Addimas-Proposal2021-07-18 13 - 47 - E3f56a2c141b4b3716
Addimas-Proposal2021-07-18 13 - 47 - E3f56a2c141b4b3716
TIM PENGUSUL
Ketua Peneliti : Prof. Dr. Sri Umi M, SE, MP, Ak NIDN: 0012065307
Anggota Peneliti : Dr. Hari Wahyono, M. Pd NIDN: 0026125705
Anggota Tendik : Nandhika Gatama, A. Md
Mahasiswa 1 : Restu Agus Dwi Kurniawan NIM: 180431624587
Mahasiswa 2 : Titis Dwi Prastika NIM: 180431624509
Colaborator : Derry Wijaya, Ph. D (Boston University: USA)
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangka model pendidikan pada anak wanita karier yang
bekerja di Perguruan Tinggi di Jawa Timur. Pengembangan tersebut berdasarkan pada analisis
situasi dan beberapa permasalahan yang dihadapi wanita karier dalam melakukan perencanaan
pendidikan anak di masa depan. Pengembangan model didasarkan pada aspek pendidikan ekonomi
keluarga, pendidikan agama dan pendidikan karakter. Model pengembangan menggunakan model
4 D, define, design, develop, and dissemination. Luaran yang dihasilkan dalam penelitian ini,
Jurnal internasional terindeks / buku ber isbn / 2 prosiding internasional / jurnal nasional Sinta 2.
LATAR BELAKANG
Dewasa ini kesadaran akan kesejajaran jender semakin meningkat. Tidak bisa dipungkiri
wanita merupakan aset penting di segala aspek kehidupan. Penciptaanya memberikan kontribusi
di segala bidang. Tak terkecuali di bidang pendidikan. Keberhasilan pendidikan seorang anak
sangat tergantung pada peran wanita sebagai ibu sekaligus pengelola dalam aspek keluarga,
masyarakat, dan negara. Dalam perkembangan dekade terakhir peran wanita sangat besar dalam
pembangunan.
Wanita telah banyak merambah kehidupan publik, yang selama ini didominasi pria. Wanita
telah banyak bekerja di luar rumah, dan banyak di antara mereka menjadi wanita karier. Istilah
“karier” atau career (Inggris) berarti “A job or profesion for which one is trained and which one
intends to follow for part or whole of one‟s life.” Atau “a job or profession especially one
withopportunities for progress” sementara itu “wanita karier” berarti “wanita yang berkecimpung
dalam kegiatan profesi seperti bidang usaha, perkantoran dan sebagainya dilandasi pendidikan
keahlian seperti keterampilan, kejujuran, dan sebagainya yang menjanjikan untuk mencapai
kemajuan.”
Bahwa pekerjaan karier tidak sekedar bekerja biasa, melainkan merupakan ketertarikan
seseorang pada suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau ditekuni dalam waktu panjang (lama)
secara panuh (fulltime) demi mencapai prestasi tinggi, baik dalam upah maupun status. Dengan
demikian, “wanita karier” adalah wanita yang menekuni dan mecintai sesuatu atau beberapa
pekerjaan secara penuh dalam waktu yang relatif lama, untuk mencapai sesuatu kemajuan dalam
hidup, pekerjaan atau jabatan. Umumnya karier ditempuh oleh wanita di luar rumah. Sehingga
wanita karier tergolong mereka yang berkiprah di sektor publik. Di samping itu, untuk berkarier
berarti harus menekuni profesi tertentu yang membutuhkan kemampuan, kapasitas, dan keahlian
dan acap kali hanya bisa diraih dengan persyaratan telah menempuh pendidikan tertentu.6 Wanita
dalam meniti karier masih dipandang sebagai kelompok wanita, belum banyak yang memandang
sebagai pribadi manusia yang mempunyai kemampuan tertentu. Tentu saja hal itu juga akan
menghambat cita-cita wanita karier, karena dalam meniti karier selalu menoleh ke belakang.
Wanita selalu mendengarkan penilaian masyarakat yang tak jarang memberi nilai negatif, karena
tidak bekerja sesuai dengan kodrat wanita. Seolah-olah tugas wanita sudah dikondisikan tertentu,
dan buruk bagi wanita yang keluar dari kondisi yang ditentukan tersebut.
