Anda di halaman 1dari 14

Tokoh dan Karya Sastrawan Islam

di Daerah India-Pakistan
MAKALAH
Diajukan untuk melengkapi tugas kelompok di semester keenam pada mata
kuliah History of Literature in Contemporary Islamic World

Disusun oleh:

KELOMPOK 7
1. Luthfi Abdul Aziz Ahmad (1155030130)
2. Muhamad Haydar (1155030152)
3. Muhammad Nur Furqaan (1155030162)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INGGRIS

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2018
Kata Pengantar
‫ﺒﺴﻢﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ‬
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dari Ibu R Myrna Nur Sakinah, M. Hum selaku dosen dan
pembimbing.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan kepada kita.

Bandung, 28 Mei 2018

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

Bab 1 Pendahuluan ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

Bab 2 Pembahasan ......................................................................................... 3

2.1 Wings of Jibril ................................................................................ 3

2.2 Midnights Children ........................................................................ 6

2.3 Perempuan Suci dan Perempuan Terluka ...................................... 11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama Islam masuk ke India pada abad ke-7. kemudian agama Islam dapat berkembang dengan
pesatnya di India, dan pedagang-pedagang Islam India atau Gujarat yang membawa Islam ke negara-
negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaka, Singapura, dan sebagainya. Bukti berkembangnya
Islam di India dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam serta peninggalannya. Disamping itu
masyarakat muslim di India minoritas bila dibandingkan dengan agama hindu, kaum muslimin menjadi
minoritas di India di sebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adanya kekerasan yang dilakukan oleh
penguasa pemerintah India, ditindas dan tempat-tempat ibadah kaum muslim dihancurkan.

Meskipun agama Islam di India sangat minoritas tetapi itu tidak membuat Islam hilang bahkan
dengan banyak halangan membuat kaum Muslim semakin dapat bertahan. Islam masuk ke India
dilakukan sejak masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dan Islam juga pernah mengalami kejayaan
(keemasan) saat Daulah Abbasiyah, Kerajaan Islam banyak lahir di India dan melahirkan tokoh-tokoh
handal.

Pakistan merupakan sebuah negara yang tidak dapat dipisahkan dari India. Mengingat pada
awalnya Pakistan merupakan pecahan dari India. Berdirinya Pakistan mengalami dinamika dan masa-
masa sulit. Lahirnya Pakistan merupakan bentuk usaha dari para tokoh pembaharu Muslim tersebut
untuk memisahkan diri dari India. Hal ini diungkapkan oleh Muhammad Iqbal bahwa India pada
hakekatnya tersusun dari dua bangsa, bangsa Islam dan bangsa Hindu. Umat Islam India harus menuju
pada pembentukkan negara tersendiri, terpisah dari negara Hindu di India. Gagasan Muhammad Iqbal
tersebut yang diperjuangkan oleh umat Islam yang ada di India.

Upaya umat Islam untuk memperjuangkan cita-citanya ini melalui proses yang panjang. Di India
terdapat dua partai politik, yaitu Partai Kongres Nasional yang dipimpin oleh Jawaharlal Nehru dan
Liga Muslim India yang dipelopori oleh Muhsinul Mulk. Kedua partai ini memiliki kepentingan yang
berbeda. Para pejuang nasionalis Muslim menempuh jalan dengan membentuk Liga Muslim sebagai
wadah yang menaungi umat Islam India dan menjadi jembatan perjuangan mereka. Berdirinya Liga
Muslim menandai munculnya gerakan nasionalisme yang didalamnya terdapat keinginan untuk
membentuk negara Pakistan dan mendapat dukungan dari umat Muslim termasuk Ali Jinnah yang
memiliki peran yang kuat.

Oleh sebab itu, dengan penjelasan diatas kita dapat memahami bahwa panjangnya rentetan
peristiwa yang terjadi di India dan Pakistan yang menjadi sebuah awal para tokoh Muslim bergerak dan
berpikir untuk melakukan pembaruan terhadap beberapa bidang. Terlebih Di masa pemerintahan

1
Kerajaan Mogul menjadi puncak kekuasaan umat Islam di India. Perkembangan Islam di India ini
muncul dalam seni, sastra, dan arsitektur termasuk istana, villa dan masjid yang indah. Dari segi sastra
memunculkan beberapa tokoh Islam yang menjadi sastrawan terkenal hingga saat ini. Munculnya tokoh
ini dalam beberapa waktu yang berbeda. Dimulai dari Muhammad Iqbal yang lahir di India dengan
karyanya Wings of Jibril, Salman Rushdie yang berasal dari Pakistan dengan karyanya Midnight
Children, dan Qaisra Shahraz yang merupakan seorang perempuan yang berdarah Pakistan-London
dengan karyanya Perempuan Suci dan Perempuan Terluka.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perjalanan hidup Muhammad Iqbal dengan karyanya Wings of Jibril?


