Anda di halaman 1dari 7

setiap 1 tempat duduk hanya ditempati oleh 1 orang;

f. perbedaan ketinggian antara lantai undakan tribun


disesuaikan dengan analisa pandangan bebas
kedepan agar pandangan tidak terhalang penonton
yang duduk di barisan depannya, minimum 12 cm;
dan
g. setiap 16 buah deretan tempat duduk harus terdapat
jalur tangga selebar minimum 1,2 m, dan apabila
lebih dari 1,80 m harus dipasang pegangan
(handrail) yang kokoh dengan permukaan yang rata
dan halus.

 Pandangan penonton.

a. Sudut kemiringan (kecuraman) undakan tribun harus


menjamin perbedaan tinggi minimum 12 cm agar penonton
yang berada diurutan belakang dapat melihat secara bebas
ke titik terjauh dan terdekat dari arena permainan tanpa
terhalang penonton dibarisan depannya.

Gambar 3. Sudut bebas pandang


(sumber Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor 0445 tahun 2014)

b. penonton yang berada di tribun harus dapat memandang


keseluruh arena permainan dengan tidak terhalang. Harus
dilakukan studi analisa garis pandang penonton secara
vertikal (sudut bebas pandang vertikal) maupun horisontal.

1
Gambar 4. Perbedaan tinggi minimum
(sumber Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor 0445 tahun 2014)
 Pemisah tribun dan arena.
Pemisah tribun harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a) pemisahan antara tribun dan arena memakai pagar


transparan dengan tinggi minimum 1,00 m, maksimum
1,20 m;
b) tribun yang berupa balkon memakai pagar dengan
tinggi bagian masif minimum 0,40 m dan tinggi
keseluruhan antara 1,00-1,20 m;

c) jarak antara pagar dengan tempat duduk terdepan dari


tribun minimum 1,20 m;
d) untuk tribun permanen, ukuran efektif arena harus
memperhitungkan adanya area tepi arena yang tidak
bisa terlihat dari tribun (blank spot area) yang
disebabkan adanya perbedaan ketinggian.
e) tribun khusus untuk diffable harus memenuhi
ketentuan dan diletakkan di bagian paling depan atau
paling belakang dari tribun penonton dengan lebar
tribun untuk kursi roda minimum 1,40 m, ditambah
selasar minimum lebar 0,90 m.

2
Gambar 5. Sudut bebas pandang
(sumber Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor
0445 tahun 2014)
2.3 Metafora Arsitektur.
a. Pengertian Metafora.

Secara etimologis, terminologi metafora dibentuk melalui perpaduan dua


kata Yunani, yaitu “meta” (diatas) dan “pherein”
(mengalihkan/memindahkan). Dalam bahasa Yunani Modern, kata metafora
juga bermakna “transfer” atau “transpor”. Dengan demikian, metafora adalah
pengalihan citra, makna, atau kualitas sebuah ungkapan kepada suatu
ungkapan lain. (Classe, 2000).
Berikut ini adalah pengertian metafora menurut para ahli:

1. Menurut Aristoteles, metafora merupakan sarana berpikir yang sangat


efektif untuk memahami suatu konsep abstrak, yang dilakukan dengan cara
memperluas makna konsep tersebut dengan cara membandingkannya
dengan suatu konsep lain yang sudah dipahami. (Ortony, 1993)
2. Metafora merupakan ungkapan figuratif yang didasarkan pada
perbandingan (Larson, 1998)
3. Metafora merupakan sesuatu yang istimewa dan hanya digunakan oleh
orang-orang berbakat sebagai ornamen retoris. (Amstrong, 1936).
b. Pengertian Metafora Dalam Arsitektur.

Di dalam arsitektur, metafora juga diterapkan sebagai pendekatan dalam


arsitektur.

Berikut ini adalah pengertian metafora menurut para ahli:

1. Menurut Geoffrey Boadbent.

Metafora dalam arsitektur merupakan salah satu metode kreativitas yang


ada dalam design spectrum perancang

2. Menurut Anthony C Antoniades Metafora dalam arsitektur adalah suatu


cara memahami suatu hal, dengan menerangkan suatu objek dengan objek
yang lain, serta mencoba untuk melihat suatu objek sebagai sesuatu yang
lain.
3
3. rut C Snyder dan Anthony J Catennese
Metafora mengindentifikasi pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-
hubungan pararel dengan melihat keabstrakannya.

a) Jenis – jenis Metafora dalam arsitektur.


