Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum wr. Wb.

“Alhamdulillahirabbil alamin. Rabbish rohli shodri wayassirli amri wahlul uqdatam mil lisani
yaf qahu qouli. Aamiin.”
Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Pertama-tama
marilah kita panjatkan puja dan puji kehadiran Allah SWT yang mana telah mempertemukan kita
dalam acara pesantren Ramadhan, dengan keadaan sehat wal afiat. Tidak lupa solawat dan salam
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya dan
mendapat petunjuk hingga hari kiamat nanti.
Mengingatkan tentang perlunya menjaga lisan, tangan, dan anggota badan lainnya dari maksiat
kepada Allah, termasuk dengan menyebarkan hoaks yang mengarah ke dosa adu domba. Bu
Arista kali ini akan menyampaikan berjudul “Pengadu domba itu Bernama Hoaks”.
Kaum Muslimin rahimakumullah, Sungguh, nikmat-nikmat Allah kepada kita sangatlah banyak.
Kita tidak dapat menghitungnya satu persatu. Bagaimana cara mensyukurinya? Yaitu dengan
cara tidak menggunakan nikmat-nikmat itu dalam hal yang tidak diizinkan oleh Allah. Atau
dengan kata lain, tidak menggunakan nikmat Allah dalam berbuat dosa dan maksiat kepada-Nya.

Harta adalah nikmat dari Allah ta’ala. Janganlah kita gunakan untuk melakukan perbuatan yang
tidak diizinkan oleh-Nya. Badan adalah nikmat dari Allah. Maka janganlah digunakan untuk
bermaksiat kepada-Nya. Tangan adalah nikmat dari Allah. Maka jangan digunakan dalam
perkara yang tidak diridhai oleh Allah. Kaki adalah nikmat dari Allah. Maka janganlah kita
menggunakan kaki untuk melakukan perkara yang dibenci oleh Allah. Mata adalah nikmat dari
Allah. Maka janganlah digunakan untuk melihat sesuatu yang dilarang oleh Allah. Telinga
adalah nikmat dari Allah. Maka janganlah digunakan untuk mendengar sesuatu yang diharamkan
oleh Allah. Lidah adalah nikmat dari Allah. Maka janganlah digunakan untuk mengucapkan
perkataan yang Allah haramkan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Lidah adalah salah satu nikmat yang sangat agung.
Dengan memberikan nikmat lidah, Allah telah memuliakan manusia dan memberikan anugerah
yang besar kepadanya. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan nikmat lidah saat menyebutkan
beberapa nikmat kepada para hamba-Nya. Allah ta’ala berfirman:

“Bukankah Kami telah memberikan kepada manusia dua buah mata, lidah dan dua bibir?” (QS
al-Balad: 8-9).
Salah satu bentuk syukur atas nikmat lidah adalah menjauhkan lidah kita dari menyampaikan dan
menyebarkan berita bohong atau lebih sering disebut dengan istilah hoaks.
Di era medsos seperti saat ini, kita tidak hanya dituntut untuk menjaga lidah. Namun kita juga
dituntut agar menjaga jempol dan jari-jari kita. Karena apa yang kita tulis dengan tangan
sejatinya sama dengan apa yang kita ucapkan dengan lisan. Imam al-Ghazali dalam Ihya’
‘Ulumiddin berujar:

“Sesungguhnya pena (tulisan) adalah salah satu dari dua lisan”


