Anda di halaman 1dari 316

SMP

Guru SMP
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Modul Pelatihan

Pelatihan Peningkatan Kompetensi


Berbasis Kecakapan Abad XXI
GURU MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(SMP)

Penulis:
1. Gatot Malady, S.I.P., M.Si.
2. Aldi, S.Pd., M.Pd.
3. Diana Wulandari, S.Pd., M.Pd.
4. Meita Purnamasari Augustin, S.Pd., M.Pd.
5. Prayogo Kusumaryoko, S.Pd., M. Hum.
6. M. Amirusi, S.Pd., M.Pd.
7. Wahyu Trisnaeni, S.Si.

Penelaah:
1. Mohammad Wahyu Kurniawan, M.Pd.
(Universitas Muhammadiyah Malang)
2. Nurul Qomariyah, S.Pd.
(SMP Negeri 4 Malang)

Tata Letak:
Wahyu Trisnaeni S.Si.

Copyright © 2019
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Kewarganegaraan Dan Ilmu Pengetahuan Sosial
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

KATA PENGANTAR

Guru memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan kualitas


pendidikan terutama di satuan pendidikan tempat dia bertugas. Guru
merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru profesional merupakan sebuah keniscayaan yang
harus diwujudkan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih
maju dan siap menghadapi tantangan global.
Modul pelatihan ini merupakan salah satu komponen kegiatan pelatihan
yang akan menjadi bahan ajar bagi para guru pada saat mengikuti pelatihan.
Modul pelatihan disusun berdasarkan kebutuhan peningkatan kompetensi
profesional dan pedagogik guru sesuai standar kompetensi guru yang
disyaratkan menurut Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru serta standar kompetensi masing-
masing mata pelajaran. Kompetensi profesional yang disusun pada modul ini
mengacu pada standar kompetensi tiap mata pelajaran yang diampu oleh
guru. Sedangkan kompetensi pedagogik pada modul ini membahas kegiatan
pembelajaran yang dimulai dari penyusunan rencana pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menilai, dan mengevaluasi hasil
pembelajaran, kemudian juga menyusun dan melaksanakan program
perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik.
PPPPTK PKn dan IPS sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan mempunyai
fungsi melaksanakan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan melalui kegiatan pelatihan, memiliki kewajiban untuk
menyiapkan fasilitasi pelatihan salah satunya adalah penyediaan bahan ajar
berupa modul pembelajaran. Modul pelatihan ini, diharapkan dapat menjadi

3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

acuan dan pengembangan proses pembelajaran pada Pelatihan Peningkatan


Kompetensi Guru Mata Pelajaran PPKn.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan modul ini.
Semoga modul pelatihan ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan
terutama kualitas kompetensi guru dalam melaksanakan tugas-tugas
pembelajarannya.

Batu, 18 Desember 2019

Kepala PPPPTK PKn dan IPS

Dr. H. Subandi, M.M.


NIP 196303251990031001

4
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ___________________________ 3
DAFTAR ISI ________________________________ 5
DAFTAR GAMBAR ___________________________ 11
DAFTAR TABEL _____________________________ 13
PENDAHULUAN _____________________________ 15
LATAR BELAKANG___________________________ 15
TUJUAN __________________________________ 16
PETA KOMPETENSI __________________________ 17
RUANG LINGKUP ___________________________ 19
SARAN PENGGUNAAN MODUL _________________ 20
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN WAWASAN
KEBANGSAAN ______________________________ 21
MATERI PU 01 _____________________________ 22
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN WAWASAN
KEBANGSAAN ______________________________ 22
A. PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER _________________________________ 22
B. WAWASAN KEBANGSAAN ________________________________________________ 33
MATERI PP 01 _____________________________ 52
PEMBELAJARAN KECAKAPAN ABAD XXI __________ 52
A. KOMPETENSI _______________________________________________________________ 52
B. INDIKATOR _________________________________________________________________ 52
C. URAIAN MATERI ___________________________________________________________ 52
1. Keterampilan Pembelajaran Abad XXI _____________________________________ 52
2. Prinsip Pokok Pembelajaran Abad XXI ____________________________________ 67
3. Penguatan Pembelajaran dengan HOTS dan Gerakan Literasi Sekolah _ 69
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN ______________________________________________ 73

5
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

1. Lembar Kegiatan ____________________________________________________________73


E. PENILAIAN __________________________________________________________________ 74
1. Latihan Soal __________________________________________________________________74
2. Refleksi _______________________________________________________________________75
F. REFERENSI _________________________________________________________________ 76
MATERI PP 02 ______________________________ 79
PANCASILA ________________________________ 79
A. KOMPETENSI _______________________________________________________________ 79
B. INDIKATOR _________________________________________________________________ 79
C. URAIAN MATERI ___________________________________________________________ 80
1. Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara __________________80
2. Proses Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara ___________________84
3. Perwujudan Semangat dan Komitmen Pendiri Negara dalam Proses
Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara ______________85
4. Hakikat Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup
Bangsa ______________________________________________________________________________86
5. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar Negara dan
Pandangan Hidup Bangsa _______________________________________________________88
6. Perbandingan Praktik Ideal dengan Praktik Riil Nilai-Nilai Pancasila
89
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN ______________________________________________ 91
1. Aktivitas 1____________________________________________________________________91
2. Aktivitas 2____________________________________________________________________91
E. PENILAIAN __________________________________________________________________ 94
1. Latihan Soal __________________________________________________________________94
2. Refleksi _______________________________________________________________________97
F. REFERENSI _________________________________________________________________ 97
MATERI PP 03 _____________________________ 100
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945 ____________________ 100
A. KOMPETENSI _____________________________________________________________ 100
B. INDIKATOR _______________________________________________________________ 100

6
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

C. URAIAN MATERI __________________________________________________________ 101


1. Perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. ______________________________________________________________________________ 107
2. Penyempurnaan Rancangan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 ___________________________________________________________ 110
3. Pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. ______________________________________________________________________________ 112
4. Dinamika Sistem Ketatanegaraan di Indonesia Berdasarkan Undang-
Undang Dasar. ____________________________________________________________________ 114
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN _____________________________________________ 154
1. Lembar Kegiatan 1________________________________________________________ 154
2. Lembar Kegiatan 2________________________________________________________ 155
E. PENILAIAN ________________________________________________________________ 156
F. REFERENSI ________________________________________________________________ 157
MATERI PP 04 ____________________________ 161
BHINNEKA TUNGAL IKA DALAM NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA ______________________ 161
A. KOMPETENSI ______________________________________________________________ 161
B. INDIKATOR ________________________________________________________________ 161
C. URAIAN MATERI __________________________________________________________ 161
1. Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia _____________________________ 161
2. Faktor Penyebab Keberagaman Masyarakat Indonesia _________________ 166
3. Makna Bhinneka Tunggal Ika ______________________________________________ 169
4. Arti Penting Keberagaman dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika _______ 171
5. Konsep cinta tanah air/bela negara_______________________________________ 174
6. Arti penting cinta tanah air/bela negara dalam kerangka NKRI________ 177
7. Bentuk perilaku cinta tanah air/bela negara dalam kerangka NKRI ___ 177
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN _____________________________________________ 180
1. Lembar Kegiatan 1________________________________________________________ 181
2. Lembar Kegiatan 2 _________________________________________________________ 182
E. PENILAIAN ________________________________________________________________ 183
F. REFERENSI ________________________________________________________________ 186

7
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

MATERI PP 05 _____________________________ 190


PENILAIAN DAN PENYUSUNAN SOAL HOTS ______ 190
A. KOMPETENSI _____________________________________________________________ 190
B. INDIKATOR _______________________________________________________________ 190
C. URAIAN MATERI _________________________________________________________ 191
1. Perbedaan Assessment for Learning, Assessment as Learning, dan
Assessment of Learning _______________________________________________________ 191
2. Perbedaan Prinsip, Ranah, Teknik, dan Bentuk Penilaian
Pembelajaran ___________________________________________________________________ 195
3. Perbedaan Karakteristik Soal HOTS dan bukan HOTS______________ 197
4. Level Soal Berdasarkan Kompleksitas Proses Kognitif _____________ 198
6. Merancang Soal HOTS Berbasis Aplikasi Quiz Creator _____________ 201
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN ____________________________________________ 202
1. Aktivitas 1___________________________________________________________________ 202
2. Aktivitas 2___________________________________________________________________ 202
3. Aktivitas 3___________________________________________________________________ 203
4. Aktivitas 4___________________________________________________________________ 206
E. PENILAIAN ________________________________________________________________ 209
F. REFERENSI _______________________________________________________________ 213
MATERI PP 06 _____________________________ 217
PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN _______ 217
A. KOMPETENSI _____________________________________________________________ 217
B. INDIKATOR _______________________________________________________________ 217
C. URAIAN MATERI _________________________________________________________ 217
1. Konsep Desain Pembelajaran _____________________________________________ 217
2. Pendekatan Saintifik _______________________________________________________ 218
3. Model-Model pembelajaran _______________________________________________ 218
4. Implementasi Model Pembelajaran dalam Mata Pelajaran _____________ 225
5. Langkah-langkah Desain Pembelajaran __________________________________ 226
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN ____________________________________________ 230
1. Lembar Kegiatan 1 _________________________________________________________ 230
E. PENILAIAN ________________________________________________________________ 230

8
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

F. REFERENSI ________________________________________________________________ 233


MATERI PP 07 ____________________________ 236
PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN INTERNET DALAM
PEMBELAJARAN ___________________________ 236
A. KOMPETENSI ______________________________________________________________ 236
B. INDIKATOR ________________________________________________________________ 236
C. URAIAN MATERI __________________________________________________________ 236
1. PENGANTAR & KONSEP INFOGRAFIS ____________________________________ 236
2. PROSEDUR MENYUSUN INFOGRAFIS ___________________________________ 240
3. JENIS-JENIS INFOGRAFIS _________________________________________________ 249
4. ANATOMI INFOGRAFIS ___________________________________________________ 256
5. STANDAR & KRITERIA INFOGRAFIS____________________________________ 259
6. APLIKASI PENDUKUNG PENYUSUNAN INFOGRAFIS _________________ 267
D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN ___________________________________________ 275
1. Lembar Kegiatan ___________________________________________________________ 275
E. PENILAIAN ________________________________________________________________ 276
F. REFERENSI ________________________________________________________________ 277
MATERI PP 08 ____________________________ 280
A. KOMPETENSI ______________________________________________________________ 280
2) INDIKATOR ________________________________________________________________ 280
3) URAIAN MATERI __________________________________________________________ 281
1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran ___________________ 281
2. Keterampilan Menjelaskan Materi Pembelajaran _______________________ 285
3. Keterampilan Bertanya ____________________________________________________ 289
4. Keterampilan Mengadakan Variasi _______________________________________ 295
5. Keterampilan Memberikan Penguatan ___________________________________ 301
6. Keterampilan Mengelola Kelas ____________________________________________ 303
D. AKTIVITAS KEGIATAN ___________________________________________________ 305
1. Lembar Kegiatan 1 _________________________________________________________ 305
2. Lembar Kegiatan 2 _________________________________________________________ 306
4) PENILAIAN ________________________________________________________________ 307

9
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

5) REFERENSI _______________________________________________________________ 308


PENUTUP _________________________________ 315

10
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Konsep Materi Profesional dan Pedagogik .................................................. 19


Gambar 2. Garuda Pancasila .............................................................................................................. 36
Gambar 3. Letak Geografis Indonesia ............................................................................................ 44
Gambar 4. Aspek Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ....................................................... 60
Gambar 5. Suasana Sidang BPUPKI.............................................................................................. 107
Gambar 6. Naskah Piagam Jakarta ............................................................................................... 109
Gambar 7. Suasana Sidang Pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 ........................................................................................................... 113
Gambar 8. Konferensi Meja Bundar ............................................................................................. 120
Gambar 9. Wilayah Republik Indonesia Serikat ..................................................................... 123
Gambar 10. Presiden Suharto resmi mengundurkan diri tanggal 21 Mei 2018 ....... 135
Gambar 11. Letak Strategis Wilayah Indonesia ...................................................................... 167
Gambar 12. Indonesia sebagai Negara Kepulauan Terbesar di dunia........................... 168
Gambar 13. Tulisan Bhinneka Tunggal Ika dalam Lambang Negara ............................. 170
Gambar 14. Keberagaman Masyarakat Indonesia ................................................................. 172
Gambar 15. Kemah Bela Negara Tingkat Nasional I 2018 di Pulau Sebatik, Kab.
Nunukan, Kalimantan Utara secara resmi dibuka oleh Ketua Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka Kak Adhyaksa Dault .......................................................................... 176
Gambar 16. Ronda di Siskamling .................................................................................................. 178
Gambar 17. Penanggulan/Pertolongan Akibat Bencana ..................................................... 179
Gambar 18. Belajar yang rajin di sekolah sebagai salah satu bentuk partisapsi cinta
tanah air dalam upaya bela negara................................................................................... 179
Gambar 19. Piramida Penilaian Pembelajaran Tradisional dan Modern ..................... 192
Gambar 20. Hubungan antara dimensi proses berpikir dan level kognitif ................. 198
Gambar 21. Humans Love Good Visuals .................................................................................... 237
Gambar 22. Tahapan Penyusunan Infografis ........................................................................... 241
Gambar 23. Template infografis statistik .................................................................................. 243
Gambar 24. Template Infografis Informasional ..................................................................... 243
Gambar 25. Template Infografis Kronologi .............................................................................. 244

11
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Gambar 26. Template Infografis Proses ..................................................................................... 244


Gambar 27. Template Infografis Geografis ............................................................................... 245
Gambar 28. Template Infografis Perbandingkan ................................................................... 245
Gambar 29. Template Infografis Hirarki .................................................................................... 246
Gambar 30. Template Infografis Chart-Centric ....................................................................... 246
Gambar 31. Template. Infografis Kombinasi ............................................................................ 247
Gambar 32. Contoh Infografis Statis ............................................................................................ 249
Gambar 33. Contoh Infografis Statis ............................................................................................ 250
Gambar 34. Contoh Infografis Animasi ....................................................................................... 251
Gambar 35. Contoh Infografis Interaktif .................................................................................... 252
Gambar 36. Contoh Infografis Statistik....................................................................................... 252
Gambar 37. Contoh Infografis Garis Waktu .............................................................................. 253
Gambar 38. Contoh Infografis Proses .......................................................................................... 254
Gambar 39. Contoh Infografis Lokasi/Letak/Geografis ...................................................... 255
Gambar 40. Anatomi Infografis ...................................................................................................... 256
Gambar 41. Anatomi Infografis ...................................................................................................... 257
Gambar 42. Anatomi Infografis ...................................................................................................... 258
Gambar 43. Anatomi lengkap dari sebuah infografis............................................................ 259

12
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Peta Kompetensi.................................................................................................................... 17


Tabel 2. Makna Simbol Pancasila ..................................................................................................... 38
Tabel 3. Implementasi Pembelajaran abad XXI ........................................................................ 54
Tabel 4. Indonesian Partnership for 21 Century Skill Standard (IP-21CSS) [4] .......... 55
Tabel 5. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan
Maknanya. ...................................................................................................................................... 57
Tabel 6. Proses Kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom. .............................................. 61
Tabel 7. Kata Kerja Operasional Ranah Kogntif ......................................................................... 62
Tabel 8. Proses Afektif Kartwohl dan Bloom .............................................................................. 63
Tabel 9. Kata Kerja Operasional Ranah Afektif .......................................................................... 64
Tabel 10. Proses Psikomotor ............................................................................................................. 65
Tabel 11. Kata kerja Operasional Ranah Psikomotor .............................................................. 65
Tabel 12. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah ...................................................... 71
Tabel 13. Identifikasi KD, IPK, Materi, Media dan Sumber, dan Model Pembelajaran
......................................................................................................................................................... 155
Tabel 14. Tahap Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, dan Alokasi Waktu ........... 155
Tabel 15. Persebaran Suku Bangsa di Indonesia.................................................................... 163
Tabel 16. Identitas Keragaman Agama di Indonesia ............................................................ 164
Tabel 17 Format Analisis ................................................................................................................. 181
Tabel 18 Identifikasi KD, IPK, Materi, Media dan Sumber, dan Model Pembelajaran
......................................................................................................................................................... 182
Tabel 19 Tahap Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, dan Alokasi Waktu ............ 182
Tabel 20. Perbedaan Assessment for, as, dan of Learning ................................................. 202
Tabel 21. Draft Peta Konsep............................................................................................................ 203
Tabel 22 Instrumen Telaah Soal HOTS Bentuk Pilihan Ganda ......................................... 204
Tabel 23. Instrumen Telaah Soal HOTS Bentuk Uraian ....................................................... 205
Tabel 24. Kisi-Kisi Penulisan Soal HOTS Bentuk Pilihan Ganda dan Uraian............... 208
Tabel 25. Kartu Soal HOTS Bentuk Pilihan Ganda ................................................................. 208
Tabel 26. Kartu Soal HOTS Bentuk Uraian ................................................................................ 209
Tabel 27. Perbedaan Assessment for, as, dan of Learning ................................................. 219

13
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Tabel 28. Langkah-langkah pembelajaran problem based learning .............................. 222


Tabel 29. Langkah langkah pembelajaran project based learning .................................. 224
Tabel 30. Format pasangan Kompetensi Dasar Pengetahuan dan Keterampilan..... 226
Tabel 31. Format Penetapan Target Kompetensi dasar ...................................................... 226
Tabel 32. Format Perumusan IPK ................................................................................................. 227
Tabel 33. Format Desain Pembelajaran berdasarkan Model Pembelajaran ............... 229
Tabel 34. Karakter konten platform sosial media .................................................................. 264
Tabel 35. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Peer Teaching ...................................... 306
Tabel 36. Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ............................................... 310

14
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Peningkatan kompetensi guru merupakan salah satu upaya yang


diberikan kepada para guru dalam rangka meningkatkan kualitas
kompetensinya agar mereka dapat mewujudkan pendidikan yang berkualitas
bagi anak didiknya. Untuk itulah diperlukan sebuah sistem diklat yang
berkualitas yang dapat memenuhi kebutuhan para pendidik di lapangan
dengan tidak meninggalkan idealisme keilmuannya.
Guna mewujudkan harapan tersebut diperlukan perencanaan dan
program diklat yang baik, salah satunya adalah tersedianya materi diklat yang
berkualitas dalam arti dapat memenuhi kebutuhan para guru di lapangan dan
tetap masih berpegang pada keilmuannya. Salah satu materi diklat yang
disusun dalam rangka pemenuhuan kebutuhan materi diklat bagi guru adalah
modul peningkatan kompetensi guru berbasis kecakapan abad 21 mata
pelajaran PPKn SMP. Modul ini disusun sebagai bahan ajar diklat maupun
panduan belajar mandiri oleh guru PPKn SMP. Modul yang terdiri dari
kompetensi pedagogik dan profesional ini berisi materi, metode, batasan-
batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara sistematis dan menarik
untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya.

15
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

TUJUAN

Tujuan penyusunan modul ini adalah sebagai panduan belajar bagi


peserta diklat dalam memahami materi PPKn SMP dalam upaya peningkatan
kompetensi. Modul ini mengkaji materi pedagogik dan profesional. Materi
profesional terkait dengan materi PPKn SMP yang disesuaikan dengan
Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pada Kurikulum 2013
Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah, di antaranya mencakup: 1)
Pembelajaran Kecakapan Abad XXI, 2) Pancasila, 3) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan 4) Bhinneka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Sementara itu, materi pedagogik berhubungan dengan materi yang
mendukung proses pembelajaran Guru PPKn SMP seperti Penilaian dan
Penyusunan Soal HOTS, Pengembangan Desain Pembelajaran, Pemanfaatan
Teknologi dan Internet dalam Pembelajaran, serta Pemantapan Kemampuan
Mengajar.

16
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

PETA KOMPETENSI

Kompetensi yang ingin dicapai setelah peserta diklat mempelajari Modul


tertuang dalam tabel berikut.

Tabel 1. Peta Kompetensi


No Nama Mata Diklat Kompetensi

1. Pembelajaran Kecakapan 1. Menganalisis pembelajaran kecakapan


Abad XXI abad 21

2. Pancasila 1. Menganalisis proses perumusan dan


penetapan Pancasila sebagai Dasar
Negara
2. Membandingkan antara peristiwa dan
dinamika yang terjadi di masyarakat
dengan praktik ideal Pancasila sebagai
dasar negara dan pandangan hidup
bangsa

3 UUD Negara Republik 1. Menganalisis sejarah perumusan dan


Indonesia Tahun 1945 penetapan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
2. Menganalisis dinamika Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesi Tahun
1945.
3. Menganalisis perubahan Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Indoneesia Tahun 1945.
4. Menganalisis arti penting Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
5. Menganalisis semangat kebangsaan
dan kebernegaraan yang ditunjukan
para pendiri Negara dalam menetapkan
UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional.

17
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

No Nama Mata Diklat Kompetensi

4. Bhinneka Tunggal Ika 1. Menganalisis keberagaman suku,


dalam NKRI agama, ras dan antargolongan dalam
bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
2. Mengkreasikan konsep cinta tanah
air/bela negara dalam konteks Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

5. Penilaian dan Penyusunan 1. Menganalisis perbedaan assessment for


Soal HOTS learning, assessment as learning, dan
assessment of learning
2. Menganalisis prinsip, ranah, teknik, dan
bentuk penilaian pembelajaran
3. Menyusun soal HOTS
6. Pengembangan Desain 1. Mengaplikasikan desain pembelajaran
Pembelajaran 2. Mengembangkan desain pembelajaran

7. Pemanfaatan Teknologi 1. Mengembangan infografis dalam


dan Internet dalam pembelajaran
Pembelajaran 2. Memanfaatkan infografis dalam
pembelajaran
8. Pemantapan Kemampuan 1. Melaksanakan praktik pembelajaran
Mengajar (peer teaching) secara efektif.
2. Melakukan refleksi terhadap praktik
pembelajaran yang telah dilaksanakan

18
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup modul dideskripsikan dalam peta konsep berikut ini.

Pancasila

Profesional UUD NRI Tahun 1945

Bhinneka Tunggal Ika dalam NKRI

Materi PPKn
SMP
Pembelajaran Kecakapan Abad XXI

Penilaian dan Penyusunan Soal HOTS


Pedagogik
Pengembangan Desain Pembelajaran

Pemanfaatan Teknologi dan Internet


dalam Pembelajaran

Pemantapan Kemampuan Mengajar

Gambar 1. Peta Konsep Materi Profesional dan Pedagogik

19
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

SARAN PENGGUNAAN MODUL

Materi modul ini terbagi menjadi beberapa kompetensi seperti


tercantum pada ruang lingkup di atas. Anda dapat mempelajari
keseluruhan modul ini secara berurutan. Jangan melanjutkan pada materi
selanjutnya sebelum benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam
modul ini karena masing-masing saling berkaitan. Setiap kegiatan
pembelajaran dilengkapi dengan aktivitas pembelajaran, soal-soal
penilaian, dan refleksi. Soal-soal penilaian menjadi alat ukur tingkat
penguasaan Anda setelah mempelajari materi modul ini. Jika penguasaan

Anda dalam setiap kegiatan ≤ 75%, Anda harus mempelajari ulang materi

tersebut. Bila mengalami kesulitan dalam memahami materi dalam modul


ini, silakan berdiskusi dengan teman atau fasilitator Anda.

20
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

MATERI PU 01
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN
WAWASAN KEBANGSAAN

21
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

MATERI PU 01

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN


WAWASAN KEBANGSAAN

A. PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

Deskripsi Singkat

Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan karakter yang


memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional,
spiritual, dan kepribadian seseorang. Pendidikan karakter merupakan
bagian yang sangat penting dalam membangun jati diri bangsa Indonesia.

Pendidikan karakter dalam dunia pendidikan dijadikan sebagai wadah


untuk membentuk kepribadian peserta didik menjadi lebih baik, lebih
bermoral (moral Pancasila), cerdas dan rasional, inovatif, dan suka
bekerja keras.

Setelah membaca modul ini diharapkan peserta dapat:


1. Menjelaskan urgensi PPK dalam pembelajaran abad XXi
2. Mengidentifikasi praktik baik implementasi PPK di dalam
pembelajaran, kelas, dan program unggulan sekolah
3. Merancang implementasi PPK dalam program sekolah
Pengantar
Menghadapi tantangan abad XXI serta derasnya perkembangan teknologi
dan informasi di era industri 4.0, peserta didik harus dibekali sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang sesuai dan memadai. Pada era ini
keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa agar dapat memenangkan
persaingan adalah karakter, literasi, dan kompetensi 4C (critical thinking,
communication, collaboration, and creativity). Semuanya harus dikuasai

22
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

oleh siswa agar mereka mampu meraih keunggulan bersaing dan mampu
mewujudkan dirinya sebgai generasi emas 2045.
Penguatan pendidikan karakter merupakan program pendidikan di
sekolah yang bertujuan untuk memperkuat karakter siswa melalui
harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan
dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan
masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM). Fakta-fakta yang mendukung pentingnya pelaksanaan
PPK antara lain: (a) besarnya populasi siswa, guru, dan sekolah yang
tersebar di seluruh Indonesia; (b) belum optimalnya sinergi tanggung
jawab terhadap pendidikan karakter anak antara sekolah, orang tua dan
masyarakat; (c) Pengaruh negatif globalisasi terutama terhadap gaya
hidup remaja, serta pudarnya nilai-nilai religiusitas dan kearifan lokal
bangsa; serta (d) Terbatasnya pendampingan orang tua mengakibatkan
krisis identitas dan disorientasi tujuan hidup anak.

Program PPK bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai pembentukan


karakter bangsa kepada siswa secara massif dan efektif melalui
implementasi nilai-nilai utama Gerakan Nasional Revolusi Mental. Nilai
tersebut mencakup nilai religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong-
royong dan integritas.

1. Nilai-nilai Utama dalam PPK


a. Religiositas
Kemendikbud (2016) menjelaskan karakter religiositas mencerminkan
keberimanan terhadap Tuhan YME yang diwujudkan dalam perilaku
untuk melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,
menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi toleransi terhadap
pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan, hidup rukun dan damai
dengan pemeluk agama lain.

23
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Nilai karakter religiositas ini meliputi tiga dimensi relasi (a) individu
dengan Tuhan, (b) individu dengan sesama, dan (c) individu dengan alam
semesta (lingkungan). Nilai karakter religiositas ini ditunjukkan dalam
perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan-Nya. Subnilai
religiositas meliputi: cinta damai, toleransi, menghargai
perbedaan agama, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama lintas agama,
antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan
kehendak, melindungi yang kecil dan tersisih.
b. Nasionalisme
Karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai Nasionalisme antara
lain mengapresiasi budaya bangsa sendiri; menjaga kekayaan budaya
nasional; rela berkorban; unggul dan berprestasi, cinta tanah air; menjaga
lingkungan; taat hukum; disiplin; serta menghormati keragaman budaya,
suku, dan agama.
c. Kemandirian
Karakter kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak
bergantung pada bantuan orang lain dan mempergunakan segala tenaga,
pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-
cita. Subnilai kemandirian antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh
tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan
menjadi pembelajar sepanjang hayat.
d. Gotong Royong
Karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat
kerjasama dalam menyelesaikan persoalan, memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, bersahabat dengan orang lain dan memberi bantuan
pada mereka yang membutuhkan pertolongan. Subnilai gotong royong

24
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan


bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati,
antidiskriminasi, antikekerasan, sikap kerelawanan.
e. Integritas
Karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku dalam
upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan
kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara,
aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi antara tindakan
dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara
lain: kejujuran,cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi,
keadilan, tanggung jawab, keteladanan, menghargai martabat individu
(terutama disabilitas).

2. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter


a. PPK Berbasis Kelas
Pengintegrasian PPK dalam Kurikulum
Pengintegrasian PPK dalam kurikulum mengandung arti bahwa pendidik
mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dalam proses pembelajaran
dalam setiap mata pelajaran. Maksud pengintegrasian ini adalah
menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran,
dan mempraktikkan nilai-nilai PPK.
Langkah-langkah menerapkan PPK melalui pembelajaran terintegrasi
dalam kurikulum, dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut.
1) Menganalisis KD dengan cara mengidentifikasi nilai-nilai yang
terkandung dalam materi pembelajaran;
2) Mendesain RPP dengan mengintegrasikan nilai karakter yang hendak
dikuatkan. Sebaiknya jumlah subnilai tidak terlalu banyak sehingga
dapat lebih fokus. Misalnya tiga subnilai.

25
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

3) Melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP. Dalam praktik


pembelajaran ini meskipun fokus PPK terbatas pada beberapa nilai,
tetapi guru dapat mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan
situasi dan kondisi pembelajaran.
4) Melaksanakan penilaian otentik terhadap nilai karakter yang
dikembangkan dengan mencatatnya dalam jurnal penilaian sikap.
Caranya dengan mencatat karakter positif dan negatif yang dominan
muncul seperti dalam pedoman penilaian sikap dalam Kurikulum 2013.
Peserta didik yang menunjukkan karakter negatif harus ditindaklanjuti
dengan pembinaan karena penilaian sikap bertujuan untuk pembinaan.
5) Melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses
pembelajaran.

PPK melalui Manajemen Kelas


Manajemen kelas (pengelolaan kelas) adalah momen pendidikan yang
menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki
otonomi dalam proses pembelajaran untuk mengarahkan, membangun
kultur pembelajaran, mengevaluasi dan mengajak seluruh komunitas
kelas membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran menjadi
lebih efektif dan berhasil.
Pendidik memiliki kewenangan dalam mempersiapkan (sebelum masuk
kelas), proses mengajar, dan setelah pengajaran, dengan mempersiapkan
skenario pembelajaran yang berfokus pada nilai-nilai utama karakter.
Manajemen kelas yang baik akan membantu peserta didik belajar dengan
lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam proses
pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilai-nilai
pendidikan karakter.

26
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

PPK Melalui Penggunaan Model dan Metode Pembelajaran


Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan
melalui pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode
pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang dipilih harus dapat
membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan,
tetapi tetap mengakomodasi penguatan pendidikan karakter. Karakter
tidak dibelajarkan sebagai pengetahuan, tetapi melalui seluruh proses
pembelajaran yang dilaksanakan.
Guru dituntut untuk memilih pendekatan, model, dan metode
pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk meningkatkan
keterampilan yang dibutuhkan pada abad ke-21. Keterampilan yang
dimaksud mencakup kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication
skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam
pembelajaran (collaborative learning).
Pendekatan pembelajaran yang memungkinkan guru menguatkan
kecakapan abad ke-21 antara lain pembelajaran saintifik (scientific
learning) dan pembelajaran berbasis teks (text-based instruction/genre
based instruction)
Berikut ini adalah model pembelajaran yang mendorong peserta didik
untuk menggunakan kecakapan abad ke-21 sesuai dengan Permendikbud
Nomor 22 tahun 2016.
1) Pembelajaran melalui penelitian/penyingkapan (Inquiry/discovery
learning).
2) Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning),
3) Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning)
Penggunaan model pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan
beberapa metode seperti diskusi, presentasi, penugasan, debat, dan
percobaan. Sedapat mungkin pembelajaran dilakukan dengan
memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

27
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Melalui diskusi dapat ditanamkan karakter gotong royong karena peserta


didik dituntut untuk bekerja sama, menghargai orang lain, dan tanggung
jawab. Metode penugasan dapat digunakan untuk menguatkan karakter
kemandirian karena peserta didik dituntut untuk kreatif dan menjadi
pembelajar sepanjang hayat.

PPK Melalui Pembelajaran Tematik


Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran tematik adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan mengalokasikan waktu khusus untuk mengajarkan nilai-nilai
tertentu. Tema-tema yang mengandung nilai utama PPK diajarkan dalam
bentuk pembelajaran di kelas ini diharapkan semakin memperkaya
praktis PPK di sekolah. Satuan pendidikan mendesain sendiri tema dan
prioritas nilai pendidikan karakter apa yang akan mereka tekankan.
Satuan pendidikan dapat menyediakan guru khusus atau memberdayakan
guru yang ada untuk mengajarkan materi tentang nilai-nilai tertentu
untuk memperkuat pendidikan karakter.
PPK melalui pembelajaran tematik ini antara lain dapat diwujudkan
melalui kegiatan puncak tema. Dalam kegiatan ini, guru dapat menyiapkan
pembelajaran berbasis projek (PjBL) yang menuntut keterampilan
berpikir tingkat tinggi untuk menyelesaikan projeknya. Proses
penyelesaian projek secara tidak langsung menuntut peserta didik untuk
menerapkan karakter-karakter yang hendak dikuatkan. Contoh kegiatan
dalam projek dilakukan dengan mengundang narasumber baik praktisi
maupun pakar atau mengajak peserta didik melakukan kunjungan ke
kebun raya, pabrik, atau tempat lain dengan melibatkan orang lain sebagai
narasumber.

28
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

PPK Melalui Gerakan Literasi


Gerakan literasi merupakan kegiatan mengasah kemampuan mengakses,
memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan
cerdas berlandaskan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan
berbicara untuk menumbuhkembangkan karakter seseorang menjadi
tangguh, kuat, dan baik. Berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan secara
terencana dan terprogram sedemikian rupa, baik dalam kegiatan berbasis
kelas maupun kegiatan berbasis budaya sekolah, dan komunitas
masyarakat.
Dalam konteks kegiatan PPK berbasis kelas, kegiatan-kegiatan literasi
dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan mata pelajaran
yang ada dalam struktur kurikulum. Setiap guru dapat mengajak peserta
didik membaca, menulis, menyimak, dan mengomunikasikan secara teliti,
cermat, dan tepat tentang suatu tema atau topik yang ada di berbagai
sumber, baik buku, surat kabar, media sosial, maupun media-media lain.
Dalam hubungan ini diperlukan ketersediaan sumber-sumber informasi
di sekolah, antara lain buku, surat kabar, media audio visual, dan internet.
Oleh sebab itu, keberadaan dan peranan pojok baca, perpustakaan
sekolah, dan jaringan internet menjadi penting untuk mendukung
pelaksanaan pembelajaran.

b. PPK Berbasis Budaya Sekolah


Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan sebuah
kegiatan untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang
mendukung praksis PPK mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan
seluruh sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di sekolah.
Pengembangan PPK berbasis budaya sekolah termasuk di dalamnya
keseluruhan tata kelola sekolah, desain Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), serta pembuatan peraturan dan tata tertib sekolah.
Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah berfokus pada

29
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

pembiasaan dan pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-nilai


utama PPK yang menjadi prioritas satuan pendidikan. Pembiasaan ini
diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di sekolah yang tercermin dari
suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif.

c. PPK Berbasis Masyarakat


Satuan pendidikan tidak dapat menutup diri dari kemungkinan
berkolaborasi dengan lembaga, komunitas, dan masyarakat lain di luar
lingkungan sekolah. Pelibatan publik dibutuhkan karena kolaborasi dan
kerja sama antara komunitas dan satuan pendidikan di luar sekolah
sangat diperlukan dalam penguatan pendidikan karakter.
Komunitas di luar satuan pendidikan yang dapat dilibatkan dalam
penguatan pendidikan karakter antara lain sebagai berikut.
1) komunitas orang tua-peserta didik atau paguyuban orang tua, baik per
kelas maupun per sekolah;
2) komunitas pengelola pusat kesenian dan budaya, yaitu berbagai
perkumpulan, kelompok hobi, sanggar kesenian, bengkel teater,
padepokan silat, studio musik, bengkel seni, dan lain-lain, yang
merupakan pusat pengembangan kebudayaan lokal dan modern;
3) lembaga-lembaga pemerintah seperti BNN, Kepolisian, KPK,
Kemenkes, Kemenpora, dan lain-lain;
4) lembaga atau komunitas yang menyediakan sumber-sumber
pembelajaran (perpustakaan, museum, situs budaya, cagar budaya,
paguyuban pecinta lingkungan, komunitas hewan piaraan);
5) komunitas masyarakat sipil pegiat pendidikan;
6) komunitas keagamaan;
7) Komunitas seniman dan budayawan lokal (pemusik, perupa, penari,
pelukis, dan lain-lain);
8) lembaga bisnis dan perusahaan yang memiliki relevansi dan komitmen
dengan dunia pendidikan;

30
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

9) lembaga penyiaran media, seperti televisi, koran, majalah, radio, dan


lain-lain.
Bentuk kolaborasi itu antara lain sebagai berikut.
1) pembelajaran berbasis museum, cagar budaya, dan sanggar seni
Sekolah dapat melaksanakan program PPK berbasis masyarakat
dengan bekerja sama memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran
yang ada di lingkungan sekitar mereka.
2) mentoring dengan seniman dan budayawan lokal. Bila sebuah satuan
pendidikan memiliki tokoh-tokoh budayawan dan seniman lokal, dan
memiliki tradisi dan kesenian khusus, satuan pendidikan tersebut
dapat membangun kolaborasi dan kerja sama untuk pengembangan
kesenimanan peserta didik melalui program mentoring, tutoring,
seniman masuk sekolah, atau belajar bersama maestro.
3) kelas Inspirasi
Setiap kelas bisa mengadakan kelas yang memberikan inspirasi bagi
peserta didik dengan mendatangkan individu dari luar yang memiliki
profesi sangat beragam. Satuan pendidikan dapat mengundang
narasumber dari kalangan orang tua maupun tokoh masyarakat
setempat. Orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat bisa menjadi sumber
pembelajaran yang menginspirasi nilai-nilai pembentukan dan
penguatan karakter dalam diri peserta didik.
4) program Siaran Radio On-air
Satuan pendidikan bisa bekerja sama dengan media cetak, elektronik,
dan penyiaran untuk mempromosikan nilai-nilai penguatan karakter
ke dalam masyarakat, dan mengajak peserta didik untuk menjadi
teladan dalam pemikiran dan tindakan. Satuan pendidikan bisa
mengadakan kerja sama untuk siaran on- air yang membahas tentang
penguatan pendidikan karakter di sekolah.
5) kolaborasi dengan media televisi, koran, dan majalah

31
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Satuan pendidikan bisa melakukan kerja sama dan kolaborasi dengan


berbagai stasiun televisi untuk peliputan maupun pembuatan kegiatan
terkait dengan penguatan program pendidikan karakter di sekolah.
Seluruh media ini dapat menjadi mitra dalam rangka memperkuat dan
mempromosikan pendidikan karakter.
6) gerakan literasi
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan literasi di dalam diri
peserta didik, setiap sekolah dapat membangun kerja sama dengan
instansi lain yang relevan dalam rangka pengembangan literasi
sekolah, seperti toko buku, penerbit, dan percetakan, gerakan
masyarakat peduli literasi pendidikan, sanggar-sanggar baca,
perpustakaan daerah, dan perpustakaan nasional.
7) literasi digital juga bisa digalakkan oleh satuan pendidikan dengan
memanfaatkan kerjasama melalui berbagai pihak terkait, seperti
Menkominfo, maupun organisasi-organisasi dan pegiat literasi digital.
Inti kegiatan ini adalah memperkuat kemampuan literasi digital
peserta didik.
8) kolaborasi dengan Perguruan Tinggi
Satuan pendidikan dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam
rangka pengembangan kapasitas guru. Perguruan tinggi memiliki salah
satu misi mereka terkait dengan pengabdian masyarakat. Satuan
pendidikan dapat membangun kolaborasi dengan perguruan tinggi
dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan pembelajaran para
guru. Sebaliknya, perguruan tinggi dapat memanfaatkan pengalaman
satuan pendidikan sebagai laboratorium bagi pengembangan teori-
teori pendidikan dan pembelajaran, yang pada akhirnya akan
membantu meningkatkan keterampilan dan kompetensi pendidik.
9) program magang kerja
Satuan pendidikan dapatbekerja sama dengan komunitas bisnis untuk
menyediakan sumber daya dan kesempatan bagi para peserta didik

32
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

agar dapat menerapkan ilmu dan keterampilan yang mereka pelajari


dilingkungan kerja secara nyata. Program magang di perusahaan dan
tempat-tempat bekerja bisa menjadi kegiatan untuk memperkuat
pendidikan karakter peserta didik sehingga memiliki pengalaman yang
lebih luas terkait disiplin ilmu yang sedang dipelajarinya.
10)kerja Sama dengan Komunitas Keagamaan untuk sekolah-sekolah
dengan ciri khas keagamaan tertentu, pembentukan nilai-nilai
spiritual dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan
lembaga-lembaga dan komunitas keagamaan tertentu yang mampu
membantu menumbuhkan semangat kerohanian yang mendalam,
terbuka pada dialog, yang akan membantu setiap individu, terutama
peserta didik agar dapat memiliki pemahaman dan praktik ajaran
agama secara benar dan toleran.

B. WAWASAN KEBANGSAAN

Deskripsi Singkat
Konsep Wawasan kebangsaan perlu dipahami dan dihayati oleh seluruh
bangsa Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan cita-cita dan
tujuan berbangsa dan bernegara yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai
integritas, etos kerja, dan gotong royong

Setiap warga negara wajib mengimplementasikan sudut pandang


mengenai diri dan tanah air demi penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat dengan baik. Wujud wawasan kebangsaan dapat dilihat
dari tata laku baik lahiriah dan batiniah yang mencerminkan warga
Indonesia sejati.

Dalam proses pembelajaran di sekolah perlu ditekankan implementasi


wawasan kebangsaan kepada siswa yang merupakan bagian dari warga

33
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

negara. Semangat kebangsaan yang tinggi akan menyadarkan siswa


betapa pentingnya makna persatuan dalam naungan NKRI.

Setelah membaca modul ini diharapkan peserta dapat memahami


implementasi wawasan kebangsaan dalam pembelajaran abad ke-21

Pengantar

Perkembangan teknologi dan informasi di era industri 4.0 berpengaruh


terhadap semua aspek kehidupan. Termasuk terhadap eksistensi serta
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam
kondisi ini pemahaman wawasan kebangsaan dan kesadaran untuk
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari perlu untuk
ditumbuhkembangkan kembali.

1. Konsep Masyarakat Multikultural


Istilah masyarakat multikultural terdiri atas tiga kata, yakni: “masyarakat”,
“multi”, dan “kultural”. “Masyarakat” artinya yaitu sebagai satu kesatuan
hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu
yang bersifat terus menerus dan terikat oleh perasaan bersama, “Multi”
berarti banyak atau beranekaragam, dan “kultural” berarti budaya. Jadi,
masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas banyak
struktur kebudayaan.
Dalam konteks yang lebih luas, beberapa ahli mendefinisikan masyarakat
multikultural secara beragam.
Nasikun (2004) mengungkapkan bahwa suatu masyarakat multikultural
yang sifatnya majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktural
mempunyai subkebudayaan yang bersifat “diverse” yang ditandai oleh
kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota
masyarakat dan sistem nilai dari kesatuan sosial, dan ditandai dengan
sering munculnya konflik sosial.

34
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Liliweri (2005:57-62) mengistilahkan masyarakat multikultural sebagai


suatu masyarakat yang struktur penduduknya terdiri dari beragam etnik,
dan keragaman itu menjadi sumber keragaman kebudayaan atau subkultur
dari masing-masing etnik.
Parekh (1997:167) menyebutkan bahwa masyarakat multikultural adalah
masyarakat yang mempunyai banyak agama, bahasa, dan budaya. Di
dalamnya mencakup beragam kelompok dengan sistem gagasan, nilai-nilai,
organisasi sosial, sejarah, kebiasaan, dan perilaku.
Kymlicka (2002:13-49) menjelaskan konsep multikultural sebagai
seperangkat gagasan yang relatif mempunyai koherensi dengan gagasan
yang membentuk sebuah mosaik kebudayaan yang terbentuk oleh
kompleksitas akibat interseksi dari ras, etnik, kelas sosial, gender, bahasa,
agama, orientasi seksual, hingga kemampuan personal.
Masyarakat multikultural pada hakikatnya merupakan masyarakat yang
mempunyai banyak suku bangsa dan budaya dengan beragam adat istiadat
dalam kerangka hidup bersama berdampingan satu sama lain yang
sederajat dan saling berinterseksi dalam suatu tatanan kesatuan sosial dan
politik.
Bagi bangsa Indonesia keragaman masyarakat multikultural pada satu sisi
dapat menjadi kekayaan bangsa, tetapi di sisi lain sangat rawan memicu
konflik dan perpecahan. Dalam konteks inilah semboyan Bhinneka Tunggal
Ika mempunyai peran strategis dalam menjaga tetap tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemahaman dan penerapan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang terdapat dalam lambang negara, Garuda
Pancasila merupakan bagian dari kesatuan yang tak dapat dipisahkan
dengan penerapan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

2. Makna Simbol Garuda Pancasila

35
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Gambar 2. Garuda Pancasila


Simbol Garuda Pancasila terdiri atas tiga komponen utama yaitu Burung
Garuda, Perisai, dan Pita Putih. Burung Garuda menengok dengan
kepalanya lurus ke kanan menggambarkan kebaikan (tujuan baik) sebagai
cita-cita sekaligus kondisi yang hendak diciptakan oleh Negara Indonesia.
Seluruh bagian tubuh burung Garuda berwarna emas melambangkan
warna kemegahan, kebesaran bangsa Indonesia atau keluhuran Negara.
Makna burung Garuda yang digantungi perisai dengan memakai paruh,
sayap, ekor dan cakar adalah lambang tenaga pembangunan seperti yang
dikenal pada peradaban Indonesia.
Kaki mencengkeram seloka (pita putih) bertuliskan “Bhinneka Tunggal
Ika”, melambangkan keteguhan negara dalam menggalang persatuan dan
kesatuan bangsa, yang hidup menggambarkan kesatuan dalam perbedaan
(yang berbeda-beda itu pada dasarnya adalah satu);
Istilah Bhinneka Tunggal Ika dikutip dari buku Sutasoma yang dikarang
oleh seorang pujangga di abad ke-14 dari Kerajaan Majapahit, Mpu
Tantular. Kata tersebut memiliki arti sebagai persatuan dan kesatuan Nusa
dan Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau, ras, suku, bangsa,
adat, kebudayaan, bahasa, serta agama.
Perisai Pancasila yang dikalungkan pada leher lambang negara,
melambangkan bahwa hidup dan mati Garuda Pancasila (Negara Kesatuan

36
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Republik Indonesia) tergantung pada Pancasila sebagai dasar negara dan


pandangan hidup bangsa Indonesia;
Jumlah bulu juga melambangkan makna tersendiri. Sayap Garuda berbulu
17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher berbulu 45
menunjukkan proklamasi kemerdekaan Indonesia yaitu tanggal 17, bulan 8
(Agustus) dan tahun 1945.
Perisai atau tameng berupa jantung yang digantung dengan rantai pada
leher garuda melambangkan kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai
senjata dalam perjuangan mencapai tujuan dengan melindungi diri.
Perkakas perjuangan ini dijadikan lambang, wujud, dan artinya tetap tidak
berubah-ubah, yaitu lambang perjuangan dan perlindungan. Dengan
mengambil bentuk perisai itu, maka Republik Indonesia berhubungan
langsung dengan peradaban Indonesia asli.
Garis tebal warna hitam di tengah perisai melukiskan katulistiwa itu. Ini
melambangnkan Rebublik Indonesia sebagai satu-satunya negara asli yang
merdeka, berdaulat, di permukaan bumi berhawa panas; garis katulistiwa
melewati Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Dalam perisai yang terdapat pada Burung Garuda terdapat lima buah
simbol yang masing-masing melambangkan sila-sila dari dasar negara
Pancasila. Perisai yang dikalungkan tersebut melambangkan pertahanan
Indonesia. Pada bagian tengah perisai tersebut terdapat simbol bintang
yang memiliki lima sudut. Bintang tersebut melambangkan sila pertama
Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Bintang tersebut sebagai sebuah
cahaya melambangkan cahaya kerohanian yang dipancarkan oleh Tuhan
kepada setiap manusia.
Makna lima simbol di dalam ruangan perisai yaitu bintang bersudut lima,
rantai emas, pohon beringin, kepala banteng, padi dan kapas adalah:
a) Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa terlukis dengan nur cahaya di ruangan
tengah berbentuk bintang bersudut lima

37
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

b) Dasar peri Kemanusiaan dilukiskan dengan tali rantai bermata bulatan


dan pesagi melambangkan laki-laki dan perempuan
c) Dasar Persatuan dilukiskan dengan pohon beringin, tempat berlindung
d) Dasar Kerakyatan dilukiskan dengan kepala banteng sebagai lambing
tenaga rakyat
e) Dasar Keadilan Sosial dilukiskan dengan kapas dan padi sebagai tanda
tujuan kemakmuran.
Pemahaman terhadap lambang negara Garuda Pancasila menjadi sangat
penting dan sangat relevan bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari pelbagai
macam suku, ras, budaya, adat, bahasa dan agama. Apabila seluruh
masyarakat Indonesia bisa memahami filosofi lambang negara tersebut
dengan baik, keutuhan dan persatuan bangsa dapat terjaga. Dengan dasar
negara yang kuat, Indonesia akan menjadi negara besar, maju, dan
rakyatnya sejahtera.
Tabel 2. Makna Simbol Pancasila

LAMBANG Makna

Bintang Bersudut Lima

• Bintang merupakan lambang dari sila pertama.


• Bintang emas dengan perisai hitam melambangkan
sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Bintang emas ini diartikan sebagai cahaya
kerohanian bagi setiap manusia.
• Latar belakang berwarna hitam melambangkan
warna alam atau warna asli yang menunjukkan
bahwa Tuhan sebagai sumber dari segala sesuatu
dan sudah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini
ada.

38
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

LAMBANG Makna

Rantai Emas

• Rantai merupakan lambang sila kedua,


Kemanusiaan yang adil dan beradab.
• Gambar rantai yang disusun atas gelang-gelang
kecil ini menandakan hubungan manusia satu sama
lain yang saling membantu.
• Rantai yang terdapat pada sila kedua ini terdiri atas
mata rantai berbentuk segi empat dan lingkaran
yang saling terkait membentuk lingkaran.
• Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki dan
lingkaran melambangkan perempuan.
• Kandungan nilai moral: sesama manusia harus
saling membantu satu sama lain dan perlu bersatu
sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.

Pohon Beringin

• Pohon beringin ini melambangkan sila ketiga,


Persatuan Indonesia.
• Pohon beringin merupakan pohon besar yang bisa
digunakan banyak orang sebagai tempat berteduh
di bawahnya. Ini dipandang dapat menggambarkan
bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia dapat
menjadi “tempat berteduh” bagi reluruh akyat
Indonesia.
• Pohon beringin memiliki memiliki sulur dan akar
yang menjalar ke segala arah. Hal ini dikorelasikan
dengan keragaman suku bangsa yang menyatu di
bawah nama Indonesia.

39
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

LAMBANG Makna

• Akar ini tumbuh sampai ke dalam tanah dan


menggambarkan kesatuan dan persatuan
Indonesia.

Kepala Banteng

• Kepala Banteng merupakan lambang ila keempat,


Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
• Kepala Banteng digunakan karena banteng
merupakan hewan sosial yang suka berkumpul,
seperti halnya musyawarah di mana orang-orang
berdiskusi dan berkumpul untuk melahirkan suatu
keputusan.

