Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1Pemahaman Judul.
Judul dalam penulisan ilmiah ini adalah “kajian Konseptual Perencanaan dan
Perancangan Gelanggang Olahraga (Gor) di Kabupaten Malaka dengan pendekatan
Metafora Arsitektur”. Berikut ini adalah pemahaman dari pengertian judul penelitian
tersebut.
2.1.1 Pengertian.
Kajian.
Istilah atau pengkajian, yang digunakan dalam penulisan ini menyaran pada
pengertian penelaan, penyelidikan. Pengkajian terhadap prosa atau karya fiksi
berarti penyalidikan, atau mengkaji, menelaah, menyelidiki karya fiksi
tersebut.pada umumnya kegiatan itu disertai oleh kerja analisis. Istilah analisis
menyaran pada pengertian mengurai karya atas unsur-unsur pembentuknya
tersebut yaitu unsur-unsur intrinsiknya (Burhan Nurgiyantoro 2007:30).
Konseptual.
 Morry Cooper (dalam Umar, 2004:50) mendefenisikan teori adalah suatu
kumpulan konsep, defenisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu
sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasi sehingga dapat
menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu.
Perencanaan.
Perencanaan adalah hal merencanakan.(kamus besar bahasa Indonesia,Dendy
Sugono,DKK,2008:1995).
 Perencana.
Perencana adalah penyusun konsep (cerita,uraian,dsb); perancang;
pembuat rencana (yang merencanakan).(KKBI,Dendy Sugono, DKK,
2018: 1195).
 Rencana.
Rencana adalah rancangan; buram (rangka sesuatu yang akan
dikerjakan).(KKBI,Dendy Sugono,DKK,2018:1194).
 Merencanakan.
Mengonsep (membuat, menyusun konsep); merancang ;mereka-reka;
menceritakan; melaporkan (menyusun laporan,perslah); memaksudkan.
(KKBI,Dendy Sugono,DKK,2018:1194).

1
Perancangan.
Perancangan adalah penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa
atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam kesatuan yang
utuh dan berfungsi sebagai perancangaan sistem dapat dirancang dalam bentuk
bagan alir system (system flowchart), yang merupakan alat bentuk grafik yang
dapat digunakan untuk menunjukan urutan-urutan proses dari sistem. Syifaun
Nafisah, (2003 : 2)
 Rancangan.
Rancangan : sesuatu yang dirancang; hasil merancang; hasil merancang;
rencana; program; desain.
 Berancang.
Berancang ; dengan (mempunyai) rencana sebelumnya; telah diatur lebih
dahulu.
 Merancang.
Mengatur segala sesuatu (sebelum bertindak, ,mengerjakan, atau
melakukan sesuatu); merencanakan.
Gelanggang.
Gelanggang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Balai Pustaka,
1995 ) adalah ruang / lapangan tempat menyabung ayam, bertinju, berpacu
( kuda ), olahraga dan sebagainya. Gelanggang juga berarti arena, atau
lingkaran.
Olahraga.
Olahraga juga berarti suatu kesibukan / kegiatan jasmani dan rohani yang
dilaksanakan secara teratur mengenai waktu, alat dan tempat, secara spontan
dan swadaya serta mencakup segala kegiatan kehidupan manusia untuk
memperkuat daya tahan tubuh dan membentuk kepribadian (Drs. AIP.
Sjarifudin, Diktat Pengetahuan Olahraga. Jkt, 1971, Hal 12).
Olahraga juga berarti suatu kesibukan/kegiatan jasmani dan rohani yang
dilaksanakan secara teratur mengenai waktu, alat dan tempat, secara spontan
dan swadaya serta mencakup segala kegiatan kehidupan manusia untuk
memperkuat daya tahan tubuh dan membentuk kepribadian.
Gelanggang Olahraga.

