Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI SEBARAN BATUBARADARI DATA WELL L OGGING 

OGGING 
DI DAERAH X, AMPAH BARITO TIMUR

Akhmat Faisal1), Simon Sadok Siregar 2) dan Sri Cahyo Wahyono 2)

Abstrak:Telah
Abstrak :Telah diidentifikasikan sebaran batubara dari data well logging  di
  di daerah X Ampah
Barito Timur dengan membandingkan dengan hasil data bor sebanyak 38 data borehole. borehole .
Identifikasi lapisan batubara berdasarkan nilai log gamma ray dan log resistivity. 
resistivity.  Data well
logging   kemudian ditentukan kedalaman ketebalan batubara serta menghitung volume
batubara di daerah X Ampah Barito Timur. Data Well Logging   diinterpretasi dengan
menggunakan software Well Cad, kemudian untuk mendapatkan kontur dan permodelan
bawah permukaan (1D dan 3D) digunakan software Win Log   dan Rockworks. Hasil
Interpretasi Nilai gamma ray   batubara di daerah X Ampah Barito Timur adalah 0-30 CPS
sedangkan nilai resistivitasnya yaitu 70-100 Ohm.m. Data penampang borehole
menggunakan software winlog  sebanyak
  sebanyak 38 data well logging . Sebaran batubara di daerah X
 Ampah Barito Timur teridentifikasi sebanyak lima seam  seam  batubara. Perkiraan perhitungan
volume batubara di daerah X adalah 7.312.671,17 m 3 didapat dengan cara menghitung
luasan (surface
(surface)) daerah pengambilan data well logging  dikalikan
  dikalikan dengan ketebalan rata-rata
batubara dari hasil interpretasi semua data well logging . Ketebalan rata-rata batubara
b atubara daerah
penelitian adalah daerah penelitian adalah 2.749.124,5 m 2.
adalah 2,66 meter. Sedangkan luas daerah
Kata Kunci: well logging, gamma ray, resistivity, batubara, Barito Timur

PENDAHULUAN dapat bermanfaat sampai pada proses


Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi produksi atau eksploitasi.
batubara saat ini mencapai titik tertinggi Penelitian ini dilakukan guna
kegiatannya, hal ini dilakukan guna mengetahui nilai gamma ray dan
mencukupi kebutuhan konsumen yang resistivitas batubara di daerah penelitian.
terus meningkat serta inventarisasi bahan Selain itu juga mengetahui sebaran
galian untuk mengetahui bentuk sebaran batubara dan kedalaman ketebalan
maupun jumlah kandungan cadangannya. batubaranya. Penelitian sebelumnya
Batubara merupakan sumber energi yang pernah dilakukan di daerah X Ampah
tidak dapat diperbaharui (Non-Renewable dalam kegiatan survey geologi batubara
Resources),
Resources), namun potensi batubara saat pada tahun 2011 ditemukan adanya
ini mampu menyaingi peranan minyak singkapan-singkapan
singkapan-singkapan batubara di sekitar
bumi. Sehubungan hal tersebut kegiatan borehole.Penelitian
borehole .Penelitian yang pernah dilakukan

eksplorasi sebagai langkah awal dalam di Banyuasin, Muara Enim Sumatera


suatu tahapan pertambangan perlu Selatan yaitu pengukuran penampang
dilakukan yang nantinya dari data-data lubang bor (well logging) 
logging)   dengan metoda
yang ada dan setelah pengkajian yang Sinar Gamma (Gamma Ray)
matang kegiatan selanjutnya diharapkan memperlihatkan kontras yang jelas untuk
lapisan dan ketebalan batubara
Mahasisw
Mahasiswa a dan Staf Peng
Pengajar 
ajar  Program Studi Fisika FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru
e-mail: faisalakhmat@yahoo.co.id
7
8 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8 No.1, Agustus 2012 (7 – 21)

(Djuanaedi, 2001). Penelitian well logging  menentukan derajat batubara berdasarkan


 juga pernah dilakukan oleh Ilyas (2009) di dari karakteristik well logging   dengan
Garongkong Sulawesi Selatan dalam menggunakan gamma ray log   dan density
menentukan potensi lapisan pembawa air log  (Susanto, 2011).
tanah (akuifer) seperti : Lapisan batulanau Selain itu penelitian well logging 
pasiran, batulanau sisipan pasir, batupasir  juga dilakukan oleh Nugraha (2011)
pasir dan batupasir kompak. Penelitian dengan menghitung volume shale  yang
well logging   pernah dilakukan dengan dicocokkan dengan data kualitas batubara
menganalisa defleksi kurva well logging  diperoleh bahwa batubara yang memiliki
serta menghitung harga indeks gamma kualitas yang paling baik terdapat pada
ray , long density   dan short density   serta bagian coal body . Berdasarkan hal
penentuan batas dan tebal lapisan tersebut, maka dilakukan penelitian
batubara di Kecamatan A mpah Kalimantan batubara menggunakan metode well
Tengah (Ronsumbre, 2011). logging  di daerah X Ampah Barito Timur.

