Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No.

I September 2000 : 37 - 45 1

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA


: SUATU PERSPEKTIF
Topo Santoso
Anita Silalahi

Abstract

Indonesia today is having a very big problem of drugs abuse. The problem
encountered in this paper is, in fact, no longer our contemporary problem since this has
existed centuries ago. Thousands of young people, especially students of junior and
senior high school would have been the potential target of this problem. According to
law perspective, it is realised that there are two regulations concerning the problem, ie.
the Law number 22 of 1997 and the Law number 5 of 1997 . Unfortunately , those two
regulation could not be enforced efectively as there is no strong political will given by
the govenrment. Generally speaking, lacking of seriousness amongst law enforcement
officers would also be a critical factor in combating drug abuse.

Pendahuluan gulungan kertas plastik di atas


alumunium foil yang dipanaskan
Fenomena penggunaan narkoba di c. Dimasukkan dalam rokok tembakau
kalangan generasi muda semakin d. Dihirup melalui lubang hidung
mencemaskan. Saat ini sekitar 1,3 juta orang Penggunaan narkoba ini mem-
Indonesia menjadi pemakai narkoba. Di beri efek rasa percaya diri yang berle- bihan,
Jakarta misalnya, hingga bulan Agustus sehingga pemakainya dapat nekat dalam
1999, tercatat secara resmi 30 orang tewas melakukan hal-hal yang berbahaya.
akibat overdosis narkoba. Dilihat dari aspek Beberapa tindakan tawuran pelajar dan
usia yang kecanduan narkoba, mereka tindak pidana lainnya juga dirangsang
adalah remaja berusia antara usia 15-20 dengan narkoba ini.
tahun, serta 70 % diantaranya berasal dari Tindakan aparat kepolisian terhadap
golongan menengah hingga atas. maraknya narkoba sebenarnya sudah
Teknik pemasaran narkoba sekarang terlihat. Bulan Juli 1999, tersangka yang
ini bahkan telah sampai pada tingkat anak- ditangkap berjumlah delapan orang. Barang
anak SD, yakni dengan memasukkan bukti yang dapat disita adalah 39.193 butir
narkoba ke dalam permen, tisu dan ecstasy, satu buah mesin pres plastik ,44
minuman yang diberikan secara gratis paket heroin, 525 gram shabu, 4 bong alat
kepada anak- anak. Bila anak-anak sudah hisap shabu, dan 245 kg ganja. Pada bulan
kecanduan, barulah mereka dibujuk untuk Agustus 1999, jumlah tersangka yang
membeli barang tersebut. ditangkap berjumlah 145 orang. Barang
Jenis narkoba yang digunakan, bukti sebanyak 81 paket atau sekitar 350 gr
antara lain, ganja, putaw, obat-obatan heroin, 12.684 butir atau sekitar 3 kg
psikotropika, shabu-shabu dan lainnya. Jenis ecstasy, 12 paket atau 9,3 kg shabu, 982
narkoba yang terbanyak disalah- gunakan linting ganja, 53 paket putaw,
remaja adalah heroin (putaw). Cara 24.456 butir nipam, 22.510 butir BK.
penggunaannya yaitu : Tetapi, berkaitan dengan itu semua,
a. Lewat jarum suntik respons masyarakat yang terlihat ternyata
b. Diisap dengan bibir melalui biasa saja Hasil tangkapan itu dinilai
masyarakat belum
“apa-apa” dibanding realitas meraja- lelanya Narkoba Mabes Polri, Kol (Pol) Drs
penjualan dan pemakaian narkoba di Wilhelmus Laturete, dewasa ini sekurang-
perkampungan dan selama ini belum pernah kurangnya 1,5 kg berbagai jenis narkoba
disentuh polisi. masuk untuk dipasarkan di Indonesia setiap
Perkiraan mantan Direktur Reserse hari, atau sekurang- kurangnya 45 kg setiap
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 2