Padi dan Kapas

• Padi kapas ini melambangkan sila kelima, Keadilan


sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
• Kapas dan padi dianggap dapat mewakili sila
kelima karena padi dan kapas merupakan
kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan
sandang, sebagai syarat utama untuk mencapai
kemakmuran. Hal itu sesuai dengan tujuan utama
sila kelima

40
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

3. Konsep Pahlawan
Secara etimologi kata "pahlawan" berasal dari bahasa Sansekerta "phala",
yang bermakna hasil atau buah. Dalam bahasa Jawa Kuna, kata “Pahlawan”
berasal dari kata phala berarti buah atau hasil, upah. Dengan demikian arti
kata pahlawan ialah orang yang telah mencapai hasil atau buah dari hasil
kerjanya atau usahanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
pahlawan dimaknai sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan
pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani.
Pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi
kepentingan orang banyak. Perbuatannya memiliki pengaruh terhadap
tingkah laku orang lain karena dinilai mulia dan bermanfaat bagi kepentingan
masyarakat bangsa atau umat manusia.
Pahlawan sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam prestasi gemilang
dalam bidang kemiliteran. Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang
berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa dan atau umat manusia tanpa
menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia sehingga rela berkorban
demi tercapainya tujuan dilandasi sikap tanpa pamrih pribadi.
Seorang pahlawan bangsa yang dengan sepenuh hati mencintai negara
bangsanya sehingga rela berkorban demi kelestarian dan kejayaan bangsa
negaranya disebut juga sebagai patriot.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau dan mampu menghargai sejarah
perjuangan para pendahulunya.” Pernyataan tersebut merupakan refleksi
bahwa situasi yang ada saat ini dibangun berdasarkan perjuangan para
pahlawan. Perjuangan fisik dan diplomasi yang dilakukan para pejuang hingga
generasi saat ini dapat menikmati kemerdekaan.
Menurut Kementerian Sosial Republik Indonesia yang disebut pahlawan atau
para pahlawan adalah figur yang mewariskan serangkaian nilai-nilai luhur
yang disebut nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan
sosial yang bercirikan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cinta bangsa dan
tanah air, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, ulet, tangguh

41
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

dan pantang menyerah, serta percaya pada kemampuan sendiri, patut kita
lestarikan, hayati, teladani dan amalkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kriteria kepahlawanan tersebut merupakan
prasyarat yang harus dipenuhi bagi setiap komponen.
Figur pahlawan nasional Indonesia sampai masa kini masih bertumpu pada
sosok pejuang yang anti kolonialisme dan imperialisme dan belum menyentuh
bidang lain seperti pejuang masalah lingkungan, kemanusiaan, IPTEK, atau
bidang lain di luar masalah tersebut.
Seiring waktu berganti, makna pahlawan pun mulai bergeser. Pahlawan tak
lagi hanya para pejuang yang berjuang dalam peperangan, namun juga yang
dianggap mampu membawa harum nama bangsa. Kategori pahlawan pun ada
banyak, tergantung dengan prestasi yang disumbangkannya dan bidangnya
masing-masing.
Istilah pahlawan sering disamakan dengan tokoh. Pahlawan merujuk pada
manusia yang memang pernah hidup, sedangkan tokoh merupakan
representasi dari ceritera rakyat, buku komik, atau karya sastra, maupun TV
dan film. Meskipun pahlawan dan tokoh berbeda, akan tetapi terdapat
persamaan yakni pahlawan maupun tokoh adalah orang yang dianggap patut
dicontoh dan ditiru.
Bentuk penjajahan pun tidak lagi dalam bentuk fisik tapi lebih ke mental.
Penjajahan ke arah mental inilah yang lebih berbahaya, karena kita tidak
merasakan secara langsung, namun bersifat bertahap dan terus menerus.
Mental bangsa yang diwarnai dengan mental korupsi, kolusi, nepotisme,
kemerosotan pola pikir dan pergaulan generasi muda yang tidak lagi
memperhatikan nilai dan moral baik yang ada dalam agama dan masyarakat.
Oleh karena itulah bangsa ini sangat membutuhkan orang-orang berani untuk
memberantasnya. Indonesia sangat membutuhkan anak-anak muda yang
berjiwa pahlawan. Berani bersuara dan bertindak untuk menegakkan keadilan
dan kebenaran.

42
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Karakteristik seorang pahlawan adalah jujur, pemberani, dan rela melakukan


apapun demi kebaikan dan kesejahteraan orang banyak. Untuk itu, setiap
orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan.

4. Letak NKRI (secara Astronomis, Geografis, dan Geologis)


Letak astronomis berarti letak berdasarkan garis lintang dan bujur. Garis
lintang merupakan garis khayal pada peta atau globe yang sejajar dengan
khatulistiwa. Garis khatulistiwa membelah bumi menjadi dua belahan
utara dan belahan selatan. Letak Indonesia secara astronomis terletak
pada 6ºLU- 11ºLS dan antara 95º BT- 141ºBT.

Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di


bumi atau posisi daerah itu pada bumi dibandingkan dengan posisi daerah
lain. Letak geografisnya ditentukan oleh letak astronomis dan letak
geologis. Secara geografis, Indonesia terletak di antara Samudra Pasifik
dan Samudra Hindia, di antara Benua Asia dan Benua Australia, dan pada
pertemuan dua rangkaian pegunungan Sirkum Pasifik dan Sirkum
Mediterania.

Letak geologis adalah letak suatu daerah atau negara berdasarkan


struktur batu-batuan yang ada pada kulit bumi. Letak geologis Indonesa
dapat terlihat dari beberapa sudut formasi geologi, keadaan batuan dan
jalur-jalur pegunungannya. Formasi geologi Indonesia dibagi menjadi tiga
zona geologi yaitu (a) bagian utara merupakan Paparan Sunda (Lempeng
Asia); (b) bagian barat dan selatan merupakan Paparan Sahul (lempeng
Indo-Australia); dan (c) bagian timur merupakan Lempeng Dasar
Samudera Fasifik.

43
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Gambar 3. Letak Geografis Indonesia


Rakyat Indonesia tidak hanya tinggal di wilayah mereka lahir dan
dibesarkan, tetapi mereka juga berpindah-pindah ke wilayah Indonesia
yang lain, dengan berbagai alasan. Bahkan, banyak yang kemudian
menetap di wilayah lain. Para transmigran dari Jawa misalnya, mereka
berpindah ke luar Jawa untuk alasan pekerjaan kemudian menetap dan
menjadi penduduk di sana. Pemahaman dan penerapan Pancasila,
Bhineka Tunggal Ika, dan kesadaran bahwa seluruh wilayah Indonesia
adalah kesatuan yang tak terpisahkan membuat seluruh rakyat Indonesia
tetap hidup rukun dan damai dalam perbedaan. Rakyat dan pemerintah
Indonesia menjunjung tinggi dan menjaga harmoni sosial.

5. Harmoni Sosial
Konsep harmoni berasal dari bahasa Yunani dari kata harmonia yang
berarti terikat secara serasi. Jika dianalogikan dengan musik,
harmoni merupakan keserasian nada saat dilantunkan secara bersamaan
sehingga merdu saat didengar. Harmoni sosial dapat dimaknai sebagai
sebuah keadaan masyarakat yang anggotanya saling berhubungan secara
baik dan saling menghargai satu sama lain, sejalan dan serasi dengan
tujuan masyarakatnya.

44
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Harmoni sosial suatu keadaan keseimbangan dalam sebuah kehidupan,


Keharmonisan akan terwujud jika didalamnya ada sikap saling
menghargai dan menyayangi antaranggota keluarga atau masyarakat.
Harmoni sosial tidak akan pernah tercapai ketika tidak tercipta kehidupan
yang damai serta saling menghargai dari setiap anggota masyarakat yang
tinggal bersama dan memiliki perbedaan.

a) Prinsip-Prinsip Harmoni dalam Keberagaman Sosial


Harmoni dalam perbedaan adalah sebuah harapan dalam setiap
kehidupan keberagamaaan masyarakat yang harus dipandang secara
optimis untuk merealisasikan hal tersebut. Harmoni sosial adalah sustu
keniscayaan. Justifikasi sebuah kebenaran atau keyakinan suatu
kelompok dapat diredam jika melihat betapa pentingnya kesatuan dalam
keharmonisan. Oleh karena itu ada beberapa prinsip yang harus dijaga
agar harmoni tetap lestari. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1) Mengedepankan semangat egalitarianisme atau kesetaraan
2) Saling pengertian antara sesama anggota masyarakat
3) Mengutamakan toleransi yang tinggi
4) Mengutamakan kerjasama antara sesama anggota masyarakat
5) Menjunjung tinggi keterbukaan
6) Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan prestise
seperti keturunan kesukuan, ras, dan lain-lain

b) Penerapan Prinsip Harmoni Sosial


Harmoni sosial di Indonesia ibarat taman raksasa yang penuh warna-warni
bunga yang enak dipandang mata. Indonesia bisa menjadi alunan orkestra
yang terdiri banyak instrumen musik tetapi enak didengar. Itulah harmoni
dalam keberagaman.
Untuk mewujudkan kondisi di atas, Cadman (2017) menyarankan agar
harmoni sosial harus dilandasi oleh rasa cinta dan kasih sayang terhadap

45
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

diri sendiri dan orang lain (others). Kondisi ini harus dihadirkan tanpa
henti dengan memperhatikan beberapa hal berikut.
1) Aturan yang proporsional dan seimbang
2) Jalinan hubungan antarbagian masyarakat secara menyeluruh
3) Menghormati segala perbedaan dan berbagai ekspresi budaya.
4) Berperilaku secara benar, adil dan sesuai aturan.
5) Selalu melandasi dengan cinta dan kasih sayang
6) Membangun kolaborasi dalam setiap komunitas.
Selain menjaga harmoni sosial, hal lain yang tak boleh dilupakan untuk
diperhatikan pada era digital dewasa ini adalah pemahaman dan
kesadaran seluruh komponen bangsa dalam bela negara.

6. Bela Negara
Bela negara adalah konsep yang ditentukan oleh undang-undang tentang
patriotisme seorang individu, kelompok, atau komponen lain dari suatu
negara. Tujuannya adalah untuk mempertahankan eksistensi dan
kedaulatan negara tersebut (https://www.wantannas.go.id).
Secara fisik, bela negara berarti mempertahankan negara dari serangan
fisik atau agresi pihak luar yang mengancam keberlangsungan negara
tersebut. Misalnya, jika Indonesia diserang negara lain, dalam konsep bela
negara mengatakan bahwa warga negara Indonesia harus mengangkat
senjata melawan penyerang atau musuh demi melindungi
keberlangsungan negara Indonesia. Secara nonfisik, konsep bela negara
adalah upaya memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan,
kerja sosial, peningkatan moral, maupun upaya lainnya. Upaya bela negara
ini dapat dilakukan sesuai profesi tiap warga negara.
Widodo dkk (2015) yang memaknai bela negara sebagai sikap dan
perilaku negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia. Dengan kata lain, bela negara adalah sikap, tekad,

46
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan


berkelanjutan dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan dan kesaktian Pancasila
sebagai ideologi negara. Bela negara merupakan kesadaran tentang hak
dan kewajiban warga negara yang bukan saja dibangun di atas keyakinan
akan kekuatan sendiri, keyakinan akan kemenangan, dan keyakinan untuk
kenal menyerah. Keamanan negara dan bela negara disandarkan pada
kerakyatan, kesemestaan, dan kewilayahan.
Dengan demikian setiap warga negara wajib berperan serta dalam bela
negara. Untuk itu diperlukan pembinaan kesadaran bela negara sebagai
upaya untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang memiliki jiwa
nasionalisme dan patriotisme serta memiliki ketahanan nasional yang
tangguh guna menjamin tetap tegaknya NKRI yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 dan terpeliharanya pelaksanaan pembangunan nasional
dalam mencapai tujuan nasional (Setiono, 2017).
Ada tiga pertanyaan mendasar tentang bela negara yang perlu dijawab
guna lebih memahami makna bela negara itu sendiri. Pertama, “Apa yang
harus dibela dari negara?” Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara Pasal 4 menyebutkan bahwa pertahanan
negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara,
keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman. Pasal tersebut menunjukkan bahwa yang harus dibela
dari negara adalah kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa.
Kedua, “Mengapa negara harus dibela?” Setiap negara memiliki
kepentingan nasionalnya masing-masing yang terkadang berbenturan
dengan lain. Kondisi tersebut membuat negara perlu survive mengingat
semakin kuatnya persaingan. Tidak ada yang dapat menjamin bahwa
sebuah negara akan tetap selamanya berdiri. Agar tetap berdiri, negara
harus dibela dan dilindungi dari berbagai macam bentuk ancaman.

47
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Ketiga, “Siapa yang harus membela negara?” Tugas membela negara


tidak bisa hanya digantungkan pada Tentara Nasional Indonesia (TNI)
saja.
Sebagaimana konsep sistem pertahanan keamanan rakyat semesta
(sishankamrata), bela negara harus melibatkan segenap komponen
bangsa, termasuk di dalamnya seluruh warga negara, lembaga negara,
lembaga kemasyarakatan, hingga partai politik (suprastruktur dan
infrastruktur politik).

7. Implementasi Wawasan Kebangsaan pada satuan Pendidikan


Seperti PPK dan GLN, penanaman dan implementasi wawasan kebangsaan
dalam satuan pendidikan tidak berdiri sendiri. Wawasan kebangsaan
dapat diintegrasikan melalui pembelajaran intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler yang telah ditetapkan dalam program sekolah.
a. Implementasi dalam Pembelajaran
Selain dalam muatan PPKn, wawasan kebangsaan dapat dilakukan dengan
menyajikan teks-teks yang mengandung konsep wawasan kebangsaan.
Misalnya, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk materi menggali
informasi dalam teks nonfiksi, guru dapat menyajikan teks tulis atau video
tentang kekayaan Indonesia. Untuk muatan pelajaran lain seperti
matematika dan olah raga dapat dilakukan dengan menerapkan metode,
menyajikan ice breaking yang mengandung konsep wawasan kebangsaan.
Metode diskusi dalam kelompok heterogen membuka kesempatan luas
bagi siswa untuk menerapkan wawasan kebangsaan. Tanpa memandang
perbedaan agama, ras, suku, dan lainnya, peserta didik dibiasakan bekerja
bersama-sama. Ice breaking dengan menyanyikan lagu-lagu nasional dan
atau lagu daerah juga akan meningkatkan rasa cinta tanah air pada siswa.

48
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

b. Implementasi wawasan kebangsaan melalui Integrasi dalam Program


satuan Pendidikan
Selain itu, satuan pendidikan juga dapat mengintegrasikannwawasan
kebangsaan dalam program-program sekolah seperti contoh berikut:
1) Integrasi Wawasan Kebangsaan dalam Masa Pengenalan Lingkungan
Sekolah (MPLS)
Kegiatan wawasan kebangsaan yang dapat diintegrasikan antara lain (a)
Pelatihan baris berbaris (PBB) dengan melibatkan Tentara atau pelatih
Pramuka sebagai pelatihnya; (b) Lomba pidato dengan teman persatuan
bangsa.
2) Integrasi Wawasan Kebangsaan melalui Ekstrakurikuler
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain (a) bermain ular tangga dengan
menggunakan kartu soal tentang wawasan kebangsaan, (b) membacakan
puisi-puisi tentang cinta tanah air, dan (c) menonton filem kemerdekaan
atau biografi pahlawan.
Aktivitas Pembelajaran PPK
1. Curah pendapat bersama kelompok tentang best practice terkait
program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang telah
diimplementasikan dengan baik dan terbukti keberhasilannya di
sekolah masing-masing!
2. Menuliskan hasil curah pendapat kelompok pada format lembar kerja
yang telah disediakan. Setiap kelompok juga membuat salinannya di
kertas plano.
3. Window shopping. Setiap kelompok memilih satu orang anggota
kelompok untuk menjadi penerima tamiu di kelompoknya. Anggota
kelompok lain berkunjung dan saling mengunjungi hasil kerja
kelompok lain. Penerima tamu bertugas menjelaskan hasil kerjanya
dan menjawab pertanyaan bila ada.
4. Fasilitator memimpin diskusi kelas untuk membahas hasil window
shopping.

49
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Lembar Kerja 1.a:


Best Practice PPK
Program Deskripsi dan Implementasi
Unggulan

Keterangan:
Tuliskan nilai-nilai karakter yang termuat pada setiap program
Aktifitas Pembelajaran Wawasan Kebangsaan
1. Secara berkelompok peserta mencermati kembali contoh rencana
program wawasan kebangsaan berikut ini.
2. Secara berkelompok, peserta mendiskusikan rencana pembelajaran
wawasan kebangsaan yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan latar
belakang sekolah masing-masing.
3. Menuliskan hasil kerja di LK 1.b dan membuat salinannya di kertas
plano.
4. Menempelkan hasil kerja dalam kertas plano
5. Secara bergiliran setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
dalam diskusi kelas. Kelompok lain memberikan tanggapan.

Lembar Kerja 1.b:


Rencana Pembelajaran Wawasan Kebangsaan
Program Deskripsi Pembelajaran Wawasan
sekolah Kebangsaan

50
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

MATERI PP 01
PEMBELAJARAN KECAKAPAN ABAD XXI

51
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

MATERI PP 01
PEMBELAJARAN KECAKAPAN ABAD XXI

A. KOMPETENSI
Menganalisis pembelajaran kecakapan abad XXI

B. INDIKATOR

1. Menganalisis keterampilan pembelajaran abad XXI

2. Merinci prinsip pokok pembelajaran abad XXI

3. Menganalisis penguatan pembelajaran dengan HOTS dan Literasi

C. URAIAN MATERI

1. Keterampilan Pembelajaran Abad XXI

Belajar merupakan proses perubahan dalam pikiran dan karakter


intelektual anak didik, sedangkan pembelajaran adalah proses
memfasilitasi agar siswa belajar. Antara belajar dan pembelajaran
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (I Gede Astawan. Harian
Bernas, 08 Agustus 2016). Belajar dimaksudkan agar terjadinya
perubahan dalam pikiran dan karakter diri siswa. Tantangan guru tidak
hanya membekali keterampilan siswa saat ini, tetapi memastikan bahwa
anak didiknya sukses kelak di masa depan. Pembelajaran di abad XXI ini
memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa lalu. Dahulu,
pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan standar, sedangkan kini
memerlukan standar sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Melalui standar yang telah ditetapkan, guru mempunyai pedoman
yang pasti tentang apa yang diajarkan dan yang hendak dicapai. Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya hidup manusia,
baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki

52
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

abad XXI kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi


kehidupan, tidak terkecuali dibidang pendidikan. Guru dan siswa, dosen
dan mahasiswa, pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan
belajar mengajar di abad XXI ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus
dihadapi siswa dan guru agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di
era informasi ini (Yana, 2013).
Kecakapan Abad XXI yang terintegrasi dalam Kecakapan
Pengetahuan, Keterampilan dan sikap serta penguasaan TIK dapat
dikembangkan melalui: (1) Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan
Masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skills; (2) Kecakapan
Berkomunikasi (Communication Skills); (3) Kecakapan Kreatifitas dan
Inovasi (Creativity and Innovation); dan (4) Kecakapan Kolaborasi
(Collaboration). Keempat kecakapan tersebut telah dikemas dalam proses
pembelajaran kurikulum 2013.
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk
mengembangkan bakat, minat, dan potensi peserta didik agar
berkarakter, kompeten dan literat. Untuk mencapai hasil tersebut
diperlukan pengalaman belajar yang bervariasi mulai dari yang sederhana
sampai pengalaman belajar yang bersifat kompleks. Dalam kegiatan
tersebut guru harus melaksanakan pembelajaran dan penilaian yang
relevan dengan karakteristik pembelajaran abad XXI.
Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu
“mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (UU No 20 Tahun 2003 Tentang
Pendidikan Nasional) serta dalam upaya menciptakan masyarakat
Indonesia yang mampu bersaing dalam tantangan global, maka diperlukan
suatu kebijakan dari pemerintah baik pemerintah pusat ataupun
pemerintah daerah untuk melaksanakan suatu sistem dalam dunia

53
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

pendidikan yang mampu menjawab permasalahan tentang kecakapan di


abad XXI. Penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran abad XXI, HOTS,
dan integrasi literasi dan PPK dalam pembelajaran bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menjawab tantangan, baik
tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan tantangan
eksternal, yaitu globalisasi.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka guru sebagai ujung
tombak pembelajaran harus mampu merencanakan dan melaksanakan
PBM yang berkualitas. Menurut Surya (2015:333) proses belajar mengajar
pada hakikatnya adalah suatu bentuk interaksi antara pihak pengajar dan
pelajar yang berlangsung dalam situasi pengajaran dan untuk mencapai
tujuan pengajaran. Dalam interaksi itu akan terjadi proses komunikasi
timbal balik antara pihak-pihak yang terkait yaitu antara guru dan selaku
pengajar dan siswa selaku pelajar.
Pada kurikulum 2013 diharapkan dapat diimplementasikan
pembelajaran abad XXI. Hal ini untuk menyikapi tuntutan zaman yang
semakin kompetitif. Untuk lebih jelasnya berikut, uraian implementasi
pembelajaran abad XXI berdasarkan kurikulum 2013.
Tabel 3. Implementasi Pembelajaran abad XXI
FRAMEWORK 21st CENTURY KOMPETENSI BERPIKIR P21
SKILLS

Creativity Thinking and Peserta didik dapat menghasilkan,


innovation mengembangkan, dan
mengimplementasikan ide-ide
mereka secara kreatif baik secara
mandiri maupun berkelompok

Critical Thinking and Problem Peserta didik dapat mengidentifikasi,


Solving menganalisis, menginterpretasikan, dan
mengevaluasi bukti-bukti, argumentasi,
klaim dan data-data yang tersaji secara
luas melalui pengakajian secara

54
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

FRAMEWORK 21st CENTURY KOMPETENSI BERPIKIR P21


SKILLS

mendalam, serta merefleksikannya


dalam kehidupan seharihari

Communication Peserta didik dapat mengomunikasikan


ide-ide dan gagasan secara efektif
menggunakan media lisan, tertulis,
maupun teknologi

Collaboration Peserta didik dapat bekerja sama dalam


sebuah kelompok dalam memecahkan
permasalahan yang ditemukan

Implementasi dalam merumuskan kerangka sesuai P21 bersifat


mutidisiplin, artinya semua materi dapat didasarkan sesuai kerangka P21.
Untuk melengkapi kerangka P21 sesuai dengan tuntutan Pendidikan di
Indonesia, berdasarkan hasil kajian dokumen pada UU Sisdiknas,
Nawacita, dan RPJMN Pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi, diperoleh
2 standar tambahan sesuai dengan kebijakan Kurikulum dan kebijakan
Pemerintah, yaitu sesuai dengan Penguatan Pendidikan Karakter pada
Pengembangan Karakter (Character Building) dan Nilai Spiritual (Spiritual
Value). Secara keseluruhan standar P21 di Indonesia ini dirumuskan
menjadi Indonesian Partnership for 21 Century Skill Standard (IP-21CSS)
(4)
Tabel 4. Indonesian Partnership for 21 Century Skill Standard (IP-21CSS) [4]
Framework 21st
IP-21CSS Aspek
Century Skills
Creativity Thinking and 4Cs  Berpikir secara kreatif
innovation  Bekerja kreatif dengan lainnya
 Mengimplementasikan inovasi
Critical Thinking and • Penalaran efektif
Problem Solving  Menggunakan sistem berpikir
 Membuat penilaian dan keputusan
 Memecahkan masalah
Communication and  Berkomunikasi secara jelas
Collaboration  Berkolaborasi dengan orang lain

55
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Information, Media and ICTs  Mengakses dan mengevaluasi informasi


Technology Skills  Menggunakan dan menata informasi
 Menganalisis dan menghasilkan media
 Mengaplikasikan teknologi secara
efektif
Life & Career Skills Character  Menunjukkan perilaku scientific
Building attitude (hasrat ingin tahu, jujur, teliti,
terbuka dan penuh kehati-hatian)
 Menunjukkan penerimaan terhadap
nilai moral yang berlaku di masyarakat
Spiritual Values  Menghayati konsep ke-Tuhanan melalui
ilmu pengetahuan
 Menginternalisasikan nilai-nilai
spiritual dalam kehidupan sehari-hari
Dalam proses perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, 4Cs
dapat digunakan dan dipetakan dalam perencanaan pembelajaran.

Amanat Kurikulum 2013 melalui Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah,


karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik
dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi
kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran induktif
(inductive reasoning) yang memandang fenomena atau situasi spesifik
untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Metode ilmiah
merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu fenomena/gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan
pengetahuan sebelumnya
Proses pembelajaran saintifik memuat aktivitas:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi/mencoba;
d. mengasosiasikan/mengolah informasi; dan
e. mengomunikasikan.

56
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Tabel 5. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan


Maknanya.

Aktivitas Kegiatan Belajar Kompetensi yang


Dikembangkan

Mengamati Melihat, mendengar, Melatih kesungguhan,


meraba, membau ketelitian, mencari
informasi

Menanya Mengajukan pertanyaan Mengembangkan


tentang informasi yang kreativitas, rasa ingin
tidak dipahami dari apa tahu, kemampuan
yang diamati atau merumuskan
pertanyaan untuk pertanyaan untuk
mendapatkan informasi membentuk pikiran
tambahan tentang apa kritis yang perlu
yang diamati (dimulai untuk hidup cerdas
dari pertanyaan faktual dan belajar sepanjang
sampai ke pertanyaan hayat
yang bersifat hipotetik)

Mengumpulkan 1. membaca sumber lain selain Mengembangkan


informasi/ buku teks sikap teliti, jujur,
2. mengamati objek/kejadian/
eksperimen sopan, menghargai
aktivitas
3. wawancara dengan pendapat orang lain,
narasumber kemampuan
berkomunikasi,
menerapkan
kemampuan
mengumpulkan
informasi melalui
berbagai cara yang
dipelajari,
mengembangkan
kebiasaan belajar dan

57
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Aktivitas Kegiatan Belajar Kompetensi yang


Dikembangkan

belajar sepanjang
hayat

Mengasosiasikan / 1. Mengolah informasi yang Mengembangkan


mengolah sudah dikumpulkan baik sikap jujur, teliti,
terbatas dari hasil kegiatan
informasi disiplin, taat aturan,
engumpulkan/eksperimen
mau pun hasil dari kegiatan kerja keras,
mengamati dan kegiatan kemampuan
mengumpulkan informasi.
menerapkan prosedur
2. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang dan kemampuan
bersifat menambah keluasan berpikir induktif serta
dan kedalaman sampai
deduktif dalam
kepada pengolahan
informasi yang bersifat menyimpulkan.
mencari solusi dari berbagai
sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda
sampai kepada yang
bertentangan

Mengomunikasikan Menyampaikan hasil Mengembangkan


pengamatan, kesimpulan sikap jujur, teliti,
berdasarkan hasil analisis toleransi, kemampuan
secara lisan, tertulis, atau berpikir sistematis,
media lainnya mengungkapkan
pendapat dengan
singkat dan jelas, dan
mengembangkan
kemampuan
berbahasa yang baik
dan benar.

58
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Konsep Berpikir Tingkat Tinggi

Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam bahasa umum


dikenal sebagai Higher Order Thinking Skills (HOTS) dipicu oleh empat
kondisi,yaitu:
a. Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi
pembelajaran yang spesifik dan tidak dapat digunakan di situasi
belajar lainnya.
b. Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak
dapat diubah, melainkan kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang terdiri dari lingkungan belajar, strategi dan
kesadaran dalam belajar.
c. Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier,
hirarki atau spiral menuju pemahaman pandangan ke multidimensi
dan interaktif.
d. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti
penalaran, kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan
keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua bagian. Pertama
adalah keterampilan tingkat rendah yang penting dalam proses
pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami
(understanding), dan menerapkan (applying), dan kedua adalah yang
diklasifikasikan ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa
keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan
mencipta (creating).

59
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Gambar 4. Aspek Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi


Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Transfer of
Knowledge
Keterampilan berpikir tingkat tinggi erat kaitannya dengan
keterampilan berpikir sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor yang menjadi satu kesatuan dalam proses belajar dan
mengajar.
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif meliputi kemampuan dari peserta didik dalam
mengulang atau menyatakan kembali konsep/prinsip yang telah
dipelajari dalam proses pembelajaran yang telah didapatnya. Proses
ini berkenaan dengan kemampuan dalam berpikir, kompetensi dalam
mengembangkan pengetahuan, pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

60
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Tabel 6. Proses Kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom.


PROSES KOGNITIF DEFINISI

C1 Mengingat Mengambil pengetahuan yang


relevan dari ingatan

L
C2 Memahami Membangun arti dari proses

O pembelajaran, termasuk
komunikasi lisan, tertulis, dan
T gambar

C3 S Menerapkan/Mengaplikasikan Melakukan atau menggunakan


prosedur di dalam situasi yang
tidak biasa

C4 Menganalisis Memecah materi ke dalam


bagian-bagiannya dan
menentukan bagaimana
bagian-bagian itu
terhubungkan antarbagian dan
ke struktur atau tujuan

H keseluruhan

C5 O Menilai/Mengevaluasi Membuat pertimbangan


berdasarkan kriteria atau
T standar

C6 S Mengkreasi/Mencipta Menempatkan unsur-unsur


secara bersama-sama untuk
membentuk keseluruhan
secara koheren atau
fungsional; menyusun kembali
unsur-unsur ke dalam pola
atau struktur baru

61
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Anderson dan Krathwoll melalui taksonomi yang direvisi memiliki


rangkaian proses-proses yang menunjukkan kompleksitas kognitif
dengan menambahkan dimensi pengetahuan, seperti:
1) Pengetahuan faktual
2) Pengetahuan konseptual
3) Pengetahuan prosedural
4) Pengetahuan metakognitif

Kata kerja kognitif yang digunakan dalam proses pembelajaran sesuai


dengan ranah kognitif Bloom adalah sebagai berikut.

Tabel 7. Kata Kerja Operasional Ranah Kogntif


Mengingat Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta/Membua
Memahami (C2)
(C1) (C3) (C4) (C5) t (C6)

Mengutip Memperkirakan Menugaskan Mengaudit Membandingkan Mengumpulkan


Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengatur Menyimpulkan Mengabstraksi
Menjelaskan Menceritakan Menentukan Menganimasi Menilai Mengatur
Menggambar Mengkatagorikan Menerapkan Mengumpulkan Mengarahkan Menganimasi
Membilang Mengkalkulasi Memecahkan Memprediksi Mengkatagorikan
Mengidentifikasi Mencirikan Memodifikasi Menegaskan Memperjelas
Menghitung Menganalisis Menugaskan Membangun
Mendaftar Merinci Membangun Menyeleksi Menafsirkan Mengkreasikan
Menunjukkan Mengasosiasikan Mencegah Mempertahankan Mengoreksi
Memberi label Membandingkan Menentukan Merinci Merencanakan
Memberi indeks Menghitung Menggambarkan Menominasikan Memerinci Memadukan
Memasagkan Mengkontraskan Mendiagramkan Mengukur Mendikte
Membaca Menjalin Menggunakan Mengkorelasikan Merangkum Membentuk
Mendiskusikan Menilai Membuktikan Meningkatkan
Menamai Mencontohkan Menguji Memvalidasi Menanggulangi
Mengemukakan Melatih Mencerahkan Mengetes Menggeneralisasi
Menandai Mempolakan Membagankan Mendukung Menggabungkan
Menghafal Memperluas Menggali Menyimpulkan Memilih Merancang
Menyimpulkan Mengemukakan Menjelajah Memproyeksikan Membatas
Meniru Meramalkan Mengadaptasi Memaksimalkan Mereparasi Membuat
Merangkum Menyelidiki Memerintahkan Mengkritik Menyiapkan
Mencatat Menjabarkan Mempersoalkan Mengaitkan Mengarahkan Memproduksi
Mengulang Menggali Mengkonsepkan Mentransfer Memutuskan Memperjelas
Mereproduksi Melatih Memisahkan Merangkum
Meninjau Mengubah Melaksanakan menimbang Merekonstruksi
Mempertahankan Memproduksi Mengedit Mengarang
Memilih Memproses Menemukan Menyusun Mengkode
Mentabulasi Mengartikan Mengaitkan Menyeleksi Mengkombinasikan
Memberi kode Menerangkan Menyusun Mengoreksi
Menulis Menafsirkan Memecahkan Mendeteksi Memfasilitasi
Memprediksi Menelaah Mengkonstruksi

62
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Mengingat Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta/Membua


Memahami (C2)
(C1) (C3) (C4) (C5) t (C6)

Menyatakan Melaporkan Melakukan Mengukur Merumuskan


Menelusuri Membedakan Mensimulasikan Membangunkan Menghubungkan
Merasionalkan Menciptakan
Mentabulasi Mendiagnosis
Memproses Memfokuskan Menampilkan
Membiasakan Memadukan
Mengklasifikasi
Menyesuaikan
Mengoperasikan

Meramalkan

Kartwohl & Bloom juga menjelaskan bahwa selain kognitif, terdapat


ranah afektif yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi
serta derajat penerimaan atau penolakan suatu objek dalam kegiatan
pembelajaran dan membagi ranah afektif menjadi 5 kategori, yaitu
seperti pada tabel berikut:

Tabel 8. Proses Afektif Kartwohl dan Bloom


PROSES AFEKTIF DEFINISI

A1 Penerimaan semacam kepekaan dalam menerima rangsangan


atau stimulasi dari luar yang datang pada diri
peserta didik

A2 Menanggapi Suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi


aktif untuk mengikutsertakan dirinya dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya
dengan salah satu cara.

A3 Penilaian memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan


terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu.

A4 Mengelola konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta


pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki.

63
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

PROSES AFEKTIF DEFINISI

A5 Karakterisasi keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki


seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya

Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam ranah afektif


dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Kata Kerja Operasional Ranah Afektif


Menerima Mengorganis Karakterisasi
Merespon (A2) Menghargai (A3)
(A1) asikan (A4) Menurut Nilai (A5)

Mengikuti Menyenangi Mengasumsikan Mengubah Membiasakan


Mengompromikan Mengubah perilaku
Menganut Menyambut Meyakini Menata Berakhlak mulia
Mendukung Melayani
Mematuhi Melaporkan Meyakinkan Membangun Mempengaruhi
Memilih Memperjelas Membentuk- Mengkualifikasi
Meminati Menekankan pendapat Membuktikan
Memilah Memprakarsai Memadukan Memecahkan
Menyumbang Mengelola
Menolak Mengimani Merembuk
Menampilkan Menegosiasi
Menyetujui
Mengatakan

Keterampilan proses psikomotor merupakan keterampilan dalam


melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota tubuh yang
berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan
refleks, keterampilan pada gerak dasar, perseptual, ketepatan,
keterampilan kompleks, ekspresif dan interperatif. Keterampilan
proses psikomotor dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

64
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Tabel 10. Proses Psikomotor


PROSES
DEFINISI
PSIKOMOTOR

P1 Imitasi Imitasi berarti meniru tindakan seseorang

P2 Manipulasi Manipulasi berarti melakukan keterampilan atau menghasilkan


produk dengan cara mengikuti petunjuk umum, bukan berdasarkan
observasi. Pada kategori ini, peserta didik dipandu melalui instruksi
untuk melakukan keterampilan tertentu

P3 Presisi Presisi berarti secara independen melakukan keterampilan atau


menghasilkan produk dengan akurasi, proporsi, dan ketepatan.
Dalam bahasa sehari-hari, kategori ini dinyatakan sebagai “tingkat
mahir”.

P4 Artikulasi Artikulasi artinya memodifikasi keterampilan atau produk agar


sesuai dengan situasi baru, atau menggabungkan lebih dari satu
keterampilan dalam urutan harmonis dan konsisten

P5 Naturalisasi Naturalisasi artinya menyelesaikan satu atau lebih keterampilan


dengan mudah dan membuat keterampilan otomatis dengan tenaga
fisik atau mental yang ada. Pada kategori ini, sifat aktivitas telah
otomatis, sadar penguasaan aktivitas, dan penguasaan keterampilan
terkait sudah pada tingkat strategis (misalnya dapat menentukan
langkah yang lebih efisien).

Kata kerja operasional yang dapat digunakan pada ranah psikomotor


dapat dilihat seperti pada tabel di bawah.

Tabel 11. Kata kerja Operasional Ranah Psikomotor


Manipulasi Artikulasi Naturalisasi
Meniru (P1) Presisi (P3)
(P2) (P4) (P5)

Menyalin Kembali membuat Menunjukkan Membangun Mendesain


Mengikuti Membangun Melengkapi Menentukan
Mereplikasi Melakukan Menyempurnakan Mengatasi Mengelola
Mengulangi Melaksanakan Mengkalibrasi Menggabungkan Menciptakan
Mematuhi Menerapkan Mengendalikan koordinat

65
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Manipulasi Artikulasi Naturalisasi


Meniru (P1) Presisi (P3)
(P2) (P4) (P5)

Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengintegrasikan


Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Beradaptasi
Menggabungkan Merancang Memutar Mengembangkan
Mengatur Merumuskan
Mengumpulkan Melatih Mengirim Memodifikasi
Menimbang Memperbaiki Memproduksi

Memperkecil Memanipulasi Mencampur Mensketsa

Mengubah Mereparasi Mengemas


Menyajikan

Untuk mampu mengembangkan pembelajaran abad 21 ini ada


beberapa hal yang penting untuk diperhatikan yaitu antara lain:
a. Tugas Utama Guru Sebagai Perencana Pembelajaran
b. Masukkan unsur Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking
Skills)
c. Penerapan pola pendekatan dan model pembelajaran yang
bervariasi
d. Integrasi Teknologi

Ciri guru Abad 21, menurut Ragwan Alaydrus, S.Psi setidaknya


ada 7 Karakteristik Guru Abad 21, yaitu:
a. Life-long learner
b. Kreatif dan inovatif
c. Mengoptimalkan teknologi
d. Reflektif
e. Kolaboratif
f. Menerapkan student centered
g. Menerapkan pendekatan diferensiasi
Selanjutnya kompetensi siswa pada abad 21 Setidaknya ada
empat yang harus dimiliki oleh generasi abad 21, yaitu: ways of

66
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

thingking, ways of working, tools for working and skills for living in
the word. Bagaimana seorang pendidik harus mendesain
pembelajaran yang akan menghantarkan peserta didik memenuhi
kebutuhan abad 21.
Melalui pembelajaran abad 21, setidaknya ada dua keterampilan
inti yang harus dkembangkan oleh para para guru yakni: a)
Kemampuan menggunakan pengetahuan matematika, Bahasa Inggris,
Ilmu Pengetahuan, Kewarganegaraan dan lainnya untuk menjawab
tantangan dunia nyata; dan b) Berpikir kritis dan menyelesaikan
masalah, komunikasi dan kerjasama, kreatifitas, kemandirian, dan
lainnya.

2. Prinsip Pokok Pembelajaran Abad XXI

Dalam buku paradigma pendidikan nasional abad XXI yang


diterbitkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) atau membaca isi
Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses, BSNP
merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dipenuhi dalam proses
pendidikan abad 21. Sedangkan Permendikbud No. 65 tahun 2013
mengemukakan 14 prinsip pembelajaran, terkait dengan implementasi
Kurikulum 2013.
Sementara itu, Jennifer Nichols menyederhanakannya ke dalam 4
prinsip pokok pembelajaran abad 21yang dijelaskan dan dikembangkan
seperti berikut ini:
1. Instruction should be student-centered
Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta
didik ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif
mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Peserta didik
tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi
pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi

67
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan


tingkat perkembangan berpikirnya, sambil diajak berkontribusi
untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di
masyarakat.
2. Education should be collaborative
Peserta didik harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan
orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam
latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi
dan membangun makna, peserta didik perlu didorong untuk bisa
berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan
suatu proyek, peserta didik perlu dibelajarkan bagaimana
menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana
mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
3. Learning should have context
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi
dampak terhadap kehidupan peserta didik di luar sekolah. Oleh
karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-
hari peserta didik . Guru mengembangkan metode pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik terhubung dengan dunia nyata (real
word).
Guru membantu peserta didik agar dapat menemukan nilai,
makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan
penilaian kinerja peserta didik yang dikaitkan dengan dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat
memfasilitasi peserta didik untuk terlibat dalam lingkungan
sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat,
dimana peserta didik dapat belajar mengambil peran dan melakukan

68
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Peserta didik dapat


dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di
masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan
hidup, dan sebagainya. Selain itu, peserta didik perlu diajak pula
mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan
kepedulian sosialnya.

3. Penguatan Pembelajaran dengan HOTS dan Gerakan Literasi


Sekolah

HOTS
Higher Order Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir
peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang
dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan
taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi
bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian
(Saputra, 2016:91).
Higher order thinking skills ini meliputi di dalamnya kemampuan
pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis,
kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan.
Menurut King, higher order thinking skills termasuk di dalamnya
berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif, sedangkan
menurut Newman dan Wehlage (Widodo, 2013:162) dengan higher
order thinking skills peserta didik akan dapat membedakan ide atau
gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan
masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis
dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas. Menurut Vui
(Kurniati, 2014:62) higher order thinking skills akan terjadi ketika
seseorang mengaitkan informasi baru dengan infromasi yang sudah
tersimpan di dalam ingatannya dan mengaitkannya dan/atau menata
ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai

69
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

suatu tujuan atau menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan


yang sulit dipecahkan.
Tujuan utama dari higher order thinking skills adalah bagaimana
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang
lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk
berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi,
berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan
pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-
situasi yang kompleks (Saputra, 2016:91-92).
Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Gerakan Literasi Nasional bertujuan untuk
menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan,
mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka
pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup, upaya Pembinaan Bahasa melalui Pembudayaan
Literasi Baca-Tulis dan Bernalar Tingkat Tinggi. Peta jalan Gerakan
Literasi Nasional (GLN) yang terdiri dari lima tahapan, yakni: rintisan
dan pengenalan, penyelarasan dan pelaksanaan, perluasan dan
penguatan, pemantauan dan evaluasi, serta pengembangan. Program
yang memiliki prinsip berkesinambungan, terintegrasi, dan
melibatkan semua pemangku kepentingan ini dimaksudkan untuk
menciptakan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang
berorientasi pada penumbuhan budi pekerti.
Untuk mensukseskan GLN, Kemendikbud telah mengkreasikan
beberapa program literasi. Misalnya: Gerakan Literasi Keluarga,
Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Masyarakat, Gerakan
Literasi Budaya, Gerakan Literasi Baca-Tulis, serta Satu Guru Satu
Buku. Semua program literasi tersebut memerlukan literasi dasar
sebagai pondasi dasar keterampilan abad 21. Literasi dasar tersebut

70
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

berupa: literasi baca-tulis, literasi budaya dan kewargaan, literasi


digital, literasi finansial, literasi sains, dan literasi numerasi.
Ada beberapa strategi GLN, yakni penguatan kapasitas fasilitator,
peningkatan jumlah dan ragam sumber belajar bermutu, perluasan
akses terhadap sumber belajar dan cakupan peserta belajar,
peningkatan pelibatan publik, serta penguatan tata kelola.

Tabel 12. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah


a. Lingkungan Fisik

1 Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan
kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling).

2 Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang
seimbang kepada semua peserta didik.

3 Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas

4 Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang
tua/pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas

5 Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk anak

6 Kepala sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah

b. Lingkungan sosial dan afektif

1 Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik) diberikan


secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari Senin merupakan salah satu
kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan

2 Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi

3 Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya merayakan
Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya

4 Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-
masing

5 Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi dalam menjalankan
program literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya

6 Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam


menjalankan program literasi.

c. Lingkungan akademik

71
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

1 Terdapat TLS yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Bila diperlukan,
ada pendampingan dari pihak eksternal.

2 Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan
literasi: membaca dalam hati (sustained silent reading), membacakan buku dengan
nyaring (reading aloud), membaca bersama (shared reading), membaca terpandu
(guided reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell presentation).

3 Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain.

4 Disepakati waktu berkala untuk TLS membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah

5 Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku cerita
fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan.

6 Ada beberapa buku yang wajib dibaca oleh warga sekolah.

7 Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan


membangun organisasi sekolah yang suka belajar.

Perkembangan kurikulum di Indonesia mengalami beberapa perubahan,


salah satunya munculnya Kurikulum 2013 yang sudah mengalami
beberapa perubahan, salah satunya perubahan di tahun 2017 ini dengan
adanya sistem Gerakan Literasi Sekolah.
Setiap Sekolah harus mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah ini
dalam penerapan pembelajaran setiap harinya, kurangnya minat
membaca di Indonesia yang menjadi inspirasi adanya GLS ini, untuk
itulah hendaknya di setiap sekolah harus mengembangkan dan
membudayakan Gerakan literasi sekolah.

Pedoman Gerakan Literasi Sekolah / GLS


Pendidikan literasi yang dilakukan di Indonesia, ditengarai belum
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, atau HOTS (Higher
Order Thinking Skills) yang meliputi kemampuan analitis, sintesis,
evaluatif, kritis, imajinatif, dan kreatif. Hal ini tergambar bahwa di
sekolah, terdapat dikotomi antara belajar membaca (learning to read)
dan membaca untuk belajar (reading to learn).

72
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Kegiatan membaca belum mendapatkan perhatian yang mendalam,


terutama di mata pelajaran non-bahasa. Ketika mempelajari konten mata
pelajaran normatif, adaptif dan produktif, guru kurang menggunakan
teks materi pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir
tinggi tersebut.

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Fasilitator memberikan pengantar tentang pembelajaran kecakapan
abad XXI.
2. Mengamati tayangan video pembelajaran tentang pembelajaran HOTS.
3. Setiap kelompok menuliskan hasil pekerjaannya pada lembar kerja di
bawah ini!

1. Lembar Kegiatan
Amatilah tayangan video pembelajaran yang ditayangkan oleh fasilitator,
kemudian kerjakan lembar kerja berikut bersama kelompok Anda!

4. Masing-masing kelompok melaporkan hasil pekerjaannya dan


mendiskusikan kekuatan dalam pembelajaran HOTS.
5. Memberikan tanda bintang kepada kelompok yang dianggap baik
dalam menampilkan dan melaporkan hasil pekerjaannya.
6. Fasilitator memberikan penguatan pembelajaran.

73
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

E. PENILAIAN
1. Latihan Soal
Bacalah soal-soal di bawah ini dengan cermat!
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada
huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban yang tersedia!

1. Salah satu model pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah inquired


based learning, berikut adalah ciri-ciri pembelajarannya. …
Selain menekankan penemuan jawaban atas keingintahuan siswa, juga
mendorong aktivitas siswa melakukan penelusuran, pencarian, penemuan,
penelitian, dan pengembangan
pembelajaran yang berpijak pada masalah yang ada di masyarakat, siswa
didorong untuk mengkaji serta memecahkan masalah-masalah tersebut
pembelajaran yang menjadikan kegiatan proyek sebagai obyek studi sekaligus
sarana belajar
kegiatan proyek dijadikan sumber pengetahuan dalam proses belajar

2. Pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order


Thinking Skills) dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan yang menuntut
ketelitian dan partisipasi aktif. Hal itu merupakan cermin implementasi
Keterampilan Abad 21 pada aspek ….
A. critical thinking
B. collaborative
C. communication
D. creativity

3. Dalam merumuskan soal HOTS, Ibu Dian terlebih dahulu melakukan


identifikasi dekripsi kognitif salah satu yang dijadikan rujukan adalah
deskripsi kognitif. Menentukan apakah kesimpulan sesuai dengan
uraian/fakta (checking/menilai metode yang paling sesuai untuk
menyelesaikan masalah pilihan yang dijadikan rujukan adalah temasuk
katagori ....

74
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

A. mengevaluasi dan HOTS


B. mengevaluasi dan LOTS
C. analisisi dan HOTS
D. identifikasi dan HOTS

4. Berikut yang bukan contoh penguasaan literasi digital pada kehidupan


masyarakat adalah … .
A. berbelanja secara online
B. membeli pulsa selular ke minimarket
C. melakukan transaksi melalui internet
D. memesan makanan siap saji melalui aplikasi

5. Alasan kebijakan program PKP berbasis zonasi adalah … .


A. menghemat anggaran nasional
B. meningkatkan mutu luaran sekolah
C. meningkatkan efisiensi, efektivitas, serta pemerataan mutu
Pendidikan
D. memudahkan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas
masing-masing

2. Refleksi
Setelah anda mengikuti kegiatan pembelajaran di atas, cobalah tulis
kembali:
1. Apa saja yang telah Saudara pelajari dalam kegiatan pembelajaran ini?
2. Kesulitan apa saja yang Saudara hadapi ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran?
3. Bagaimana cara Saudara mengatasi kesulitan tersebut?
4. Apa yang akan Saudara lakukan untuk mengimplementasikan hasil
pembelajaran ini di sekolah?

75
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

F. REFERENSI
Admin. 2012. “Pembelajaran dan Peran Pendidik di Abad 21”. [Online].
Tersedia:

Astawan, I Gede. “Belajar dan Pembelajaran Abad 21,” Harian Bernas, 08


Agustus 2016

BSNP. 201). ParadigmaPendidikan Nasional Abad XXI. [Online]. Tersedia:

http://noviindrawati-pgsd-
matematika.blogspot.co.id/2012/12/pembelajaran-dan-peran-
pendidik-di-abad.html diakses pada Tanggal 4 April 2019

http://www.bsnp-indonesia.org/id/wp-
content/uploads/2012/04/Laporan-BSNP-2010.pdf diakses pada
tanggal 4 April 2019

http://dikdasmen.kemdikbud.go.id/index.php/%E2%81%A0%E2%81%A0
%E2%81%A0tiga-agenda-penting-implementasi-kurikulum-
2013/(diunduh hari Jumat 17 Maret 2019)

http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2018/09/implementasi-
pengembangan-kecakapan-abad-21

http://ronisaputra01.blogspot.co.id/2014/11/model-pembelajaran-inkuiri-
based learning.html diakses pada tanggal 5 April 2019

Laksamana, Brimy. 2014. “Pembelajaran Abad Ke-21 dan Transformasi


Pendidikan”. [Online]. Tersedia: http://edukasi101.com/innovated-
pembelajaran-abad-ke-21-dan-transformasi-pendidikan/ diakses
Tanggal 5 April 2019

Rita Nichols, Jennifer. “Four Essential Rules Of 21st Century Learning.”[Online].


Tersedia: http://www.teachthought.com/learning/4-essential-rules-
of-21st-century-learning/ diakses pada tanggal 5 April 2019.

Saputra, Hatta. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global:


Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High Order
Thinking Skills). Bandung: SMILE’s Publishing.

Surya, Mohamad.2015.Strategi Kognitif Dalam Proses Pembelajaran:Alfabeta

Yana. 2013. Pendidikan Abad 21.[Online].Tersedia:


http://yana.staf.upi.edu/2015/10/11/pendidikan-abad-21/ di akses
pada tanggal 5 April 2019

76
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Widodo, T & Kadarwati, S. 2013. High Order Thinking Berbasis Pemecahan


Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan
Karakter Siswa. Cakrawala Pendidikan 32(1), 161-171

77
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

MATERI PP 02
PANCASILA

78
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

MATERI PP 02

PANCASILA

A. KOMPETENSI
1. Menganalisis proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar
Negara
2. Membandingkan antara peristiwa dan dinamika yang terjadi di masyarakat
dengan praktik ideal Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa

B. INDIKATOR
1.1 Menjelaskan proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar
negara
1.2 Menelaah proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar
Negara
1.3 Menelaah semangat dan komitmen pendiri negara dalam proses
perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara
2.1 Menjelaskan hakikat Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa
2.2 Menggali penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa
2.3 Membandingkan praktik ideal dengan praktik riil nilai-nilai Pancasila

79
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

C. URAIAN MATERI

1. Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara


Sidang BPUPKI I (29 Mei s.d 1 Juni 1945)
Diawali dengan pembentukan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI)
yang bertugas memberikan usul-usul/ ide-ide/ pendapat-pendapat/
gagasan-gagasan untuk kemerdekaan Indonesia. Sidang BPUPKI I
membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka yang
diketuai Radjiman Wediodiningrat. Pada tanggal 29 Mei 1945,
Mohammad Yamin berkesempatan untuk berpidato menyampaikan
usulan dasar negara Indonesia yaitu: 1) peri kebangsaan; 2) peri
kemanusiaan; 3) peri ketuhanan; 4) peri kerakyatan; 5) kesejahteraan
rakyat (Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI, 1959: 3). Sedangkan secara
tertulis, Mohammad Yamin mengemukakan rumusan yang mirip
dengan teks Pancasila dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan urutan yang berbeda
(Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945: 1971), yakni: 1)
Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) kebangsaan persatuan Indonesia; 3)
rasa kemanusiaan yang adil dan beradab; 4) kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan; 5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 31 Mei 1945 dalam pidatonya, Mr. Soepomo
menekankan pentingnya paham integralistik yang sesuai dengan
sosial kultur masyarakat Indonesia, yakni semangat kebatinan dari
bangsa Indonesia adalah persatuan hidup, persatuan kawulo dan
gusti, dunia luar dan batin, mikrokosmos dan makrokosmos, serta
rakyat dan pemimpin (Purwastuti, 2002: 20). Soepomo mengusulkan
rumusan dasar negara Indonesia Merdeka mencakup 1) persatuan, 2)
kekeluargaan, 3) keseimbangan lahir dan batin, 4) musyawarah, 5)
keadilan rakyat.