Gambar 1. Peta Geologi Ampah (Cahyono, 2002).

Penelitian well logging   batubara juga Struktur geologi Kalimantan


pernah dilakukan di Kecamatan Napal Tengah, khususnya di bagian Tengah-
Putih, Kabupaten Bengkulu Utara untuk Utara, mempunyai struktur yang kompleks,
Faisal, A., Siregar, S. S. dan Cahyono, S. R., Identifikasi Sebaran Batubara .............. 9

berupa sesar, perlipatan dan kekar-kekar, sedang, berwarna kuning dan kelabu
sedangkan bagian Selatan-Barat Daya muda, mengandung sisipan batu lempung
relatif stabil. Geologi di Kalimantan dan batubara. Formasi Berai, berumur
Tengah merupakan bagian yang tidak Oligosen, berupa batu gamping berwarna
terpisahkan dari kesatuan geologi kuning sampai kecoklatan, umumnya
kalimantan secara umum. Geologi berlapis dan padat serta keras. Endapan
Kalimantan Tengah terbentuk dari  Aluvial, menempati bagian sepanjang
endapan atau batuan yang terjadi dalam aliran sungai.
cekungan-cekungan sedimen dan daerah- Metode W e l l L o g g i n g  
daerah pegunungan yang terbentuk oleh Metode geofisika sudah
kegiatan magma ataupun proses malihan. dipergunakan dalam investigasi sumber
Cekungan di Kalimantan Tengah terdiri daya mineral selama puluhan tahun, yaitu
dari Cekungan Melawi (perbatasan pada eksplorasi bawah permukaan.
Kalimantan Barat), Cekungan Barito Bermacam alat dan teknik didesain secara
(bagian Tengah-Selatan-Timur Kalimantan khusus sesuai dengan lingkungan
Tengah), serta Cekungan Kutai (bagian pemboran yang bervariasi, dan digunakan
Utara-Timur Laut Kalimantan Tengah). dalam eksplorasi, mengindentifikasi
Batuan dasar dari Sub Cekungan formasi geologi, formasi fluida dan korelasi
Barito adalah batuan PraTersier yang antar lubang (Telford et al , 2004).
termasuk dalam Satuan Batuan Volkanik Metode Well Logging   dapat
Kasale yang dikorelasikan dengan Formasi mengetahui gambaran dari bawah
Haruyan yang berumur Kapur Atas, permukaan tanah, yaitu dapat mengetahui
dimana di atasnya diendapkan secara dan menilai batuan-batuan yang
tidak selaras Formasi Tanjung berumur mengelilingi lubang bor tersebut
Eosen yang kemudian diendapkan secara (Widarsono,1998). Hasil pengukuran
selaras Formasi Berai dan Montalat yang berupa grafik besaran fisis terhadap
berumur Oligo-Miosen, dan diatasnya kedalaman sumur bor Ada 4 jenis log yang
kemudian diendapkan Formasi Warukin sering digunakan dalam interpretasi yaitu :
yang berumur Miosen (Cahyono, 2002). 1. Log listrik, terdiri dari log resistivitas
 Ampah memiliki beberapa formasi dan log SP (Spontaneous Potential ).
seperti, Formasi Warukin, berumur Miosen, 2. Log radioaktif, terdiri dari log GR
terdiri atas batu pasir kuarsa, berbutir (Gamma Ray), log porositas yaitu
sedang-kasar, kurang padat, setempat terdiri dari log density (RHOB) dan
konglomeratan, mengandung sisipan batu log neutron (NPHI).
lempung. Batulanau dan batubara. 3. Log akustik berupa log sonic.
Formasi Montalat,berumur Oligosen, terdiri 4. Log Caliper.
atas batu pasir kuarsa, berbutir halus- (Telford et al , 2004).
10 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8 No.1, Agustus 2012 (7 – 21)