2
Kamus Umum Bahasa Indonesia/KKBI (balai pustaka, 1995), gelanggang
olahraga adalah ruang yang menjadi lapangan tempat menyabung ayam,
bertinju, berpacu(Kuda), olahraga dan sebagainya.
Kabupaten Malaka.
Nama tempat/nama lokasi yang menjadi lokasi perencanaan.
2.1.3 Interpresiasi Judul.
“ Gelanggang Olahraga (GOR) di Kabupaten Malaka adalah sebagai wadah untuk
kegiatan olahraga untuk proses pembinaan dan pengembangan serta pencarian bakat
– bakat dari anak-anak muda Malaka untuk berkancah/bersaing dengan kabupaten
lain dalam dunia olahraga. Dengan adanya Gelanggang Olahraga pemerintah daerah
bisa membantu meningkatkan rasa minat dan cita akan dunia olahraga.
2.1.4 Pembanding judul sejenis.
Objek yang sesuai dengan judul perancangan “Gelanggang Olahraga” adalah
objek yang memiliki fungsi dan tujuan pelayan olahraga dan menjadi objek
pembanding adalah Gelanggang Olahraga di Sulawesi Utara khususnya di di Jl.
Raya Manado-Dimembe (kompleks karpet biru) Kel. Paniki Atas, Kec. Mapanget.
2.2 Pemahaman Tentang Objek Perencanaan dan Perancangan Objek.
A. Gelanggang Olahraga.
Pengertian Gelanggang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Balai
Pustaka, 1995 ) adalah ruang / lapangan tempat menyabung ayam, bertinju, berpacu
( kuda ), olahraga dan sebagainya. Gelanggang juga berarti arena, atau
lingkaran.Kata Sport berasal dari bahasa Perancis ‘desporter’ yang berarti
membuang lelah. Menurut International Council of Sport and Physical Education,
Olahraga adalah suatu kegiatan jasmani dan rohani yang mempunyai unsur
permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri dan orang lain (John, Deirant.
Handbook of Sport Council and Recreational Building Design).Olahraga juga berarti
suatu kesibukan / kegiatan jasmani dan rohani yang dilaksanakan secara teratur
mengenai waktu, alat dan tempat, secara spontan dan swadaya serta mencakup
segala kegiatan kehidupan manusia untuk memperkuat daya tahan tubuh dan
membentuk kepribadian (Drs. AIP. Sjarifudin, Diktat Pengetahuan Olahraga. Jkt,
1971, Hal 12).
Dari uraian kutipan-kutipan inti dari pengertian olahraga, adalah kegiatan
jasmani yang mengandung unsur prestasi dan rekreasi yang bertujuan menyehatkan
jasmani dan rohani dengan didasarkan pada rasa sportifitas yang tinggi serta

3
membutuhkan semangat, kepribadian dan watak. Sedangkan kesimpulan dari
pengertian Gelanggang Olahraga yaitu: Arena atau tempat untuk menampung
kegiatan jasmani dan rohani yang bertujuan untuk menyehatkan badan serta pikiran.

B. Sejarah Gor.

Sejarah Perkembangan Gedung Olah Raga Sejarah Perkembangan Gedung


Olah Raga (by sebastian) Keberadaan gedung olah raga berawal dari didirikannya
stadion (colloseum) untuk memenuhi kebutuhan fasilitas keagamaan dan social
pada jaman Yunani. Pada masa itu stadion biasanya berbentuk segi empat dan
tidak beratap atau hanya beratap sebagian yaitu di atas tempat duduk penonton.
Pada jaman Romawi dikenal adanya ‘Amphitheater’ yang dapat dikatakan sebagai
pengembangan bangunan stadion dan merupakan penggabungan antara teater dan
fasilitas pertandingan. Berarti telah ada pemikiran penggunaan gedung olah raga
untuk keiatan olah raga dan hiburan. Seiring dengan kemajuan teknologi, sekitar
abad 20 dapat dibuat gedung besar yang seluruhnya beratap yaitu Astrodome,
Houston, Texas. Pemanfaatan gedung olah raga juga berkembang menjadi
bangunan serba guna, dengan menyediakan berbagai macam fasilitas penunjang.
Gedung olah raga dimasa mendatang rutama yang berada di pusat kota
mempunyai kecenderungan untuk berperan sebagai wadah kegiatan multi fungsi
mengingat pertimbangan pengoptimalan penggunaan lahan dan ruang yang
terbatas.