2. Bagaimana perjalanan hidup Salman Rushdie dengan karyanya Midnights Children?
3. Bagaimana perjalanan hidup Qaisra Shahraz dengan karyanya Perempuan Suci dan Perempuan
Terluka?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dan memahami Wings og Jibril karya Muhammad Iqbal
2. Mengetahui dan memahami Midnights Children karya Salman Rushdie
3. Mengetahui dan memahami Perempuan Suci dan Perempuan Terluka karya Qaisra Shahraz

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Perjalanan Hidup Muhammad Iqbal dengan Karyanya Wings of Jibril oleh
Muhammad Nur Furqaan

Iqbal adalah tokoh pemikiran dalam Islam yamg kejeniusannya tumbuh dan dikagumi di
kalangan cendekiawan dan penyair besar, ayahnya yakin bahwa burung cantik dalam mimpi yang ia
alami itu merupakan simbol dari roh Iqbal (the spirit of Iqbal). Mimpi yang terjadi menjelang kelahiran
Iqbal ini sebagai prophetia dream yang diyakini oleh Iqbal (dipandang Abd. Al-Hakim) sebagai
keyakinan seorang yang memiliki karakter sensitive mind and spiritual learnings. Terlepas dari
pandangan seperti ini, tampaknya dapat pula dikatakan bahwa upaya menghubungkan mimpi dengan
kelahiran dan perkembangan kejeniusan tersebut sekaligus sekaligus merupakan gambaran obsesi dari
ayah Iqbal. Dengan demikian kemudian Iqbal benar-benar menjadi pemikir besar disamping potensi
yang telah ada padanya, juga karena lingkungan sosial dan berturunnya potensi tersebut dengan orang-
orang semacam W. Arnold, serta dengan pemikiran – pemikiran Rumi, Nietzche, Ibn Thaimiyah dan
lain-lain.

Dengan cara pandang seperti itu tidak berarti bahwa Iqbal hanya sekedar penerus dan pengkopi
pemikiran-pemikiran yang telah berkembang sebelumnya, akan tetapi sebagaimana dikatakan oleh
Siddiqi, seorang jenius besar memiliki kemampuan mengasimilasi berbagai ide dari banyak sumber
untuk kemudian merumuskan sebagai pendapat sendiri.

Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Punjab Barat Laut. Mengenai waktu kelahiran secara
tepat, terdapat perselisihan, seperti dikemukakan oleh A. Schinmel dalam The Date of M. Iqball`s Birth,
bahwa kelahiran Iqbal tanggal 22 Februari 1873, tetapi dalam tesisnya, penyair (Iqbal) itu sendiri
menuliskan tanggal kelahiran 2 Dzul al-qaidah 1294 H / 1876 M. mengingat tahun 1294 Hijriah dimulai
bersamaan dengan Januari 1877 M. Bersesuaian dengan 2 Dzul al-qaidah 1294 M, maka tanggal 9
November 1872 bersesuaian dengan perbedaan fase kehidupan Iqbal di College dan Universitas
dibandingkan tahun 1973. Mengenai kekeliruan tanggal kelahiran Muhammad Iqbal yang menyamakan
tahun 1294 dengan 1876 dapat terjadi karena kemungkinan reformasi yang ia terima dari bapaknya
memang telah keliru, kekeliruan bapaknya itu tampaknya karena itu lebih memperhatikan tanggal
Hijriah dibandingkan dengan tanggal Masehi, sehingga penulisan tanggal hijriah lengkap sedangkan
untuk masehinya hanya tahun saja yang tertulis.