80
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno berpidato dengan


memunculkan istilah Pancasila sebagai philosophische grondslag yaitu
fundamen, filsafat, jiwa, pikiran yang sedalam-dalamnya yang
didasarkan pada karakteristik ke-Indonesiaan dan pandangan dunia
yang setingkat dengan aliran-aliran besar dunia atau dikenal sebagai
“weltanschauung”. Usulan dasar negara yang disampaikan Soekarno
adalah: 1) kebangsaan Indonesia (nasionalisme), 2)
internasionalisme (kemanusiaan), 3) mufakat (demokrasi), 4)
kesejahteraan sosial, 5) ketuhanan.
Kebangsaan Indonesia dan Internasionalisme atau kemanusiaan
dapat diperas menjadi sosio-nasionalisme. Mufakat atau demokrasi
dan kesejahteraan sosial, dapat diperas menjadi sosio-demokrasi.
Kemudian diikat erat kuat dengan Ketuhanan, jadilah tiga asas atau
tiga sila atau “tri sila”. Tri sila dapat diperas menjadi “ekasila” yaitu
gotong royong. Gotong royong merupakan faham yang dinamis, suatu
usaha bersama, suatu amal, satu pekerjaan, satu karya, bekerja keras
membanting tulang, memeras keringat bersama–sama, bahu–
membahu, saling membantu. Hasil kerja dinikmati bersama. Negara
berdasarkan gotong royong yang berarti “satu buat semua–semua
buat satu”, kebahagiaan dan kesejahteraan untuk semua masyarakat
(Winarno, 2012: 12-13).
Panitia Kecil
Pembentukan Panitia Kecil yang beranggotakan delapan orang
(Panitia Delapan) dibawah pimpinan Soekarno dan bertugas untuk
mengumpulkan dan memeriksa usul-usul berkaitan Indonesia
Merdeka. Usul-usul tersebut digolongankan : 1) golongan usul
Indonesia merdeka selekas-lekasnya; 2) golongan usul dasar ; 3)
golongan usul bentuk negara dan kepala negara; (5) golongan usul
mengenai warga negara; (6) golongan usul mengenai daerah; (7)
golongan usul mengenai agama dan negara; (8) golongan usul

81
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

mengenai pembelaan, dan (9) golongan usul mengenai keuangan


(Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI, 1959:82). Dalam melaksanakan
tugasnya panitia ini mengalami perbedaan pendapat yaitu persoalan
hubungan antara negara dan agama. Para anggota golongan islam
menghendaki negara yang berdasarkan syariat islam. Sedangkan
golongan nasionalis menghendaki bahwa negara tidak mendasarkan
hukum pada salah satu agama tertentu (Risalah Sidang BPUPKI dan
PPKI, 1959:82-86).
Kemudian dibentuklah Panitia Kecil yang berjumlah sembilan
orang (Panitia Sembilan) dan menghasilkan rancangan pembukaan
hukum dasar (Undang-Undang Dasar). Soekarno mengistilahkan
kesepakatan ini sebagai suatu modus. Kesepakatan yang nantinya
akan dituangkan dalam rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar
ini oleh Soekarno diberi nama Mukaddimah (Preambule) Hukum
Dasar. Sukiman Wirjosandjojo menyebut kesepakatan ini sebagai
“Gentlemen’s Agreement”. Sementara Mohammad Yamin memberi
nama kesepakatan ini sebagai Piagam Jakarta (Tim Kerja Sosialisasi
MPR, 2012: 35 – 36).
Piagam Jakarta

Bahwa sesoenggoehnja kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh
sebab itu maka pendjadjahan di atas doenia haroes dihapoeskan, karena
tidak sesoeai dengan peri-kemanoesiaan dan peri-keadilan.

Dan perdjoeangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah


kepada saat jang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan
Rakjat Indonesia ke-depan pintoe-gerbang Negara Indonesia, jang
merdeka, bersatoe, berdaoelat, adil dan makmoer.

Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Koeasa, dan dengan didorongkan oleh
keinginan jang loehoer, soepaja berkehidoepan kebangsaan jang bebas,
maka Rakjat Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaannja.

Kemudian daripada itoe, oentoek membentoek suatoe Pemerintah Negara


Indonesia jang melindoengi segenap Bangsa Indonesia dan seloeroeh
toempah darah Indonesia, dan untuk memadjoekan kesedjahteraan

82
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

oemoem, mentjerdaskan kehidoepan bangsa, dan ikoet melaksanakan


ketertiban doenia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disoesoenlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
itoe dalam suatu Hoekoem Dasar Negara Indonesia, jang terbentoek dalam
suatu susunan negara Repoeblik Indonesia jang berkedaoelatan Rakjat,
dengan berdasar kepada:
1. Ketoehanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari'at Islam bagi
pemeloek2-nja
2. Kemanoesiaan jang adil dan beradab
3. Persatoean Indonesia
4. Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam
permoesjarawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.

Djakarta, 22-6-1945
Panitia Sembilan

Sidang BPUPKI II
Naskah Piagam Jakarta dibawa ke sidang kedua BPUPKI tanggal
10 – 16 Juli 1945. Agenda sidang BPUPKI II membahas tentang
wilayah Indonesia, kewarganegaraan Indonesia, rancangan undang-
undang dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta
pendidikan dan pengajaran. Hasil sidang BPUPKI II mencakup: a)
pernyataan tentang Indonesia Merdeka; b) disepakatinya Piagam
Jakarta sebagai mukaddimah (Preambule) hukum dasar yang menjadi
cikal bakal Pembukaan Undang-Undang Dasar; c) batang tubuh
Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan sebagai Undang-
Undang Dasar 1945, yang isinya meliputi : wilayah negara Indonesia
adalah sama dengan bekas wilayah Hindia-Belanda dahulu, bentuk
negara Indonesia adalah Negara Kesatuan, bentuk pemerintahan
Indonesia adalah Republik, bendera nasional Indonesia adalah Sang
Saka Merah Putih, bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia
(Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI, 1959: 206-218).

83
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

2. Proses Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara


Tanggal 9 Agustus 1945 dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI ) atau Dokuritsu Junbi Inkai yang diketuai Soekarno.
Tanggal 17 Agustus 1945, J. Latuharhary sebagai perwakilan dari
Indonesia daerah Kaigun (Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan
Kalimantan) menemui Sukarno dan Mohammad Hatta dan menyatakan
keberatan atas rumusan “…dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” pada Piagam Jakarta untuk ikut disahkan
menjadi bagian dasar negara. Untuk menjaga integrasi bangsa dan negara
Indonesia yang baru diproklamasikan, Soekarno dan Hatta bertemu
dengan wakil-wakil golongan Islam seperti Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman
Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo. Mohammad Hatta mengusulkan
dan melakukan lobi agar tujuh kata di belakang kata Ketuhanan tersebut
dihapus. Setelah melalui pembicaraan yang panjang agar tidak terpecah
sebagai bangsa Indonesia, untuk menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia, serta keutuhan Indonesia, tokoh pendiri bangsa bermufakat
untuk mengubah rumusan “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan yang Maha
Esa”. Pembahasan mengenai perubahan ini memang tidak pada forum
sidang PPKI agar permasalahan cepat selesai.
Sidang PPKI I diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang
hasilnya: 1) mengesahkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945; 2) memilih
dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden RI dan Drs. Moh. Hatta
sebagai wakil presiden RI; 3) membentuk Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) untuk membantu tugas presiden sebelum DPR/MPR
terbentuk. Pengesahan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menimbulkan
akibat penetapan Pancasila sebagai dasar negara secara hukum, sebab
muatan Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.

84
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

3. Perwujudan Semangat dan Komitmen Pendiri Negara dalam Proses


Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara
Para pendiri negara memiliki semangat kebangsaan dan patriotisme
yang tinggi. Semangat kebangsaan timbul pada jiwa bangsa Indonesia
yang dilandasi oleh rasa dan paham kebangsaan. Rasa kebangsaan
membentuk bentuk rasa cinta yang melahirkan jiwa kebersamaan
pemiliknya (Lestyarini, 2012: 342). Rasa nation state sebagai bangsa yang
majemuk telah menjadi suatu kesadaran kolektif yang melekat dalam
sanubari para pendiri negara. Oleh karena itu, untuk mewujudkan
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, para
pendiri bangsa rela mengorbankan kepentingan pribadi dan kelompok
demi kepentingan bangsa dan negara yang tercermin dalam bentuk:
solidaritas dan kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat terhadap
perjuangan kemerdekaan; toleransi/ tenggang rasa antaragama,
antarsuku, antargolongan dan antarbangsa; jiwa tanpa pamrih dan
bertanggung jawab; serta jiwa ksatria dan kebesaran jiwa yang tidak
mengandung balas dendam. Jika pada waktu itu para pendiri bangsa tidak
berhati lapang, berjiwa besar serta rela berkorban demi bangsa dan
negara, maka bukan Pancasila yang menjadi dasar negara, karena ada
Piagam Jakarta yang secara khusus mengakomodasi kepentingan umat
Islam sebagai mayoritas masyarakat Indonesia. Dengan demikian,
Pancasila merupakan bukti dari semangat kebangsaan para pendiri
bangsa (Ismaya dan Romadlon, 2017: 141).
Selain itu, para pendiri negara juga memiliki komitmen kebangsaan
Indonesia yang tinggi yakni: 1) mengutamakan semangat persatuan,
kesatuan, dan nasionalisme; 2) adanya rasa peduli dan memiliki terhadap
bangsa Indonesia; 3) selalu bersemangat dalam berjuang
mempertahankan kemerdekaan; 4) mendukung dan berupaya secara aktif
mencapai cita-cita bangsa; 5) melakukan pengorbanan pribadi demi
kepentingan bangsa dan negara.

85
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

4. Hakikat Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup


Bangsa
Pancasila merupakan dasar negara sekaligus menjadi pandangan
hidup bangsa. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
memiliki makna (Taniredja, dkk, 2014: 6), antara lain: (1) Pancasila
dijadikan dasar dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan Negara
sehingga pemegang kekuasaan negara baik di tingkat pusat maupun
daerah dalam membuat peraturan perundang-undangan dan kebijakan-
kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan Pancasila; (2) Pancasila
merupakan sumber kaidah hukum konstitusional yang mengatur negara
Republik Indonesia serta seluruh unsur-unsurnya, yaitu rakyat, wilayah
dan pemerintah; (3) Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum, artinya seluruh tatanan hidup bernegara yang bertentangan
dengan Pancasila sebagai kaidah hukum kostitusional pada dasarnya
tidak berlaku dan harus dicabut; (4) Pancasila meliputi suasana kebatinan
atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, baik berupa
hukum dasar tertulis yang berwujud Undang-Undang Dasar maupun
hukum dasar tidak tertulis yang tumbuh dalam praktik penyelenggaraan
negara.
Kedudukan penting Pancasila sebagai dasar negara termuat secara
yuridis-konstitusional dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
Konsekuensinya, Pancasila berkedudukan: 1) sebagai dasar negara yakni
sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia; 2)
meliputi suasana kebatinan (geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang
Dasar 1945; 3) mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara
baik hukum dasar tertulis maupun tidak tertulis; 4) memuat norma yang
mengharuskan dan mewajibkan penyelenggara negara dan elit politik
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur; 5) dasar pijakan/
pedoman penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara
Republik Indonesia.

86
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Pancasila sebagai dasar negara berfungsi sebagai sumber kaidah


hukum yang mengatur negara Republik Indonesia. Konsekuensinya, isi
dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak
boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Ruslan Saleh (Pasha, 2013:111)
menjelaskan bahwa terdapat tiga fungsi Pancasila sebagai dasar negara
yang berkaitan dengan produk peraturan perundang-undangan
Indonesia, yaitu: 1) sebagai dasar dan pangkal tolak perundang-undangan
Indonesia; 2) sebagai papan uji bagi perundang-undangan Indonesia; 3)
sebagai sumber bahan hukum dari perundang-undangan Indonesia itu
sendiri.
Sementara sebagai falsafah/pandangan hidup bangsa
(weltanschauung), Pancasila dimaknai sebagai pegangan/petunjuk dalam
kehidupan sehari-hari untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang beraneka ragam sifatnya
(Effendy, 1995:43-44). Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
mengandung nilai-nilai luhur yang terkristalisasi dalam kehidupan sosial
suatu masyarakat dan harus tercermin dalam dimensi kehidupan pribadi,
keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Pancasila sebagai
pandangan/falsafah hidup bangsa digali dan intisarikan dari kepribadian
bangsa yang menjadi ciri-ciri khas dari bangsa Indonesia, serta
pencerminan dari peradaban, keadaban kebudayaan, dan keluhuran
budi bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
merupakan pegangan, pedoman, arahan yang mengikat seluruh warga
masyarakat, baik secara perorangan maupun sebagai kesatuan bangsa
sehingga setiap tingkah laku dan perbuatan masyarakat Indonesia harus
dijiwai oleh nilai-nilai dalam sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai
falsafah/ pandangan hidup memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yakni memberikan wawasan
menyeluruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara; serta menjadi

87
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

pedoman, pegangan, arahan tingkah laku seluruh komponen bangsa; serta


solusi atas segala persoalan-persoalan yang dihadapi.
Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai fungsi (Pitoyo,dkk,
2012: 15) sebagai berikut: (1) membuat bangsa kita berdiri kokoh dan
memiliki daya tahan terhadap segala ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan; (2) menunjukkan arah tujuan yang akan dicapai sesuai dengan
cita-cita bangsa, sebagaimana yang termaktub di dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945; (3) menjadi pegangan dan pedoman untuk
memecahkan berbagai masalah dan tantangan di berbagai bidang; (4)
mendorong timbulnya semangat dan kemampuan untuk membangun diri
bangsa Indonesia; (5) menunjukkan gagasan-gagasan mengenai wujud
kehidupan yang dicita-citakan; (6) memberi kemampuan untuk
menyaring segala gagasan dan pengaruh kebudayaan asing yang
menyusup melalui ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

5. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar Negara dan


Pandangan Hidup Bangsa
Penerapan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan
melaksanakan butir-butir pengamalan Pancasila dari sila pertama hingga
kelima yang berjumlah 45 butir pengamalan Pancasila. Penerapan nilai-
nilai Pancasila dapat dilakukan dengan pembiasaan dan keteladanan
mulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga, sekolah, masyarakat, serta
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Melalui model-model pembelajaran yang tepat seperti discovery
learning, problem based learning, project based learning, dan sebagainya,
kita dapat menggali contoh-contoh penerapan nilai-nilai Pancasila dari
fakta-fakta inspiratif yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dari
berbagai media, referensi, maupun praktik di lapangan. Harapannya, 45
butir-butir pengamalan Pancasila tidak sekedar hafalan, namun
terimplementasikan dengan baik dalam bentuk sikap dan perilaku

88
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

warganya dalam segala segi kehidupan sehingga terbentuk karakter


Pancasila masyarakat Indonesia.

6. Perbandingan Praktik Ideal dengan Praktik Riil Nilai-Nilai Pancasila


Pengaktualisasian nilai-nilai Pancasila di bidang poleksosbudhankam
adalah suatu keniscayaan, agar Pancasila tetap relevan dalam fungsinya
memberikan pedoman bagi pengambilan kebijaksanaan dan pemecahan
masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Praktik ideal nilai-
nilai Pancasila di bidang:
a) Politik dan Hukum: 1) pembuat kebijakan harus mengutamakan
kepentingan dan asiprasi rakyat; 2) pengembangan demokrasi
berdasarkan asas musyawarah mufakat dan kekeluargaan, tidak
berdasarkan dominasi mayoritas maupun tirani minoritas; 3) sistem
pemilu yang demokratis; 4) mengaktualisasikan kebersamaan dalam
kemajemukan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional; 5)
perilaku elit politik yang didasarkan pada etika politik Pancasila;
program pemerintah dan partai politik harus mengarah pada
kokohnya Pancasila sebagai dasar negara; 6) pengembangan politik
dan hukum yang sesuai moralitas Pancasila sehingga praktek-praktek
politik dan hukum yang menghalalkan segala cara harus segera
diakhiri; 7) mewujudkan sistem hukum nasional (struktur
/kelembagaan hukum, substansi/produk hukum, dan budaya hukum)
yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
b) Ekonomi. Mubyarto (1999) menekankan perlunya pengembangan
ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi yang humanistik untuk tujuan
kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi
kerakyatan dapat dilakukan melalui 1) penguatan program ekonomi
berbasis pemberdayaan masyarakat; 2) penguasaan kembali dan
pemanfaatan aset-aset negara untuk kepentingan rakyat; 3)
menciptakan kemandirian dan kedaulatan ekonomi (mengurangi
ketergantungan produk-produk dan tenaga kerja asing); 4)

89
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

mewujudkan pembangunan ekonomi yang merata, berkeadilan, dan


berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.
c) Sosial dan Budaya. Pada bidang sosial budaya, nilai-nilai Pancasila
merupakan filtrasi atas nilai-nilai sosial budaya dari luar negeri. Ini
bermakna, Pancasila sebagai idelogi terbuka tidak menutup atas
modernitas dan globalisasi, termasuk perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga mendorong daya kreatif dan
inovatif demi kemajuan bangsa dan negara. Selain itu, pembangunan
sosial budaya harus terlepas dari diskriminasi SARA, primordialisme,
dan etnisitas. Pelestarian dan pengembangan budaya Indonesia juga
perlu dilakukan seperti budaya gotong-royong (di Bali dikenal dengan
istilah “subak”, di Sulawesi Utara dikenal dengan istilah “Mapalus, di
Jawa dikenal dengan istilah “sambatan”); pelestarian tradisi/ adat-
istiadat; memperkenalkan makanan, tarian, dan pakaian tradisional;
dsb.
d) Pertahanan dan Keamanan. Pada bidang ini diperlukan kesadaran
bela negara masyarakat Indonesia melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta sehingga mendorong partisipasi seluruh
rakyat dalam upaya bela negara serta usaha pertahanan dan
keamanan negara. Upaya bela negara dapat dilakukan dalam bentuk
pengabdian sesuai profesi, partisipasi dalam kegiatan siskamling, dsb.
Dalam praktik riil tidak dipungkiri Pancasila sering mengalami
berbagai deviasi/ penyimpangan dalam aktualisasi nilai-nilainya
(Yudistira, 2016: 421). Mengutip pendapat Bambang Sumardjoko,
kedudukan formal Pancasila tidak selalu sejajar dengan pengamalan
Pancasila dalam kehidupan sosial sehari-hari. Hasil penelitian Badan
Pengkajian MPR menyimpulkan bahwa lebih dari 50% produk
undang-undang yang dikeluarkan pasca-Reformasi tidak merujuk
pada nilai-nilai Pancasila
(nasional.sindonews.com/read/1210372/18/aktualisasi-nilai-nilai-

90
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

pancasila-pada-masa-kini-1496431646). Maraknya berbagai


fenomena negatif yang terjadi mencerminkan melemahnya
penerapan nilai-nilai Pancasila. Apa yang harus dilakukan agar
Pancasila tidak mengalami deviasi? Pancasila harus dijadikan sebagai
nilai dasar, instrumental, dan praksis secara sungguh-sungguh dan
konsisten. Sebagai nilai dasar, Pancasila dijadikan cita-cita, tujuan,
tatanan dasar dan ciri khas bangsa Indonesia. Nilai instrumental,
Pancasila dijadikan dasar untuk menentukan kebijaksanaan, strategi,
organisasi, sistem, rencana, program, bahkan juga proyek-proyek
negara. Nilai praksis, Pancasila harus diaktualisasikan/ dilaksanakan
oleh seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, prospek ke depan
Pancasila akan tetap lestari dalam bentuk perilaku setiap komponen
bangsa. Apatisme dan resistensi terhadap Pancasila pun bisa
diminimalisir.

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Aktivitas 1
Sesi 1 (3 JP)
2. Peserta menyanyikan lagu Garuda Pancasila
3. Fasilitator menyampaikan tujuan dan skenario pembelajaran
4. Fasilitator menampilkan video 1
5. Peserta mengamati video 1
6. Peserta secara berkelompok menelaah video 1 menggunakan Lembar
Kerja 1
7. Perwakilan 1 sampai 2 kelompok melakukan presentasi hasil kerja dalam
bentuk power point
8. Fasilitator memberikan penguatan materi

2. Aktivitas 2
Sesi 2 (6 JP)
1. Fasilitator menampilkan video 2

91
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

2. Melalui curah pendapat, peserta diajak mengaitkan video dengan materi


Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
3. Peserta secara berkelompok dan kerjasama membuat
puisi/karikatur/slogan tentang implementasi nilai-nilai Pancasila dan
pesan ajakan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di kertas
plano!
4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
5. Fasilitator memberikan penguatan materi
6. Peserta mengerjakan Lembar Kerja 2 secara individual
7. Presentasi Lembar Kerja 2
8. Peserta mengerjakan latihan soal
9. Peserta melakukan refleksi pembelajaran pada pertemuan ini

Lembar Kerja 1
Petunjuk Kerja
Setelah Anda mengamati Video 1, selesaikanlah lembar kerja berikut!
1. Amati ketiga gambar kemudian pasangkan dengan usulan gagasan/pemikiran
dasar negara yang ada pada tabel di bawahnya
1. ………………………………………………………
2. ………………………………………………………
3. ………………………………………………………
4. ………………………………………………………
5. ………………………………………………………

1. ………………………………………………………
2. ………………………………………………………
3. ………………………………………………………
4. ………………………………………………………
5. ………………………………………………………

92
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

1. ………………………………………………………
2. ………………………………………………………
3. ………………………………………………………
4. ………………………………………………………
5. ………………………………………………………

Peri ketuhanan Persatuan Kekeluargaan

Keadilan Rakyat Musyawarah Peri kemanusiaan

Mufakat (demokrasi) Kesejahteraan Kesejahteraan sosial


Rakyat
Peri kebangsaan Peri kerakyatan Ketuhanan
Kebangsaan Keseimbangan lahir Internasionalisme
Indonesia dan batin (kemanusiaan)
(nasionalisme)

2. Buatlah bagan atau main mapping kronologis proses perumusan dan


penetapan Pancasila sebagai dasar negara!
3. Telaah semangat dan komitmen para tokoh pendiri negara dalam proses
perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara yang
ditampilkan video tersebut!
4. Tuliskan alasan mengapa meneladani semangat dan komitmen para
tokoh pendiri negara dalam proses perumusan dan penetapan Pancasila
sebagai dasar negara menjadi penting!

Lembar Kerja 2
Petunjuk Kerja
Buatlah skenario pembelajaran yang berkaitan dengan topik Pancasila sesuai
format berikut.
Mata Pelajaran : ……………………… Penyusun: ………………………………….
Kelas/Semester : ……………………… Instansi : …………………………………

93
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Kompetensi IPK Materi/ Media dan Model


Dasar (diisi KD (diisi KD sikap, Submateri Sumber Pembelajaran
sikap, pengetahuan, Pembelajaran
pengetahuan, keterampilan)
keterampilan)

Langkah-Langkah Model Pembelajaran


Tahapan Kegiatan Pembelajaran (*berpusat Alokasi Waktu
pada peserta didik)

E. PENILAIAN
1. Latihan Soal
Jawablah beberapa soal di bawah ini dengan memilih salah satu opsi jawaban
yang Anda anggap benar!

1. Perhatikan rumusan dasar negara yang diusulkan para pendiri negara.


1) Persatuan 6) Mufakat (demokrasi)
2) Kebangsaan Indonesia (nasionalisme) 7) Keadilan Rakyat
3) Musyawarah 8) Kesejahteraan sosial
4) Internasionalisme (peri kemanusiaan) 9) Keseimbangan lahir dan batin
5) Kekeluargaan 10) Ketuhanan
Rumusan dasar negara yang diusulkan Soekarno secara berurutan ditunjukan
nomor … .
A. 1), 3), 5), 7), dan 9) C. 1), 5), 7), 9), dan 10)
B. 2), 4), 6), 8), dan 9) D. 2), 4), 6), 8), dan 10)

94
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

2. Cermati fakta berikut.


Rakyat Indonesia Timur merasa keberatan dengan rumusan dasar negara
yaitu “…dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dalam piagam Jakarta. J. Latuharhary sebagai perwakilan
mereka menemui Mohammad Hatta untuk menyampaikan aspirasi Rakyat
Indonesia Timur. Moh. Hatta selanjutnya menemui tokoh Islam PPKI. Moh.
Hatta memberikan usul agar tujuh kata pada rumusan Ketuhanan dalam
Piagam Jakarta dihapus. Setelah melalui pembicaraan yang panjang,
diputuskan rumusan “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan yang Maha
Esa”. Dengan demikian, rumusan dasar negara diterima bulat, tidak ada
pihak yang keberatan.
Berdasarkan fakta di atas, semangat dan komitmen kebangsaan yang
dimiliki oleh para pendiri negara dalam proses perumusan dasar negara
adalah ....
A. tidak memaksakan kehendak pribadi
B. menghargai pihak lain yang berbeda pendapat
C. mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
D. komitmen terhadap pendirian dan pendapat sendiri

3. Perhatikan wacana singkat berikut.


Maraknya berita hoax di media sosial semakin meresahkan masyarakat,
Kini masyarakat dihadapkan pada pilihan yang sulit, yaitu harus
mempercayai berita atau mengabaikannya karena dianggap sebuah
kebohongan. Pada sisi lain berita hoax jika dibiarkan bisa berakibat fatal
seperti munculnya ketakutan, intimidasi, memecah belah masyarakat,
bahkan mengancam kerukunan hidup berbangsa dan bernegara.
Kebiasaan masyarakat yang mudah terpengaruh dan terprovokasi bahkan
pemahaman yang lemah tentang suatu berita dimanfaatkan oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab demi meraih keuntungan pribadi.

95
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Nilai Pancasila sila ke 2 yang harus dikembangkan untuk mengatasi


permasalahan dalam wacana tersebut adalah …
A. Mengakui persamaan hak berbicara bagi setiap orang
B. Senang melakukan kegiatan yang sifatnya kemanusiaan
C. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
D. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain

4. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa berfungsi untuk ….


A. sebagai sumber bahan hukum dari perundang-undangan Indonesia
itu sendiri
B. menyeleksi peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
pemerintah
C. menunjukan gagasan-gagasan mengenai wujud kehidupan yang
dicita-citakan
D. menyaring pengaruh-pengaruh negatif yang dibawa dari ideologi-
ideologi luar negeri
5. Perhatikan deskripsi kasus singkat berikut.
Hasil penelitian Badan Pengkajian MPR menyatakan bahwa lebih dari
50% produk undang-undang yang dikeluarkan pasca-Reformasi tidak
merujuk pada nilai-nilai Pancasila. Ini berarti nilai-nilai Pancasila
diabaikan dan belum ditaati sebagaimana mestinya.
Dari kasus tersebut, upaya yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk
menjadi Pancasila sebagai dasar negara adalah ….
A. menciptakan suasana permusyawaratan mufakat dalam proses
penyusunan produk peraturan perundang-undangan
B. membangun sistem hukum nasional yang baik sehingga melahirkan
produk peraturan perundang-undangan yang berkualitas
C. melakukan pengkajian kembali segala produk peraturan perundang-
undangan untuk diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila

96
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

D. mensosialisasikan segala produk peraturan perundang-undangan


yang telah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila agar ditaati oleh
masyarakat

2. Refleksi
Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/Ibu diminta melakukan refleksi
dengan menjawab pertanyaan berikut ini :
1. Apa yang Bapak/Ibu pahami setelah mempelajari materi ini?
2. Pengalaman penting apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mempelajari
materi ini?
3. Apa manfaat materi ini terhadap tugas Bapak/Ibu ?

F. REFERENSI
Effendy. (1995). Falsafah negara Pancasila. Semarang: Duta Grafika.

Ismaya, E. A & Romadlon, F.N. (2017). Strategi membentuk karakter semangat


kebangsaan anggota ambalan Kyai Mojo dan Nyi Ageng Serang. Jurnal
Refleksi Edukatika, 7(2).

Lestyarini. (2012). Penumbuhan semangat kebangsaan untuk memperkuat


karakter indonesia melalui pembelajaran bahasa. Jurnal Pendidikan
Karakter, Tahun II, Nomor 3.

Notonegoro. (1974). Pancasila dasar filsafat negara. Jakarta : Pancuran Tujuh.

Pasha, M.K. (2013). Pancasila dalam tinjauan historis, yuridis dan filosofis.
Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.

Purwastuti A, dkk. (2003). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UPT-MKU UNY.

Sumardjoko, B. (2017). Aktualisasi nilai-nilai Pancasila pada masa kini.


Diakses dari https://nasional.sindonews.com/read/1210372/18
/aktualisasi-nilai-nilai-pancasila-pada-masa-kini-1496431646 pada 25 Maret
2019 pada 26 Maret 2019.

Taniredja, T, dkk. (2014). Kedudukan dan Fungsi Pancasila Bagi Bangsa dan
Negara Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Tim Kerja Sosialisasi MPR. (2012). Empat pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.

97
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Wibowo, A. (2012). Pendidikan karakter: strategi membangun karakter


bangsa berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winarno. (2012). Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi panduan praktis


pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Yamin, M. (1959). Himpunan risalah sidang Badan Penyelidikan Usaha


Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) edisi pertama. Jakarta: Sekretariat
Negara Republik Indonesia.

Yudistira. (2016). Aktualisasi & implementasi nilai-nilai Pancasila dalam


menumbuh kembangkan karakter bangsa. Proseding Seminar Nasional
Hukum Universitas Negeri Semarang, 2(1).

98
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

MATERI PP 03
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945

99
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

MATERI PP 03

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA


REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

A. KOMPETENSI
1. Menganalisis sejarah perumusan dan penetapan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Menganalisis dinamika Undang-Undang DasarN egara Republik Indonesia
Tahun 1945.
3. Menganalisis perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indoneesia Tahun 1945.
4. Menganalisis arti penting Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
5. Menganalisis semangat kebangsaan dan kebernegaraan yang ditunjukan
para pendiri Negara dalam menetapkan UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional.

B. INDIKATOR
1. Peserta dapat menganalisis sejarah perumusan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2. Peserta dapat menganalisis sejarah penetapan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
3. Peserta dapat menganalisis dinamika UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
4. Peserta dapat menganalisis perubahan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
5. Peserta dapat menganalisis kedudukan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

100
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

6. Peserta dapat menganalisis fungsi UUD Negara Republik Indonesia Tahun


1945.
7. Peserta dapat menganalisis semangat kebangsaan dan kebernegaraan
yang ditunjukan para pendiri negara dalam menetapkan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional.

C. URAIAN MATERI
Dinamika politik global dunia abad 21, berimplikasi cukup besar terhadap
perkembangan politik atau sistem ketatanegaraan atau politik suatu negara,
khususnya negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Lahirnya
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mempunyai sifat kenyal dan luwes merupakan hasil kesepakatan politik para
pendiri bangsa, secara politik masih perlu dikembangkan. Sejalan dengan hal
tersebut, maka diperlukan pemahaman tentang Perumusan dan Pengesahan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembahasan materi sejarah perumusan dan pengesahan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 diawali dengan pemahaman tentang
konstitusi. Hal ini untuk mewujudkan keselarasan dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara, maka setiap orang sebagai warga negara maupun
aparatur negara perlu memiliki kesamaan pengertian, pemahaman dan
kesadaran akan nilai-nilai konstitusi, yang terimplementasikan sebagai dasar
dan landasan nilai pijak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, termasuk dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa
dalam merajut keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
bermoral dan bermartabat.
Dalam perkembangan sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara,
konstitusi menempati posisi yang sangat penting. Konstitusi berfungsi sebagai
alat kontrol terhadap penyelenggara Negara; pengendalian kekuasaan;
perlindungan HAM; sebagai forma regimenis (kerangka bangunan
pemerintahan); sebagai suatu rangka dan dasar hukum; landasan struktural

101
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

dalam penyelenggaraan negara; serta sebagai bagian dari kontrak sosial


(perwujudan perjanjian masyarakat)
Konstitusi merupakan hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu Negara. Konstitusi suatu Negara ada yang berbentuk
tertulis dan ada yang berbentuk tidak tertulis/konvensi. Konstitusi tertulis
(documentary constitusion/ written constitution) adalah aturan aturan pokok
dasar negara, bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan dasar
lainnya Yang mengatur peri kehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan
hukum negara. Konstitusi tidak tertulis/ konvensi (non documentary
constitution) adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.
Dalam hal konstitusi tertulis, hampir semua negara di dunia memiliki
konstitusi ini yang biasa disebut Undang-Undang Dasar. Konstitusi pada
umumnya mengatur mengenai pembentukan, pembagian wewenang dan cara
bekerja berbagai lembaga kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia.
Negara yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi
tertulis adalah Inggris dan Kanada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap
semua lembaga kenegaraan dan hak azasi manusia terdapat pada adat
kebiasaan dan juga tersebar di berbagai dokumen, baik dokumen yang relatif
baru maupun yang sudah sangat tua seperti Magna Charta tahun 1215. Adanya
negara yang dikenal sebagai negara konstitusional tetapi tidak memiliki
konstitusi tertulis, nilai-nilai, dan norma-norma yang hidup dalam praktik
penyelenggaraan negara juga diakui sebagai hukum dasar (merupakan
pengertian konstitusi dalam arti yang luas).
Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis beserta nilai-nilai dan
norma hukum dasar tidak tertulis yang hidup sebagai konvensi
ketatanegaraan dalam praktik penyelenggaraan negara sehari-hari, termasuk
ke dalam pengertian konstitusi atau hukum dasar (droit constitusionnel) suatu
negara (Jimly Asshidiqie, 2005). Terlepas dari apapun bentuk konstitusi yang
dimiliki suatu negara, dalam perkembangan sejarah kehidupan berbangsa dan
bernegara, konstitusi menempati posisi yang sangat penting.

102
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Konstitusi dibuat dengan berbagai fungsi yang melekat, seperti: sebagai


alat kontrol terhadap penyelenggara negara baik lembaga eksekutif, legislatif,
maupun yudikatif, serta komisi-komisi negara; sebagai pengendalian
kekuasaan; perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM); sebagai forma
regimenis (kerangka bangunan pemerintahan); sebagai suatu rangka dan
dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-citakan dalam tahap
berikutnya; sebagai landasan struktural dalam penyelenggaraan negara
menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh
semua warga negaranya baik penguasa maupun rakyat; serta sebagai bagian
dari kontrak sosial (perwujudan perjanjian masyarakat) yang merupakan
konklusi dari kesepakatan masyarakat untuk membina negara dan
pemerintahan yang akan mengatur mereka. Keterkaitan konstitusi dengan
negara bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Bahkan ada
pendapat yang menyatakan tanpa konstitusi, negara tidak mungkin ada.
Materi muatan konstitusi pun senantiasa berkembang seiring dengan
perkembangan peradaban manusia dan organisasi kenegaraan. Disinilah
konstitusi diartikan sebagai living organism yang sifatnya dinamis, harus
mampu menyesuaikan diri dengan kondisi dan perubahan zaman. Oleh karena
itu, kajian tentang perkembangan konstitusi semakin penting dalam negara-
negara modern saat ini yang pada umumnya menyatakan diri sebagai negara
konstitusional. Dengan mengkaji perkembangan konstitusi, dapat diketahui
pula perkembangan prinsip-prinsip dasar kehidupan bersama dan
penyelenggaraan negara, serta struktur organisasi suatu negara tertentu.
Bahkan nilai-nilai konstitusi dapat dikatakan mewakili tingkat peradaban
suatu bangsa. Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukum juga
mempunyai konstitusi yang dijadikan landasan hukum dalam melaksanakan
ketatanegaraaan di Indonesia yang dikenal dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Suasana kebatinan (geistichenhentergrund) yang menjadi latar belakang
filosofis, sosiologis, politis, dan historis perumusan juridis suatu ketentuan

103
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Undang-Undang Dasar perlu dipahami dengan seksama. Di samping itu, setiap


kurun waktu dalam sejarah perumusan, dan pengesahan suatu Undang-
Undang Dasar memberikan pula kondisi-kondisi kehidupan yang membentuk
dan mempengaruhi kerangka pemikiran (frame of reference) dan medan
pengalaman (field of experience) dengan muatan kepentingan yang berbeda,
sehingga proses pemahaman terhadap suatu ketentuan Undang-Undang
Dasar dapat terus berkembang dalam praktik di kemudian hari. Konstitusi
menjadi pegangan bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan. Konstitusi
menjadi instrument of government yaitu seperangkat kebijakan yang
digunakan sebagai pegangan untuk memerintah dalam suatu negara. Negara
yang berdasarkan konstitusi adalah negara yang kekuasaan pemerintahannya,
hak-hak rakyatnya, hubungan antara kekuasaan pemerintah, serta hak-hak
warga negaranya diatur oleh hukum. Pada umumnya konstitusi memuat hal-
hal sebagai berikut:
a. Organisasi negara
b. Wilayah negara
c. Warga negara dan penduduk
d. Hak Asasi Manusia
e. Pertahanan dan keamanan negara
f. Perekonomian nasional dan kesejahteraan nasional
g. Perubahan konstitusi itu sendiri

Dari catatan sejarah klasik terdapat dua istilah yang berkaitan erat dengan
konstitusi, yaitu politea (bahasa Yunani kuno) dan constitution (bahasa Latin)
yang juga berkaitan dengan istilah jus. Dari kedua istilah ini awal mula gagasan
konstitusionalisme diekspresikan oleh umat manusia. Jika kedua istilah
tersebut dibandingkan, dapat dikatakan bahwa yang paling tua usianya adalah
kata politeia yang berasal dari kebudayaan Yunani. Pengertian konstitusi di
zaman Yunani kuno masih bersifat materiil, dalam arti belum berbentuk
seperti konstitusi pada zaman modern ini. Namun perbedaan antara konstitusi
dengan hukum biasa sudah tergambar dalam pembedaan yang dilakukan oleh

104
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Aristoteles terhadap pengertian politea dan nomoi. Politea dapat


disepadankan dengan pengertian konstitusi, sedangkan nomoi adalah undang-
undang biasa. Politea mengandung kekuasaan yang lebih tinggi dari nomoi,
karena politea mempunyai kekuasaan membentuk sedang nomoi tidak. Nomoi
hanya merupakan materi yang harus dibentuk agar tidak bercerai berai.
Dalam kebudayaan Yunani istilah konstitusi berhubungan erat dengan
sebutan respublica constituere yang melahirkan semboyan “prinsep legibus
solutes est, salus publica suprema lex” (artinya rajalah yang berhak
menentukan struktur organisasi negara, karena dialah satu-satunya pembuat
undang-undang).
Di dalam bahasa Latin kata konstitusi merupakan gabungan dua kata,
yaitu cume dan statuere. Cume adalah sebuah preposisi yang berarti “bersama
dengan”, dan statuere yang berarti “berdiri”. Atas dasar itu kata statuere
mempunyai arti “membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan/menetapkan”. Dengan demikian constitution (bentuk tunggal)
berarti menetapkan sesuatu secara bersama-sama. Dan constitutions (bentuk
jamak) berarti segala sesuatu yang telah ditetapkan. Adapun dalam bahasa
inggris yaitu “Constitution” dan berasal dari bahasa belanda “constitue” dalam
bahasa prancis yaitu “constiture”, yang berairti membentuk yakni membentuk
suatu Negara atau menyusun dan menyatakan suatu Negara (Dahlan Thalib:
1999). Adapun dalam bahasa Jerman “vertassung” dalam ketatanegaraan
Indonesia diartikan sama dengan Undang-Undang Dasar. Konstitusi/Undang-
Undang Dasar dapat diartikan peraturan dasar dan yang memuat ketentuan -
ketentuan pokok dan menjadi satu sumber perundang- undangan. Konstitusi
adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara suatu pemerintahan diselenggarakan dalam
suatu masyarakat negara.
Konstitusi mengandung dua pengetian yaitu konstitusi dalam arti luas dan
konstitusi dalam arti sempit.

105
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

a. Konstitusi secara luas, merupakan suatu keseluruhan aturan dan


ketentuan dasar (hukum dasar yang meliputi hukum dasar tertulis dan
hukum dasar tidak tertulis yang mengatur mengenai suatu pemerintahan
yang diselenggarakan di dalam suatu negara). Tokohnya K. C. Wheare, L. J.
Van Apeeldorn, dan Herman Heller.
b. Konstitusi secara sempit, merupakan undang-undang dasar yaitu suatu
dokumen yang berisi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang
bersifat pokok dari ketatanegaraan suatu negara. Tokohnya C. F. Strong,
James Bryce.

Konstitusi harus memuat beberapa unsur, yakni:


a. Konstitusi sebagai perwujudan kontak sosial, yaitu merupakan perjanjian
dari kesepakatan antara warga negara dengan pemerintah.
b. Konstitusi sebagai penjamin hak asasi manusia, yaitu merupakan penentu
hak dan kewajiban warga Negara dan badan-badan pemerintahan.
c. Konstitusi sebagai forma regiments, yaitu merupakan kerangka
pembangunan pemerintah.

Sri Sumarti, menyatakan bahwa setidaknya dalam konstitusi berisi 3 hal


pokok, yaitu:
a. Jaminan terhadap hak asasi manusia dan warga Negara.
b. Susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
c. Pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menganut
pengertian konstitusi dalam arti luas. Petunjuk untuk itu kita jumpai
dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 tentang sistem pemerintahan negara, disebutkan
bahwa pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak
bersifat absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas) Disebutkan pula
bahwa Undang-Undang Dasar adalah sebagian dari hukum dasar. Undang-
Undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar negara

106
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

itu. Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang di


sampingnya Undang-Undang Dasar itu berlaku hukum dasar yang tidak
tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktik penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Untuk lebih
jelasnya di bawah akan disajikan materi-materi yang terkait tentang
sejarah perumusan, dan pengesahan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, adalah sebagai berikut:

1. Perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945.

`
Gambar 5. Suasana Sidang BPUPKI
(sumber https://news.okezone.com)

Pada Sidang Pleno pertama, selama empat hari digunakan untuk


menyampaikan “pemandangan umum” bagi para anggota. Hal itu sesuai
dengan anjuran Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) agar para anggota menyampaikan
pandangan-pandangan tentang dasar negara Indonesia merdeka yang
akan datang. Sebenarnya dalam sidang pertama ini ada beberapa orang
pembicara, tetapi ada tiga orang yang secara dominan mempunyai
pengaruh yaitu Muh. Yamin, Prof., Dr., Mr. Supomo dan Ir. Sukarno (Muh.

107
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Yamin, 1959: 59). Dari sidang inilah cikal bakal rumusan dasar negara
Pancasila lahir.
Pada sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, SH
berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar
Negara Republik Indonesia, yaitu: “1. Peri kebangsaan; 2. Peri
kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5. Kesejahteraan
Rakyat. Sidang tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo berpidato
mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara
Republik Indonesia, yang dia namakan “Dasar Negara Indonesia Merdeka”
yaitu: “1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; Mufakat dan Demokrasi; 4.
Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial. Selanjutnya pada sidang tanggal 1
Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan gagasan mengenai
rumusan lima hukum dasar negara Republik Indonesia, yang dia namakan
“Pancasila” yaitu: “1. Kebangsaan Indonesia, 2. Internasionalisme dan Peri
Kemanusiaan; 3. Mufakat dan Demokrasi; 4. Kesejahteraan Sosial; dan 5.
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sela waktu antara Sidang periode pertama (29 Mei s.d. 1 Juni 1945)
dan periode kedua (10 Juli s.d. 17 Juli 1945) dimanfaatkan oleh tiga puluh
delapan orang anggota Badan Penyelidik yang merangkap menjadi
anggota Cuo Sangiin (Dewan Perwakilan Rakyat) membentuk sebuah
Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang, sehingga di sebut “Panitia
Sembilan”. Pembentukan Panitia Sembilan ini sebagai tindak lanjut dari
persetujuan dari para anggota Badan Penyelidik (golongan Islam dan
golongan kebangsaan) untuk mencari persamaan wawasan tentang dasar
negara Indonesia medeka. Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan
berhasil mencapai persetujuan atau permufakatan bersama yang tertuang
dalam sebuah naskah yang dikenal dengan “Piagam Jakarta”, yang sering
juga disebut “Jakarta Charter”.
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar dipimpin oleh Ketua Ir.
Sukarno dalam rapatnya tanggal 11 Juli 1945 membentuk Panitia Kecil,

108
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

yang berkewajiban merancang Undang-Undang Dasar dengan


memperhatikan pendapat-pendapat yang telah dimajukan di Sidang
maupun dalam rapat Panitia Perancang Undang-Undang Dasar .
Pada tanggal 14 Juli 1945 diadakan sidang paripurna (pleno) yang
dipimpin oleh Ketua Badan Penyelidik dengan acara mendengarkan
laporan Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang dipimpin oleh Ir.
Sukarno. Panitia ini telah berhasil menyusun tiga naskah , yaitu
Rancangan Pernyataan Indonesia Merdeka, Rancangan Pembukaan
Undang-Undang Dasar, dan Rancangan (Batang Tubuh) Undang-Undang
Dasar yang terdiri dari 42 Pasal. Setelah dibahas selama dua hari, maka
pada tanggal 16 Juli 1945 naskah-naskah tersebut diterima oleh sidang
Badan Penyelidik, meliputi Pembukaan yang diangkat dari dokumen
Piagam Jakarta 22 Juni 1945, dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar
terdiri dari 36 pasal.

Gambar 6. Naskah Piagam Jakarta


(sumber https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id)

109
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Piagam Jakarta (22 Juni 1945) kemudian ditetapkan menjadi


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 dengan sedikit
perubahan pada rumusan kalimat ...”Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”... diubah dan
ditetapkan menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” setelah melalui
pembahasan secara seksama dan mendalam.

2. Penyempurnaan Rancangan Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945

Rancangan Undang-Undang Dasar hasil karya Badan Penyelidik


Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam sidang pada
tanggal 16 Juli 1945, setelah mengalami perubahan dan penyempurnaan,
rancangan inilah yang kemudian ditetapkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Perubahan dan penyempurnaan tersebut
meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pembukaan
Istilah “Mukadimah” atau kata “Pembuka Undang-Undang Dasar”
diganti dengan “Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945”.
Kalimat...”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam
bagi pemeluk-pemeluknya...” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Rumusan “dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” dihapuskan.
Perubahan Pada Pasal-Pasal
1) Pasal 4 ayat (1), berbunyi: Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan ditambah dengan kata-
kata “menurut Undang-Undang Dasar”.
2) Pasal 4 ayat (2), menyatakan: Perkataan “dua orang wakil
Presiden”, menjadi “satu wakil Presiden”. Alinea 3 dicoret.

110
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

3) Pasal 5 ditambahkan ayat (2) berbunyi: Presiden menetapkan


Peraturan Pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya.
4) Pasal 6 ayat (1) diganti menjadi: Presiden ialah orang
Indonesia asli.
5) Pasal 6 ayat (2) diganti menjadi: Presiden dan Wakil Presiden
(dan tidak lagi wakil-wakil).
6) Pasal 7, menjadi berbunyi: Presiden dan Wakil Presiden
7) Pasal 8, diubah sehingga masuk kalimat: ia diganti oleh Wakil
Presiden. Dengan demikian pada Pasal 8 ini tidak lagi memakai
ayat (2) lagi.
8) Pasal 9, kalimat pertama ditambah dengan: Presiden dan Wakil
Presiden. Perkataan “mengabdi” diganti dengan kata
“berbakti” (dua kali) seperti rumusan sekarang.
9) Pasal 23 ayat (1) ditambahkan kalimat “Apabila Dewan
Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan
Pemerintah, maka Pemerintah menjalankan anggaran tahun
yang lalu”.
10)Pasal 23 ayat (5) ditambahkan kalimat “Hasil pemeriksaan itu
diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat”.
11)Pasal 24 ayat (1) ditambahkan kalimat “menurut Undang-
Undang”.
12)Pasal 25: ditambahkan kata “dan untuk diberhentikan”.
Perubahan lain
Perubahan lain, diantaranya memutuskan untuk menambahkan
kepada rancangan Undang-Undang Dasar tersebut yaitu:
1) Bab XVI pasal 37 tentang Perubahan Undang-Undang Dasar
2) Aturan Peralihan pasal I, II, III, IV.
3) Aturan Tambahan ayat (1) dan (2).

111
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

3. Pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (PPKI) mengadakan sidang yang di mulai pukul 11.30 WIB yang
dibuka oleh pimpinan sidang Ir.Soekarno. Sidang PPKI membahas
rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar yang telah mengalami
penyempurnaan, selain itu sidang juga membahas pasal-pasal yang masih
perlu dilakukan penyempurnaan. Suasana sidang PPKI tersebut
berlangsung dengan sangat demokratis. Bung Karno sebagaii pimpinan
sidang memberikan kesempatan kepada peserta sidang untuk
mengemukakan pendapat. Sebelum sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945
ditutup. Presiden Soekarno menunjuk 9 orang anggota sebagai panitia
kecil yang bertugas untuk menyusun rancangan yang berisi hal-hal yang
meminta perhatian mendesak yaitu masalah pembagian wilayah negara,
kepolisian, tentara, kebangsaan, dan perekonomian. Kesembilan anggota
panitia kecil tersebut yaitu Oto Iskandar Dinata, Subarjo, Sayuti Melik, Iwa
Kusuma Sumantri, Wirahadikusumah, Dr. Amir, A.A. Hamidhan, Dr.
Ratulangi, dan Ketut Pudja. Akhirnya sidang PPKI di tutup pada pukul
16.12 WIB yang menghasilkan 3 keputusan.

Hasil dari sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yaitu;


1. Menetapkan Undang-undang Dasar.
2. Menetapkan Ir.Soekarno sebagai presiden dan Drs.Mohammad Hatta
sebagai wakil Presiden.
3. Sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat, pekerjaan
Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah komite
nasional.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, disahkan


seluruhnya dalam suara bulat dalam rapat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945.

112
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu, maka secara formal
Indonesia sempurna sebagai sebuah negara, sebab syarat yang lazim
diperlukan untuk menjadi sebuah Negara telah terpenuhi yaitu:
1) Rakyat, yaitu bangsa Indonesia;
2) Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari Sabang
hingga ke Merauke yang terdiri dari 16.056 (data tahun 2017) pulau
besar dan kecil;
3) Kedaulatan yaitu sejak mengucap proklamasi kemerdekaan
Indonesia;
4) Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya sebagai
pucuk pimpinan pemerintahan Negara;
5) Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya sebagai
pucuk pimpinan pemerintahan negara;
6) Tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila;
7) Bentuk Negara yaitu Negara kesatuan.

Gambar 7. Suasana Sidang Pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945
(sumber: https://4.bp.blogspot.com)

113
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Undang-Undang Dasar yang meliputi Pembukaan, Batang Tubuh,


termasuk empat Pasal Aturan Peralihan dan dua ayat Aturan Tambahan.
Jadi tidak kita dapati pembahasan dan perundingan tentang Penjelasan,
baik Penjelasan Umum, maupun penjelasan pasal demi pasalnya.

4. Dinamika Sistem Ketatanegaraan di Indonesia Berdasarkan Undang-


Undang Dasar.

Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat untuk


menyusun sebuah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi
grondwet” telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam sebuah naskah yang dinamakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan
demikian, sekalipun Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37
pasal namun ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut
ketentuan umum teori konstitusi telah terpenuhi dalam Undang-Undang
Dasar 1945 tersebut.
Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau
penyesuaian itu memang sudah dilihat oleh para penyusun Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu sendiri, dengan
merumuskan dan melalui Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, tentang perubahan Undang-Undang
Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan mengubah Undang-Undang
Dasar melalui pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebelumnya, hal itu harus ditanyakan lebih dahulu kepada
seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu referendum (Tap MPR No.1/
MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap MPR No. IV/MPR/1983 tentang

114
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

referendum). Sejarah mencatat perubahan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, dilakukan secara bertahap dan menjadi
salah satu agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga
perubahan ke empat pada sidang tahunan MPR tahun 2002, telah
membawa perubahan besar dalam sistem dan kehidupan ketatanegaraan
Indonesia. Satu perubahan itu adalah perubahan dalam bidang kekuasaan
kehakiman, yaitu dengan kehadiran Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai
salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka disamping
Mahkamah Agung (MA) beserta badan-badan peradilan di bawahnya (A.
Mukthie Fadjar: 2007). Pembentukan Mahkamah Konstitusi selaras
dengan dianutnya faham negara hukum dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sebagai konsekuensinya
harus dijaga prinsip konstitusionalitas hukum, dalam arti bahwa tidak
boleh ada undang-undang yang bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Oleh karena itu, diperlukan
suatu institusi yang diberi kewenangan oleh konstitusi untuk menguji
konstitusionalitas suatu undang-undang, baik pengujian secara formil
mengenai bentuk dan cara pembentukannya, maupun pengujian secara
materiil mengenai hal yang tidak boleh bertentangan dengan konstitusi.
Kewenangan menguji konstitusionalitas undang-undang tersebut
diberikan kepada suatu lembaga negara pelaku kekuasaan kehakiman
yang tuga utamanya menjaga konstitusi (the guardian of constitution),
yakni Mahlamah Konstitusi. Sebelum perubahan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, suatu yudicial review atas
undang-undang yang dikenal hanyalah pengujian oleh lembaga yang
membentuk undang-undang, yakni Presiden dan DPR (legislative review)
dan polical review oleh MPR (Ketetapan MPR No. III/MPR/2000). Adapun
dinamika Sejarah Ketatanegaraan di Indonesi, yaitu:

115
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949


Pada masa awal Kemerdekaan (18 Agustus 1945 sampai 27 Desember
1949) setelah mendengarkan laporan hasil kerja BPUPKI yang telah
menyelesaikan naskah rancangan Undang-Undang Dasar, pada sidang
PPKI tanggal 18 Agustus 1945, beberapa anggota masih ingin mengajukan
usul-usul perbaikan terhadap rancangan yang telah dihasilkan. Tetapi
akhirnya dengan aklamasi, rancangan Undang-Undang Dasar itu secara
resmi disahkan menjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Naskah Undang-Undang Dasar yang disahkan oleh PPKI
tersebut disertai penjelasan yang dimuat dalam Berita Republik Indonesia
No. 7 tahun II 1946. Undang-Undang Dasar 1945 ini tersebut terdiri atas
tiga bagian yaitu Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal serta 4 pasal
Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan Umum
dan pasal-demi pasal. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 ini tidak langsung dijadikan referensi dalam setiap pengambilan
keputusan kenegaraan dan pemerintahan. Undang-Undang Dasar 1945
hanya dijadikan alat untuk membentuk negara merdeka yang bernama
Republik Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 memang
dimaksudkan sebagai Undang-Undang Dasar sementara yang menurut
istilah Bung Karno sendiri merupakan ‘revolutie-grondwet’ atau Undang-
Undang Dasar Kilat, yang memang harus diganti dengan yang baru apabila
negara merdeka sudah berdiri dan keadaan sudah memungkinkan. Hal ini
dicantumkan pula dengan tegas dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 dimana lembaga yang yang berhak mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar adalah MPR, serta Aturan Tambahan
Pasal II Undang-Undang Dasar 1945 yang berisi mengenai ketentuan
waktu (dalam 6 bulan) sesudah MPR dibentuk, majelis ini bersidang untuk
menetapkan Undang-Undang Dasar. Berikut merupakan sistem

116
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar 1945 (kurun waktu 1945


s.d. 1949):
a) Bentuk Negara diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945 yang menyatakan “negara Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk republik”. Sebagai negara kesatuan, maka di negara
Republik Indonesia hanya ada satu kekuasaan pemerintahan negara,
yakni di tangan pemerintah pusat. Sebagai negara yang berbentuk
republik, maka kepala negara dijabat oleh Presiden yang diangkat
melalui suatu pemilihan.
b) Kedaulatan Kedaulatan diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Dasar 1945 yang menyatakan “kedaulatan adalah di tangan rakyat
dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusywaratan Rakyat”.
Atas dasar itu, maka kedudukan Majelis Permusywaratan Rakyat
(MPR) adalah sebagai lembaga tertinggi negara.
c) Sistem Pemerintahan Sistem pemerintahan negara diatur dalam
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang Undang Dasar”. Hal ini menunjukkan bahwa sistem
pemerintahan menganut sistem presidensiil. Menteri-menteri sebagai
pelaksana tugas pemerintahan adalah pembantu Presiden yang
bertanggung jawab kepada Presiden, bukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
d) Lembaga Negara Lembaga tertinggi negara adalah Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan lembaga tinggi negara menurut
Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen) adalah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR); Presiden; Dewan Pertimbangan Agung
(DPA); Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Mahkamah Agung
(MA).

Pada awal kemerdekaan Negara Indonesia masih dalam masa


peralihan hukum dan pemerintahan. Akibatnya, sistem pemerintahan

117
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

belum dilaksanakan sepenuhnya. Pada saat itu, berlaku pasal IV Aturan


Peralihan yang menetapkan segala kekuasaan negara dijalankan oleh
presiden dengan bantuan Komite Nasional (sebelum MPR, DPR dan DPA
dibentuk menurut Undang-Undang Dasar 1945). Komite Nasional adalah
penjelmaan kebulatan tujuan dan cita-cita bangsa untuk
menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan
rakyat. Komite Nasional ini bertugas untuk:
a. Menyatakan kemauan rakyat Indonesia untuk hidup sebagai bangsa
yang merdeka
b. Mempersatukan rakyat dari berbagai lapisan dan jabatan supaya
terpadu pada segala tempat di seluruh Indonesia, persatuan
kebangsaan yang bulat dan erat
c. Membantu menentramkan rakyat dan turut menjaga keselamatan
umum
d. Membantu pimpinan dalam penyelenggaraan cita-cita bangsa
Indonesia dan di daerah membantu pemerintah daerah untuk
kesejahteraan umum; Akan tetapi dalam pelaksanaannya terjadi
penyimpangan konstitusional yaitu:
a) Komite Nasional Pusat berubah fungsi dari pembantu presiden
menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif yang ikut
menentukan Garis-Garis Besar Haluan Negara, atas dasar
Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945 yang
isinya: “Bahwa Komite Nasional Pusat, sebelum terbentuk MPR
dan DPR diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan garis-
garis besar daripada haluan negara, serta meyetujui bahwa
pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubung
gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang
dipilih di antara mereka dan bertanggung jawab kepada Komite
Nasional Pusat”.

118
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

b) Adanya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet


parlementer, setelah dikeluarkannya Maklumat Pemerintah
tanggal 14 November 1945. Akibatnya dibentuklah kabinet yang
pertama negara RI yang dipimpin Perdana Menteri Sutan Syahri.
Akan tetapi, pemerintahan parlementer tidak berjalan
sebagaimana harapan karena keadaan politik dan keamanan
negara. Kejadian ini memaksa presiden untuk mengambil alih
kekuasaan menjadi sistem pemerintahan presidensial.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahawa Saat Republik


Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang
baru ini belum mempunyai Undang-Undang Dasar. Sehari kemudian pada
tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang disahkan oleh Paniti
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia setelah mengalami beberapa proses.

Periode Konstitusi Republik Indonesia Serikat 27 Desember 1949 –


17 Agustus 1950
Setelah Perang Dunia Kedua berakhir dengan kemenangan di pihak
tentara Sekutu dan kekalahan di pihak Jepang dan diikuti dengan
kepergian balatentara Jepang dari tanah air Indonesia dimanfaatkan oleh
pemerintah Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. Namun, usaha
pemerintah Belanda untuk kembali menanamkan pengaruhnya tidaklah
mudah karena mendapat perlawanan yang sengit dari para pejuang
kemerdekaan Indonesia. Karena itu, pemerintah Belanda menerapkan
politik “adu domba” (devide et impera) melalui Konverensi Meja Bundar.

119
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Gambar 8. Konferensi Meja Bundar


(sumber: https://www.vebma.com)

Konferensi tersebut menyepakati tiga hal, yaitu: mendirikan Negara


Republik Indonesia Serikat, penyerahan kedaulatan kepada RIS, serta
mendirikan uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan
Belanda. Naskah konstitusi ini disusun bersama oleh delegasi Republik
Indonesia dan delegasi BFO ke Konferensi Meja Bundar itu. Dalam delegasi
Republik Indonesia yang dipimpin oleh Mr. Mohammad Roem. Rancangan
Undang-Undang Dasar itu disepakati bersama oleh kedua belah pihak
untuk diberlakukan sebagai UndangUndang Dasar RIS. Naskah Undang-
Undang Dasar yang kemudian dikenal dengan sebutan Konstitusi RIS itu
disampaikan kepada Komite Nasional Pusat sebagai lembaga perwakilan
rakyat di Republik Indonesia dan kemudian resmi mendapat persetujuan
Komite Nasional Pusat tersebut pada tanggal 14 Desember 1949.
Selanjutnya, Konstitusi Republik Indonesia Serikat dinyatakan berlaku
mulai tanggal 27 Desember 1949. Konstitusi tersebut terdiri atas
Mukadimah yang berisi 4 alinea, Batang Tubuh yang berisi 6 bab dan 197
pasal, serta sebuah lampiran. Dengan berdirinya negara Republik
Indonesia Serikat berdasarkan Konstitusi RIS Tahun 1949 itu, wilayah
Republik Indonesia sendiri masih tetap ada di samping Negara Federal

120
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Republik Indonesia Serikat. Karena, sesuai ketentuan Pasal 2 Konstitusi


RIS, Republik Indonesia diakui sebagai salah satu negara bagian dalam
wilayah Republik Indonesia Serikat, yaitu mencakup wilayah yang disebut
dalam perjanjian Renville. Dalam wilayah federal berlaku Konstitusi RIS
1949, tetapi dalam wilayah Republik Indonesia sebagai salah satu negara
bagian tetap berlaku Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi RIS
dimaksudkan juga sebagai Undang-Undang Dasar yang bersifat
sementara, sebab lembaga yang membuat dan menetapkan Undang-
Undang Dasar itu tidaklah representatif. Adapun sistem ketatanegaraan
menurut Undang-Undang Dasar RIS 1949 ini sebagai berikut:

a) Bentuk Negara
Bentuk negara dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS
yang berbunyi “Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan
berdaulat adalah negara hukum yang demokratis dan berbentuk
federasi”. Terjadi perubahan dari negara kesatuan menjadi negara
serikat atau federal, maka di dalam RIS terdapat beberapa negara
bagian. Masing-masing negara bagian memiliki kekuasaan
pemerintahan di wilayah negara bagiannya. Negara-negara bagian itu
adalah Negara Republik Indonesia, dengan daerah menurut status
quo seperti tersebut dalam perjanjian Renville tanggal 17 Januari
1948 adalah Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan termasuk
distrik federal Jakarta, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara
Sumatera Timur, dan Negara Sumatera Selatan; satuan-satuan
kenegaraan yang tegak sendiri adalah Jawa Tengah, Bangka, Belitung,
Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Kalimantan Tenggara dan
Kalimantan Timur; daerah-daerah Indonesia selebihnya yang bukan
daerah-daerah bagian.
b) Kedaulatan.
Kedaulatan diatur dalam Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan
“Kekuasaan berkedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh

121
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan


Senat”.
c) Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa berlakunya
Konstitusi RIS adalah sistem parlementer. Hal ini diatur dalam pasal
118 ayat 1 dan 2 Konstitusi RIS. Pada ayat (1) dinyatakan bahwa
”Presiden tidak dapat diganggu-gugat”, sedangkan Pasal 118 ayat (2)
dinyatakan bahwa ”Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh
kebijaksanaan pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya
maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri”.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka Presiden tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban atas tugas-tugas pemerintahan, sebab Presiden
adalah kepala negara, bukan kepala pemerintahan. Sebagai pelaksana
dan pertanggungjawaban pemerintahan adalah menteri-menteri.
Berarti kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri dan
bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
d) Lembaga Negara
Lembaga-lembaga negara yang menurut Konstitusi RIS disebut
alat-alat perlengkapan Federal Republik Indonesia Serikat adalah
Presiden, Menteri-Menteri, Senat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Mahkamah Agung, dan Dewan Pengawas Keuangan.
Berdirinya negara Republik Indonesia Serikat dengan Konstitusi
Republik Indonesia Serikat sebagai undang-undang dasarnya
bukanlah bentuk negara yang diharapkan oleh seluruh rakyat
Indonesia, Bentuk negara federal mengandung banyak sekali nuansa
politis, berkenaan dengan kepentingan penjajahan Belanda. Karena
itu, meskipun gagasan bentuk negara federal mungkin saja memiliki
relevansi sosiologis yang cukup kuat untuk diterapkan di Indonesia,
tetapi karena terkait dengan kepentingan penjajahan Belanda, maka

122
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

ide feodalisme menjadi tidak populer. Pada masa ini banyak terjadi
berbagai penyimpangan antara lain:
a. Negara Republik Indonesia hanya berstatus sebagai salah satu
negara bagian, dengan wilayah kekuasaan daerah sebagaimana
dalam persetujuan Renville dan sesuai dengan bunyi pasal 2
Konstitusi Republik Indonesia Serikat.
b. Undang-Undang Dasar 1945 sejak tanggal 27 Desember 1949
hanya berstatus sebagai Undang-Undang Dasar Negara Bagian
Republik Indonesia.
c. Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi liberal.
d. Berlakunya sistem parlementer yaitu pemerintahan bertanggung
jawab kepada parlemen (DPR). Pemerintahan dikepalai seorang
Perdana Menteri, sedangkan Presiden sebagai Kepala Negara.
e. Sebagai akibat sistem parlementer, kabinet tidak mampu
melaksanakan programnya dengan baik dan dinilai negatif oleh
DPR.
f. Terjadinya pertentangan politik di antara partai-partai politik
saat itu (yang bercorak agama, nasionalis, kedaerahan dan
sosialis, dengan sistem multipartai).

Gambar 9. Wilayah Republik Indonesia Serikat


(Sumber: https://pendidikanzone.blogspot.co.id)

123
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Penyimpangan dan kondisi yang terjadi tersebut memantik reaksi


rakyat untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui
pasal 44 Konstitusi RIS 1949 dan Undang-Undang Darurat Nomor 11
Tahun 1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan
Wilayah Republik Indonesia Serikat, Lembaran Negara No. 16 Tahun
1950, negara-negara bagian mulai menggabungkan diri dengan
negara RI, termasuk negara RIS pun bersepakat untuk mendirikan
Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Piagam Persetujuan RI-
RIS. Konstitusi Republik Indonesia Serikat pun diganti menjadi
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia.
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput
dari rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali
berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan
negara-negara seperti Negara Sumatera Timur, Negara Indonesia
Timur, Negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha
Belanda tersebut maka terjadilah Agresi Belanda 1 pada tahun 1947
dan agresi 2 pada tahun 1948. Hal ini mengakibatkan diadakannya
Komperensi Meja Bundar (KMB) yang melahirkan negara Republik
Indonesia Serikat. Sehingga Undang-Undang Dasar yang seharusnya
berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk
negara Republik Indonesia Serikat saja.

Periode Undang-Undang Dasar Sementara 1950, 17 Agustus 1950 – 5


Juli 1959
Naskah Undang-Undang Dasar Sementara 1950 diberlakukan secara
resmi mulai tanggal 17 Agustus, 1950, yaitu dengan ditetapkannya UU
No.7 Tahun 1950. Undang-Undang Dasar Sementara 1950 ini bersifat
mengganti sehingga isinya tidak hanya mencerminkan perubahan
terhadap Konstitusi Republik Indonesia Serikat Tahun 1949, tetapi
menggantikan naskah Konstitusi Republik Indonesia Serikat itu dengan
naskah baru dengan nama Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950.

124
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Undang-Undang Dasar Sementara 1950 bersifat sementara hal ini


nampak dalam rumusan pasal 134 yang menyatakan bahwa Konstituante
bersama-sama dengan pemerintah selekas-lekasnya menetapkan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang akan menggantikan
Undang-Undang Dasar Sementara ini”. Sekalipun konstituante telah
bekerja kurang lebih selama dua setengah tahun, namun lembaga ini
masih belum berhasil menyelesaikan sebuah Undang-Undang Dasar. Hal
ini disebabkan adanya pertentangan pendapat di antara partai-partai
politik di badan konstituante dan juga di DPR serta di badan-badan
pemerintahan.
Sistem ketatanegaraan pada masa berlakunya Undang-Undang Dasar
Sementara 1950:
a) Bentuk Negara kesatuan dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 yang berbunyi “Republik Indonesia
yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang
demokratis dan berbentuk kesatuan”.
b) Kedaulatan Kedaulatan diatur dalam Pasal 1 ayat (2) yang
menyatakan bahwa ”Kedaulatan Republik Indonesia adalah di tangan
rakyat dan dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan Dewan
Perwakilan Rakyat”
c) Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut pada masa berlakunya Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 adalah sistem pemerintahan
parlementer. Hal ini dinyatakan dalam pasal 83 ayat (1) Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 bahwa ”Presiden dan Wakil Presiden
tidak dapat diganggu-gugat”. Kemudian pada ayat (2) disebutkan
bahwa ”Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh
kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya
maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri”. Hal ini
berarti yang bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan

125
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

pemerintahan adalah menterimenteri. Menteri-menteri tersebut


bertanggung jawab kepada parlemen atau DPR.
d) Lembaga negara
Lembaga-lembaga negara menurut Undang-Undang Dasar
Sementara 1950 adalah: Presiden dan Wakil Presiden; Menteri-
Menteri; Dewan Perwakilan Rakyat; Mahkamah Agung; Dewan
Pengawas Keuangan.

Pada masa ini, pemerintahan mengalami instabilisasi antara lain:


a) Pemberlakuan sistem kabinet parlementer menimbulkan tujuh kali
pergantian kabinet (dari 1950-1959) yaitu:
1) Kabinet Natsir, (6 September 1950 - 27 April 1951)
2) Kabinet Sukiman, (27 April 1951 - 3 April 1952)
3) Kabinet Wilopo, (3 April 1952 - 30 Juli 1953)
4) Kabinet Ali Sastroamidjoyo, (30 Juli 1953 - 12 Agustus 1955)
5) Kabinet Burhanudin Harahap, (12 Agustus 1955 - 24 Maret 1956)
6) Kabinet Ali Sastroamidjoyo, (24 Maret 1956 - 9 April 1957)
7) Kabinet Djuanda, (9 April 1957 - 10 Juli 1959)
b) Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat (pasal 83
ayat 1 Undang-Undang Dasar Sementara 1950).
c) Presiden berhak membubarkan DPR, dengan ketentuan harus
mengadakan pemilihan DPR baru dalam 30 hari.
d) Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan
pemerintah, baik bersama-sama untuk keseluruhan maupun
masingmasing untuk bagiannya sendiri-sendiri (pasal 83 ayat (2)
Undang-Undang Dasar Sementara 1950).
e) Konstituante hasil pemilu 1955 gagal menetapkan Undang-Undang
Dasar yang tetap sebagai pengganti Undang-Undang Dasar Sementara
1950. Kegagalan ini dianggap oleh Presiden Soekarno dapat
membahayakan keselamatan dan keutuhan bangsa dan negara. Oleh
karena itu, Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

126
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa Periode


Federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat Tahun
1949 merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa
Indonesia sejak tanggal 17 Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan,
maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena
terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini
mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat
menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan
kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Periode berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945, 5 Juli 1959


(dekrit Presiden 5 Juli 1959)
Pada pada tanggal 22 April 1959 Presiden Soekarno menyampaikan
amanat yang berisi anjuran untuk kembali ke Undang-Undang Dasar 1945.
Pada dasarnya, saran dapat diterima oleh para anggota Konstituante
tetapi dengan pandangan yang berbeda-beda dan tidak memperoleh kata
sepakat, maka diadakan pemungutan suara. Tiga kali diadakan
pemungutan suara, namun belum memenuhi persyaratan yaitu 2/3 suara
dari jumlah anggota yang hadir. Atas dasar hal tersebut, demi untuk
menyelamatkan bangsa dan negara, pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang isinya adalah:
a. Menetapkan pembubaran Konsituante
b. Menetapkan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945 dan
tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar Sementara 1950
c. Pembentukan MPRS dan DPAS

Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-


Undang Dasar 1945 berlaku kembali sebagai landasan konstitusional
dalam menyelenggarakan pemerintahan Republik Indonesia. Kembali ke
Undang-Undang Dasar 1945 dimaksudkan untuk melaksanakan sistem
ketatanegaraan sebagai ganti dari demokrasi liberal yang ternyata pada

127
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

saat Undang-Undang Dasar Sementara 1950 dilaksanakan. Mulai saat itu


ditinggalkanlah sistem kabinet parlementer, sedangkan sebagai gantinya
akan diselenggarakan sistem pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar 1945 dan untuk itu perlu dibentuk alat-alat perlengkapan negara
menurut Undang-Undang Dasar 1945, yaitu:
a. Presiden dan Menteri-menteri
Presiden semenjak saat itu tidak lagi hanya berfungsi sebagai Kepala
Negara, tetapi juga berfungsi sebagai Kepala Pemerintahan.
b. Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.
Pada saat itu telah ada DPR hasil pemilihan umum berdasar UU No. 7
Tahun 1953, untuk sementara DPR yang disusun menurut undang-
undang sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18
ayat (1), belum dapat dibentuk, maka dengan Penetapan Presiden No.
1 Tahun 1959, DPR hasil pemilihan umum tersebut supaya
menjalankan tugas-tugas DPR menurut Undang-Undang Dasar 1945.
c. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.
Untuk melaksanakan perintah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mengenai
pembentukan MPRS, yang terdiri-dari Anggota-anggora DPR
ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan,
dikeluarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959 tentang MPRS.
d. Dewan Pertimbangan Agung Sementara.
Untuk melaksanakan perintah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, bahwa
harus pula segera dibentuk DPAS, maka dikeluarkanlah Penetapan
Presiden No. 3 Tahun 1959 tentang DPA.
e. Pemilihan Umum
Penyusunan/penetapan DPRGR dan MPRS sebagai lembaga
perwakilan rakyat belum didasarkan kepada pemilihan umum, tetapi
didasarkan atas penunjukan Presiden.
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 itu telah menjadi kenyataan
sejarah dan kekuatannya telah memberlakukan kembali Undang-

128
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Undang Dasar 1945 sebagai Undang-Undang Dasar negara Republik


Indonesia sejak tanggal 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang. Memang
kemudian timbul kontroversi yang luas berkenaan dengan status
hukum berlakunya Dekrit Presiden yang dituangkan dalam bentuk
Keputusan Presiden itu sebagai tindakan hukum yang sah untuk
memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar 1945. Profesor Djoko
Soetono memberikan pembenaran dengan mengaitkan dasar hukum
Dekrit Presiden yang diberi ‘baju’ hukum dalam bentuk Keputusan
Presiden itu dengan prinsip “staatsnoodrech”’ (keadaan darurat atau
genting).

Pelaksanaan kepemerintahan pada masa ini mengalami berbagai


penyimpangan, antara lain:
a. Presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan legislatif
(bersama DPR) telah mengeluarkan ketentuan perundangan yang
tidak ada dalam Undang-Undang Dasar 1945 dalam bentuk
penetapan presiden tanpa persetujuan DPR.
b. Melalui Ketetapan No. I/MPRS/1960, MPR menetapkan pidato
presiden 17 Agustus 1959 berjudul “Penemuan Kembali Revolusi
Kita” (Manifesto Politik Republik Indonesia) sebagai GBHN bersifat
tetap. Hal ini tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
c. MPRS mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Hal
ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, karena DPR
menolak APBN yang diajukan oleh presiden. Kemudian presiden
membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR), yang anggotanya
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
d. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955, karena DPR menolak
RAPBN yang diajukan oleh presiden. Kemudian presiden membentuk
DPR-Gotong Royong (DPR-GR), yang anggotanya diangkat dan
diberhentikan oleh presiden.

129
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

e. Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri-menteri


negara, termasuk pimpinan MPR kedudukannya sederajat dengan
menteri. Sedangkan presiden menjadi anggota DPA.
f. Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi terpimpin.
g. Berubahnya arah politik luar negeri dari bebas dan aktif menjadi
politik yang memihak salah satu blok.

Berbagai penyimpangan tersebut mengakibatkan tidak berjalannya


sistem penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana Undang-Undang
Dasar 1945 serta berakibat memburuknya keadaan politik, keamanan dan
ekonomi. Dan mencapai puncaknya pada peristiwa pemberontakan G-30-
S/PKI. Pemberontakan ini dapat digagalkan oleh kekuatan yang
melahirkan pemerintahan Orde Baru.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Perubahan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965 menjadi Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan
karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara sistem Orde Lama
dianggap kurang mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara murni dan konsekuen.

Periode Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 (Masa Orde Baru)
Orde Baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk
memisahkan antara kekuasaan masa Sukarno (Orde Lama) dengan masa
Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah
pemberontakan PKI tahun 1965. Orde baru lahir sebagai upaya untuk:
a. Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde
Lama

130
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

b. Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan


negara Indonesia
c. Pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara
murni dan konsekuen
d. Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan
stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan
bangsa.

Bentuk koreksi terhadap Orde Lama dilakukan melalui:


a. Sidang MPRS yang menghasilkan Ketetapan MPRS No
XX/MPRS/1966 yang merupakan koreksi terhadap pelaksanaan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 pada masa orde lama.
Ketetapan ini merupakan Memorandum DPR-GR mengenai Sumber
Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Perundangan
Republik Indonesia, diantaranya berisi (Andriani Purwastuti dkk,
2002: 43):
1) Tap No XII/MPRS/1966 yang memerintahkan Soeharto segera
membentuk Kabinet Ampera
2) Tap No XVII/MPRS/1966 yang menarik kembali pengangkatan
Pemimpin Besar Revolusi menjadi pemimpin seumur hidup
3) Tap No XXI/MPRS/1966 tentang penyederhanaan kepartaian,
keormasan, dan kekaryaan
4) Tap No XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI Ketetapan
ini menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim termasuk
dalam ‘staatsnoodrecht’ dimana MPRS mengeluarkan
ketetapan tersebut dengan asumsi bahwa perubahan drastis
perlu dilakukan karena adanya prinsip yang sama, yaitu
keadaan darurat.
b. Pembentukan undang-undang oleh Pemerintah bersama DPR
terdiri dari:

131
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

1) UU No. 3 Tahun 1967 tentang DPA yang diubah dengan UU No.


4 Tahun 1978.
2) UU No. 15 Tahun 1969 tentang Pemilu.
3) UU No. 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR, dan DPRD.
4) UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman, dan UU No. 14 Tahun 1985 tentang MA.
5) UU No. 5 Tahun 1973 tentang Susunan dan Kedudukan BPK.
c. Pembahasan rancangan undang-undang tentang pemilu yang
memutuskan 12 persetujuan, yaitu:
1) Jumlah anggota DPR tidak boleh dibesar-besarkan.
a) Ada perimbangan antara wakil dari Pulau Jawa dan luar Jawa.
b) Diperhatikannya faktor jumlah penduduk.
c) Ada anggota yang diangkat dan yang dipilih.
d) Setiap kabupaten dijamin satu wakil.
e) Persyaratan tempat tinggal calon harus dihapuskan.
f) Yang diangkat adalah wakil dari ABRI dan sebagian sipil.
g) Jumlah anggota MPR yang diangkat sepertiga dari seluruh
anggota MPR.
h) Jumlah anggota DPR adalah 460 terdiri dari 360 yang dipilih
dan 100 yang diangkat.
i) Sistem pemilu adalah perwakilan berimbang sederhana.
j) Sistem pencalonan adalah stelsel daftar.
k) Daerah pemilihan adalah Daerah Tingkat I.

Namun demikian, dalam pelaksanaannya terjadi berbagai


penyimpangan. Konsolidasi kekuasaan yang makin lama makin terpusat
di masa Orde Baru sehingga siklus kekuasaan mengalami stagnasi yang
statis karena pucuk pimpinan pemerintahan tidak mengalami pergantian
selama 32 tahun. Akibatnya Undang-Undang Dasar 1945 mengalami

132
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

proses sakralisasi yang irrasional selama kurun masa Orde Baru itu, di
antara melalui sejumlah peraturan sebagai berikut:
a. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR
berketetapan untuk mempertahankan Undang-Undang Dasar
1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
b. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang
antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah
Undang-Undang Dasar 1945, terlebih dahulu harus minta
pendapat rakyat melalui referendum
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang
merupakan pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983

Undang-Undang Dasar 1945 tidak diizinkan bersentuhan dengan ide


perubahan sama sekali. Padahal, Undang-Undang Dasar 1945 itu jelas
merupakan Undang-Undang Dasar yang masih bersifat sementara dan
belum pernah dipergunakan atau diterapkan dengan sungguh-sungguh.
Satu-satunya kesempatan untuk menerapkan Undang-Undang Dasar 1945
itu secara relatif lebih murni dan konsekuen hanyalah di masa Orde baru
selama 32 tahun. Itupun berakibat terjadinya stagnasi atas dinamika
kekuasaan akibat pelaksanaan demokrasi yang lemah. Bentuk
penyimpangan Undang-Undang Dasar 1945 yang lain diantaranya:
a. Terjadi pemusatan kekuasaan di tangan Presiden, sehingga
pemerintahan dijalankan secara otoriter.
b. Berbagai lembaga kenegaraan tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, hanya melayani keinginan pemerintah (Presiden).
c. Pemilu dilaksanakan secara tidak demokratis; pemilu hanya
menjadi sarana untuk mengukuhkan kekuasaan Presiden, sehingga
presiden terus menerus dipilih kembali.
d. Terjadi monopoli penafsiran Pancasila; Pancasila ditafsirkan
sesuai keinginan pemerintah untuk membenarkan tindakan-
tindakannya.

133
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

e. Pembatasan hak-hak politik rakyat, seperti hak berserikat,


berkumpul dan berpendapat
f. Pemerintah campur tangan terhadap kekuasaan kehakiman,
sehingga kekuasaan kehakiman tidak merdeka
g. Pembentukan lembaga-lembaga yang tidak terdapat dalam
konstitusi, yaitu Kopkamtib yang kemudian menjadi Bakorstanas
h. Terjadi Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) sehingga merusak segala
aspek kehidupan, dan berakibat pada terjadinya krisis
multidimensi.

Periode Reformasi 21 Mei 1998 s.d. sekarang


Periode 21 Mei 1998 merupakan salah satu tahapan sejarah
ketatanegaraan Republik Indonesia yang sangat signifikan dan
mempunyai pengaruh besar bagi kondisi ketatanegaraan Republik
Indonesia. Pada periode ini kepemimpinan Presiden Soeharto berakhir
melalui pernyataan berhenti pada tanggal 21 Mei 1998. UndangUndang
Dasar yang berlaku pada saat itu adalah Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia 1945 sebelum amandemen. Pasal 8 Undang-Undang Dasar
menyebutkan bahwa “jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil
Presiden sampai habis masa waktunya”. Jika dianalisis ketentuan Pasal 8
Undang-Undang Dasar 1945 ini maka hanya ada 3 kemungkinan atau
alasan berakhirnya jabatan seorang Presiden Republik Indonesia yakni
mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya. Argumentasi yang paling memungkinkan pada saat itu untuk
mengakhiri jabatan Presiden Republik Indonesia adalah “berhenti”.
Namun yang menjadi kendala saat itu adalah Presiden Soeharto tidak
mungkin menyampaikan pernyataan berhenti di depan sidamg istimewa
MPR sebagaimana yang lazim dilakukan di gedung MPR/DPR pada kondisi

134
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

normal karena Gedung DPR/MPR pada waktu itu sudah diduduki oleh
masa dan mahasiswa.
Pada saat itulah, Yusril Ihza Mahendra mengusulkan kepada Presiden
Soeharto, dengan alasan keadaan yang darurat, agar menyatakan (declare)
berhenti secara sepihak tanpa laporan pertanggungjawaban dan/atau
persetujuan pihak manapun. Presiden Soeharto setuju dengan pilihan
kebijakan ini demi stabilitas nasional dan akhirnya diucapkanlah
pernyataan berhenti tersebut pada tanggal 21 Mei 1998. Selanjutnya,
untuk mengisi kekosongan jabatan presiden, Pasal 8 Undang-Undang
Dasar mengatur bahwa Wakil Presiden secara otomatis menjadi Presiden.
Namun masih terdapat kendala yakni bahwa menurut Tap MPR
Nomor VII tahun 1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil
Presiden Republik Indonesia berhalangan, Wakil Presiden mengucapkan
sumpah di hadapan DPR. Jika hal itu tidak dapat dilakukan maka dilakukan
di depan Mahkamah Agung. Oleh karena itu, Saadilah Mursyid selaku
Menteri Sekretaris Negara kemudian menghubungi Sarwata selaku Ketua
Mahkamah Agung agar hadir di Istana Merdeka guna menyaksikan
pernyataan berhenti Presiden Soeharto dan pengucapan sumpah Wakil
Presiden B.J.Habibie menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke-3.
Skenario ini pada akhirnya juga diakui sah dan konstitusional oleh
Mahkamah Agung.

Gambar 10. Presiden Suharto resmi mengundurkan diri tanggal 21 Mei 2018
(sumber: https://www.merdeka.com)

135
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Pengalaman pada suksesi kepemimpinan nasional tahun 1998


menjadi salah satu pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan
ketatanegaraan di Indonesia yang berimplikasi pada perubahan muatan
konstitusi. Reformasi konstitusi dipandang merupakan kebutuhan dan
agenda yang harus dilakukan karena Undang-Undang Dasar 1945
sebelum perubahan dinilai tidak cukup untuk mengatur dan mengarahkan
penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan harapan rakyat,
terbentuknya good governance, serta mendukung penegakan Demokrasi
dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik


Indonesia Tahun 1945 (tahun 1999 hingga tahun 2002).
a. Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Amandemen UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan salah satu tuntutan yang paling mendasar dari gerakan
reformasi 1998. Tuntutan reformasi yang lain diantaranya adalah
penghapusan dwifungsi ABRI, penegakan supremasi hukum,
penghormatan Hak Asasi Manusia, pemberantasan Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme, mewujudkan kebebasan pers, mewujudkan
kehidupan demokrasi, serta desentralisasi dan hubungan yang adil
antara pusat dan daerah/ otonomi daerah (Sekretariat Jenderal MPR
RI, 2006: 3). Terkait dengan tuntutan perubahan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, menunjukkan bahwa masyarakat
tidak lagi melihat faktor penyebab otoritarian Orde Baru hanya pada
manusia sebagai pelakunya, tetapi karena kelemahan sistem hukum
dan ketatanegaraan.
Sebagai konstitusi, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 secara garis besar telah memuat apa yang

136
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

seharusnya menjadi isi konstitusi, seperti jaminan terhadap Hak Asasi


Manusia (HAM), dan warga negara terutama adalah susunan
ketatanegaraan dan pembagiaan serta pembatasan tugas
ketatanegaraan yang bersifat fundamental. Meskipun dalam
perkembangan pemikiran ketatanegaraan sekarang dipandang perlu
dilakukan perubahan terhadap isi dari Undang-Undang Dasar 1945.
Salah satu dinamika pemikiran yaitu keberhasilan yang dicapai
oleh bangsa Indonesia pada masa reformasi adalah reformasi
konstitusional (constitutional reform). Reformasi konstitusi
dipandang merupakan kebutuhan dan agenda yang harus dilakukan
karena Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan dinilai tidak
cukup untuk mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan negara
sesuai dengan harapan rakyat dalam upaya terbentuknya good
governance, serta mendukung penegakan demokrasi dan Hak Asasi
Manusia (HAM).
Dari uraian di atas jelaslah bahwa persyaratan yang utama untuk
melakukan amandemen adalah tidak boleh bertentangan dari
maknanya semula. Apalagi masalah yang kita hadapi adalah, bahwa
Pembukaan (Preambule) telah dipertahankan, sedangkan jiwa dan
doktrin dasarnya ada di dalam pembukaan tersebut. Jadi kriteria
untuk tidak menghilangkan maknanya itu ada pada nilai-nilai dasar
yang terkandung didalam seluruh alenia dari pembukaan itu.
Adapun syarat yang kedua adalah, bahwa perubahan atau
amandemen itu jangan dilakukan terlalu banyak. Hal ini disamping
untuk menjaga jangan terjadi penggantian makna, juga untuk menjaga
agar tetap dalam batas-batas komprehensipnya.
Sedangkan syarat yang ketiga adalah, bahwa dalam perubahan itu
jangan ada kecenderungan untuk menguraikan lebih detail, karena
kalau demikian halnya, maka tingkat stratifikasinya akan mengambil
porsi dari tingkat yang lebih rendah, dalam hal ini tingkat Undang-

137
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Undang atau yang lebih rendah lagi. Lebih dari itu penguraian secara
detail, nilai-nilainya cenderung akan lebih cepat berubah dalam
perjalanan waktu dilaksanakan kelak.
Syarat yang keempat adalah, bahwa perubahan itu harus
mendapat persetujuan rakyat sebagai pemegang kedaulatan (Rianto:
2012) Sebagai contoh perbandingan adalah, amandemen terhadap
konstitusi Amerika Serikat. Walaupun bangsa Amerika sangat
terkenal dengan kebebasannya dan sangat dinamik, akan tetapi
mereka hanya mengadakan sepuluh amandemen yang pertama,
setelah diterapkan 15 tahun kemudian (1791), yang dinamakan “Bill
of Rights”. Setelah itu amendemen dilakukan satu persatu dan dalam
interval waktu yang cukup lama, dan setelah mereka selam 200 tahun
(1976) jumlah mandemen hanya sebanyak 26 kali. Bahkan
persyaratan untuk amandemen mereka juga diamandemen,
khususnya persyaratan ratifikasinya agar mendapat persetujuan
rakyat lebih bantyak.
Tujuan utama dari perubahan atau amandemen suatu Undang-
Undang Dasar sebagaimana telah disinggung di atas adalah untuk
menghasilkan suatu rumusan yang lebih baik dan dapat dilaksanakan
dalam kenyataannya sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada
sekarang (ius constitutum) dan perkiraan yang akan datang (ius
constiteundum). Namun perubahan itu tidak boleh menghilangkan
sama sekali makna awalnya. Oleh sebab itu setiap mengadakan
perubahan diperlukan ukuran-ukuran baku yang dapat dijadian
pedoman agar tidak terjadi penyimpangan dari yang dimaksudkan
oleh rumusan semula.
Kembali kepada masalah yang sedang dihadapi, yakni
amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Sejak awal Negara Indonesia didirikan, para pendiri
bangsa Indonesia sudah mengadakan konsensus dan bersepakat

138
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

bulat, dan mempunyai komitmen moral yang tinggi, bahwa negara


yang mereka dirikan adalah negara berdasarkan kebangsaan (nation
state), bukan berdasarkan agama; negara adalah republik, bukan
kerajaan; berbentuk negara kesatuan, bukan federal atau negara
serikat; dengan sistem pemerintahan presidensiil, bukan
parlementer. Dalam hal wilayah negara mereka sepakat, mencakup
semua wilayah ex Hindia Belanda dahulu. Semua kesepakatan tesebut
telah mereka rumuskan dengan baik sekali didalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, baik dalam
Pembukaan, dalam seluruh Batang Tubuh, dan dalam Penjelasannya.
Oleh sebab itu kelima kesepakatan tadi dijadikan kriteria utama
(parameter) sekaligus menjadi pedoman dalam setiap mengadakan
amandemen terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan secara bertahap
melalui Sidang MPR mulai tahun 1999 hingga tahun 2002,
menghasilkan empat perubahan, yaitu :
Perubahan pertama, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, mengatur masalah kekuasaan pemerintahan
Kementerian Negara dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam
perubahan pertama ini ada semangat untuk memindahkan kekuasaan
Presiden kepada DPR dan sekaligus merupakan upaya untuk
membatasi kekuasaan Presiden yang hanya dapat dijabat selama dua
periode serta kekuasaan membentuk Undang-Undang ada pada DPR.
Sedangkan Presiden berhak mengajukan rancangan Undang-Undang.
Dalam hal mengangkat duta, menerima penempatan duta memberi
amnesti dan abolisi Presiden harus memperhatikan pertimbangan
DPR. Adapun dalam memberi grasi dan rehabilitasi Presiden harus
memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. Secara keseluruhan
perubahan pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik

139
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Indonesia Tahun 1945 melipiti mengubah Pasal 5 ayat (1), Pasal 7,


Pasal 9, Pasal 13 ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan ayat
(3), Pasal 20, dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar 1945.
Jadi subtansi perubahan yang dihasilkan dalam Sidang Umum
MPR Tahun 1999 adalah membatasi kekuasaan Presiden dan
memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai
lembaga legislatif.
Perubahan kedua, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, menghasilkan rumusan perubahan pasal-
pasal yang meliputi meliputi masalah pemerintahan daerah, DPRD,
wilayah negara, warga negara dan penduduk, hak asasi manusia,
pertahanan dan keamanan negara, bendera, bahasa, dan lambang
negara serta lagu kebangsaan.
Terkait dengan pemerintahan daerah perubahan diarahkan
untuk mempertegas otonomi seluas-luasnya, hubungan pusat dan
daerah, dan menghargai kesatuan-kesatuan hukum adat. Adapun
yang berhubungan dengan DPR adanya penegasan fungsi DPR tentang
fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Sedangkan
yang terkait dengan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui
bersama, tidak disahkan Presiden. Dalam waktu 30 hari semenjak
rancangan Undang-Undang tersebut sah menjadi Undang-Undang dan
wajib diundangkan. Dalam hal wilayah, Indonesia merupakan negara
kepulauan yang berciri nusantara. Selain itu perubahan kedua ini
banyak memuat tentang Hak Asasi Manusi ( HAM ).
Perubahan ketiga, ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR Tahun
2001. Perubahan tahap ini mengubah dan atau menambah ketentuan-
ketentuan pasal tentang asas-asas landasan bemegara, kelembagaan
negara dan hubungan antarlembaga negara, serta ketentuan-
ketentuan tentang Pemilihan Umum.

140
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Perubahan keempat, dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR


Tahun 2002. Perubahan keempat meliputi ketentuan tentang
kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara,
penghapusan Dewan Pertimbangan Agung (DPA), pendidikan dan
kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan sosial, dan aturan
peralihan serta aturan tambahan.
Empat tahapan perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut meliputi hampir
keseluruhan materi Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Naskah asli Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berisi 71 butir ketentuan, sedangkan
perubahan yang dilakukan menghasilkan 199 butir ketentuan. Saat
ini, dari 199 butir ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hanya 25 (12%) butir
ketentuan yang tidak mengalami perubahan. Selebihnya, sebanyak
174 (88%) butir ketentuan merupakan materi yang baru atau telah
mengalami perubahan. Adapun Bab, klausal-klausal atau pasal-pasal
yang mengalami perubahan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sebagai berikut:
a) Perubahan pertama tahun 1999, terdapat 10 (sepuluh)
perubahan, meliputi pasal-pasal, dan ayat-ayat. Perubahan
pertama terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 ditetapkan pada tanggal 19 Oktober 1999,
meliputi 9 pasal, 16 ayat, yaitu:
1) Pasal 5 ayat 1 tentang Hak Presiden untuk mengajukan RUU
kepada DPR.
2) Pasal 7 tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden.
3) Pasal 9 ayat 1 dan 2 tentang Sumpah Presiden dan Wakil
Presiden.

141
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

4) Pasal 13 ayat 2 dan 3 tentang Pengangkatan dan Penempatan


Duta.
5) Pasal 14 ayat 1 tentang Pemberian Grasi dan Rehabilitasi.
6) Pasal 14 ayat 2 tentang Pemberian Amnesti dan Rehabilitasi.
7) Pasal 15 tentang Pemberian gelar, tanda jasan dan
kehormatan lain.
8) Pasal 17 ayat 2 dan 3 tentang Pengangkatan Menteri
9) Pasal 20 ayat 1 – 4 tentang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
10) Pasal 21 tentang Hak DPR untuk mengajukan Rancangan
Undang-Undang (RUU).

Sebagai contoh, Pasal 5 yang menyatakan bahwa presiden


memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan
persetujuan DPR. Setelah diamandemen, presiden berhak untuk
mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR. DPR
yang memegang kekuasaan membentuk undang-undang (pasal
20). Demikian pula pada pasal 14, kewenangan Presiden dalam
memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung, sedangkan untuk memberikan
amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangkan DPR.
b) Perubahan kedua dilakukan pada tahun 2000, terdapat 26 (dua
puluh enam) perubahan, meliputi perubahan pasal dan ayat, juga
ada tambahan pasal baru (20 pasal ), dan penambahan bab (2
bab). Perubahan Kedua ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000,
meliputi 26 pasal yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu:
1) Bab VI tentang Pemerintah Daerah
2) Bab VII tentang Dewan Perwakilan Daerah
3) Bab IXA tentang Wilayah Negara
4) Bab X tentang Warga Negara dan Penduduk
5) Bab XA tentang Hak Asasi Manusia
6) Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan

142
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

7) Bab XV tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu


Kebangsaan.

Secara garis besar perubahan itu mengenai pemerintahan


daerah (otonomi daerah), hak dan fungsi DPR, warga negara dan
penduduk, hak asasi manusia (pasal 28 ditambah 10 pasal baru),
pertahanan dan keamanan negara (TNI dan POLRI), dan lambang
negara (Bhinneka Tunggal Ika), serta lagu kebangsaan Indonesia
Raya.
c) Perubahan ketiga dilakukan pada tahun 2001, terdapat 71 (tujuh
puluh satu) perubahan pada pasal dan ayat, serta tambahan pasal
(15 Pasal) dan ayat, maupun tambahan bab (3 bab). Perubahan
Ketiga ditetapkan pada tgl. 9 November 2001, meliputi 23 pasal
yang tersebar dalam 7 Bab, yaitu:
1) Bab I tentang Bentuk dan Kedaulatan.
2) Bab II tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3) Bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara.
4) Bab V tentang Kementerian Negara.
5) Bab VIIA tentang Dewan Perwakilan Rakyat.
6) Bab VIIB tentang Pemilihan Umum.
7) Bab VIIIA tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

Secara garis besar perubahan yang dilakukan mengenai hal-


hal sebagai berikut:
a) Kedaulatan rakyat dilaksanakan menurut Undang Undang
Dasar.
b) Negara Indonesia adalah negara hukum.
c) Wewenang MPR adalah mengubah dan menetapkan Undang-
Undang Dasar, melantik Presiden dan Wakil Presiden,
memberhentikan Presiden/Wapres dalam masa jabatannya.

143
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

d) Syarat menjadi presiden/wakil presiden dipilih melalui


pemilihan presiden/wakil presiden secara langsung oleh
rakyat dan pemberhentian presiden/wakil presiden oleh
MPR
e) DPR tidak dapat dibekukan dan atau dibubarkan oleh
presiden, anggota DPR dipilih dari tiap daerah pemilihan
malalui pemilu, dan sebagainya.
f) Pemilu dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali secara luber dan
jurdil untuk memilih DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden
serta DPRD.
g) APBN ditetapkan setiap tahun dilaksanakan secara terbuka
dan bertanggung jawab.
h) BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
i) Kekuasaan kehakiman dilakukan Mahkamah Agung dan
badan peradilan di bawahnya.
d) Perubahan keempat dilakukan tahun 2002, terdapat 29 (dua
puluh sembilan) perubahan, meliputi perubahan pasal dan ayat
serta tambahan ayat dan pasal. Perubahan Keempat ditetapkan
10 Agustus 2002, meliputi 13 pasal yang diubah dan ditambah
serta 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Dalam naskah perubahan keempat secara garis besar perubahan
yang dilakukan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1) MPR terdiri dari DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilihan
umum.
2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
3) Adanya mekanisme jika presiden dan wakil presiden
berhalangan tetap.
4) Persetujuan dalam pembuatan perjanjian internasional.

144
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

5) Penghapusan Dewan Pertimbangan Agung dan sekaligus


pembentukan dewan pertimbangan yang memberi nasehat
kepada presiden.
6) Penetapan mata uang dan pembentukan bank sentral.
7) Badan-badan yang berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.
8) Hak dan kewajiban warga negara dalam pendidikan dan
kebudayaan.
9) Perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial.
10) Mekanisme perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
11) Aturan Peralihan (Pasal III) pembentukan Mahkamah
Konstitusi.
12) Aturan Tambahan (Pasal I) tentang tugas MPR untuk
meninjau materi dan status hukum Ketetapan MPRS dan MPR
untuk diambil putusan pada sidang MPR 2003.
13) Aturan Tambahan (Pasal II) tentang isi Undang-Undang
Dasar yang terdiri atas Pembukaan dan Pasal-Pasal 3.

Bab IV tentang Dewan Pertimbangan Agung dihapus, namun


babnya belum diganti urutannya. Disamping itu khusus tambahan
Bab baru (Bab X A) tentang Hak Asasi Manusia (HAM), telah
mengambil porsi tambahan yang paling besar, yaitu 10 (sepuluh)
pasal dan 24 (dua puluh empat) ayat. Dari semua perubahan dan
tambahan yang dikemukakan, tercermin besarnya hasrat para
anggota MPR dan masyarakat luas untuk mengadakan perubahan
tersebut.
Dibandingkan dengan praktik penyelenggaraan negara saat
ini, praktik penyelenggaraan negara sebelum amandemen
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dirasakan adanya kekurang serasian, ketidak jelasan, sehingga
cenderung untuk disalahgunakan oleh pemegang kekuasaan pada

145
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

waktu itu. Sebagai contoh penentuan dalam penunjukan


golongan-golongan dalam lembaga legislatif, masa jabatan
Presiden, pelaksanaan hukum dan kekuasaan yudikatif,
pemilihan Presiden dan pemilihan kepala daerah, otonomi
daerah. Bahkan kekuatan TNI dan POLRI yang seharusnya berada
dalam supra struktur sebagai alat pertahanan dan keamanan
negara, serta sebagai penjaga ketertiban dan penegakan hukum,
juga ditunjuk menjadi anggota legislatif demi kepentingan politik
tertentu dengan doktrin monoloyalitas.

Sedangkan penerapan sistem ketatanegaraan menurut Undang-


Undang Dasar 1945 hasil amandemen, adalah sebagai berikut:
1. Bentuk negara
Bentuk negara kesatuan dinyatakan pada pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yaitu : ”Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentu
Republik”
2. Kedaulatan
Kedaulatan dinyatakan pada pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu: ”Kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”.
Dari sisi kualitatif, perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bersifat sangat mendasar karena
mengubah prinsip kedaulatan rakyat yang semula dilaksanakan
sepenuhnya oleh MPR menjadi dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar. Hal itu menyebabkan semua lembaga negara
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 berkedudukan sederajat dan melaksanakan kedaulatan
rakyat dalam lingkup wewenangnya masing-masing. Perubahan
lain adalah dari kekuasaan Presiden yang sangat besar

146
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

(concentration of power and responsibility upon the President)


menjadi prinsip saling mengawasi dan mengimbangi (checks and
balances). Prinsip-prinsip tersebut menegaskan cita negara yang
hendak dibangun, yaitu negara hukum yang demokratis.
Setelah berhasil melakukan perubahan konstitusi, tahapan
selanjutnya yang harus dilakukan adalah pelaksanaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah
diubah tersebut. Pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 harus dilakukan mulai dari
konsolidasi norma hukum hingga dalam praktik kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai hukum dasar, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus menjadi
acuan dasar sehingga benar-benar hidup dan berkembang dalam
penyelenggaraan negara dan kehidupan warga negara (the living
constitution).

Pengujian Hasil Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945
Indonesia merupakan negara ke-78 dan negara pertama pada abad 21
yang merumuskan keberadaan Mahkamah Konstitusi dalam
konstitusinya. Hal ini dirumuskan dalam Pasal 24 C ayat (1) yang
menyatakan demikian “ Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-Undang Dasar, memutus perubahan partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum” (Sirajuddin, dkk,
2007).
Untuk menjamin tidak terjadi penyimpangan makna yang
dimaksudkan semula, sebagai akibat dari diadakannya suatu amandemen,

147
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

maka perlu dilakukan pengujian (rule adjudication) terhadap hasil


rumusan baru. Pengujian pertama dapat dilakukan secara toritis,
komperhensif, dan komparatif terhadap rumusan yang baru, dengan
mengambil contoh-contoh data emperik selama dalam praktik
pelaksanaanya dari rumusan semula. Kemudian dicari dimana letak
kekuatan dan kelemahannya, serta diperbandingkan sebelum mengambil
kesimpulan, bahwa rumusan yang baru ini akan menjadi lebih baik
hasilnya setelah dilaksanakan. Tugas pengkajian inilah sebenarnya yang
telah dilakukan oleh Komisi Konstitusi pada akhir masa tugas MPR-RI
(1999-2004). Selanjutnya pengujian kedua, pada waktu rumusan baru
diterapkan dalam kenyataan yang sesungguhnya, seperti yang telah
dialami oleh masyarakat, bangsa, dan negara sekarang ini. Oleh karena itu
perlu dimonitor dan diikuti secara terus menerus dalam praktik-praktik
pelaksanaan konstitusi yang sebenarnya di lapangan kehidupan
bermasyarakat, bebangsa, dan bernegara. Apabila terdapat kelemahan-
kelemahan baru, perlu diadakan pengujian ulang untuk menemukan
kembali bentuk kelemahannya, apakah pada rumusannya atau pada
pelaksanaanya. Semua informasi ini perlu dijadikan umpan balik
(feedback) terhadap perumusan yang baru di kelak kemudian hari,
sehingga diperlukan amandemen lagi yang lebih baik, profesionak dan
demokratis.

