Latar Belakang
masa depan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman hortikultura
memiliki peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan manusia. Salah satunya
adalah sebagai sumber gizi pelengkap makanan pokok yang dibutuhkan untuk
nilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Dari sisi
1
2
tahun 2016 yaitu, cabai mencapai produksi 457.490 ton/ha dengan luas panen
4.273 ha, kacang panjang mencapai produksi 121.295 ton/ha dengan luas panen
2.086 ha, mentimun mencapai produksi 146.347 ton/ha dengan luas panen 1.704
ha dan semangka mencapai produksi ton/ha dengan luas panen ha (BPS Provinsi
Aceh, 2017).
Lahan merupakan salah satu media penting dalam sektor pertanian, dalam
dasar yang utama dan terpenting dalam usaha tani yang harus tetap dijaga dan
bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat bersifat siklik yang berbeda
di atas dan di bawah wilayah tersebut termasuk atmosfir serta segala akibat yang
ditimbulkan oleh manusia di masa lalu dan sekarang (Adelia, dkk, 2016).
tanaman hortikultura di Kota Langsa pada tahun 2016 yaitu, Cabai mencapai
produksi 307 ton/ha dengan luas panen 5 ha, Kacang Panjang mencapai produksi
770 ton/ha dengan luas panen 8 ha dan Mentimun mencapai produksi 800 ton/ha
pertanian seluas 87 ha (BPS Kota Langsa 2017). Lahan-lahan yang ada di Desa
3
Matang Setui saat ini hanya digunakan untuk tanaman padi dan sangat sedikit
terutama pada saat tanaman padi telah panen. Ketika padi telah panen lahan di
Desa ini tidak ditanam jenis tanaman lain sampai musim tanam padi kembali,
yaitu pada musim penghujan. Pertumbuhan padi pada lahan ini memang cukup
baik, namun jika di tanamin padi terus-menerus tanpa rotasi tanaman lain dan
(2010) kesesuaian lahan adalah potensi lahan yang didasarkan atas kesesuaiannya
untuk penggunaan pertanian secara lebih khusus seperti padi sawah, tanaman
palawija, tanaman perkebunan, atau bahkan untuk jenis tanaman tertentu berikut
sebagainya.
tanaman dapat direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya yang tidak
yang harus dilakukan mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang akan
tersebut tanaman yang akan di usahakan pada suatu lahan harus di lakukan
akan diterapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan
yang akan digunakan. Inti prosedur evaluasi kesesuaian lahan adalah dengan
tumbuh tanaman) tersebut dengan kualitas lahan secara fisik (Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2007).
Rumusan Masalah
Langsa ?
Langsa?
Tujuan Penelitian.
Kota Langsa.
Hipotesis
1. Lahan di Desa Matang Setui Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa sesuai
2. Ada satu atau lebih karakteristik penentuan kelas kesesuaian lahan tanaman
Manfaat Penelitian
salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) pada Program Studi
tanaman hortikultura.
TINJAUAN PUSTAKA
Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
Menurut FAO, 1976 dalam Sitorus, 2004 lahan adalah suatu daerah
tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan
manusia masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat
tersebut mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia
Satuan peta lahan adalah kelompok lahan yang mempunyai sifat-sifat yang
sama, yang penyebarannya di gambarkan dalam peta sebagai hasil dari suatu
survei sumberdaya alam (seperti survey tanah, intentarisasi hutan dan sebagainya).
Kadang-kadang satuan peta lahan terdiri dari dua jenis lahan atau lebih dengan
Sifat Lahan
Satuan lahan adalah suatu areal dari lahan yang dapat dibedakan pada peta
dan mempunyai kekhususan pada sifat-sifat lahan atau kualitas lahan (FAO,
1976). Sebagai mana yang diungkapkan oleh Arsyad (2006), pengertian sifat
lahan yaitu : Atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau
diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, jumlah curah hujan, distribusi
7
8
hujan, temperatur, darinase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. Sifat lahan
merupakan suatu penciri dari segala sesuatu yang terdapat di lahan tersebut yang
Penggunaan Lahan
baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan dibedakan menjadi dua kategori,
yakni penggunaan lahan untuk sektor pertanian dan untuk sektor non-pertanian
(Sitorus 1989).
secara umum. Kesesuaian lahan yaitu potensi lahan untuk jenis tanaman tertentu.
Sedangkan kemampuan lahan adalah kapasitas suatu lahan untuk berproduksi dan
kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu (FAO,
diperlukan oleh suatu tipe penggunaan lahan agar dapat berproduksi dengan baik.
2007).
9
Perbaikan Lahan
terhadap kualitas lahan. Perbaikan besar merupakan perbaikan yang besar dan
efek yang kecil atau yang tidak permanen, yang dapat dilakukan sendiri oleh
petani.
Karakteristik Lahan
yang dapat diukur atau ditaksir besarnya seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah
Kualitas Lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat lahan yang tidak dapat diukur langsung
2007).