Metafora merupakan sebuah pendekatan dalam arsitektur yang memiliki
konsep sebagai idenya dab hasilnya adalah berupa makna yang terungkap secara
konkrit maupun abstrak dari perancang kepada pengguna atau pelaku bangunan
sehingga bermakna konotatif di samping sebagai fungsi utamanya sebagai
bangunan. Menurut Anthony C Antoniades dalam bukunya Poetic of
Architecture, terdapat tiga jenis kategori dari pendekatan metafora dalam
arsitektur. Ketiga jenis itu adalah:
1) Metafora Konkrit

Metafora yang berasal dari hal-hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu
dari sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud
rumah menyerupai istana.

Gambar 6. Gereja Ayam

(Sumber: http://www.muridsejati.com, 2017)

2) Metafora Abstrak,

Metafora yang berasal dari sebuah konsep, hakikat manusia, nilai-nilaim


dan ide seperti: individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan
budaya. Ide dari metafora jenis ini berasal dari sebuah konsep yang abstrak.

4
Gambar 7 Sydney Opera House

(Sumber: https://architecture.knoji.com, 2017)


3) Metafora Kombinasi

Merupakan penggabungan antara metafora konkrit dan metafora abstrak


dengan membandingkan suatu objek visual dengan yang lain dimana
mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek visualnya. Metafora
kombinasi dapat dipakai sebagai sarana dan acuan kreativitas perancangan.

Gambar 8 Puzzling World

(Sumber: wwwpuzzlingworld.co.nz, 2017)


b) Prinsip – prinsip Arsitektur Metafora.
Melalui berbagai sumber yang dikumpulkan, maka didapati lima prinsip
pendekatan arsitektur metafora yang perlu diperhatikan dalam merancang
dengan menggunakan pendekatan ini:
1) Metafora berarti usaha untuk memindahkan keterangan dari suatu subjek ke
subjek lain.
2) Metafora dalam arsitektur bukan hanya masalah penggunaan gaya Bahasa,
namun juga masalah pikiran dan tingikan. Metafora mempengaruhi semua
dimensi dalam indra manusia seperti melalui warna, bentuk, tekstur, suara.
3) Metafora merupakan usaha untuk melihat suatu subjek menjadi suatu hal
5
yang lain untuk diterapkan ke dalam arsitektur.
4) Arsitek tidak hanya dapat menerapkan secara langsung, tapi juga
menerapkannya bahasa verbal dan konseptual suatu bentuk metagora ke
dalam sebuah gambaran visual dengan menggunakan interpretasi yang
berbeda untuk menghasilkan gambaran visual yang baru. Cara ini dinilai
lebih baik ketimbang menggunakan metafora secara langsung ke dalam
bentuk arsitektural.
5) Salah satu metode utama penerapanan metafora dalam arsitektur adalah
dengan mengubah fokus penyelidikan dan penelitian area yang difokuskan
dengan harapan hasilnya dapat melebihi ekspetasi dalam menjelaskan
subjek yang dimaksud secara luas dan dengan cara yang baru.
2.4 Kajian tema dalam karya desain (studi kasus).
a. LEGO House.

Sebuah bangunan yang diracang oleh arsitek Bjarke Ingel Group (BIG) ini
terletak di Denmark. Bangunan ini disebut-sebut menjadi LEGO Experience
Center dimana pengunjung dapat merasakan pengalaman dan mengingat kembali
pengalaman di dunia LEGO. Tidak hanya bentuk bangunan, setiap furnitur di
dalamnya dirancang khusus sesuai dengan bentuk dan konsep dari LEGO itu
sendiri.

Gambar 9. LEGO House

(Sumber: archdaily.com, 2017)

b. Sydney Opera House.

merupakan karya arsitektur yang memberikan multi- interpretasi bahasa


metafora kepada setiap orang yang melihatnya. Bangunan yang dirancang oleh

6
Jorn Utzon ini memberikan berbagai macam interpretasi. Ada yang beranggapan
bahwa konsep dari Sydney Opera House berasal dari cangkang kerang atau siput.
Ada juga yang mengatakan bahwa konsep dari bangunan ini adalah kiasan layer
kapal yang sedang dikembangkan, ada juga yang berpendapat bahwa bentuknya
bagaikan bunga yang sedang mekar.

Gambar 10 Sydmey Opera House

(Sumber: www.sydneyoperahouse.com, 2017)


c. Puzzling World Wanaka

Karya Stuart Landsborough ini berbentuk seperti puzzle. Ia merancang


bangunan ini sebagai objek wisata di daerah Wanaka, Selanda Baru. Di
dalamnya terdapat ruangan -ruangan yang mengakomodasi permainan teka-
teki, kamar dengan ilusi optik, dan lain sebagainya.

Gambar 11. Puzzling World


(Sumber: wwwpuzzlingworld.co)

Anda mungkin juga menyukai