Keluarga Iqbal berasal dari Khamsir. Bapaknya seorang pedagang kecil kemungkinan buta huruf,
namun ia adalah seorang muslim yang sangat ikhlas, shahih lahi sufi, yang mendorong anaknya untuk
secara teratur menghafal al-quran, demikian berpengaruh terhadap prilaku Iqbal dalam hidupnya secara
menyeluruh. Megenai nama ibunya Schimmul tidak menyebutnya, namun dari syair yang dikutipnya

3
tampak bahwa ibu Iqbal adalah seorang wanita taat beragama, besar kecintaannya pada anaknya,
demukian pula Iqbal juga mencintainya. Jika pewarisan itu dapat terjadi secara fisik berdasarkan gen,
tampaknya demikian pula secara spiritual. Dan inilah yang terjadi pada diri Iqbal yang lahir dari ibu
bapak yang sama-sama taat beragama. Iqbal belajar yang pertama kali di the Scottish Mission College
dikampung halamannya di Sialkot. Diantara guru-gurunya, selalu memberikan dorogan bagi kemajuan
pelajar muda itu yang tampak tertarik pada sastra dan agama begitu cepat. Sesudah menikah, Iqbal
hijrah ke Lahora pada tahun 1895 untuk melanjutkan study tingkat atasnya : ke kota yang merupakan
salah satu pusat keagamaan dan kebudayaan di negara itu sejak Ghaznawi berkuasa pada abad XI dan
XII, dan khususnya pada periode akhir Mongol di sekolah inilah Iqbal berjaya dapat bertemu dengan
Orientalis Inggris terkenal Sir Thomas Arnold yang segera menyadari kemampuan Iqbal.

Karya Muhammad Iqbal Wings of Jibril

Wings of Jibril merupakan salah satu karya yang telah dibuat oleh Muhammad Iqbal. Sangat
banyak karya-karya yang pernah dibuat oleh Iqbal untuk menuangkan ide-ide dan perasaannya atas
fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya. Khusus untuk karya ini merupakan sebuah buku yang
berisi kumpulan puisi-puisi karangan Muhammad Iqbal. Puisi-puiss tersebut memuat berbagai aspek,
baik itu agama, sosial maupun politik. Bahkan tentang cinta pun ada dalam buku Wings of Jibril ini.
Salah satunya yaitu yang berjudul Love.

LOVE

The shafts of love are not confined


To clime or race or creed.

What teaches a king the ways of a slave,


Is not love, but something else.

Knowledge and wisdom are jugglery


Without the alchemy of love.

Love is freedom and contentment,


Not at the mercy of kingly power.

My poverty is better than imperial pomp,


One maketh man, the other maketh glass.

Terjemahan puisi tersebut:

CINTA

4
Cinta yang tidak terbatas

Iklim, ras ataupun keyakinan.

Yang diajarkan Raja terhadap jalan seorang budak

Bukanlah cinta, tetapi sesuatu yang lain.

Pengetahuan dan kebijaksanaan yang silap

Tanpa kekekalan kehidupan sebuah cinta.

Cinta adalah kebebasan dan kepuasan,

Tidak pada belas kasihan kekuasaan raja.

Kemiskinanku lebih baik daripada imperial kemegahan,

Seperti menciptakan manusia dan lainnya membuat kaca

Puisi yang berjudul LOVE tersebut merupakan puisi yang pendek, tetapi penuh akan makna yang
sangat bermanfaat untuk kehidupan. Tidak hanya itu, penjajahan yang dilakukan Inggris di India saat
itu juga disindir dalam puisi ini. Sehingga puisi yang berjudul LOVE ini akan memunculkan
pemahaman tentang penjajahan yang dilakukan oleh Inggris. Jika kita melihat bait pertama Muhammad
Iqbal menyampaikan kepada semua orang bahwa sebuh cinta yang dimiliki oleh seseorang tidak akan
pernah ada batasnya. Batasan itu pun mencakup masalah kondisi suatu daerah orang tersebut, kesukuan
maupun keyakinan dia terhadap agama. Yang menjadikan siapapun boleh memiliki cinta, tidak ada
larangan khusus ataupun aturan yang tidak membolehkan kita memiliki cinta.

Di bait kedua Muhammad Iqbal menyampaikan bahwa cinta itu bukan seperti raja kepada
budaknya. Sebab, seorang raja terhadap budaknya bukanlah sebuah cinta. Hal itu hanyalah
penggambaran peristiwa yang dilakukan raja untuk mengambil hati budaknya agar budak tersebut patuh
kepadanya. Kemudian ia menjelaskan bahwa cinta tanpa pengetahuan dan kebijaksanaan maka tidak
akan ada gunanya. Hal ini menjelaskan bahwa cinta dan pengetahuan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain.