Gamma Ray Log   adalah metoda  


GRread   GRmin
V  sha le  ……….... (1)
untuk mengukur radiasi sinar gamma yang GRmax  GRmin

dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang dimana :


terdapat dalam lapisan batuan di Vshale = Volume shale  (besarnya shale
sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif pada batuan formasi, %)
yang terdapat dalam lapisan batuan GRmax = hasil pembacaan GR log
tersebut diantaranya Uranium, Thorium, maksimal pada lapisan shale
Potassium, Radium, dll. (Chopra et al , (CPS)
2000). Radioaktivitas GR berasal dari 3 GRmin = hasil pembacaan GR log
unsur radioaktif yang ada dalam batuan maksimal pada lapisan non
yaitu Uranium (U), Thorium (Th), dan shale (CPS)
Potasium (K), yang secara continue GRread = hasil pembacaan GR log pada
memancarkan GR dalam bentuk pulsa- kedalaman tertentu (CPS)
pulsa energi radiasi tinggi. Setiap GR yang Log sinar gamma umumnya
terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik mengukur nilai radioaktivitas alami pada
pada detektor. Parameter yang direkam formasi dan karena pengukuran ini dapat
adalah jumlah dari pulsa yang tercatat per digunakan untuk mengidentifikasi litologi
satuan waktu (sering disebut cacah GR) dan menghubungkan zona batuan (Asquith
(Dinata, 2011). Unsur radioaktif umumnya & Gibson, 1982). Cara kerja Log sinar
banyak terdapat dalam shale  dan sedikit gamma yaitu merekam unsur radioaktif
sekali terdapat dalam sandstone, dari formasi dalam skala API ( American
limestone, dolomite, coal, gypsum, dll. Petroleum Institute). Sinar radioaktif alami
Oleh karena itu shale  akan memberikan yang direkam berupa uranium, thorium,
response gamma ray   yang sangat dan potassium. Log sinar gamma
signifikan dibandingkan dengan batuan sederhana memberikan rekaman
yang lainnya (Rider, 2002). kombinasi dari tiga unsur radioaktif,
Perbedaan sifat radioaktif dari sedangkan spectral gamma ray 
setiap batuan dapat digunakan untuk menunjukkan masing-masing unsur
membedakan jenis batuan yang terdapat radioaktif (Rider, 2002).
pada suatu formasi. Selain itu pada Loke (1999) mengungkapkan
formasi shaly sand , sifat radioaktif ini dapat bahwa survei geofisika resistivitas dapat
digunakan untuk mengevaluasi kadar menghasilkan informasi perubahan variasi
kandungan clay   yang dapat berkaitan harga resistivitas baik arah lateral maupun
dengan penilaian produktif suatu lapisan arah vertikal. Metode ini memberikan
berdasarkan intrepretasi data logging . injeksi listrik ke dalam bumi, dari injeksi
Besarnya volume shale  dihitung dengan tersebut maka akan mengakibatkan medan
menggunakan rumus berikut: potensial sehingga yang terukur adalah
Faisal, A., Siregar, S. S. dan Cahyono, S. R., Identifikasi Sebaran Batubara .............. 11

besarnya kuat arus (I) dan beda potensial mempelajari sifat mobilitas minyak (Rider,
(ΔV), dengan  menggunakan survey ini 2002).
maka dapat memudahkan para geologist  Batubara
dalam melakukan interpretasi keberadaan Batubara merupakan batuan
cebakan-cebakan batubara dengan biaya sedimen (padatan) yang dapat terbakar
eksplorasi yang relatif murah. berasal dari tumbuhan, berwarna coklat
Setiap batuan mempunyai tahanan sampai hitam, yang sejak
 jenis yang berbeda-beda. Log resistivitas pengendapannya terkena proses fisika dan
merekam tahanan jenis batuan terhadap kimia yang mengakibatkan pengkayaan
arus listrik yang melaluinya sehingga dapat kandungan karbonnya. Penyebaran
ditentukan jenis-jenis litologi yang ada endapan batubara di Indonesia ditinjau dari
pada sumur bor. Metoda Log Resistivitas sudut geologi sangat erat hubungannya
ini dilakukan karena pada hakikatnya dengan penyebaran formasi sedimen yang
batuan, fluida dan hidrokarbon di dalam berumur tersier yang terdapat secara luas
bumi memiliki nilai resistivitas tertentu. di sebagian besar kepulauan di Indonesia
Batubara pada umumnya mempunyai sifat (Anggayana, 1999).
yang tidak dapat melewatkan aliran listrik. Tingkat perubahan yang dialami
Sedangkan batu lempung mempunyai sifat batu bara, dari gambut sampai menjadi
sebaliknya (Rider, 2002). antrasit disebut sebagai pengarangan.
 R  I  Berdasarkan tingkat proses
V   ……................ (2)
4  ( AM ) pembentukannya yang dikontrol oleh

dimana: tekanan, panas dan waktu, batubara

R = tahanan formasi (Ohm.m) umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit,

I = intensitas arus konstan dari elektroda bituminus, sub-bituminus, lignit dan

 A (A) gambut.

