Anda di halaman 1dari 17

PENGEMBANGAN PELABUHAN MELALUI

OPTIMALISASI PELAYANAN DENGAN


PEMODELAN SIMULASI-MAKRO
MENGGUNAKAN SOFTWARE ARENA
(Studi Kasus:Pelabuhan Luwuk, Sulawesi Tengah)

Syahrul Fadli Djiha1, Puji Utomo, S.T., M. Eng2


1Mahasiswa / Program Studi Teknik Sipil / Fakultas Sains dan Teknologi /
Universitas Teknologi Yogyakarta
2Dosen / Program Studi Teknik Sipil / Fakultas Sains dan Teknologi /
Universitas Teknologi Yogyakarta
Korespondensi: aruldjiha096@gmail.com

ABSTRAK

Pengembangan pelabuhan merupakan upaya untuk mengoptimalkan kinerja di


Pelabuhan Luwuk. Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data primer dan data
sekunder pada kurun waktu 5 tahun terakhir, selanjutnya melakukan peramalan atau
proyeksi dengan analisis regresi. Setelah analisis proyeksi, penelitian dilanjutkan
dengan menghitung standar kebutuhan ruang untuk kebutuhan pengembangan
pelabuhan, kemudian dilakukan pemodelan simulasi menggunakan software ARENA
untuk memperoleh skenario-skenario untuk mengatasi masalah antrian kapal. Hasil
dari penelitian ini adalah pengembangan dermaga sebesar 246 m (jangka pendek -
jangka panjang), penambahan jumlah tambatan sebanyak 2 buah (jangka pendek -
jangka panjang), pelebaran jalan lingkungan sebesar 8 m (jangka pendek - jangka
panjang), pengembangan lapangan penumpukan sebesar 11659,66 m2 (jangka pendek),
15436,97 m2 (jangka menengah), 19214,29 m2 (jangka panjang), pengembangan
gudang sebesar 50 x 30 m (jangka pendek), 50 x 40 m (jangka menengah), dan 50 x 50
(jangka panjang). Adapun pada simulasi didapatkan nilai rata-rata waktu tunggu kapal
pada kondisi eksisting adalah 40 jam sedangkan pada model skenario adalah 2 jam.