Peran wanita karier adalah bagian yang dimainkan dan cara bertingkah laku wanita di
dalam pekerjaan untuk memajukan dirinya sendiri. Wanita karier mempunyai peran rangkap, yaitu
peran yang melekat pada kodrat dirinya yang berkaitan dengan rumah tangga dan hakikat keibuan
serta pekerjaannya di luar rumah. Dengan demikian seorang wanita karier harus memenuhi
berbagai persyaratan dan tidak mungkin dimiliki oleh setiap wanita.
Untuk mewujudkan generasi mendatang yang berkualitas peran wanita sangat penting.
Terutama dalam pendidikan. Pada dasarnya pengertian pendidikan (UU SISDIKNAS No.20 tahun
2003) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Masa Depan adalah gambaran tentang
kehidupan kita pada beberapa kurun waktu ke depan. Jadi Pengembangan Pendidikan Masa
Depan adalah proses, cara, atau perbuatan untuk menjadi maju dalam proses pembelajaran yang
dilakukan untuk kehidupan dikurun waktu yang akan datang.
1. Faktor Pendukung Pengembangan Pendidikan Masa Depan
Empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu
dikembangkan oleh lembaga pendidikan formal, yaitu:
• Learning to Know (belajar untuk mengetahui),
Dalam rangka merealisasikan Learning to Know, Guru berfungsi sebagai fasilitator. Di
samping itu guru dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog
dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.
• Learning to Do (belajar untuk melakukan sesuatu)
Learning to do akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk
mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya.
Keterampilan dapat digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan
lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan
kehidupan seseorang.
• Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang)
Learning to be erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan
kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses
pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi.
Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat
dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa secara maksimal.
• Learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima (take and
give), perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya
proses learning to live together.
2. Ciri-ciri Pengembangan Pendidikan Masa Depan
Untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dengan baik, maka dari itu pendidikan masa depan
setidaknya memiliki ciri, sebagai berikut.
• Peserta didik secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajarinya.
• Peserta didik secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuannya.
• Penguasaan materi dan juga mengembangkan karakter peserta didik
• Penggunaan multimedia
• Guru sebagai fasilitator, evaluasi dilakukan bersama dengan peserta didik.
• Terpadu dan berkesinambungan
• Menekankan pada pengembangan pengetahuan
• Iklim yang tercipta lebih bersifat kolaboratif, suportif, dan kooperatif.
• Peserta didik dan guru belajar bersama dalam mengembangkan, konsep, dan keterampilan.
• Penekanan pada pencapaian target kompetensi dan keterampilan.
• Pemanfaatan berbagai sumber belajar yang ada di sekitar.
3. Syarat-Syarat Pengembangan Pendidikan Masa Depan
• Materi Pendidikan Masa Depan
• Global Awareness (kesadaran global)
• Keterampilan dalam keuangan, ekonomi, bisnis dan kewirausahaan
• Pemikiran untuk kepentingan umum
• Kesadaran akan kesehatan dan kesejahteraan
Dengan demikian, tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada
peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral
manusia Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang
demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara bermartabat di masyarakat dunia di era
globalisasi ini. Satu hal yang perlu kita pahami melalui ungkapan McKenzie, yaitu “Untuk
mendidik dan menghasilkan orang dewasa yang tidak sekedar menjadi penduduk dunia namun
juga mencoba untuk menciptakan dunia masa depan yang cocok untuk semua penduduknya”.
Inilah sebenarnya yang diharapkan, semoga apa yang diharapkan ini bisa terwujud dengan cepat.
Keberhasilan pendidikan anak di masa yang akan datang tentu saja didukung oleh bayak
faktor. Diantaranya, pendidikan dan non pendidikan. Pendidikan dalam penelitian ini dijabarkan
melalui, pendidikan ekonomi keluarga, pendidikan karakter, dan pendidikan agama. Dengan ber
subjek pada wanita karier yang merupakan isu jender dalam penelitian ini, seperti yang dijabarkan
di atas. Sehingga penelitian ini ingin mengembangkan model pendidikan anak di masa yang akan
datang pada wanita karier khususnya di Jawa Timur.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendidikan Ekonomi Keluarga
Pendidikan di keluarga merupakan pendidikan yang pertama kali diterima oleh anak-anak.