Di bagian akhir, Muhammad Iqbal menyampaikan bahwa suatu cinta itu pada dasarnya bebas
dan harus dinikmati oleh diri kita sendiri agar memberikan kepuasaan batin terhadap kita. Sebab

5
walaupun kemiskinan kalah jauh dari sebuah kemegahan makan itu tidak akan ada artinya tanpa sebuah
cinta.

2.2 Perjalanan Hidup Salman Rushdie dengan Karyanya Midnight Children oleh Luthfi
Abdul Aziz Ahmad

Di bagian akhir, Muhammad Iqbal menyampaikan bahwa suatu cinta itu pada dasarnya bebas
dan harus dinikmati oleh diri kita sendiri agar memberikan kepuasaan batin terhadap kita. Sebab
walaupun kemiskinan kalah jauh dari sebuah kemegahan makan itu tidak akan ada artinya tanpa sebuah
cinta.

Salman Rushdie bernama lengkap Ahmed Salman Rushdie, ia lahir pada tanggal 19 Juni 1947 di
Bombay India. Ia lahir dari pasangan Anis Ahmed Rushdie dan Negin Butt, ayahnya adalah seorang
pengusaha yang telah dididik di Universitas Cambridge, di Inggris. Ketika ia beranjak umur 14 tahun
ia dikirim untuk ke Inggris di Universitas Rugby school. Dan pada tahun 1964 orang tua Rushdie pindah
ke Karachi, Pakistan, bergabung dengan enggan Eksodus Muslim – selama bertahun – tahun terjadi
perang antara India – Pakistan. Ia mendapatkan gelar Sarjana di universitas tersebut, yakni sarjana
sejarah. Dan juga Rushdie adalah seorang novelis India. Pada tahun 1968, setelah lulus dari universitas,
ia pergi ke Pakistan, di mana keluarganya telah pindah ke tahun 1964, dan menetap di Karachi. Di
Inggris, ia bergabung dengan kelompok teater sebagai aktor. Dia juga bekerja sebagai copywriter
freelance untuk Ogilvy dan Mather dan Charles Barker selama hampir satu dekade.

Adapun untuk perjalanan hidupnya ia menikah empat kali. Ia menikah dengan istri pertamanya,
Clarissa Luard, pada tahun 1976. Dengannya ia memiliki seorang putra bernama Zafar.Namun, setelah
sebelas tahun, pada tahun 1987, pernikahan berakhir dengan perceraian. Dia kemudian menikah
Marianne Wiggins, seorang novelis Amerika, pada tahun 1988. Perkawinan tidak berlangsung lama dan
mereka bercerai pada 1993. Ia menikah untuk ketiga kalinya kepada Elizabeth Barat dan kali ini
pernikahan berlangsung selama tujuh tahun dari 1997 hingga 2004. Dengannya ia memiliki putra
bernama Milan. Pada tahun 2004, ia menikah dengan model terkenal Padma Lakshmi, yang
menciptakan kehebohan besar di media karena perbedaan usia mereka. Bahkan pernikahan ini terbukti
menjadi singkat dan pasangan segera bubar.

Dalam bersastra ia telah menciptakan banyak novel – novel yang sangat bagus. Novel pertama
Rushdie adalah “Grimus” diterbitkan pada tahun 1975 tetapi tidak diterima baik oleh kedua kritikus dan
pembaca.Novel ini adalah fantasi fiksi ilmiah. Ini adalah kisah mengepakkan Eagle, penduduk asli
Amerika yang berbakat dengan hidup kekal dan masuk ke dalam menemukan arti tersembunyi dari
kehidupan. Novel yang kedua sekaligus mendapatkan penghargaan booker prize adalah “Midnights
Children” yang diterbitkan 5 tahun kemudian, adalah kisah mencengkeram India setelah kemerdekaan

6
dan menerima pujian kritis luas. Hal ini diikuti oleh 'Shame', sebuah cerita berdasarkan gejolak politik
diPakistan.

Latar belakang lahirnya novel Midnights Children

Menurut beberapa sumber yang telah saya baca bahwasannya karya ini terlahir dengan berbagai
latar belakang yang melatar belakanginya, baik itu dari pengalaman hidupnya dan keluargannya, juga
salah satu karya yang memiliki terobosan baru yakni tentang interpretasi realitas kedalam sebuah
imaginasi magis realistis, dimana seorang Rushdie membawa para pembacanya melihat tempat
kelahirannya pada perjalanan imajinatif yang sebelumnya pembaca tidak lakukan. Midnights Children
adalah novel yang berhubungan dengan transisi India dari kolonialisme Inggris untuk kemerdekaan dan
partisi India. . Hal ini dianggap sebagai contoh sastra postkolonial dan realisme magis. Kisah ini
diceritakan oleh tokoh utamanya, Saleem Sinai, dan diatur dalam konteks peristiwa sejarah yang
sebenarnya seperti dengan fiksi sejarah.

