Anda di halaman 1dari 54

35

RESENSI
CERMIN TAK PERNAK BERTERIAK
BY. IDA R. YULIA

ELEX MEDIA KOMPUTINDO, 2015 ISBN : 978-602-02-6640-4


HALAMAN 291.
36

Pak Baskoro, lulusan pendidikan luar negeri, dengan bisnis melaju pesat dan

keluarga sempurna, kelihatan kucel dan depresi ?

Aku ingin tampil elegan sepertinya, karena menjadi cantik, dengan pulasan make

up, dan balutan busana berkelas, memberi kesan bahwa sosok itu sempurna,

mampu menaklukkan dunia, menyembunyikan segala yang buruk tanpa cacat.

Coba, lelaki mana yang tak akan kagum melihat seorang wanita berjalan anggun

megenakan sepatu hak tinggi dua belas senti, dengan bibir merah merekah dan

gaun membentuk panggul yang indah.

Seringkali aku terusik oleh pikiranku sendiri. Aku ini lelaki, kenapa terobsesi

dengan berdandan dan berpakaian seperti istriku ? apakah pesona dirinya yang

memang kuat atau aku yang bermasalah ? tapi tidak, kurasa aku baik-baik saja.

Aku tetap menyukai diriku sebagai lelaki. Aku juga masih tertarik pada wanita.

Satu-satunya pria yang kucintai, sedalam aku mencintai istriku, hanyalah Jon.

Because the sky is Blue, It Makes Me Cry’

Dengar, pak Agus berhalangan besok, kita keurangan sopir untuk mengantar

pelanggan. Papa ngga mungkin membatalkan pesanan. Sekali kita menolak

pelanggan, mereka akan beralih pada jasa transport lain dan itu buruk bagi reputasi

kita. Kamu sudah gede, harusnya ngerti hal beginian toh.”

“ Masa mama lagi sih yang ngambil rapor Ega, pap ?” keluhnya, tak sadar pipinya

mengembung, tabiat dari kecil ketika merengek di hadapanku atau istriku.


37

Papa terakhir kami mengambil rapor Ega pas Ega kelas lima SD,” katanya, masih

cemberut. “ Ega sekarang udah SMA lho, Pap, udah semester satu.”

Aku tersenyum lebih lebar, menepuk kedua pundaknya. Ah putra sulungku

sebentar lagi berusia 15 tahun, sudah tumbuh menjadi pemuda dewasa, yang orang

bahkan tidak menyangka ia baru berusia segitu dengan tinggi badan hingga 180

centi, sama sepertiku. Raut lembut istriku terwaris sempurna padanya, khas timur

tengah, dengan hidung mancung dan tulang pipi menonjol. Berapa kali aku

bersyukur ia lebih mirip istriku daripada aku. Meski kulitnya yang kelewat putih

mungkin terkena pegaruhku yang masih keturunan Cina. Ibuku bahkan sampai

pernah berkata, aku pandai memilih pendamping hidup untuk “ memperbaiki

keturunan” ada-ada saja. Kedua anakku sama-sama tampak berbeda dari

kebanyakan temannya disini, singkatnya lebih “ indah” dari yang lain.

Ega tampak kaget, tapi kemudia ia menganguk. Sorot matanya meredup, sudah

tidak keras seperti tadi. “ bu Nika, wali kelas Ega sendiri yang bilang. Juara umum.

Lihatkan Pap, Ega pintar juga ternyata …

Ah, aku ingat. Ketika ia masih di SMP, nilainya sering jeblok gara-gara

kenakalannya, padahal ketika SD dia selalu mendapat peringkat pertama. Anak itu

suka kabur hura-hura dengan temannya, membawa salah satu mobilku yang

harusnya menjadi mobil rental dan tour, sering dia bawa Fortuner. Belum punya

SIM, masih dibawah umur dan entah sudah berapa kali aku bolak balik ke kantor

polisi dan kantor kepala sekolah, mengurus masa-masa labilnya.