Kesesuaian Lahan
dilakukan oleh ilmuwan tanah dengan menggunakan satuan peta tanah (SPT), atau
juga sering disebut satuan peta lahan (SPL) dari hasil survey tanah sebagian
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelas kesesuaian lahan aktual dan kelas
a. Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini atau kelas
diketahui, faktor pembatas dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: (1) faktor
pembatas yang sifatnya permanen dan tidak mungkin atau tidak ekonomis
diperbaiki, dan (2) faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara ekonomis
b. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah
tingkat produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi per satuan luasnya
menurut sifat-sifat lahan itu sendiri. Sifat-sifat ini dapat meliputi sifat-sifat yang
dapat diamati secara langsung, sepert kemiringan lereng atau sifat-sifat yang
sama atau sejenis dan pemisahan objek yang berbeda. Kegunaan klasifikasi dalam
keputusan. Salah satu fungsi dari suatu sistem klasifikasi adalah untuk memberi
diinterprestasi serta mengurangi jumlah menjadi lebih kecil dari jumlah total
tertentu.
Sub kelas : Menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus
Pada tingkat ordo ditunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai
untuk suatu jenis penggunaan lahan tertentu. Ordo kesesuaian lahan, menurut
kerangka kerja evaluasi lahan FAO (1976) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka
a) Ordo S: Sesuai
Lahan yang termasuk dalam ordo ini dapat digunakan dalam jangka waktu
yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Lahan
dalam ordo ini juga untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau
sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya. Dengan kata lain,
Lahan yang termasuk dalam ordo ini mempunyai pembatas atau kesulitan
secara fisik (lereng sangat curam, berbatu-batu dan sebagainya) atau secara
ekonomi (keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan).
Kelas kesesuaian lahan merupakan pembagian yang lebih lanjut dari ordo
Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari
atau hanya mempunyai pembatas tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata
pada umumnya.
Lahan mempunyai faktor pembatas yang lebih berat, tapi masih mungkin
jangka panjang.
untuk satu penggunaan tertentu seperti untuk budidaya padi, jagung, dan
lahan sesuai untuk tanaman tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan
Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe
15
yang dimiliki oleh lahan yang digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui
persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat
sumberdaya yang ada pada lahan tersebut. Kebutuhan untuk pengevaluasi lahan
dirasa penting setelah disadari bahwa pemetaan sumberdaya alam itu sendiri tidak
akan memberikan petunjuk yang cukup tentang bagaimana lahan dapat digunakan
lahan bagi penggunaan berbagai sistem pertanian secara luas dan tidak
pengelolaannya. Oleh karena itu sifatnya merupakan evaluasi yang lebih umum
(Sitorus, 2004).
16
dan sosial daerah. 5) Berdasarkan atas penggunaan untuk waktu yang tidak
Tujuan dari evaluasi lahan adalah menentukan nilai suatu lahan untuk
tujuan tertentu. Menurut FAO (1976), dalam evaluasi lahan perlu juga
Subsistem ini digunakan untuk memasukkan data dan mengubah data asli ke
bentuk yang dapat diterima dan dipakai dalam SIG. Semua data dasar geografi
diubah dulu menjadi data digital, sebelum dimasukkan ke komputer. Ada dua
1. Data Spasial (keruangan), yaitu data yang menunjukkan ruang, lokasi atau
tempat dipermukaan bumi. Data spasial berasal dari peta analog, foto
2. Data non-spasial, yaitu data yang berupa text atau angka. Data non-spasial
dibentuk data spasial. Data non-spasial disebut juga sebagai atribut yang
sensus, catatan lapangan dan tabular (data yang disimpan dalam bentuk
tabel) lainnya.
Subsistem ini juga dapat melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk
hasil analisa data dalam proses SIG. informasi tersebut ditayangkan dalam
bentuk peta, tabel, bagan, gambar, grafik dan hasil perhitungan (Prahasta,
2009)
d. Pengolahan Data
update, dan diedit. Jadi subsistem ini dapat menimbun dan menarik kembali
dari arsip data dasar, juga dapat melakukan perbaikan data dengan cara
Tanaman Hortikultura
Hortikultura berasal dari bahasa latin, yakni hortus yang berarti kebun dan
colere yang berarti menumbuhkan pada suatu medium buatan. Secara harfiah,
(Zulkarnain, 2009).
biofarmaka (tanaman obat) dan 117 jenis tanaman hias (horikultura) dan
Tanaman Cabai
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu spesies dari sekitar
merupakan tanaman terna tegak atau perdu tidak berduri, licin atau berbulu.
Tanaman cabai berbentuk semak, batangnya berkayu, tipe percabangan tegak atau
menyebar dengan diameter 1.5 – 3.0 cm. Batang utama berkayu dan berwarna
berbentuk huruf “Y”, demikian pula antara cabang primer ke cabang sekunder
(Pangestika, 2015).
tanaman cabai. Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24-28°C. Pada suhu
tertentu seperti 15°C dan lebih dari 32°C akan menghasilkan buah cabai yang
kurang baik. Pertumbuhan akan terhambat jika suhu harian di areal budidaya
terlalu dingin, tanaman cabai dapat tumbuh pada musim kemarau apabila dengan
20
pengairan yang cukup dan teratur. Curah Hujan adalah untuk tanaman cabai
tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga memerlukan pengairan yang cukup.