bulan dan terdiri dari candu, morfin, kokain, (Chattarjee, 1981 :3-4).
heroin, hashish, dan ganja. Sementara itu, Dalam penelitian-penelitiannya,
daerah pemasaran terbesar adalah Jakarta, Blum and Associated, Chopra, Chronicler
Bali , Surabaya maupun sejumlah kota besar Santillan, Vceroy Francisco de Toledo serta
lainnya di Indonesia. Kritikos dan Papandaki mengungkapkan
Dari uraian di atas, timbul bahwa narkoba telah digunakan dalam
pertanyaan sebagai berikut: Mengapa kehidupan sosial serta pengobatan berabad-
penggunaan narkoba dapat terjadi? Apakah abad lalu di Peru, Yunani hingga negeri-
berkaitan dengan kenakalan anak? negeri jajahan di Asia maupun Afrika serta
Bagaimana menjawab per- masalahan di Amerika (Chattarjee, Ibid ). Satu yang
atas. penting dicatat bahwa, sejak lama, sejarah
obat-obatan tadi berkaitan erat dengan
Problema Lama penyalahgunaan.
Jika penggunaan narkoba, se- perti
Kita tak perlu kaget jika masalah sedikit diuraikan di atas, telah berlangsung
narkoba kini menjadi problem dunia dan sejak lama, maka upaya berbagai bangsa
menjadi musuh bersama tiap bangsa. untuk menang- gulanginya sebenarnya juga
Peningkatan jumlah produksi dan distribusi sudah berlangsung lama. Barangkali aksi
narkoba di seluruh dunia dewasa ini internasional paling awal untuk mengontrol
sangatlah mencemaskan. Sebenarnya penggunaan narkoba (seperti opium) adalah
problem ini bukanlah problem kontemporer. Konferensi Shanghai tahun 1909 yang
Penggunaan narkoba bisa dikatakan sudah dikenal sebagai “The Shanghay Opium
berabad- abad dilakukan dalam berbagai Conference.”
kegiatan manusia. Tujuan dari “The Shanghay
Bukti-bukti arkeologis dari Siprus, Commission”, sebagai salahsatu hasil
Kreta dan Yunani mem- perlihatkan, bahwa konferensi tersebut, pada saat itu adalah
salah satu jenis narkoba yaitu Opium untuk menghentikan konsumsi opium. Di
kemungkinan besar telah digunakan untuk samping itu bisa dicatat pula konferensi
upacara ritual sekitar tahun 2000 sebelum internasional pertama yang diadakan untuk
Masehi. Penggunaannya dalam bidang menekan penyalah- gunaan opium dan zat-
pengobatan juga sudah sejak lama zat lainnya yang berkaitan, yaitu “The
digunakan. Hague Opium Convention of 1912”.
Menurut McKinlay dan Piggott, Sejak itu sangat banyak pertemuan-
narkoba (drugs) juga diketahui digunakan pertemuan internasional untuk
untuk tujuan sosial seperti upacara menanggulangi masalah ini. Pada masa kini,
seremonial atau dalam pertemuan- pembicaraan mengenai money laundering,
pertemuan misalnya, juga menjadi isu penting
mengingat adanya kaitan yang erat antara
perdagangan narkoba diseluruh dunia dan
pencucian uang hasil perdagangan tersebut.

Tinjauan Yuridis

Pengaturan tentang narkoba di


Indonesia dapat ditemui dalam UU No.
22/1997 tentang Narkotika serta UU No.
5/1997 tentang Psikotropika. Narkotika dibedakan dalam golongan-golongan
menurut kedua UU tersebut didefinisikan sebagaimana terlampir dalam undang-
sebagai zat atau obat yang berasal dari undang tersebut atau yang kemudian
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis ditetapkan dengan Keputusan Menteri
maupun semi sintetis, yang dapat Kesehatan.
menyebabkan penurunan atau perubahan Narkotika sendiri dibagi menjadi tiga
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi bagian, yaitu :
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat a. Opiat (opium yang dijadkan morfin,
menimbulkan ketergantungan, yang heroin, putaw)
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 3