Kata Kunci : Pengembangan Pelabuhan, Pelabuhan Luwuk, Simulasi, ARENA

Keairan | Pengembangan Pelabuhan Melalui Optimalisasi Pelayanan dengan


Pemodelan Simulasi Makro Menggunakan Software ARENA
1. PENDAHULUAN beberapa dampak nyata. Lokasi yang
Kabupaten Banggai merupakan strategis tentunya akan menghemat
salah satu wilayah yang berada di ujung waktu serta mengurangi biaya distribusi
timur Pulau Sulawesi. Kota Luwuk barang dari pelabuhan ke pusat kota,
merupakan ibu kota Kabupaten tetapi area pelabuhan dan alur masuk
Banggai yang memiliki julukan “Kota pelabuhan yang sempit menimbulkan
Pelabuhan”. Sebagai salah satu pintu beberapa masalah seperti antrian kapal.
gerbang ke Kabupaten Banggai, Pengembangan pelabuhan,
transportasi laut menjadi salah satu peningkatan infrastruktur, serta
bagian penting yang berperan andil penyelenggaraan pelayanan pelabuhan
dalam perputaran roda ekonomi di yang baik merupakan hal pokok yang
daerah ini bahkan sejak era harus di perbaiki agar peningkatan
Onderafdeling Banggai pada masa kualitas pelabuhan dapat dipenuhi
penjajahan Belanda. (Kementerian Perhubungan Republik
Pelabuhan merupakan pusat Indonesia, 2015). Selain itu, monitoring
kegiatan dari transportasi laut, di Kota pergerakan kapal juga harus dilakukan
Luwuk pusat pelabuhan berada di untuk bisa mengatur jalannya lalu lintas
Teluk Lalong. Pelabuhan di Kota kapal yang baik khususnya di perairan
Luwuk pada tahun 2019 setidaknya Teluk Lalong. Kekhawatiran bahwa
berjumlah dua buah pelabuhan pertumbuhan volume peti kemas, tanpa
penumpang dan satu buah pelabuhan peningkatan mutu yang memadai dalam
barang/kargo yakni Pelabuhan Luwuk. kapasitas, akan menyebabkan
Sebenarnya di Kabupaten Banggai keterlambatan waktu tunggu kapal yang
terdapat beberapa pelabuhan penting semakin bertambah sehingga kepadatan
lainnya yang letaknya cukup jauh dari kapal akan semakin parah (Setiono,
pusat kota, seperti Pelabuhan Pagimana 2010).
dan Pelabuhan Tangkiang. Untuk itu perlu dilakukan
Melihat kenyataan yang ada, Teluk pengembangan pelabuhan berdasarkan
Lalong sebagai pusat kegiatan analisis standar kebutuhan ruang
pelabuhan di Kota Luwuk memberikan dengan pendekatan simulasi-makro
terhadap produktivitas pelabuhan yang waktu lebih lama selama menunggu
ditinjau dari arus kedatangan kapal dan pengiriman ke daerah tujuan
bongkar muat barang berdasarkan (Triatmodjo 1996) (Nugraha et al.,
tingkat pelayanan dan waktu 2015). Carana (2004) menempatkan
tempuhnya yang terkait dengan durasi inifisiensi dari pelabuhan sebagai salah
menaikkan dan menurunkan satu faktor utama dalam peningkatan
penumpang maupun durasi dari biaya transportasi, yang berdampak
bongkar muat barang dan peti kemas, langsung kepada keekonomian barang
serta penyediaan manajemen serta daya saing produk dalam Negeri
perkapalan yang mengatur jadwal (Sjafruddin et al., 2015).
berlayar dan berlabuhnya kapal Menurut Peraturan Menteri
menggunakan pemodelan dengan Perhubungan No. PM 51 Tahun 2015
sistem simulasi antrian antar kapal. Pasal 1 ayat 1, tentang Penyelenggara
Pelabuhan Laut, pelabuhan adalah
2. TINJAUAN PUSTAKA
tempat yang terdiri atas daratan
2.1 Kepelabuhanan
dan/atau perairan dengan batas-batas
Menurut Kramadibata (1935)
tertentu sebagai tempat kegiatan
pelabuhan adalah sebagai tempat yang
pemerintahan dan kegiatan
terlindung dari gelombang laut,
pengusahaan yang dipergunakan
sehingga bongkar muat dapat
sebagai tempat kapal bersandar, naik
dilaksanakan demi menjamin
turun penumpang, dan/atau bongkar
keamanan barang. Selain itu pelabuhan
muat barang, berupa terminal dan
merupakan daerah perairan yang
tempat berlabuh kapal yang dilengkapi
terlindung terhadap gelombang yang
dengan fasilitas keselamatan dan
dilengkapi dengan fasilitas terminal
keamanan pelayaran dan kegiatan
laut meliputi dermaga dimana kapal
penunjang pelabuhan serta sebagai
dapat bertambat untuk bongkar muat
tempat perpindahan intra dan
barang, gudang laut (transito) dan
antarmoda transportasi (Kementerian
tempat-tempat penyimpanan dimana
Perhubungan Republik Indonesia,
barang-barang dapat disimpan dalam
2015).
2.2 Kinerja Pelabuhan dengan :
Fungsi utama pelabuhan adalah BTP : Berth Throughtput (m3, ton,
pendistribusian dari angkutan laut ke box atau TEUs/m/tahun)
angkutan darat atau sebaliknya dengan H : Jumlah hari kerja dalam satu
cepat dan efisien mungkin, secara garis tahun (hari)
besar kinerja pelabuhan merupakan BOR : Berth Occupancy Ratio (%)
sebuah tingkatan yang menjadi standar J : Jam kerja per hari
atau tolak ukur untuk dapat mengetahui G : Jumlah gang dalam satu waktu
tingkat pelayanan suatu pelabuhan P : Produktifitas B/M (m3, ton,
kepada pengguna pelabuhan (kapal dan box atau TEUs/m/jam
barang), yang ditunjukkan berdasarkan 𝐿 : Panjang dermaga untuk satu
waktu pelayanan kapal selama berada kapal (berth)
di pelabuhan. Nilai kinerja pelabuhan 𝐿 : Panjang kapal (m)
yang tinggi menunjukkan bahwa
c. Shed Occupancy Ratio (SOR)
pelabuhan dapat memberikan
SOR =
pelayanan yang baik.