Berdasarkan skala pelayanannya, gedung olah raga dibagi atas :


Skala Nasional Fasilitas olah raga ini menampung atau melayani kegiatan-
kegiatan di antaranya kpmpetisi utama, pertandingan, latihan dan mengajar dengan
standar internasional seperti PON, Sea Games, dan sejenisnya. Contoh : Gedung
Istora Senayan Jakarta.

1. Skala Regional Fasilitas olah raga yang melayani satu atau beberapa daerah
denga populasi sebesar 200.000 sampai dengan 350.000 penduduk dan
merupakan fasilitas pelengkap di suatu daerah atau wilayah. Contoh :
Gelanggang Olah Raga Penjaringan Gelanggang Olah Raga Grogol.

2. Skala Lingkungan Fasilitas olah raga yang melayani satu lingkungan, dalam hal
ini lingkungan pemukiman dngan populasi 2.000 sampai dengan 10.000 orang,
dan biasannya disediakan dalam suatu kompleks perumahan sebagai satu

4
pelengkap sarana. Contoh : Kelapa Gading Sport Club di kompeks perumahan
Kelapa Gading.

3. Skala Sekolahan Fasilitas olah raga ini melayani olah raga di suatu sekolahan,
biasanya berbentuk aula, serbaguna dan dapat berbentuk lapangan terbuka serta
digunakan hanaya untuk latihan olah raga standar saja.

4. Skala Khusus Fasilitas olah raga yang menangani olah raga jenis tertentu yang
sifatnya komersial atau yang diperuntukkan khusus bagi penyandang cacat,
biasanya dibentuk oleh pihak swasta.diperuntukkan khusus bagi penyandang
cacat, biasanya dibentuk oleh pihak swasta.
C. Tipologi Gedung Olahraga
Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor 0445 tahun
2014 Tentang Standar prasarana olahraga berupa bangunan gedung olahraga
cabang olahraga dan jumlah lapangan olahraga untuk pertandingan atau untuk
latihan ditunjukkan pada Tabel dibawah.
Tipologi dan Penggunaan Gedung Olahraga
Penggunaan
Tipe
Gedung Jumlah Lapangan
Olahraga Cabang Olahraga Pertandingan
Pertandingan
Nasional/ Latihan
Lokal
Internasional
Tipe A 1. Bulutangkis 4 4 buah 6 buah
buah
2. Bola Voli 1 buah 1 buah 3 buah
3. Bola Basket 1 buah 1 buah 2 buah
4. Futsal. 1 buah 1 buah 2 buah
5. Tenis Lapangan 1 buah 1 buah 1 buah
6. Senam 1 buah 1 buah 1 buah
7. Sepaktakraw 4 buah 4 buah 5 buah
Tipe B 1. Bulutangkis 4 buah 4 buah 4 buah
2. Bola Voli 1 buah 1 buah 2 buah
3. Bola Basket 1 buah 1 buah 1 buah
4. Futsal - 1 buah 1 buah
5.Tenis Lapangan 1 buah 1 buah 1 buah
6. Sepaktakraw 4 buah 4 buah 4 buah
Tipe C 1. Bulutangkis - 2 buah 2 buah
2. Bola Voli - - 1 buah
3. Bola Basket - - 1 buah

5
3. Futsal - - 1 buah
4. Sepaktakraw 1 buah 1 buah
Tabel 2. Tipologi dan Penggunaan Gedung Olahraga
(sumber : Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor 0445 tahun 2014)

 Untuk penyelenggaraan pertandingan bulutangkis, bola basket dan bola voli


harus tersedia ruang pemanasan disesuaikan dengan kebutuhan dan
persyaratan masing-masing cabang olahraga, serta dapat digunakan sebagai
tempat latihan.
 Untuk penyelenggaraan pertandingan senam, harus tersedia secara simultan
1 arena utama dan 2 arena untuk pemanasan yang dapat digunakan sebagai
tempat latihan.
 Gedung Olahraga dapat digunakan untuk cabang olahraga lainnya,
sepanjang masih memenuhi standar dan ketentuan masing-masing cabang
olahraga.