38

Harus kuakui, kemampuannya mengemudikan mobil jauh diatasku, ia bahkan

belajar autodidak hanya dari memperhatikanku tiap kali mengemudi mobil.

Alia Baskoro tersenyum kecil. “ kirain kamu mau tidur sampai siang. Ga. “

Ega anterin Mama ambil rapor ke sekolah, abis itu antar Sekar, gimana ? “ tawar

Ega langsung.

Seorang gadis mungil berambut hitam panjang kemerahan membuak pintu ruang

tamu, merengut menatap Ega.

Sekar meloncat menuruni tangga, menyusul ibunya yang baru sajamematikan

mesin motor. Gais kecil berusia sepuluh tahun itu memegang lengan kanan sang

ibu, berbisik penuh rahasia.

Beberapa saat lalu ia menghubungi pak Harjo, asisten papanya, yang juga selalu

menjagadi kos Eksklusif Alia Gejayan, Penginapan Elite milik Papa yang

bersebelahan dengan rumah mereka.

“ Ega sekarang kerumah sakit bareng bapak, ya? Bapak sudah kasih tahu papa Ega,

beliau harus bersama pelanggan karena belum menemukan sopir yang bias

menggantikan…

“ Mama Ega dan adik Sekar … dibawa ke Panti Rapih Ga … ,” kata Pak Harjo

kemudian, agak terbata. “ kecelakaan di perempatan Sagan.


39

Ega mencengkram bahu Pak Harjo semakin keras “ kecelakaan!” ulangnya dengan

nada suara meninggi, tanpa disadarinya. “ kritis, pak ? mama selamat, kan >

Adik ?’’

“ Bapak baru dapat beritanya dari pak RT, Ga. Masih ditangani oihak rumah sakit.

Makanya Ega ikut Bapak sekarang kesana ya.

Perawat laki-laki itu mengangguk, perlahan membuak kain putih yang menutup

wajah seorang gadis kecil yang terbujur kaku diatas meja autopsy yang dingin.

Sekar. Rambut hitam kemerahan yang baru beberapa hari dicatnya itu kini

menyisakan bercak darah.

Mama.. bahkan ketika telah berhenti bernafas, beliau masih tampak cantic, rambut

coklat bergelombangnya bergerai indah. Hanya beberapa yang menggumpal

karena darah. Ega tahu, luka terbesar ibunya ada dibagian belakang kepala. Ada

bekas jahitan tampak dari rambut yang telah dipotong dibagian tertentu.

Aku mengurus banyak hal sejak hari itu. Rumah sakit. Pihak asuransi, pemakaman,

beberapa perjanjian kerja yang harus dibatalkan, sewa teratak dan ratusan kursi

untuk menampung banyaknya kerabat, rekan bisnis dan kenalan yang

menyampaikan dukacita, hingga pengabilan rapor Ega. Yang terakhir itu baru bias

dilakukan empat hari kemudian ketika sekolah libur semester satu.

Barusan ada yang nyari pak Bas, lewat telepon kantor. Pak Jonathan, namanya.

Dia tanya apa pak Bas ada di rumah.”


40

Aku terdiam di tempatku berdiri. Jonathan ? hanya ada satu nama Jonathan,

namanya yang kukenal seumur hidupku. Kukira dia masih sibuk berbisnis di

Spanyol, mengelola sebuah kafe di kawasan Calle Serrano, jantung kota Mardrid.

Apa yang membuatnya kembali ke Indonesia ? apakah dia tahu kalau aku baru

kehilangan istriku ? ah …

Ah, gini, pak, saya mau minta bantuan Bapak. Say abutuh pembantu rumah tangga

buat ngurusin Ega di rumah.. mau menginap atau pulang sore, ngga masalah, yang

penting bias tanggung jawab. Tugasnya masak. Bersih-bersih rumah, cuci baju dan

setrika.