Midnights Children adalah alegori di India sebelum dan, terutama, setelah kemerdekaan dan
partisi India . Protagonis dan narator cerita ini adalah Saleem Sinai, lahir pada saat yang tepat ketika
India menjadi negara yang merdeka. Ia lahir dengan kekuatan telepat, serta hidung yang sangat besar
dan terus menetes dengan rasa sangat sensitive penciuman.

Buku ini diawali dengan kisah keluarga Sinai, terutama dengan kejadian yang menyebabkan
kemerdekaan India dan Partisi. Salim lahir tepat pada tengah malam, 15 Agustus 1947, ini bertepatan
dengan kemerdekaan India pada tanggal 14 Agustus 1947. Dia kemudian menemukan bahwa semua
anak yang lahir di India antara 12 malam dan 1 pagi pada tanggal yang dijiwai dengan kekuatan khusus.
Saleem, dengan menggunakan kekuatan telepatinya , merakit konfrensi anak tengah malam, itu artinya
mencerminkan masalah yang dihadapi di Negara India awal mengenai perbedaan budaya, bahasa,
agama, dan politik yang dihadapi oleh bangsa yang sangat beragam. Salim bertindak sebagai saluran
telepati, membawa ratusan anak geografis yang berbeda ke dalam kontak sementara juga berusaha
menemukan arti dari hadiah mereka. Secara khusus, anak-anak lahir paling dekat dengan stroke hadiah
memegang tengah malam lebih kuat dari yang lain. Shiva "dari Lutut", musuh Salim, dan Parvati, yang
disebut "Parvati-si-penyihir," adalah dua dari anak-anak dengan hadiah terkemuka dan peran dalam
cerita Salim.

Klasifikasi Isi Novel Midnight’s Children

Midnight’s Children terdiri dari tiga pembabakan, yang disebut di situ sebagai tiga “buku”.

BUKU SATU lah yang paling bernafaskan postkolonialisme: yaitu perihal kelahiran sebuah
bangsa, disertai segala kehilangan dan keinginan menemukan kembali yang hilang itu. Tapi sebuah
bangsa baru yang lahir dari penjajahan lahir dari dua rahim pula, dan karenanya medapat ciri sekaligus
kehilangan rasa aman dari keduanya. Ini digambarkan dari kelahiran “kembar” dua bayi tengah malam:

7
Saleem Sinai dan Shiva. Mereka adalah dua kelahiran yang terjadi dari rumah yang sama. Rumah
Methwold. Sangat jelas, Rumah Methwold adalah metafor dari kolonialisme dalam aspek
peradabaannya. Rumah Methwood adalah peradaban Inggris yang dibangun di tanah jajahan dan,
menjelang pengesahan kemerdekaan India, akan diwariskan kepada bangsa yang sebelumnya dijajah.
Tuan Methwold adalah representasi aristokrasi Inggris. Tapi, sebelum angkat kaki, Tuan Methwold
rupanya suka main gila dengan istri seorang pemain akordion yang kerap tampil di rumah itu. Maka, di
rumah itu ada dua kehamilan menjelang kemerdekaan. Kehamilan putri Adaam Azis, yang telah
diboyong suaminya ke Mumbai dan menempati satu villa di Rumah Methwold. Serta, kehamilan istri
pemain akordion dalam hubungan gelap. Peradaban Inggris telah menghasilkan anak haram dengan
peradaban India. Si anak jadah akan lahir dari keluarga Hindu kelas bawah. Yang satu lahir dari
keluarga Islam kelas menengah. Di luar representasi kelas ini (yang agaknya lebih menggambarkan
latar pengarangnya), ini adalah representasi konflik Hindu dan Muslim yang membayangi India sejak
dikandung dan beberapa tahun kemudian meletus dalam perpecahan India Pakistan. Lahirlah kedua
anak itu, dari rumah yang sama, di rumah sakit yang sama, pada jam pertama kelahiran India.

