Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERTENSI

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Firda Ningsi Dwila : 183112320150082


2. Shilvia Jelita : 183112420150084
3. Siti Nuratiah : 183112420150058

PROGAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien hipertensi” ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Kritis.
Tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada Ns Tommy J. F.
Wowor,S Kep.,MM. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kritis yang telah
membimbing dan mengajar kami dikelas dengan sangat baik.
Kami sadar bahwa makalah ini tidaklah sepenuhnya sempurna. Maka
saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun, akan kami terima untuk
perbaikan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca dan memberikan informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi
kita semua.

Jakarta , 7 April 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................4

1. Latar Belakang.............................................................................................4

2. Tujuan...........................................................................................................5

3. Sistematika penulisan...................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

1. Anatomi Fisiologi.........................................................................................7

2. Pengertian Hipertensi.................................................................................11

4. Manifestasi Klinis......................................................................................14

5. Patofisiologi...............................................................................................15

6. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................16

7. Komplikasi.................................................................................................17

8. Diagnosa Keperawatan...............................................................................18

9. Nursing Care Planning...............................................................................19

BAB III PENUTUP..............................................................................................22

1. Kesimpulan.....................................................................................................22

2. Saran...........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut Wold Health Organization pada tahun 2018 diseluruh
dunia sekitar 40% dari orang dewasa yang berusia 25 tahun ke atas telah
didiagnosis dengan hipertensi dengan prevalensi meningkat dari 600 juta
pada tahun 1980 menjadi 1 miliyar pada tahun 2008. Prevalensi hipertensi
tertinggi terjadi di wilayah Afrika sebesar 46% sedangkan prevalensi
terendah terjadi di Amerika sebesar 35%.(WHO, 2018)1

Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan diberbagai


negara. Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika
yang berusia diatas 20 tahun yang menderita hipertensi mencapai angka
74,5 jiwa dan hampir 90-95% tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes,
2014).2

(Menurut Riskesda tahun 2018) penderita hipertensi di Indonesia


mencapai 8,4% berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur ≥ 18
tahun, Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk
prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekita 34,1%,
sedangkan pada tahun 2013 hasil prevalensi penderita hipertensi di
Indonesia adalah sekitar 25,8%. Hasil prevalensi dari pengukuran tekanan
darah tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat dikatakan mengalami
peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Data dari (Riskesda tahun 2018) juga
mengatakan bahwa prevalensi hasil pengukuran darah pada penderita
hipertensi terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan dengan prevalensi
penderira sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata prevalensi hasil
pengukuran darah di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk yaitu
menempati posisi ke-13 dan prevalensi rata-rata penderita hiperensi berada
dibawah prevalensi penderita hipertensi di Indonesia (Kemenkes, 2019).
1
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/5206/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf
2
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3657/3/Chapter1.pdf

4
(Menurut Nurarif A.H. & Kusuma H.2016) hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan
diastolik sekitar 90 mmHg.

Hipertensi merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak


ada tanda gejala khusus pada penyakit hipertensi dan beberapa orang
masih merasa sehat untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang
membuat hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018), orang-orang
akan tersadar memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang dirasakan
semakin parah dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

2. Tujuan
1) Tujuam Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk membantu
Mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan Hipertensi.
2) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Mampu memahami Anatomi Fisiologi Hipertensi
b. Mahasiswa Mampu memahami Pengertian Hipertensi
c. Mahasiswa Mampu memahami Etiologi Hipertensi
d. Mahasiswa Mampu memahami Manifestasi Klinis Hipertensi
e. Mahasiswa Mampu memahami Patofisiologi Hipertensi
f. Mahasiswa Mampu memahami Pemeriksaan Penunjang
Hipertensi
g. Mahasiswa Mampu memahami Komplikasi Hipertensi
h. Mahasiswa Mampu memahami Asuhan Keperawatan Hipertensi

3. Sistematika penulisan
Untuk melihat dan mempermudah mengetahui pembahasan yang
ada pada makalah ini secara menyeluruh. Maka perlu dikemukakan
sistematika penulisan dan pedoman makalah.