“ kalua anak saya boleh ? dia lulus sekolah dua tahun yang lalu tapi masih kerja

serabutan, pak. Susah nyari kerja tetap. Pernah jadi koki di Quick Chicken, tapi

keluar gara-gara putus sama pacarnya yang juga kerja disitu,”

Akku menyesap kopi dalam diam. TV di hadapanku menyala dengan volume

rendah, masih di chanel HBO yang menayangkan film demi film dari tadi dna

sebenarnya tak kuhiraukan. Bahkan untuk mengganti chanel saja akum alas.

Jam dinding menunjukan pukul 03.00 dna aku masih menunggu.

Aku mengulang membacanya hingga tiga kali. Tak sekalipun aku berniat untuk

membalas pesan demi pesan yang mulai ia kirimkan sejak pak Harjo membeikan

nomor ponselku ke orang ini. Sial. Aku mengutuk siapa saja yang menyampaikan

berita kematian istri dna putriku kepadanya.


41

“ tak tahan lagi, aku mengetuk nomor asing yang belum kunamai tersebut, bersiap

memakinya karena menggangguku terus-menerus.

Mulutku sudah terbuka dan siap mengumpat, tapi suaraku tertahan di tenggorokan.

Suara itu .. sudah lama sekali … tapi kenapa aku masih sangat familiar dan merasa

nyaman tiap kali mendengarnya ?

“ Baskoro, aku pulang’

Aku bersiap menimpali dengan ponsel tergenggam kuat di telinga kiriku ketika

tiba-tiba terdengar teriakan dari lantai atas.

Suara Ega

“ besok. Tunggu aku besok,” hanya itu yang bias kuucapkan, agak tersenggal,

entah kenapa nervous atau hal-hal lainnya.

“ baik, aku sudah menunggu selama enam belas tahun, aku tak keberatan

menundanya hingga besok.”

Aku mematikan ponsel, melemparnya diatas sofa.

“ EGA?!” segera aku berlari menuju tangga dengan pikiran semrawut.

Buru-buru kualihkan perhatian pada Ega yang mulai mendengkur. Ketika posisi

kepalanya miring, aku meraih bantal sofa dan menyangga kepalanya perlahan, agar

ketika ia bangun nanti lehernya tidak terasa pegal.


42

Alia, apa kau melihat kami sekarang ? aku membutuhkanmu …

Tak banyak mahasiswa berada didalam dinning hall ketika Baskoro menginjakkan

kaki disana. Ia memang datang terlalu awal, tepat pukul 08.00 ketika restoran

asrama mahasiswa berkapasitas dua ratus orang itu yang baru saja dibuka untuk

jam sarapan. Sebenarnya ia tak terlalu lapar, tapi mengingat hari ini ia kana

melakukan perjalanan. Maka ia memutuskan mampir untuk sekedar

menghangatkan badan dengan semangkuk sup tomat favoritnya. Selama hamper

satu tahun tinggal di asrama, ia selalu mengecek menu dalam leaflet yang

dibagikan perkamar, yang diperbaharui tiap penggantian musim.

“ Shenas ingin ke Central Mosque, katanya pengin ngerasain atmosfer salat ied di

negeri orang. Jelas Baskoro, meneguk tehnay sebentar sebelum melanjutkan

bicara. “ yang jelas kita harus ke Wisma Nusantara setelah ini, aku tak sabar

bertemu dengan teman-teman mahasiswa Indonesia lainnya.

“ bertemu dengan Alia, maksudmu ?” lelaki di depannya tertawa kecil.

Baskoro ikut tertawa , tapi tak menimpali kata-kata Jonathan, orange asli Indonesia

yang sudah dua tahun bekerja sebagia koki di Connaught Hall, asrama khusus

putra yang ia tingali saat ini. Keduanya berkenalan tahun lalu ketika ia menjadi

mahasiswa baru University of London dan memutuskan tinggal di asrama itu.