 AM = jarak antara elektroda A dan M (m) a. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi,

   = konstanta (3,14) dengan warna hitam berkilauan

Pengukuran log resistivitas, (luster) metalik, mengandung antara

biasanya terdapat tiga jenis penetrasi 86-98% unsur karbon (C) dengan

resistivitas, yakni shallow  (borehole), kadar air kurang dari 8%.

medium (invaded zone) dan deep (virgin) b. Bituminus mengandung 68-86% unsur

 penetration. Perbedaan kedalaman karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari

penetrasi ini dimaksudkan untuk beratnya. Kelas batubara yang paling

menghindari salah tafsir pada pembacaan banyak ditambang di Australia.

log resistivitas karena mud invasion  (efek c. Sub-bituminus mengandung sedikit

lumpur pengeboran) dan bahkan dapat karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang
12 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8 No.1, Agustus 2012 (7 – 21)

kurang efisien dibandingkan dengan kemudian diinterpretasi dengan


bituminus. menggunakan software Well Cad,
d. Lignit atau batubara coklat adalah kemudian untuk mendapatkan kontur dan
batubara yang sangat lunak yang permodelan bawah permukaan (1D dan
mengandung air 35-75% dari beratnya. 3D) digunakan software Win Log   dan
e. Gambut, berpori dan memiliki kadar air Rockworks.  Tahapan kerja dalam
di atas 75% serta nilai kalori yang paling penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.
rendah (Sari, 2001).
Data Well Logging  Data Bor

METODE PENELITIAN
Interpretasi batubara data well logging 
Identifikasi dan pengolahan data
pada setiap borehole  menggunakan
Well Logging   dilaksanakan pada bulan software Well Cad 
Januari-April 2012 di Laboratorium
Komputer Fisika Fakultas MIPA
Nilai Gamma ray  dan Resistivitas
Universitas Lambung Mangkurat
untuk lapisan batubara
Banjarbaru dan Laboratorium UPJSDM
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Mengetahui ketebalan dan kedalaman
Kalimantan Selatan menggunakan data
batubara
penelitian Well Logging   yang telah
dilaksanakan dari tanggal 21-26 Agustus
2011 dan 6-21 September 2011 di daerah Penyajian data litologi borehole
menggunakan Software Win Log
X Ampah, Kabupaten Barito Timur.
Pengukuran lapisan bawah
permukaan tanah khususnya lapisan Pembuatan model sebaran dan
batubara dengan menggunakan metode perhitungan volume batubara
menggunakan Software Rockworks
Well Logging . Metode Well Logging   yang
digunakan yaitu log sinar gamma dan log
resitivitas. Data yang diambil berupa nilai Penarikan kesimpulan

pengukuran radiasi sinar gamma yang Gambar 2. Diagram tahapan penelitian


dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif alam
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terdapat dalam lapisan batuan di
Penelitian dimulai dengan
dalam borehole  dan pengukuran tahanan
menginterpretasi litologi penyusun
 jenis batuan terhadap arus listrik yang
borehole khusunya litologi batubara.
melaluinya sehingga dapat ditentukan
Interpretasi dilakukan pada 38 data well
 jenis-jenis litologi yang ada pada borehole
logging . Interpretasi data untuk
terutama lapisan batubara. Data diambil
mengetahui litologi penyusun borehole
sebanyak 38 borehole. Data Well Logging 
Faisal, A., Siregar, S. S. dan Cahyono, S. R., Identifikasi Sebaran Batubara .............. 13