Adapun sistematikanya yaitu:

1) Bagian Awal
Bagian awal memuat Halaman Cover, Kata Pengantar dan Daftar Isi

5
2) Bagian Utama
Bagian utama terdapat beberapa sub bab yaitu:
a. BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Tujuan dan Sistematika Penulisan
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini meliputi Anatomi Fisiologi, Pengertian, Etiologi, Manifestasi
Klinis, Patofisiologi, Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi, Diagnosa
Keperawatan dan Nursing Care Planning
c. BAB III PENUTUP
Bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran
d. DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Fisiologi
Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling
vital fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan
kata lain, apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar
pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak.
Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang
memompakan darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-
sel demi kelangsungan hidup. Untuk itu, siapapun orangnya sebelum
belajar EKG harus menguasai anatomi & fisiologi dengan baik dan benar.

a. Ukuran, Posisi atau letak Jantung


Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Dari beberapa
referensi, ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan
tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira 5" (12 cm) dan lebar
sekitar 3,5" (9 cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum,
tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua paru-paru dan
bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian
bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari
midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari midline sternum.
Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di
bawah puting susu sebelah kiri.
b. Lapisan Pembungkus Jantung
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan
perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan
yaitu :
a) Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung
yang melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention.
Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung
dengan bagian dinding dalam sternum rongga thorax, disamping
itu lapisan fibrosa ini termasuk penghubung antara jaringan,

7
khususnya pembuluh darah besar yang menghubungkan dengan
lapisan ini (exp: vena cava, aorta, pulmonal arteri dan vena
pulmonal).
b) Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
c) Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan
lapisan luar dari otot jantung atau epikardium. Diantara lapisan
pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral terdapat
ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau yang
disebut dengan cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi
untuk melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat
jantung berdenyut atau berkontraksi. Banyaknya cairan
perikardium ini antara 15 -50 ml, dan tidak boleh kurang atau lebih
karena akan mempengaruhi fungsi kerja jantung.
c. Lapisan Otot Jantung
Lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :
a) Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium
visceral
b) Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung
jawab atas kemampuan kontraksi jantung.
c) Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau
lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah
dan bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-
sel endotel pada pembuluh darah lainnya.
d. Katup Jantung
Katup jantung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup
atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.
Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup
atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara

8
atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral
atau bicuspid.
Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang
menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup
semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara
ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta.
Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung
sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat
relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh
chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak
terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah.
Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus
papilaris.
e. Ruang, Dinding & Pembuluh Darah Besar Jantung.
Jantung kita dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu :
1) Atrium ( serambi )
2) Ventrikel ( bilik )
Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang
pendek, yaitu ke ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis
dibandingkan dengan otot ventrikel.
Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu atrium kanan dan atrium
kiri. Demikian halnya dengan ruang ventrikel, dibagi lagi menjadi 2
yaitu ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Jadi kita boleh mengatakan
kalau jantung dibagi menjadi 2 bagian yaitu jantung bagiankanan
(atrium kanan & ventrikel kanan) dan jantung bagian kiri (atrium kiri
& ventrikel kiri).
f. Pembuluh Darah Besar Jantung
Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:
1) Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor
dari bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
2) Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor
dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.

9
3) Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah
kotor dari jantung sendiri.
4) Pulmonary Trunk, yaitu pembuluh darah besar yang membawa
darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
5) Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
6) Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
7) Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa
darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
8) Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih
dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
g. Arteri Koroner
Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab dengan
jantung sendiri,karena darah bersih yang kaya akan oksigen dan
elektrolit sangat penting sekali agar jantung bisa bekerja sebagaimana
fungsinya. Apabila arteri koroner mengalami pengurangan suplainya
ke jantung atau yang di sebut dengan ischemia, ini akan menyebabkan
terganggunya fungsi jantung sebagaimana mestinya. Apalagi arteri
koroner mengalami sumbatan total atau yang disebut dengan serangan
jantung mendadak atau miokardiac infarction dan bisa menyebabkan
kematian. Begitupun apabila otot jantung dibiarkan dalam keadaan
iskemia, ini juga akan berujung dengan serangan jantung juga atau
miokardiac infarction.
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik,
dimana muara arterikoroner berada dekat dengan katup aorta atau
tepatnya di sinus valsava. Arteri koroner dibagi dua,yaitu:arteri
koroner kiri dan arteri koroner kanan. 3

