Sebagai intermediary dan seiring dengan situasi lingkungan eksternal dan internal
perbankan yang mengalami perkembangan pesat, bank syariah akan selalu berharap dengan
berbagai jenis risiko dengan tingkat kompleksitas yang beragam dan melekat pada kegiatan
usahanya.Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat
diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan yang berdampak negatif terhadap
pendapatan dan permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat
dikelola dan dikendalikan.
Oleh karena itu, sebagaimana lembaga perbankan pada umumnya, bank syariah juga
memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi,mengukur memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan
usaha, atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko.Sasaran kebijakan manajemen risiko
adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank
dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan.
Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberi peringatan dini
terhadap kegiatan usaha bank. Tujuan manajemen risiko itu sendiri adalah menyediakan
informasi tentang risiko kepada pihak regulator, memastikan bank tidak mengalami kerugian
yang bersifat unacceptable, meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat
uncontrolled, mengukur eksposur dan pemusatan risiko, serta mengalokasikan modal dan
membatasi risiko.
1. Manajemen Risiko
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi,
kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan
risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.
d. Menyadari bahwa risiko dapat terjadi pada setiap aktivitas dan tindakan dalam organisasi
sehingga setiap individu harus mengambil dan mengelola risiko masing-masing sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya.
Manajemen risiko dalam bank islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank
konvensional, terutama dengan adanya jenis-jenis risiko yang khas melekat hanya pada bank-
bank beroprasi secara syariah.
Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara bank islam dengan bank konvensional bukan
terletak pada bagaimana cara mengukur (how to masure), melainkan pada apa yang dinilai (what
to masure), perbedaan tersebut akan tampak terlihat dalam proses manajemen risiko operasional
bank islam yang meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko dan monitoring
risiko.
Identifikasi risiko
Identifikasi risiko yang dilakukan dalam bank islam tidak hanya mencakup berbagai risiko yang
ada pada bank-bank pada umumnya, melainkan juga meliputi berbagai risiko yang khas hanya
ada pada bank-bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah.
1. Proses transaksi pembiayaan. Karakteristik bank islam dalam proses ini setidaknya terlihat
pada tiga aspek, yaitu proses transaksi pembiayaan syariah, proses transaksi bagi hasil dana
pihak ketiga dan proses transaksi devisa.
2. Proses manajemen, keunikan bank islam dalam proses manajemen terlihat pada sistem dan
prosedur operasianal akuntansi dan Chart of Account (COA), sistem dan prosedur operasional.
teknologi informasi, sistem dan prosedur operasional tutup buku, serta sistem dan prosedur
operasional pengembangan produk.
3. Sumber daya manusia. Keunikan bank islam dalam sumber daya manusia terlihat pada
spesifikasi kapabilitas yang tidak hanya mencakup dalam bidang perbankan secara umum tetapi
juga meliputi aspek-aspek syariah.
4. Teknologi. Keunikan bank islam dalam bidang teknologi terlihat pada Business Requirement
Specification (BRS) untuk pembiayaan berbasis bagi hasil dan Business Requirement
Specification (BRS) dana pihak ketiga.
5. Lingkungan eksternal. Keunikan bank islam dalam hal ini terlihat pada keberadaan dual
regulatory body, yaitu bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional.
6. Kerusakan. Keunikan bank islam dalam hal ini terlihat misalnya ketika terjadi kerusakan pada
objek ijarah atau IMBT.
Penilaian risiko
Setelah dapat diidentifikasi, maka risiko-risiko tesebut harus dinilai untuk mengetahui tingkat
keparahan kerugian yang akan diakibatkan dan tingkat kemungkinaan keterjadian risiko
tersebut.Dalam penilaian risiko, keunikan bank islam terlihat pada hubungan antara probability
dan impact, atau yang biasa dikenal sebagai Qualitative Approach.
Antisipasi risiko
a. Preventive. Dalam hal ini, bank islam memerlukan persetujuan DPS untuk mencegah
kekeliruan proses dan transaksi dari aspek syariah.
b.Detective.Pengawasan dalam bank islam meliputi dua aspek, yaitu aspek perbankan oleh Bank
Indonesia dan aspek syariah oleh DPS.
c. Recovery.Koreksi atas suatu kesalahan dapat melibatkan Bank Indonesia untuk aspek
perbankan dan DSN untuk aspek syariah.
d. Monitoring Resiko
Aktivitas monitoring dalam bank islam tidak hanya meliputi manajemen bank islam, tetapi juga
melibatkan Dewan Pengawas Syariah.
3. Jenis-Jenis Risiko
Secara umum risiko-risiko yang melekat pada aktivitas fungsional bank syariah dapat
diklasifikasikan kedalam tiga jenis risiko, yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar serta risiko
operasional.
A. Risiko pembiayaan/kredit
Yang dimaksud dengan risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan
counterparty dalam memenuhi kewajiban. Dalam bank syariah, risiko pembiayaan mencakup
risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan korporasi.
Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi menimbulkan risiko tambahan selain risiko
yang terkait dengan produk. Oleh karena itu, analisisnya harus lebih komprehensif.
B. Risiko pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga
pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau
disewakan.
C. Risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang
memengaruhi operasional bank.
Contoh: pemalsuan bilyet deposito oleh karyawan bank yang kemudian di jadikan tanggunan
pembiayaan, kesalahan posting uang masuk karena pegawai yang ditunjuk kurang
berpengalaman.
Ada tiga factor yang menjadi penyebab timbulnya risiko ini, yaitu:
Referensi
Ikatan Bankir Indonesia. 2014.Memahami bisnis bank syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.