Tapi, seorang suster beragama Katolik yang patah hati pada seorang pemuda satu gereja yang
murtad jadi komunis, menukar takdir kedua bayi yang sama bermata biru dan berhidung besar. Ia
berpikir dengan mengganti identitas bayi-bayi itu ia menyumbang pada penyelesaian konflik antara
Hindu dan Muslim. Begitulah, cucu dari darah Adaam Azis yang Khasmir terlahir sebagai Shiva dari
keluarga Hindu miskin. Dan anak haram Tuan Methwold dengan istri-tak-setia pemain-akordion-Hindu
terlahir sebagai Saleem Sinai dari keluarga Muslim kelas menengah. Di sinilah salah satu puncak
kepiawaian Rushdie. Ia seperti seorang pesulap yang membuat pembaca menikmati ilusi sekalipun
pembaca telah mengetahui itu sebagai sebuah ilusi. Narator dalam novel ini adalah Saleem Sinai, kita
mengenali Saleem Sinai sebagai Saleem Sinai, padahal kita tahu bahwa dia adalah Shiva. Dan Shiva
sesungguhnya adalah Saleem Sinai. Salman Rusdhie sungguh mewujudkan simulakrum antara yang riil
dan imajiner, yang fakta dan yang fiksi, yang bagi saya menggelitik pembaca Indonesia untuk
memikirkan kembali pendekatan politik identitas.

Pola-pola realisme-magis lebih banyak muncul pada BUKU DUA. Saleem Sinai dan semua anak
yang terlahir pada jam pertama kelahiran India itu, termasuk juga Shiva, memiliki kelebihan
supranatural. Saleem Sinai bisa mempertemukan mereka dalam “konferensi anak-anak tengah malam”
yang ikut membicarakan persoalan-persoalan besar India–dengan cara pandang anak-anak yang segar
dan ganjil. Di sanalah Saleem bertemu dengan Shiva, yang samar-samar menakutkan dia, tanpa ia tahu
betul bahwa mereka adalah identitas yang tertukar. Ketakutan itu menarik. Ketakutan itu bagaikan
sebuah rasa tidak aman (lagi-lagi sebuah lubang dan keretakan). Rasa tidak percaya diri pada keutuhan
identitas. Di lini lain, Saleem Sinai tetap bertumbuh sebagai anak pada umumnya. Peristiwa-peristiwa
hidup pribadinya bersimpulan dengan peristiwa-peristiwa sejarah India pasca-kemerdekaan, sebagai
sebuah kelanjutan dari pertalian kehidupan kakeknya dengan peristiwa sejarah India pra-kemerdekaan.

8
Peristiwa yang paling besar adalah perpecahan India-Pakistan, yang mengakibatkan perpisahan
keluarga besar mereka pula.

Cerita bergulir menjadi semakin fantastis, dalam arti kehidupan pribadi Saleem Sinai semakin
menempel pada titik-titik krusial sejarah India-Pakistan. Saleem terlibat dalam konspirasi pemisahan
Bangladesh dari Pakistan. Bagian ini agaknya menunjukkan kelekatan hati Salman Rushdie pada India
daripada Pakistan. Ia lebih terganggu oleh apa yang dilakukan Indira Gandhi terhadap India daripada
perebutan kekuasaan berdarah di Pakistan. Pakistan seperti sudah meluncur ke nasib yang
ditentukannya sendiri sehingga tak perlu dibicarakan. Musuh utamanya adalah Indira Gandhi, yang
dalam novel ini menjadi paling bertanggungjawab atas runtuhnya cita-cita kemerdekaan. Nyonya
perdana menteri ini disebut sebagai Si Janda jahat, yang memang sejak awal mengincar anak-anak
tengah malam sebab mereka memiliki kemampuan khusus.

Pada akhirnya, pada BUKU TIGA, Si Janda memang berhasil menangkapi peserta konferensi
anak-anak tengah malam dan melakukan pengebirian terhadap mereka. Metafor dari pengebirian
terhadap pemikiran dan ide-ide segar mengenai kemerdekaan itu sendiri. Saleem Sinai lepas dari rumah
pengebirian itu sebagai sosok yang baru, yang telah dikalahkan dan menjadi biasa-biasa saja. Hidupnya,
untuk sementara, diselamatkan oleh pekerjaan membuat acar. Dan acar ini, tentu saja, adalah metafor
dari preservasi sejarah. Midnight’s Children berseberangan secara diametral dengan novel realisme-
sosialis yang penuh visi untuk membangun dunia baru. Ia tidak memberi harapan, termasuk harapan
palsu. Ia tidak memberi pemahaman, sebab setiap pemahaman melakukan penyederhanaan atau
epoche-nya. Penyederhaanaan yang dilakukan Midnight’s Children tidak bertujuan memberi
pemahaman melainkan, sebaliknya, mengguyah ide-ide stabil kita. Seperti dikatakan di awal, ia adalah
satire yang menggunakan eliminasi, seleksi, hiberbolisme, dan program distorsi yang lain untuk
membangun makna yang ditawarkannya. Yaitu membongkar apa yang kita percaya sebagai sakral.
Seperti mitos nasionalisme, keutuhan bangsa, kekuasaan.