2010).
Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6-
7. Tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung humus (bahan organik)
yang tumbuhnya menjalar atau merambat. Daunnya berupa daun majemuk, terdiri
dari tiga helai. Batangnya liat dan sedikit berbulu. Buahnya berbentuk bulat
terhadap lingkungan tumbuh. Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik
di dataran rendah sampai dataran tinggi ±1200 m dpl, tetapi paling baik adalah di
dataran rendah. Prasyarat iklim yang paling ideal untuk pertumbuhan dan
antara 28 tempatnya terbuka, iklimnya kering, dan curah hujan tahunan antara
tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah dengan syarat drainase tanah cukup
baik dan tidak tergenang serta ketersediaan air cukup selama masa pertumbuhan
tanaman. Pertumbuhan tanaman kacang panjang paling baik adalah jenis tanah
Kacang-kacangan peka terhadap keasaman tanah yang tinggi. Tanah yang terlalu
asam dengan pH di bawah 5,5 dapat menyebabkan tumbuh kerdil karena teracuni
Tanaman Semangka
dan merambat, panjang batang 1.5 - 5 m. Ketinggian tempat yang ideal untuk
tanaman semangka adalah 100 sampai 300 meter di atas permukaan laut dengan
tubuh tanaman dan pembentuk zat makanan. Semangka memerlukan banyak air
karena 90% dari buah semangka adalah air tetapi semangka tidak perlu diairi atau
digenangi terus menerus. Akar tanaman akan mati karena kekurangan oksigen
semangka tampaknya dapat tumbuh pada berbagai tipe lahan, asalkan drainasenya
baik. Tanaman semangka menyukai lahan yang gembur dan subur, mengandung
22
banyak bahan organik, serta mempunyai drainase yang baik. Tanah yang berpasir
atau tanah lempung berpasir yang banyak mengandung Nitrogen cocok untuk
semangka berkisar 5,8-7,2. Apabila pH tanah kurang dari 5,8 (tanah asam), perlu
itu, semangka agak sensitif terhadap kadar garam (Sobir dan Siregar, 2010).
dapat rnenghalangi pancaran sinar matahari. Ikiim kering dan panas baik untuk
pertumbuhan vegetatif atau generatif. Curah hujan ideal antara 40-50 mm per
Tanaman Melon
tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah 200 - 1000 mdpl. Pada
ketinggian tempat tersebut semua tipe melon dapat ditanam. Namun, tanaman
melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian 0 - 200 mdpl untuk
melon tipe musk melon dan pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl untuk tipe
zat gula (pati) yang menyebabkan ukuran buah melon menjadi besar dan manis
(Prajnanta, 2004).
udara ideal yang dibutuhkan tanaman melon sekitar 24 - 80%, namun pada
kelembaban 90% melon masih dapat tumbuh baik dan sehat asalkan sirkulasi
pada tanah dengan kisaran pH 5.8 - 7.6, namun demikian tanaman melon masih
dapat tumbuh dan berproduksi pada pH 5.0 - 8.2. Sistem perakaran tanaman
melon, tanaman ini memerlukan tanah yang gembur, mempunyai lapisan olah
yang tebal, geluh berpasir (porus/sarang) dan kaya bahan organik. Tanah yang
gembur dan berpasir akan memudahkan akar tanaman melon berkembang dan
system drainase menjadi lebih baik karena tanaman melon tidak menyukai tanah
Tanaman Mentimun
Mentimun (Cucumis sativus L.) salah satu tanaman yang termasuk dalam
pemegang yang berbentuk pilin (spiral). Batang mentimun berupa batang lunak
dan berair, berbentuk pipih, berambut halus, berbuku-buku, dan berwarna hijau
segar. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50-250 cm, bercabang dan
bersulur yang tumbuh disisi tangkai daun. Batang utama dapat menumbuhkan
cabang anakan, ruas batang atau buku-buku batang berukuran 7-10 cm dan
jenis tanah. Kemasaman tanah yang optimal untuk mentimun adalah antara 5.5-
6.5. Tanah yang banyak mengandung air terutama pada waktu berbunga
mentimun dapat tumbuh baik di ketinggian 0-1.000m di alas penmukaan air laut
(Sumpena, 2008).
mentimun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara berkisar antara 20-
32oC, dengan suhu optimal 27oC. Di daerah tropik seperti di Indonesia keadaan
suhu udara ditentukan oleh ketinggian suatu tempat dari permukaan laut. Cahaya
METODE PENELITIAN
mulai dari bulan Mei - Juni 2018. Pengolahan data dan analisis sampel tanah akan
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Peta lokasi penelitian disajikan pada
lampiran 2.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengumpulan data adalah Peta Kota Langsa
(Peta administrasi, peta jenis tanah, peta topografi dan peta penggunaan lahan)
yang di dapat dari BAPPEDA Kota Langsa, serta beberapa jenis bahan kimia
untuk identifikasi tanah di lapangan seperti H2O 10%, dan HCl 10 N, dan bahan-
Alat
Alat yang yang digunakan adalah Munsell Soil Color Chart, pH tancap,
bor tanah, Rollmeter, Global Positioning System (GPS), Sekop, Cangkul, alat
tulis, printer, parang, cangkul, cutter, kamera digital serta peralatan laboratorium
Metode Penelitian
menggunakan data primer hasil pengamatan lapangan, dan data sekunder hasil
interpretasi data penginderaan jauh dan data sekunder lainnya. Secara garis besar
Gambar 1.