b. Canabis atau ganja kenyataannya masih ringan. Hukuman


c. Kokain yang umumnya dihirup lewat penjara minimal 4 tahun saja tidak pernah
lubang hidung terlaksana, baru beberapa bulan sudah
Mereka yang terbiasa memakai zat keluar. Maka timbul kebutuhan untuk
yang berasal dari opiat umumnya melakukan penganalisaan ter- hadap
mempunyai sugesti tinggi untuk profesionalitas dan moralitas dari penegak
menginginkannya terus menerus. Gejala hukum itu sendiri mengi- ngat akibat
lainnya adalah cemas, sulit tidur, tak punya penggunaan narkotika sen- diri yang sangat
nafsu makan, tak berani menatap mata merusak.
lawan bicara dan seringkali disertai tindak Salah satu penyebab hal tersebut,
kekerasan. Sedang ganja umumnya relatif karena kedua UU di atas belum dilengkapi
jarang menimbulkan sugesti ketagihan. dengan peraturan pemerintah maupun
Sementara efek kokain pada kesehatan bisa keputusan menteri terkait, sehingga masih
mengganggu sistem pernafasan dan otak, menimbulkan persepsi berbeda diantara
terkena halusinasi dan menjadi paranoid. penegak hukum.
Jenis lain yang telah disebutkan di
atas, yang umumnya bersifat sama dengan Gerakan Anti Narkoba
narkotika, disebut dengan psikotropika,
yaitu zat atau obat ,baik alamiah maupun Meskipun di negara kita, secara
sintetis bukan narkotika yang berkhasiat normatif sudah ada Undang-Undang
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada Narkotika dan Undang-Undang Psikotropika
susunan saraf pusat yang menyebabkan yang mengancam hukuman cukup berat
perubahan khas pada aktivitas mental dan bagi siapa saja yang terlibat dalam
perilaku. kepemilikan dan peredaran zat-zat
Pada UU No. 22/97 & UU No. 5 berbahaya itu, nyatanya tidak ada tanda-
tahun 1997 tentang Psikotropika, ancaman tanda kasus- kasus narkoba akan berkurang.
hukuman bagi pelanggarnya sebenarnya Bahkan sebaliknya, seiring arus kebebasan
sudah berat, tetapi dalam penjatuhan vonis yang mendompleng suasana euforia
terhadap pelaku reformasi, kita menjadi saksi perihal makin
maraknya penyalahgunaan narkotika dan
obat-obatan lainnya. Di pihak lain, kita
belum melihat penegakkan hukum yang
tegas dan tidak pandang bulu dalam
kejahatan berbahaya tersebut.
Yang juga menyulitkan penega- kan
hukum serta penanggulangan merebaknya
narkoba adalah keterli- batan oknum-oknum
penegak hukum itu sendiri. Hal tersebut
sangat dilemmatis, sebab berbagai upaya
penggerebekan pengenar narkoba akan sia-
sia jika mereka sudah punya “mata” dan
“telinga” di jajaran aparat penegak hukum
yang dapat menyebabkan gagalnya
penangkapan serta pengung- kapan kasus
narkoba.
Dalam literatur, organised crime
yang menjadikan narkoba sebagai salah
satu core bussines-nya memang secara demikian upaya penanggulangan akan
sangat jeli dan sengaja menginvestasikan menjadi sulit, jika hukum tidak ditegakkan
sebagian dananya melalui cara-cara secara tegas, tanpa pan- dang bulu,
penyuapan atau bahkan dengan membina transparan dan adil.
oknum aparat sebagai “kader”-nya dalam Barangkali, hal-hal demikian tadi
salah satu mata rantai pengedaran narkoba. , ditambah semakin meluasnya wilayah
Hal itu dilakukan guna membuat ‘taji’ aparat peredaran dan jatuhnya semakin banyak
penegak hukum tumpul. Dalam kondisi korban di kalangan generasi muda bahkan
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 4