x 100%
2.3 Tingkat Kinerja Pelabuhan
a. Berth Occupancy Ratio (BOR) d. Yard Occupancy Ratio (YOR)
YOR = x 100%
BOR = x 100%
Kt =
dengan :
BOR : Berth Occupancy Ratio (%) dengan :
Vs : Jumlah kapal yang dilayani YOR : Yard occupancy ratio (%)
(unit/tahun) TEUs : Arus peti kemas pertahun
St : Service time (jam/hari) Kt : Kapasitas tersedia
n : Jumlah tambatan HK : Jumlah hari kalender
DT : Dwelling Time
b. Berth Throughput (BTP)
Le : Luas efektif (± 60% luas total)
BTP = T : Periode
𝐿 =𝐿 + 10%𝐿 Jt : Jumlah susunan peti kemas
Lp : Luas peti kemas BS : Broken Stowage, (volume
ruang yang hilang untuk lalu lintas alat
2.4 Pengembangan Fasilitas
pengangkut seperti forklift atau
Pelabuhan
peralatan lain untuk menyortir,
a. Kebutuhan Terminal Penumpang
menumpuk dan memindahkan muatan
ɣ
𝐴 = ( )
c. Kebutuhan Lapangan Penumpukan
dengan :
Peti Kemas
𝐴 : Luas terminal penumpang
𝐴 =
yang dibutuhkan (m2) ( )

N : Arus penumpang per tahun dengan :


(orang) 𝐴 : Luas lapangan penumpukan
ɣ : Waktu penumpang menunggu peti kemas yang diperlukan (m2)
(0,5 hari) 𝑇 : Arus peti kemas per tahun
a : Area per penumpang (Teus)
BS : Broken Stowage, volume 𝐷 : Dwelling time atau jumlah hari
ruang yang hilang untuk ruang lain peti kemas di lapangan penumpukan
seperti administrasi, kantin. 𝐴 : Luasan yang diperlukan untuk
satu Teu yang tergantung pada sistem
b. Kebutuhan Gudang
penanganan peti kemas dan jumlah
𝐴= tumpukan peti kemas di lapangan
( )

dengan : penumpukan
𝐴 : Kebutuhan luas gudang (m2) BS : Broken Stowage, (luasan yang
𝑇 : Throughtput gudang per tahun hilang karena adanya jalan atau jarak
(ton) antar peti kemas di lapangan
𝑇𝑇 : Transit time/dwelling time penumpukan, yang tergantung pada
(hari) sistem penanganan peti kemas
Sf : Stowage factor (0,7 m3/ton)
d. Pengembangan Dermaga
Sth : Stacking height (tinggi
𝐿 = 𝑛𝐿 + ((n+1) x 10% x 𝐿 )
tumpukan muatan)
dengan : b : kemiringan (slope) kurva linier
𝐿 : Panjang dermaga (m) x : variabel bebas
𝐿 : Panjang kapal yang di tambat
2.6 Sistem Antrian
(m)
Suatu aktivitas menunggu dalam
n : Jumlah kapal yang di tambat
antrian tidak bisa benar-benar
(unit)
dihilangkan dalam kehidupan, namun
e. Perhitungan Jumlah Tambatan berbagai upaya dilakukan untuk dapat