Ukuran arena gedung olahraga harus memenuhi ketentuan seperti pada Tabel dibawah
Ukuran Arena Gedung Olahraga dalam meter (m)

Tinggi Langit-
Panjang Lebar Langit area Tinggi Langit-
Tipe GOR Termasuk Termasuk permainan langit zona bebas
Tipe A 50 40 15 5,50
Tipe B 40 25 12,5 5,50
Tipe C 30 20 9 5,50
Tabel 3. Ukuran Arena Gedung Olahraga dalam meter (m)
(sumber Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor 0445 tahun 2014)

 Kapasitas tempat duduk pada gedung olahraga harus memenuhi ketentuan


seperti pada Tabel dibawah.
Kapasitas Tempat Duduk Gedung Olahraga

KAPASITAS GOR JUMLAH TEMPAT DUDUK


BESAR Minimum 3.000
SEDANG 1.000-3.000
KECIL Maksimum 1.000

6
Tabel 4. Kapasitas tempat duduk.
(sumber : Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor 0445 tahun
2014)

 Ukuran arena gedung olahraga tipe B minimum; panjang 40 m,


lebar 25 m, tinggi diatas area permainan 12,5 m dan tinggi
diatas zona bebas (diluar area permainan) 5,5 m.

 Dalam waktu yang berbeda harus dapat difungsikan sebagai


tempat pertandingan olahraga tingkat nasional/internasional
untuk digunakan oleh cabang olahraga antara lain;
a) Bulutangkis (4 lapangan);
b) Bola Voli (1 lapangan);
c) Bola Basket (1 lapangan);
d) Futsal (1 lapangan ukuran 31m x 16m);
e) Tenis Lapangan (1 lapangan); dan
f) Sepaktakraw (4 lapangan).

Tata Letak 4 Lapangan Bulu Tangkis untuk Pertandingan tata Letak Lapangan bola voli untuk Pertandingan

7
Gambar 1. Tata Letak 4 Lapangan Bulu Tangkis dan bola voli
(sumber Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor 0445 tahun 2014)

tata letak lapnagan futsal untuk Pertandingan tata letak Lapangan sepaktakraw untuk Pertandingan

tata letak Lapangan tenis untuk Pertandingan

8
Gambar 2. Tata Letak 4 Lapangan futsal sepaktakraw dan tenis
(sumber Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor 0445 tahun 2014)
d. Fasilitas GOR

 Ruang Ganti Pemain (Atlet)


GOR tipe A dan B harus dilengkapi dengan ruang ganti pemain
(atlet) masing-masing minimum 2 (dua) unit, dapat langsung
menuju lapangan, dan harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai
berikut:
a) toilet minimum 2 (dua) buah bak cuci tangan (washtafel)
dan cermin, 4 buah peturasan dan 4 (empat) buah closet;

b) ruang bilas minimum 4 (empat) buah shower dengan air


panas; ruang ganti pakaian lengkap dengan tempat simpan
benda-benda dan pakaian atlet minimum 20 (dua puluh)
kotak simpan (locker) dan minimum 20 (dua puluh)
tempat duduk;
c) ruang ganti harus cukup luas, dan tersedia tempat
untuk pelatih memberikan pengarahan (briefing) kepada
atlet/pemain;
 Ruang ganti pemain dan wasit.
Gedung olahraga tipe A dan B harus dilengkapi dengan ruang
ganti pelatih dan wasit masing-masing minimum 2 (dua) unit
untuk pelatih dan 1 (satu) unit untuk wasit, harus dapat langsung
menuju lapangan. Setiap unit ruang ganti minimum harus
dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:

a) 1 (satu buah bak cuci tangan (washtafel);

b) 1 (satu) buah closet;

c) 1 (satu) buah ruang bilas (shower);

d) 1 (satu) buah ruang simpan yang dilengkapi 3 (tiga) buah


kotak simpan(locker); dan

e) 3 (tiga) tempat duduk.