3
http://eprints.umpo.ac.id/2194/2/MONOGRAF%2C%20terbit%20Nopember
%202015%20revisi.pdf

10
2. Pengertian Hipertensi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan
darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat
jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik).4

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan di pembuluh darah


meningkat secara kronis yang terjadi karena jantung bekerja lebih keras
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh.
Penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ lainnya seperti jantung dan
ginjal seseorang yang menderita hipetensi dapat dilihat dari hasil
pengukuran tekanan darah sistolik ≥ 140 mMHg dan tekanan darah
diastolic ≥ 90mMHg.(Riskesdas, 2018).5

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan


tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto, 2014).6

3. Etiologi Hipertensi

Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing, yaitu :

a) Hipertensi esensial atau primer


Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui,
sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga tidak
ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit

4
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Tekanan-Darah-Tinggi-Hipertensi.pdf
5
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/5206/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf
6
http://repository.unimus.ac.id/911/3/12.BAB%20II.pdf

11
renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik serta ras
menjadi bagian dari penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk
stress, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan dan gaya hidup
(Triyanto, 2014).7
b) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal (Buss & Labus, 2013).

Menurut (Ardiansyah M., 2012) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2


golongan, yaitu:8

1. Hipertensi primer (esensial)


Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a) Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi
lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
b) Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita
yang telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit
hipertensi.
c) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak. Konsumsi
garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
d) Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat
badan ideal sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan
konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam
keduanya.

7
http://repository.unimus.ac.id/911/3/12.BAB%20II.pdf
8
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3657/4/Chapter2.pdf

12
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta
abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat
aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas
area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan
c) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa
darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan
hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim
ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur
serta fungsi ginjal.
d) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi
secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini,
tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan
penghentian oral kontrasepsi.
e) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Adrenalmediate hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
f) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
g) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu.
h) Kehamilan

13
i) Luka bakar
j) Peningkatan tekanan vaskuler
k) Merokok: Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan
katekolamin. Peningkatan katekolamin mengakibatkan
iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung serta
menyebabkan vasokortison yang kemudian menyebabkan
kenaikan tekanan darah.

4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat
terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina
akibat hipertensi. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran
darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.9

Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016),


tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi: 10

1) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan
tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang lazim Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/3f252a705ddbef7abf69a6a9ec69b2fd.p
df
10
ttp://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3657/4/Chapter2.pdf

14
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun

Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun


tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua
kali pengukuran tekanan darah secara berturutan dan bruits (bising pembuluh
darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri
renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi.
Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan
dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah
sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae
berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit
kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat
banyak(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011)

5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

15
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.

Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk


pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner &
Suddarth, 2002).11

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dipakai
untuk menilai fungsi ginjal. Pemeriksaan yang lebih tepat adalah
pemeriksaan Creatinin Clearance Test (CTC). Pemeriksaan kalium dalam
11
http://repository.unimus.ac.id/1478/3/BAB%20II.pdf

16
serum dapat membantu menyingkirkan kemungkinan aldosteronisme
primer pada pasien hipertensi. 12

Pemeriksaan peenunjang, yaitu:


1) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2) Pemeriksaan retina
3) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6) Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7) Foto dada dan CT scan

7. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang terjadi pada Hipertensi, yaitu: 13

a) Stroke
Stroke dapat terjadi akibat hemoragic tekanan darah tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis
apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi
berkurang. Arteri otak mengalami arteriosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

b) Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang


aterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melewati pembuluh darah.

c) Gagal ginjal

12
http://eprints.umpo.ac.id/2194/2/MONOGRAF%2C%20terbit%20Nopember
%202015%20revisi.pdf
13
http://repository.unimus.ac.id/1478/3/BAB%20II.pdf

17
Gagal ginjal dapat terjadi karena kegagalan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya
glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron
yang dapat terganggu dan berlanjut menjadi hipoksik atau
kematian.

d) Ensepalopati

Ensepalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna.


Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
kelainan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstitial
diseluruh susunan saraf pusat.
e) Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang baru lahir
mungkin memiliki berat lahir kecil akibat fungsi plasenta tidak
adekuat, kemudian dapat dialami hipoksi dan asidosis jika ibu kejang
selama atau sebelum proses persalinan.
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif
dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian. Untuk
merumuskan diagnosis keperawatan dibutuhkan keterampilan klinik yang
baik mencakup proses diagnosis keperawatan dan perumusan pernyataan
keperawatan. Proses diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua yaitu
proses interpretasi dan proses menjamin keakuratan diagnosis itu sendiri.
Perumusan pernyataan diagnosis keperawatan memiliki beberapa syarat,
yaitu dapat membedakan antara sesuatu yang actual, risiko dan potensial.
Metode penulisan diagnosis aktual terdiri dari masalah, penyebab, dan
tanda/gejala. (SDKI DPP PPNI, 2016).14

Diagnosa Keperawatan Hipertensi, yaitu:

14
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4325/3/BAB%20ll%20Tinjauan%20Pustaka.pdf

18
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload, kontraktilitas, heart rate, preload, ritme dan stroke
volume.

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peningkatan


tekanan intra cranial)

c. Ketidakefektifan jaringan perfusi perifer berhubungan dengan


hipertensi

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,


ketidakseimbangan suplai oksigen, imobilisasi

9. Nursing Care Planning


No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan

19
1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung
jantung berhubungan Keperawatan 1x24 jam Tindakan:
dengan perubahan diharapkan masalah Observasi
afterload, kontraktilitas, penurunan curah jantung - Monitor tekanan darah
heart rate, preload, dapat membaik ditandai - Monitor keluhan nyeri dada
ritme dan stroke dengan: - Monitor EKG
volume. 1. Tekanan darah - Monitor fungsi alat pancu
membaik jantung
2. Takikardia menurun - Periksa tekanan darah dan
3. Gambaran EKG frekuensi nadi sebelum
aritmia menurun aktivitas
Terapeutik
- Posisi pasien semi fowler atau
fowler dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang
sesuai.
- Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan hairan.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiaritma,jika perlu

20
- Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan agen cedera Keperawatan 1x24 jam Tindakan:
biologis diharapkan masalah Observasi
penurunan Nyeri Akut dapat - Identifikasi lokasi,
berkurang ditandai dengan: karakteristik, durasi,
1. Skala Nyeri berkurang frekuensi, kualitas, intensitas
2. Klien mampu nyeri.
mengenali kapan nyeri - Identifikasi skala nyeri
terjadi - Identifikasi respon nyeri non
3. Mampu menggunakan verbal
tindakan pengurangan - Identifikasi pengaruh nyeri
(nyeri) tanpa analgesik pada kualitas hidup
4. Melaporkan gejala - Monitor efek samping
yang tidak terkontrol penggunaan analgetik
pada profesional Terapeutik
kesehatan - Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol nyeri yang
memperlambat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mendiri

21
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Hipertensi ada 2 tipe,
yaitu: Hipertensi esensial atau primer dan Hipertensi Sekunder. Gambaran
klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

2. Saran
Untuk menurunkan risiko Hipertensi, hendaknya pasien melakukan
terapi medis maupun non-medis secara teratur, melakukan pola gaya hidup
sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain
sebagainya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Poltekekesjogja.”Hipertensi”.http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3657/3/Chapter1.
pdf..

Nurhidayat, Saiful (2015). “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi”.


http://eprints.umpo.ac.id/2194/2/MONOGRAF%2C%20terbit%20Nopember
%202015%20revisi.pdf.

Kemenkes (2016). “Tekanan Darah Tinggi Hipertensi”.


http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Tekanan-Darah-Tinggi-
Hipertensi.pdf.

Unimus.” BAB II Tinjauan Pustaka”.http://repository.unimus.ac.id/911/3/12.BAB


%20II.pdf.

Dewi (2009). “BAB II Tinjauan


Pustaka”.http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3657/4/Chapter2.pdf.

Krisnanda, Made Yog (2017). “ Hipertensi “.


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/3f252a705ddbef7abf69a6
a9ec69b2fd.pdf.

Poltekkes-denpasar.”BAB II Tinjauan Pustaka – Konsep Dasar Hipertensi”.


http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2336/3/BAB%20II.pdf.

Scholar.unand.” Bab 1 Pendahuluan, Hipertensi”.


http://scholar.unand.ac.id/22316/3/2.%20BAB%20I.pdf

23
24

Anda mungkin juga menyukai