n= mengurangi efek dari menunggu hingga


dalam batas yang wajar atau dapat
dengan :
ditoleransi (Taha, 2011).
n : Jumlah dermaga/tambatan
(unit) 2.8 Simulasi
𝑉𝑠 : Jumlah kapal yang dilayani Simulasi dapat diklafikasikan
(unit) dengan berbagai macam bentuk dan
BOR : Berth Occupancy Ratio (%) model. Menurut Law dan Kelton
Waktu Efektif : Jumlah hari dalam satu (2000), simulasi dapat diklasifikasikan
tahun sebagai berikut:
a. Model Simulasi Statis dengan
2.5 Analisis Regresi
Model Simulasi Dinamis
Regresi linier sederhana adalah
b. Model Simulasi Deterministik
regresi yang melibatkan hubungan
dengan Model Simulasi Stokastis
antara suatu variabel tak bebas (y)
c. Model Simulasi Kontinyu dengan
dihubungkan dengan suatu variabel
Model Simulasi Diskrit
bebas (x). bentuk umum dari persamaan
Tujuan dari metode simulasi adalah
regresi liner sederhana, sebagai berikut:
untuk melakukan pengamatan dengan
y = a + bx
menggunakan informasi dari perilaku
dengan :
dan kinerja sistem yang sesungguhnya.
y : variabel tak bebas
a : intersep (titik potong kurva
terhadap sumbu y
2.7 Program ARENA 16.1 3. METODE PENELITIAN
Program ARENA 16.1 adalah 3.1 Diagram Bagan Alir
sebuah perangkat lunak yang Diagram bagan alir dapat
menggunakan bahasa siman. Bahasa ditunjukan pada gambar 2 sebagai
siman merupakan salah satu Bahasa berikut:
pemrograman yang banyak digunakan
pada dunia industri dan merupakan
general purpose simulation language
untuk memodelkan sesuatu dengan
simulasi diskrit, kontinyu, dan/atau
kombinasi dari keduanya.

Gambar 1 Logo Software Arena


(Sumber: www.arenasimulation.com)

Proses dan cara penggunaan


perangkat lunak (software) ARENA ini
dilakukan dengan membuat model
simulasi dari suatu kondisi nyata
dengan cara mengatur konfigurasi
modul-modul yang ada didalamnya Gambar 2 Diagram Bagan Alir

berdasarkan pola distribusi yang 3.2 Pengumpulan Data


konkrit. Tahapan dalam pembuatan Data yang diperlukan dalam
simulasi menggunakan perangkat lunak penyusunan tugas akhir ini diperoleh
ARENA meliputi input analyzer (pola dari:
distribusi), pemodelan, serta verifikasi a. Arena Software Simulation 2020
dan validasi. b. Microsoft Office Excel 2013
c. AutoCad Autodesk 2017
d. Data umum dari Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan Luwuk
(KUPP) yang menjadi studi kasus dan pemodelan simulasi
pada penelitian sebagai berikut: menggunakan perangkat lunak
1. Data Bathimetri ARENA.
2. Fasilitas Eksisting Pelabuhan b. Buku perencanaan pelabuhan
3. Kedalaman Alur & Kolam cetakan ke-IV : 2015 oleh Bambang
Pelabuhan Triadmodjo
4. Peralatan Bongkar Muat c. Peraturan Menteri Perhubungan No.
5. Spesifikasi Kapal Tambat PM 51 Tahun 2015.
6. Kunjungan Kapal
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
7. Trayek Kapal
4.1 Fasilitas Eksisting Pelabuhan
8. Penumpang
a. Alur Pelayaran
9. Bongkar Muat Barang
Alur pelayaran dari Pelabuhan
10. Bongkar Muat Curah Kering
Luwuk memiliki panjang 2040 m, lebar
11. Bongkar Muat Peti Kemas
50 m dan kedalaman 10 s.d 40 m.
12. Kinerja Operasional
b. Kolam Pelabuhan
13. Kondisi Hiterland
Kolam pelabuhan dari Pelabuhan
14. Kondisi Pelabuhan
Luwuk memiliki luas 36305 m2, lebar
3.3 Studi Literatur 500 m dan kedalaman 10 s.d. 20 m.
Studi literatur merupakan dasar c. Peralatan Bongkar Muat
pedoman yang diambil untuk Pelabuhan Luwuk memiliki
melakukan analisis pada penelitian ini. beberapa peralatan pendukung untuk
Studi literatur mencakup seluruh hal kegiatan operasional pelabuhan,
yang berhubungan dengan perencanaan adapun peralatan tersebut sebagai
pelabuhan dan pemodelan simulasi berikut:
menggunakan perangkat lunak Tabel 1 Data Peralatan Pelabuhan
ARENA. Pedoman yang digunakan Luwuk
untuk penelitian ini sebagai berikut:
a. Jurnal dan penelitian terdahulu
mengenai pengembangan pelabuhan
d. Spesifikasi Kapal yang Tambat Tabel 3 Trayek Kapal
Pada dasarnya kapal yang
beroperasi di Pelabuhan Luwuk
meliputi kapal penumpang/pelni, kapal
kargo/petikemas, kapal tol laut, dan
kapal curah kering. Untuk
(Sumber: KUPP Pelabuhan Luwuk,
spesifikasi/jenis kapal yang sandar di
2019)
Pelabuhan Luwuk secara umum dapat
f. Dermaga Pelabuhan Luwuk
disajikan sebagai berikut:
Dermaga Pelabuhan Luwuk terdiri
Tabel 2 Spesifikasi Kapal Tambat
dari tiga segmen dengan dimensi semen
1 (50 x 12 m), segmen 2 (54 x 20 m),
serta segmen 3 (50 x 12 m), sehingga
panjang total dermaga sebesar 154 m.
(Sumber: KUPP Pelabuhan Luwuk,
g. Lapangan Penumpukan
2019)
Pelabuhan Luwuk memiliki areal
e. Trayek Kapal lapangan penumpukan seluas 10279
Pelabuhan Luwuk merupakan m2.
pelabuhan yang berperan sebagai titik h. Terminal Penumpang
transportasi untuk menghubungkan Terminal penumpang diperluas
Luwuk dengan wilayah lainnya, baik pada tahun 2018, sehingga total luas
trayek antar/dalam kabupaten dan terminal penumpang sebesar 612 m2.
trayek antar provinsi. Adapun Trayek i. Gudang
Kapal yang melalui Pelabuhan Luwuk Pelabuhan Luwuk memiliki areal
dapat dilihat pada tabel 3 sebagai gudang seluas 950 m2.
berikut:
4.2 Arus Kunjungan Kapal
Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan diperoleh proyeksi arus
kunjungan kapal untuk tahun-tahun
mendatang yakni tahun 2020 – 2034.
Adapun proyeksi tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 4 Proyeksi Kunjungan Kapal di
Pelabuhan Luwuk (2020 – 2034)