 Ruang medis

9
Ruang Medis untuk gedung olahraga Tipe A dan BGedung
olahraga tipe A dan B harus dilengkapi dengan minimum 1 (satu)

unit ruang medis dengan luas minimum 18 m2, lokasinya harus


berada dekat dengan ruang ganti yang dilengkapi dengan:
a) 2 (dua) tempat tidur untuk pemeriksaan dan perawatan
sementara;

b) 1 (satu) bak cuci tangan (washtafel); dan

c) 1 (satu) buah closet.

Lokasi ruang medis harus dapat dicapai oleh diffable.

 Ruang tes doping.


Ruang tes doping gedung olahraga tipe A dan B minimum
harus dilengkapi dengan:
a) 1 (satu) buah bak cuci tangan (washtafel);

b) 1 (satu) buah toilet di dalamnya terdapat 1 (satu) buah


closet, dengan luas cukup untuk menampung seorang
pengawas;
c) Ruang tunggu dilengkapi dengan kursi/bangku; dan

d) Ruang pemeriksaan sampel serta tempat simpan;

 Ruang pemanasan.
Ruang pemanasan harus disediakan dengan memperhatikan
tipologi dan penggunaan gedung olahraga sebagai berikut:

Gedung olahraga tipe A dan B masing-masing dibuat ruang


pemanasan sesuai kebutuhan Cabang Olahraga.
 Ruang latihan beban.

Gedung olahraga harus dilengkapi dengan ruang latihan


beban dengan ketentuan sebagai berikut.

a) gedung olahraga tipe B luas minimum 80 m2.

 Ruang rehat pemain.


Gedung olahraga harus dilengkapi dengan ruang rehat

10
pemain dengan ketentuan sebagai berikut.

a) gedung olahraga tipe B dengan luas minimum 40 m2,


dilengkapi toilet.

 Ruang pengelolah pertandingan/kegiatan.


Gedung olahraga tipe A dan B harus dilengkapi dengan fasilitas
untuk pengelola pertandingan/kegiatan minimum terdiri dari:
a) ruang manajer;

b) ruang sekretariat;

c) ruang pengawas pertandingan;

d) ruang wasit;

e) ruang serbaguna / ruang rapat; dan

f) gudang perlengkapan.

 Fasilitas media.
Gedung olahraga tipe A dan B harus dilengkapi dengan fasilitas
media dengan ketentuan sebagai berikut:
a) tempat duduk wartawan (media tribune) dekat dengan
tribun VIP untuk wartawan, dilengkapi dengan jaringan
listrik dan internet;
b) ruang serbaguna untuk konferensi pers;

c) ruang kerja wartawan atau pusat media (media center),


yang memiliki akses langsung ke arena, dilengkapi
dengan fasilitas untuk rehat (lounge), toilet untuk pria dan
wanita masing-masing minimum 1 (satu) unit terdiri dari 1
(satu) closet dan 1 (satu) bak cuci tangan (washtafel).

 Gudang alat olahraga dan alat kebersihan


Gudang harus dilengkapi dengan ruangan untuk menyimpan alat
olahraga dan alat kebersihan dengan luas sebagai berikut.

a) gedung olahraga tipe B, minimum 60 m2 untuk alat

olahraga dan 20 m2 untuk alat kebersihan; dan


 Ruang control.

11
Gedung olahraga tipe A dan B harus memiliki ruang kontrol
yang memungkinkan pengamat/operator dapat melihat secara
leluasa kearah arena pertandingan dan tribun penonton, untuk
pengendalian/monitoring yang dilengkapi dengan:
a) sound system;

b) lighting system;

c) Screen;

d) CCTV;

 Fasilitas pemeliharaan.
Gedung olahraga tipe A dan B harus dilengkapi dengan
ruangan dan fasilitas sebagai berikut.
a) ruangan untuk mengelola masalah-masalah keteknikan
bangunan dan pemeliharaan arena, dapat dilengkapi dengan
bengkel untuk perbaikan sarana gedung dan arena;

b) gudang untuk peralatan dan gudang untuk pemeliharaan.