digunakan software well cad 4.3 sebagai menunjukkan nilai resistivitas antara 100-
perangkat lunak untuk menampilkan nilai 140 Ohm.m.
gamma ray   dan resistivitas litologi Gambar 4 adalah tampilan nilai
penyusun borehole dalam bentuk grafik log gamma ray   dan resistivitas dalam bentuk
gamma ray   dan resistivity (Gambar 8). grafik berdasarkan kedalaman borehole.
Selain menggunakan data well logging  Hasil interpretasi batubara berdasarkan
digunakan juga data hasil bor sebagai data nilai gamma ray   dan resistivity   yang
pembanding untuk membantu interpretasi direkonsiliasikan dengan data hasil bor di
litologi batubara dan litologi penyusun dapat tiga lapisan (seam) batubara. Pada
borehole  lainnya. Adapun data hasil bor seam  satu diperoleh batubara diidentifikasi
kemudian direkonsiliasi dengan hasil pada kedalaman 7,56-8,14 m dengan nilai
interpretasi data well logging . gamma ray   antara 14-30 CPS sama
Penentuan litologi batubara pada halnya pada batubara seam  dua dan tiga
semua borehole  dari 38 data well logging  menunjukkan nilai gamma ray   seperti pada
diinterpretasi menggunakan log gamma seam  satu. Lapisan clay   teridentifikasi
ray   untuk mengetahui nilai gamma ray  sebanyak empat seam  dengan nilai
masing-masing litologi penyusun borehole. gamma ray   antara 33-89 CPS di setiap
Batubara di daerah penelitian yang sudah seam clay. Lapisan sand teridentifikasi
diinterpretasi pada 38 data well logging  sebanyak satu seam  dengan nilai gamma
menunjukkan nilai gamma ray antara 0-30 ray  antara 13-34 CPS.
CPS (Count Per Secon)  lebih rendah jika Berdasarkan Gambar 4 grafik log
dibanding dengan litologi penyusun resistivity   juga teridentifikasi batubara
borehole  lainnya seperti lempung (Clay) sebanyak tiga seam. Pada seam  tiga
menunjukkan nilai gamma ray   lebih dari 30 batubara terdapat pada kedalaman 31,56-
CPS. Perbedaan nilai gamma ray   tersebut 32,2 m dengan nilai resistivity antara
dikarenakan perbedaan kandungan bahan 72,15-86,63 Ohm.m. Lapisan top soil 
radioaktif alam pada masing-masing litologi teridentifikasi dengan nilai resistivity   100-
penyusun borehole. 1800 Ohm.m. Lapisan clay   jua
Selain menggunakan log gamma teridentifikasi sebanyak empat seam
ray   penentuan lapisan batubara juga dengan nilai resistivity   antara 70-150
menggunakan log resistivity   untuk Ohm.m disetiap seam. Lapisan sand   juga
mengetahui nilai tahanan jenis litologi teridentifikasi sebanyak satu seam dengan
penyusun pada setiap borehole. Nilai nilai resistivity  antara 86-136 Ohm.m.
resistivitas lapisan batubara di semua data Berdasarkan hasil Interpretasi
well logging   menunjukkan nilai antara 70- litologi berdasarkan nilai gamma ray   dan
100 Ohm.m. Nilai resistivitas batubara resistivity   yang dibandingkan dengan data
lebih rendah dibanding lapisan pasir yang
14 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8 No.1, Agustus 2012 (7 – 21)

hasil bor pada 38 data well logging  Pengolahan data selanjutnya


diperoleh: menggunakan software winlog 4  untuk
Tabel 1. Nilai gamma ray   dan resistivity  mendapatkan citra litologi hasil interpretasi
litologi di daerah X Ampah Barito Timur data well logging . Data well logging 
No Litologi Gamma Resistivitas ditampilkan lengkap dengan simbol dan
Ray (CPS) (Ohm.m) ketebalan litologi. Gambar 5 merupakan
1 Clay 35-100 70-150 hasil citra litologi terhadap kedalaman
2 Coal 0-30 70-100 borehole, kedalaman pembacaan oleh alat
3 Sand 0-40 80-140
well logging   yaitu 24,14 meter sedangkan
4 Top soil 40-80 100-1800
kedalaman bor borehole adalah 30,15 m.