Arti Penting Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 bagi Bangsa dan Negara Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
adalah merupakan hukum dasar tertulis dan sumber tertib hukum yang
tertinggi dalam negara Indonesia yang memuat tentang:
1. hak-hak asasi manusia;
2. hak dan kewajiban warga negara;

148
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

3. pelaksanaan dan penegakkan kedaulatan negara serta pembagian


kekuasaan negara;
4. wilayah negara dan pembagian daerah; kewarga-negaraan dan
kependudukan; keuangan negara.

Setiap negara mempunyai Undang-Undang Dasar dengan tujuan yang


diharapkan oleh masing-masing negara tersebut. Konstitusi yang dimiliki
oleh negara-negara di dunia ternyata amat beragam bentuk dan
susunannya. Ada yang menggunakan Mukadimah/Pembukaan ada pula
yang tidak, dan ada yang terdiri dari banyak pasal dan ada pula yang hanya
terdiri dari beberapa pasal, kesemuanya sangat tergantung dari maksud
para pendiri negara masing-masing dalam mengatur kehidupan
ketatanegaraan. Sebagai ketentuan yang mengatur kehidupan
ketatanegaraan, undang-undang dasar merupakan sumber utama hukum
tata negara suatu negara. Oleh karena itu, konstitusi selalu memiliki corak
nasional dari masing-masing negara. Henk van Maarseveen dan Ger van
der Tang dalam (Sri Soemantri, 1998) mengemukakan bahwa selain
sebagai dokumen nasional, konstitusi juga sebagai alat untuk membentuk
sistem politik dan sistem hukum negaranya sendiri. Lebih lanjut Sri
Soemantri, mengemukakan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai
konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen formal yang berisi:
a. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.
b. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
c. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk
waktu sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
d. Suatu keinginan dengan mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.

Miriam Budiardjo (2007), menyatakan bahwa setiap Undang-Undang


Dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai soal-soal sebagai berikut:

149
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan


legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam negara federal, pembagian
kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara-negara
bagian, prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran yuridiksi oleh
salah satu badan pemerintah, dan sebagainya.
b. Hak-hak asasi manusia.
c. Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar.
d. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari
Undang-Undang Dasar. Hal ini biasanya terdapat jika para penyusun
Undang-Undang Dasar ingin menghindari terulangnya kembali hal-
hal yang baru saja diatasi, misalnya munculnya seorang diktator atau
sistem monarkhi.

Selain itu, dijumpai pula bahwa Undang-Undang Dasar sering memuat


cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara yang oleh penyusun
Undang-Undang Dasar digunakan untuk mengungkapkan cerminan
semangat dan spirit rakyat negara tersebut dan mewarnai seluruh naskah
Undang-Undang Dasar itu sendiri. Negara yang menganut dan
menerapkan idiologi komunis, Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi
ganda. Di satu pihak mencerminkan kemenangan-kemenangan yang telah
dicapai dalam perjuangan ke arah tercapainya masyarakat komunis dan
merupakan pencatatan formal dan legal dari kemajuan yang telah dicapai.
Di pihak lain Undang-Undang Dasar memberikan rangka dan dasar hukum
untuk perubahan masyarakat yang dicita-citakan dalam perkembangan
berikutnya (Miriam Budiardjo, 2001).
Sejak akhir abad ke-19, Undang-Undang Dasar dianggap sebagai
jaminan paling efektif bila kekuasaan tidak akan disalahgunakan dan hak-
hak warga negara tidak dilanggar. Kemudian muncullah istilah
konstitusionalisme untuk menandakan suatu sistem asas-asas pokok yang
menetapkan dan membatasi kekuasaan dan hak bagi yang memerintah
dan yang diperintah, karena mereka mempunyai pandangan bahwa

150
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

seluruh aparatur serta aktivitas kenegaraannya harus ditujukan kepada


tercapainya masyarakat komunis. Oleh karena itu, Undang-Undang
Dasarnya mempunyai fungsi ganda sebagaimana dikemukakan di atas.
Dengan demikian arti penting Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 bagi bangsa Indonesia adalah sebagai landasan
struktural penyelenggaraan pemerintahan Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang Dasar 1945 mengatur penyelenggaraan negara dan tugas
serta wewenang badan-badan yang ada dalam penyelenggaraan negara
Republik Indonesia. Para pendiri negara Republik Indonesia telah sepakat,
bahwa untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, harus
diadakan Undang-Undang Dasar atau konstitusi sebagai bagian dari
hukum dasar untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan.
Ditinjau dari stratifikasi kebijaksanaan nasional, maka Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu merupakan
kebijaksanaan puncak (super policy), yang berada di bawah falsafah dan
idiologi negara, sedangkan kalau ditinjau dari segi manajemen, rumusan
Undang-Undang Dasar itu merupakan doktrin dasar atau politik strategi
dasar dalam suatu sistem manajemen nasional untuk mencapai tujuan
nasional. Sebagai politik strategi dasar Undang-Undang Dasar harus
bersifat politik. Umum, utuh menyeluruh, tidak perbidangan atau sektoral,
bersifat sangat kualitatif, ideal, tidak cepat berubah, mempunyai nilai-nilai
instrinsik (hakiki, hakekat). Jadi Undang-Undang Dasar tidak boleh
diuraikan lebih detail, sebab akan turun derajatnya, mengambil tingkat
strata yang lebih rendah ketingkat doktrin pelaksanaan atau strategi yang
sudah terbagi dalam pembidangan (departemental) atau bahkan sektoral.
Sifatnya sudah lebih konkrit dan lebih cepat berubah menghadapi
perubahan zaman dan perjalanan waktu. Dengan demikian Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memiliki sifat
luwes dan kenyal itu mempunyai arti dan peranan yang sangat strategis
bagi bangsa dan Negara dalam menghadapi dinamika global dunia pada

151
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

abad ke- 21 dengan perkembangan teknologi digital yang begitu canggih


dan besar pengaruhnya terhadap sistem ketatanegaraan suatu negara.
Salah satu satu isu penting saat ini adalah maraknya radikalisme,
intoleransi, dan kebencian yang disampaikan melalui media berbasis
internet yang berdampak cukup besar terhadap kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara.
Bagi bangsa Indonesia isu-isu tersebut di atas merupakan tantangan
yang harus harus dijawab secara arif dan bijaksana. Menyadari bahwa
nilai - nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 masih banyak yang memerlukan
penjabaran lebih lanjut dalam hukum positif. Adapun yang menjadi
permasalahan adalah perkembangan politik dan hukum yang masih
belum mencerminkan nilai-nilai yang sesuai dengan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu kedepan
diperlukan suatu pemikiran yang arif sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh bapak pendiri bangsa yang di dalamnya banyak memuat
nilai-nilai filosofis, bagaimana mengusahakan agar penjabaran nilai-nilai
yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai arti penting bagi bangsa dan
Negara, bagaimana penjabaran nilai-nilai tersebut harus tetap terjaga
konsistensinya di masa yang akan datang, mampu secara aktualitas dan
kontektualitasnya dalam merajut keutuhan NKRI yang bermoral dan
bermartabat, dan mengedepankan semangat kesatuan dan persatuan
bangsa yang dilandasi lima nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK). Hal ini sejalan dengan program pemerintahan saat ini
yaitu terkait dengan revolusi mental sebagai isu nasional yang ditangani
bersama. Untuk mengatasi hal tersebut solusinya adalah bagaiman aspek
hukum yang paling konkrit mendapat perhatian, fasilitas dan
perlindungan dari negara. Dalam hal ini Hamka Haq (2011), menyatakan
bahwa aspek hukum yang paling konkrit terlaksana dan mendapat

152
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

perlindungan dari negara ialah ibadah formal. Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sangat jelas memberi jaminan
bagi setiap warganegara untuk menjalankan ibadah menurut ajaran
agamanya masing-masing sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat 2, yang
berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”. Bunyi Pasal 29 ayat 2, mempunyai
arti sangat penting dalam membangun manusia yang berkarakter yang
dilandasi oleh nilai-nilai PPK, terutama nilai keagamaan.

Semangat Kebangsaan dan Kebernegaraan Dalam Menetapkan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tokoh dan pendiri negara Indonesia merupakan putra terbaik bangsa
yang memiliki kemampuan dan visi ke depan untuk kebaikan bangsa
Indonesia. Anggota BPUPKI merupakan tokoh bangsa Indonesia dan
orang-orang yang terpilih serta tepat mewakili kelompok dan
masyarakatnya pada waktu itu. Anggota BPUPKI telah mewakili seluruh
wilayah Indonesia, suku bangsa, golongan agama, dan pemikiran yang
berkembang di masyarakat saat itu. Ada dua paham utama yang dimiliki
pendiri negara dalam sidang BPUPKI, yaitu nasionalisme dan agama.
Pendiri negara yang didasarkan pemikiran nasionalisme menginginkan
negara Indonesia yang akan dibentuk merupakan negara nasionalis atau
negara kebangsaan, sedangkan golongan agama menginginkan
didasarkan salah satu agama. Berbagai perbedaan di antara anggota
BPUPKI dapat diatasi dengan sikap dan perilaku pendiri negara yang
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
BPUPKI melaksanakan sidang dengan semangat kebersamaan dan
mengutamakan musyawarah dan mufakat. Ir. Soekarno dalam sidang
BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 menyatakan, “…Kita hendak mendirikan
negara Indonesia, yang bisa semua harus melakukannya. Semua buat

153
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

semua!...” Dari pendapat Ir. Soekarno tersebut jelas terlihat bahwa para
pendiri negara berperan sangat besar dalam mendirikan negara
Indonesia, terlepas dari para pendiri negara tersebut memiliki latar
belakang suku dan agama yang berbeda. Sidang BPUPKI dapat terlaksana
secara musyawarah dan mufakat. Hal itu dapat kamu lihat dari pertanyaan
Ketua BPUPKI, dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat dalam sidang BPUPKI
tanggal 16 Juli 1945, yaitu “Jadi, rancangan ini sudah diterima semuanya.
Jadi, saya ulangi lagi, Undang-Undang Dasar ini kita terima dengan sebulat-
bulatnya. Bagaimanakah Tuan-tuan? Untuk penyelesaiannya saya minta
dengan hormat yang setuju yang menerima, berdiri. (saya lihat Tuan Yamin
belum berdiri). Dengan suara bulat diterima Undang-Undang Dasar ini.
Terima kasih Tuan-tuan”.
Pertanyaan dari ketua BPUPKI dan tanggapan dari seluruh anggota
sidang BPUPKI menunjukkan bahwa para pendiri negara telah
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan serta mengutamakan musyawarah mufakat dalam
membuat keputusan tentang dasar negara dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia.

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Lembar Kegiatan 1
Berdasarkan uraian materi tentang sejarah Perumusan, dan Pengesahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Arti Penting
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, dan
Semangat Kebangsaan dan Kebernegaraan Yang Ditunjukan Para Pendiri
Negara Dalam Menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Sebagai Landasan Konstitusional, maka lakukan kegiatan sebagai
berikut :
1. Analisislah nilai-nilai Penguatan Pendidikan Karakater yang terkandung
dalam suasana sidang Penetapan Undang-Undang Dasar Negara Repubik
Indonesia Tahun 1945.

154
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

2. Analisislah arti penting Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik


Indonesia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Analisislah urgensi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 bagi dinamika Ketatanegaran di Indonesia.
4. Analisislah Urgensi Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 terhadap kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara.

2. Lembar Kegiatan 2
Petunjuk Kerja
Buatlah skenario pembelajaran yang berkaitan dengan topik UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sesuai format berikut.
Mata Pelajaran : ……………………… Penyusun: ………………………………….

Kelas/Semester : ……………………… Instansi : …………………………………

1. Identifikasi
Tabel 13. Identifikasi KD, IPK, Materi, Media dan Sumber, dan Model Pembelajaran
Kompetensi Dasar IPK Materi/ Media dan Model
(diisi KD sikap, (diisi KD sikap, Submateri Sumber Pembelajaran
pengetahuan, pengetahuan, Pembelajaran
keterampilan) keterampilan)

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran


Tabel 14. Tahap Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, dan Alokasi Waktu
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
(*berpusat pada peserta didik)

155
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

E. PENILAIAN

1. Konstitusi dalam arti hukum memerlukan syarat, yaitu ….


A. ditetapkan oleh masyarakat setempat
B. isinya merupakan suatu kebiasaan di masyarakat
C. merupakan suatu kesepakatan antara dua belah pihak
D. naskah tertulis, merupakan undang undang yang berlaku dalam
suatu negara

2. Undang-Undang Dasar 1945 saat disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945


terdiri atas Pembukaan dan Pasal-pasal. Sedangkan Penjelasan Undang-
Undang Dasar 1945 ditulis oleh....
A. Mr Soepomo
B. A.A. Maramis
C. Mohammad Hatta
D. Mohammad Yamin

3. Perhatikan cuplikan perumusan dasar negara berikut ini!


Rumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta menimbulkan reaksi dari warga
Indonesia Timur. Salah satu perwakilan mereka, J. Latuharhary, menemui
Bung Hatta dan menyampaikan aspirasi tersebut. Bung Hatta selanjutnya
menemui tokoh Islam di PPKI. Bung Hatta mengusulkan agar tujuh kata
pada sila pertama tersebut dihapus. Setelah didiskusikan, akhirnya
disepakati rumusan Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya diubah menjadi Ketuhan Yang Maha Esa.

Berikut ini semangat dan komitmen para pendiri negara yang terdapat
dalam cuplikan perumusan dasar negara di atas, kecuali ....
A. Nasionalis
B. Persatuan
C. Toleransi
D. Patriotis

156
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

4. Pernyataan di bawah ini yang tidak termasuk alasan rational, pembukaan


UUD 1945 mempunyai kedudukan yang tetap, kuat, tidak bisa diubah atau
diganti oleh siapapun adalah ….
A. mengandung jiwa proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
suasana kerohanian dari terbentuknya Negara Indonesia.
B. memuat tujuan Negara Republik Indonesia dan dasar Negara
Pancasila.
C. menjadi acuan dan pedoman dalam perumusan pasal-pasal UUD
1945.
D. Pembukaan merupakan satu kesatuan dengan batang tubuh Undang-
Undang Dasar tahun 1945

5. Pengembangan implementasi nilai-nilai Pembukaan dan UUD NRI dalam


rangka menjaga persatuan dan kesatuan bangsa adalah….
A. bersikap dan bertindak secara komprehensif dan integral.
B. mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan
pribadi, yang dilandasi penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
Pancasila.
C. nilai-nilai konstitusi di implentasikan dan ditegakan sessai dengan
amanah Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
D. nilai-nilai perbedaan dalam keberagaman, dalam rangka menjamin
tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik.

F. REFERENSI

Asshiddiqie, Jimly, 2005, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia,


Konstitusi Press, Jakarta.
A. Rosyid Al Atok, 2016, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, Hand aud Diklat CBT PPKn SMP , P4TK PPKn – IPS, Batu.
Attamini, A, Hamid S, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia
dalam Penyelenggaan Pemerintahan Negara, suatu studi Analisis
mengenai Keputusan Presiden yang berfungsi pengaruran dalam kurun
waktu Peliti I sampai dengan Pelita IV, Desertasi, Fakultas Pascasarjana
Universitas Indonesia, Jakarta.

157
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Bun Yamin Rianto, 2012, Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Universitas Widiyagama Malang.
Budiardjo Miriam, 1982, Hukum Tata Negara Dasar-Dasarnya, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Dahlan, Thaib. 1999, Teori dan Hukum Konstitusi, PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta.
Darmodiharjo, Darji, 1986. Pancasila Sebagai Filsafat dan Ideologi Nasional,
Laboratorium IKIP Malang.
Darmodiharjo, Darji, 2013, Kedudukan Undang-Undang Dasar 1945 , Makalah
disampaikan pada seminar hukum, Universitas Brawijaya Malang.
Fauzi Ahmad, 1983, Uraian singkat tiap Alenia Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945, Ditinjau Dari Segi Sejarah, Segi Yuridis Konstitusional, dan
Segi Filosofis, Universitas Brawijaya, Malang.
Fadjar, Mukthie.A, 2007, Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Mahkamah Konstitusi (Makalah disampaikan dalam temu wicara “
Mahkamah Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan RI, Universitas
Widyagama Malang.
Haq, Hamka, 2011, Pancasila 1 Juni & Syariat Islam, Pt. Wahana Semesta,
Jakarta Selatan.
Hans Kelsen, 2007, Teori Hukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum
Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, Alih Bahasa Drs.H.
Sumardi, BEE Media Indonesia, Jakarta.
Kaelan. 2004, Pendidikan Pancasila, Paradigma Offset, Yogyakarta.
Sirajuddin,dkk, 2007, Legislative Drafting, TRANS Publishing, Malang.
Oesman Oetojo, 1993, Pancasila Sebagai Idiologi Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, dan Bernegara, BP.7 Pusat, Jakarta.
Mahfud, Mohammad, 1999, Pancasila Sebagai Paradikma Pembaharuan
Hukum, Dalam Jurnal Filsafat Pancasila, Universitas Gajahmada,
Jogyakarta.
Majelis Permusyawaratan Rakyat, 2006, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Sekretarian Jenderal MPR RI. Jakarta
Notonagoro, 1988, Pancasila Dasar Falsafah Negara (Kumpulan tiga Uraian
Pokok-Pokok Persoalan Tentang Pancasila), Bina Aksara, Jakarta.
Rosyada, Dede dkk. 2003, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani, ICCE UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

158
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Soemantri, Sri. 2006, Prosedur Dan Sistem Perubahan Konstitusi, PT Alumni.


Bandung.
Saleh Roeslan, 1979, Penyebaran Pncasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Perundang-undangan, Aksara Baru, Jakarta.
Strong, C.F, 1975, Modern Political Constitutions, (Sidgwick & Jackson Limites)
, London.
Wheare, K.C, 1975, Modern Constitutions,Third Impression (New York-
Toronto Oxford University Press), London.
Wija I.G, 1988, Pengantar Ilmu Sejarah, Sejarah Dalam Prespektif Pendidikan,
Satiya Wacana, Semarang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-kisah-heroik-di-balik-
pertempuran surabaya.html diakses tanggal 23 Mei 2018
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/08/17/sejarah-
kemerdekaan-mengenang-peristiwa-proklamasi-17-agustus-1945
diakses tanggal 23 Mei 2018
https://ainamulyana.blogspot.com/2016/08/perumusan-dan-pengesahan-
uud-1945.html diakses tanggal 23 Mei 2018
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt54ac8a8c7c96e/fungsi-
aturan-peralihan-dan-aturan-tambahan diakses tanggal 23 Mei 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Distrik_federal diakses tanggal 23 Mei 2018
https://kbbi.web.id diakses tanggal 23 Mei 2018
https://pendidikanzone.blogspot.co.id/2016/08/mengapa-republik-
indonesia-serikat-ris-tidak-bertahan-lama-dan-dibubarkan.html
diakses tanggal 23 Mei 2018
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/pelantikan-presiden-dan-
wakil-presiden-berjalan-lancar diakses tanggal 18 Juni 2018
http://www.tribunnews.com/nasional/2012/04/17 diakses tanggal 18 Juni
2018
http://thewizardiumonline.blogspot.com/2014/07/kpu-partisipasi-
pemilih-pilpres-di-luar.html diakses tanggal 18 Juni 2018
https://tirto.id/dpr-ri-terima-rapbn-2018-dalam-sidang-paripurna-cstH
diakses tanggal 18 Juni 2018
http://www.mikirbae.com/2015/11/sistem-peradilan-indonesia.html
diakses tanggal 18 Juni 2018
http://tribratanews-pasuruan.com/sinergitas-tni-polri-kuat-nkri-hebat/
diakses tanggal 18 Juni 2018

159
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

MATERI PP 04
BHINNEKA TUNGGAL IKA DALAM
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

160
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

MATERI PP 04

BHINNEKA TUNGAL IKA DALAM NEGARA


KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

A. KOMPETENSI
1. Menganalisis keberagaman suku, agama, ras dan antargolognan dalam
bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
2. Mengkreasikan konsep cinta tanah air/bela negara dalam konteks Negara
Kesatuan Republik Indonesia

B. INDIKATOR
1. Menganalisis keberagaman masyarakat Indonesia.
2. Menganalisis faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia.
3. Menelaah makna Bhinneka Tunggal Ika.
4. Menelaah arti penting keberagaman dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
5. Menelaah pengertian cinta tanah air/bela negara
6. Menganalisis arti penting cinta tanah air/bela negara dalam kerangka
NKRI
7. Mengkreasi bentuk perilaku cinta tanah air/bela negara dalam kerangka
NKRI

C. URAIAN MATERI
1. Keberagaman dalam Masyarakat Indonesia

Kejaiban kecil itu bernama Indonesia, salah satu negara dengan garis
pantai terpanjang di dunia. Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau
besar dan kecilnya yang terhampar sepanjang Sabang hingga Merauke.
Bung Karno menyebutnya sebagai ‘negara lautan yang ditaburi pulau-
pulau’ untuk menegaskan dominasi wilayah maritim atas wilayah daratan

161
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

yang dimiliki Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dengan


jumlah penduduk terbesar di dunia. Indonesia juga merupakan salah satu
negara dengan potensi sumber daya alam terbesar di dunia. Tak
mengherankan jika Indonesia kemudian dijuluki sebagai ‘untaian zamrud
khatulistiwa’. Bahkan, para penyair menganalogikannya dengan ‘surga
kecil yang jatuh ke bumi’. Keajaiban itu sekaligus menunjukkan kebesaran
Tuhan. Kita patut mensyukuri anugerah yang luar biasa itu.
Hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 seperti yang dikutip dari
laman resmi BPS menunjukkan bahwa jumlah seluruh pulau di wilayah
NKRI adalah 17.504 pulau. Kepulauan Riau menjadi provinsi dengan
jumlah pulau terbanyak (2.408 pulau), disusul oleh Papua Barat (1.945
pulau), dan Maluku Utara (1.474 pulau). Provinsi-provinsi lainnya
memiliki jumlah pulau yang lebih sedikit daripada ketiga provinsi
tersebut. Provinsi Papua menjadi provinsi dengan wilayah terluas, yaitu
seluas 319.036,05 km2 (16,70% wilayah NKRI), diikuti oleh Kalimantan
Tengah seluas 153.564,50 km2 (8,04% wilayah NKRI), dan Kalimantan
Barat seluas 147.307 km2 (7,71% wilayah NKRI). Total luas wilayah
seluruh provinsi di Indonesia adalah 1.910.931,3 km2. Selain memiliki
jumlah pulau yang demikian banyak, Indonesia juga dikenal karena
keragaman masyarakatnya. Keberagaman masyarakat itu meliputi
keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan.
Berikut ini dipaparkan realitas keberagaman yang dimiliki
masyarakat Indonesia:
Keberagaman Suku
Indonesia adalah negara dengan komposisi suku yang sangat
beragam. Hasil dari kerjasama BPS dan ISEAS (Institute of South Asian
Studies) merumuskan bahwa terdapat sekitar 633 suku yang
diperoleh dari pengelompokan suku dan subsuku yang ada di
Indonesia. Ribuan pulau yang ada di Negara Kesatuan Republik
Indonesia merupakan salah satu ciri bahwa negera ini merupakan

162
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

negara dengan keragaman suku dan latar belakang kebudayaan yang


berbeda-beda. Telah diakui di tingkat internasional bahwa
masyarakat Indonesia, baik secara vertikal maupun horizontal,
merupakan masyarakat paling majemuk di dunia selain Amerika
Serikat dan India (Sudiadi dalam Pitoyo dan Triwahyudi, 2017).
Keberagaman suku bangsa di Indonesia ditunjukkan antara lain
oleh keberagaman bahasa daerah, adat istiadat, sistem kekerabatan,
kesenian daerah, dan tempat asal.
Tabel 15. Persebaran Suku Bangsa di Indonesia

No Pulau/Kepulauan Suku Bangsa


1 2 3
Aceh, Gayo, Alas, Simeulue, Tamiang, Batak, Nias,
Mentawai, Minangkabau, Melayu Anak Dalam,
1. Sumatera Sakai, Kerinci, Kubu, Bajau, Palembang, Ogan,
Komiring, Pasemah, Rawas, Rejang, Lebong,
Enggano, Lampung, Semendo
Banten, Adui, Betawi, Sunda, Jawa Karimun, Madura
2. Jawa
dan Tengger
3. Bali Bali

4. Nusa Tenggara Barat Sasak, Bima, Sumbawa, Bali


Alor, Solor, Rote, Sabu, Sumba, Flores, Dawan,
5. Nusa Tenggara Timur
Tetun
6. Kalimantan Melayu, Dayak, Bulangan, Tidung, Abai, Banjar.
Bugis, Makasar, Mandar, Toraja, Muna, Buton,
7, Sulawesi
Toraja, Tolaki, Kabaena, Maronehe
Kalisusu, Balantak, Banggai, Minahasa, Bolaan,
9. Maluku Mongondow, Sangir, Talaud, Gorontalo, Ambon, Jei,
Tanimbar, Seram, Ternate, Morotai
10. Papua Sentani, Biak, Asmat, Manem, Dani
Sumber: Agus (2017)

Keberagaman Agama
Kemajemukan bangsa Indonesia tidak hanya terlihat dari
beragamnya jenis suku bangsa, tetapi juga dari agama yang dianut
penduduknya. Suasana kehidupan beragama yang harmonis di
lingkungan masyarakat heterogen dengan berbagai latar belakang agama
terbangun karena toleransi masyarakat yang saling menghargai adanya

163
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

perbedaan. Berbagai kegiatan sosial budaya dalam suatu masyarakat


seperti kegiatan gotong-royong dilakukan bersama-sama oleh semua
anggota.
Terdapat 6 agama yang diakui secara resmi di Indonesia. Keenam
agama itu adalah Hindu, Budha, Islam, Katolik, Protestan, dan Kong Hu
Chu. Selain itu, bermacam-macam aliran kepercayaan juga diakui
keberadaannya. Islam menjadi agama yang paling banyak dianut di
Indonesia, yaitu sebesar 87,18%. Berikutnya adalah agama Kristen
dengan penganut sebesar 6,96%, Katolik, 2,91%, Hindu 1,69%, Budha
0,72%, dan Konghucu 0,05%.
Sementara penganut kelima agama tersebut juga tersebar atau
berdomisili di wilayah perkotaaan dan pedesaan sebagaimana terlihat
pada tabel berikut.
Pentingnya kerukunan umat beragama merupakan sikap mental
umat beragama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang serasi
dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan sosial, dan tingkat
kekayaan. Tujuan terbinanya kerukunan umat beragama dimaksudkan
agar terpelihara hubungan baik dalam pergaulan antara warga baik yang
seagama, berlainan agama maupun dengan pemerintah.
Tabel 16. Identitas Keragaman Agama di Indonesia
N Kitab
Agama Tempat Ibadah Hari besar
o suci
1 2 3 4 5
1Islam Masjid Al Quran Idul Fitri, Idul Adha
Natal, Paskah, Isa Al
2Kristen Protestan Gereja Injil
masih
Natal, Paskah, Isa Al
3Kristen Katholik Gereja Injil
masih
Nyepi, Galungan,
4Hindu Pura Weda
Kuningan
5Buddha Wihara Tri Pitaka Waisak dan Katina

6Konghucu Kelenteng Si Shu Cap Go Meh


Sumber: http://www.erwinedwar.com (2017), yang diolah.

164
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Keberagaman Ras
Beberapa ras yang ada dalam masyarakat Indonesia antara lain
ras Malayan-Mongoloid, Melanesoid, Asiatic-Mongoloid, dan
Kaukasoid. Penjelasan ringkat tentang ras-ras tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Pertama, ras Malayan-Mongoloid. Ras ini terdapat di Sumatera,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi.
Adapun ciri-ciri ras ini, antara lain warna kulit sawo matang, mata
hitam, rambut hitam serta lurus dan berombak, hidung dan bibir
tebal, dan tinggi badan rata-rata 150-165 cm.
2) Kedua, ras Melanesoid. Ras ini terdapat di daerah Papua, Maluku,
dan Nusa Tenggara Timur. Ciri-ciri ras melanesoid adalah warna
kulit hitam, rambut hitam dan keriting, bibir agak tebal, badan
tegap, hidung lebar cenderung pesek, tinggi badan rata-rata 160-
170 cm.
3) Ketiga, ras Asiatic-Mongoloid. Ras ini kebanyakan kaum
pendatang dan biasanya mereka tinggal di kota-kota besar.
Penduduk yang termasuk ras ini adalah orang Cina, Jepang, dan
Korea. Beberapa ciri ras Asiatic-Mongoloid adalah warna kulit
kuning, mata sipit, bibir tipis, rambut hitam dan cenderung lurus,
dan tinggi badan rata-rata 155-165 cm.
4) Keempat, ras Kaukasoid. Penduduk yang termasuk ras ini adalah
orang India, Timur Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika. Ras ini
juga merupakan kaum pendatang yang umumnya tinggal di kota-
kota besar. Ciri-ciri ras ini adalah warna kulit orang India agak
kuning, sedangkan orang Timur Tengah, Australia, Eropa, dan
Amerika adalah putih, rambut hitam atau pirang, hidung
mancung, bibir tipis, dan tinggi badan rata-rata 165-180 cm.

165
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Keberagaman Antargolongan
Selain dilihat dari lapisan masyarakat atau kelas sosial, keberagaman
masyarakat Indonesia juga ditandai dengan adanya segmentasi dalam
bentuk kelompok-kelompok yang memiliki kebudayaan yang berbeda
satu sama lain (Moeis, 2008). Kelompok-kelompok tersebut dapat
berupa kesatuan-kesatuan sosial dan organisasi kemasyarakatan.
Adanya kelas sosial dan kesatuan sosial membentuk golongan-golongan
di masyarakat. Setiap golongan terdiri dari atas dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan satu sama lain dalam sebuah struktur.
Keberagaman antargolongan tidak boleh menyebabkan terjadinya
perselisihan dan perpecahan di masyarakat. Adanya keberagaman
antargolongan harus menjadi pendorong terwujudnya persatuan dan
kesatuan bangsa, dan pendorong tumbuhnya kesadaran setiap warga
negara akan pentingnya pergaulan demi memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa misalnya golongan kelas tinggi membantu golongan
kelas rendah.
Oleh karena itu, demi kepentingan nasional, ciri golongan tidak boleh
ditonjolkan. Meskipun berbeda-beda golongan tetapi seluruh warga
negara hidup dalam satu ikatan yang kuat, tanah air Indonesia. Semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika”, yang merupakan ciri bangsa Indonesia harus
selalu dilestarikan dan dijadikan dasar bagi persatuan dan kesatuan
bangsa.

2. Faktor Penyebab Keberagaman Masyarakat Indonesia


Keberagaman masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik yang datang dari dalam maupun luar masyarakat. Hal ini juga
dipengaruhi oleh faktor alam, diri sendiri, dan masyarakat. Secara umum
keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut.

166
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Letak strategis wilayah Indonesia


Indonesia memiliki letak strategis, yaitu di antara Samudra
Pasifik dan Samudra Indonesia, serta benua Asia dan Australia.
Lalu lintas perdagangan tidak hanya membawa komoditas dagang,
tetapi juga pengaruh kebudayaan mereka terhadap budaya
Indonesia. Kedatangan bangsa asing yang berbeda ras, kemudian
menetap di Indonesia mengakibatkan kemajemukan ras, agama
dan Bahasa.

Gambar 11. Letak Strategis Wilayah Indonesia


Sumber: http://www.invonesia.com (2018)

Kondisi negara kepulauan


Negara Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang secara fisik
terpisah-pisah. Keadaan ini menghambat hubungan
antarmasyarakat dari pulau yang berbeda-beda. Setiap
masyarakat di kepulauan mengembangkan budaya mereka
masing-masing, sesuai dengan tingkat kemajuan dan lingkungan
masing-masing. Hal ini mengakibatkan perbedaan suku bangsa,
bahasa, budaya, serta peranan laki-laki dan perempuan.

167
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Gambar 12. Indonesia sebagai Negara Kepulauan Terbesar di dunia


Sumber: https://kumparan.com (2018)

Perbedaan kondisi alam


Kondisi alam yang berbeda seperti daerah pantai, pegunungan,
daerah subur, padang rumput, pegunungan, dataran rendah, rawa,
dan laut mengakibatkan perbedaan masyarakat. Juga kondisi
kekayaan alam, tanaman yang dapat tumbuh, hewan yang hidup di
sekitarnya. Masyarakat di daerah pantai berbeda dengan masyarakat
pegunungan, seperti perbedaan bentuk rumah, mata pencaharian,
makanan pokok, pakaian, kesenian, bahkan kepercayaan.
Keadaan transportasi dan komunikasi
Kemajuan sarana transportasi dan komunikasi juga
memengaruhi perbedaan masyarakat Indonesia. Kemudahan sarana
ini membawa masyarakat mudah berhubungan dengan masyarakat
lain, meskipun jarak dan kondisi alam yang sulit. Sebaliknya sarana
yang terbatas juga menjadi penyebab keberagaman masyarakat
Indonesia.
Penerimaan masyarakat terhadap perubahan
Sikap masyarakat terhadap sesuatu yang baru baik yang datang
dari dalam maupun luar masyarakat membawa pengaruh terhadap

168
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

perbedaan masyarakat Indonesia. Ada masyarakat yang mudah


menerima orang asing atau budaya lain, seperti masyarakat
perkotaan. Namun ada juga sebagian masyarakat tetap bertahan pada
budaya sendiri.

3. Makna Bhinneka Tunggal Ika

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup


panjang, sejak jaman kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan dijajah oleh
bangsa asing selama tiga setengah abad. Unsur masyarakat yang
membentuk bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa,
adat-istiadat, kebudayaan, dan agama, serta ribuan pulau yang tersebar di
seluruh penjuru nusantara. Oleh karena itu, keadaan yang beraneka ragam
tersebut bukanlah menjadi suatu perbedaan untuk dipertentangkan,
melainkan perbedaan itu justeru merupakan suatu daya penarik ke arah
suatu kerjasama persatuan dan kesatuan dalam suatu sintesis dan sinergi
yang positif, sehingga keanekaragaman itu justru terwujud dalam suatu
kerjasama yang luhur (Kaelan, 2014:262-264). Jadi, Bhinneka Tunggal Ika
mengandung makna untuk selalu mengedepankan ikatan persatuan dan
kesatuan bangsa.
Nilai persatuan dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan
menjadi kunci kemajuan suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia yang kausa
materialisnya berbagai etnis, golongan, ras, agama, serta primordial
lainnya di nusantara secara moral menentukan kesepakatan untuk
membentuk suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Semangat moralitas
bangsa itu oleh founding fathers kita diungkapkan dalam suatu seloka,
yang merupakan simbol semiotis bahwa setiap manusia apapun ras, etnis,
golongan, agamanya adalah sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, pada
hakikatnya sama berdasarkan harkat dan martabat manusia yang
beradab. Oleh karena itu, di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
ini harus mendasarkan pada kesadaran telah memiliki kesamaan

169
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

pandangan untuk mempersatukan diri sebagai suatu bangsa, yaitu bangsa


Indonesia, memiliki kebebasan disertai tanggung jawab dalam hidup
bersama, untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama, yaitu kesejahteraan
seluruh warga bangsa Indonesia.

Gambar 13. Tulisan Bhinneka Tunggal Ika dalam Lambang Negara


Sumber: Kusumaryoko dan Amirusi (2018)

Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam Garuda Pancasila sebagai


Lambang Negara Republik Indonesia. Lambang negara
Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya
menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai
berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher
Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda
tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang
kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno dan diresmikan
pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang
Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.
Penggunaan lambang negara diatur dalam UUD 1945 pasal 36A dan UU No
24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu

170
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Kebangsaan. (LN 2009 Nomor 109, TLN 5035). Sebelumnya lambang


negara diatur dalam Konstitusi RIS, UUD Sementara 1950, dan Peraturan
Pemerintah No. 43/1958.
Pasal 36 A, yaitu Lambang Negara Ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan Pasal 36 B: Lagu Kebangsaaan ialah
Indonesia Raya. Menurut risalah sidang MPR tahun 2000, bahwa
masuknya ketentuan mengenai lambang negara dan lagu kebangsaan
kedalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang
melengkapi pengaturan mengenai bendera negara dan bahasa negara
yang telah ada sebelumnya merupakan ikhtiar untuk memperkukuh
kedudukan dan makna atribut kenegaraan ditengah kehidupan global dan
hubungan internasional yang terus berubah. Dengan kata lain, kendatipun
atribut itu tampaknya simbolis, hal tersebut tetap penting, karena
menunjukkan identitas dan kedaulatan suatu negara dalam pergaulan
internasional. Atribut kenegaraan itu menjadi simbol pemersatu seluruh
bangsa Indonesia di tengah perubahan dunia yang tidak jarang berpotensi
mengancam keutuhan dan kebersamaan sebuah negara dan bangsa tak
terkecuali bangsa dan negara Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang
mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang berasal dari
keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang
beranekaragam budaya daerah, kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki
bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air
Indonesia. Begitu juga bendera kebangsaan merah putih sebagai lambang
identitas bangsa dan kita bersatu padu di bawah falsafah dan dasar negara
Pancasila.

4. Arti Penting Keberagaman dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika


Keberagaman masyarakat Indonesia memiliki dampak positif
sekaligus dampak negatif bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan
negara. Dampak positif memberikan manfaat bagi perkembangan dan

171
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

kemajuan, sedangkan dampak negatif mengakibatkan ketidakharmonisan


bahkan kehancuran bangsa dan negara. Keberagaman suku bangsa,
budaya, ras, agama, dan antargolongan menjadi daya tarik wisatawan
asing untuk berkunjung ke Indonesia. Kita tidak hanya memiliki
keindahan alam, tetapi juga keindahan dalam keberagaman masyarakat
Indonesia

Gambar 14. Keberagaman Masyarakat Indonesia


Sumber: Anonim (2017)

Persatuan dan kesatuan di sebuah negara yang beragam dapat


diciptakan salah satunya dengan perilaku masyarakat yang menghormati
keberagaman bangsa dalam wujud perilaku toleran terhadap
keberagaman tersebut. Sikap toleransi berarti menahan diri, bersikap
sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap
orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Toleransi sejati didasarkan
sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani, dan keyakinan,
serta keikhlasan sesama apa pun agama, suku, golongan, ideologi atau
pandangannya.
1) Perilaku toleran dalam kehidupan beragama
Kita sudah memahami bahwa semua orang di Indonesia tentu
meyakini salah satu Agama atau kepercayaan yang ada di Indonesia.

172
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Pemerintah mengakui enam (6 ) Agama yang ada di Indonesia. Agama


tersebut adalah Islam, Kristen, katolik, hindu, budha, Kong Hu Chu.
Bukankah sejak kecil kita semua sudah meyakini dan melaksanakan
ajaran agama yang kita anut.
Negara menjamin warga negaranya untuk menganut dan
mengamalkan ajaran agamanya masing-masing. Jaminan negara
terhadap warga negara untuk memeluk dan beribadah diatur dalam
UUD 1945 pasal 29 ayat (2). Hal tersebut berbunyi: “Negara menjamin
kemerdekana tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaan itu”.
Dalam praktik kehidupan berbangsa, sebagaimana kita ketahui
keberagaman dalam Agama itu benar-benar terjadi. Agama tidak
mengajarkan untuk memaksakan keyakinan kita kepada orang lain.
Oleh karena itu, bentuk perilaku kehidupan dalam keberagaman
Agama diantaranya diwujudkan dalam bentuk:
 Menghormati agama yang diyakini oleh orang lain.
 Tidak memaksakan keyakinan agama kita kepda agama yang
berbeda.
 Bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah yag
dilaksanakan oleh yang memiliki keyakinan dan agama yang
berbeda.
 Melaksanakan ajaran agama dengan baik, serta
 Tidak memandang rendah dan tidak menyalahkan Agama yang
berbeda yang dianut oleh orang lain.
Perilaku baik dalam kehidupan beragama tersebut sebaiknya kita
laksanakan, baik di keluarganya, sekolah, masyarakat, maupun dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2) Perilaku Toleran Terhadap Keberagaman Suku dan Ras di Indonesia
Perbedaan suku dan ras antara manusia yang satu dengan yang
lainnya hendaknya tidak menjadi kendala dalam membangun

173
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia maupun dalam pergaulan


dunia. Kita harus menghormati harkat dan martabat manusia yang
lain. Marilah kita mengembangkan semangat persaudaraan dengan
sesama manusia dengan menjunjung nilai–nilai kemanusiaan.
Perbedaan kita dengan orang lain tidak berarti orang lain lebih
baik daripada kita atau kita lebih baik daripada orang lain. Bauk dan
buruknya penilaian orang lain kepada kita bukan karena warna, rupa,
dan bentuk, melainkan karena baik dan buruknya kita dalam
berperilaku. oleh karena itu, sebaiknya kita berperilaku baik kepada
semua orang tanpa memandang berbagai perbedaan tersebut.
3) Perilaku Toleran terhadap keberagaman Sosial Budaya
Kehidupan sosial dan keberagaman kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia tentu manjadi kekayaan bangsa Indonesia. Kita
tentunya harus bersemangat untuk memeliharanya dan menjaga
kebudayaan bangsa Indonesia.
Bagi seorang pelajar perilaku dan semangat kebangsaan dalam
mempertahankan keberagaman budaya bangsa diantaranya dapar
dilaksanakan dengan:
a) Mengetahui keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa
Indonesia.
b) Mempelajari dan menguasai salah satu seni budaya sesuai dengan
minat dan kesenangannya;
c) Merasa bangga terhadap budaya bangsa sendiri; dan
d) Menyaring budaya asing yang masuk kedalam budaya Indonesia
(Kemdikbud, 2017)

5. Konsep cinta tanah air/bela negara


Perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang dimulai sejak
era sebelum dan selama penjajahan, dilanjutkan dengan era merebut dan
mempertahankan kemerdekaan sampai dengan era mengisi
kemerdekaan, menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai

174
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh


bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai kejuangan bangsa
yang senantiasa tumbuh dan berkembang yang dilandasi oleh jiwa, tekad,
dan semangat kebangsaan. Semua itu tumbuh menjadi kekuatan yang
mampu mendorong proses terwujudnya NKRI.
Hal ini dapat dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
ini dilahirkan oleh generasi yang mempunyai idealisme cinta tanah air dan
bangsa, kalau tidak, mungkin saat ini kita bangsa Indonesia masih dijajah
oleh Belanda yang luas negaranya dibandingkan pulau Bali saja masih
luasan pulau Bali. Kita harus sangat terimakasih kepada para tokoh yang
mencentuskan pembentukan organisasi Boedi Oetomo pada tanggal 20
Mei 1908, para pencetus Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,
dan para tokoh yang memungkinkan terjadinya proklamasi 17 Agustus
1945.
Pada hakikatnya cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan
menjadi salah satu bagian dari tanah air dan bangsanya yang berujung
ingin berbuat sesuatu yang mengharumkan nama tanah air dan bangsa.
Pada keadaan yang terkadang masyarakat sebut amburadul saat ini apa
yang dapat dibanggakan dari negara dan bangsa Indonesia? Generasi
“founding fathers” pada masa penjajahan berhasil membangkitkan rasa
cinta tanah air dan bangsa yang pada akhirnya berhasil memerdekakan
bangsa Indonesia. Rasa cinta tanah air dan bangsa yang melekat pada
setiap warga negara dapat menjadi faktor yang memotivasi bangsa
Indonesia, ada kemungkinan bangsa Indonesia akan bisa bangkit kembali
dengan masyarakatnya yang dapat menghasilkan karya-karya yang
membanggakan kita sebagai bangsa.
Cinta tanah air yang dapat diwujudkan dengan bela negara. Bela
Negara adalah sikap dan perilaku warganegara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

175
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan


hidup bangsa dan negara (UU No. 3 Tahun 2002).

Gambar 15. Kemah Bela Negara Tingkat Nasional I 2018 di Pulau Sebatik, Kab. Nunukan,
Kalimantan Utara secara resmi dibuka oleh Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Kak
Adhyaksa Dault
Sumber: https://pramukapos.com (2018)

Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara


diselenggarakan melalui:
a. Pendidikan Kewarganegaraan .
b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib.
c. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela dan secara wajib.
d. Pengabdian sesuai dengan profesi (UU No. 3 Tahun 2002).

Bela negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan
pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta
keyakinan akan kesaktian pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan
untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman, baik dari luar negeri
maupun dari dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan

176
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan


yurisdiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.
Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warga
negara akan hak dan kewajibannya. Kesadaran bela negara perlu di
tumbuhkan secara terus menerus antara lain melalui proses pendidikan
di sekolah maupun di luar sekolah dengan memberikan motivasi untuk
mencintai tanah air dan bangsa sebagai bangsa Indonesia.

6. Arti penting cinta tanah air/bela negara dalam kerangka NKRI


Cinta tanah air/bela negara merupakan hal yang sangat penting bagi
NKRI. Rasa cinta tanah air dapat ditanamkan kepada anak sejak usia dini
agar rasa terhadap cinta tanah air tertananam di hatinya dan dapat
menjadi manusia yang dapat menghargai bangsa dan negaranya.
Keutuhan dan kelestarian NKRI akan banyak dipengaruhi oleh seberapa
besar rasa cinta tanah air/bela negara yaqng dimiliki warga negaranya.
Motivasi Cinta tanah air/bela negara akan berhasil jika setiap warga
negara memahami kelebihan atau keunggulan dan kelemahan atau
kekurangan bangsa dan negaranya. Motivasi setiap warga negara untuk
selalu memiliki rasa cinta tanah air/bela negara terhadap NKRI juga di
pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengalaman sejarah
perjuangan bangsa Indonesia, letak geografis Indonesia yang strategis,
kekayaan sumber daya alam, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di samping itu setiap warganegara hendaknya juga memahami
kemungkinan adanya ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara
Indonesia, baik yang datang dari dalam negeri maupun dari luar negeri
yang masing-masing dapat berdiri sendiri atau saling pengaruh
mempengaruhi.

7. Bentuk perilaku cinta tanah air/bela negara dalam kerangka NKRI


Apa contoh tindakan warga negara yang dapat dilakukan sebagai
perilaku cinta tanah air/bela negara? Dalam kondisi negara aman dan

177
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

damai bentuk perilaku cinta tanah air/bela negara yang dapat dilakukan
antara lain:
Siskamling
Dengan kegiatan Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan)
maka keamanan dan ketertiban masyarakat akan tetap terpelihara.
Setiap warga dapat berpatisipasi dalam kegiatan tersebut di samping
juga untuk mengukuhkan tali silaturahmi.

Gambar 16. Ronda di Siskamling


Sumber: http://pengokkidul27.blogspot.com

Menanggulangi akibat Bencana Alam


Membantu sesama manusia merupakan perbuatan terpuji.
Misalnya membantu meringankan beban yang tertimpa musibah
bencana alam seperti kebakaran, kebanjiran, tanah longsor, gempa
bumi dan contoh lainnya. Membantu sesama manusia dapat
memperkokoh keutuhan masyarakat, karena bantuan yang diberikan
akan menimbulkan simpati dan empati, dan saling merasakan
(tenggang rasa).

178
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Gambar 17. Penanggulan/Pertolongan Akibat Bencana


Sumber: http://www.harnas.co (2018)

Belajar dengan Tekun


Kegiatan bela negara dapat dilakukan oleh pelajar di sekolah
melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2002 pasal 9 ayat (2)
menyebutkan keikut sertaan warga negara dalam upaya bela negara
di antaranya melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kegiatan
extra kurikuler seperti kepramukaan, PMR, Paskibra merupakan
kegiatan bela negara.

Gambar 18. Belajar yang rajin di sekolah sebagai salah satu bentuk partisapsi
cinta tanah air dalam upaya bela negara
Sumber: http://sumsel.tribunnews.com (2016)

179
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Pada kegiatan ini, hal-hal yang dilakukan sebagai berikut.
1. Peserta secara serempak menyanyikan lagu “Dari Sabang Sampai
Merauke”
2. Fasilitator menyampaikan garis-garis besar materi dan skenario
pembelajaran.
3. Fasilitator menampilkan beberapa gambar/video berkaitan dengan NKRI
(Integrasi Nasional/Bhinneka Tunggal Ika) sebagai stimulus pembelajaran
4. Melalui Brain Storming (curah pendapat), peserta mengkaitkan gambar
dengan materi.
5. Peserta dibentuk 5 (lima) kelompok yang kelompok tersebut diberi nama
dengan sebutan misalnya nama pulau: Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua.
6. Peserta diberikan Lembar Kegiatam 1 (LK 1) dan bekerjasama dalam
kelompoknya untuk mengerjakannya
7. Peserta mempresentasikan hasil kerja kelompoknya melalui metode
windows shopping.
8. Fasilitator memberikan penguatan (melengkapi) materi
9. Kelompok yang mendapatkan bintang paling banyak saat windows
shopping memberikan kesimpulan dan penghargaan nilai
10. Peserta diberikan penugasan mengerjakan Lembar Kegiatan 2 (LK2)
secara mandiri.
11. Peserta mengerjakan latihan soal.
12. Peserta melakukan refleksi pembelajaran pada pertemuan ini.

180
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

1. Lembar Kegiatan 1

Lembar Kegiatan 1
Petunjuk Kerja!
1. Bapak/Ibu peserta diminta untuk mencari 1 (satu) artikel yang dikaitkan dengan
BHINNEKA TUNGGAL IKA DALAM NKRI.
Pembagian kelompok dan kinerjanya sebagai berikut.
a. Kelompok SUMATERA mencari artikel yang berkaitan dengan Keberagaman
dalam NKRI.
b. Kelompok JAWA mencari artikel yang berkaitan dengan faktor-faktor
penyebab keberagaman.
c. Kelompok KALIMANTAN mencari artikel yang berkaitan makna Bhinneka
Tunggal Ika.
d. Kelompok SULAWESI mencari artikel yang berkaitan dengan konsep cinta
tanah air/bela negara,
e. Kelompok PAPUA mencari artikel yang berkaitan dengan bentuk perilaku
cinta tanah air/bela negara.
2. Lakukan analisis atas artikel tersebut!
Tabel 17 Format Analisis
Hasil Analisis
1Judul :
.
2Tulisan/Karangan/ Tahun :
.
3Bidang/Kajian :
.
4Catatan penting/ :
. Isi/temuan
5Sumber :
.