 Ruang fungsional.
Gedung olahraga tipe A dan B harus dilengkapi dengan
ruang- ruang fungsional yang dapat digunakan untuk berbagai
kegiatan antara lain:
a) ruang pertemuan;

b) ruang pameran;

c) kantor kegiatan olahraga (events);

d) ruang layanan telekomunikasi dan internet; dan sports shop

 Fasilitas untuk penonton.


Fasilitas untuk undangan VIP minimum harus terdiri dari:

a) akses dan sirkulasi khusus untuk VIP;

b) lobby khusus VIP;

c) ruang VIP (VIP lounge);

12
d) toilet VIP dan Pantry;

e) tribun VIP; dan

f) fasilitas ibadah.

 Fasilitas untuk umum.


Fasilitas untuk umum minimum terdiri dari:

a) pintu masuk/Entrance hall;

b) selasar/koridor (concourse);

c) tribun penonton (umum);

d) toilet penonton (umum);

e) fasilitas Ibadah; dan

f) kantin.

 Tribune penonton.

a. Ketentuan pokok tempat duduk penonton pada tribun


Setiap gedung olahraga harus dilengkapi dengan tempat
duduk individual/berbatas dan bernomor.

Tempat duduk tipe individual harus memenuhi dimensi dan


pengaturan sebagai berikut:

a. ketinggian tempat duduk (kursi) penonton minimum


44 cm dan maksimum 48 cm, sedangkan lebar lantai
setiap undakan tribun penonton 80 cm;

b. lebar tempat duduk (kursi) tidak termasuk pegangan


samping (armrest), untuk penonton umum adalah 45 -
50 cm dan untuk penonton VIP adalah 50 - 60 cm;
c. kursi individual harus mempunyai sandaran dengan
ketinggian minimum 30 cm diukur dari dasar dudukan;
d. bentuk dan bahan harus memenuhi persyaratan
kenyamanan (ergonomic) yang terbuat dari bahan dan
sistem pemasangan yang kokoh, tidak mudah dirusak
dan aman terhadap perambatan api (flame retardent);

13
e. jarak kursi ke samping minimum 3 cm, bila masih
menggunakan tempat duduk memanjang (bangku) maka
jarak minimum 3 cm tersebut harus dibuat dengan tegas
dari cat atau bahan lain dan bernomor untuk menjamin
bahwa setiap 1 tempat duduk hanya ditempati oleh 1
orang;
f. perbedaan ketinggian antara lantai undakan tribun
disesuaikan dengan analisa pandangan bebas kedepan
agar pandangan tidak terhalang penonton yang duduk
di barisan depannya, minimum 12 cm; dan
g. setiap 16 buah deretan tempat duduk harus terdapat
jalur tangga selebar minimum 1,2 m, dan apabila lebih
dari 1,80 m harus dipasang pegangan (handrail) yang
kokoh dengan permukaan yang rata dan halus.

 Pandangan penonton.

a. Sudut kemiringan (kecuraman) undakan tribun harus menjamin


perbedaan tinggi minimum 12 cm agar penonton yang berada
diurutan belakang dapat melihat secara bebas ke titik terjauh
dan terdekat dari arena permainan tanpa terhalang penonton
dibarisan depannya.

Gambar 3. Sudut bebas pandang


(sumber Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor 0445 tahun 2014)

b. penonton yang berada di tribun harus dapat memandang


keseluruh arena permainan dengan tidak terhalang. Harus
dilakukan studi analisa garis pandang penonton secara vertikal
(sudut bebas pandang vertikal) maupun horisontal.