‘ apalagi Jonathan berasal dari Jogya, sama sepertinya. Pria berusia 29 tahun itu

sangat banyak membantu memenuhi kebutuhan tahun pertamanya sebagai


43

mahasiswa baru, dari memilih duvet yang sesuai sampai berburu buku-buku bekas

murah untuk menekan biaya hidup di London. Karena tidka ada mahasiswa

Indonesia lainnya yang tinggal di Connought Hall pada saat itu, bias dikatakan

Jonathan menjadi pemandu Baskoro sepanjang waktu. Menemaninya belanja,

pergi ke tempat-tempat unik di London dan sekitarnya, bahkan sampai menonton

sepakbola hingga ke Manchester dan Liverpool.

“ kau sama sekali tidak pernah merepotkanku,” Jonathan meletakkan pisau dan

garpu, meneguk sari jeruknya sampai habis,” kau kuanggap seperti adikku sendiri.

Sama-sama orang Jogya harus saling tolong-menolong dinergeri orang, kan ?”

“ Jon, kaupikir London Central Mosque itu seperti masjid-mesjid umum di

Indonesia ? jemaahnya harus bawa tikar atau kertas koranuntuk las salat ? mereka

juga menyediakan karpet yang bagus diluar masjid untuk acara besar seperti ini,

tahu. Main ballnya saja bisa menampung ribuan orang, “ Baskoro melangkah

meninggalkan Connaught Hall, menyeberang jalan setapak depan asrama yang

mulai tampak ramai oleh hilir mudik mahasiswa.

“ ya maaf, aku kan belum pernah kesana,” Jonathan berjalan cepat menyusul

Baskoro yang sudah memasuki taman Tavistock Square.

“ kita susul saja dia diasramanya,” usul Jonathan ringan. “ ngga jauh, kan dari

sini ?”

Baskoro tampak semakin jengkel. “ dia tinggal di Pitfield Street.”


44

“ siapa tahu dia beneran ketiduran.” Jonathan mengerutkan dahi.

“ pertimbangkan perjuangan Shenas dari arah sebaliknya kesini. Sabar sedikit,”

kata Jonathan kalem,” atau kau bisa mengeceknya lewat telepon asrama kan”

“ yang niat pengin sholat Ied dia, malah dia yang telat sendiri!”

Untunglah sebelum perdebatan itu berlanjut, seorang gadis berambut lurus sebahu

dari arah berlawanan datang berlari mendekat sambal berteriak keras, “ sorry”

yang nadanya terdengar seperi ‘sawry’.

Baskoro menyambutnya dengan pelototan,” telat.salah kostum, lagi”

“ Dih, Cuma beberapa menit,’ Shenas balas melotot, nafasnya masih tersenggal-

senggal.

“ Sudah siang begini, Shen! Lagian pakaianmu itu, mau sholat Ied kok ngga pakai

kerudung ! masa ke masjid pakai celana jins sama sepatu kets, mana atasan Cuma

sweter ?!” bencana banget.!”

Tiba di London Central Mosque denagn kubah emasnya yang mewah itu, Baskoro,

Jonathan dan Shenas hanya bisa melonggo.mereka memang terlambat . saat

memasuki perkaranga saja, sudah banyak jamaah keluar dari masjid sambal saling

bersalaman satu sama lain, menyapa atau bahkan berhenti untuk mengobrol.

Shenas salah tingkah karena semua wanita yang mereka temui memakai kerudung
45

atau bahkan bercadar, hanya ia sendiri yang tampil terlalu “ apa adanya” dengan

gaya kasual.

Jonathan berbisik disamping Shenas ketika mereka sama-sama kewalahan

mengikuti langkah cepat Baskoro.” Jika dia gagal menemui Alia disana, kamu

siap-siap kena semprot kakakmu”

Shenas menoleh kearah Jonathan dengan sorot binggung. “ kok gitu mas ?”

“ Diakan dari awal penginnya langsung kesana. Idul Fitri jadi momen berharga

untuk bertemu dengan gadis cantic Oxford idolanya.

‘ AKu dengar kau, Jon ! Shut Up”

Jonathan menutup mulut, buru-buru minta maaf sambal nyengir.