Novel dan puisi tidak harus menanggung beban membangun visi utuh mengenai dunia seperti
agama dan ideologi. Yang bisa dijawab sebuah novel adalah yang berada dalam cakupannya saja. Yaitu
bagaimana ia membangun makna dengan unsur-unsur yang di dalam dirinya dan bukan dengan
perbandingan dengan dunia di luar novel itu. Dengan kata lain, pembacaan yang lebih strukturalis.
Tuduhan seperti, misalnya, bahwa Midnight’s Children melecehkan sosialisme dan komunisme dengan
penggambarannya atas kaum komunis dan sosialis sebagai tukang sulap, penjinak ular, badut dan
pemain sirkus yang kacau barangkali bisa dibandingkan dengan bagaimana Rushdie sendiri bermain
sebagai tukang sulap dalam novel ini dengan menciptakan ilusi. Artinya, makna tukang sulap dalam
Midnight’s Children (bahkan karya lain Rushdie) barangkali bukanlah makna sebenarnya. Menurut
saya, ia justru memiliki simpati pada pekerjaan-pekerjaan pencipta ilusi demikian. Pengolokannya atas
banyak pihak setara dengan pengolokannya terhadap diri sendiri pula. Tidak seperti kecenderungan

9
realisme-sosialis yang membikin representasi buruk hanya atas musuh ideologi, Midnight’s Children
membuat ejekan terhadap semua pihak termasuk tokoh utama dan nilai-nilainya.

Dan akhirnya, bagi saya, novel ini menunjukkan simpatinya terhadap orang miskin, atau mereka
yang tersingkirkan. Bukan dengan cara yang tertebak dan eksplisit dengan memberi kaum miskin
makna dan harapan. Simpati itu justru terlihat dari apa yang paling sedikit diceritakan. Yang hilang,
yaitu Saleem Sinai yang sesungguhnya. Ialah Shiva, yang ditukar dan terjerembab dalam kemiskinan
nyaris tiada akhir. Dialah mimesis bagi si borjuis, yang sesungguhnya mendapatkan kemewahan bukan
karena haknya. Borjuis yang, seperti kebanyakan borjuis dan kaum kaya, merebut hak-hak itu dengan
memiskinkan orang lain. Seperti Saleem Sinai palsu, si anak haram, merebutnya dari Saleem Sinai asli.
Seorang yang lahir dari kelas menengah atau lebih, seperti Salman Rushdie dan saya, tidak bisa benar-
benar bicara atas nama orang miskin. Kecuali jika kelak ia jatuh miskin. Seorang yang punya pilihan
tak bisa sungguh bicara atas nama orang yang tak punya pilihan. Dalam hal khusus ini, saya menghargai
Midnight’s Children karena ia tidak berpretensi. Ia memilih jalan untuk menyatakan simpatinya dengan
cara yang otentik pada dirinya.

2.3 Perjalanan Hidup Qaisra Shahraz dengan Karyanya Perempuan Suci dan Perempuan
Terluka oleh Muhamad Haydar

Zarri Bano, adalah seorang perempuan Pakistan yang cerdas, cantik dan mandiri. Anak seorang
tuan tanah yang sangat dihormati di daerahnya. Di usianya ke 27, sudah waktunya ia menikah. Begitu
banyak orang tua yang melamr Zarri Bano untuk anak laki-laki mereka, tapi belum ada satu pun yang
bisa memikat hatinya. Sampai suatu hari, ketika pesta rakyat di desanya, Zarri Bano secara tidak sengaja
bertemu pandang dengan seorang pemuda, tamu dari Karachi, bernam Sikander. Sikander bukan
pemuda sembarangan, ia seorang pengusaha yang kayanya sepantar Habib Khan, ayah Zarri Bano. Zarri
tahu ia jatuh cinta pada pandangan pertama Meskipun memandang seorang pria secara terang-terangan
adalah hal yang tabu. Tapi, Zarri Bano sudah modern tidak peduli malah bersifat menantang pria itu.
Ternyata Sikander datang berkunjung ke rumah hendak mengenal Zarri Bano lebih dekaat lagi.
Sikander berkunjung ke rumah Zarri dengan maksud hendak mengenal Zarri Bano. Seharusnya Habib
Khan senang karena akhirnya Zarri Bano memutuskan untuk menikah setelah sekian banyak lelaki yang
ditolaknya.