anak-anak, menyebabkan masyarakat sosiologis: antara lain struktur keluarga,


menjadi tidak sabar dan berusaha secara pendidikan, kelompok dominan. Dengan
kolektif ikut serta bahu-membahu guna demikian, pendekatan teori kontrol sosial
memberantas sarang serta menggerebek ini berbeda dengan teori kontrol lainnya.
tempat- tempat yang diduga kuat menjadi Gagasan di masyarakat untuk
sarang pengedar serta bursa jual-beli menggelar aksi pemberantasan narkoba
narkoba. secara begitu marak, bisa dilihat di jalan-
Seiring dengan itu, kita melihat saat jalan perkampungan dan perumahan di
ini tekad memberantas narkoba menjadi sekitar Jabotabek. Sebagai misal: “Warga
fenomena di mana-mana. Hal itu tergambar RW 01 Kalibata menyatakan perang dengan
jelas terpampang spanduk-spanduk yang narkoba”. Tidak cukup sampai di situ,
ditempel di mana-mana yang intinya perang muncul aksi pemberantasan narkoba oleh
terhadap narkoba sedang dikobarkan. masyarakat, akibat sudah tak tahan lagi
menyaksikan ulah para pemakai, pengedar
Beberapa Pendekatan dan bandar narkoba.
Penggunaan teori kontrol sosial ini
Kondisi yang telah diuraikan tadi diakibatkan oleh tiga ragam perkembangan
membuat para pakar mencoba menga- nalisa dalam kriminologi yaitu (Romli ,1992; h 31)
penyebab maraknya penggunaan narkoba. :
Pertama, yang dapat dipotret adalah a. Adanya reaksi terhadap orientasi
kemandirian individu dalam menghadapi labeling dan konflik dan kembali kepada
permasalahan tertentu, yang dapat dikaji penyelidikan tentang tingkah laku
melalui teori kontrol. Teori kontrol atau kriminal. Kriminologi konservatif
social control theory menunjuk kepada kurang menyukai kriminologi baru dan
setiap perspektif yang membahas ihwal hendak kembali kepada subyek semula,
pengendalian tingkah laku manusia. yaitu penjahat.
Pengertian teori kontrol sosial atau b. Munculnya studi tentang criminal
social control theory sendiri menunjuk justice (atau peradilan pidana) sebagai
kepada pembahasan delinkuensi dan suatu ilmu baru telah membawa
kejahatan dikaitkan dengan variabel- pengaruh terhadap kriminologi guna
variabel yang bersifat menjadi lebih pragmatis dan berorientasi
pada sistem
c. Teori kontrol sosial telah dikaitkan
dengan suatu teknik riset baru,
khususnya bagi tingkah laku
anak/remaja, yakni self-report survey
Perkembangan awal dari teori ini tidak
lepas dari gagasan Durkheim (1895) ketika
ia menyatakan sebagai berikut :

“ A society will always have a certain


number of deviants and that deviance is
really a normal phenomenon.”…
deviance assists in maintaining social
order, because there are vague moral
boundaries that define which acts are
allowed and shich are disapproved.
These boundaries specify the various Ada reaksi dari masyarakat yang
degree of disapprofal for various acts, resah akibat peredaran narkoba tersebut.
ranging from mild displeasure to legal Seperti yang terjadi di daerah sekitar Kampus
sanctions and imprisonment. Since the
C Universitas Trisakti pada tanggal 12
actual boundary lines are not clear, it is
the social reaction to some one else’s Agustus tahun lalu, penggerebekan tempat-
deviant act that helps people determine tempat penggu- naan dan pengedaran
what they should not do. Thus narkoba, merupa- kan inisiatif yang
,behaviour is controlled by social melibatkan unsur- unsur masyarakat.
reaction (displeasure, imprisonment). Warga dari segenap lapisan,
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 5