Perjalanan menuju Wisma Nusantra tidka semulus bayangan Baskoro. Ditempuh

dari Central London naik tube” selama 20 menit, mereka bertiga masih harus

ebrjalan kaki lagi 15 menit kemudian sebelum akhirnya tiba disana.

Wisma Nusantara terletak di Bishop Grove, East Finchly, berupa sebuah rumah

klasik khas Inggris berlantai dua dengan tembok merah dan banyak jendela,

lengkap dengan dua ceronong asap tampak dari bagian depan. Mereka disambut

oleh beberapa orang Indonesia dan sebagian lagi berwajah Timur Tengah ketiak

memasuki sebagian pintu utama, denagn lambing Garuda Pancasila dibagian atas

pintu. Shenas yang paling bersemangat menyalami orang-orang, tersenyum meski


46

ia tidak mengenal satupun dari mereka. Baskoro dan Jonathan mengikuti, berbasa

basi sebentar sebelum akhirnya di bimbing masuk ke bagian belakang Wisma

Nusantara . Pesta sesungguhnya ada siitu, semacam pesta kebun.

Jonathan mengakui kalua Alia gadis yang cantic. Dengan tinggi semampai, kulit

putih bersih dan hidung mancung, ditambah sorot mata hijau lembutnya yang

reduo dan hangat, tak hanya Baskoro yang diam-diam mengaguminya. Gadis

keturunan Padang-Pakistan itu juga punya otak encer, tercatat sebagai mahasiswa

yang menerima beasiswa dari University of Oxford, sekarang tengah

menyelesaikan disertasi dalam bidang Comparative Philology. Usianya 23 tahun,

terbilang cukup muda untuk calon doctor, tapi wajah dan fiisknya masih

menyiratkan ia seorang gadis muda yang belum mencapai kepala dua.

“ Jon, kau datang sendirian ?” suara dengan aksen British kental dari arah belakang

cukup mengagetkan, membuat Jonathan menoleh. Ia mengucapkan halo ketika

dilihatnya Paul Russell, salah satu staf kedutaan yang sudah lama ia kenal. Pria

asal Cardiff itu berseri menyapanya.

Raut berseri itu sama persis dengan yang ia tunjukan Alia pada Baskoro. Jonathan

mulai pusing dan akhirnya ia duduk bersama Paul, mengobrol kesana kemari

sembari berusaha menikmati kue pastel yang sudah tidak berasa lagi dilidahnya.

Jonathan sadar bahwa momen Idul Fitri di Wisma Nusantara memang menjadi titik

balik perubahan Baskoro. Lelaki muda berusia 19 tahun itu masih menjadi sahabat
47

sesame penghuni Connaught Hall yang baik baginya, tapi kebersamaan mereka

sudah tidak sesering dulu, selain disibukkan oleh kuliah, baskoro mulai gentacar

mendekati Alia, yang juga memberikan sinyal hijau setelah pendekatan cowok itu

sukses sejak mereka duduk bersama di pesta kebun lebaran Maret lalu. Ajakan

Jonathan yang ingin menonton sepak bola bersama di St. James Park atau ke

Highbury terang-terangan di tolak Baskoro, karena bertepatan dengan jadwalnya

menonton opera atau menemani Alia jalan-jalan ke beberapa museum.

Jonathan sudah satu bulan ini resmi berkencan dengan Paul Russell yang tak

pernah menyerah mendekatinya sejak pertemuan pertama mereka di Wisma

Nusantara. Kisah mereka tak berbeda dengan Alia dan Baskoro, yang juga

akhirnya jadian lebih awal beberapa minggu sebelumnya. Tak seperti Baskoro

yang terang-terangan berkencan dengan Alia, Jonathan menyembunyikan identitas

kekasihnya. Ia tahu masyarakat Inggris tidak sekeras orang-orang Indonesia

menyikapi isu homoseksual, tapi tetap saja ia tak nyaman mengumbar kehidupan

cintanya yang bagi sebagian kalangan dicap menyimpang. Ia bahkan tidak

memberi tahu Baskoro tentang hal ini. Meski Baskoro selalu bercerita tentang Alia

kepadanya.