Persiapan
data sekunder lokasi penelitian yaitu data iklim meliputi curah hujan, bulan
kering, suhu udara, kelembaban dan sifat fisik lingkungan Desa Matang Setui
Langsa Timur Kota Langsa, serta peta-peta yang diperlukan (peta admistrasi, peta
tutupan lahan, peta jenis tanah, peta topografi). Pada tahap ini juga dilakukan
pengolahan peta tutupan lahan dan peta jenis tanah mengggunakan program GIS
Cek Lapangan
Survey
Utama
Analisi Laboratorium
Sifat Fisik
dan Kimia
Tanah
Persyaratan Tanaman
Hortikultura
Karakteristik Bandingkan (Balai Besar
Lahan (Matching)
Sumberdaya Lahan
Pertanian, 2011)
Kelas Kesesuaian
Lahan
Pembahasa
n
Gambar 1. Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian
28
Pelaksanaan Lapangan
derajat lereng, vegetasi, ketinggian tempat, tingkat bahaya erosi, tingkat bahaya
banjir, bentuk lahan, batuan dipermukaan dan singkapan batuan serta parameter
yang ada pada kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman hortikultura.
Pengamatan sifat fisik tanah dan morfologi lahan yang diamati di lapangan
peta tanah dengan cara pemboran. Titik yang dipilih mewakili masing-masing
great group tanah. Penentuan nilai karakteristik lahan untuk sampel tanah
dilakukan dengan menggunakan bor tanah pada kedalaman 0-30. Penentuan sifat
kesuburan tanah bertujuan untuk menentukan kendala utama kesuburan seri tanah
produktivitas tanah.
yang ditetapkan oleh Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (2011). Ada 5
jenis tanaman hortikultura semusim yang dinilai dalam penelitian ini yaitu: cabai
(Capsicum annum L.), kacang panjang (Vigna sinensis L.), mentimun (Cucumis
30
SHRAD).
kesesuaian lahan aktual bertujuan untuk menilai kesesuaian lahan pada kondisi
Kesesuaian Lahan
tingkatan-nya yaitu Ordo yang tergotong sesuai (S) dan tidak sesuai (N) data
karakteristik/ kualitas lahan yang diamati di lapangan dan hasil analisis sampel
dalam interpretasinya.
Dalam penelitian ini akan dikaji Satuan Peta Lahan (SPL) yang dilakukan
dengan metode overlay peta tanah, dan peta lereng, delineasi penggunaan lahan
yang dilakukan dengan cara matching peta SPL dengan kriteria kesesuaian lahan
ketersediaan lahan dilakukan dengan cara overlay peta penggunaan lahan dengan
beberapa output berdasarkan tujuan dan prosedur analisis yang dilakukan, serta
31
ditampilkan dalam bentuk matrik penelitian tabel tujuan, jenis data, prosedur
Tabel 3. Matriks Jenis Data, Teknik Analisis dan Luaran yang Diharapkan
Berdasarkan Tujuan Penelitian
No Tujuan
Jenis Data Teknik Analisis Luaran
. Penelitian
1. Mengkaji a) Peta a) Koreksi geometri Peta SPL
Satuan Lahan penggunaan b) Analisis data skala 1: 25
Pengamatan lahan spasial 000
(SLP) Kecamatan digeneralisasikan
Langsa Timur skalanya lalu
skala 1: 60 dimulai dari
000 penggabungan
b) Peta (overlay) peta
administrasi SPL dengan peta
Kota Langsa lereng Kecamatan
skala 1: 25 Langsa Timur
000 skala 1: 60 000
c) Peta jenis c) Klasifikasi SPL
tanah d) Overlay peta SPL
Kecamatan dengan lokasi
Langsa Timur penelitian
skala 1: 60
000
d) Peta topografi
Kecamatan
Langsa Timur
skala 1: 60
000
2 Melakukan a) Peta SPL a) Peta SPL 1:25 Peta
evaluasi lahan skala 1:25 000 ditumpang kesesuaian
fisik 000 tindihkan lahan skala
b) Peta (overlay) dengan 1:25 000
administrasi peta admin kota
Kota Langsa Langsa
1: 25 000 b) Matching
karakteristik
lahan dengan
kriteria
kesesuaian lahan
untuk tanaman
hortikultura
32
tanaman. Dalam proses matching ini berlaku hukum minimum, yang berarti kelas
tumbuh tanaman mengacu kepada kriteria kesesuaian lahan dari Balai Besar
lahan fisik menghasilkan lima kelas kesesuaian lahan, yaitu: S1, S2, S3, N1 dan
N2. Sebaran kelas kesesuaian lahan di Desa Matang Setui skala 1:25 000
diperoleh dari proses tumpang tindih (overlay) peta-peta karakteristik lahan, yaitu
peta tanah, curah hujan dan peta lereng. Pemrosesan tersebut menghasilkan data-
data atribut yang terdiri dari beberapa informasi terkait dengan jenis tanah dan
kelas kemiringan lereng. Data-data karakterisitik yang terkait dengan sifat fisik
tanah seperti bahan induk, kedalaman tanah, kepekaan erosi dan drainase
Semua jenis komoditas pertanian yang berbasis lahan untuk dapat tumbuh
dikaitkan dengan kualitas lahan dan karakteristik lahan. Kualitas dan karakteristik
Desa Matang Setui merupakan salah satu Desa di Kota Langsa. Secara
geografis Kabupaten Batang terletak pada posisi 98º0'0" dan 98º0'40" Bujur
Timur dan 4º26'10" dan 4º26'40" Lintang Selatan dengan luas wilayah 110,70 ha.