Batubara

Gambar 3. Grafik log gamma ray  dan resistivity


Faisal, A., Siregar, S. S. dan Cahyono, S. R., Identifikasi Sebaran Batubara .............. 15

Pada data well logging   A18 Identifikasi sebaran dan perhitungan


teridentifikasi sebanyak dua seam volume batubara
batubara, seam satu mempunyai ketebalan Identifikasi sebaran batubara
1,78 m dan seam  dua 0,8 m. top soil  dilakukan dengan menggunakan software
mempunyai ketebalan 1,8 m, lapisan clay  rockworks 15 .Pengolahan data dimulai
terdapat empat seam  masing-masing 8,9 membuat peta daerah penelitian secara
m untuk seam  satu, 0,32 m untuk seam dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D).
dua, 0,26 m untuk seam  tiga dan 6,96 m Tujuan membuat kontur tiga dimensi
untuk seam  empat. Lapisan pasir (gambar 12) untuk dikombinasikan dengan
teridentifikasi sebanyak tiga seam. model 3D borehole pada daerah penelitian.

Gambar 4. Hasil pengolahan data A18 menggunakan


software Winlog 4.
16 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8 No.1, Agustus 2012 (7 – 21)

Gambar 5. Peta kontur 2D daerah


penelitian. Gambar 7. Penampang well logging  3D
Pengolahan data selanjutnya
membuat model stratigrafi daerah
penelitian berdasarkan hasil interpretasi
data well logging   dalam bentuk tiga
dimensi (3D) yang berupa layer-layer
formasi penyusun di daerah penelitian.
Layer-layer yang tersusun sesuai dengan
topografi daerah penelitian. Berdasarkan
model stratigrafi lapisan penyusun di
Gambar 6.  Peta kontur 3D daerah daerah penelitian didapat model sebaran
penelitian.
lapisan bawah tanah penyusun di daerah X
Pengolahan data selanjutnya
 Ampah Barito Timur khususnya sebaran
membuat penampang litologi penyusun
batubara. Begitu juga model stratigrafinya
borehole hasil interpretasi data well logging 
sesuai dengan geologi daerah penelitian
dalam bentuk tiga dimensi (3D) yang
yang berupa formasi warukin yang
berupa silinder-silender yang tersusun
tersusun atas batupasir, batulempung,
sesuai dengan koordinat borehole. hasil
batulanau dan batubara.
penampang well logging   tiga dimensi (3D)
Gambar 9. adalah hasil model
yang mana merupakan gambaran bawah
stratigrafi well logging   tiga dimensi (3D) di
tanah daerah penelitian. Sebanyak 38
daerah X ampah Barito Timur. Batubara di
buah data well logging   berbentuk silinder-
daerah penelitian diidentifikasi sebanyak
silender yang tersusun dari litologi
lima seam  batubara. Selain bentuk
penyusun berupa tanah penutup (top soil),
stratigrafi batubara juga diperoleh bentuk
lempung (clay), pasir (sand)  dan batubara
penampang stratigrafi formasi lain
(coal). Pada gambar 8 merupakan hasil
penyusun stratigrafi di daerah penelitian.
kombinasi penampang well logging  dengan
kontur 3D daerah penelitian.
Faisal, A., Siregar, S. S. dan Cahyono, S. R., Identifikasi Sebaran Batubara .............. 17

Gambar 8. Model stratigrafi daerah X Ampah Barito Timur

Gambar 9. Model sebaran batubara daerah X Ampah Barito Timur.

Pada gambar 10 merupakan model Perkiraan perhitungan volume


stratigrafi khusus untuk seam  batubara batubara di daerah X diperoleh dengan
dengan mengkombinasikan dengan kontur cara menghitung luasan (surface) daerah
3D daerah penelitian. Kombinasi ini pengambilan data well logging   dikalikan
sebelumnya harus menyimpan hasil model dengan ketebalan rata-rata batubara dari
stratigrafi batubara daerah penelitian dan hasil interpretasi semua data well logging .
kontur 3D daerah penelitian dalam Ketebalan rata-rata batubara daerah
rockworks file (*.r3dxml),. Kemudian penelitian adalah 2,66 meter. Sedangkan
dipanggil satu per satu file  yang luas daerah penelitian adalah 5.370.297,7
sebelumnya sudah disimpan. m2 . Penarikan poligon diambil dengan
18 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8 No.1, Agustus 2012 (7 – 21)