“ Kau ulang tahun tanggal 28 Juni kan ?” ini kado untukmu. Aku berhasil membeli

tiket konser Bon Jovi untuk kelas festival, kita bisa nonton bareng ke Wembly !

Bon Jovi” Sobat! Mimpi apa aku akhirnya bisa nonton live mereka disini!”
48

“ Terima kasih, kita akan kesana. Setelah itu akna kuajak kau kesuatu tempat yang

ingin kutunjukan padamu sejak lama. Anggap saja ulang tahunku maju tiga hari,”

ucapnya riang berusaha mengimbangi suka Cita Baskoro sore itu.

“Traktir aku sampai kenyang, ya?” Baskoro nyengir ke arahnya.

Jonathan tertawa kecil, “Pasti”

Baskoro keluar dari kamar asrama Jonathan sambal berteriak kegirangan.

“Maaf, Paul.”

“ Kau benar-benar tak bisa tukar shift dengan koki lainnya ?”

“ Tidak,” Jonathan memejamkan mata, mulai merasa bersalah karena mengarang

alasan. “ Aku harus bertugas dari siang dan malam, menyiapkan menu utama. Tak

enak rasanya meninggalkan Chef Horacio hanya untuk menonton konser,

sementara tenagaku dibutuhkan di dapur.

Sejenak hening di seberang

Jonathan berdehem. “ Aku bisa mengembalikan tiket konsernya. Siapa tahu kau

bisa menontonya dengan oranglain …”

“ AKu ingin mengatakan sesuatu padamu,” kata Jonathan ketika akhirnya ia tiba

kembali ke meja mereka dengan satu gelas Pina Colada. Diletakkan didepan

Baskoro.
49

Baskoro mencomot kentang goring sambaing mengganguk. “ Apa? Pengakuan

kalua kau ini ternyata gay ?”

Jonathan duduk dihdapan baskoro dengan pndangan syok.

Baskoro meraih Pina Colada nya dengan raut cuek. “ Aku tahu kok, tak usah pakai

pengakuan segala.”

“ Tahu darimana kalau aku gay?” tanya Jonathan lirih.

“Kini gantian Baskoro yang kaget. Ia sampai tersedak “ eh, Seriusan?!”

Jonathan merasa wajahnya memanas. “ Jadi barusan kau main-main?!”

“ Ah, Ya Tuhan.” Baskoro meraih tisu, sibuk menutup mulutnya yang masih

terbatuk-batuk.” Maaf. Maafkan aku …”

“ Bas, “ Jonathan berdehem, memutuskan ia harus mengatakan yang sebenarnya. “

Harusnya malam ini aku pergi nonton konser dengan Paul, bukan denganmu “

“ Siapa Paul ?” Baskoro agak segan kini ketika menatapnya.

“ Paul Russell, orang yang berkerja di kedutaan, asal Cardiff.” Jelas Jonathan hati-

hati. “ sudah satu bulan kami berpacaran.”

“ Karena kau bilang tiket festifal konser Bon Jovi itu hadiah ulang tahunku. Aku

ingin menghabiskan perayaan ulang tahun denganmu.” Jonathan tak bisa membaca

ekspresi kelam di raut Baskoro saat itu.


50

Baskoro menunduk, memainkan tisu yang masih berada dalam gengaman

tangannya. “ Apa maksudmu , Jon ?”

“ BUkankah sudah jelas? Akau aku harus mengatakan langsung padamu ? aku

takut kau muntah setelahnya. Sia sia semua makanan lezat yang barusan kubelikan

untukmu.” Jonathan berusaha mencairkan suasana, tersenyum samar, menatap

lurus kea rah Baskoro.

Baskoro mendongak, tak membalas senyumannya. “ kita pulang sekarang.” Ia

berdiri terlebih dahulu, meninggalkan meja mereka tanpa menoleh lagi.