termasuk para ustadz, pengurus masjid, menjadi persoalan besar, untuk bisa
pemuda dari Karang Taruna, dan ibu- ibu memahami keadilan masyarakat dan
PKK sepakat untuk memberantas narkoba di keadilan hukum, karena para pengedar dan
wilayah mereka denga ramai-ramai turun pemakai narkoba itu seakan tak tersentuh
merazia rumah yang dicurigai. Hasilnya, di hukum. Sedangkan usaha masyarakat tadi
sekitar kampus Trisakti langsung tertangkap sudah melalui proses dan pengamatan yang
tujuh mahasiswa yang diduga sebagai panjang.
pengguna narkoba. Juga di perkam- pungan Fenomena pengedaran narkoba saat
yang terletak persis di belakang kampus juga ini dilakukan secara terorganisir dan
tertangkap enam peng- guna narkoba. profesional. Jaringan peredarannya sudah
Sepekan kemudian dilanjutkan aksi merasuk ke sekitar sekolah, bahkan ke
razia kedua, dengan pola warga melakukan dalam ruang-ruang kelas . Di dalam sekolah
koordinasi dan evaluasi dengan polisi. disebarkan kaki tangan pengedar dan bandar
Dibahas buruk-baiknya pelaksanan razia di kalangan siswa sekolah itu sendiri. Ciri-
serta hal-hal apa saja yang masih perlu cirinya kurang berminat sekolah (malas,
ditingkatkan. kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah),
Pada rapat evaluasi terakhir, warga dan sering mengeluh bermasalah degan
mempertanyakan ihwal dilepas- kannya dua guru, orangtua maupun teman sebaya. Ciri
tersangka dari 20 orang yang ditangkap pada lainnya siswa yang kurang percaya diri, atau
razia kedua tersebut. Namun jawaban polisi terlalu percaya diri dan berani tambil
sangat mengecewakan. Dijawab bahwa berbeda dari yang lain, mudah bosan dan
polisi tidak ditemukan cukup bukti, dan suka melakukan kegiatan beresiko tinggi ,
akibatnya tak bisa menahan mereka. dan diketahui mudah mendapatkan uang.
Masyarakat sangat menyayangkan, Selain siswa, situasi sekolah juga
mengingat mereka tahu betul aktifitas kedua mendorong maraknya penggunaan narkoba.
orang tadi sehari-hari sering terlibat dalam Misalnya, kurangnya kontrol guru/petugas
urusan narkoba. Ini keamanan sekolah pada tempat-tempat
tersembunyi di ling- kungan sekolah, saat
istirahat, jam belajar dan setelah sekolah.
Juga banyaknya warung di sekitar sekolah
yang dapat dijadikan tempat transaksi.
Disamping itu, penerapan sanksi
yang kurang konsekuen terhadap
pelanggaran peraturan sekolah. Sekolah
dijadikan tempat “tongkrongan” alumni
pengguna narkoba, serta kurangnya
pemahaman guru, siswa, petugas sekolah,
orangtua siswa mengenai bahaya
penyalahgunaan narkoba.
Sedangkan kondisi sekolah yang
secara tidak langsung berhubungan dengan
penggunaan narkoba, keter- libatan orang
tua adalah dalam hal menyimak antara lain
karena peraturan sekolah yang terlalu keras
atau terlalu lunak, komunikasi yang kurang
lancar antara guru ,kepala sekolah, siswa
dan
orangtua. upaya dari pihak eksternal yang secara
Direktur Kemahasiswaan Depdik- nas, sengaja dan sistematis serta terorganisasi
Sudharmadi, mengungkapkan jumlah ingin menghancurkan generasi muda
pengguna narkoba di kalangan pelajar dan Indonesia, dengan pembodohan global dari
mahasiswa sudah melebihi ambang batas, bisnis internasional agar terjadi lost
atau sekitar 10 kali lebih besar dari yang generation.
dipersyaratkan organisasi kesehatan dunia Perkembangan selanjutnya dari potret
PBB, WHO. Ia mensinyalir adanya upaya– kontrol sosial yang lemah di masyarakat
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 6