14
Gambar 4. Perbedaan tinggi minimum
(sumber Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor 0445 tahun 2014)
 Pemisah tribun dan arena.
Pemisah tribun harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a) pemisahan antara tribun dan arena memakai pagar


transparan dengan tinggi minimum 1,00 m, maksimum
1,20 m;
b) tribun yang berupa balkon memakai pagar dengan tinggi
bagian masif minimum 0,40 m dan tinggi keseluruhan
antara 1,00-1,20 m;

c) jarak antara pagar dengan tempat duduk terdepan dari


tribun minimum 1,20 m;
d) untuk tribun permanen, ukuran efektif arena harus
memperhitungkan adanya area tepi arena yang tidak bisa
terlihat dari tribun (blank spot area) yang disebabkan
adanya perbedaan ketinggian.
e) tribun khusus untuk diffable harus memenuhi ketentuan
dan diletakkan di bagian paling depan atau paling belakang
dari tribun penonton dengan lebar tribun untuk kursi roda
minimum 1,40 m, ditambah selasar minimum lebar 0,90
m.

15
Gambar 5. Sudut bebas pandang
(sumber Peraturan Menteri pemuda dan olahraga republik Indonesia nomor 0445 tahun
2014)
2.3 Metafora Arsitektur.
a. Pengertian Metafora.

Secara etimologis, terminologi metafora dibentuk melalui perpaduan dua kata


Yunani, yaitu “meta” (diatas) dan “pherein” (mengalihkan/memindahkan). Dalam
bahasa Yunani Modern, kata metafora juga bermakna “transfer” atau “transpor”.
Dengan demikian, metafora adalah pengalihan citra, makna, atau kualitas sebuah
ungkapan kepada suatu ungkapan lain. (Classe, 2000).
Berikut ini adalah pengertian metafora menurut para ahli:

1. Menurut Aristoteles, metafora merupakan sarana berpikir yang sangat efektif


untuk memahami suatu konsep abstrak, yang dilakukan dengan cara
memperluas makna konsep tersebut dengan cara membandingkannya dengan
suatu konsep lain yang sudah dipahami. (Ortony, 1993)
2. Metafora merupakan ungkapan figuratif yang didasarkan pada perbandingan
(Larson, 1998)
3. Metafora merupakan sesuatu yang istimewa dan hanya digunakan oleh orang-
orang berbakat sebagai ornamen retoris. (Amstrong, 1936).
b. Pengertian Metafora Dalam Arsitektur.

Di dalam arsitektur, metafora juga diterapkan sebagai pendekatan dalam


arsitektur.

Berikut ini adalah pengertian metafora menurut para ahli:

1. Menurut Geoffrey Boadbent.

Metafora dalam arsitektur merupakan salah satu metode kreativitas yang ada
dalam design spectrum perancang

2. Menurut Anthony C Antoniades Metafora dalam arsitektur adalah suatu cara


memahami suatu hal, dengan menerangkan suatu objek dengan objek yang lain,
serta mencoba untuk melihat suatu objek sebagai sesuatu yang lain.

3. rut C Snyder dan Anthony J Catennese

16
Metafora mengindentifikasi pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-
hubungan pararel dengan melihat keabstrakannya.
a) Jenis – jenis Metafora dalam arsitektur.
Metafora merupakan sebuah pendekatan dalam arsitektur yang memiliki konsep
sebagai idenya dab hasilnya adalah berupa makna yang terungkap secara konkrit
maupun abstrak dari perancang kepada pengguna atau pelaku bangunan sehingga
bermakna konotatif di samping sebagai fungsi utamanya sebagai bangunan. Menurut
Anthony C Antoniades dalam bukunya Poetic of Architecture, terdapat tiga jenis
kategori dari pendekatan metafora dalam arsitektur. Ketiga jenis itu adalah:
1) Metafora Konkrit

Metafora yang berasal dari hal-hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu dari
sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud rumah
menyerupai istana.

Gambar 6. Gereja Ayam

(Sumber: http://www.muridsejati.com, 2017)

2) Metafora Abstrak,

Metafora yang berasal dari sebuah konsep, hakikat manusia, nilai-nilaim dan ide
seperti: individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya. Ide dari
metafora jenis ini berasal dari sebuah konsep yang abstrak.