3. Buatlah ajakan agar setiap warga negara (generasi muda) untuk bersama-sama
menjaga/melestarikan/cinta pada NKRI!
Hal itu bisa berupa gambar/kartun/karikatur/puisi/kata-kata/semboyan

181
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

2. Lembar Kegiatan 2
Petunjuk Kerja!
Buatlah rancangan/skenario pembelajaran yang berkaitan dengan topik
Bhinneka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai format
berikut.
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Satuan :
Pendidikan
Penyusun :

A. Identifikasi

Tabel 18 Identifikasi KD, IPK, Materi, Media dan Sumber, dan Model Pembelajaran
Kompetensi IPK
Dasar (diisi KD Media dan
Materi/ Model
(diisi KD sikap, sikap, Sumber
Submateri Pembelajaran
pengetahuan, pengetahuan, Pembelajaran
keterampilan) keterampilan)

B. Langkah-Langkah Model Pembelajaran


Tabel 19 Tahap Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, dan Alokasi Waktu
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran (berpusat pada peserta didik) Waktu
1. Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan
(persiapan/orientasi)
Apersepsi
Motivasi
2. Kegiatan Inti
Sintak Model
Pembelajaran

3. Kegiatan Penutup

182
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Simpulan
Refleksi
Tindak Lanjut

E. PENILAIAN
1. Latihan Soal
Pilihlah jawaban yang Anda anggap paling tepat dengan memberikan
tanda silang (X) pada salah satu huruf A, B, C, atau D!
1. Perhatikan pernyataan berikut!
1. Suku Sunda, Jawa, Batak, dan Dayak merupakan contoh suku bangsa
yang ada di Indonesia.
2. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat komunikasi efektif antar
suku bangsa.
3. Masyrakat Indonesia harus saling menghormati umat agama lain.
4. Setiap daerah memiliki tarian tradisional.
Pernyataan-pernyataan tersebut membuktikan bahwa ….
A.Indonesia merupakan negara majemuk.
B.Indonesia merupakan satu-satunya negara yang multietnik.
C.masyarakat Indonesia pandai dalam menciptakan budaya baru.
D.bangsaIndonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan.
2. Perhatikan wacana berikut!

Kelompok muda yang tergabung dalam komunitas pencinta


sepeda motor klasik mengadakan bhakti sosial. Kelompok
pemuda tersebut membagikan sembako kepada warga
masyarakat yang kurang mampu di jalanan. Mereka membagi
sembako dengan ikhlas, tanpa memandang perbedaan agama,
rasa, dan suku bangsa.

183
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Jika kamu bergabung dalam komunitas tersebut, manfaat yang bisa


kamu peroleh sebagai generasi muda adalah ....

A. menunbuhkan semangat kedaerahan.


B. Meninbulkan kesenjangan sosial
C. Menciptakan jiwa konsumerisme
D. Meningkatkan rasa solidaritas

3. Perhatikan pernyataan berikut!

(1) Mematuhi peraturan yang ada


(2) Menindak tegas yang bersalah
(3) Menjaga nama baik sekolah
(4) Rajin mengikuti SIKAMLING
Upaya cinta tanah air/bela negara yang dapat dilakukan siswa di
sekolah terdapat dalam pernyataan nomor…

A. (1) dan (2)


B. (1) dan (3)
C. (2) dan (3)
D. (3) dan (4)

4. Rela berkorban merupakan salah satu unsur bela negara. Contoh


perilaku yang mencerminkan semangat rela berkorban adalah …

A. Suka berbagi permasalahan kepada teman


B. Bersedia membantu orang lain yang berjasa
C. Bersikap individulis dalam kehidupan bersama
D. Membantu sesama tanpa mengharap imbalan

184
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

5. Sering kita jumpai seseorang menunjukan gaya hidup mewah, Mereka


menyukai barang mahal produksi luar negeri bahkan tak jarang
mereka memamerkan koleksi barang mewah mereka di media sosial.
Harga mahal bukan halangan bagi mereka untuk membeli karena
memiliki barang bermerek dari luar negeri dirasa mampu
meningkatkan kepercayaan diri dan eksistensi.

Faktor penyebab lunturnya kebanggaan terhadap produk dalam negeri


adalah ... .

A. munculnya rasa iri sebagaian masyarakat terhadap para publik


figur
B. rendahnya semangat nasionalisme dan patriotisme di masyarakat
C. tingginya semangat untuk memperlihatkan kekayaan pribadi.
D. rendahnya kemampuan seseorang mengendalikan keinginannya

2. Refleksi Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran, Saudara diminta melakukan refleksi
dengan menjawab pertanyaan berikut ini:
a. Apa yang Saudara pahami setelah mempelajari materi “Bhinneka Tunggal
Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia?”
b. Pengalaman penting apa yang Saudara peroleh setelah mempelajari
materi “Bhinneka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia?"
c. Apa manfaat mempelajari ““Bhinneka Tunggal Ika dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia?"
d. Apa rencana tindak lanjut Saudara setelah kegiatan pelatihan ini?

185
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

F. REFERENSI

Agus. Edi, 2017. Keberagaman Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan. (online),
http://edi-agus.blogspot.com/2017/01/keberagaman-suku-agama-
ras-dan.html, diakses 18 Oktober 2018.

Al-Hakim, S. 2017. Kerjasama, Semangat dan Komitmen Kebangsaan dalam


Memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Makalah
disampaikan pada Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competence Based
Training) untuk Guru PPKn SMP di El-Hotel Karang Ploso Malang pada
tanggal 11 s.d. 17 Desember 2017.

Amirusi, M. 2018a. Negara Kesatuan Republik Indonesia (Modul Pelatihan


Peningkatan Kompetensi Guru PPkn SMP). Batu: PPPPTK PKn dan IPS.

Amirusi, M. 2018b. Negara Kesatuan Republik Indonesia (Modul Pelatihan Mata


Pelajaran Ganda Pendidikan Panacasila dan Kewarganegaaan SMP).
Jakarta: Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Anonim. 2017. Arti Penting Memahami Keberagaman dalam Bingkai Bhinneka


Tunggal Ika. (On Line). https://komunitasgurupkn.blogspot.com
/2017/01arti-penting-memahami-keberagaman-dalam.html, diakses
tanggal 9 Oktober 2019.

http://www.erwinedwar.com/2017/10/5-agama-di-indonesia-disertai-
dengan.html, diakses 18 Oktober 2018.

https://kumparan.com/saputra-tri-kurniawan/hari-maritim-nasional-
histori-potensi-dan-ambisi-indonesia-menjadi-poros-maritim-dunia,
diakses, 18 Oktober 2018.

https://www.tintapendidikanindonesia.com/2016/06/topologi-
indonesia.html, diakses tanggal 9 Oktober 2019.

http://smplabundikshasingaraja.blogspot.com/2016/08/prestasi-siswa-
smp-lab-undiksha-di.html, diakses tanggal 29 September 2019.

http://www.harnas.co/2018/08/21/anggaran-penanggulangan-bencana-
dipangkas, diakses tanggal 29 September 2019.

http://pengokkidul27.blogspot.com/2013/10/kegiatan-siskamling.html,
diakses tanggal 29 September 2019.

186
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

http://sumsel.tribunnews.com/2016/02/15/, diakses tanggl 1 Oktober 2019

http://bluestranger1104.blogspot.com/2015/12/masyarakat-pedesaan-dan-
masyarakat.html, diakses tanggal 9 Oktonber 2019.

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Edisi Revisi Kesepuluh. Yogyakarta:


Penerbit Paradigma.

Kusumaryoko, P. dan Amirusi, M. 2018. Keberagaman Suku, Agama, Ras, dan


Antargolongan dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika (Unit
Pembelajaran Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis
Zonasi, Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Direktorat Pembinaan Guru
Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Moeis, Syarif. 2008. Perkembangan Kelompok dalam Masyarakat Multikultural.


Jurnal Pengetahuan Sosial. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Pitoyo, A.J. dan Triwahyudi, H. 2017. Dinamika Perkembangan Etnis Di


Indonesia Dalam Konteks Persatuan Negara. Populasi, Vol. 25 (1): 64-
81.

Republik Indonesia. 2017. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945. Jakarta: Sinar Grafika.

Saputra, L.S., Salikun, dan Nugroho, W. 2014. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan: Untuk SMP/MTs Kelas VII (Buku Guru). Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Salikun dan Saputra, L.S. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan:


Untuk SMP/MTs Kelas VIII (Buku Guru). Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Salikun, Pramedya R, Yusnawan Lubis, Y., dan Putra, A.S.. 2015.Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan: Untuk SMP/MTs Kelas IX (Buku Guru).
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan

Saputra, L.S., Nurdiaman, A. dan Salikun. 2017. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan: Untuk SMP/MTs Kelas VII (Buku Siswa). Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

187
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Salikun, dan Saputra, L.S. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan:


Untuk SMP/MTs Kelas VIII (Buku Siswa).. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sumartini, A.T. dan Putra, A.S. 2017. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan: Untuk SMP/MTs Kelas IX (Buku Siswa). Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan

188
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

MATERI PP 05
PENILAIAN DAN PENYUSUNAN
SOAL HOTS

189
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

MATERI PP 05
PENILAIAN DAN PENYUSUNAN SOAL HOTS

A. KOMPETENSI
1. Menganalisis perbedaan assessment for learning, assessment as
learning, dan assessment of learning
2. Menganalisis prinsip, ranah, teknik, dan bentuk penilaian
pembelajaran
3. Membedakan soal HOTS dan bukan HOTS
4. Menyusun soal HOTS

B. INDIKATOR
1. Menjelaskan pengertian assessment for learning
2. Menjelaskan pengertian assessment as learning
3. Menjelaskan pengertian assessment of learning
4. Membandingkan pengertian assessment of learning, assessment on
learning, dan assessment as learning
5. Menganalisis prinsip penilaian pembelajaran
6. Menganalisis ranah penilaian pembelajaran
7. Menganalisis teknik penilaian pembelajaran
8. Menganalisis bentuk penilaian pembelajaran
9. Membedakan soal HOTS dan LOTS
10. Menganalisis karakteristik soal HOTS
11. Menganalisis kaidah-kaidah soal HOTS
12. Menganalisis langkah-langkah penyusunan soal HOTS
13. Menyusun soal HOTS
14. Mengevaluasi soal HOTS
15. Menyusun soal HOTS dengan aplikasi Quiz Creator

190
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

C. URAIAN MATERI
Peningkatan mutu pendidikan mensyaratkan adanya sistem penilaian
yang baik. Penilaian merupakan semua aktivitas yang berkaitan dengan
pemberian atau penentuan nilai suatu objek berdasar hasil pengukuran
mengenai keterampilan dan potensi diri individu atau suatu objek. Guru perlu
memahami konsep-konsep dasar penilaian agar timbul kesadaran tentang
pentingnya peranan sistem penilaian dalam menciptakan pembelajaran
bermutu di tingkat satuan pendidikan. Guru perlu memahami perbedaan
istilah assessment for learning, assessment as learning, dan assessment of
learning. Guru perlu pula memahami prinsip-prinsip penilaian pembelajaran.
Selain itu, agar dapat melakukan penilaian dengan baik, guru juga perlu
memahami prinsip, ranah, teknik, dan bentuk penilaian pembelajaran.
Dalam era Revolusi Industri 4.0 sekarang ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) peserta didik
melalui pembelajaran yang menekankan alih pengetahuan (transfer of
knowledge), berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), dan
pemecahan masalah (problem solving). Terkait penilaian pembelajaran, guru
harus mampu menyusun soal-soal HOTS. Berkembangnya teknologi internet
memungkinkan guru untuk menggunakan aplikasi tertentu dalam
penyusunan dan penyajian soal-soal HOTS. Semua hal tersebut menjadi pokok
kajian modul ini.

1. Perbedaan Assessment for Learning, Assessment as Learning, dan


Assessment of Learning
Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik yang
mencakup penilaian kinerja, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio,
penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional,
ujian sekolah berstandar nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian
pembelajaran adalah penilaian hasil belajar untuk perbaikan proses

191
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

pembelajaran (Tim Kemdikbud, 2018:5; Pasal 1 ayat 2 Permendikbud


Nomor 23 Tahun 2016; Widana, 2017:18). Dengan kata lain, penilaian
pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh
informasi atau data mengenai proses dan hasil belajar peserta didik.
Penilaian dilakukan dengan cara menganalisis dan menafsirkan data hasil
pengukuran capaian kompetensi peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan (Tim Kemdikbud, 2015:5).
Dalam bahasa Inggris, istilah penilaian dirujuk oleh beberapa kata
seperti measurement, assessment, dan evaluation. Dalam tulisan ini istilah
penilaian bermakna sama dengan assessment. Berdasarkan tujuannya,
penilaian pembelajaran dibedakan menjadi 3 macam, yaitu assessment for
learning, assessment as learning, dan assessment of learning (Earl dan Katz,
2006: 13-14). Perbedaan ketiga jenis penilaian itu digambarkan dengan
piramida penilaian sebagai berikut:

Gambar 19. Piramida Penilaian Pembelajaran Tradisional dan Modern


(Earl dan Katz, 2006: 15)

192
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Dalam paradigma pendidikan tradisional, porsi assessment of learning


lebih besar daripada assessment for learning dan assessment as learning.
Sebaliknya, dalam paradigma pendidikan modern, assessment for learning
dan assessment as learning justeru lebih besar porsinya. Lalu apa yang
dimaksud assessment for learning, assessment as learning, dan assessment
of learning?
a. Assessment for Learning

Menurut Earl dan Katz (2006:29) assessment for learning


dilakukan selama proses pembelajaran. Jenis penilaian ini dirancang
untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik sehingga guru
dapat menentukan cara untuk membantu kemajuan belajar peserta
didik. Guru menggunakan jenis penilaian ini sebagai alat untuk
mengetahui kompetensi apa saja yang telah dicapai peserta didik dan
kesulitan belajar apa yang ia temui. Beragam informasi yang berhasil
dikumpulkan guru tentang proses belajar peserta didik menjadi dasar
untuk menentukan apa yang diperlukan peserta didik agar dapatr
melaju ke tahap pembelajaran berikutnya. Assessment for learning
menjadi dasar pemberian umpan balik bagi peserta didik dan
penentuan kelompok, strategi pembelajaran, dan sumber daya.
Assessment for learning digunakan sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan proses belajar mengajar.
Peran guru dalam assessment for learning antara lain adalah: (1)
menyelaraskan cara mengajar dengan tujuan pembelajaran, (2)
mengidentifikasi kebutuhan peserta didik baik individu maupun
kelompok, (3) memilih dan mengadaptasi materi dan sumber belajar,
(4) membuat strategi pembelajaran dan kesempatan belajar yang
berbeda untuk membantu peserta didik secara individu memperoleh
kemajuan belajar, dan (5) memberikan umpan balik dan arahan
kepada peserta didik.

193
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Guru juga menggunakan assessment for learning untuk


meningkatkan motivasi dan komitmen belajar peserta didik. Kunci
dari assessment for learning adalah pemberian umpan balik. Umpan
balik yang diberikan guru dapat menjadi panduan belajar bagi peserta
didik. Umpan balik harus diberikan segera selama proses
pembelajaran. Umpan balik bukan sekedar menunjukkan jawaban
peserta didik benar atau salah dan menginformasikan predikat atau
peringkat peserta dibandingkan peserta didik lain. Umpan balik
sebaiknya bersifat deskriptif dan rinci sehingga memberi petunjuk
atau arahan pada peserta didik cara untuk memecahkan kesulitan
yang ia hadapi guna melangkah ke kegiatan pembelajaran berikutnya.
Dalam konteks pendidikan kita, jenis penilaian ini lebih dikenal
dengan istilah penilaian formatif. Berbagai bentuk penilaian formatif
seperti kuis, penugasan, presentasi, dan proyek merupakan contoh-
contoh assessment for learning.

b. Pengertian Assessment as Learning

Mirip dengan assessment for learning, assessment as learning


dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dan bersifat
formatif. Namun, assessment as learning melibatkan peserta didik
secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Peserta didik diberi
kesempatan untuk belajar menilai dirinya sendiri. Contoh assessment
as learning adalah penilaian diri (self-assessment) dan penilaian
antarteman (peer-assessment). Dalam assessment as learning peserta
didik dapat dilibatkan dalam merumuskan prosedur penilaian,
kriteria, dan rubrik/pedoman penilaian sehingga peserta didik
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memperoleh capaian
belajar yang maksimal.
c. Pengertian Assessment of Learning

Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan


setelah proses pembelajaran selesai. Penilaian jenis ini dimaksudkan

194
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

untuk memberikan pengakuan terhadap pencapaian hasil belajar


setelah proses pembelajaran selesai dalam kurun 1 semester, 1 tahun,
3 tahun, atau satu kurun waktu pembelajaran. Penilaian ini lebih
dikenal dengan nama penilaian sumatif. Penilaian akhir semester,
ujian sekolah, dan ujian nasional merupakan contoh-contoh
assessment of learning.

2. Perbedaan Prinsip, Ranah, Teknik, dan Bentuk Penilaian


Pembelajaran
1. Prinsip-Prinsip Penilaian Pembelajaran
Prinsip penilaian pembelajaran berkaitan dengan asas yang harus
diterapkan dalam melakukan penilaian pembelajaran. Menurut
Panduan Penilaian SMK (Tim Kemdikbud, 2018:8-9), prinsip-prinsip
penilaian pembelajaran adalah: (1) sahih, (2) objektif, ( 3) adil, (4)
terpadu, (5) terbuka, (6) menyeluruh, (7) sistematis, (8) beracuan
kriteria, (9) akuntabel, (10) reliabel, dan (11) autentik.
2. Ranah Penilaian Pembelajaran
Ranah penilaian pembelajaran meliputi penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Secara singkat, ketiga ranah
penilaian pembelajaran itu dijelaskan sebagai berikut:
(1) Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan untuk memperoleh informasi
deskriptif mengenai perilaku peserta didik yang mencakup sikap
menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati.
(2) Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengukur
ketercapaian aspek pengetahuan pada berbagai tingkatan proses
berpikir, mulai dari mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis hingga mengevaluasi dan mengkreasi sesuai
taksonomi Bloom olahan Anderson.

195
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

(3) Penilaian Keterampilan


Penilaian keterampilan dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam menggunakan pengetahuan
dalam berbagai konteks pada tingkatan imitasi, manipulasi,
presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
3. Teknik Penilaian Pembelajaran
Teknik penilaian pembelajaran berkaitan dengan cara yang
ditempuh dalam melakukan penilaian pembelajaran. Sesuai dengan
lingkupnya, teknik penilaian pembelajaran dikelompokkan menjadi 3,
yaitu teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian sikap dilakukan dengan teknik utama berupa observasi dan
teknik penunjang berupa penilaian diri dan penilaian antarteman.
Penilaian pengetahuan dilakukan dengan teknik tes, nontes, dan
penugasan. Penilaian keterampilan dilakukan dengan teknik
penilaian kinerja/praktik, proyek, dan produk.
4. Bentuk Penilaian Pembelajaran
Bentuk penilaian pembelajaran berkaitan dengan jenis instrumen
yang digunakan untuk menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik. Secara singkat, bentuk penilaian itu diuraikan sebagai
berikut:
(1) Penilaian Sikap
Instrumennya berbentuk lembar observasi, daftar cek
(checklist), jurnal, lembar penilaian diri, dan lembar penilaian
antarteman.
(2) Penilaian Pengetahuan
Instrumennya berbentuk soal pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan, uraian (tes tulis), pedoman wawancara (tes lisan),
dan lembar penilaian tugas.

196
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

(3) Penilaian Keterampilan


Instrumennya berbentuk lembar penilaian kinerja, proyek,
produk, dan portofolio.

3. Perbedaan Karakteristik Soal HOTS dan bukan HOTS


Sejatinya, penilaian HOTS bukan merupakan teknik atau bentuk
penilaian baru. Artinya, selama ini guru juga pernah melakukan penilaian
terhadap tingkatan proses berpikir tersebut. Pemahaman tentang
penilaian HOTS menanamkan kesadaran pada guru tentang pentingnya
penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik yang bukan
hanya terbatas pada kemampuan mengingat, memahami, atau
menerapkan. Pemahaman tentang penilaian HOTS ini memaksimalkan
keterampilan guru dalam melakukan penilaian pembelajaran (Tim
Kemdikbud, 2018:5).
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan
berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali
(restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal
HOTS pada konteks penilaian mengukur kemampuan: (1) transfer satu
konsep ke konsep lainnya, (2) memproses dan menerapkan informasi, (3)
mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, (4)
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan (5) menelaah
ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal HOTS tidak
identik dengan soal-soal yang sulit.
Ditinjau dari dimensi pengetahuan, soal-soal HOTS tidak hanya
mengukur dimensi konseptual atau prosedural saja tetapi juga dimensi
metakognitif. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan
menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan,
memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan
masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning),

197
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

dan mengambil keputusan yang tepat (decision making) (Tim Kemdikbud,


2018:10-11).
1. Karakteristik Soal HOTS
Karakteristik soal HOTS antara lain adalah:
(1) mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (menganalisis,
mengevaluasi, atau mengkreasi)
(2) berbasis permasalahan kontekstual
(3) menggunakan beragam bentuk soal

2. Karakteristik Soal bukan HOTS


Sebaliknya, karakteristik soal bukan HOTS antara lain sebagai berikut:
(1) hanya mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah
(mengingat, memahami, atau menerapkan)
(2) tidak berbasis permasalahan kontekstual (hanya teoretik)
(3) hanya menggunakan satu bentuk soal tertentu (misalnya, pilihan
ganda saja).

4. Level Soal Berdasarkan Kompleksitas Proses Kognitif


Hubungan antara dimensi proses berpikir dan level kognitif menurut
Anderson dan Krathwohl (2001) digambarkan sebagai berikut:

Gambar 20. Hubungan antara dimensi proses berpikir dan level kognitif
(Anderson dan Krathwohl, 2001)

198
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Mengacu Panduan Penilaian Puspendik (Tim Kemdikbud, 2017), level


soal dibedakan menjadi 3, yaitu Level 1, Level 2, dan Level 3.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman)
Ciri-ciri soal pada level ini antara lain: (1) mengukur
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Misalnya,
mengingat rumus, mengingat peristiwa, menghapal definisi,
menyebutkan langkah-langkah melakukan sesuatu.
Level 2 (Aplikasi)
Soal-soal pada level ini membutuhkan kemampuan yang lebih
tinggi daripada level pengetahuan dan pemahaman. Level ini
mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau
mengaplikasikan. Ciri-cirinya adalah mengukur kemampuan: (a)
menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
tertentu, (b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual.
Level 3 (Penalaran)
Level ini merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi
karena tidak hanya melibatkan kemampuan mengingat, memahami,
dan menerapkan fakta, prinsip, dan prosedur tetapi juga kemampuan
menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan/memecahkan masalah
kontekstual. Ciri-ciri soal pada level ini antara lain menuntut
kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil
keputusan (evaluasi), memprediksi dan merefleksi, dan kemampuan
menyusun strategi, mencari hubungan antarkonsep, kemampuan
mentransfer konsep satu ke konsep lain.

5. Prosedur Penyusunan Soal HOTS


Langkah-langkah menyusun soal HOTS dibagi menjadi 7, yaitu: (a)
menganalisis KD, (b) menyusun kisi-kisi soal, (c) menyiapkan kartu soal,
(d) memilih stimulus, (e) menulis butir soal, (f) menyusun pedoman

199
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

penskoran, dan (g) menyusun kunci jawaban. Penjelasannya adalah


sebagai berikut:
Menganalisis KD
Tidak semua KD dapat dibuatkan soal HOTS. Guru-guru perlu
melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
secara mandiri atau melalui forum MGMP.
Menyusun Kisi-Kisi Soal
Kisi-kisi membantu guru dalam membuat soal. Kisi-kisi minimal
mencakup identitas, KD, materi pokok, indikator soal, dan level
kognitif.
Menyiapkan Kartu Soal
Kartu soal minimal memuat identitas, bentuk soal, KD, indikator,
stimulus, butir soal, dan kunci jawaban.
Memilih Stimulus
Stimulus harus menarik dan kontekstual. Manarik artinya
stimulus harus mendorong peserta didik untuk membacanya.
Kontekstual artinya sesuai dengan dunia nyata (dari lingkungan
sekitar).
Menulis Butir Soal
Butir-butir soal ditulis sesuai kaidah penulisan soal HOTS yang
mencakup aspek materi, kontruksi, dan bahasa. Butir soal ditulis pada
kartu soal.
Menyusun Pedoman Penskoran
Setiap butir soal harus dilengkapi dengan pedoman penskoran.
Pedoman penskoran dibuat untuk soal berbentuk uraian.
Menyusun Kunci Jawaban
Kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda dan isian
singkat.

200
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

6. Merancang Soal HOTS Berbasis Aplikasi Quiz Creator


Dalam era teknologi informasi sekarang ini soal-soal HOTS dapat lebih
menarik perhatian peserta didik jika disajikan dalam bentuk aplikasi.
Tersedia beragam aplikasi yang dapat dijalankan baik secara daring
(online) maupun luring (online). Aplikasi Quiz Creator, misalnya, dapat
dipilih untuk memenuhi tuntutan tersebut. Wondershare Quiz Creator
adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna membuat kuis/survei
profesional berbasis Flash kuis dan melacak hasilnya secara daring.
Aplikasi ini sangat mudah digunakan dan tidak memerlukan kemampuan
pemrograman khusus untuk mengoperasikannya. Hasil kuis atau survei
yang dibuat dengan aplikasi ini dapat disimpan dalam format Flash yang
dapat berdiri sendiri (stand alone) di laman internet. Dengan
Wondershare Quiz Creator, pengguna dapat membuat dan menyusun
beragam bentuk dan level soal seperti bentuk soal benar/salah
(true/false), pilihan ganda (multiple choices), isian singkat/rumpang (fill
in the blank), dan menjodohkan (matching).
Aplikasi Wondershare Quiz Creator juga memungkinkan guru
menyisipkan berbagai gambar (images) atau file Flash (Flash movie)
untuk menunjang pemahaman peserta didik pada saat mengerjakan soal.
Fasilitas lain yang tersedia dalam Wondershare Quiz Creator di antaranya
adalah (1) fasilitas umpan balik (feedback) berdasarkan respon/jawaban
peserta tes, (2) fasilitas yang menampilkan hasil tes/score dan langkah-
langkah yang akan diikuti peserta tes berdasar respon/jawaban yang
dimasukkan, (3) fasilitas mengubah teks dan bahasa pada tombol dan
label sesuai keinginan pembuat soal, (4) fasilitas memasukkan suara dan
warna pada soal sesuai keinginan pembuat soal, (5) fasilitas hyperlink,
yaitu mengirim hasil/skor tes ke email atau LMS, (6) fasilitas pembuatan
soal random, (7) fasilitas keamanan dengan user account/password, dan
(8) fasilitas pengaturan tampilan yang dapat dimodifikasi.

201
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN

1. Aktivitas 1
Petunjuk:
a. Bentuklah kelompok beranggotakan 5-8 orang.
b. Bandingkan pengertian istilah assessment for learning, assessment as
learning, dan assessment of learning.
c. Berikan contoh masing-masing istilah tersebut.
d. Tuliskan hasil pekerjaan Saudara pada Lembar Kerja 1.
e. Sajikan hasilnya di depan kelas.
Lembar Kegiatan 1
Tabel 20. Perbedaan Assessment for, as, dan of Learning
No. Assessment for Learning Assessment as Assessment of
Learning Learning
1 Pengertian:

2 Tujuan:

3 Peran Guru:

4 Peran Peserta Didik:

5 Contoh:

2. Aktivitas 2

Petunjuk:
a. Buatlah draft peta konsep tentang penilaian pembelajaran (lihat Lembar
Kerja 2).
b. Draft peta konsep itu memuat prinsip, ranah, teknik, bentuk, dan
karakteristik soal HOTS.
c. Jika perlu, tambahkan istilah-istilah lain yang berkaitan dengan penilaian
pembelajaran.

202
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

d. Salinlah draft peta konsep itu ke kertas post it dan plano yang tersedia.
e. Tempelkan hasilnya di dinding kelas.
f. Lakukan Windows Shopping untuk membandingkan hasil pekerjaan
kelompok Saudara dengan kelompok lain.
g. Laporkan hasil Windows Shopping kelompok Saudara di depan kelas.

Lembar Kegiatan 2

Tabel 21. Draft Peta Konsep


No. Penilaian Pembelajaran

Tuliskan rancangan peta konsep Saudara di sini.

3. Aktivitas 3
Petunjuk:
a. Cermati contoh-contoh soal USBN yang dibagikan fasilitator.
b. Lakukan telaah soal dengan menggunakan Lembar Kerja 3
c. Simpulkan hasil telaah dengan fokus pada aspek materi, konstruksi, dan
bahasa.
d. Paparkan hasil pekerjaan Saudara di depan kelas.

203
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Lembar Kegiatan 3

Tabel 22 Instrumen Telaah Soal HOTS Bentuk Pilihan Ganda


Mata Pelajaran : .......................................................................................................................
Kelas : .......................................................................................................................
Berilah tanda cek (√) pada kolom butir soal jika soal memenuhi kaidah dan
tanda silang (X) pada kolom butir soal jika soal tidak memenuhi kaidah.

Butir
No. Aspek yang ditelaah
Soal

A. Materi

1. Soal sesuai Kompetensi Dasar (KD)

2. Soal sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi (IPK)


Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama, Ras,
3. Antargolongan, Pornografi, Politik, Propaganda, dan
Kekerasan).
Soal menggunakan stimulus yang kontekstual (gambar/grafik,
4.
teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia nyata).
Soal menggunakan stimulus yang imajinatif (baru, mendorong
5.
peserta didik untuk membaca).
Soal menggunakan stimulus yang mendorong peserta didik
6.
untuk melakukan sesuatu).
Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
7. mengevaluasi, mencipta). Sebelum menentukan pilihan,
peserta didik melakukaan tahapan-tahapan tertentu.
Jawaban tersirat pada stimulus
8.

B. Konstruksi

1. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.


Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
2.
pernyataan yang diperlukan saja.

3. Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban.

4. Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda.

5. Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

204
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Butir
No. Aspek yang ditelaah
Soal

Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan


6.
berfungsi.

7. Panjang pilihan jawaban relatif sama.


Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua
8.
jawaban di atas salah/benar” dan sejenisnya.
Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun
9.
berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya.

10. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.


C. Bahasa
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
1. Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa asing sesuai
kaidahnya.

2. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

3. Soal menggunakan kalimat yang komunikatif.

Tabel 23. Instrumen Telaah Soal HOTS Bentuk Uraian


Mata Pelajaran : .......................................................................................................................
Kelas : .......................................................................................................................
Berilah tanda cek (√) pada kolom butir soal jika soal memenuhi kaidah dan
tanda silang (X) pada kolom butir soal jika soal tidak memenuhi kaidah

No. Aspek yang ditelaah Butir Soal

A. Materi

1. Soal sesuai Kompetensi Dasar (KD)

2. Soal sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi (IPK)


Soal tidak mengandung unsur SARAPPPK (Suku, Agama, Ras,
3. Anatargolongan, Pornografi, Politik, Propopaganda, dan
Kekerasan).
Soal menggunakan stimulus yang kontekstual (gambar/grafik,
4.
teks, visualisasi, dll, sesuai dengan dunia nyata).

205
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

No. Aspek yang ditelaah Butir Soal

Soal menggunakan stimulus yang imajinatif (baru, mendorong


5.
peserta didik untuk membaca).
Soal menggunakan stimulus yang mendorong peserta didik
6.
untuk melakukan sesuatu).
Soal mengukur level kognitif penalaran (menganalisis,
7. mengevaluasi, mencipta). Sebelum menentukan pilihan,
peserta didik melakukan tahapan-tahapan tertentu.
B. Konstruksi
Rumusan kalimat soal atau pertanyaan menggunakan kata-kata
1.
tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai.

2. Memuat petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.


Ada pedoman penskoran/rubrik sesuai dengan
3.
kriteria/kalimat yang mengandung kata kunci.
Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan
4.
berfungsi.

5. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal lain.


C. Bahasa
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
1. Indonesia, untuk bahasa daerah dan bahasa asing sesuai
kaidahnya.

2. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

3. Soal menggunakan kalimat yang komunikatif.

4. Aktivitas 4

Petunjuk:
a. Cermati kisi-kisi soal USBN PPKn SMP Tahun 2019.
b. Buatlah 1 paket soal USBN berorientasi HOTS dengan ketentuan sebagai
berikut:
(1) Tiap kelompok membuat 1 paket soal sesuai kisi-kisi USBN 2019.
(2) Tiap paket soal terdiri dari 10 butir soal (8 soal pilihan ganda dan 2
soal uraian).

206
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

(3) Lingkup materi disesuaikan dengan lingkup yang tercantum pada kisi-
kisi USBN 2019.
(4) Level kognitif adalah L3 (Penalaran) atau tingkat kompetensi C4, C5,
dan C6 (Taksonomi Bloom olahan Anderson).
(5) Buatlah kisi-kisi soal pilihan ganda dan uraian dengan menggunakan
format Lembar Kerja 4 Tabel 4.1.
(6) Buatlah kartu soal untuk tiap butir soal dengan menggunakan format
Lembar Kerja 4 Tabel 4.2.
(7) Rakitlah kartu-kartu soal itu menjadi sebuah paket soal USBN.
(8) Lakukan telaah paket soal yang telah dibuat di dalam kelompok
dengan menggunakan format Tabel 3.1 (pilihan ganda) dan Tabel 3.2
(uraian).
c. Setelah selesai, fasilitator akan membagikan file berisi aplikasi
Wondershare Quiz Creator.
d. Fasilitator akan membimbing Saudara dalam menginstal dan
menggunakan aplikasi tersebut.
e. Tuliskan kembali soal-soal USBN yang telah Saudara buat dengan
menggunakan aplikasi Wondershare Quiz Creator.
f. Paparkan hasil kerja kelompok Saudara di depan kelas.

207
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Lembar Kegiatan 4

Tabel 24. Kisi-Kisi Penulisan Soal HOTS Bentuk Pilihan Ganda dan Uraian
Jenis sekolah : …………………........……
Jumlah soal : …………………........……
Mata pelajaran : …………………........……
Bentuk soal : …………………........……
Penyusun : …………………........……
Alokasi waktu : …………………........……
Kompetensi Materi Indikator Bentuk Nomor
No. IPK Level
Dasar Pokok Soal Soal Soal

Tabel 25. Kartu Soal HOTS Bentuk Pilihan Ganda


KARTU SOAL HOTS BENTUK PILIHAN GANDA

Jenjang : ……………………......
Mata Pelajaran : ……………………......
Kelas/Semester : ……………………......

Kompetensi
Dasar

Materi

Indikator Soal

Level Kognitif

Butir Soal

No. Soal Kunci Jawaban Skor

208
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Tabel 26. Kartu Soal HOTS Bentuk Uraian


KARTU SOAL HOTS BENTUK URAIAN

Jenjang : ……………………......
Mata Pelajaran : ……………………......
Kelas/Semester : ……………………......

Kompetensi
Dasar

Materi

Indikator Soal

Level Kognitif

Butir Soal

No.
Kunci Jawaban/Pedoman Penskoran Skor
Soal

E. PENILAIAN

A. Latihan Soal
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada
salah satu pilihan jawaban yang Saudara anggap benar!

1. Proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur


pencapaian hasil belajar peserta didik yang mencakup penilaian kinerja,
penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, penilaian harian, penilaian
tengah semester, penilaian akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian
mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, ujian sekolah berstandar
nasional, dan ujian sekolah/madrasah disebut….

209
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

A. pengukuran
B. penilaian
C. evaluasi
D. pengetesan

2. Jenis penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran untuk


mengetahui tingkat pemahaman peserta didik sehingga guru dapat
menentukan cara untuk membantu kemajuan belajar peserta didik. Sesuai
dengan tujuannya, jenis penilaian tersebut disebut….
A. assessment for learning
B. assessment as learning
C. assessment of learning
D. assessment on learning

3. Penilaian pembelajaran dilakukan secara berencana dan bertahap dengan


mengikuti langkah-langkah baku. Hal ini sesuai dengan prinsip….
A. sahih
B. objektif
C. adil
D. sistematis

4. Berikut ini termasuk ranah penilaian pembelajaran, yaitu….


A. tes, nontes, dan penugasan.
B. penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
C. penilaian kinerja, proyek, dan produk.
D. observasi, penilaian diri, dan penilaian antarteman.

5. Berikut ini adalah salah satu teknik penilaian pengetahuan, yaitu….


A. penilaian proyek
B. penilaian produk
C. observasi
D. penugasan

210
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

6. Kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan


kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite)
disebut….
A. LOTS
B. MOTS
C. HOTS
D. Metakognitif

7. Berikut ini adalah salah satu karakteristik soal HOTS, yaitu….


A. berbasis permasalahan teoretik
B. menggunakan satu macam soal
C. minimal mengukur kemampuan menganalisis
D. maksimal mengukur kemampuan aplikasi

8. Menuntut kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk


mengambil keputusan, memprediksi dan merefleksi merupakan ciri-ciri
soal….
A. Level 1
B. Level 2
C. Level 3
D. Level 4

9. Perhatikan prosedur penyusunan soal HOTS di bawah ini!


(1) Menganalisis KD
(2) Menyiapkan kartu soal
(3) Menulis butir soal
(4) Menyusun pedoman penskoran
(5) Menyusun kunci jawaban
(6) Menyusun kisi-kisi soal
(7) Memilih stimulus
Urutan prosedur yang benar adalah….
A. (1), (6), (2), (7), (3), (4), dan (5)

211
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

B. (1), (6), (2), (7), (3), (4), dan (5)


C. (1), (2), (6), (7), (3), (4), dan (5)
D. (1), (2), (6), (7), (3), (5), dan (4)

10. Salah satu aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat beragam bentuk
dan level soal seperti bentuk soal benar/salah (true/false), pilihan ganda
(multiple choices), isian singkat/rumpang (fill in the blank), dan
menjodohkan (matching) adalah….
A. Microsoft Word
B. Microsoft Excel
C. Google Chrome
D. Quiz Creator

B. Refleksi

a. Tulislah hal-hal baru yang telah Saudara pelajari dari modul ini!
………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………...
b. Tulislah kesulitan yang Saudara hadapi ketika mempelajari materi modul
ini!
………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………...

c. Apa yang Saudara lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?


………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………...

212
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

………………………………………………………………………………………………………...
d. Apa yang akan Saudara lakukan untuk mengimplementasikan materi
modul ini dalam kapasitas Saudara sebagai guru PPKn?
………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………...
………………………………………………………………………………………………………...

F. REFERENSI
Allen, Mary J. dan Yen, Wendy M. 2001. Introduction to Measurement Theory.
Illinois: Waveland Press,Inc.

Alwasilah dkk. 1996. Glossary of Educational Assessment Term. Jakarta:


Ministry of Education and Culture.

Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. dkk (Editor). 2001. A Taxonomy for


Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of
Educational Objectives. Allyn & Bacon. Boston, MA: Pearson Education
Group.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Cetakan Kedua. Jakarta: Ditjen


Pendidikan Islam Kemenag.

Balitbang Depdiknas. 2006. Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta:


Depdiknas.

Bloom, B. S. dan Krathwohl, D. R. 1956. Taxonomy of Educational Objectives:


The Classification of Educational Goals. NY: Longmans, Green.

Brookhart, Susan M. 2010. How to Assess Higher-Order Thinking Skills in Your


Classroom. Virginia USA: ASCD.

Cangelosi, James S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Peserta didik.
Terjemahan Lilian D. Tedjasudhana. Bandung: ITB.

Earl, Lorna dan Katz, Steven. 2006. Rethinking Assessment with Purpose in
Mind. Diunduh dari
http://www.edu.gov.mb.ca/ks4/assess/index.html pada Senin, 7
Oktober 2019.

Earl, Lorna. 2006. Assessment – A Powerful Level for Learning. Brock Education
Vol. 16, No. 1, 2006. Diunduh dari
https://www.researchgate.net/publication/265188352_Assessment_-

213
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

A_Powerful_Lever_for_Learning pada Sabtu, 13 April 2016, pukul 09.57


WIB.

Ekawati, Estina, Sumaryanta. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian


Pembelajaran Matematika SD/SMP. Program Bermutu. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional BPSDMPPMP dan PPPPTK
Matematika.

Gronlund, N.E. dan Linn, R.L. 1990. Measurement and Evaluation in Teaching.
New York: McMillan Company.

http://repository.uinmalang.ac.id/368/1/Tutorial%20WonderShare%20Qui
z.pdf

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309677/pengabdian/modul-
wondershare.pdf

http://www.quiz-creator.com/quiz-maker/

https://www.youtube.com/watch?v=6EJwfMreUtg.

Jahanian, Ramezan. 2012. Educational Evaluation: Functions and Applications


in Educational Contexts. International Journal of Academic Research in
Economics and Management Sciences. April 2012 Vol. 1 No. 2. Diunduh
dari http://www.hrmars.com/admin/pics/829.pdf pada Senin, 7
Oktober 2019, pukul 07.44 WIB.

Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Hasil Belajar Peserta didik Di Sekolah.


Yogyakarta: Kanisius.

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Purwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktoral Jendral


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto, N. 2002. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda


Karya.

Ratnawulan, Elis, H. A. Rusdiana. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Cetakan Kedua.


Bandung: Pustaka Setia.

Sani, Ridwan Abdullah. 2016. Penilaian Autentik. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

214
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Tim Kemdikbud. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Direktorat Tendik


Ditjen PMPTK Depdiknas.

Tim Kemdikbud. 2015. Panduan Penilaian untuk SMP. Jakarta: Ditjen PSMP
Ditjen Dikdasmen.

Tim Kemdikbud. 2016. Panduan Penulisan Soal Tahun 2016. Jakarta:


Puspendik Balitbang Kemendikbud

Tim Kemdikbud. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan


Pendidikan untuk SMA. Jakarta: Direktorat PSMA Ditjen Dikdasmen
Kemendikbud.

Tim Kemdikbud. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan


Pendidikan untuk SMP. Ditjen Dikdasmen Direktorat PSMP. Cetakan
Ketiga.

Tim Kemdikbud. 2018. Buku Pegangan Penilaian Berorientasi Higher Order


Thinking Skills PKP Berbasis Zonasi. Jakarta: Ditjen GTK Kemendikbud.

Tim Kemdikbud. 2018. Panduan Penilaian SMK 2018. Jakarta: Direktorat


PSMK Ditjen Dikdasmen Kemendikbud.

Widana, I Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order ThinkingSkills


(HOTS). Jakarta: Ditjen PSMA Ditjen Dikdasmen Kemendikbud.

215
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

MATERI PP 06
PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN

216
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

MATERI PP 06

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN

A. KOMPETENSI
1. Mengaplikasikan desain pembelajaran
2. Mengembangkan desain pembelajaran

B. INDIKATOR
1. Menjelaskan konsep desain pembelajaran
2. Mengaplikasikan pendekatan saintifik dalam model pembelajaran
3. Mengaplikasikan model-model pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran
4. Menganalisis implementasi model pembelajaran dalam mata pelajaran
5. Mengembangkan langkah-langkah desain pembelajaran

C. URAIAN MATERI
1. Konsep Desain Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses adalah
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Hal tersebut mengandung arti kegiatan
pembelajaran merupakan kegiatan fundamental untuk mencapai tujuan
dalam sebuah proses pendidikan. Untuk itu diperlukan keterampilan
pendidik dalam mengembangkan desain pembelajaran agar dapat
mencapai kompetensi yang diharapkan dari peserta didik.
Istilah desain secara etimologis dari bahasa inggris “design” yaitu
proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru. Jika disandingkan
dengan kata “pembelajaran” maka desain pembelajaran berarti proses
yang disusun untuk membantu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Adapun

217
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

pengembangan desain pembelajaran mencakup perencanaan


pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan penilaian
pembelajaran.

2. Pendekatan Saintifik

Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi proses ilmiah dalam


kegiatan pembelajaran yang disebut dengan pendekatan saintifik. Dalam
pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para
ilmuwan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning)
yang memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik
simpulan secara umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik
investigasi atas suatu fenomena/gejala, memperoleh pengetahuan baru,
atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat
di sebut ilmiah maka metode pencarian harus berbasis pada bukti-bukti
dari objek yang di observasi, empiris dan terukur dengan prinsip-prinsip
yang spesifik (Dirjen GTK, 2018:17-18).
Proses pembelajaran saintifik memuat aktivitas berikut ini :
a. mengamati ;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi/mencoba;
d. mengasosiasikan/mengolah informasi;
e. mengomunikasikan;

3. Model-Model pembelajaran

Pendidik dalam merancang proses pembelajaran harus mengacu pada


kerangka konseptual yang ada pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun
2016 dan penjabaran dari Standar Isi berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016. Untuk itu pendidik
harus mendesain kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

218
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan


keterampilan secara menyeluruh.
Peserta didik perlu didorong untuk melakukan proses pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning),
pembelajaran yang memecahkan masalah (problem based learning)
ataupun pembelajaran yang menghasilkan karya/produk yang kreatif
(project based learning) (Direktorat Pembinaan SMA, 2017:1).
a. Discovery Learning
Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (discovery/inquiry
Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery
terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery
dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan,
dan inferensi. Proses di atas disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts
and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Tahapan dalam sintak model discovery learning adalah :
a) Pemberian rangsangan (stimulation)
b) Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement);
c) Pengumpulan data (data collection)
d) Pengolahan data (data processing)
e) Pembuktian (verification)
f) Menarik simpulan/generalisasi (generalization).
Tabel 27. Perbedaan Assessment for, as, dan of Learning

LANGKAH AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA


KERJA
Pemberian Guru memulai Siswa dihadapkan pada
rangsangan kegiatan sesuatu yang menimbulkan
(stimulation) pembelajaran kebingungannya, kemudian
dengan dilanjutkan untuk tidak
mengajukan memberi generalisasi, agar
pertanyaan, timbul keinginan untuk

219
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

anjuran membaca menyelidiki sendiri. -


buku, dan aktivitas Stimulasi pada fase ini
belajar lainnya berfungsi untuk
yang mengarah menyediakan kondisi
pada persiapan interaksi belajar yang dapat
pemecahan mengembangkan dan
masalah membantu peserta didik
- dalam mengeksplorasi bahan
Pernyataan/ Guru memberi Permasalahan yang dipilih
identifikasi kesempatan kepada itu selanjutnya harus
masalah peserta didik untuk dirumuskan dalam bentuk
problem mengidentifikasi pertanyaan, atau hipotesis,
(problem sebanyak mungkin yakni pernyataan sebagai
statement) agenda-agenda jawaban sementara atas
masalah yang pertanyaan yang diajukan
relevan dengan
bahan pelajaran,
kemudian salah
satunya dipilih dan
dirumuskan dalam
bentuk hipotesis
(jawaban
sementara atas
pertanyaan
masalah).
Pengumpula Ketika eksplorasi Pada tahap ini berfungsi
n data (data berlangsung guru menjawab pertanyaan atau
collection) juga memberi membuktikan benar tidaknya
kesempatan kepada hipotesis. Dengan demikian
para peserta didik peserta didik diberi
untuk kesempatan untuk
mengumpulkan mengumpulkan (collection)
informasi yang berbagai informasi yang
relevan sebanyak- relevan, membaca literatur,
banyaknya untuk mengamati objek,
membuktikan wawancara dengan nara
benar atau tidaknya sumber, melakukan uji coba
hipotesis sendiri dan sebagainya
Pengolahan Guru melakukan Pengolahan data merupakan
data (Data bimbingan pada kegiatan mengolah data dan
processing) saat peserta didik informasi baik melalui
melakukan wawancara, observasi, dan
pengolahan data sebagainya, lalu ditafsirkan.
Semua informasi hasil
bacaan, wawancara,

220
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

observasi, dan sebagainya,


semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu.
Pembuktian Verifikasi bertujuan Peserta didik melakukan
(Verification agar proses belajar pemeriksaan secara cermat
) akan berjalan untuk membuktikan benar
dengan baik dan atau tidaknya hipotesis yang
kreatif jika guru ditetapkan tadi dengan
memberikan temuan alternatif,
kesempatan kepada dihubungkan dengan hasil
peserta didik untuk pengolahan data.
menemukan suatu
konsep, teori,
aturan atau
pemahaman
melalui contoh-
contoh yang ia
jumpai dalam
kehidupannya
Menarik Menarik Berdasarkan hasil verifikasi
simpulan kesimpulan adalah maka dirumuskan prinsip-
(Generalizati proses menarik prinsip yang mendasari
on) sebuah kesimpulan generalisasi.
yang dapat
dijadikan prinsip
umum dan berlaku
untuk semua
kejadian atau
masalah yang sama,
dengan
memperhatikan
hasil verifikasi.

b. Inquiry Learning
Model pembelajaran yang di rancang membawa peserta didik
dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam
setting waktu yang singkat (Joice&Wells,2003). Model pembelajaran
inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara

221
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan


menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri temuannya (Dirjen GTK, 2018: 31).
Sintak/tahap model inkuiri meliputi :
a) Orientasi masalah ;
b) Pengumpulan data dan verifikasi ;
c) Pengumpulan data melalui eksperimen ;
d) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi;
e) Analisis proses inkuiri

c. Problem Based Learning


Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran
yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik
secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk
mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual
(Tan Onn Seng, 2000). Tujuan dari model PBL adalah untuk meningkatkan
kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan
baru/nyata, pengintegrasian konsep higher order thinking skills (HOTS),
keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri, dan
keterampilan (Norman and Schmidt) (Dirjen GTK, 2018: 33).
Tahapan dalam sintak model problem based learning adalah:
a) Orientasi peserta didik pada masalah;
b) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar;
c) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok;
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Tabel 28. Langkah-langkah pembelajaran problem based learning

LANGKAH KERJA AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA


Orientasi peserta Guru menyampaikan Kelompok mengamati dan
didik pada masalah masalah yang akan memahami masalah yang
dipecahkan secara disampaikan guru atau
kelompok. Masalah

222
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

yang diangkat yang diperoleh dari bahan


hendaknya bacaan yang disarankan.
kontekstual. Masalah Mengorganisa
bisa ditemukan sendiri
oleh peserta didik
melalui bahan bacaan
atau lembar kegiatan.
Kelompok
Mengorganisasikan Guru memastikan Peserta didik berdiskusi
peserta didik setiap anggota dan membagi tugas untuk
untuk belajar memahami tugas mencari data/bahan-
masing-masing. bahan/alat yang
diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.
Membimbing
Membimbing Guru memantau Peserta didik melakukan
penyelidikan keterlibatan peserta penyelidikan (mencari
individu maupun didik dalam data/referensi/sumber)
kelompok pengumpulan untuk bahan diskusi
data/bahan selama kelompok
proses penyelidikan
Mengembangkan Guru memantau Kelompok melakukan
dan menyajikan diskusi dan diskusi untuk
hasil karya membimbing menghasilkan solusi
pembuatan laporan pemecahan masalah dan
sehingga karya setiap hasilnya
kelompok siap untuk dipresentasikan/disajikan
dipresentasikan dalam bentuk karya.
Menganalisis
Menganalisis dan Guru membimbing Setiap kelompok
mengevaluasi presentasi dan melakukan presentasi,
proses pemecahan mendorong kelompok kelompok yang lain
masalah memberikan memberikan apresiasi.
penghargaan serta Kegiatan dilanjutkan
masukan kepada dengan merangkum/
kelompok lain. Guru membuat kesimpulan
bersama peserta didik sesuai dengan masukan
menyimpulkan materi yang diperoleh dari
kelompok lain.

d. Project Based Learning


Model project-based learning adalah model pembelajaran yang
melibatkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah,

223
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan


batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam sebuah produk untuk
selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain. Tahapan- tahapan yang
harus dilakukan dalam penerapan model ini adalah:
a) Pertanyaan mendasar ;
b) Mendesain perencanaan produk ;
c) Menyusun jadwal pembuatan produk ;
d) Memonitoring keaktifan dan perkembangan proyek ;
e) Menguji hasil ;
f) Evaluasi pengalaman belajar
Tabel 29. Langkah langkah pembelajaran project based learning

LANGKAH KERJA AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA


Pertanyaan Guru menyampaikan topik Mengajukan pertanyaan
mendasar dan mengajukan pertanyaan mendasar apa yang harus
bagaimana cara memecahkan dilakukan peserta didik
masalah terhadap topik/
pemecahan masalah
Mendesain Guru memastikan setiap Peserta didik berdiskusi
perencanaan peserta didik dalam menyusun rencana
produk kelompok memilih dan pembuatan proyek
mengetahui prosedur pemecahan masalah
pembuatan proyek/produk meliputi pembagian tugas,
yang akan dihasilkan persiapan alat, bahan,
media, sumber yang
dibutuhkan
Menyusun jadwal Guru dan peserta didik Peserta didik menyusun
pembuatan membuat kesepakatan jadwal penyelesaian
tentang jadwal pembuatan proyek dengan
proyek (tahapan-tahapan dan memperhatikan batas
pengumpulan) waktu yang telah
ditentukan bersa
Memonitoring Guru memantau keaktifan Peserta didik melakukan
keaktifan dan peserta didik selama pembuatan proyek sesuai
perkembangan melaksanakan proyek, jadwal, mencatat setiap
proyek memantau realisasi tahapan, mendiskusikan
perkembangan dan masalah yang muncul
membimbing jika mengalami selama penyelesaian
kesulitan proyek dengan guru
Menguji hasil Guru berdiskusi tentang Membahas kelayakan
prototipe proyek, memantau proyek yang telah dibuat

224
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

keterlibatan peserta didik, dan membuat laporan


mengukur ketercapaian produk/ karya untuk
standard dipaparkan kepada orang
lain
Evaluasi Guru membimbing proses Setiap peserta didik
pengalaman pemaparan proyek, memaparkan laporan,
belajar menanggapi hasil, peserta didik yang lain
selanjutnya guru dan peserta memberikan tanggapan,
didik merefleksi/ kesimpulan dan bersama guru
menyimpulkan hasil
proyek

4. Implementasi Model Pembelajaran dalam Mata Pelajaran

Cara menentukan sebuah model pembelajaran yang akan


dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran akan berbeda untuk setiap
mata pelajaran, karena harus disesuaikan dengan karakteristik materi
pada setiap mata pelajaran. Secara umum, hal-hal yang dapat
dipertimbangkan dalam menentukan model pembelajaran yang akan
digunakan sebagai berikut.
a. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik pasangan
kompetensi dasar (KD);
b. Kesesuaian model pembelajaran dengan Indikator Pencapaian
Kompetensi (IPK) yang dikembangkan dari Kompetensi Dasar
(KD);
c. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik dan
modalitas peserta didik, dan sarana pendukung lainnya;
d. Kesesuaian dengan pendekatan yang digunakan ;
e. Kesesuaian dengan tuntutan dimensi pengetahuan, misalnya untuk
mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya
kontekstual maka disaranakan menggunakan model Project Based
Learning, menyingkap sesuatu konsep yang belum mengemuka
menggunakan discovery learning, menemukan sesuatu konsep
secara sistematis menggunakan inquiry learning, melatihkan

225
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

keterampilan menyelesaikan masalah menggunakan problem


based learning, melatih kerjasama menggunakan cooperatif
learning, dan lain-lain;
f. Kesesuaian penilaian hasil belajar dengan model pembelajaran
dan/atau metode pembelajaran.
(Direktorat Pembinaan SMA,2017:28).

