan hubungan antar variabel yang akan diteliti.

Hubungan kausalitas antar variabel dinyatakan dalam bentuk angka atau pembobotan
dengan kisaran 0 (poor) sampai 1 (perfect fit). Hubungan dengan bobot semakin mendekati
angka 1 berarti hubungan tersebut semakin signifikan atau semakin memberikan pengaruh
kepada suatu variabel. Keunggulan SEM apabila dibanding dengan metode analisis
multivariat yang lain adalah :
a) Memungkinkan asumsi-asumsi yang lebih fleksibel.
b) Penggunaan analisis faktor penegasan ( confirmatory factor analysis ) untuk mengurangi
kesalahan pengukuran dengan memiliki banyak indikator dalam satu variabel laten.
c) Interface pemodelan grafis untuk memudahkan pengguna membaca keluaran hasil
analisis.

IX - 1
EVALUASI PENERAPAN INDIKATOR KRITERIA E-PROGRAM PEMBANGUNAN DALAM Laporan
MENDUKUNG KETEPATAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN Antara

d) Memungkinkan adanya pengujian model secara keseluruhan daripada koefisien-


koefisien secara sendiri-sendiri.
e) Kemampuan untuk membuat model gangguan kesalahan (error term).

Metode analisis SEM merupakan metode analisis yang harus dipahami dan dimengerti
terlebih dahulu mengenai asumsi-asumsi yang digunakan. Asumsi-asumsi yang digunakan
apabila menggunakan metode penelitian SEM adalah :

a) Distribusi dai observed variabel harus normal.


b) Hubungan regresi adalah linear.
c) Model dalam hipotesa harus valid.
d) Skala pengukuran harus kontinyu (interval).
e) Dalam suatu model, bila terdapat lebih dari 1 konstruk dependen maka harus diberikan
hubungan korelasi. Hal tersebut juga berlaku untuk konstruk independen.

Dalam analisis dilakukan penilaian bobot dengan survei delphy untuk masing-maisng
provinsi sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Respoden akan mengisi
formulir bobot tiap kriteria Pembangunan Jalan Baru, kemudian hasil dari formulir dianalisis
menggunakan Structural Equation Modeling (SEM).

9.2. HASIL ANALISIS BOBOT READINESS CRITERIA DAN MULTI KRITERIA


PEMBANGUAN JALAN BARU DI PROVINSI BENGKULU

Analisis faktor merupakan salah satu analisis ketergantungan (interdependensi) antar


variabel yang memiliki peranan yang sama yang mencirikan objek-objek pengamatan.
Tujuan analisis faktor adalah untuk menjelaskan hubungan di antara banyak variabel dalam
bentuk faktor atau variabel laten. Faktor yang terbentuk merupakan besaran acak yang
sebelumnya tidak dapat diamati atau ditentukan. Analisis faktor juga digunakan untuk
mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel penyusun faktor atau dimensi dengan
faktor yang terbentuk dengan menggunakan pengujian koefisien korelasi antar faktor
dengan komponen pembentuknya. Analisis ini disebut dengan analisi konfirmatori.
Widarjono (2010) dalam Novrando (2015) menyatakan bahwa tujuan analisis faktor adalah
mencari seminimal mungkin faktor dengan prinsip kesederhanaan atau parsimony yang
mampu menghasilkan korelasi di antara indikator-indikator yang diobservasi.

Confirmatory Factor Analysis (CFA) merupakan suatu teknik analisis faktor di mana secara
apriori teori dan konsep yang sudah diketahui dipahami atau ditentukan sebelumnya, maka
dibuatlah sejumlah faktor yang akan dibentuk serta variabel apa saja yang termasuk ke
dalam masing-masing faktor yang dibentuk dan sudah pasti tujuannya. Pembentukan CFA

IX - 2
EVALUASI PENERAPAN INDIKATOR KRITERIA E-PROGRAM PEMBANGUNAN DALAM Laporan
MENDUKUNG KETEPATAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN Antara

merupakan usaha dalam upaya untuk mendapatkan variabel baru atau indikator yang dapat
mewakili item yang berupa observed variable. Pada dasarnya CFA digunakan untuk
mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi. Teknik
analisis CFA yakni dengan menghitung factor loading atau koefisien faktor yang serupa
dengan koefisien regresi yaitu factor loading antara indikator X dengan faktor Y yang
terbentuk. Teknik CFA digunakan untuk menguji sebuah konsep atau teori secara teoritis.
Teori tersebut dapat berupa teori yang baru dikembangkan oleh peneliti atau teori yang
sudah dikembangkan sejak lama oleh orang lain. Pengujian CFA sering juga dilakukan
melalui SEM (Structural Equation Modeling).