Tiba-tiba aku ingin menangis. Aku tak boleh seperti ini, aku baru seminggu pergi

oleh Alia dan Sekar , betapa berengseknya aku jika orang yang kupikirkan di

rumah ini malah sosok itu .. dia tak berhak. Sama sekali tidak !”

Sambal terhuyung , aku berdiri dengan pandangan kabur. Aku harus ke kamarku ..

aku butuh Alia. Aku benar-benar membutuhkan istriku sekarang. Bukan dia.

Bukan pria itu.

Alia …

Aku ikut tersenyum ketika melihat suasana cair setelah Pak Harjo ikut menyambut

keduanya, mempersilahkan mereka masuk. Tak salah aku mengangkatnya sebagia

asistenku di Gejayan sini, untuk menjalankan kos sekaligus mengawasi rumah

ketika aku taka da, waktuku sebagian besar malah habis di Samirono, mengurus

sewa motor dan mobil disana, sambal sesekali membantu Alia memasok stok
51

untuk butiknya, asistenku di Samirono kini tinggal Hana, yang akhirnya kuberikan

amanah mengambil alih pengelolaan Alia Boutique, meski untuk sewa motor dan

mobil masih kupegang sendiri.

Terlambat sekali aku meratapi kepergian Alia. Bahkan dihari kematiannya, aku

sama sekali tak menangis. Aku memusatkan semua perhatianku ke ritual

pemakaman dan acara-acara lain yang sebenarnya tak perlu kuberi perhatian lebih.

Toh masih ada beberapa orang yang akan menanganinya. Kini sendirian terjebak

dikamar bersama dengan bayangan Alia, aku tak lagi kokoh, ku akui aku hancur

Ketika Baskoro dan Alia tiba di pantai itu satu jam yang lalu, mereka malah

senang mendapati Barafundle Bay tampak sepi. Alia langsung menurunkan ransel

berat yang dibawanya. Mengeluarkan teko, dua cangkir teh, dan menata sepiring

biscuit. Baskoro mengelar tikar, menyalakan kompor dan sembari menunggu air

rebusan teh ia mencari beberapa potongan kayu disekitar pantai untuk dijadikan

api unggun, mengusir hawa dingin yang mulai berhembus menyambut petang.

Aku bisa mengantarkanmu pulang, sekalian minta restu beliau untuk

meminangmu.” Baskoro tersenyum samar begitu melihat rona merah di pipi halus

Alia.

Alia tertawa kecil. “ Jangan cuma janji “


52

Baskoro menegakkan duduknya, “ eh seriusan, aku bisa mengantamu ke Padang

dan minta restu pada nenekmu, Alia. Aku juga ngga keberatan jika kita langsung

menikah disana.

Alia menganguk, kini tersenyum dengan mata berbinar “ aku tahu, “ kuharap kau

bisa sabar menunggu hingga disertasiku selesai, Bas”. April tahun depan, semoga

saja.

“ Dan sekarang baru September,’ Baskoro memandang jauh deburan ombak

Barafundle Bay dihadapannya.

Alia tertawa kecil.” Bas, aku tak akan kemana mana sampai waktu itu tiba.

Baskoro tergelak, “ kau takut aku bakal memberi nama anak-anak kita dengan

nama James, Charles, Diana, Shopie begitu ?”

Alia membuka mata, menatap Baskoto sambal mengedipkan mata “ atau …

Jonathan “

Raut wajah Baskoro berubah. “ Ah jangan ungkit dia lagi !”

Alia tersenyum dikulum “ Kau sendiri yang cerita padaku kalua di pub gay paling

tersohor se London setelah kalian menonton konser Bon Jovi. Kukira, dari caramu

bercerita waktu itu, kau malah bersimpati padanya, mengagumi kejujurannya.”


53

“ Kau malah menertawakanku setelah itu kan ? taka da yang lucu tahu. “ Baskoro

mengeluh. Ia mengelus pipi Alia perlahan. “ Aku hanya mencintaimu, aku

mengagumimu, sejak pertama kali kita bertemu.”

“ Terima kasih.” Alia menatap Baskoro tanpa berkedip.