Tak jarang, demi ingin disebut sebagai pihak pertama yang menyampaikan berita, seseorang
dengan mudahnya membagikan kabar tanpa melakukan cek dan ricek terlebih dahulu tentang
kebenarannya. Berita itu dengan cepat menyebar dari satu grup WA ke grup WA lainnya, bahkan
seringkali menyebar hingga ke berbagai media sosial.
Puluhan bahkan mungkin ribuan orang dengan cepat memperoleh berita tersebut. Jika yang
disebar adalah berita yang benar, tentu tak jadi soal. Akan menjadi masalah ketika berita tersebut
tidak benar dan bahkan cenderung ke arah fitnah dan mengadu domba. Akibatnya bisa sangat
fatal. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Informasi yang kita sampaikan, jika ia adalah hoaks
maka tidak hanya menjatuhkan pelakunya pada dosa bohong. Akan tetapi juga dapat
menjerumuskannya pada dosa-dosa yang lain. Di antaranya adalah dosa namimah (mengadu
domba). Para ulama mendefinisikan berbohong dengan makna “Menyampaikan perkataan yang
berbeda dengan kenyataan padahal ia tahu bahwa perkataannya itu memang berbeda dengan
kenyataan”. Berbohong hukumnya bisa dosa kecil, dosa besar bahkan bisa menjerumuskan
kepada kekufuran. Jika sebuah kebohongan tidak mengandung bahaya yang mengenai seorang
Muslim, maka ia termasuk dosa kecil. Namun demikian, dosa kecil tidak boleh diremehkan
karena gedung pencakar langit pada hakikatnya adalah tumpukan dari batu-batu bata yang kecil.
Imam Ahmad dan ath-Thabarani meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

“Jauhilah dosa-dosa yang remeh (dosa kecil), sungguh perumpamaan dosa-dosa yang remeh
adalah seperti sekelompok orang yang turun dan singgah di sebuah lembah, lalu satu orang
mengumpulkan kayu bakar, satu orang lagi datang dengan kayu bakar pula dan seterusnya
hingga mereka mengumpulkan kayu bakar yang cukup untuk memasak roti mereka. Sungguh
dosa-dosa remeh itu jika pelakunya dikenai siksa karenanya, maka dosa-dosa itu akan
membinasakannya” (HR Ahmad dan ath-Thabarani)
Berbohong hukumnya adalah haram, baik dilakukan dengan tujuan bercanda ataupun sungguh-
sungguh, baik dilakukan dengan niat membuat orang tertawa ataupun tidak.
Sedangkan namimah (mengadu domba) adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada
orang lain dengan tujuan merusak hubungan antara keduanya. Namimah adalah salah satu dosa
besar.
Untuk menghindari pengadu domba yang bernama hoaks sebaiknya dalam bulan Ramadhan
lebih banyak membaca Al- Quran, karena kebenaranya sudah pasti dan tidak diragukan lagi.
Bulan Ramadhan disebut dengan Syahrul Qur‟an (Bulan Al-Qur‟an), karena pada bulan tersebut
merupakan bulan diturunkannya Al-Qur‟an. Sebagaimana firman Allah:

Maknanya: Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil) (Al-Baqarah: 185).
“Dianjurkan untuk memperbanyak tilawah Al-Qur‟an di waktu malam bulan Ramadhan. Karena
pada waktu malam, kesibukan-kesibukan sudah berhenti. Sehingga keinginan kuat pun
terkumpul di dalamnya. Dan hati beserta lisan dapat bekerja sama untuk mentadabburi(nya).”
Allah Swt telah menyebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Isra, bahwa kitab yang diturunkannya
kepada Nabi Muhammad Saw juga bisa menjadi obat. Dengan membaca Al-Qur’an, bisa
mengubah kondisi hati resah menjadi sakinah (tenang). Ketenangan yang dihasilkan dari
membaca Al-Qur’an inilah yang akan melahirkan tindakan baik.
Akhirnya kita memohon kepada Allah q, agar menerima bacaan Al-Qur‟an kita dan menerima
pula seluruh amal ibadah kita. Kita juga memohon kepada Allah agar memberikan ampunan
terhadap dosa-dosa kita.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya, dan
para sahabatnya. Dan penutup doa:

“Allaumma arìnal haqqa haqqan warzuqnat tìbaa'ahu wa arìnal baathìla baathìlan warzuqnaj
tìnaabah walhamdulillahirabbil alamin.”

Semarang, 21 April 2021


Arista Novihana Pratiwi

Anda mungkin juga menyukai