17
Gambar 7 Sydney Opera House

(Sumber: https://architecture.knoji.com, 2017)


3) Metafora Kombinasi

Merupakan penggabungan antara metafora konkrit dan metafora abstrak dengan


membandingkan suatu objek visual dengan yang lain dimana mempunyai
persamaan nilai konsep dengan objek visualnya. Metafora kombinasi dapat
dipakai sebagai sarana dan acuan kreativitas perancangan.

Gambar 8 Puzzling World

(Sumber: wwwpuzzlingworld.co.nz, 2017)


b) Prinsip – prinsip Arsitektur Metafora.
Melalui berbagai sumber yang dikumpulkan, maka didapati lima prinsip
pendekatan arsitektur metafora yang perlu diperhatikan dalam merancang dengan
menggunakan pendekatan ini:
1) Metafora berarti usaha untuk memindahkan keterangan dari suatu subjek ke
subjek lain.
2) Metafora dalam arsitektur bukan hanya masalah penggunaan gaya Bahasa,
namun juga masalah pikiran dan tingikan. Metafora mempengaruhi semua

18
dimensi dalam indra manusia seperti melalui warna, bentuk, tekstur, suara.
3) Metafora merupakan usaha untuk melihat suatu subjek menjadi suatu hal yang
lain untuk diterapkan ke dalam arsitektur.
4) Arsitek tidak hanya dapat menerapkan secara langsung, tapi juga
menerapkannya bahasa verbal dan konseptual suatu bentuk metagora ke dalam
sebuah gambaran visual dengan menggunakan interpretasi yang berbeda untuk
menghasilkan gambaran visual yang baru. Cara ini dinilai lebih baik ketimbang
menggunakan metafora secara langsung ke dalam bentuk arsitektural.
5) Salah satu metode utama penerapanan metafora dalam arsitektur adalah dengan
mengubah fokus penyelidikan dan penelitian area yang difokuskan dengan
harapan hasilnya dapat melebihi ekspetasi dalam menjelaskan subjek yang
dimaksud secara luas dan dengan cara yang baru.
2.4 Kajian tema dalam karya desain (studi kasus).
a. LEGO House.

Sebuah bangunan yang diracang oleh arsitek Bjarke Ingel Group (BIG) ini terletak
di Denmark. Bangunan ini disebut-sebut menjadi LEGO Experience Center dimana
pengunjung dapat merasakan pengalaman dan mengingat kembali pengalaman di
dunia LEGO. Tidak hanya bentuk bangunan, setiap furnitur di dalamnya dirancang
khusus sesuai dengan bentuk dan konsep dari LEGO itu sendiri.

Gambar 9. LEGO House

(Sumber: archdaily.com, 2017)Sydney Opera


House

b. Sydney Opera House.

merupakan karya arsitektur yang memberikan multi- interpretasi bahasa metafora


kepada setiap orang yang melihatnya. Bangunan yang dirancang oleh Jorn Utzon ini

19
memberikan berbagai macam interpretasi. Ada yang beranggapan bahwa konsep dari
Sydney Opera House berasal dari cangkang kerang atau siput. Ada juga yang
mengatakan bahwa konsep dari bangunan ini adalah kiasan layer kapal yang sedang
dikembangkan, ada juga yang berpendapat bahwa bentuknya bagaikan bunga yang
sedang mekar.

Gambar 10 SydNey Opera House

(Sumber: www.sydneyoperahouse.com, 2017)


c. Puzzling World Wanaka

Karya Stuart Landsborough ini berbentuk seperti puzzle. Ia merancang


bangunan ini sebagai objek wisata di daerah Wanaka, Selanda Baru. Di dalamnya
terdapat ruangan -ruangan yang mengakomodasi permainan teka-teki, kamar
dengan ilusi optik, dan lain sebagainya.

Gambar 11. Puzzling World


(Sumber: wwwpuzzlingworld.co)

20

Anda mungkin juga menyukai