Gambar 4 Grafik proyeksi bongkar


muat barang
(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021)

4.4 Arus Bongkar Muat Curah


Gambar 3 Grafik proyeksi kunjungan
Kering
kapal
Berdasarkan analisis yang telah
(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021)
dilakukan diperoleh proyeksi arus
4.3 Arus Bongkar Muat Barang bongkar muat curah kering untuk
Berdasarkan analisis yang telah tahun-tahun mendatang yakni tahun
dilakukan diperoleh proyeksi arus 2020 – 2034. Adapun proyeksi tersebut
bongkar muat barang untuk tahun- adalah sebagai berikut:
tahun mendatang yakni tahun 2020 –
Tabel 6 Proyeksi Bongkar Muat Curah
2034. Adapun proyeksi tersebut adalah
Kering (2020 – 2034)
sebagai berikut:
Tabel 5 Proyeksi Bongkar Muat
Barang (2020 – 2034)
Gambar 6 Grafik proyeksi bongkar
Gambar 5 Grafik proyeksi bongkar
muat peti kemas
muat curah kering
(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021)
(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021)

4.7 Analisis BOR


4.5 Arus Bongkar Muat Peti Kemas
Berdasarkan analisis yang telah
Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan diperoleh proyeksi arus dilakukan diperoleh nilai BOR sebagai
berikut:
bongkar muat peti kemas untuk tahun-
Tabel 8 Hitungan BOR
tahun mendatang yakni tahun 2020 –
2034. Adapun proyeksi tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 7 Proyeksi Bongar Muat Peti
Kemas (2020 – 2034)

Tabel 7. Proyeksi Bongkar Muat Peti


Kemas (2020 – 2034)

(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021)


4.8 Analisis SOR 4.10 Analisis BTP
Berdasarkan analisis yang telah Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan diperoleh nilai SOR sebagai dilakukan diperoleh nilai BTP sebagai
berikut: berikut:
Tabel 9 Hitungan SOR Tabel 11 Hitungan BTP

(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021)


(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021)
4.9 Analisis YOR
4.11 Pengembangan Gudang
Berdasarkan analisis yang telah
Berdasarkan perhitungan yang
dilakukan diperoleh nilai YOR sebagai
telah dilakukan diperoleh rencana
berikut:
pengembangan gudang berdasarkan
Tabel 10 Hitungan YOR
standar kebutuhan ruang, sebagai
berikut:
Tabel 12 Rencana Pengembangan
Gudang

(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021)


pengembangan dermaga sepanjang 246
m. Kapasitas dermaga tidak bisa lebih
besar dari nilai tersebut karena
terbatasnya lahan.