Adapun hasil analisis SEM yang dibuat secara nasional mempresentasikan seluruh biaya
untuk Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut :

a) Faktor Readiness Criteria Terhadap Prioritas Pembangunan Jalan Baru di


Provinsi Bengkulu

Readiness Criteria memiliki indikator – indikator yang berpengaruh dalam pengisian bobot
yang mempengaruhi prioritas pembangunan jalan, akan tetapi ada dua tipe pembangunan
jalan yang terdapat pada Readiness Criteria yaitu Pembangunan Jalan Baru dan Peningkatan
Kapasitas Jaringan Jalan. Adapun yang membedakan kriteria tersebut adalah kadar bobot
tiap Readiness Criteria pembangunan, indikator – indikator tersebut dirangkum dalam Tabel
9.1 untuk indikator pengaruh Readiness Criteria Pembangunan Jalan Baru di Provinsi
Bengkulu dan CFA faktor readiness criteria terhadap prioritas pembangunan jalan baru di
Provinsi Bengkulu ditunjukan pada Gambar 9.1 sebagai berikut :

Tabel 9.1 Indikator Pengaruh Readiness Criteria Pembangunan Jalan Baru di di Provinsi
Bengkulu
Kode Indikator Pengaruh Readiness Criteria Estimate

X1 Ketersediaan Renstra Ditjen. Bina Marga yang berlaku 0,65

X2 Ketersediaan dokumen studi Pra-FS dan/atau FS 0,87

X3 Ketersediaan dokumen Detail Engineering Design (DED) 0,92

X4 Ketersediaan dokumen hasil Audit Keselamatan Jalan (AKJ) 0,52

X5 Ketersediaan dokumen AMDAL 0,75

X6 Ketersediaan dokumen pembebasan lahan dan ganti rugi bangunan 0,77

IX - 3
EVALUASI PENERAPAN INDIKATOR KRITERIA E-PROGRAM PEMBANGUNAN DALAM Laporan
MENDUKUNG KETEPATAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN Antara

Tabel 9.1 Indikator Pengaruh Readiness Criteria Pembangunan Jalan Baru di di Provinsi
Bengkulu
Kode Indikator Pengaruh Readiness Criteria Estimate
Ketersediaan dokumen izin pemanfaatan kawasan untuk
X7 0,47
pembangunan jalan

X8 Ketersediaan dokumen RKAKL 0,49

X9 Ketersediaan dokumen hasil review perkiraan biaya pelaksanaan 0,45

X10 Ketersediaan dokumen lelang 0,47

Gambar 9.1. CFA Faktor Readiness Criteria Terhadap Prioritas Pembangunan Jalan Baru di
di Provinsi Bengkulu

IX - 4
EVALUASI PENERAPAN INDIKATOR KRITERIA E-PROGRAM PEMBANGUNAN DALAM Laporan
MENDUKUNG KETEPATAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN Antara

Hasil analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA) pada faktor Readiness Criteria terhadap
Prioritas Pembangunan Jaringan Jalan Baru di provinsi Bengkulu:

 CFA Sangat Signifikan mendekati 1,0 : X2, X3


 CFA Signifikan > 0,5 : X1, X4, X5, X6,
 CFA tidak Signifikan ≤ 0,5 : X7, X8, X9, X10
Structural Equation Modeling (SEM) pengaruh tiap Readiness Criteria terhadap prioritas
Pembangunan Jalan Baru di Provinsi Bengkulu ditunjukan pada Gambar 9.3 Sedangkan
rangkuman standar bobot Rediness Criteria Pembangunan Jalan Baru di Provinsi Bengkulu
ditunjukan pada Tabel 9.3.