adalah masih kurangnya sisi bagi anak untuk membentuk ego berupa
profesionalisme dan moralitas alat penegak kepercayan diri dan citra diri yang baik.
hukum yang melindungi masyarakat. Hal ini Sementara hal itu dibutuhkan dimana bila
diperparah lagi dengan kondisi komponen- kekuatan ego ini terbentuk sejak usia balita,
komponen lain. Pakar kriminologi, Reiss, anak akan tumbuh sebagai pribadi yang
menge- mukakan bahwa ada tiga tidak mudah putus asa, tidak mudah ikut-
komponen dari kontrol sosial dalam ikutan dan sanggup menolak pengaruh
menjelaskan kenakalan anak/remaja. Ketiga negatif dari ling- kungannya.
komponen tersebut adalah : Kondisi anak-anak korban
1. Kurangnya kontrol internal yang wajar perceraian, menurut psikolog Amerika
selama masa anak-anak Serikat, Judith Wallerlog, dalam bukunya
2. Hilangnya kontrol tersebut Second Chances: Men, Women and
3. Tidak adanya norma-norma sosial atau Children a Decade after Divorce, juga
konflik antar norma-norma dimaksud akan menimbulkan perma- salahan kurang
(dengan sekolah, orangtua, atau percaya diri, kurang sukses di pendidikan
lingkungan dekat) atau pegaulan, pemarah, suka mencela diri
Menurut dr. Dwijo Saputro, sendiri, selalu menyembunyikan
psikiater anak dan remaja dari RS Graha perasaannya serta mudah frustrasi.
Medika Jakarta, kondisi kesalahan pola asuh Keberatan beban karena terpaksa memikul
pada anak sangat berpengaruh besar pada beban orang dewasa akibat perceraian tadi
penggunaan narkoba. Kondisi tersebut membuat mereka cenderung lebih mudah
adalah sikap orangtua yang terlalu tergiur iming-iming zat-zat adiktif yang
memanjakan, selalu mengikuti kemauannya dapat melenakannya untuk sementara .
dan tidak memperkenalkan cara mematuhi Selain itu, anak-anak yang
aturan, tidak memupuk ketekunan, tidak orangtuanya otoriter, dingin dan
memupuk kepercayaan diri, dan tidak mengabaikan perkembangan emosi, akan
mengenalkan cara untuk berempati pada cenderung menjadi pribadi yang kejam,
orang lain. Ini merupakan kelemahan ketika besar ketergantungan pada zat adiktif,
memasuki masa rawan di usia remaja. pemurung dan pemarah.
Pola asuh seperti di atas berdampak Dari uraian di atas, komponen-
pada hilangnya kesempatan komponen tersebut sangat mem- pengaruhi
dua macam kontrol, yaitu personal control
dan social control, sebagaimana
dikemukakan oleh Reiss :
a. Personal Control adalah
kemampuan seseorang untuk menahan
diri untuk tidak mencapai kebutuhannya
dengan cara melanggar norma-norma
yang berlaku di masyarakat
b. Social Control adalah kemampuan
kelompok-kelompok sosial atau
lembaga-lembaga di masyarakat untuk
melaksanakan norma-norma atau
peraturan menjadi efektif.
Reiss mengajukan tesis bahwa untuk
orang-orang tertentu, melemah- nya
personal dan social control secara relatif
dapat diperhitungkan sebagai
penyebab terbesar delinkuensi. Namun tidak langsung bisa juga muncul karena
dalam banyak kasus, melemahnya personal kurikulum yang tidak menunjang, guru yang
dan social control secara relatif selayaknya tidak memberikan perhatian dan kebijakan
diperhitungkan sebagai penyebab sekolah yang tidak adil (Stevenson dan
delinkuensi. Kondisi anak murid yang drop- Ellsworth:260).
out dari sekolah juga memicu timbulnya Penunjang lain dari delikuensi akibat
delinkuensi. Selain itu, delinkuensi secara drop out adalah : (David Musick,1995 ;
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 7