4.14 Distribusi Model


Berdasarkan analisis yang telah
(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021) dilakukan diperoleh input pola
distribusi pemodelan simulasi. Adapun
4.12 Pengembangan Lapangan
distribusi tersebut sebagai berikut:
Penumpukan
a. Distribusi interval kedatangan kapal
Berdasarkan perhitungan yang
telah dilakukan diperoleh rencana
pengembangan lapangan penumpukan
peti kemas berdasarkan standar
Gambar 7 Distribusi interval
kebutuhan ruang, sebagai berikut:
kedatangan kapal
Tabel 13 Rencana Pengembangan
 Distribution : Erlang
Lapangan Penumpukan
 Expression : 27+ERLA(29.8,
2)
 Square Error : 0.032351
b. Distribusi waktu tunggu kapal
sebelum dilayani

(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021) Gambar 8 Distribusi waktu tunggu


kapal sebelum dilayani
4.13 Pengembangan Dermaga
 Distribution : Weibull
Berdasarkan perhitungan yang
telah dilakukan diperoleh rencana
 Expression : 0.999+WEIB(1.28, b. Model Skenario
0.271)
 Square Error : 0.009801
c. Distribusi waktu tambat kapal
Gambar 12 Pemodelan simulasi
skenario
(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021)
Gambar 9 Distribusi waktu tambat
kapal 4.16 Hasil Simulasi
Berdasarkan pemodelan dan hasil
 Distribution : Exponential
running model selama 30 hari dengan
 Expression : 25+EXPO(53.9)
jumlah replikasi sebanyak 10 kali dan
 Square Error : 0.061143
waktu kerja selama 15 jam per hari, di
d. Distribusi waktu bongkar muat
dapatkan nilai rata-rata waktu tunggu
kapal pada kondisi eksisting adalah 40
jam sedangkan nilai rata-rata waktu
tunggu kapal pada model skenario
Gambar 10 Distribusi waktu tambat
adalah 2 jam.
kapal
 Distribution : Exponential 5. KESIMPULAN
 Expression : 25+EXPO(53.9) Berdasarkan hasil analisis dan
 Square Error : 0.061143 pembahasan yang telah dilakukan pada
penelitian Tugas Akhir ini, dapat
4.15 Model Simulasi
disimpulkan sebagai berikut:
a. Model Eksisting
a. Rencana pengembangan pada
Pelabuhan Luwuk meliputi:
1. Rencana pengembangan

Gambar 11 Pemodelan simulasi Pelabuhan Luwuk pada jangka

eksisting waktu pendek (2020 – 2024)

(Sumber: Hasil pengolahan data, 2021) meliputi:


a) Pengembangan dermaga b. Berdasarkan hasil running simulasi
sebesar 246 m. skenario yang telah dilakukan,
b) Pengembangan lapangan didapatkan hasil bahwa skenario
penumpukan peti kemas yang dibuat dapat mengurangi
sebesar 11659,66 m2. antrian dan waktu tunggu kapal,
c) Pengembangan gudang dimana sebelumnya terjadi
sebesar 50 x 30 m. kepadatan antrian dengan waktu
d) Penambahan jumlah tambatan tunggu kapal selama 40 jam pada
menjadi 2 buah tambatan. kondisi eksisting menjadi 2 jam pada
e) Pelebaran jalan lingkungan kondisi skenario, hal ini disebabkan
menjadi 8 m. oleh pengaturan skema
2. Rencana pengembangan bertambatnya kapal, penambahan
Pelabuhan Luwuk pada jangka jumlah tambatan dan pengalihan
waktu menengah (2025 – 2029) kapal ke pelabuhan lain apabila
meliputi: terjadi lonjakan antrian di alur
a) Pengembangan lapangan pelabuhan.
penumpukan peti kemas
6. SARAN
sebesar 15436,97 m2.
Berdasarkan hasil penelitian ini,
b) Pengembangan gudang
terdapat beberapa saran yang dapat
sebesar 50 x 40 m.
diberikan oleh penulis sebagai berikut:
3. Rencana pengembangan
a. Perlu adanya kajian pengembangan
Pelabuhan Luwuk pada jangka
pelabuhan lainnya khususnya di
waktu panjang (2030 – 2034)
daerah tertinggal sehingga
meliputi:
pembangunan daerah dapat
a) Pengembangan lapangan
terpenuhi, selain itu dengan adanya
penumpukan peti kemas
penyelenggaraan pelabuhan yang
sebesar 19214,29 m2.
baik maka sebuah daerah akan
b) Pengembangan gudang
mandiri untuk mengembangkan
sebesar 50 x 50 m.
potensinya dan hal ini juga dapat
menjadi upaya untuk mewujudkan Kementerian Perhubungan Republik
nawacita pertama yaitu Indonesia Indonesia. (2015). Peraturan
sebagai negara maritim. Menteri Perhubungan Republik
b. Model simulasi yang dilakukan Indonesia Nomor PM 51 Tahun
merupakan skema model sederhana 2015 Tentang Penyelenggaraan
dari kondisi nyata di lapangan, untuk Pelabuhan Laut.
itu perlu adanya penelitian lanjut Merk, O., Busquet, B., & Raimonds
yang membuat permodelan simulasi Aronietis. (2015). The Impact of
yang lebih komplek mengenai Mega-Ships. Paris : International
kegiatan internal dan bongkar muat Transport Forum.
barang sejak kapal bertambat di Nugraha, A. W., Budiarto, U., &
dermaga. Amiruddin, W. (2015). Analisa
c. Pengembangan penelitian Waktu Bongkar Muat Kapal Peti
selanjutnya dapat dilakukan dengan Kemas Pada Terminal Iii Pelabuhan
mempertimbangkan beberapa aspek Tanjung Priok Jakarta. Jurnal
yang berkaitan dengan kinerja Teknik Perkapalan, 3(4), 524–532.
operasional pelabuhan, selain itu Oktavia, N., Marimin, & Arkeman, Y.
penambahan alternatif-alternatif (2020). Strategi Peningkatan Kinerja
skenario dapat menjadi solusi untuk Operasional Bongkar Muat Peti
memperoleh keputusan terbaik Kemas : Studi Kasus Di PT Jakarta
sebagai bagian dari penyelenggaraan Internasional Container Terminal.
pelabuhan yang baik. Jurnal Aplikasi Bisnis Dan
Manajemen (JABM), 6(2), 344–355.
REFERENSI
Putra, P. I. (2016). Analisis
Addarajad, A. R., Teknik, D., Laut, T.,
Perbandingan Multiport Dan
& Kelautan, F. T. (2018). Analisis
Transshipment Pada Angkutan Peti
dan Perencanaan Pengembangan
Kemas Domestik.
Pelabuhan Pengumpul Tol Laut :
Rachman, A., & Buchari, E. (2016).
Studi Kasus Pelabuhan Tahuna ,
Analisis Model Produktivitas Pada
Kepulauan Sangihe.
Terminal Peti Kemas Pelabuhan.
Rizal, M. H. (2015). Simulasi Proses
Pemuatan Kapal Di Pelabuhan PT.
WINA Gresik Dengan Tujuan
Mengurangi Demurrage. TESIS PM
147501.
Rizqi S, M. (2016). Analisis
Operabilitas Alur Pelayaran dengan
Pendekatan Diskrit Studi Kasus :
Alur Pelayaran Barat Surabaya.
Setiono, B. A. (2010). Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Pelabuhan. Jurnal Aplikasi
Pelayaran Dan Kepelabuhanan,
1(1), 39–59.
Sjafruddin, A., Wicaksono, G.,
Zukhruf, F., & Rusgiarto, F. (2015).
Analisis Pengaruh Perbaikan
Pengelolaan Lalu Lintas Internal
Pelabuhan Terhadap Kinerja
Bongkar Muat Pelabuhan. The 18th
FSTPT International Symposium,
Unila, Bandar Lampung,August 28,
2015, 2004.
Triatmodjo, B. (2011). Analisis Kinerja
Dan Kapasitas Pelayanan Terminal
Peti Kemas Semarang. Seminar
Nasional-1 BMPTTSSI - KoNtekS 5,
1, 1–8.

Anda mungkin juga menyukai