Matang Payang, sebelah Timur berbatasan dengan Alue Pinang, sebelah Selatan
berbatasan dengan Bukit Rata, dan bagian Barat berbatasan dengan Medang Ara
Iklim
Iklim merupakan faktor fisik yang sulit diubah dan paling menentukan
menurut ruang dan waktu sehingga penyebaran penggunaan lahan juga beragam
hujan dan hari hujan selama 10 tahun di Desa Matang Setui (2008-2017) dapat
dilihat pada Lampiran 2. Dari Lampiran 2 terlihat curah hujan tahunan bervariasi
antara 1001- 3478,4 dengan rata-rata tahunan 2183,54. Menurut Schmidt dan
Ferguson (1951) tipe iklimnya termasuk tipe B dengan jumlah Bulan kering
(bulan dengan curah hujan <60 mm) berkisar 1 sampai 3 bulan setahun dan rata-
rata tahunan bulan kering (BK) 2,1. Sedangkan Bulan Basah (bulan dengan curah
hujan >100 mm) berkisar antara 5 sampai 9 bulan setahun dan rata-rata tahunan
Lereng
dengan ketinggian antara 0-9 m dpl. Peta lereng yang disajikan pada Lampiran 3.
Menurut pendapat dari Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (2011). sebaran
lereng yang sesuai untuk pengembangan tanaman kacang panjang, mentimun dan
melon adalah lereng 0-3% sedangkan untuk pengembangan tanaman cabai dan
semangka adalah lereng 0-8% dengan bentuk datar. Hal ini menunjukkan
sebaran bentuk lahan dari 0-8 % di Desa Matang Setui dari luas keseluruhan
Tanah
Tanah di Desa Matang Setui terbentuk dari bahan induk dari bahan
endapan liat dan pasir tergolong kepada Ordo Entisol Sub Ordo Aqua (USDA).
Tanah ini tersebar di seluruh Desa Matang Setui. Peta jenis tanah yang disajikan
pada Lampiran 4. Tanah Entisol mempunyai sifat fisik dan kimia yang kurang
baik bagi pertumbuhan tanaman. Tanah ini umumnya bertekstur pasir sehingga
struktur lepas, porositas aerasi besar dan permeabilitas cepat. Selain itu kadar
lempung dan bahan organik rendah, menyebabkan kapasitas menahan air dan
unsur hara rendah, agregasi lemah, kemantapan agregat rendah. Hal ini
tumbukan air hujan, dan mengakibatkan tanah ini mudah tererosi dan agregat
yang hancur menjadi partikel-partikel yang sangat halus dapat menutupi pori-pori
tanah sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi tanah. Oleh sebab itu perlu
dilakukan perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi Entisol dengan penambahan
36
bahan organik dan penyediaan air yang cukup sehingga tanah ini dapat digunakan
baik sawah teknis maupun tadah hujan pada daerah dataran rendah. Tanah ini
dan kandungan hara tersediakan rendah. Potensi tanah ini kaya akan hara tetapi
belum tersedia, pelapukan akan dipercepat bila terdapat cukup aktivitas bahan
Penggunaan lahan
/penggunaan lahan. Ketiga kelas penggunaan lahan itu adalah: Sawah diposisi
pertama dengan luasan mencapai 54,48 % (60,3 ha). Posisi kedua ditempati oleh
perkebunan dengan luasan mencapai 9,85 % (10,90 ha) dan ladang pada posisi
ketiga dengan luasan 3,12 % (3,46 ha). Data Luas dan Persentase Penggunaan
Data fisik tanah daerah penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4. Menurut
Kohnke (1968), sifat-sifat fisik tanah merupakan salah satu faktor yang penting
tanaman serta klasifikasi kesesuaian lahan. Hal ini dianggap penting karena sifat-
sifat fisik tanah secara langsung dapat mempengaruhi kimia maupun biologi tanah
37
serta relatif lebih sulit untuk di perbaiki karena memerlukan waktu yang cukup
lama.