Karena itu, pendidikan ini harus diberikan dengan sangat hati-hati, karena bagi anak-anak, apa
yang diterima pertama kali akan sangat membekas di pikiran mereka. Pendidikan ini juga sangat
penting sekali, karena akan merupakan landasan dasar bagi pertumbuhan pikiran anak-anak
nantinya. Karena pendidikan di keluarga yang dalam hal ini dilakukan orang tua, merupakan
pondasi bagi pendidikan selanjutnya dan akan sangat mempengaruhi perkembangan pribadi anak.
(Mansur).
Sifat anak adalah meniru apa yang dilakukan oleh orang tua nya, karena orang tua adalah
panutan bagi anak-anaknya. Disamping itu, keluarga merupakan kelompok sosial dimana antar
anggota keluarga saling memperhatikan, membantu dan saling mengasihi satu sama lain.
(Abdullah & Berns ). Sebagaimana dikatakan oleh Soemarjan, bahwa keluarga itu merupakan inti
dari masyarakat, sehingga apabila pendidikan di keluarga berjalan dengan baik, akan menjadikan
kondisi masyarakatpun menjadi baik. Oleh karena itu diharapkan para orang tua, dapat
memberikan landasan dasar pendidikan yang baik pada anak-anaknya, dan ini merupakan tugas
yang penting bagi orang tua.
Kebiasaan anak kecil adalah meniru apa yang dilakukan oleh orang terdekatnya, apalagi
bila orang tua sibuk, praktis anak akan dibawah pengasuhan orang lain sepanjang hari. Oleh karena
itu sesibuk apapun, orang tua harus menyempatkan diri, untuk berbicara dengan putra/putrinya.
Dengan melakukan pembicaraan tersebut, anak merasa memperoleh perhatian. Apalagi kalau
pembicaraan tersebut, tidak hanya menanyakan apa yang dialami, apa yang dilakukan hari ini,
namun ada sentuhan moral lewat nasehat-nasehat ringan, maka anak akan dapat menerima dengan
baik, tanpa merasa ada paksaan. Apabila hal tersebut dilakukan berulang kali, maka anak akan
terbiasa melakukan hal tersebut, sehingga anak akan terampil dalam melakukan apa yang
diharapkan oleh orang tuanya. Jadi pada dasarnya anak butuh latihan untuk melakukan kegiatan
tersebut. Latihan dapat dilakukan sepanjang hari, baik di rumah maupun di tempat belajar. Latihan
tidak harus dengan melakukan kegiatan, tetapi mendengarkan nasehat, atau melihat secara
langsung apa yang dilakukan oleh orang-orang disekelilingnya, juga merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan ketrampilannya. Kebanyakan orang mengira, latihan itu harus melakukan
sesuatu kegiatan, tapi untuk anak-anak, tidak selalu dengan kegiatan, melihatpun sudah merupakan
latihan. Latihan yang baik, apabila anak melihat orang tuanya melakukan sesuatu, karena itu peran
orang tua dalam memberikan ketrampilan pada anak-anaknya sangat penting.
Pentingnya pendidikan Ekonomi pada anak-anak
Lermitte dan Merrit (2004) menyatakan bahwa terdapat 4 manfaat positif mengajarkan
anak untuk mengelola keuangannya sejak dini. Keempat manfaat tersebut di antaranya, (1) anak-
anak kelak dapat menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab secara finansial, (2) anak-anak
bisa mengembangkan nilai positif yang kuat mengenai uang, (3) anak-anak akan belajar kebiasaan
uang yang konsisten dan keterampilan finansial yang berguna, dan (4) anak-anak akan
mengembangkan keyakinan untuk membuat pilihan mereka sendiri.