h.175) Menunjuk kepada suatu alasan di


a. merasa terganggu dengan kalangan remaja nakal bahwa tingkah
kewenangan orang dewasa laku mereka sesungguhnya tidak
b. merasa gagal merupakan suatu bahaya yang
c. kurang motivasi besar/berarti. Sehingga mereka
d. tidak memiliki peran apapun di kelas beranggapan bahwa vandalisme
e. tingkat absensi/ketidakhadiran yang merupakan suatu kelalaian semata- mata
tinggi dan mencuri mobil sesungguhnya
f. tidak mampu membangun tujuan karir meminjam mobil. Atau perkelahian
di masa depan antar geng merupakan pertengkaran
g. tidak berpartisipasi dalam aktifitas semata.
sekolah atau pasif 3. Denial of the victim
h. mempunyai masalah keuangan yang Menunjuk kepada suatu keyakinan diri
seriusmemiliki kehidupan keluarga yang pada remaja nakal, bahwa mereka
membuat stres. adalah pahlawan sedangkan korban
Hal yang melatarbelakangi peng- justru dipandang sebagai mereka yang
gunaan narkoba lebih lanjut juga dapat melakukan kejahatan
ditilik melalui teknik netralisasi 4. Condemnation of the condemners
(neutralization), yang memberikan ke- Menunjuk kepada anggapan bahwa
sempatan bagi individu untuk melong- polisi sebagai pihak yang hipokrit,
garkan keterikatannya dengan sistem nilai- sebagai pelaku yang melakukan
nilai yang dominan sehingga ia merasa kesalahan atau memiliki perasaan tidak
memili kebebasan untuk mela- kukan senang pada mereka. Pengaruh
kenakalan. Sykes dan Matza merinci lima teknik ini adalah merubah subyek
teknik netralisasi sebagai berikut : yang menjadi pusat perhatian,
1. Denial of responsibility berpaling dari perbuatan- perbuatan
Adanya anggapan di kalangan remaja kejahatan yang telah
nakal yang menyatakan dirinya dilakukannya.
merupakan korban dari orangtua yang 5. Appeal to higher loyalities
tidak mengasihi anak, lingkungan Menunjuk kepada suatu anggapan di
pergaulan yang buruk, atau berasal dari kalangan remaja nakal, bahwa mereka
tempat tinggal yang kumuh terperangkap di antara tuntutan
2. Denial of injury masyarakat, hukum dan kehendak
kelompok mereka. Dalam keadaan
demikian, seseorang akan dipengaruhi
oleh suatu keadaan dimana
kenakalan atau
penyimpangan tingkah laku merupakan
sesuatu yang diperbolehkan.

Penutup

Dari uraian-uraian di atas, maka


terlihat bahwa yang harus diperkokoh adalah
kontrol pribadi dan kontrol sosial sebagai
benteng yang harus dimiliki dalam upaya
pemberantasan narkoba. Di sisi lain aparat
penegak hukum juga harus tanggap dengan
keresahan yang muncul di masyarakat dan
mulai
mewujudkan supremasi hukum, agar masalah penggunaan narkoba dan solusinya
menumbuhkan kepercayaan juga sangat diperlukan. Akhirnya semua
masyarakat perihal keseriusan mereka sistem di masyarakat saling bahu membahu
menangani permasalahan ini. Penelitian untuk melindungi generasi muda tumpuan
yang lebih mendalam untuk menjawab bangsa, menolongnya dari jurang kehancuran
Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No. I September 2000 : 37 - 45 8