5. Langkah-langkah Desain Pembelajaran

Pengembangan desain pembelajaran perlu memperhatikan langkah-


langkah berikut ini.
1) Menentukan dan menganalisis kompetensi dasar yang sesuai dengan
tuntutan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37
Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
yang menjadi sasaran minimal yang akan dicapai sesuai kompetensi
dasar sesuai format di bawah ini.
Tabel 30. Format pasangan Kompetensi Dasar Pengetahuan dan Keterampilan
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR KETERAMPILAN
PENGETAHUAN
(Nomor KD) (KD Pengetahuan) (Nomor KD) (KD Keterampilan)

2) Tentukan target yang akan dicapai sesuai dengan kompetensi dasar,


sesuai format di bawah, dengan cara memisahkan target kompetensi
dengan materi yang terdapat pada kompetensi dasar.
Tabel 31. Format Penetapan Target Kompetensi dasar
No KOMPETENSI TARGET KD
DASAR
KD PENGETAHUAN

(KD Pengetahuan) (Target Pengetahuan yang diamanatkan oleh KD)

226
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

KD KETERAMPILAN

(KD Keterampilan) (Target Keterampilan yang diamanatkan oleh KD)

3) Proyeksikan dalam sumbu simetri seperti pada tabel 5. Kombinasikan


dimensi pengetahuan dengan proses berfikir.
4) Perumusan indikator pencapaian kompetensi dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :
a. Perhatikan dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan yang
menjadi target yang harus dicapai peserta didik
b. Tentukan kompetensi dasar yang akan diturunkan menjadi
indikator pencapaian kompetensi
c. Menggunakan kata kerja operasional yang sesuai untuk perumusan
indikator perumusan kompetensi agar konsep materi dapat
tersampaikan secara efektif. Gradasi indikator pencapaian
kompetensi diidentifikasi dari lower order thinking skill (LOTS)
menuju higher order thinking skill (HOTS).
d. Merumuskan indikator penunjang dan indikator kunci, sedangkan
indikator pengayaan dirumuskan apabila kompetensi minimal
kompetensi dasar sudah dipenuhi oleh peserta didik.
Tabel 32. Format Perumusan IPK
KD TINGKAT PROSES MATERI INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI BERFIKIR DAN SUB KOMPETENSI
KD MATERI
KD Pengetahuan
Dimensi Proses Berfikir IPK Penunjang:
Pengetahuan : dan Dimensi
Pengetahuan :
(Gradasi IPK Kunci :
Proses dimensi proses
Berfikir : berfikir)
IPK Pengayaan :
KD Keterampilan
Tingkat Langkah Proses IPK Penunjang :
Proses Keterampilan :
Berfikir

227
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Keterampilan (Gradasi IPK Kunci :


: dimensi
keterampilan)
IPK Pengayaan :

Pengembangan IPK memperhatikah hal-hal sebagai berikut :


1) Tentukanlah proses berfikir (taksonomik C1 s.d C6) yang akan dilakukan peserta didik
untuk mencapai kompetensi minimal yang ada pada kompetensi dasar
2) Rumusan IPK menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang bisa diukur dan diamati
3) Dirumuskan dalam kalimat yang simpel, jelas dan mudah dipahami
4) Tidak menggunakan kata yang bermakna ganda
5) Hanya mengambil satu tindakan
6) Memperhatikan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik,
sekolah, masyarakat dan lingkungan/daerah

5) Merumuskan tujuan pembelajaran mencakup kognitif, afektif dan


psikomotorik. Perumusan tujuan pembelajaran harus jelas dalam
menunjukkan kecakapan yang harus dimiliki peserta didik. Tujuan
pembelajaran mengisyaratkan bahwa ada beberapa karakter yang
akan dikembangkan pendidik dalam pembelajaran. Tujuan
pembelajaran juga bermaksud untuk menguatkan pilar pendidikan

Tujuan Pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar, dengan


menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan diamati mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Terdapat empat komponen dalam merumuskan tujuan pembelajaran yaitu ABCD :
A = Audience, sasaran siapa yang belajar
B = Behavior, perilaku spesifik yang diharapkan dilakukan atau dimunculkan peserta
didik setelah kegiatan pembelajaran
C = Condition, keadaan/syarat yang harus dipenuhi atau dikerjakan peserta didik saat
tes
D = Degree, batas minimal tingkat keberhasilan terendah yang harus dipenuhi dalam
mencapai perilaku yang diharapkan

6) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran berdasarkan model


pembelajaran :
a. Pahami kompetensi dasar yang sudah dianalisis
b. Pahami indikator pencapaian kompetensi dan materi
pembelajaran yang telah dikembangkan

228
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

c. Pahami sintak-sintak yang ada pada model pembelajaran,


rumuskan kegiatan pendahuluan yang meliputi orientasi, motivasi
dan apersepsi
d. Rumuskan kegiatan inti yang berdasarkan pada :
• Indikator pencapaian kompetensi
• Karakteristik peserta didik
• Pendekatan saintifik
• 4 C (creativity, critical thinking, communication, collaboration)
• PPK dan literasi
e. Rumuskan kegiatan penutup yang meliputi kegiatan refleksi baik
individu maupun kelompok
• Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
• Melakukan kegiatan tindak lanjut
• Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya
• Kegiatan penutup dapat diberikan penilaian akhir sesuai KD

f. Tentukan sumber belajar berdasarkan kegiatan pembelajaran


g. Rumusan penilaian untuk pembelajaran yang mengacu pada IPK

Tabel 33. Format Desain Pembelajaran berdasarkan Model Pembelajaran


IPK IPK KEGIATAN SUMBER PENILAIAN
PENGETAHUAN KETERAMPILAN PEMBELAJARAN DAN
MEDIA
BELAJAR
Pendahuluan
(Isi dengan
aktivitas detail)
Inti
(Isi dengan
aktivitas detail)
Penutup
(Isi dengan
aktivitas detail)

*) Sumber : “Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berfikir


Tingkat Tinggi”. 2018. Kegiatan Bimbingan Teknis Narasumber
Nasional/Instruktur Nasional/Guru Inti Program Peningkatan Kompetensi
Pembelajaran Berbasis Zonasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

229
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Lembar Kegiatan 1
Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran
Petunjuk Kerja !
1) Buatlah desain pembelajaran dari salah satu model pembelajaran
yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran pada salah satu
kompetensi dasar (KD) tertentu di mata pelajaran PPKn ke dalam
format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Format RPP merujuk Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah!

E. PENILAIAN
a. Latihan Soal
Pilihlah jawaban yang saudara anggap paling tepat dengan memberikan
tanda silang (X) pada salah satu huruf A,B,C, atau D!
1. Perhatikan pernyataan berikut ini !
Pembelajaran merupakan proses pengembangan potensi dan
pembangunan karakter setiap peserta didik dengan pendidik, peserta
didik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Artinya kegiatan
pembelajaran merupakan kegiatan fundamental untuk mencapai tujuan
dalam sebuah proses pendidikan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, salah satu keterampilan yang harus
dimiliki oleh pendidik adalah berikut ini.
A. Pengembangan desain pembelajaran agar dapat mencapai kompetensi
yang diharapkan dari peserta didik.
B. Pengembangan kemampuan bertanya dalam proses pembelajaran agar
mencapai kompetensi yang diharapkan

230
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

C. Pengembangan kompetensi pedagogik agar dapat meningkatkan


potensi peserta didik
D. Pengembangan kemampuan materi pembelajaran sebagai hasil sinergi
antara kognitif, afektif dan psikomotorik
2. Salah satu aktivitas menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis merupakan sintaks discovery learning yang termuat
dalam pendekatan saintifik yaitu….
A. mengamati
B. menanya
C. mengolah informasi
D. mengomunikasikan
3. Salah satu sintaks problem based learning adalah mengorganisasikan
peserta didik untuk belajar. Contoh aktivitas pembelajarannya adalah ….
A. Peserta didik melakukan penyelidikan (mencari data/referensi/sumber
untuk bahan diskusi)
B. Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mecari data/bahan-
bahan/alat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
C. Kelompok mengamati dan memahami masalah yang disampaikan guru
atau yang diperoleh dari bahan bacaan
D. Kelompok melakukan diskusi untuk menghasilkan solusi pemecahan
masalah
4. Perhatikan pernyataan berikut ini !
Cara menentukan sebuah model pembelajaran yang akan dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran akan berbeda untuk setiap mata pelajaran,
karena harus disesuaikan dengan karakteristik materi pada setiap mata
pelajaran. Secara umum, hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam
menentukan model pembelajaran salah satu diantaranya kesesuaian
dengan tuntutan dimensi pengetahuan.

231
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Berdasarkan pernyataan tersebut, langkah yang dapat dilakukan


pendidik untuk dapat menyesuaikan model pembelajaran dengan
tuntutan dimensi pengetahuan misalnya….
A. untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya
kontekstual maka disarankan menggunakan model discovery
learning
B. untuk menyingkap sesuatu konmsep yang belum mengemuka
maka disarankan menggunakan model problem based learning
C. untuk menemukan sesuatu konsep secara sistematis maka
disarankan menggunakan model cooperative learning
D. untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya
kontekstual maka disarankan menggunakan model project based
learning
5. Pengembangan desain pembelajaran perlu memperhatikan langkah-langkah
berikut ini.
1) Menentukan dan menganalisis kompetensi dasar
2) Memproyeksikan kompetensi dasar dalam sumbu simetri
3) Menentukan target yang akan dicapai sesuai kompetensi dasar
4) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
5) Mengembangkan stimulus dan indikator soal
6) Merumuskan tujuan pembelajaran
7) Mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
Berdasarkan langkah-langkah tersebut di atas, urutan yang tepat dalam
langkah pengembangan desain pembelajaran yaitu….
A. 1), 3), 4), dan 6)
B. 1), 2), 3), dan 4)
C. 2), 3), 4), dan 5)
D. 3), 4), 5) dan 7)

232
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

b. Refleksi
1. Apa yang saudara pahami setelah mempelajari materi
“Pengembangan Desain Pembelajaran ” ?
2. Pengalaman penting apa yang saudara peroleh setelah mempelajari
materi “Pengembangan Desain Pembelajaran ”?
3. Apa manfaat mempelajari “Pengembangan Desain Pembelajaran”?
4. Apa rencana tindak lanjut saudara setelah kegiatan pelatihan ini ?

F. REFERENSI

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2017. Model Pengembangan


RPP. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2017. Panduan Pengembangan


Pembelajaran Aktif. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendiknas. 2011. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknik Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Penyusunan Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran dalam kegiatan Bimbingan Teknis
Narasumber Nasional/Instruktur Nasional/Guru Inti Program
Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Pegangan


Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi
Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi.
Jakarta : Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Peraturan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Peraturan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta : Kemdikbud.

233
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Peraturan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2018 tentang Perubahan
Standar Proses pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta :
Kemdikbud.

234
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

MATERI PP 07

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN


INTERNET DALAM PEMBELAJARAN

235
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

MATERI PP 07
PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN INTERNET
DALAM PEMBELAJARAN

A. KOMPETENSI
1. Mengembangkan infogrsfis dalam pembelajaran
2. Memanfaatkan infografis dalam pembelajaran

B. INDIKATOR
1. Menjelaskan pembuatan infografis untuk pembelajatran
2. Mengaplikasikan Infografis untuk pembelajaran
3. Mengembangkan infografis untuk pembelajaran

C. URAIAN MATERI
1. PENGANTAR & KONSEP INFOGRAFIS

A. Pengantar
Era keterbukaan informasi yang didukung oleh kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang sangat pesat, mendorong kehidupan
masyarakat pada era banjir informasi. Berbagai informasi datang dari
beragam media, bahkan datang dengan berbagai konten data dengan
beragam struktur pula. Untuk kalangan tertentu, banjir informasi tersebut
justru membingungkan apalagi dengan sajian informasi yang cenderung
naratif dan deskriptif dengan mengandalkan uraian kalimat-kalimat yang
detail. Saat didalam uraian tersebut mengandung unsur angka-angka
statistis, maka akan semakin membuat informasi menjadi semakin rumit
dan sulit dipahami.

236
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Demikian pula yang terjadi pada konten-konten atau materi-materi


pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik. Bagi peserta
didik yang tergolong generasi
milenial, uraian-uraian materi
pelajaran yang panjang lebar,
apalagi berisi pula data-data angka
yang kompleks, akan membuat
materi sulit dipahami dan diingat,
bahkan kemungkinan malas untuk
dibaca dan dipelajari. Untuk itu
informasi-informasi termasuk
konten-konten materi pelajaran
perlu disederhanakan penyajiannya
secara lebih simpel, menarik, mudah
dipelajari dan diingat. Kata
Diadaptasi dari :
kuncinya adalah pada visualisai https://cdn.business2community.com/wp-
content/uploads/2017/05/the-rising-
informasi, sebab “90% of the power-of-visual-content.jpg
information transmitted to the brain Gambar 21. Humans Love Good Visuals
is visual, 80% of people remember
what they see, Visuals are processed 60,000 times faster in the brain than
text, 92% of all human communication is non-verbal, 40% of people will
respond better to visual information than text.” (Johnson, 2017). Salah satu
bentuk visualisasi informasi yang kini berkembang pesat dan semakin
banyak dibutuhkan dan digunakan adalah infografis.

B. Konsep Infografis
1. Pengertian Infografis
Infografis merupakan sebuah konsep umum dalam penyajian informasi
yang penerapannya didasari oleh kreatifitas, daya tarik, ketepatan isi
dengan ilustrasi, kesederhaan, serta mempertimbangkan keefektifan
waktu yang diperlukan pembaca dalam menginterpretasikan informasi

237
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

yang disajikannya. Saat ini, penggunaan infografis telah banyak


dimanfaatkan untuk penyajian informasi di segala bidang. Infografis
berasal dari kata Infographics dalam Bahasa Inggris yang merupakan
singkatan dari Information + Graphics adalah bentuk visualisasi data
yang menyampaikan informasi kompleks kepada pembaca agar dapat
dipahami dengan lebih mudah dan cepat (Saptodewo, 2014). Lebih
lanjut dijelaskannya bahwa Infographic adalah teknik menyajikan
informasi secara visual/grafis, sehingga mudah dipahami oleh
pembaca. Banyak orang salah mengartikan dengan menyebut kata
infografik adalah karena pada infografis sering terlihat ada grafik
(chart) entah itu grafik batang, pie chart dan lainnya pada sebuah
visualisasi informasi. Padahal makna infographic itu sendiri lebih luas
daripada sekedar grafik (chart). Kemungkinan lainnya adalah orang
menyebutkan kata infographic (dalam Bahasa Inggris) secara lisan, lalu
terdengar sebagai Infografik dalam Bahasa Indonesia. Kata graphic
dalam kata Infographic itu berarti visual, gambar, yang jika
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia adalah grafis, bukan grafik.
Sama seperti penulisan yang benar adalah desain grafis, bukan desain
grafik.

Infografis didefinisikan sebagai “ a visualization of data or ideas that


tries to convey complex information to an audience in a manner that can
be quickly consumed and easily” (Smiciklas, 2012, p. 3). Jadi infografis
didefinisikan sebagai sebuah visualisasi data atau gagasan untuk
menyampaikan informasi yang sifatnya kompleks kepada audiens
dengan cara yang dapat diterima atau diolah dengan cepat sehingga
pada akhirnya dapat dengan mudah dipahami. Secara sederhana
infografis didefinisikan sebagai “representasi visual informasi, data
atau ilmu pengetahuan dengan konsep visual yang terdiri dari teks dan
gambar ilustrasi” (Widhyatmoko, Kartika, Askaria, & Hardiningtyas,

238
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

2015, p. 7). Secara lebih detail, infografis didefinisikan sebagai


“visualisasi data, gagasan, informasi atau pengetahuan melalui bagan,
grafis, jadwal dan lainnya agar data, gagasan, informasi atau
pengetahuan dapat disajikan lebih dari sekedar teks dan memiliki
dampak visual yang cukup kuat dan lebih menarik” (Kurniasih, 2016, p.
1). Dengan demikian informasi yang disajikan atau divisualisasikan
melalui infografis akan menggugah kesadaran pembacanya untuk
memahami data, gagasan, informasi atau pengetahuan lebih cepat dan
tepat.

2. Tujuan dan Manfaat Infografis


Mengutip Randy Krum (2014), Kurniasih menjelaskan bahwa tujuan
dari infografis adalah sama dengan public speaking, yakni
menginformasikan, menghibur dan mempersuasi audiens sehingga
audiens memberikan perhatian, menyempatkan untuk membaca,
menyimpulkan dan melakukan aksi sesuai apa yang ada di dalam
infografis. Secara rinci ia menjabarkan tujuan dibuatnya infografis
adalah: “1) Untuk mengkomunikasikan pesan yang kompleks menjadi
lebih sederhana, 2) Dapat mempresentasikan informasi lebih singkat
dan mudah dipahami, 3) Dapat menjelaskan data lebih mudah, dan 4)
Dapat memonitor secara periodik setiap parameter perubahan”
(Kurniasih, 2016, p. 1). Dengan demikian melalui infografis, maka
berbagai informasi yang disajikan secara cetak maupun elektronik,
termasuk sangat dimungkinkan buku-buku pelajaran, akan membantu
para pembacanya dalam membaca dan memahami informasi yang
disajikannya serta cenderung akan mudah diingat.

Infografis menjadi salah satu cara kreatif untuk mengkomunikaskan


informasi dengan grafik secara jelas dan cepat. Tidak hanya grafik,
beberapa infografis yang menarik juga menggunakan diagram, simbol,

239
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

dan ilustrasi. Selain itu, infografis dapat menjadi jeda pada sebuah
rangkaian atau uraian atau narasi penyajian informasi. Setelah dipenuhi
oleh rangkaian kata-kata, pembaca diharapkan bisa jeda dan lega
sejenak ketika mendapati sebuah viusalisasi informasi yang lebih
sederhana. Infografis sangat populer karena mereka membantu orang
untuk menyampaikan sebuah pesan. Diilustrasikan dengan gambar
yang kreatif dan menarik, infografis mendorong lebih menarik
perhatian dan mudah dipahami oleh pembaca. Dalam era yang sangat
sibuk, komunikasi yang cepat dan efektif tentu saja sangat berguna.

Penjelasan lain tentang manfaat dari infografis adalah bahwa “Infografis


dapat menyederhanakan informasi yang sifatnya begitu kompleks
menjadi informasi yang dapat dengan mudah dipahami, infografis juga
mampu menarik perhatian berbagai macam kalangan masyarakat,
penerapan informasi dalam bentuk infografis juga memiliki keunggulan
karena dapat dengan mudah diingat” (Miftah, Rizal, & Anwar, 2016, p.
87). Senada dengan hal tersebut, manfaat dari infografis yaitu: 1) Untuk
penyampaian informasi dengan keterbatasan ruang, waktu dan fokus
yang dimiliki oleh pembaca, 2) Merampas perhatian pembaca dengan
cara yang efisien sehingga pembaca lebih mudah memahami, dan 3)
Infographic dapat menjadi alat super efektif dalam kampanye
pemasaran digital dan infographic tersebut juga bisa digunakan begitu
mudah oleh usaha kecil serta organisasi-organisasi besar (Yudhanto,
2007, p. 2).

2. PROSEDUR MENYUSUN INFOGRAFIS


Untuk merancang dan menyusun sebuah infografis, ada beberapa
prosedur atau tahapan yang harus dilakukan. Saat melakukan tahap demi
tahap tersebut, hendaknya sambil memperhatikan standar atau kriteria-
kriteria agar infografis yang dihasilkan benar-benar mencapai tujuannya,

240
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

yaitu informasi sampai pada audiens serta dapat dipahami dan diingat
dengan mudah. Mengadaptasi dari langkah membuat infografis yang
dikemukakan oleh Danu Widhiyatmoko dkk (Widhyatmoko et al., 2015, p.
35), maka ada beberapa tahapan yang harus dilalui, seperti digambarkan
sebagai berikut.

Gambar 22. Tahapan Penyusunan Infografis


A. Riset, Data & Sintesa
Pada tahap ini, perancang infografis membuat riset sederhana terkait: 1)
fokus dari informasi yang akan disampaikan, 2) sasaran atau audiens, dan
3) jenis infografis yang sesuai, dan 4) data-data yang diperlukan sebagai
sumber informasi yang akan mengisi infografis.

B. Referensi
Pada tahap ini, perancang infografis mengumpulkan sebanyak mungkin
data yang diperlukan dari referensi-referensi yang dapat dipercaya
kebenarannya dan keaktualannya (up to date). Selain referensi untuk
keperluan informasi, perlu disiapkan pula referensi terkait visual yang

241
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

akan mendukung isi infografis, misal gambar-gambar atau grafik dan tabel
yang akan digunakan untuk mengisi infografis. Referensi-referensi
tersebut menjadi penting bagi sebuah infografis, agar informasi yang
disampaikannya jelas sumbernya sehingga dipercaya oleh audiens.
Sumber informasi yang dijadikan referensi perlu dicantumkan sebagai
salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari sebuah infografis.
C. Sketsa
Pada tahap ini, perancang infografis mulai membuat sketsa dari infografis
yang akan disusun. Sketsa dalam penyusunan sebuah infografis dapat
membantu dalam memberikan penekanan pada informasi yang penting
dan perlu highlight (Pang dkk., 2018, p. 27). Selain itu dengan membuat
infografis terlebih dahulu, jalan cerita, layout dan penempatan masing-
masing komponen infografis dapat tergambar jelas. Selain itu data dan
visual yang akan masuk dalam infografis juga akan mulai nampak. Dengan
demikian sketsa yang disusun akan membantu saat mendesain infografis
yang sesungguhnya.

D. Desain
Setelah memiliki sketsa, perancang infografis mulai menyusun desain
infografis yang sesungguhnya. Pada tahap ini dapat dimulai dari:
1) Menentukan desain tata letak (layout) yang sesuai dengan sketsa yang
telah ditentukan sebelumnya. Terdapat beberapa 9 pilihan yang dapat
menjadi rujukan ketika menentukan layout infografis (Pang dkk., 2018,
pp. 32–34), antara lain:

242
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

 Template 1. Infografis Statistik


Pilih template ini saat
akan menampilkan data
kompleks. Tipe ini fokus
untuk menampilkan
data statistik yang tidak
mudah dimengerti jika
ditampilkan dalam tabel
menjadi data yang
mudah dimengerti.

Gambar 23. Template infografis statistik

 Template 2. Infografis Informasional


Gunakan template ini
saat isi konten berisi
informasi bertipe jenis-
jenis dan tatacara.
Tetapi tidak terikat
dalam hirarki yang
mengharuskan data
disusun berdsarkan
ranking atau urutan
khusus.

Gambar 24. Template Infografis Informasional

243
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

 Template 3. Infografis Kronologi


Gunakan template
infografis ini ketika ingin
menampilkan informasi
tentang kronologi
berdasarkan waktu.

Gambar 25. Template Infografis Kronologi

 Template 4. Infografis Proses


Pilih template ini saat akan
data proses yang
tergantung pada urutan
yang tidak boleh
dilewatkan. Misalnya step
by step atau infografis
prosedur pelaksanaan
sesuatu.

Gambar 26. Template Infografis Proses

244
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

 Template 5. Infografis Geografis


Gunakan template ini saat
menampilkan konten yang
menggunakan peta.
Infografis ini memudahkan
orang mengerti posisi dari
apa yang disajikan maupun
hal lain seperti luas daerah,
perbandingan wilayah dll.

Gambar 27. Template Infografis Geografis

 Template 6. Infografis Perbandingkan


Gunakan saat
menampilkan
perbandingan satu hal
dengan yang lainnya.
Infografis ini memiliki
elemen-elemen yang
dapat dibandingkan
guna memberikan
pertimbangan
terhadap pembaca
atau sekedar
memberikan informasi
perbedaan.
Gambar 28. Template Infografis Perbandingkan

245
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

 Template 7. Infografis Hirarki


Pilih template ini saat akan
menampilkan informasi
dengan struktur hubungan
yang bersifat hirarkis.
Untuk membuat infografis
ini fokus lah pada
kemudahan pembaca
untuk membaca hubungan
antar objek dalam hirarki
tersebut.

Gambar 29. Template Infografis Hirarki

 Template 8. Infografis Chart-Centric


Gunakan template ini saat
isi konten berisi informasi
berbentuk chart, baik chart
prosentase maupun
diagram batang. Yang perlu
dilakukan adalah membuat
chart ini tampil lebih
menarik dan mudah
dimengerti.

Gambar 30. Template Infografis Chart-Centric

246
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

 Template 9. Infografis Kombinasi


Gunakan template ini
untuk desain
infografis yang
memiliki banyak jenis
informasi dan harus
disajikan dengan
karakter data dan
informasi yang
beragam.

Gambar 31. Template. Infografis Kombinasi


2) Pemilihan Warna, Grafis, Ilustrasi, Icons dan Tipografi yang selaras
dan serasi sesuai dengan karakteristik layout dan isi infografis.
 Pemilihan warna adalah salah satu hal krusial dalam mendesain
infografis yang baik. Warna tertentu dengan penerapannya memiliki
emosi yang bisa sebagai penguat visual infografis (Pang dkk., 2018,
p. 30). Sebagai rujukan dalam pemilihan warna, dapat menggunakan
kombinasi warna atau palet yang sudah ada seperti di coolors.co dan
color.adobe.com.
 Pemilihan Grafis, Ilustrasi (gambar/foto) dan Icons juga menjadi hal
penting sebab semuanya akan dimanfaatkan untuk memperkuat
tampilan dari sebuah infografis. Pada informasi tertentu, grafis,
ilustrasi dan icons akan memperjelas dan mempermudah
penyampaian informasi yang cenderung naratif. Dengan kata lain,
grafis, ilustrasi dan icons akan menyederhanakan tampilan

247
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

informasi deskriptif ataupun naratif yang akan disampaikan pada


audiens. Bahkan Pang dkk menegasan bahwa “Pada infografis,
ilustrasi dan gambar digunakan untuk mendiskripsikan data atau
konten yang bersifat kualitatif” (Pang dkk., 2018, p. 36). Grafis,
ilustrasi dan icons ini bisa didapatkan dari berbagai sumber ataupun
membuat sendiri. Beberapa rujukan untukan mendapatkan grafis,
ilustrasi dan icons dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Grafis

icons
Ilustrasi

• freepik.com • unsplash.com • iconfinder.com


• pickjumbo.com • flaticon.com
• gratisography.com • icons8.com
• negativespace.co • thenounproject
• libreshot.com .com
• pixabay.com
• shutterstock.com

 Pemilihan Tipografi menjadi salah satu langkah penting pula pada


saat mendesain sebuah tipografi. Kombinasi font yang tepat akan
menghasilkan desain yang profesional dan sesuai dengan pesan
infografis (Pang dkk., 2018, p. 36). Maka disarankan bahwa untuk
menggunakan gabungan font yang tepat, gunakan tools yang dapat
membantu menemukan kombinasi font yang bagus seperti pada
http://fontpair.co/,http://dafont.com dan http://fontsquirrel.com
atau dari sumber lain di internet yang menyediakan berbagai
variasi font secara gratis.

248
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

3. JENIS-JENIS INFOGRAFIS
Berkembangnya pembuatan dan pemanfaatan infografis mendorong pada
beragamnya jenis infografis yang ada saat ini. Berdasarkan formatnya, ada
tiga jenis infografis (Yudhanto, 2007, p. 3), yaitu:
A. Infografis Statis, Infografis dalam bentuk gambar yang tidak
bergerak. Pada umumnya infografis yang beredar di masyarakat
memiliki konten yang statis ini, berupa gambar, grafik dan teks
yang statis. Mulai dari ukuran yang kecil sampai pada ukuran besar
seperti baliho. Contoh:

Gambar 32. Contoh Infografis Statis


Sumber: https://awsimages.detik.net.id/visual/2015/06
01/af6989db-24f1-410b-b292 0cd441a47957.jpg?w=650&q=90

249
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Gambar 33. Contoh Infografis Statis


Sumber: http://jojogan.desakupemalang.id/wp-content/uploads/2017/07/APBDes.jpg
(Umumnya dibuat berukuran besar/baliho dan dipajang di depan kantor desa)

250
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

B. Infografis Animasi, Infografis dalam bentuk video animasi, baik 2


dimensi maupun 3 dimensi. Infografis ini biasanay digunakan pada
tayangan-tayangan televisi ataupun media online seperti YouTube
atau Vimeo.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=E7H4V-0Xivw
Gambar 34. Contoh Infografis Animasi
Pada contoh di atas, sekian banyak halaman infografis-infografis yang
menggambarkan tentang jumlah uang yang di korupsi, kemudian
menjadi satu rangkaian animasi infografis tentang fakta menarik
korupsi di Indonesia yang ditayangkan oleh salah satu TV news.
C. Infografis Interaktif, infografis yang ditampilkan pada website dan
pengguna dapat berinteraksi dengan informasi yang ditampilkan
melalui user interface yang telah didesain. Dengan infografis interaktif
pengguna dapat sesuai keinginan mengeksplorasi informasi yang
ingin didapatkan. Sebagai contoh adalah infografis yang
dipublikasikan melalui website http://houseofinfographics.com. Pada

251
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

salah satu infografis yang disajikan, audiens dapat secara interaktif


memilih kontens infografis yang dinginkan.

Sumber: http://houseofinfographics.com/infografis_hantu/
Gambar 35. Contoh Infografis Interaktif
Sementara itu, berdasarkan isi atau kontennya, infografis dapat
dikategorikan menjadi 3 jenis pula (Widhyatmoko et al., 2015, p. 15),
yaitu:
A. Infografis Statistik, yakni infografis yang isinya menginformasikan
data-data statistik dalam bentuk angka-angka yang dikombinasikan
Grafik, diagram, tabel dan daftar urut.

Sumber: https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/Statistik%20APJII.jpeg
Gambar 36. Contoh Infografis Statistik

252
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

B. Infografis Garis Waktu, yakni infografis yang isinya berupa: 1)


representasi visual dari informasi dan peristiwa yang terjadi dari
waktu ke waktu, 2) urutan kronologis peristiwa yang
memungkinkan pemirsa mudah memahami hubungan yang
terdapat di antara waktu tersebut dan 3) Sebuah kronologi yang
diperoleh dari tabel, waktu- demi-waktu.

Sumber: http://webinfonet.net/wp-content/uploads/2017/10/history-of-computrer
storage_54f7f73e894ea_w1500.jpg
Gambar 37. Contoh Infografis Garis Waktu

253
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

C. Infografis Proses, yakni infografis yang isinya berupa representasi


visual dari sebuah proses, siklus, prosedur atau tahapan dari sebuah
peristiwa, fenomena atau rangkaian sebuah aktivitas.

Sumber: https://cdn.tmpo.co/flash/data/flashgrafis/1599/Cara-Coblos.jpg
Gambar 38. Contoh Infografis Proses
D. Lokasi/Letak/Geografis
Peta merupakan bentuk paling tradisional dari infografis berjenis
geografis ini. Infografis jenis ini merupakan infografis yang paling
umum ditemukan di banyak tempat mulai dari peta sekolah hingga
tampilan mikrokosmos yang rumit.

254
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Sumber: https://pict.sindonews.net/infografis/slider/2019/12/348/jalur-
moda-raya-terpadu-mrt-akan-melayani-hingga-ke-tangsel-cvo.jpg

Gambar 39. Contoh Infografis Lokasi/Letak/Geografis

255
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

4. ANATOMI INFOGRAFIS
Sebuah infografis memiliki beberapa komponen (elemen) atau sering
dikenal pula dengan anatomi infografis. Secara sederhana, Mark Smiciklas
menjelaskan bahwa sebuah infografis terdiri dari information dan graphic
design. Dijelaskkannya bahwa “Infographics combine data with design to
enable visual learning. This communication process helps deliver complex
information in a way that is more quickly and easily understood” (Smiciklas,
2012, p. 4). Jadi infografis merupakan gabungan antara data dengan desain
untuk memungkinkan pembelajaran secara visual. Proses komunikasi ini
membantu menyampaikan informasi yang rumit dengan cara yang lebih
cepat dan mudah dipahami. Hal ini ia gambarkan dalam bagan anatomi
infografis ebagai berikut:

Sumber: Anatomy of an infographic (Smiciklas, 2012, p. 4)


Gambar 40. Anatomi Infografis
Secara lebih terperinci, anatomi infografis dijelaskan oleh Danu
Widhyatmoko dkk., yang digambarkan dalam bagan berikut ini.

256
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Sumber: Anatomi Infografis (Widhyatmoko et al., 2015, p. 11)


Gambar 41. Anatomi Infografis

Mengutip dari Sneh Roy (2009), Nenden menguraikan bahwa anatomi


dari sebuah infografik dapat dibagi dalam tiga bagian yakni visual, konten,
dan pengetahuan (Nenden, 2018).
A. Visual
Aspek visual dalam infografik memiliki relasi yang kuat dengan desain.
Sementara itu, desain dari sebuah infografik memiliki prioritas yang
beragam tentang daya tarik, pemahaman, dan retensi berdasarkan tujuan
dan sasaran infografik itu sendiri.

B. Konten
Konten infografik dapat dibagi dalam tiga segmen, yaitu pengantar, konten
utama, dan kesimpulan. Bagian pendahuluan diperlukan untuk
memperkenalkan pembaca pada topik infografik. Bagian ini biasanya
terdiri atas kombinasi judul dan teks atau paragraf singkat. Bagian
pengantar bisa juga menca kup beberapa visualisasi data yang membantu
pemahaman dasar. Bagian konten utama untuk infografik adalah sesuatu
yang harus diperhatikan oleh pembaca dan harus berisi informasi baru.

257
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Pada bagian ini, biasanya didominasi oleh bagian visual infografik. Bagian
terakhir dari konten adalah sebuah kesimpulan, dan desain infografik
harus mengarahkan pembaca ke akhir tampulan dan membungkus semua
pesan yang disampaikan.

C. Pengetahuan
Bagian pengatahuan pada infografik berfungsi untuk menunjukkan fakta
dan deduksi dari konten. Menyoroti konten yang relevan untuk
memancing deduksi dengan mudah adalah sebuah seni tersendiri. Jika
infografik bersifat konsentris, memiliki konten yang paling penting baik
secara visual maupun faktual menjadi nilai plus jika ditempatkan di
tengah.

Sementara itu, dalam buku Kiat Bikin Infografis Keren & Berkualitas Baik,
Kementerian Komunikasi & Informasi menguraikan elemen-elemen
infografis sebagai berikut (Pang dkk., 2018, p. 9):

Infografis Infografis Elemen


Judul
Statis Dinamis infografis statis

Tata Letak Musik Latar

Icon & Simbol Sound Effect

Ilustrasi &
Voiceover
Gambar
Animasi & Efek
Warna
Visual

Tipografi Transisi

Gambar 42. Anatomi Infografis

258
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Berikut contoh infografis yang didalamnya terdapat komponen atau


anatomi lengkap dari sebuah infografis.

Sumber:http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/e-
Aspirasi/Orientasi%20pengelola%20web/8-Infografis-data-kesehatan.pdf
Gambar 43. Anatomi lengkap dari sebuah infografis
5. STANDAR & KRITERIA INFOGRAFIS

Sesuai dengan tujuannya, maka ketika menyusun sebuah infografis


standar paling utama yang harus dicapai adalah infografis yang disusun
harus memenuhi kriteria berupa kemampuan untuk: 1)
menyederhanakan informasi sekompleks apapun sehingga mudah
dipelajari dan diingat, 2) menarik perhatian dan memotivasi audiens
untuk melihat, membaca, mempelajari dan mengingat dan 3)
mempersuasi audiens atas informasi yang disampaikannya. Untuk
mencapai standar tersebut, maka ada berbagai hal yang harus
diperhatikan ketika menyusun sebuah infografis.

259
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Salah satu metode yang dapat digunakan panduan untuk mencapai


standar infografis yang baik adalah FIRED (Yudhanto, 2007, p. 4), yaitu:
1) Fresh (Segar) : Bagaimana infografis yang disusun menghadirkan
tampilan yang belum ada sebelumnya?, 2) Informative (Informatif):
Apakah infografis yang disusun menyajikan fakta yang akurat dan
menarik?, 3) Relevant (Relevan): Apakah infografis yang disusun
menceritakan sebuah cerita konten yang harmonis sesuai dengan
informasi yang akan disampaikan pada audiens?, 4) Entertaining
(Menghibur) : Apakah cerita atau konten pada infografis yang disusun
cukup menarik? dan 5) Different (Berbeda) : infografis yang disusun
apakah cukup berbeda dari berbagai sudut pandang (format, desain, teks,
statistic, gambar dll.)?

Secara lebih terperinci, Kementerian Informasi dan Komunikasi


menguraikan kriteria-kriteria untuk mencapai standar infografis yang
berkualitas baik (Pang dkk., 2018, p. 2), yaitu:
1. Berorientasi pada tujuan infografis
Hasil infografis yang diproduksi harus berorientasi pada masing-
masing tujuan jenis konten. Misalnya, tujuan dari konten- konten
pemerintahan umumnya atau secara spesifik untuk keperluan
pendidikan atau pembelajaran dibagi menjadi 5 hal yakni untuk
memberikan informasi dan panduan, sosialisasi, memberikan
informasi teraktual, mempersuasi audiens untuk menumbuhkan atau
melakukan sikap/perilaku tertentu.

2. Berdasarkan riset dan sumber yang dapat


dipertanggungjawabkan dan tanggal produksi sebagai referensi
aktualitas
Infografis yang diproduksi harus melalui proses riset dari sumber-
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam konteks

260
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

masyarakat dan dunia informasi yang saat ini penuh dengan


keterbukaan bahkan menjurus pada kebebasan, maka sumber
informasi yang beredar luas di dunia maya utamanya, sangat riskan
menghasilkan informasi yang tidak dapat dipercaya atau mengandung
unsur hoax. Termasuk riset data tentang masa berlaku dan kebaharuan
informasi yang akan dijadikan sumber data penyusunan infografis. Jika
sumber informasi yang digunakan tidak dapat dipertanggungjawabkan,
apalagi mengandung unsur hoax, maka infografis yang tersusun pun
akan demikian pula. Untuk itu sebelum menggunakannya sebagai
sumber informasi penyusunan infografis perlu melakukan, hal-hal
berikut ini (Pang dkk., 2018, p. 4): a) Pemilahan data menggunakan
pendekatan dasar statistik dengan tujuan positif, b) Pemilahan data
menggunakan pendekatan logika (identitas, kontradiksi, korelasi dan
kombinasi), c) Memiliki informasi yang komprehensif dan akurat, d)
Konten memuat sumber yang dapat divalidasi, e) Lisensi/ijin
penggunaan aset (gambar, ilustrasi, video, audio) yang didapat dari
internet, f) Mencantumkan tanggal produksi agar pembaca mengetahui
apakah informasi tersebut masih berlaku.

3. Relevansi dengan kebutuhan pembaca


Hasil infografis yang diproduksi harus relevan. Relevansi sebuah
infografis dapat dilihat dari konten, teks dan gambar yang ada di
dalamnya merupakan hal baru dan aktual terkait pokok-pokok
informasi yang akan disampaikan pada audien, serta menggunakan
ilustrasi dan gambar yang sesuai pada konteksnya. Untuk itu ketika
menyusun sebuah infografis, pastikan bahwa: a) informasi yang
disampaikan aktual, sesuai dengan kenyataan yang ada sekarang, b)
informasi up to date dengan kebutuhan pembaca saat ini, c) informasi
baru disampaikan dengan teknik penyampaian terkini, d) ilustrasi dan

261
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

gambar yang digunakan mendukung, memperkuat dan mempermudah


penyampaian informasi sehingga mudah dipahami dan diingat audiens.

4. Struktur visual yang harmonis dan menarik


Infografis dirancang dan disusun dengan mempertimbangkan struktur
visual yang baik. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal berikut: a)
Memiliki keseimbangan visual, b) Kombinasi simbol, ilustrasi, gambar,
font yang serasi dalam gaya, c) Simbol, ilustrasi, gambar, font sesuai
dengan karakter topik yang ditampilkan, d) Palet warna sesuai
karakter topik, e) Pemilihan warna yang mudah diserap mata, f)
Elemen desain dengan proporsi yang akurat, g) Tampilan terstruktur
pada grid yang rapi dan professional, dan h) Memiliki komposisi
elemen audiovisual yang bagus (untuk infografis dinamis).

5. Keterbacaan (Readability)
Infografis dirancang dan disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca
dan dipahami. Untuk itu perlu memperhatikan aspek keterbacaan dari
teks yang ada, sehingga informasi mudah dibaca, dipahami dan diingat
audiens. Untuk itu perlu memperhatikan: a) Teks tidak terlalu panjang,
terlebih apabila diterapkan pada infografis dinamis karena
keterbatasan waktu baca, b) Ukuran font tidak terlalu kecil sehingga
susah dibaca (9 poin minimal), c) Menggunakan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar, d) Jarak antar font ideal (tidak terlalu rapat).

6. Unsur persuasi
Infografis dirancang dan disusun sedemikian rupa agar memiliki unsur
persuasi. Untuk itu perlu memperhatikan: a) Judul dan isi
menggunakan kata dan kalimat yang sederhana namun mampu
mempersuasi audiens, b) Judul mengarahkan kepada pemahaman yang
tepat dan menggambarkan pokok atau inti pesan dari keseluruhan isi

262
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

infografis. c) Memiliki point of interest dari sisi visual misal gambar


yang menggugah sisi emosional audiens.

7. Lugas (Simplicity)
Infografis dirancang dan disusun sedemikian rupa agar memiliki
kelugasan sehingga mudah diterima audiens. Untuk itu perlu
memperhatikan hal berikut ini: a) Judul menggunakan kata dan kalimat
lugas, tegas, pendek namun menarik, agar menarik fokus perhatian
audiens dan mudah memahami arti/makna judul tersebut. b) isi
infografis memuat kata dan kalimat yang lugas, tegas, familiar & to the
point sehingga mempermudah dalam mengarahkan audiens pada
persuasi yang dituju, c) Memiliki alur yang tidak rancu atau urut sesuai
dengan alur paparan, d) Memiliki satu ide sentral yang menjadi fokus
dan e) Tidak menimbulkan bias, ambigu dan kesalahpahaman.

8. Konsistensi dengan brand guideline


Sebuah infografis pada umumnya memiliki brand guideline dan
biasanya dipakai agar infografis memiliki ciri dan konsistensi. Misalnya
penempatan logo, identitas lembaga penyusun infografis atau mungkin
sponsor. Konsistensi ini terkait posisi dan tata letak (layout), ukuran
dan warnanya.

9. Kemudahan dibagikan (Shareability)


Era digital saat ini mendorong pada semakin mudahnya setiap individu
membagikan informasi kepada orang lain. Misalnya beragamnya media
social yang kian dekat dengan khalayak menyebabkan informasi-
informasi termasuk melalui infografis menjadi makin dekat pula
dengan khalayak. Untuk itu infografis yang dirancang dan disusun
hendaknya mudah untuk dibagikan kepada khalayak ramai. Dalam hal
ini format disesuaikan agar setiap individu yang telah mendapatkan

263
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

sebuah infografis akan mudah membagikannya kepada orang lain.


Berikut adalah tabel karakter konten platform sosial media (Pang dkk.,
2018, p. 8).
Tabel 34. Karakter konten platform sosial media

Selain kriteria-kriteria di atas, Kementerian Komunikasi dan Informasi


juga membuat standar-standar elemen atau komponen yang ada pada

264
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

sebuah infografis agar menjadi produk infografis yang baik (Pang dkk.,
2018, pp. 9–14). Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut.
A. Elemen Infografis Statis
1. Judul
Sebagai salah satu elemen utama, judul infografis memenuhi kriteria
berikut:
 Direkomendasikan menggunakan maksimal 5 kata
 Memiliki judul yang menarik perhatian
 Mewakili isi keseluruhan atau mengajak (persuasi) untuk
 membaca lebih lanjut data atau konten yang disajikan
 Menggunakan kalimat aktif

2. Tata Letak (Layout)


Tata letak infografis terstruktur rapi dengan kriteria sebagai berikut:
 Penempatan dan pemisahan antar blok dengan sub-topik yang
tidak berkaitan
 langsung harus jelas
 Pembedaan antara konten utama dan konten pendukung
 Penempatan focal point visual yang tepat
 Margin yang konsisten antar elemen
 Pilih tipe infografis yang sesuai

3. Ikon & Simbol


Penggunaan ikon atau simbol sesuai dengan kriteria berikut:
 Membantu pemahaman lebih cepat
 Bersifat simbolis dan universal
 Mudah dikenali
 Gunakan ikon dalam menampilkan data
 Gunakan ikon buatan sendiri atau berlisensi
 Penggunaan ikon harmoni dengan elemen lainnya

265
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

4. Ilustrasi & Gambar


Penggunaan ilustrasi sesuai dengan kriteria berikut:
 Ilustrasi atau gambar bersifat memudahkan pemahaman terhadap
data atau konten yang disampaikan
 Tipe ilustrasi atau filter gambar konsisten dalam satu infografis
 Ilustrasi buatan sendiri atau diambil dari sumber lain dengan
lisensi
 Kualitas gambar memiliki resolusi cukup
 Gambar atau ilustrasi yang digunakan sesuai dengan alur konten
atau narasi

5. Warna
Penggunaan warna dalam infografis memenuhi kriteria berikut:
 Menerapkan psikologi warna yang dipakai dan kesesuaian dengan
topik
 Warna teks dan warna background memiliki kontras yang nyaman
dibaca. Jangan gunakan warna merah terang dengan teks kuning
menyala karena akan susah dibaca. Gunakan paduan warna pastel
agar lebih nyaman di mata.
 Penggunaan palet warna yang mudah diserap mata, tidak
menyilaukan
 Kesesuaian dengan brand guideline
 Penggunaan warna sesuai identitas objek
 Penggunaan gradasi untuk menunjukkan kepadatan objek statistik
 Paduan warna yang konsisten pada satu desain
 Familiaritas warna

266
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

6. Tipografi
Penggunaan tipografi untuk infografis memenuhi kriteria
 Pemilihan font judul dan subjudul yang sesuai dengan mood atau
gaya infografis yang sedang dikerjakan
 Judul direkomendasikan menggunakan font bertipe Display
 Teks direkomendasikan font bertipe Sans-serif dan ukuran minimal 20
poin pada dokumen @300dpi (dot per inch).
 Direkomendasikan menggunakan dua jenis font yang berbeda.
Maksimal 3 jenis font. Misalnya font berjenis Display untuk judul dan
font berjenis Sans-serif untuk teks isi.
 Buatlah palet font (warna, ukuran, ketebalan) untuk satu infografis
yang meliputi font untuk judul utama, subjudul, judul blok, deskripsi
dan teks body
 Pastikan jarak antar huruf tidak terlalu renggang atau terlalu rapat
 Pastikan jarak antar baris rapi dan mudah dibaca

6. APLIKASI PENDUKUNG PENYUSUNAN INFOGRAFIS

Berbagai aplikasi pendukung untuk menyusun sebuah infografis kini telah


tersedia secara beragam di internet. Selain itu, untuk dapat membuat
infografis saat ini tidak harus memiliki kemampuan desain grafis yang
mumpuni seperti kemampuan dalam mengoperasikan photoshop dan
coreldraw. Berbagai aplikasi untuk membuat infografis sudah tersedia
dan tinggal digunakan, baik aplikasi pembuat infografis online maupun
offline, baik yang gratis maupun yang berbayar.

Berikut beberapa aplikasi pendukung yang dapat dimanfaatkan untuk


menyusun sebuah infografis:

267
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

A. Canva
Menggunakan Canva Infographic Maker ini tidak hanya mudah tapi juga
dengan hasil yang memuaskan karena aplikasi ini memiliki fitur-fitur yang
lengkap. Didalamnya terdapat berbagai variasi template yang dapat
dipilih sehingga pengguna tidak perlu bingung lagi dalam menentukan
ukuran grafis. Pilihan yang beragam juga tersedia untuk berbagai elemen
desain, images, fonts dan icons yang semakin mempermudah
penggunaannya. Aplikasi gratis untuk membuat infografis ini dapat
digunakan baik melalui browser atau dengan mendownload aplikasinya
untuk mobile device. Namun demikian, versi gratis dari aplikasi ini
tentunya memiliki keterbatasan fitur dan bagi yang ingin mendapatkan
fitur yang lengkap harus menjadi pro-member.

Langkah penggunaan aplikasi ini adalah:


1. Buka https://www.canva.com/ sampai muncul tampilan berikut.

2. Sign Up dengan menggunakan akun google atau facebook

268
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

3. Klik Template, lalu pilih template yang diinginkan, misal:

4. Klik Use This Template, sampai muncul tampilan berikut.

5. Mulailah mendesain infografis sesuai dengan keinginan, dengan


merubah ilustrasi, grafis, icons dan tipografi.
6. Setelah selesai infografis dapat di print, download atau share sesuai
kebutuhan dan keinginan.

269
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

B. Infogram
Membuat infografis dengan bantuan aplikasi Infogram sangatlah mudah
dan membantu para penggunanya. Pengguna hanya perlu mengupload data
mentah ke website Infogram. Setelah itu tunggu selama beberapa menit dan
aplikasi akan menampilkan data mentah dalam bentuk infografis yang
sesuai dengan data. Infogram merupakan aplikasi gratis untuk membuat
infografis.
Langkah penggunaan aplikasi ini adalah:
1. Buka https://infogram.com/ sampai muncul tampilan berikut.

2. Klik Join Infogram Now sampai mucul tampilan berikut.

270
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

3. Sign up dengan menggunakan akun google atau facebook. Setelah


masuk silahkan pilih profil dan sebagainya sampai 4 tahapan sehingga
muncul tampilan berikut.

4. Pilih template yang diinginkan, misal:

271
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

5. Mulailah mendesain infografis sesuai dengan keinginan, dengan


merubah ilustrasi, grafis, icons dan tipografi.
6. Setelah selesai infografis dapat di download (dalam bentuk PDF, PNG,
JPG) atau share .