Pendidikan ekonomi khususnya dalam pengelolaan keuangan akan dapat membendung
sikap konsumerisme di usia dewasa. Mereka akan mampu menggunakan pendapatan mereka
secara hati-hati. Artinya pengeluaran yang dilakukan benar-brnar sesuai untuk memenuhi
kebutuhan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Sehingga pengeluaran uang bisa dikontrol
penggunaannya, dan bisa dipertanggungjawabkan. Mereka akan dapat menghargai uang, artinya
mereka benar-benar mampu mengelola pendapatannya secara baik, karena mereka merasakan
bagaimana sulitnya mencari uang, sehingga mereka benar-benar menghargai setiap pengeluaran
uang walau jumlahnya tidak seberapa. Keterampilan dalam menggunakan uang yang dilakukan
setiap saat, akan membantu mereka untuk bisa mengendalikan pengeluaran keuangannya, yang
pada akhirnya akan dapat membendung sifat konsumerisme.
Sebagai orang tua harus dapat memberikan pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan
kepada anak-anaknya dengan baik. Artinya orang tua harus dapat memberikan contoh dalam
menggunakan uang dengan baik. Pembuatan anggaran pengeluaran yang akan dilakukan setiap
bulannya, dengan penghasilan yang diperolehnya. Demikian pula, kalau belanja harus membuat
perencanaan apa yang akan dibeli. Kalau itu dilakukan dihadapan anak-anak, sudah merupakan
pembelajaran pengelolaan keuangan kepada anak-anak mereka. Bukankan anak-anak itu akan
selalu meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang tua? Ini berarti orang tua merupakan panutan
bagi anak-anaknya.
Disamping itu perlu diberikan kepada anak-anak perlunya melakukan menabung,
kegunaan dari menabung, untuk kehidupan di masa depan. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Greenspan, A., (2003). Anak-anak akan tergerak hatinya untuk menabung, setelah mengetahui
kegunaan menabung sangat bagus bagi mereka,dalam memenuhi kebutuhan mereka yang
mendesak.
Langkah-langkah pembelajaran pengelolaan keuangan
a. Memberikan Kepercayaan Pada Anak Dalam Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan uang saku anak, hendaknya dilakukan sendiri oleh anak, orang tua seyogyanya
tidak ikut campur. Biarkan mereka mengelola sendiri uang sakunya. Apabila mereka membuat
kesalahan, pada akhirnya mereka akan menyadarinya, bahwa telah terjadi kesalahan dalam cara
pengelolaan uang saku. Karena pengalaman merupakan guru yang baik, dalam meniti langkah
kedepan. Orang tua diharapkan dapat menjadi teladan, bagi anak-anaknya dalam pengelolaan
keuangan.
b. Memberi Contoh Langsung Cara Menggunakan Uang
Anak-anak selalu akan melihat, apa yang dilakukan oleh orang tuanya dalam menggunakan
keuangan. Terutama apa yang dikerjakan oleh orang terdekatnya. Biasanya mereka akan berkiblat
pada ibunya. Mengapa demikian? Karena ibu lah yang sering mendampingi para anak-anak dalam
kehidupan sehari-hari. Karena biasanya pengelolaan keuangan keluarga yang melaksanakan
sebagian besar adalah ibu, maka ibulah yang akan menjadi kiblat anak-anak dalam mengelola uang
nantinya. Dengan kehidupan dalam era global ini banyak masyarakat yang menjadi konsumtif.
Mengapa masyarakat kita konsumtif? Barangkali jawabannya bisa dicari dari bagaimana pola
pendidikan yang mereka terima sejak kecil.
2. Pendidikan Agama (religius)
Pendidikan agama memiliki peranan yang cukup penting dalam pendidikan anak. Ada
korelasi yang signifikan antara pembinaan agama yang cukup pada masa anak-anak dengan
perilaku mereka ketika beranjak remaja atau dewasa (Rosyida, 2016; Thohir, 2013). Selain itu
pendidikan agama sering digunakan orangtua untuk membangun pendirian dan pondasi bersikap
anak. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini lingkungan anak-anak mulai bercampur dengan
lingkungan remaja yang kurang baik yang dapat menyebabkan dampak negatif bagi anak.