akibat narkoba. narkotika lebih dekat analoginya dengan


Akan tetapi suatu bentuk penyakit kanker daripada “musuh”,
pengamanan masyarakat yang acap kali mengingat narkotika secara perlahan- lahan
disebut “perang” terhadap narkoba perlu membesar di dalam tubuh kita dan tidak
dikritisi. Istilah perang terhadap narkoba bisa diatasi dengan mudah dengan cara
jelas merupakan suatu istilah yang dapat memotong bagian itu.
menyesatkan. Mengapa? Istilah ini Problem narkoba jelas bukan suatu
menunjukkan bahwa seolah- olah saat ini problem yang sederhana dan akan hancur
masyarakat sedang menghadapi perang dengan cara diperangi secara sporadis.
besar terhadap para pengedar narkoba. Beberapa hal perlu kita perhatikan, antara
Meskipun amat sangat banyak spanduk lain bahwa bisnis ini melibatkan jaringan
bernada perang, tidak jelas dengan cara apa yang sangat well organised, yang
perang itu dilakukan. Apakah berupa lingkupnya tidak hanya lokal atau nasional
pengeroyokan terhadap para pengedar melainkan global. Bisnis ini akan maju
? Penutupan tempat-tempat jual beli narkoba dengan pesat apabila demand-nya juga
? Menghukum pemakai dan pengedar ? besar. Dari segi inilah masyarakat
Belum jelas benar apa strategi yang hendak harus memperhatikan
dijalankan dalam “perang” tersebut. Istilah dengan serius, dengan menjawab
ini juga menyiratkan suatu kondisi sesaat pertanyaan : mengapa
sebagai waktu dilakukannya perang itu semakin banyak anak-anak muda kita lari
dengan para pengedar sebagai musuhnya. kepada narkoba ? Mengapa anak- anak
Lalu di mana letak persoalan muda kita tidak takut lagi
kekeliruan dalam istilah “perang” melawan kehilangan masa depannya ? Mengapa
narkoba ? Pertama, dengan “perang total” orang tua kurang berperan dalam
yang kini sedang dijalankan, mengurangi besarnya “demand” ini
masyarakat akan dengan cara mendidik, membimbing dan
menghabiskan banyak energi dan perhatian mengasihi putra-putrinya ?
hanya untuk saat ini saja. Bagi para Mengapa pranata-pranata sosial tidak
pengedar hal itu hanya dilihat sebagai berfungsi dengan baik ? Sederet
indikator untuk menyurutkan sedikit aksi pertanyaan di atas perlu kita renungkan. Dari
mereka sesaat atau akan mencari daerah lain uraian di atas, agar istilah perang ini
yang masih “aman”. Kedua, “perang” yang tidak sia-sia maka, yang kita maksudkan
dijalankan tanpa strategi dan langkah- bukanlah perang yang
langkah yang jelas mudah untuk diatasi atau sporadis melainkan perang
disiasati oleh jaringan narkoba internasional. berkelanjutan terhadap masalah
Ketiga (dan ini yang paling penting), narkoba yang dapat berjalan dalam waktu
masalah panjang dan tidak akan selesai
selama problem narkoba masih ada.
Hal lainnya, dan ini juga tidak kalah
penting dalam upaya penanggulangan
narkoba, yaitu political will dari pemerintah.
Pengalaman negara Amerika Serikat yang
semakin tersadar dengan problem besar ini
menunjukkan bahwa polical will merupakan
the most powerful weapon dalam
memerangi perdagangan narkoba. Kekuatan
kepolisian atau militer nomor satu untuk
memerangi peredaran narkoba, dengan
dilengkapi peralatan modern sekalipun,
tidak akan
berhasil tanpa komitmen penuh dari
pemimpin politik suatu negeri.
Hal demikian menjadi sangat penting
kita perhatikan, yaitu sejauh mana
masyarakat disamping terus menggelorakan
semangat anti narkobanya pada satu sisi,
tidak boleh lupa untuk terus memberi
pressure pada pemimpin politik negeri ini
agar mereka memberikan komitmen penuh
dalam menanggulangi masalah narkoba ini.
Tanpa political will, perang terhadap
narkoba hanya dapat dimenangkan sesaat
dan tinggal diatas spanduk- spanduk di
pinggir jalan saja.

Daftar Pustaka

Sudarto
1980 Pembaruan Hukum Pidana di
Indonesia, Jakarta: BPHN

Adler, Freda; Gerhard OW Mueller and


William S. Laufer
1991 Criminology. New York : Mc Graw-
Hill.

Atmasasmita, Romly
1992 Teori dan Kapita Selekta
Kriminologi. Jakarta: Eresco.

Haskell, Martin R.
1974 Criminology: Crime and
Criminality. USA : Rand McNally
College Publisher.

Musick, David
1995 An Introduction to the
Sociology of Juvenile
Delinquency. NY: University of
NY Press.

Zingraff, Matthew T.
1993 Child Maltreatment and
Youthful Problem Behavior.
Washington : American Society of
Criminology.

Anda mungkin juga menyukai