Hasil analisis sifat fisika tanah dapat disajikan pada Lampiran 12.
panjang, mentimun, semangka dan melon adalah iklim. Berdasarkan data iklim
yang ada di lokasi penelitian menurut klasifikasi iklim Smith dan Fegusson
penelitian secara umum cukup baik. Tekstur tanah liat berdebu dan lempung liat
berdebu mempunyai ruang makro yang relatif sedikit dan pori mikro yang tinggi,
sehingga persediaan oksigen dan air di dalam tanah dapat berimbang (Suprapto,
1997). Tanah dengan pori-pori kasar yang banyak sulit menahan air sehingga
tanaman mudah mengalami kekeringan. Dengan kata lain semakin liat suatu tanah
maka porositasnya semakin halus dan semakin baik untuk penanaman tanaman.
Dengan demikian tekstur ini tidak menjadi masalah bagi pertumbuhan tanaman
cabai, kacang panjang, mentimun, semangka dan melon baik lapisan atas maupun
lapisan bawah.
38
Hasil analisis sifat-sifat kimia tanah disajikan pada Tabel 5. Harkat sifat
tingkat kemasaman tanah dari sangat masam sampai masam (pH KCL berkisar
antara 3,57 – 3, 88) sedangkan (pH H2O berkisar antara 3,82 – 4,57). Reaksi tanah
yang sangat masam dijumpai pada semua SPL dan pada SPL 2 reaksi tanah
masam.
Pada Tabel 5, memperlihatkan bahwa kadar – kation (K, Ca, Mg, Na)
secara umum bervariasi sangat rendah sampai sedang. Kadar Ca-dd dari sangat
rendah sampai rendah (1,05 – 2,13 cmol kg -1). Kadar Ca-dd statusnya rendah
39
hanya terdapat pada SPL 1 sedangkan yang sangat rendah terdapat pada SPL 2
dan 3. Kadar Mg-dd statusnya rendah di semua SPL (0,40-0,42 cmol kg -1). Kadar
K-dd dari rendah sampai sedang (0,20 – 0,35 cmol kg -1). Namun hampir semua
SPL rendah yang sedang hanya di SPL 3. Na-dd status rendah pada semua SPL
rendah sampai sedang (11,20-16,40 cmol kg -1). Hal ini merupakan gambaran
bahwa tingkat kesuburan tanah di lokasi penelitian rendah, namun pada SPL 3
mempunyai kadar KTK sedang. Ini berarti bahwa tingkat kesuburan tanah di
lokasi penelitian sangat dibutuhkan unsure hara terutama unsure hara makro yaitu
N, P, K, Ca dan Mg.
sangat rendah sampai sedang (16,40-20,14 %). Ini merupakan petunjuk bahwa
aktifitas kation-kation Ca, Mg, K dan Na pada ion H. Namun tidak semua SPL
memiliki keadaan tanah tersebut, seperti pada SPL 1 yang mempunyai KB sedang
(20,14 %) . Hal ini merupakan aktifitas kation-kation Ca, Mg, K dan Na pada
komplek pertukaran relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan aktivitas ion H,
Demikian pula kalau dilihat dari hasil analisis Al-dd dan H-dd yang
menunjukkan kadar yang sangat rendah sampai rendah yaitu Al-dd (3,44-6,20
40
cmol kg -1) dan H-dd (2,16-2,68 cmol kg -1). Bahaya kerusakan akar tanaman
Ditinjau dari harkat tanah yang disusun atas dua kelompok sifat-sifat kimia
tanah, yaitu kelompok KTK, KB tidak boleh saling tertukar dan kelompok P-
tersedia, K dapat ditukar dan C-organik yang nilainya dapat disajikan pada Tabel
6.
Tabel 6, menunjukkan hasil penilaian harkat kesuburan tanah pada setiap SPL
beberapa sistem memberikan kelas kesesuaian lahan yang berbeda satu sama lain
mewakili kualitas lahan berdasarkan sifat fisika tanah yaitu tekstur, pH tanah,
41
seperti derajat keasaman (pH), C-organik, kapasitas tukar kation (KTK), N-total,
Tabel 8. Rekapitulasi Pembandingan Hasil Uji Laboratorium dan Pengukuran Lapangan pada SPL 2
43
Tabel 9. Rekapitulasi Pembandingan Hasil Uji Laboratorium dan Pengukuran Lapangan pada SPL 3
Kualitas/ Karakteristik Lahan Hasil Uji Laboratorium dan Pengukuran Lapangan SPL 3
44
penelitian ini adalah tanah yang berada pada kedalaman antara 0 – 30 cm. Tingkat
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (2011) yang dapat dilihat pada
Tabel 7, 8, 9.
Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan saat ini adalah kelas
kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data hasil pengamatan dan analisis
Hasil dari pembandingan (matching) secara aktual pada ketiga titik SPL
untuk tanaman hortikultura di Desa Matang Setui dapat digolongkan ke dalam sub
kelas kesesuaian lahan yaitu sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas curah
hujan, dan ketersediaan hara yaitu ; kejenuhan basa pada SPL 2 dan 3 dan pH H2O
pada semua SPL) pada tanaman cabai, mentimun, semangka, melon, sedangkan
tanaman kacang panjang faktor pembatas berupa curah hujan, dan ketersediaan
hara (kejenuhan basa dan pH H2O) pada semuua SPL . Faktor pembatas yang
masih ada kemungkinan kesesuaian lahan dapat kembali pulih, kecuali curah
yang tinggi seperti penyediaan pupuk dan pemberian kapur untuk meningkatkan
46
pH. Hasil evaluasi kesesuaian lahan aktual untuk tanaman hortikultura secara
Tabel 10. Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual untuk tanaman hortikultura di
Desa Matang Setui Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa
Kesesuaian Luas
SPL Faktor Pembatas
Lahan Aktual Ha %
1 S3nr Ketersediaan Hara 60,31 54,48
2 S3nr Ketersediaan Hara 10,90 9,85
3 S3nr Ketersediaan Hara 3,46 3,12
Total 110,70 100
Sumber : Data diolah, 2014
Keterangan :
nr = ketersediaan hara
usaha perbaikan. Usaha perbaikan yang dilakukan harus sejalan dengan tingkat
yang diberikan adalah dalam bentuk Low input (Li), Medium input (Mi) dan High
input (Hi).
penggolongan dari faktor – faktor pembatas yang ada. Berbagai macam faktor
pembatas yang ada dilapangan ada yang dapat diperbaiki dan ada pula yang tidak
Desa Matang Setui sebagai salah satu upaya penyelamatan lahan. Di bawah ini
47
pembatas utama yang menyebabkan lahan tersebut tidak sesuai digunakan yaitu ,
curah hujan, dan ketersediaan hara(kejenuhan basa dan pH H2O). Pada ketiga SPL
yang diamati, ternyata secara potensial masih dapat ditingkatkan kelasnya menjadi
S1. Karena upaya perbaikan masih dapat dilakukan walau input yang diberikan
tergolong tinggi. Jumlah curah hujan di Desa Matang Setui memberikan suplai
lebih untuk tanaman hortikultura. Jumlah 2185,54 mm/th termasuk dalam kelas
kesesuaian S3. Kelas kesesuaian yang lebih tinggi dapat tercapai apabila jumlah
50
curah hujan kurang dari 1883,3 mm/th. Permasalahan ini dapat diatasi dengan
upaya pembuatan saluran pembuangan air di antara sela–sela barisan tanaman. Air
hujan yang turun sebagian akan terserap oleh tanaman dan sebagian lagi akan
penambahan pupuk organik (Luthfi Rayes, 2007). Cara ini dapat dilakukan
meliputi pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos, dan sisa–sisa tanaman.
Tabel 12. Hasil evaluasi kesesuaian lahan potensial untuk tanaman hortikultura di
Desa Matang Setui
Kesesuaian
Kesesuaian Faktor Usaha Tingkat
SPL Lahan
Lahan Aktual Pembatas Perbaikan Teknologi
Potensial
1 S3nr Ketersediaan Tambahan Low Input S1
Hara hara
2 S3nr Ketersediaan Tambahan Low Input S1
Hara hara
3 S3nr Ketersediaan Tambahan Low Input S1
Hara hara
Sumber : Data diolah, 2018
PENUTUP
Kesimpulan
Di daerah penelitian terdapat 3 Satuan Peta Lahan (SPL), yang tanah nya
Ordo Aqua dan menghasilkan tiga kelas penggunaan lahan yaitu sawah,
di wilayah penelitian dengan luasan 60,3 ha atau 54,48 % dari total luas wilayah
penelitian.
Matang Setui Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa adalah kelas kesesuaian
lahannya adalah sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas ketersediaan hara.
Tingkat kesuburan lahan pada SPL1, 2 dan 3 cocok untuk pengembangan tanaman
memberikan input perbaikan untuk kesesuaian lahan agar dapat dinaikkan kelas
Saran
dan melon Desa Matang Setui dinilai masih dapat dikembangkan lagi, namun
pemberian pupuk. Dari hasil penelitian salah satu faktor pembatas utama yaitu
ketersediaan hara di dalam tanah, serta pH tanah yang rendah. Pemberian pupuk
dan pengapuran sesuai dengan dosis juga perlu dilakukan, serta adanya sosialisasi
52
DAFTAR PUSTAKA
Imdad, H. P., Nawangsih, AA. 2001. Sayuran Jepang Edisi ke-3. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Kementrian Pertanian. 2015. Direktorat Jendral Hortikltura 2015-2019. Rencana
Strategis. Jakarta.
Kalie, M.B. 2008. Bertanam Semangka. Jakarta: Penebar Swadaya.
Muslim, N., Sunyoto, A. 2012.. Sistem Informasi Geografis Berbasis Web
Pemetaan Potensi Panas Bumi Di Indonesia Menggunakan Google
Maps. Jurnal Dasi, Vol. 13 No. 2: 60-64.
Pangestika, H.W. 2015. Evaluasi Pendahuluan Galur Cabai Keriting (Capsicum
annuum L.). Skripsi. Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prahasta, E. 2009. Sistem Informasi Geografis. Penerbit: Informatika, Bandung.
Prajnanta, F. 2004. Melon, Pemeliharaan Secara Intensif dan Kiat Sukses
Beragribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sasongko P. E. 2010. Studi Keseuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kelapa
Sawit Kabupaten Blitar. Jurnal Pertanian MAPETA, Vol XII. No. 2:
137-144.