Menurut Jalaludin (2002) anak yang memiliki kepribadian saleh tidak dilahirkan dalam
selama alami, tetapi perlu proses bimbingan yang memadai. Ada beberapa tahap yang harus
dilakukan, yakni keteladanan, pemeliharaan, dan. pembiasaan. Pertama keteladanan. Sebagai
orang tua hal pertama dalam pola pengasuhan anak adalah keteladanan. Orang tua hendaknya
memberikan contoh praktek kebaikan terlebih dahulu kepada anak dan anggota keluarga. Hal yang
demikian sudah barang tentu akan membekas dalam memori anak dan sekaligus menjadi
pembelajaran akhlak yang baik. Pendidikan akhlak dalam keluarga merupakan komponen utama
dalam membentuk kepribadian anak yang saleh. Hal ini selaras dengan misi diutusnya Rasulullah
Saw. Dalam suatu hadits Rasul bersabda:
)إنما بعثت ألتمم صالح األخالق )رواه أحمد: قال رسول هللا ـ صلى هللا عليه و سلم ـ:عن أبي هريرة ـ رضي هللا عنه ـ قال
Dari Abu Hurairoh Rasul bersabda: Sesungguhnya Aku (Muhammad) diutus untuk
menyempurnakan akhlak mulia (HR. Ahmad).
Kedua, pemeliharaan. Tanggung jawab orang tua dalam hal ini adalah memberikan
pemeliharaan dalam hal fisik anak. Fokus pada pemeliharaan fisik dilakukan melalui
pemberian makanan dan minuman dan pengembangan potensi anak. Makanan dan minuman
harus menjadi perhatian orang tua karena untuk kelancaran pertumbuhan fisik anak. Menurut
Jalaluddin (2002:7) makanan dan minuman seyogyanya memenui persyaratan halal (hukumnya)
dan thayyib (bahannya). Halal dari segi bagaimana cara mencari dan mendapatkannya yang sesuai
dengan kaidah agama. Sementara thayyib dimaksudkan bahwa makanan dan minuman harus
memperhatikan segi kandungan gizinya. Makanan dan minuman yang halal dan thayyib agar
diperhatikan dan sebagai syarat pokok dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Allah berfirman:
ان
ِ طَ ش أي
َّ ت ال ُ طيِّ ِباا َو ًَل تَتَّبِعُوا ُخ
ِ ط َوا َ ض َح َال اًل ُ َّيَا أَيُّ َها الن
ِ اس ُكلُوا مِ َّما فِي أاأل َ أر
Wahai sekalian manusia makanlah yang halal dan thayyib dari apa yang ada di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan (Al Baqarah 168).
Urgensi pemilihan makanan yang halal dan thayyib sebenarnya juga terkait dengan
pengembangan potensi fitrah anak. Islam memandang bahwa setiap anak yang dilahirkan ke muka
bumi ini memiliki potensi yang harus dikembangkan. Mengenai potensi ini Imam al-Ghazali
berpendapat bahwa anak adalah masih suci dan kosong, ia selalu menerima apapun yang
ditanamkan kepadanya (Kurniawan, 2011: 92). Terkait dengan ini Rasulullah bersabda:
فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه، ما من مولود إًل يولد على الفطرة:قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
Artinya: Setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang akan
menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani, dan Majusi (HR Bukhori).
Ketiga pembiasan. Dalam konteks pembentukan anak, orang tua harus membiasakan anak
sesuai dengan perintah agama. Ajaran agama dilakukan oleh orang tua melalui proses pelatihan
atau pembiasaan. Pembiasaan tersebut berkaitan dengan akhlak baik kepada Allah Swt., kedua
orang tua, dan orang lain.
Pola pembiasaan yang ditanamkan orang tua kepada Anak bisa berupa pembiasaan
berbagi dan bersikap dermawan kepada orang lain, seperti dengan cara bershodaqah kepada
orang-orang sekitar yang kurang mampu dan membayar zakat sebagai salah satu kewajiban
mereka sebagai seorang muslim. Selain mendidik mereka untuk berbagi dan bersikap dermawan
orang tua juga harus menjelaskan apa manfaat dan keuntungan dari berbagi dan bersikap
dermawan menurut agama agar mereka semakin semangat dalam menerapkan rasa berbagi dan
dermawan mereka kepada lingkungan sekitar mereka.
3. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berasal dari dua kata pendidikan dan karakter, menurut beberapa ahli,
kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang,
paradigma, metodologi dan disiplin keilmuan yang digunakan, diantaranya: Menurut D. Rimba,
pendidikan adalah “Bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan Jasmani dan Rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utuh.
Menurut John W. Santrock, pendidikan karakter merupakan pendidikan dengan
pendekatan langsung pada peserta didik dengan tujuan menanamkan nilai moral sehingga dapat
mencegah perilaku yang dilarang. Pendidikan karakter berhubungan erat dengan psikis individu.
Dengan pendidikan karakter, dapat diajarkan pandangan tentang nilai-nilai kehidupan, contohnya
kejujuran, kepedulian, tanggung jawab, hingga keimanan.
Tentu saja yang dibutuhkan oleh bangsa ini adalah individu dengan karakter yang baik.
Meskipun sifat ‘baik’ cukup abstrak, tapi dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter yang baik
merujuk pada nilai positif yang dimiliki oleh seseorang. Sisi tersebut diharapkan sebagai cerminan
dari kepribadian orang tersebut secara utuh. Pendidikan karakter tentu saja dapat mewujudkan
generasi penerus bangsa dengan karakter yang baik. Selain itu, pendidikan karakter juga memiliki
sejumlah fungsi, di antaranya:
▪ Mengembangkan potensi dasar manusia agar menjadi individu yang berhati, berpikiran,
dan berperilaku baik.
▪ Membangun dan memperkuat perilaku masyarakat, dalam hal ini masyarakat Indonesia
yang multikultural.
▪ Membangun dan meningkatkan peradaban bangsa.
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya.4 Sedangkan
secara terminologi, pengertian pendidikan banyak sekali dimunculkan oleh para pemerhati/tokoh
pendidikan, di antaranya: Pertama, menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam
Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6 Intinya
pendidikan selain sebagai proses humanisasi, pendidikan juga merupakan usaha untuk membantu
manusia mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya (olahrasa, raga dan rasio) untuk
mencapai kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Setelah kita mengetahui esensi
pendidikan secara umum, maka yang perlu diketahui selanjutnya adalah hakikat karakter sehingga
bisa ditemukan pengertian pendidikan karakter secara komprehensif.
Menurut Khan pendidikan karakter adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan segala
daya dan upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik. Pendidikan karakter
juga merupakan proses kegiatan yang mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dan
pengembangan budi harmoni yang selalu mengajarkan, membimbing, dan membina setiap
menusiauntuk memiliki kompetensi intelektual, karakter, dan keterampilan menarik. Nilai-nilai
pendidikan karakter yang dapat dihayati dalam penelitian ini adalah religius, nasionalis, cerdas,
tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, dan arif, hormat dan santun, dermawan, suka menolong,
gotong-royong, percaya diri, kerja keras, tangguh, kreatif, kepemimpinan, demokratis, rendah hati,
toleransi, solidaritas dan peduli.
Ada sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: 1) karakter
cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya 2) kemandirian dan tanggung jawab 3. kejujuran/amanah,
diplomatis 4). hormat dan santun 5). dermawan, suka tolong menolong dan gotong
royong/kerjasama 6). percaya diri dan pekerja keras 7). kepemimpinan dan keadilan 8). baik dan
rendah hati 9). karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan karakter itu, perlu ditanamkan dalam pendidikan holistik dengan
menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Hal tersebut
diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan/mencintai dan sekaligus melaksanakan nilai-
nilai kebajikan. Bisa dimengerti, jika penyebab ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku
baik, walaupun secara kognitif anak mengetahui, karena anak tidak terlatih atau terjadi pembiasaan
untuk melakukan kebajikan.
Pada dasarnya Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilainilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.15 Pendidikan adalah
pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan
(feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka
pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis
dan berkelanjutan.
Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada UUSPN
No.20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari beberapa penelitian terdahulu, antara lain: Baharuddin, menyimpulkan bahwa arah
pendidikan di masa yang akan datang adalah perubahan paradigma berimplikasi pada perlunya
reposisi pendidik dan peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Sedangkan, Ma’ruf
menyatakan bahwa, pendidikan di masa depan lebih menggunakan model Pembelajaran
Konstruktivisme dengan Pendekatan trend kebutuhan masyarakat, dan strategi yang digunakan
leraning community problem solving, dimana arena atau wahana yang digunakan adalah dengan
software tertentu yaitu: Fiture board (Wahana atau arena) untuk sharing informasi, show case, dan
ekspositori( paparan dan penjelasan dilakukan oleh berbagai siswa dalam komunitas belajar)
argumentasi dalam upaya penyelesaian suatu masalah, maka terbentuklah brain storeming (bursa
ide), yang akan digunakan untuk tujuan tertentu.
Serta Tiyono, menyatakan ada Empat gagasan tentang pendidikan masa depan yang
diusulkan sebagai bahan renungan dan diskusi bersama adalah (1) sistem pendidikan di Indonesia
seharusnya dibangun berdasarkan falsafah dan budaya bangsa Indonesia sendiri; jika mengadopsi
pendidikan dari negara lain, perlu dikaji penerapannya agar sesuai dengan latar belakang budaya
masyarakat Indonesia; (2) lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
oleh masyarakat idealnya berbentuk badan hukum, sehingga peningkatan kualitas pendidikan
dapat dilakukan secara leluasa sesuai dengan jiwa otonomi sekolah; (3) sistem pendidikan di
Indonesia perlu diganti dari multitrack menjadi single-track, yang berarti keberadaan SMK perlu
diganti dengan lembaga pendidikan vokasional; dan (4) biaya pendidikan di Indonesia mestinya
tidak mahal, khususnya bagi masyarakat miskin; untuk jenjang SD/MI dan SLTP/MTs seharusnya
gratis.
Penelitian ini berfokus pada pengembangan model pendidikan pada anak wanita karier.
Yang arahnya belum dijabarkan dalam ke-tiga penelitian terdahulu tersebut. Model pengembangan
ini diharapkan dapat memberikan pedoman pada wanita karier untuk lebih meningkatkan
kemampuan dalam merencanakan pendidikan anak mereka di masa depan.
Menurut Renstra LP2M, sesuai dengan tahapan pengembangan UM sampai dengan tahun
2020, dimana UM diharapkan menjadi Center of Research and Community Development, maka
keberadaan LP2M memiliki posisi yang strategis untuk merealisasikan tujuan tersebut. Penelitian
ini berfokus pada bagian pengembangan inovasi dalam pendidikan. Sebagaimana yang tercantum
dalam bagian Road map UM sebagai berikut:
Sejalan dengan road map LP2M tersebut, penelitian ini ingin menonjolkan inovasi dalam
pengembangan model pendidikan pada anak wanita karier yang disesuaikan dengan kebutuhan
tuntutan zaman.
METODE
Model Pengembangan produk yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research and
Development . Model Research and Development yang digunakan pada penelitian ini sesuai
dengan alur dari Thiagarajan yakni 4-D (Four-D Models). Alur pegembangan Thiagarajan
menurut Trianto (2010: 189) model pengembangan ini terdiri atas empat tahapan, yaitu tahap
define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan) dan disseminate
(penyebaran). Pada tahap define (pendefinisian) dilakukan dengan analisis awal, analisis wanita
karier, analisis konsep dan merumuskan konstruk pengembangan. Pada tahap design
(perancangan) dilakukan penyusunan instrumen, pemilihan indikator, pemilihan format dan
rancangan produk awal. Tahap develop (pengembangan) meliputi tahap penilaian ahli dan uji coba
pengembangan. Tahap terkahir adalah tahap disseminate (penyebaran). Tahap disseminate
merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas.
Disseminate
•Disebarluaskan
Develop
•Validasi ahli
Design •Model
pengembangan
•Penyusunan
Define instrumen •Uji coba
•Kajian Teori dan
•Analisis masalah literatue
•Analsis Literatur •Rancangan awal
DAFTAR PUSTAKA
(1) Fachrudin. 2011. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Peranan Pendidikan Agama Dalam
Keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak-Anak. Vol. 9, No. 1.