Tapi, rasa cemburu dan rasa memiliki yang berlebihan, Habib Khan malah menentang keputusan
itu. Pernikahan itu memang akhirnya tidak jadi kenyataan. Karena ketika Jafar, adik dari Zarri
mengalami kecelakaan hingga meninggal. Sebagai anak pertama, Zarri diwariskan seluruh harta
ayahnya. Maka sebuah keputusan dibuat oleh ayahnya. Habib memutuskan Zarri Bano menjadi seorang
Shahzadi Ibadat, seorang perempuan suci, di mana ia tidak bisa menikah.

10
Batinnya tersiksa, ia ingin hidup sebagai perempuan normal, menikah dan memiliki sebuah
keluarga. Zarri sebenarnya adalah perempuan bebas yang di kalangan banyak orang bahkan dilihat
hampir tidak pernah memakai tutup kepala dengan benar. Tapi ia tidak kuasa untuk melawan keinginan
ayahnya semata karena rasa hormatnya. Dettik itu juga ia mematikan Zarri Bano yang lama dan
berusaha menjadi perempuan yang hampir tanpa perasaan. Ia berusaha melupakan rasa cintanya pada
Sikander, apalagi ia harus mengahadapi kenyataan Sikander yang akhirnya menikah dengan Rubi
adiknya sendiri.

Perempuan Terluka

Siang itu di Desa Chirgpur diadakan Kacheri, pengadilan terbuka. Ruangan saat itu dipenuhi oleh
warga desa. Tak peduli yang mereka harus tempuh sampai ke madrasah tempat Kacheri dilangsungkan.
Karena pengadilan seperti ini jarang terjadi. Mereka ingin menjadi saksi atas hukuman yang akan
dijatuhkan oleh Siraj Din, seorang tuan tanah yang dituakan, untuk Haroon dan Naghmana, dua orang
yang didakwa telah melakukan perbuatan tak senonoh.

Perkataan kasar yang menyakitan pun tak berhenti dilontarkan oleh warga desa kepada keduanya.
Semua memberikan tatapan penuh penghinaan. Naghmana tak berbuat banyak kecuali menunduk untuk
menghindari semua sorot mata yang seakan siap menerkamnya kapan saja sampai akhirnya kebenaran
terungkap.

Sayangnya keadilan tak juga didapatkan Nagmana ketika orang di dalam madrasah itu
mengetahui cerita sebenarnya. Ketika tahu bahwa tak banyak yang dapat ia perbuat, Naghmana hanya
bisa mengangguk sebagai tanda setuju atas keputusan yang diambil oleh Siraj Din. Kata talak dari mulut
Haroon pun terdengar. Bukan satu kali tapi tiga kali. Dunia Naghmana seakan berhenti saat mendengar
kata-kata tersebut. Semua kini berakhir.

Semua tercengang. Tak terkecuali Hajra, perempuan yang meminta Siraj Din untuk
melaksanakan Kacheri. Perempuan tua itu tak pernah mengira Kacheri yang awalnya ditujukan untuk
menghukum Haroon menantu laki-lakinya dan Naghmana, seorang perempuan asing yang baru
bertandang selama dua hari di Desa Chiragpur berakhir dengan rasa bersalah yang berkepanjangan.

Rasa bersalah itu tak hanya dirasakan Hajra. Semua orang yang hadir di madrasaha saat itu
merasakan hal yang sama, bahkan Siraj Din pun. Hal itu seakan tak pernah hilang dari ingatan mereka.
Bahkan ketika kejadian di siang hari yang panas itu telah berlalu selama 20 tahun. Seakan kutukan itu
menghantui semua langkah mereka. Sehingga tak satupun yang mampu melupakan kejadian yang
menyisakan luka yang mendalam dan tak kunjung kering.

11

Anda mungkin juga menyukai