menghubungkan titik borehole yang terluar DAFTAR PUSTAKA


pada daerah penelitian.  Anggayana, K. 1999. Genesa Batubara.
Perkiraan perhitungan volume batubara: Bandung: Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi
V = Luas daerah x Ketebalan rata-rata Mineral ITB.
= 2.749.124,5 m2 x 2,66 m
 Asquith, G. & C. Gibson. 1982. Basic well
3
= 7.312.671,17 m logging analysis for geologist. The
 America Association of Petroleum
Geolosgist. Tulsa, USA.
KESIMPULAN
Cahyono, E.B. 2002. Inventarisasi Bitumen
1. Nilai gamma ray   batubara daerah X
Padat Daerah Ampah dan
 Ampah Barito Timur adalah 1-30 Sekitarnya, Kabupaten Barito
Selatan, Provinsi Kalimantan
CPS. Sedangkan nilai resistivitasnya
Tengah. Sub Direktorat Batubara,
adalah 70 – 100 Ohm.m. Direktorat Inventarisasi Sumber
Daya Mineral. Kolokium Direktorat
2. Sebaran batubara di daerah X
Inventarisasi Sumber Daya Mineral
 Ampah Barito Timur diidentifikasi (DIM). 34:1-9.
sebanyak lima seam batubara.
Chopra, P., E. Papp & D. Gibson. 2000.
3. Perkiraan volume batubara di daerah Geophysical Well Logging.
Department of Geology, Australian
X Ampah Barito Timur adalah
National.
7.312.671,17 m3, didapat dari
Dinata, F.V. 2011.  Analisis Fasies
perkalian luas daerah penelitian yaitu
Batubara dan Karakteristik
2.749.124,5 m2 dengan ketebalan Petrofisik, Formasi Balikpapan,
Lapangan “X”, Cekungan Kutai
rata-rata batubara di daerah
Berdasarkan Data Log Sumur dan
penelitian yaitu 2,66 m. Inti Batuan. Skripsi . Jurusan Teknik
Geologi Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional
UCAPAN TERIMA KASIH ”Veteran” Yogyakarta.

Terima kasih kepada Dekan FMIPA Djuanaedi, E.K. 2001. Penyelidikan


Unlam, Ketua Program Studi Fisika, Geofisika Batubara dengan Metode
Well Logging di Daerah Musi
seluruh dosen, staf administrasi, rekan Banyuasin, Muara enim Provinsi
mahasiswa Fisika FMIPA Unlam Sumatera Selatan. Sub Direktorat
Geofisika dan Pemboran
khususnya bidang keahlian Geofisika dan Eksplorasi, Direktorat Inventarisasi
Bapak Dwi Priyono dari UPJSDM Dinas Sumber Daya Mineral . Bandung.

Pertambangan dan Energi Provinsi Ilyas, A. 2009.  Analisa Cutting dan


Kalimantan Selatan atas bantuan dan Pengukuran Elektrikal Logging
 pada Pemboran Air Tanah untuk
masukannya tentang metode Well Irigasi Sawah di Daerah
Logging , Garongkong Desa Lempang Kec.
Tanete Riaja Ka. Barru Prov.
. Sulawesi Selatan. Jurusan Teknik
Geologi Fakultas Teknik Universitas
Faisal, A., Siregar, S. S. dan Cahyono, S. R., Identifikasi Sebaran Batubara .............. 19

Hasanuddin. Jurnal Penelitian


Enjiniring Vol. 12, No. 2. Widarsono, B. 1998. Well Logging .
Program Studi Geofisika,
Loke, M.H. 1999. Electrical Imaging Pascasarjana Universitas
Surveys For Environmental and Indonesia. Jakarta.
Engineering Studies,  A practical
guide to 2D and 3D surveys.

Nugraha, A. 2012. Hubungan Antara


Karakteristik Volume Shale
Batubara dan Kualitas Batubara
Berdasarkan Pemercontohan
Thickness Interval Daerah
Mangkalapi Kec. Satui, Kab. Tanah
Bumbu, Prov. Kalimantan Selatan.
Thesis. Jurusan Teknik Geofisika
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Yogyakarta.

Rider, M.H. 1996. The geological


interpretation of well logs. John
Wiley & Sons, Inc. New York.

Ronsumbre, F.R. 2011. Penentuan Batas


dan Tebal Lapisan Batubara
Berdasarkan Well Logging untuk
Estimasi Sumberdaya Batubara, Di
Kecamatan Ampah, Kabupaten
Barito Selatan Kalimantan Tengah.
Skripsi . Jurusan Teknik Geofisika
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Yogyakarta.

Sari, N.L. 2001. Potensi Batubara


Indonesia. Pasca Sarjana PSDAL
Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu. Bengkulu.

Susanto, H. 2011. Geologi dan


Karakteristik Well Logging untuk
Penentuan Derajat Batubara
Daerah Tanjung Dalam dan
Sekitarnya, Kecamatan Napal
Putih, Kabupaten Bengkulu Utara,
Provinsi Bengkulu. Thesis. Jurusan
Teknik Geologi Fakultas Teknologi
Mineral Universitas Pembangunan
Nasional ”Veteran” Yogyakarta.