(2) Munjiat, Siti M. 2018. Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam. Peran Agama
Islam Dalam Pembentukan Pendidikan Karakter Usia Remaja. Vol. 3, No. 1.
(3) Nurmadiah. 2013. Jurnal AL-AFKAR. Peranan Pendidikan Agama Dalam Keluarga
Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak-Anak. Vol. II, No. II.
(4) Greenspan, A. 2003. The Importance of Financial and Economic Education and Literacy.
Journal of Social Education, Vol. 67, 2003.
(5) Lermitte, Paul.W. and Jennnifer Merrittt. 2004. Agar Anak Pandai Mengelola Uang.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
(6) M.Imron Abdullah. 2003. Pendidikan Keluarga bagi Anak (Cirebon : Lektur, 2003)
(7) Robert M. Berns. Child Family, School Community Socilization and Support. United State:
Thomson Corporation.2007.
(8) Selo Soemarjan. Sosiologi Suatu Pengantr.Yogyakarta: Gajah Mada Press,1962
(9) Ma’ruf .2020. Konstruktivisme Pendidikan Masa Depan Melalui Pendekatan Peran Serta
Masyarakat. Jurnal Pendidikan Fisika (JPF) 1 (1) | ISSN: 2302-8939
(10) Baharuddin. 2018. Arah Pendidikan Masa Depan: Perlunya Reorientasi Posisi Pendidik
Dan Peserta Didik. Jurnal Visipena Volume 9, Nomor 2, Desember 2018. Universitas
Muhammadiyah Makassar
(11) Triyono1. 2003. Menggagas Pendidikan Masa Depan. Pidato Pengukuhan Guru Besar
FKIP Universitas Palangkaraya, Desember 2003.
LAMPIRAN 1
I. IDENTITAS
Nama : Prof. Dr. Sri Umi Mintarti,S.E.M.P. Ak
NIP : 195306121980032002
Tempat dan Tanggal Lahir : Tulungagung,12 Juni 1953
Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda IV/c
Jabatan Akademik : Guru Besar
Alamat Kantor/Telp : Jl Semarang No 5 Malang (0341) 585911/ (0341) 553048
Alamat Rumah : Jl Terusan Bendungan Sigura-gura C/7 Malang
Telpon : 08123216617
e-mail : sriumi_mintarti@yahoo.co.id/ sri.umi.fe@um.ac.id
Keahian Bidang Penelitian : Ekonomi Akuntansi, Ekonomi Pembangunan, Sosial Ekonomi,
Kependudukan.
II. PENDIDIKAN
Universitas Gelar Tahun Selesai Bidang Studi
IKIP Malang Sarjana Muda 1975 Pend.Tata
Perusahaan
IKIP Malang Sarjana 1978 Pend.Tata
Perusahaan
Universitas Wisnu Sarjana Ekonomi 1988 Manajemen
Wardhana
Universitas Magister Sosial 1997 Sumber Daya
Brawijaya Ekonomi Manusia
Pertanian
Universitas Sarjana Ekonomi 2002 Akuntansi
Brawijaya Akuntansi
Universitas Negeri Doktor 2009 Pendidikan
Malang Ekonomi
IV. PENELITIAN
B. Pendidikan
1. Pendidikan Bergelar
C. Pengalaman Kerja
D. Pengalaman Penelitian
E. Publikasi
34. Pengembangan Pendidikan Ekonomi Memasuki Era MEA, Seminar Nasional Pendidikan
Ekonomi FKIP Universitas Pendidikan Ganesha, 2016.
35. Mereka Revitalisasi Pendidikan Ekonomi di Era Ekonomi Pengetahuan, Seminar Nasional
Pendidikan Ekonomi FKIP Univeritas Negeri Gorontalo, 2016.
36. Determinative Factors Of Mindset And Positive Behavior Of Economic Teachers In East Java
Province Of Indonesia, International Conference Freiburg Germany, 2017.
F. Organisasi