Sitorus, S.R.P. 1989. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan. Bogor (ID) :
Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan.
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
_________.2004. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Bandung: Tarsito Bandung.
_________, Iswati, A., Panuju, D.R. 2013. Teknik Komoditas Unggulan Pertanian
Berdasarkan Potensi Wilayah. [Laporan Akhir PenelitianUnggulan
Perguruan Tinggi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sobir., Siregar F.D. 2010. Budidaya Semangka Panen 60 Hari. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sunaryono., Hendro., Rismunandar. 2007. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran
Penting di Indonesia (Produksi Holtikultura II). Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2003.
Sumpena, U. 2008. Budidaya Mentimun Intensif, dengan Mulsa, secara Tumpang
Gilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Edisi Revisi. 1997. Kriteria Keadaan
Lahan dan Komoditas Pertanian Badan Penelitian dan Pembangunan
Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.
Taufik, I. 2013. Pengaruh Beberapa Varietas dan Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Panjang (Vigna Sinensis
L.). Skripsi. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian.
Universitas Teuku Umar Meulaboh. Aceh Barat
Tjahjadi. 2010. Bertanam Cabai. Kanisius. Yogyakarta.
55
2 Penyusun Rencana
Penelitian
3 Seminar Proposal
4 Pembuatan Peta
Kerja
4 Pra Survey
5 Survey Utama
6 Analisis
Laboratorium
7 Pengolahan Data
Pembuatan Peta
Kesesuaian Lahan
8 Draft Skripsi
9 Seminar Hasil
10 Perbaikan Skripsi
11 Sidang
Lampiran 2. Peta Administrasi Kota Langsa
57
Sumber : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (2011)
59
Sumber : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (2011)
60
Lampiran 12. Kerakteristik dan Kriteria Fisika Tanah di Lokasi Penelitian di Desa Matang
Setui Kota Langsa
SPL
No. Sifat Fisika Tanah
1 2 3
1. Sebaran ukuran butir
Pasir (%) 10 15 10
Debu (%) 45 50 43
Liat (%) 45 35 47
2. Batuan (%) <5 <5 <5
3. Kelas Tekstur C E C
4. Lereng (%) 0-3 0-3 0-3
5. Drainase Baik Sedang Baik
6. Kepekaan erosi (%) - - -
7. Kedalama efektif (cm)
8. Curah hujan (mm)
Sumber : Data diolah,2018
Keterangan : C : Liat Berdebu, E : Liat Berdebu
65
Lampiran 11. Hasil Penelitian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Lokasi Penelitian di Laboraturium
Tekstur pH P Na-dd Ca-dd Mg-dd Al-dd K-dd KTK H-dd DHL
KODE Kelas C-Organik N KB
Pasi Debu Liat H2O KCL Mg C Mol C Mol C Mol C Mol C Mol C Mol C Mol mS
SPL Tekstur (%) (%) (%)
r Kg-1 Kg-1 Kg-1 Kg-1 Kg-1 Kg-1 Kg-1 Kg -1
cm-1
SPL1 10 45 45 C 4,24 3,62 1,40 0,14 4,15 0,21 2,13 0,41 3,52 0,23 14,80 20,14 2,68 0,40
SPL2 15 50 35 E 4,57 3,88 0,84 0,12 2,35 0,20 1,05 0,40 3,44 0,20 11,20 16,52 2,16 0,09
SPL3 10 43 47 C 3,82 3,57 5,18 0,29 2,80 0,22 1,70 0,42 6,20 0,35 16,40 16,40 2,60 0,93
Sumber: Hasil analisis laborturium fakultas pertanian unsyiah, 2018
Keterangan : C : Liat Berdebu, E : Lempung Liat Berdebu
66
Lampiran 13. Kerakteristik dan Kriteria Fisika Tanah di Lokasi Penelitian di Desa Matang setui Kota Langsa
SPL
No. Sifat Fisika Tanah Satuan
1 KK 2 KK 3 KK
1. pH KCL - 3,62 3,88 3,57
2. pH H2O - 4,24 4,57 3,82
3. C-Organik (%) 1,40 0,84 5,18
4. N-Total (%) 0,14 0,12 0,29
5. P-Tersedia PPM 4,15 2,35 2,80
6. Kation Tertukar
Ca (Cmol Kg -1) 2,13 1,05 1,70
-1
Mg (Cmol Kg ) 0,41 0,40 0,42
-1
K (Cmol Kg ) 0,23 0,20 0,35
-1
Na (Cmol Kg ) 0,21 0,20 0,22
-1
7. KTK (Cmol Kg ) 14,80 11,20 16,40
8. Kejenuhan Basa (%) 20,14 16,52 16,40
-1
9. Al-dd (Cmol Kg ) 3,52 3,44 6,20
-1
10. H-dd (Cmol Kg ) 2,68 2,16 2,60
Sumber: Hasil analisis laborturium fakultas pertanian unsyiah, 2018
Keterangan :
SR : Sangat Rendah R : Rendah
ST : Sangat Tinggi S : Sedang
AM : Agak Masam M : Masam
AA : Agak Alkalis N : Netral
SM : Sangat Masam K : Kriteria
T : Tinggi