Telford, W.M., L.P. Geldart, & R.E. Sheriff.


1990.  Applied Geophysics, Second
Edition. Cambridge University
Press. USA.
20 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8 No.1, Agustus 2012 (7 – 21)

Lampiran
KEDALAMAN (m) TEBAL (m) KEDALAMAN (m) TEBAL (m)
KODE KODE
BOR LOG BOR LOG
BOR LOG BOR LOG
 A1 39 37,78 0,68 0,96 0,35 0,54
0,2 0,34 0,3 0,59
 A2 73,5 72,16 0,4 0,5
 A16 34,65 33,02 0,9 0,64
0,58 0,74 0,65 0,52
0,24 1,2 0,5 0,26
0,5 1
 A17 70 67,06 1,05 0,96
 A3 40,5 39,24 0,85 0,58 1,4 0,66
0,74 0,7 0,72
1 1,02 0,7 1,06
 A4 46,65 43,38 2,25 1,36 0,65 0,42
0,25 0,48 0,2
0,6 0,38
 A18 30,15 24,14 1,54 1,78
0,2 0,4 0,9 0,8
0,7
 A19 27 16,08 0,8 0,7
 A5 75 72,14 1 1,34
 A20 27,15 24,68 0,88 0,58
0,45 0,36
0,55 0,5
0,55 0,5
0,8 0,92
1 0,52
 A21 66 66,1 0,4 0,6
0,6 0,82
0,7 0,58
1,6
0,6 1,74
 A6 45 43,18 0,1
0,2 0,4
1,65 1,88
 A22 70 58,26 0,7 0,26
1,3 0,5
0,9 0,88
0,75 0,88
1,05 0,72
3,55 1,02
0,4
 A7 70 69 0,23 0,64
 A23 43,65 42,42 0,7 0,74
0,66 0,8
0,64
0,26
 A24 63 47,76 1,5 0,32
 A8 45,15 42,24 2,3 1,04
0,35 1,78
1 0,58
0,6 0,66
0,78
? 1,42
 A9 30,15 28,74 0,85 0,56
 A25 76,55 38,18 1,55 1,96
0,85 0,72
 A26 70,5 69,02 0,2 0,84
 A10 75,15 73,28 0,75 0,86
1,5 1,06
0,1
1,2 1,3
 A11 45,15 42,16 0,5 0,84
1,2
 A12 70,5 54,28 2 0,78
 A27 45,15 38,18 0,8 0,7
1,25 1,26
0,9 0,8
0,5 0,38
 A28 76,45 72,2 0,1 0,78
1,5 0,36
0,7 0,64
1 0,44
0,66
 A13 28,5 25,68 0,18 0,3
 A29 70,5 32,36 0,3 0,4
0,53 1,12
3,1 0,96
 A14 75,15 69,98 0,85 0,72
0,6 1,7
1,72 1,1
0,6
1,5 0,44
 A30 55,65 49 0,75 0,66
0,55 0,52
0,25 0,4
0,52
0,5
 A15 42,15 33,46 0,7 0,86
KEDALAMAN (m) TEBAL (m)
KODE
BOR LOG BOR LOG
 A31 70,5 68,86 0,1 0,14
0,9 0,76
0,15 0,3
0,5 0,4
3,3 0,28
0,4 1,84
0,4 0,84
2,2 0,7
2,3 1,26
0,6
0,52
 A32 45,15 41,9 0,1 1,3
0,1 1,04
1,1 0,64
0,85 1,18
1,41 0,42
0,1
 A33 70,5 32,36 1,6 0,58
0,8 0,6
3,1 0,68
1,5
0,5
0,5
 A34 45,15 43,76 1,7 1,28
1,2 0,6
0,75 0,58
2,35 1,9
 A35 60,15 50,32 0,55 0,7
0,55 0,56
0,2 0,24
 A36 44,2 42,26 0,7 0,7
 A37 76,55 66,42 0,7 0,18
1,5 0,34
0,35 2,14
1 4,42
 A38 45,15 12,58 0,47 1,2
0,87
TEBAL RATA-RATA 3,04 2,66

Faisal, A., Siregar, S. S. dan Cahyono, S. R., Identifikasi Sebaran Batubara .............. 21

Anda mungkin juga menyukai