C. Venngage
Seperti halnya aplikasi lainnya di atas, Venngage ini dapat membantu dalam
membuat ilustrasi online secara sangat mudah. Berbagai pilihan template
untuk berbagai macam kegunaan seperti membuat poster, laporan,
promosi serta infografis telah tersedia didalamnya. Ditambah lagi dengan
banyaknya pilihan icons, fonts, warna, gaya dan ukuran teks. Pengguna
juga diberi kebebasan untuk memasukkan gambar dan menambahkan
widgets seperti charts dan peta sehingga infografis yang dihasilkan benar-
benar sesuai dengan sketsa dan desain yang diharapkan.

Langkah penggunaan aplikasi ini adalah:


1. Buka https://venngage.com/ sampai muncul tampilan berikut, lalu klik
sign in

272
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

2. Sign in dengan menggunakan akun google atau facebook. Setelah Pilih


profil (2 langkah), pilihlah infografik yang diinginkan lalu klik
Continue, missal:

3. Buat 3 pilihan sesuai kebutuhan lalu klik Continue,, misal:

273
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

4. Setelah itu muncul berbagai template yang bisa menjadi alternatif.


Klik Create pada template yang dipilih, misal:

5. Mulailah mendesain infografis sesuai dengan keinginan, dengan


merubah ilustrasi, grafis, icons dan tipografi.

274
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

6. Setelah selesai infografis dapat di publish, share,download atau settings.

Selain tiga aplikasi yang telah dijelaskan di atas, masih banyak lagi
aplikasi-aplikasi lainnnya yang dapat di eksplor di internet guna
membantu dalam menyusun sebuah infografis, diantaranya:
 Vizualize
• Piktochart
• Easel.ly
• Visual.ly
• Google Developers
• Timeline JS
• InFoto Free
• Get AboutMe Microsoft
• ChartsBin
• Tableu Public
• Creately
• Gliffy
• Tagxedo
• dll.

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN

1. Lembar Kegiatan
Pemanfaatan Teknologi dan Internet dalam Pembelajaran
Petunjuk Kerja !
1) Buatlah sebuah infografis dengan menerapkan langkah-langkah
prosedur penyusunannya dengan aplikasi yang telah anda kuasai.
2) Dari hasil infografis yang anda buat, sajikan di depan kelas.

275
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

E. PENILAIAN
1. Visualisasi data atau gagasan untuk menyampaikan informasi yang
sifatnya kompleks kepada audiens dengan cara yang dapat diterima
atau diolah dengan cepat sehingga pada akhirnya dapat dengan mudah
dipahami, merupakan……
A. konsep infografis
B. pengertian infografis
C. manfaat infografis
D. tujuan infografis

2. Jenis Infografis yang disajikan dimana pengguna dapat mengeksplorasi


informasi yang ingin didapatkan sesuai keinginan adalah ……
A. infografis statis
B. infografis animasi
C. infografis proses
D. infografis interaktif

3. Prosedur atau tahapan yang harus dilakukan agar infografis yang


dihasilkan benar-benar mencapai tujuannya ……..
A. referensi – sketsa – riset data – desain – review – rilis
B. riset data – informasional – desain – proses – review – rilis
C. riset data – referensi – sketsa – desain – review – rilis
D. informasional – review – desain – sketsa – proses – rilis

4. Dalam penyusunan sebuah infografis, berikut standar paling utama yang


harus dicapai, kecuali …….
A. menyederhanakan informasi sekompleks apapun sehingga mudah
dipelajari dan diingat.

276
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

B. menarik perhatian dan memotivasi audiens untuk melihat, membaca,


mempelajari dan mengingat.
C. menceritakan sebuah konten yang harmonis sesuai dengan informasi
yang akan disampaikan pada audiens.
D. mempersuasi audiens atas informasi yang disampaikannya.

5. Penggunaan kata dan kalimat yang sederhana, mengarahkan kepada


pemahaman yang tepat dan menggambarkan pokok atau inti pesan dari
keseluruhan isi infografis, memiliki point of interest dari sisi visual.
Standar infografis tersebut termasuk dalam kriteria………
A berorientasi pada tujuan
B. unsur persuasi
C. relevansi dengan kebutuhan pembaca
D. keterbacaan

F. REFERENSI
Johnson, Z. (2017). The Rising Power of Visual Content [Infographic].
Retrieved January 13, 2020, from
https://www.business2community.com website:
https://www.business2community.com/infographics/rising-
power-visual-content-infographic-01844827
Kurniasih, N. (2016). Infografis. Prosiding Makalah Seminar Nasional
“Komunikasi, Informasi Dan Perpustakaan Di Era Global,” 456–465.
Miftah, M. N., Rizal, E., & Anwar, R. K. (2016). Pola Literasi Visual
Infografer Dalam Pembuatan Informasi Grafis (Infografis). Jurnal
Kajian Informasi Dan Perpustakaan, 4(1), 87.
https://doi.org/10.24198/jkip.v4i1.11635
Nenden. (2018). INFOGRAFIK: Bukan Sekadar Visualisasi yang Indah (2) |
NENDENSAN. Retrieved January 15, 2020, from
http://nendensan.web.id/ website:

277
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

http://nendensan.web.id/infografis-bukan-sekadar-visualisasi-
yang-indah-2/#more-2538
Pang dkk., E. (2018). Kiat Bikin Infografis Keren Dan Berkualitas Baik.
Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia.
Saptodewo, F. (2014). Desain Infografis Sebagai Penyajian Data Menarik.
Jurnal Desain, 1(3), 163–218.
Smiciklas, M. (2012). The Power of Infographics. Indiana: Pearson
Education Limited.
Widhyatmoko, D., Kartika, R., Askaria, A., & Hardiningtyas, E. (2015).
Infografis Untuk Pengajaran Kreatif Dan Efektif. Lokakarya Rabu 7
Oktober 2015 Kampus Anggrek - Binus University. Jakarta: Binus
University.
Yudhanto, Y. (2007). Pengantar Panduan Infografis (Infographics).
Komunitas ELearning IlmuKomputer.Com, 1–5.

278
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

MATERI PP 08
PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR

279
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

MATERI PP 08
PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR

A. KOMPETENSI
1. Melaksanakan praktik pembelajaran (peer teaching) secara efektif.

2. Melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran yang telah


dilaksanakan.

2) INDIKATOR
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta dapat:

1. Menerapkan langkah-langkah membuka dan menutup kegiatan


pembelajaran secara efektif.
2. Menerapkan keterampilan menjelaskan materi pembelajaran dengan
efektif.

3. Menerapkan keterampilan bertanya pada peserta didik dengan efektif.

4. Menerapkan keterampilan memvariasikan kegiatan pembelajaran


dengan efektif.

5. Menerapkan keterampilan memberikan penguatan pada peserta didik


dengan efektif.

6. Menerapkan keterampilan pengelolaan kelas dengan efektif.

7. Menerapkan keterampilan menggunakan media pembelajaran secara


efektif.

8. Menerapkan metode/model pembelajaran secara efektif.

9. Menemukan kekuatan dan kelemahan dari praktik pembelajaran yang


telah dilaksanakan.

10. Memperbaiki kelemahan praktik pembelajaran berdasarkan hasil


refleksi.

280
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

3) URAIAN MATERI

1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran

Membuka Pembelajaran
Ketika mengawali pembelajaran, guru biasanya melakukan
kegiatan seperti mengisi daftar hadir, menertibkan peserta didik, dan
menyuruh mereka untuk menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran.
Kegitan tersebut memang harus dilakukan oleh guru, tetapi belum
dapat dikategorikan sebagai membuka pelajaran. Guru belum secara
langsung mengajak peserta didik untuk memusatkan perhatiannya
pada materi yang akan disajikan dan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan.
Membuka pembelajaran adalah kegiatan guru dalam mengawali
pembelajaran untuk menciptakan suasana siap mental, fisik, psikis,
dan emosional peserta didik. Tujuannnya adalah agar peserta didik
dapat memusatkan perhatian mereka pada materi dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilalui. Aktivitas awal yang dilakukan dan
kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu
keberhasilan jalannya seluruh proses pembelajaran. Ketercapaian
tujuan pembelajaran tergantung pada strategi mengajar guru di awal
pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat
menjadi tidak berguna jika guru tidak berhasil memfokuskan
perhatian dan minat peserta didik pada pelajaran. Menurut Helmiati
(2013: 43-49), hal tersebut dapat dilakukan guru dengan cara-cara
sebagai berikut:
1) Memusatkan perhatian dan membangkitkan minat peserta didik
Pada detik-detik awal pembelajaran ada banyak hal di luar
ruangan kelas yang masih menarik perhatian peserta didik. Hal
tersebut dapat membuat peserta didik tidak dapat memusatkan
perhatian pada pada materi dan kegiatan pembelajaran. Untuk

281
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan antara


peserta didik dan pelajaran yang disampaikan. Guru harus dapat
membangkitkan minat belajar sampai peserta didik dapat
memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Guru perlu
menghubungkan antara materi yang disampaikan dengan minat
dan kebutuhan peserta didik. Berikut ini beberapa cara yang
dapat digunakan untuk menarik perhatian dan membangkitkan
minat peserta didik ketika guru membuka pelajaran:
a) Mengaitkan materi dengan berita-berita terkini.

b) Menyampaikan cerita.

c) Menggunakan alat bantu/media

d) Memvariasikan gaya mengajar

e) Menyinggung tugas-tugas yang dilakukan peserta didik

f) Mengandaikan persoalan

2) Membangkitkan motivasi peserta didik


Menimbulkan motivasi dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a) Memberikan kehangatan dan menunjukkan sikap antusias.

b) Menimbulkan rasa ingin tahu.

c) Mengemukakan ide yang bertentangan

3) Memberi acuan
Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan
secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang
memungkinkan peserta didik memperoleh gambaran yang jelas
mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak
ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran. Untuk itu usaha
yang dapat dilakukan guru adalah:
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran.
b. Menyampaikan garis besar pembelajaran.

282
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

c. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.


d. Mengaitkan materi pembelajaran yang telah dipelajari
dengan materi baru.

Setiap materi pembelajaran yang akan diajarkan merupakan


bagian dari kurikulum yang sudah ditetapkan. Materi tersebut
harus dihubungkan dengan materi-materi sebelumnya yang telah
dikuasai oleh peserta didik agar menarik perhatian dan
menajamkan pemahaman mereka tentang kaitan antarmateri
tersebut. Materi pembelajaran yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya perlu diulang secara ringkas untuk
dikaitkan dengan materi yang baru. Hal-hal yang telah diketahui,
pengalaman-pengalaman, minat dan kebutuhan-kebutuhan
peserta didik disebut dengan pengait. Metode untuk mengaitkan
materi pembelajaran sekarang dengan materi sebelumnya harus
divariasikan. Contoh usaha guru untuk membuat kaitan adalah
sebagai berikut:
a) Meninjau kembali sampai seberapa jauh materi yang sudah
dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh peserta didik
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
peserta didik. Selain itu dapat pula dengan meminta peserta
didik merangkum inti materi pelajaran terdahulu secara
singkat.
b) Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan
disajikan. Hal ini dilakukan apabila materi baru itu erat
kaitannya dengan materi yang telah dikuasai. Misalnya guru
terlebih dahulu mengajukan pertanyaan untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman peserta didik tentang
pengurangan sebelum mempelajari tentang pembagian.

283
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Seorang guru tidak akan kehilangan waktu mengajarnya bila


mengaitkan materi baru dengan pelajaran sebelumnya. Jika
seorang guru memunyai waktu 35 menit untuk mengajar,
gunakan waktu lima menit pertama untuk menetapkan titik
hubungan.
Menutup Pembelajaran
Keterampilan menutup pembelajaran merupakan kegiatan
mengakhiri kegiatan inti pembelajaran. Dalam mengakhiri
pembelajaran, kegiatan yang dilakukan adalah memberikan
gambaran menyeluruh tentang semua materi yang telah dipelajari,
mengetahui daya serap peserta didik terhadap materi, dan
mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
Kegiatan ini cukup berarti bagi peserta didik, tetapi banyak guru tidak
sempat melakukan atau mungkin sengaja tidak melakukan. Menutup
pembelajaran tidak hanya dilakukan pada akhir pembelajaran, tetapi
juga pada akhir penggalan pembelajaran. Menutup pembelajaran
dilakukan untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-
pokok materi yang dipelajari. Cara-cara yang dilakukan dalam
menutup pelajaran antara lain:
1) Meninjau kembali (Reviewing)

Setiap akhir pembelajaran atau pada akhir penggalan


kegiatan guru melakukan reviewing untuk mengetahui apakah
inti materi yang dipelajari peserta didik sudah dikuasai atau
belum.
Reviewing terdiri dari dua aspek.
a) Merangkum inti pokok pelajaran.

b) Mengkonsolidasikan perhatian peserta didik pada masalah


pokok pembahasan agar informasi yang diterimanya dapat
membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap materi
selanjutnya.

284
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

2) Mengevaluasi

Salah satu cara untuk mengetahui apakah peserta didik


mendapatkan gambaran yang utuh tentang suatu konsep yang
diajarkan adalah dengan penilaian. Guru dapat melakukannya
dengan memberi peserta didik pertanyaan-pertanyaan atau
tugas-tugas. Evaluasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk,
misalnya:
a) Mendemontrasikan keterampilan. Peserta didik diminta
memperagakan kembali hal-hal tertentu (terkait aspek
psikomotor) yang telah ia pelajari.
b) Mengaplikasikan ide baru. Setelah menerangkan suatu
prinsip, guru meminta peserta didik menerapkan prinsip itu
pada situasi lain.
c) Mengekspresikan pendapat. Peserta didik diminta
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
d) Memberi soal-soal. Guru dapat memberi soal-soal untuk
dikerjakan peserta didik. Soal-soal itu dapat berbentuk
uraian, tes objektif, atau mengisi lembar kerja.

2. Keterampilan Menjelaskan Materi Pembelajaran

Idealnya seorang guru menguasai materi pembelajaran yang


diajarkan dan mampu menjelaskan bahan pelajaran itu secara efektif
sehingga mudah dipahami peserta didik. Keterampilan menjelaskan dapat
diartikan sebagai penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi
secara sistematis, mengenai suatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai
dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Penjelasan materi
pembelajaran dimaksudkan untuk membangun proses penalaran peserta
didik, bukan indoktrinasi. Kemampuan menjelaskan materi pembelajaran
adalah keterampilan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada
peserta didik secara lisan yang diorganisasikan secara terencana dan

285
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

sistematis sehingga bahan pelajaran yang disampaikan guru tersebut


dapat dengan mudah dipahami peserta didik.
Menjelaskan merupakan keterampilan inti yang harus dimiliki guru.
Alasan yang melatar belakanginya adalah sebagai berikut:
a. Pada umumnya interaksi komunikasi lisan di dalam kelas didominasi
guru.

b. Sebagian besar kegiatan guru adalah menyampaikan informasi. Oleh


karena itu efektivitas pembicaraan perlu ditingkatkan.
c. Penjelasan yang diberikan guru sering tidak jelas bagi peserta didik,
dan hanya jelas bagi guru sendiri.
d. Tidak semua peserta didik dapat menggali sendiri informasi yang
diperoleh dari buku. Kenyataan ini menuntut guru untuk
memberikan penjelasan kepada peserta didik untuk hal-hal tertentu.
e. Sumber informasi yang tersedia yang dapat dimanfaatkan peserta
didik sering sangat terbatas.
f. Guru sering tidak dapat membedakan antara menceritakan dan
memberikan penjelasan.

Tujuan menjelaskan materi pembelajaran adalah:

a. Membimbing murid untuk mendapat dan memahami fakta, konsep,


prinsip, dan prosedur secara objektif dan bernalar.
b. Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-
masalah atau pertanyaan.

c. Memperoleh balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya


dan mengatasi kesalahpahaman mereka.
d. Membimbing murid untuk menghayati dan membangun proses
penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru ketika


memberikan suatu penjelasan, yaitu:

286
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

a. Penjelasan dapat diberikan selama proses pembelajaran (baik di


awal, di tengah, maupun di akhir pembelajaran).
b. Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik.

c. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta


didik atau materi yang sudah direncanakan;
d. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
bermakna bagi peserta didik;
e. Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat
kemampuan peserta didik.

Agar dapat menjelaskan materi pembelajaran dengan baik, guru


sebaiknya memperhatikan petunjuk praktis keterampilan menjelaskan
sebagai berikut:
a. Menggunakan bahasa secara baik dan benar.
b. Menggunakan bahasa dengan jelas, baik kata-kata maupun
ungkapan.
c. Suara terdengar sampai ke seluruh bagian kelas.

d. Volume suara bervariasi, kadang--kadang tinggi, kadang-kadang


rendah sesuai dengan suasana kelas dan materi yang dijelaskan.
e. Menghindari kata-kata yang tidak perlu dan tidak memiliki arti sama
sekali, misalnya: e…, em…, apa ini…, apa itu….
f. Menghindari penggunaan kata “mungkin” yang salah pemakaian.
Misalnya, seharusnya menggunakan kata pasti tetapi selalu
dikatakan mungkin sehingga yang dipahami peserta didik adalah
kemungkinan, bukan kepastian.
g. Menjelaskan pengertian istilah-istilah asing dan baru secara tuntas
sehingga tidak mengakibatkan adanya verbalisme di kalangan
peserta didik.

287
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

h. Meneliti pemahaman peserta didik terhadap penjelasan guru, apakah


sudah dipahami dengan baik atau belum. Jika belum, hal-hal yang
belum dipahami perlu diulang.
i. Memberi contoh nyata uraian materi sesuai dengan kehidupan
sehari- hari.

j. Memberikan penjelasan dapat dilakukan secara deduktif maupun


induktif.

k. Menggunakan multimedia untuk tema/topik tertentu.

l. Menggunakan bagan untuk menjelaskan hubungan dan hirarki.

m. Menerima umpan balik dari peserta didik terhadap uraian yang


disampaikan.

n. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memberikan


contoh sesuai dengan pengalamannya masing-masing.
o. Memberikan penekanan pada bagian tertentu dari materi yang
sedang dijelaskan dengan isyarat lisan. Misalnya “Yang terpenting
adalah”, “Perhatikan baik-baik konsep ini”, atau “Perhatikan! Yang ini
agak sukar”.

Pada saat menjelaskan pelajaran, guru sebaiknya tidak baik


melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menghadap papan tulis atau membelakangi peserta didik terlalu
lama.

b. Mondar-mandir di depan kelas ke kanan, ke kiri, ke depan atau ke


belakang terlalu sering.

c. Menerangkan sambil terus-menerus duduk di kursi guru.

d. Mengosongkan papan tulis, tidak ada unsur visual yang dapat dilihat.

288
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

e. Suara kurang keras, hanya terdengar oleh peserta didik yang berada
di sekitar guru, peserta didik yang duduk di belakang tidak dapat
mendengar suara guru.

Efektivitas menjelaskan materi pelajaran juga dapat dicapai dengan


memperhatikan lima Hukum Komunikasi yang Efektif (The Five Inevitable
Laws of Effective Communication). Kelima hukum tersebut dirangkum
dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri
yaitu REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble). Reach berarti
merengkuh atau meraih. Hukum-hukum dalam berkomunikasi secara
efektif di kelas itu (Naim, 2011: 4650) adalah sebagai berikut:
a. Respect = Respect adalah sikap hormat dan sikap menghargai
terhadap peserta didik.

b. Empathy = Empathy adalah kemampuan guru untuk menempatkan


diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh peserta didik.
c. Audible = Audible berarti dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik.

d. Clarity = Hukum keempat adalah kejelasan dari materi pembelajaran


yang disampaikan guru (clarity).
e. Humble = Humble berarti sikap rendah hati.

3. Keterampilan Bertanya

Mengajar yang baik berarti membuat pertanyaan yang baik pula.


Peranan ‘pertanyaan’ sangat penting dalam memberikan pengalaman
belajar pada peserta didik. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses
interaksi antara peserta didik, pendidik, dan sumber belajar dalam
suasana interaktif yang terarah pada tujuan pembelajaran. Salah satu cara
untuk menumbuhkan interaksi ini adalah dengan mengajukan pertanyaan
atau permasalahan pada peserta didik. Biasanya orang bertanya jika ia
ingin mengetahui apa yang belum diketahuinya.

289
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Di dalam kelas, guru bertanya kepada peserta didik untuk berbagai


tujuan, antara lain:
a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap
tema/topik tertentu.

b. Membangkitkan motivasi dan mendorong peserta didik untuk


berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
c. Memusatkan perhatian peserta didik pada pokok bahasan

d. Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.

e. Menjajaki hal-hal yang telah dan belum diketahui peserta didik


terkait materi.

f. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat peserta


didik belajar.

g. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk


mengasimilasikan informasi.

h. Mengevaluasi dan mengukur hasil belajar peserta didik.

i. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengulang


materi pembelajaran.

j. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta


didik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pertanyaan


yang diajukan guru mempunyai beberapa maksud. Satu pertanyaan yang
diajukan dapat mencapai beberapa tujuan sekaligus. Kadang-kadang hal
ini tidak disadari, baik oleh peserta didik maupun oleh guru sendiri.
a. Keterampilan Bertanya Dasar

Keberhasilan sebuah proses pembelajaran dipengaruhi, salah


satunya, oleh keterampilan bertanya yang dilakukan oleh guru.
Pertanyaan yang diajukan guru dapat memotivasi peserta didik untuk

290
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

belajar. Oleh karena itu, guru harus berhati-hati dalam mengajukan


pertanyaan untuk menjaga ketertarikan peserta didik terhadap
kegiatan pembelajaran yang dikelolanya (Supartinah, 2017: 5).
Namun, pertanyaan guru pada peserta didik sering tidak terjawab
sebab maksud pertanyaan tersebut tidak dapat dipahami peserta
didik dengan baik. Dalam hal ini, pemahaman guru terhadap
komponen keterampilan bertanya merupakan faktor penting yang
harus dimiliki. Keterampilan bertanya meliputi keterampilan
bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan
bertanya dasar mempunyai beberapa kemampuan dasar yang perlu
diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan.
Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar menurut
Usman (2010: 2) adalah:
1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat

2) Pemberian acuan

3) Pemusatan ke arah jawaban yang diminta.

4) Pemindahan giliran menjawab

5) Penyebaran pertanyaan

6) Pemberian waktu berpikir

7) Pemberian tuntunan

Bila seorang peserta didik memberikan jawaban yang salah atau


tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan, guru perlu
memberikan tuntunan agar peserta didik itu dapat menemukan
jawaban yang benar.
Pemberian tuntunan dapat dilakukan dengan cara:
a) Mengungkapkan sekali lagi pertanyaan tersebut.

b) Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana.

291
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

c) Mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya yang


berhubungan dengan pertanyaan.

Pertanyaan yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


1) Dirumuskan dalam kalimat yang singkat dan jelas.

2) Memiliki tujuan yang jelas.

3) Memiliki hanya satu masalah untuk setiap pertanyaan.

4) Mendorong peserta didik untuk berpikir kritis.

5) Jawaban yang diharapkan bukan sekedar ya atau tidak.

6) Bahasa dalam pertanyaan dipahami dengan baik oleh peserta


didik.

7) Tidak menimbulkan penafsiran ganda.

Selain hal-hal di atas, satu hal yang perlu diperhatikan guru ialah
kemampuannya menyediakan kondisi yang memungkinkan
terciptanya iklim dan suasana yang kondusif, dengan cara sebagai
berikut:
a) Menghargai peserta didik sebagai insan pribadi dan insan sosial
yang memiliki hakikat dan harga diri sebagai manusia. Karena itu,
pertanyaan sebaiknya disampaikan dengan nada yang enak
didengar dan raut wajah yang manis.
b) Menciptakan iklim hubungan yang intim dan erat antara guru
dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik.
c) Menumbuhkan gairah dan kegembiraan belajar di kalangan
peserta didik
d) Kesediaan dalam membantu peserta didik.
e) Menghentikan aktivitas peserta didik yang bersifat negatif dalam
arti mengganggu berlangsungnya proses belajar mengajar.
Peserta didik yang bermain sendiri atau mengganggu teman yang

292
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

lain atau berusaha menarik perhatian kelas, penting untuk


mendapatkan perhatian guru.
f) Memberikan giliran yang merata.
g) Urutan peserta didik yang menjawab tidak bersifat tetap atau
alfabetis.
h) Dapat diajukan secara klasikal terlebih dahulu, kemudian secara
individual.
b. Keterampilan Bertanya Lanjut

Pertanyaan lanjutan adalah pertanyaan yang lebih


mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berpikir peserta
didik, memperbesar kesempatan partisifasi mereka dan mendorong
agar peserta didik berpikir kritis (Usman, 2017). Keterampilan
bertanya lanjut dibentuk atas dasar penguasaan komponen-
komponen keterampilan bertanya dasar. Karena itu semua komponen
bertanya dasar masih digunakan dan akan selalu berkaitan dalam
penerapan keterampilan bertanya lanjut. Pertanyaan lanjutan
berfungsi untuk:
b. Mengembangkan kemampuan menemukan, mengorganisasi dan
menilai informasi.

c. Membentuk perrtanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas


informasi yang lengkap.

d. Mengembangkan ide dan mengemukakannya pada kelompok.

e. Memberi kesempatan untuk meraih hasil melebihi yang biasa


dicapai.

f. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut adalah:

g. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab


pertanyaan.

h. Pengaturan urutan pertanyaan secara tepat.

293
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

i. Menggunakan pertanyaan pelacak.

Ada tujuh teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru,


yaitu:
1. Klarifikasi.
Contoh pertanyaan: “Dapatkah kamu menjelaskan sekali lagi apa
yang kamu maksud?”
2. Meminta peserta didik memberikan alasan.
Contoh pertanyaan: “Mengapa kamu mengatakan demikian?”
3. Meminta kesepakatan pandangan.
Contoh pertanyaan: “Siapa yang setuju dengan jawaban itu?
Mengapa?”
4. Meminta ketepatan jawaban.
Jika jawaban peserta didik belum tepat, guru dapat meminta
peserta didik untuk meninjau kembali jawaban itu agar diperoleh
jawaban yang tepat. Guru dapat menggunakan metode pemberian
pertanyaan dengan sistem bergilir.
5. Meminta jawaban yang lebih relevan.
Mengajukan pertanyaan yang memungkinkan peserta didik
menilai kembali jawabannya atau mengemukakan kembali
jawabannya agar menjadi lebih relevan.
6. Meminta contoh.
Contoh: “Dapatkah kamu memberi satu atau beberapa contoh
dari jawabanmu?”
7. Meminta jawaban yang lebih kompleks.
Contoh: “Dapatkah kamu memberikan penjelasan yang lebih luas
lagi dari ide yang dikatakan tadi?”

c. Peningkatan terjadinya interaksi.


Ada dua cara yang dapat ditempuh. Pertama, guru mencegah
pertanyaan dijawab langsung oleh seorang peserta didik tetapi

294
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

peserta didik diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan


jawabannya bersama teman terdekatnya. Kedua, jika peserta didik
mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab pertanyaan
dari peserta didik tersebut, tetapi melontarkan kembali pertanyaan
tersebut untuk didiskusikan dan dijawab oleh temannya.

4. Keterampilan Mengadakan Variasi

Peserta didik dapa menjadi bosan jika guru selalu mengajar dengan
cara yang sama. Kebosanan tersebut dapat menurunkan minat peserta
didik terhadap proses pembelajaran. Akibatnya, tujuan pembelajaran
menjadi tidak tercapai secara optimal. Variasi mengajar dapat berwujud
perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja
diciptakan untuk memberi kesan yang unik dan menarik perhatian
peserta didik pada pembelajaran. Mengadakan variasi berarti melakukan
tindakan yang beraneka ragam yang membuat sesuatu menjadi tidak
monoton di dalam pembelajaran sehingga dapat menghilangkan
kebosanan, meningkatkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik, dan
membuat tingkat aktivitas peserta didik menjadi bertambah. Variasi
adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan peserta didik,
sehingga dalam situasi belajar peserta didik senantiasa menunjukkan
ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
Di dalam proses belajar mengajar, variasi ditunjukkan dengan adanya
perubahan dalam gaya mengajar guru, keragaman media yang digunakan,
dan perubahan dalam pola interaksi dan kegiatan peserta didik. Variasi
lebih bersifat proses daripada produk. Bila tujuan pembelajaran
mencakup berbagai jenjang penguasaan, disarankan untuk memakai
berbagai jenis metode pada setiap penyajian, apalagi bila tingkat
kemampuan peserta didiknya sangat bervariasi.
Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi

295
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

1) Variasi dalam Gaya Mengajar Guru


Gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap, dan perbuatan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Gaya mengajar
juga merupakan tindak-tanduk guru sebagai pernyataan
kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya
kepada peserta didik. Dari definisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan
tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam konteks belajar
mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan peserta
didik sehingga peserta didik memiliki minat belajar yang tinggi
terhadap pelajarannya. Kenyataan bahwa ada peserta didik yang
kurang semangat belajar, atau tidak menyukai materi tertentu,
yang ditunjukkan dengan sikap acuh tak acuh peserta didik ketika
guru sedang menjelaskan materi, boleh jadi disebabkan oleh gaya
mengajar guru yang kurang bervariasi atau gaya mengajar guru
yang tidak sejalan dengan gaya belajar peserta didik.
Berikut cara yang dapat ditempuh guru dalam
memvariasikan gaya mengajar:
a) Variasi suara (teacher voice)
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi
lemah, dari tinggi menjadi rendah, dan cepat menjadi lambat
atau sebaliknya.
b) Pemusatan perhatian peserta didik (focusing)
Perhatian peserta didik mestilah terpusat pada hal-hal
yang dianggap penting. Hal ini dapat dilakukan guru misalnya
dengan perkataan “Perhatikan ini baik-baik!” atau “Nah, ini
penting sekali” atau “Perhatikan dengan baik, ini agak sukar
dimengerti”.

296
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

c) Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence)


Adanya kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang
tiba-tiba dan disengaja saat guru menjelaskan sesuatu
merupakan cara yang tepat untuk menarik perhatian peserta
didik.
d) Mengadakan kontrak pandang dan gerak (eye contact and
movement)
Bila sedang berbicara atau berinteraksi dengan peserta
didiknya, sebaiknya pandangan guru menjelajahi seluruh
kelas dan melihat ke mata peserta didik-peserta didik untuk
menunjukkan adanya hubungan yang intim dan kontak
dengan mereka.
e) Gerakan badan dan mimik
Variasi dalam gerakan kepala, gerakan badan dan
ekspresi wajah (mimik) adalah aspek yang penting dalam
berkomunikasi. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian
dan memberikan kesan dan pendalaman makna dari pesan
lisan yang disampaikan.
f) Pergantian posisi guru di dalam kelas
Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan
untuk mempertahankan perhatian peserta didik. Guru perlu
membiasakan bergerak bebas, tidak kikuk atau kaku, serta
menghindari tingkah laku negatif.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:


a) Membiasakan bergerak bebas di dalam kelas. Gunanya untuk
menanamkan rasa dekat kepada peserta didik sambil
memantau tingkah laku peserta didik.
b) Jangan membiasakan diri menjelaskan sambil menulis
menghadap ke papan tulis.

297
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

c) Jangan membiasakan diri menerangkan dengan arah


pandangan ke langit-langit, ke arah lantai, atau keluar.
Arahkan pandangan menjelajahi seluruh kelas.
d) Bila ingin mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah
perlahan-lahan ke arah belakang dan dari belakang ke arah
depan untuk mengetahui tingkah laku peserta didik.
2) Variasi dalam Penggunaan Media dan Alat Pembelajaran
Ditinjau dari indera yang digunakan, media dan alat
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 4 yakni dapat
didengar (audio), dilihat (visual), dapat didengar sekaligus dilihat
(audio-visual), dapat diraba, dimanipulasi atau digerakkan
(motoric).
Variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran
antara lain adalah sebagai berikut:
a) Variasi alat atau media yang dapat dilihat (visual aids). Alat
atau media yang termasuk ke dalam jenis ini ialah yang dapat
dilihat seperti grafik, bagan, poster, diograma, specimen,
gambar, film, dan slide.
b) Variasi alat atau media yang dapat didengar (auditif aids).
Suara guru termasuk ke dalam media komunikasi yang utama
di dalam kelas. Rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi
puisi, sosiodrama, dan telepon dapat dipakai sebagai media
indera dengar.
c) Variasi alat atau bahan yang dapat didengar dan dilihat
(audiovisual aids): Penggunaan alat jenis ini merupakan
tingkat yang lebih tinggi dari dua media/alat di atas karena
melibatkan lebih banyak indera. Media yang termasuk jenis
ini, misalnya film, televisi, slide projector yang diiringi
penjelasan guru. Tentu saja penggunaan media jenis ini mesti
disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai.

298
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

d) Variasi alat atau media yang dapat diraba, dimanipulasi, dan


digerakkan (motoric). Penggunaan alat yang termasuk ke
dalam jenis ini akan dapat menarik perhatian peserta didik
dan dapat melibatkan peserta didik dalam membentuk dan
memperagakan kegiatan, baik secara individual maupun
kelompok. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah peragaan
yang dilakukan oleh guru atau peserta didik, model,
spesimen, patung, topeng, dan boneka, yang dapat digunakan
oleh peserta didik dengan meraba, menggerakkan,
memperagakan atau memanipulasinya.
3) Variasi Pola Interaksi dan Aktivitas Peserta didik
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan guru dalam
pembelajaran di kelas ialah pola interaksi belajar-mengajar.
Dalam pola interaksi ini, guru bukan satu-satunya sumber
informasi/pengetahuan di kelas. Guru berperan sebagai
moderator, pembimbing dan motivator. Interaksi guru-peserta
didik dapat terjadi dalam bentuk verbal dan nonverbal, klasikal,
kelompok, atau perorangan sesuai kebutuhan. Dalam
pembelajaran, peserta didik melakukan aktivitas fisik, mental,
verbal, aktivitas nonverbal, dan sebagainya. Aktivitas peserta
didik tersebut dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah
materi, bertanya, menjawab pertanyaan, membaca, berdiskusi,
berlatih, atau memperagakan. Kedua aspek di atas, yaitu pola
interaksi dan aktivitas peserta didik perlu divariasikan sesuai
tujuan pembelajaran. Penggunaan variasi pola interaksi dan
aktivitas peserta didik dimaksudkan untuk menghindari
kebosanan peserta didik dan menghidupkan suasana kelas demi
tercapainya tujuan pembelajaran.
a) Tujuan dan Manfaat Mengadakan Variasi Tujuan dan manfaat
variasi gaya mengajar:

299
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

1) Memelihara dan meningkatkan perhatian peserta didik


terhadap materi dan aktivitas pembelajaran.
2) Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan bagi peserta didik.
3) Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan akibat
kegiatan yang bersifat rutinitas.
4) Meningkatkan motivasi dan rasa ingin tahu melalui
kegiatan investigasi dan eksplorasi. 5) Membentuk sikap
positif terhadap guru dan sekolah.
5) Memungkinkan dilayaninya peserta didik secara
individual sehingga memberi kemudahan belajar
6) Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan
peserta didik pada berbagai kegiatan atau pengalaman
belajar yang menarik dan berguna dalam berbagai
tingkat kognitif.
b) Prinsip-Prinsip Penggunaan Variasi
Penerapan variasi pembelajaran tidak hanya
memerlukan keanekaragaman stimulus pembelajaran yang
dikembangkan, tetapi juga kualitasnya. Oleh karena itu, agar
dapat mencapai sasaran pembelajaran secara efektif,
beberapa prinsip berikut ini harus menjadi pertimbangan,
yaitu:
1) Bertujuan
2) Fleksibel
3) Lancar dan berkesinambungan
4) Wajar/tidak dibuat-buat
5) Pengelola yang matang

300
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

5. Keterampilan Memberikan Penguatan

Penguatan dapat berarti penghargaan. Pada umumnya penghargaan


memberi pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, karena dapat
mendorong dan memperbaiki tingkah laku seseorang serta meningkatkan
usahanya. Sudah menjadi fitrah manusia bahwa ia ingin dihormati,
dihargai, dipuji, dan disanjung-sanjung. Tentu saja semuanya ini dalam
batas-batas yang wajar. Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respon, baik verbal maupun nonverbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku peserta didik, yang
bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si
penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut. Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau
mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar peserta didik
dan bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan
motivasi, minat dan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran,
membangkitkan dan memelihara perilaku, dan memelihara iklim belajar
yang kondusif sehingga peserta didik dapat belajar secara optimal.
Keterampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa
komponen yang perlu dipahami dan dikuasai, antara lain: a. Penguatan
verbal
Penguatan verbal adalah komentar yang berupa kata-kata pujian,
dukungan, pengakuan, atau dorongan yang dipergunakan untuk
menguatkan tingkah laku dan penampilan peserta didik. Penguatan jenis
ini dapat berupa kata-kata dan kalimat. Kata-kata, misalnya benar, bagus,
hebat, pintar, ya, tepat, dan lain-lain. Berupa kalimat, misalnya “Jawaban
kamu benar!” “Pendapatmu benar sekali”, “Ya, bapak/ibu sangat
menghargai pandanganmu”, “Pekerjaanmu baik sekali”, “Seratus untuk
kamu” dan seterusnya.

301
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Penguatan nonverbal
1. Penguatan ini berupa mimik dan gerakan-gerakan badan
(gesture) seperti ekspresi wajah yang manis dan bangga,
senyuman, kerlingan mata, anggukan kepala, acungan jempol,
dan tepukan tangan.
2. Penguatan dengan cara mendekati

3. Penguatan dengan sentuhan

4. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan

5. Penguatan berupa simbol atau benda

Prinsip Keterampilan Memberi Penguatan


Ketika memberikan penguatan, guru harus memperhatikan
prinsip-prinsip berikut ini:
1. Hangat dan antusias.

2. Hal ini diperlihatkan dalam gerakan, ekspresi wajah, suara serta


bahasa tubuh.

3. Sungguh-sungguh dan bermakna.

4. Penguatan diberikan dengan serius dan tidak hanya bersifat


basa-basi.

5. Menghindari respon dan komentar negatif jika peserta didik


tidak mampu menjawab pertanyaan sesuai harapan
6. Penguatan harus bervariasi, baik yang verbal maupun nonverbal.

7. Penguatan tidak selalu dengan kata-kata yang sama, tetapi


menyesuaikan dengan kondisi dan kualitas jawaban peserta
didik.
8. Penguatan nonverbal dapat berupa anggukan, senyum,
sentuhan, bahasa tubuh, dan gerakan tangan.

302
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

9. Sasaran penguatan harus jelas. Penguatan harus jelas tujuannya


kepada peserta didik tertentu dengan menyebutkan namanya
dan menuju pandangan ke peserta didik tersebut.

6. Keterampilan Mengelola Kelas

Kelas merupakan wahana paling dominan bagi terselenggaranya


proses pembelajaran bagi peserta didik. Kedudukan kelas yang begitu
penting menandakan bahwa guru harus profesional dalam mengelola
kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Kelas adalah “wilayah kekuasaan” terbesar guru. Maksudnya, guru
mempunyai kekuasaan amat besar untuk mengelola kelasnya. Dalam
proses penyelenggaraan pendidikan, peranan guru sangat menentukan.
Seorang guru yang telah merencanakan proses pembelajaran di kelas,
dituntut mampu mengenal, memahami, dan memberikan kesempatan
untuk mengembangkan minat dan potensi anak didiknya agar mereka
tidak merasakan pemaksaan selama pembelajaran berlangsung. Oleh
sebab itu, guru di dalam kelas adalah seorang manajer yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab menciptakan, mengatur, dan mengelola kelas
secara efektif dan menyenangkan. Keterampilan manajemen kelas
(classroom management skills) menduduki posisi penting dalam
menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian
keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fundamental dalam
mendukung proses pembelajaran.
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru dalam
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal serta
mengembalikan kondisi belajar ke kondisi yang optimal bila terdapat
gangguan dalam proses belajar, baik gangguan kecil dan sementara
maupun gangguan yang berkelanjutan (Helmiati, 2013: 77). Dalam bahasa
lain keterampilan mengelola kelas adalah seni atau keterampilan guru
dalam mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan proses

303
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

pembelajaran yang efektif dan efisien. Latihan keterampilan mengelola


kelas bagi guru agar:
1. Guru dapat mengembangkan keterampilan dalam memelihara
kelancaran penyajian dan langkah-langkah proses pembelajaran
secara efektif.
2. Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan peserta didik.

3. Mengembangkan kompetensi guru dalam memberikan pengarahan


yang jelas kepada peserta didik.
4. Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku peserta didik
yang menimbulkan gangguan baik kecil atau ringan.
5. Memahami dan menguasai strategi untuk mengatasi tingkah laku
peserta didik yang berlebihan atau terus menerus mengganggu
proses pembelajaran.

Secara garis besar keterampilan mengelola kelas terbagi dua bagian


yaitu;
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, yang dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Memusatkan perhatian peserta didik
2) Menunjukan sikap tanggap.
3) Membagi perhatian.
4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.
5) Memberi teguran secara bijaksana.
6) Memberi penguatan ketika diperlukan.
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi
belajar yang optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara-cara:
1) Memodifikasi tingkah laku
2) Pengelolaan kelompok

304
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

3) Menemukan & memecahkan tingkah laku yang menimbulkan


masalah.
Berikut adalah beberapa kekeliruan yang perlu dihindari dalam
menerapkan keterampilan mengelola kelas:
a. Campur tangan yang berlebihan, baik berupa komentar verbal atau
mengintervensi aktivitas peserta didik.
b. Ketidakjelasan instruksi guru sehingga penyajian terhenti beberapa
saat yang sifatnya mengganggu proses pembelajaran.
c. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan. Contoh memulai
kegiatan berikutnya tanpa menuntaskan kegiatan sebelumnya
dengan baik.
d. Penyimpangan. Misalnya, terlalu asyik membicarakan suatu hal atau
melakukan aktivitas yang keluar dari tujuan pembelajaran.
e. Bertele-tele, baik dalam menyampaikan uraian atau memberikan
teguran sederhana yang justeru menjadi ocehan yang
berkepanjangan.

D. AKTIVITAS KEGIATAN

1. Lembar Kegiatan 1

Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang Anda kuasai. Kembangkan


kompetensi dasar itu menjadi sebuah RPP lengkap. Terapkan langkah-
langkah membuka dan menutup pembelajaran yang telah Anda pelajari.
Integrasikan pula keterampilan menjelaskan, bertanya, memberi
penguatan, memvariasikan pembelajaran, mengelola kelas, dan menutup
pembelajaran ke dalam RRP yang Anda rancang. Sesuaikan dengan
metode, model, dan media pembelajaran yang Anda gunakan. Gunakan
format RPP yang telah Anda pelajari pada mata diklat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran. Lalu praktikkan rancangan pembelajaran
tersebut di kelas dalam bentuk peer teaching.

305
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

2. Lembar Kegiatan 2
Cermati praktik pembelajaran yang dilakukan salah satu peserta.
Identifikasi kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pembelajaran yang
sedang dipraktikkan peserta tersebut. Catat kekuatan dan kelemahannya.
Berikan masukan untuk memperbaiki kelemahan praktik pembelajaran
tersebut.
Tabel 35. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Peer Teaching

No. Tahapan Pembelajaran Kekuatan Kelemahan Saran

1. Membuka pembelajaran

2. Menjelaskan materi
pembelajaran

3. Bertanya

4. Mengadakan variasi

5. Memberi penguatan

6. Mengelola kelas

7. Menutup pembelajaran

306
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

4) PENILAIAN

Latihan Soal

Bacalah soal-soal di bawah ini dengan cermat!

Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada
huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban yang tersedia!
1. Penguasaan materi dan kemampuan mengajar yang tepat sanggup
ditentukan oleh guru apabila ia mengetahui cara-cara dalam ….
A. memberikan materi mata pelajaran
B. menentukan metode yang tepat
C. membuat rincian materi
D. analisis mata pelajaran

2. Manakah kegiatan guru di bawah ini yang tidak termasuk pada kegiatan
awal pembelajaran?
A. selalu menumbuhkan hasrat berguru siswa
B. mengantarkan siswa kepada informasi baru
C. menginformasikan tujuan pembelajaran hari ini
D. menghubungkan materi yang sudah dipelajari dengan materi yang
belum dipelajari

3. Kegiatan epilog pembelajaran bertujuan untuk ….


A. siswa mempunyai ingatan terhadap pelajaran yang gres diterimanya
B. menerangkan adanya kegiatan pertama dan kegiatan inti
C. siswa sanggup merefleksikan materi pelajaran
D. mengakhiri kegiatan pembelajaran

4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru secara


cermat kemungkinan besar sanggup menghindari munculnya sikap yang
bermasalah. Penjelasan ini adalah bentuk dari pendekatan ….
A. menempatkan kelas sebagai suatu sistem sosial
B. pendekatan modifikasi prilaku

307
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

C. sosio-emosional yang positif


D. instruksional

5. Peserta didik yang kurang mampu menguasai diri sering membuat


keributan di kelas, dan sering tidak masuk lantaran kurang diperhatikan
oleh guru. Gejala tersebut ialah stress yang disebabkan oleh faktor ….
A. iklim kehidupan keluarga
B. fisik-biologik
C. psikologik
D. kekerjaan

5) REFERENSI

Helmiati. 2013. Micro Teaching Melatih Kemampuan Dasar Mengajar. Cetakan


I. Yogyakarta: CV Aswaja Pressindo.

Naim, Ngainun. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar Ruzz


Media.

Supartinah. 2017. Keterampilan bertanya dalam Pembelajaran di Sekolah


Dasar. Makalah Disajikan pada Pelatihan Guru SD di Lingkungan Kec.
Umbulharjo. Diakses dari http://
staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/supartinah-
mhum/makalah-golo.pdf) pada tanggal 8 Maret 2018 pukul 21.30 WIB.

Usman, Moh. Uzer. 2017. Menjadi Guru Profesional. Cetakan ke-29. Jakarta:
Rosda.

308
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Lampiran

INSTRUMEN PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Petunjuk :

1. Cermati instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran dan cara


menggunakannya.
a. Berikan tanda cek (√) pada kolom pilihan YA (skor 1) atau TIDAK
(skor 0) dengan penilaian Anda terhadap penyajian guru pada saat
pelaksanaan pembelajaran! Berikan catatan khusus atau saran
perbaikan pelaksanaan pembelajaran! Berikan tanda cek pada
keberadaan tiap aspek.
b. Masing-masing peserta melakukan praktik pembelajaran dengan
mengacu pada RPP yang telah disusun
c. Masing-masing peserta praktik dengan alokasi waktu yang telah
ditentukan
d. Hitung jumlah nilai YA dan TIDAK.
e. Berikan catatan khusus atau saran perbaikan pelaksanaan
pembelajaran
f. Tentukan nilai menggunakan rumus berikut ini

309
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Nama Peserta : .........................................................................................


Asal Sekolah : .........................................................................................
Topik Sekolah : .........................................................................................
Tabel 36. Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan
Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi
1 Mengaitkan materi pembelajaran
sekarang dengan pengalaman
peserta didik atau pembelajaran
sebelumnya.
2 Mengajukan pertanyaan menantang
3 Menyampaikan manfaat materi
pembelajaran
4 Mendemonstrasikan sesuatu yang
berkaitan materi pembelajaran
Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan
5 Menyampaikan kemampuan yang
akan dicapai peserta didik atau
tujuan pembelajaran
6 Menyampaikan rencana kegiatan
individual, kerja kelompok, dan
melakukan observasi.
Kegiatan Inti
7 Kemampuan menyesuaikan materi
dengan tujuan pembelajaran
8 Kemampuan mengaitkan materi
dengan pengetahuan lain yang
relevan, perkembangan iptek, dan
kehidupan nyata.

9 Menyajikan pembahasan materi


pembelajaran dengan tepat

10 Menyajikan materi secara


sistematis (mudah ke sulit, dari
konkrit ke abstrak)

Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik

11 Melaksanakan pembelajaran sesuai


dengan kompetensi yang akan
dicapai

310
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

12 Menfasilitasi kegiatan yang


mengintegrasikan PPK ke dalam
pembelajaran
13 Menfasilitasi kegiatan yang
mengintegrasikan keterampilan
abad 21 (4C) ke dalam
pembelajaran
14 Menfasilitasi kegiatan yang
mengintegrasikan literasi ke dalam
pembelajaran
15 Menfasilitasi kegiatan yang
mengintegrasikan kemampuan
berpikir tingkat tinggi ke dalam
pembelajaran
16 Melaksanakan pembelajaran secara
runtut
17 Menguasai kelas
18 Melaksanakan pembelajaran yang
bersifat kontekstual
19 Melaksanakan pembelajaran yang
memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif (nurturant effect)
20 Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yang
direncanakan
Penerapan Pendekatan Scientific

21 Memberikan pertanyaan mengapa


dan bagaimana

22 Memancing peserta didik untuk


bertanya

23 Memfasilitasi peserta didik untuk


mencoba

24 Memfasilitasi peserta didik untuk


mengamati

25 Memfasilitasi peserta didik untuk


menganalisis

311
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

26 Memberikan pertanyaan peserta


didik untuk menalar (proses
berfikir yang logis dan sistematis).

27 Menyajikan kegiatan peserta didik


untuk berkomunikasi

Pemanfaatan Sumber Belajar / Media


dalam pembelajaran

28 Menunjukkan keterampilan dalam


penggunaan sumber pembelajaran

29 Menunjukkan keterampilan dalam


penggunaan media pembelajaran

30 Menghasilkan pesan yang menarik

31 Melibatkan peserta didik dalam


pemanfaatan sumber belajar
pembelajaran

32 Melibatkan peserta didik dalam


pemanfaatan media pembelajaran

Pelibatan peserta didik dalam


pembelajaran

33 Menumbuhkan partisipasi aktif


peserta didik melalui interaksi guru,
peserta didik, sumber belajar.

34 Merespon positif partisipasi peserta


didik

312
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

Aspek yang Diamati Ya Tidak Catatan

35 Menunjukkan sikap terbuka


terhadap respons peserta didik.
36 Menunjukkan hubungan antar
pribadi yang kondusif.
37 Menumbuhkan keceriaan atau
antuisme peserta didik dalam
belajar.
Penggunaan bahasa yang benar dan tepat
dalam pembelajaran.
38 Menggunakan bahasa lisan secara
jelas dan lancar
39 Menggunakan bahasa tulis yang baik
dan benar
Kegiatan penutup
Penutup pembelajaran
40 Melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan
peserta didik.
41 Memberikan tes lisan atau tulisan.
42 Mengumpulkan hasil kerja sebagai
bahan portofolio.
43 Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan kegiatan
berikutnya dan tugas pengayaan.
Jumlah

Komentar/catatan :
…………………………………………………….………………………………………………………….
.................................................................................................................................................. ……
.................................................................................................................................................. ……
.................................................................................................................................................. ……
.................................................................................................................................................. ……
.................................................................................................................................................. ……
.................................................................................................................................................. ……

313
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PPPPTK PKn dan IPS

Rumus Penskoran (Jumlah Ya/43)x100

Predikat Rentang Nilai

Amat Baik (AB) 90 < AB  100

Baik (B) 80 < B  90

Cukup (C) 70 < C  80

Kurang (K)  70

314
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI
PPKn SMP

PENUTUP

Setelah mengikuti dan membaca Modul Pelatihan Peningkatan


Kompetensi Berbasis Kecakapan Abad XXI bagi Guru Mata Pelajaran PPKn
SMP ini, semoga Bapak/Ibu guru peserta pelatihan dapat memahami secara
menyeluruh apa yang diuraikan di dalamnya. Dengan bekal dan pengalaman
yang didapat akan menjadi bekal dalam pelaksanaan proses pembelajaran
yang bermutu, yaitu kesesuaian, daya tarik, efektivitas, efisiensi, dan
produktivitas pembelajaran serta bermakna bagi para peserta didik.
Kemampuan-kemampuan yang bapak/ibu guru kuasai setelah mempelajari
modul ini sedikit banyak akan menambah wawasan, pengetahuan, dan
kecakapan yang mungkin akan berguna dalam membimbing siswa dan bagi
diri-sendiri dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Semoga bahan modul ini mampu membantu memfasilitasi kinerja segenap
peserta, tidak saja pada saat pendidikan dan latihan (diklat), tetapi pada saat
bapak/ibu guru melaksanakan tugas di daerah masing-masing. Modul ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami selaku tim penyusun
berharap saran dan kritik yang konstruktif untuk kesempurnaan modul ini.

315

Anda mungkin juga menyukai