Tabel 9.3. Bobot Readiness Criteria Terhadap Prioritas Pembangunan Jalan baru di Provinsi
Bengkulu
No Readiness Criteria Bobot

1 Ketersediaan Renstra Ditjen. Bina Marga yang berlaku 10


2 Ketersediaan dokumen studi Pra-FS dan/atau FS 17
3 Ketersediaan dokumen Detail Engineering Design (DED) 20
4 Ketersediaan dokumen hasil Audit Keselamatan Jalan (AKJ) 7
5 Ketersediaan dokumen AMDAL 12
6 Ketersediaan dokumen pembebasan lahan dan ganti rugi 12
7 Ketersediaan dokumen izin pemanfaatan kawasan untuk 6
8 Ketersediaan dokumen RKAKL 6
9 Ketersediaan dokumen hasil review perkiraan biaya pelaksanaan 5
10 Ketersediaan dokumen lelang 5
Total 100

IX - 5
EVALUASI PENERAPAN INDIKATOR KRITERIA E-PROGRAM PEMBANGUNAN DALAM MENDUKUNG KETEPATAN DAN Laporan
PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN Antara

Gambar 9.3. Structural Equation Modeling (SEM) Pengaruh Readiness Criteria terhadap Prioritas Pembangunan Jalan Baru di Provinsi Bengkulu

IX - 6
EVALUASI PENERAPAN INDIKATOR KRITERIA E-PROGRAM PEMBANGUNAN Laporan
DALAM MENDUKUNG KETEPATAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN Antara

b) Faktor Kriteria MCA terhadap Prioritas Pembangunan Jalan Baru di Provinsi


Bengkulu
Kriteria MCA memiliki indikator – indikator yang berpengaruh dalam pengisian bobot yang
mempengaruhi prioritas Pembangunan Jalan Baru dan Peningkatan Kapasitas Jaringan
Jalan, indikator – indikator tersebut dirangkum dalam Tabel 9.5 untuk Indikator Pengaruh
Kriteria MCA Pembangunan Jalan Baru di Provinsi Bengkulu dan CFA faktor kriteria MCA
terhadap prioritas pembangunan jalan baru di Provinsi Bengkulu ditunjukan pada Gambar
9.5 sebagai berikut :

Tabel 9.5. Indikator Pengaruh Kriteria MCA Pembangunan Jalan Baru di Provinsi Bengkulu
Kode Indikator Pengaruh Kriteria MCA Estimate

X1 Aspek Teknis 0,93


X2 Aspek Spasial/Keruangan 0,79
X3 Aspek Ekonomi 0,73
X4 Aspek Sosial 0,59
X5 Aspek Lingkungan 0,57
X6 Aspek Polhankam 0,50

Gambar 9.5. CFA Faktor Kriteria MCA Terhadap Prioritas Pembangunan Jalan Baru di
Provinsi Bengkulu

IX - 7
EVALUASI PENERAPAN INDIKATOR KRITERIA E-PROGRAM PEMBANGUNAN Laporan
DALAM MENDUKUNG KETEPATAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN Antara

Adapun hasil analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA) pada faktor kriteria MCA terhadap
prioritas Pembangunan Jalan Baru di Provinsi Aceh:
 CFA Sangat Signifikan mendekati 1,0 : X2, X3
 CFA Signifikan > 0,5 : X1, X5, X6
 CFA tidak Signifikan ≤ 0,5 : X4, X7, X8, X9, X10

Structural Equation Modeling (SEM) Pengaruh tiap kriteria MCA terhadap prioritas
Pembangunan Jalan Baru ditunjukan pada Gambar 9.7. Adapun rangkuman standar bobot
kriteria MCA terhadap prioritas Pembangunan Jalan Baru di Provinsi Bengkulu dapat dilihat
pada Tabel 6.7.

Tabel 9.7. Bobot Kriteria MCA Terhadap Prioritas Pembangunan Jalan Baru di Provinsi
Bengkulu

No Kriteria Tingkat Kebutuhan Bobot

1 Aspek Teknis 32

Aspek Spasial/Keruangan 20
2
3 Aspek Ekonomi 15
4 Aspek Sosial 10
5 Aspek Lingkungan 13
6 Aspek Polhankam 10
  Total 100

IX - 8
EVALUASI PENERAPAN INDIKATOR KRITERIA E-PROGRAM PEMBANGUNAN DALAM MENDUKUNG KETEPATAN DAN Laporan
PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN Antara

Gambar 9.7. Structural Equation Modeling (SEM) Pengaruh Tiap Kriteria MCA terhadap Prioritas Pembangunan Jalan Baru
di Provinsi Bengkulu

IX - 9
EVALUASI PENERAPAN INDIKATOR KRITERIA E-PROGRAM PEMBANGUNAN Laporan
DALAM MENDUKUNG KETEPATAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN Antara

IX - 10

Anda mungkin juga menyukai