Diiringi suara deburan ombak Barafundle keduanya berciuman.

“ My dera John, sudah berapa kali kau minta maaf padaku ?” {aul meraih tangan

Jonathan, menggenggam erat. “ sejak pertama kali kita berkencan, aku tahu kau

tidak sepenuhnya menerimaku. Kau masih terikat dengan perasaanmu dengan

oranglain. Aku tahu sakitnya mencitai orang yang tak mampu membalas cinta kita.

Kau dan aku, pada dasaranya sama, iyakan ?” kau bahkan mencintai pria Straight.

Kencannya dengan mahasiswi Oxford itu sudah tersebar kemana-mana. Dia hebat

bisa menaklukan gadis seperti Alia.

Jonathan melepas pegangan tangan Paul dengan hati-hati. “ Tidak. Baskoro tidak

straight. Dia biseksual, Paul.”

Paul Rissell tampak terkejut kini. “ darimana kautahu ?”

Jonathan tersenyum pahit. “ dia berkencan dengan Alia karena dia kagum pada

gadis itu. Dia iri. Dia ingin tahu kenapa ada gadis secantik itu. Dia ingin menjadi

seperti Alia..”

“ Maksudmu ?” paul mengeryit.


54

“ Aku berkali-kali masuk ekdalam kamar Baskoro. Kau tahu kami se-asrama, kami

bisa masuk ke kamar masing-masing dengan bebas karena saling tukar kunci.

Kadang dia pinjam longcoat-ku atau syal atau sepatu boat atau sekadar

menumpang menonton televise karena dikamarnya tidak ada televise. Kadang aku

juga masuk ek kamarnya untuk mengambil barang-barangku yang dia pinjam. Dia

mengkoleksi seperangkat alat make up lengkap, beberapa gaun malam bahkan high

heels bermerek.” Jonathan memberikan penekanan di kalimat terakhir.

“ Kau pernah menanyakan hal itu padanya ?” Paul mulai tertarik, tampak dari

binary mata birunya.

“ Ya, tentu saja. Diantara kami hamper taka da rahasia lagi. Hamper” Jonathan

mendesak. “ Kata baskoro, semua itu milik Shenas. Titpan dari adik perempuannya

yang juga menjadi mahasiswa di University of London. Umur mereka hamper

sama, Baskoro hanya lebih tua dua puluh menit dari Shenas. Jika diperhatikan

dengan lebih seksama, raut wajahnya pun mirip, tapi aku tak percaya itu punya

Shenas, karena cara berpakaian Shenas tidka seperti itu, Gaun malam dengan

punggung terbuka, bagian dada yang rendah ? Shenas itu tomboy. Bahkan pada

hari raya yang lalu gadis itu berpakaian sangat simple. Memakai Jeans dan Sweter.

Tak pakai make up. Koleksi makeup Baskoro malah menyolok, dengan warna-

warna terang dan berani. Glitter segala macam. Aku melihat, cara berdandan Alia

juga seperti itu. Lipstick merah, senyum manis cerah, pipi pink kemerahan,

eyeshadow terpoles sempurna dengan warna hijau atau biru. Alia juga merawat
55

rambutnya dengan baik. Jika kau tahu produk perawatan Baskoro, kau mungkin

akan percaya. Dia hanya mau masuk ke salon yang elite, seringkali di Oxford

Street, aku pernah mengajaknya potong rambut di sudut jalan yang ada tulisan “

diskon untuk mahasiswa”, dia tak mau. Dia sangat menjaga penampilan dan

citranya.

“ Jadi intinya, kau menyukai pria yang mempunyai sisi feminism tersembunti ?

seperti Baskoro itu ?’ Paul mengatakan setelah Jonathan meneguk koktailnya.

Jonathan mengeleng, “ entahlah. Aku hanya … aku ingin menunjukan padanya,

bahwa rahasianya itu, bisa ia bagi denganku. Tapi, hingga sekarang, ia tetap saja

tak mau berterus terang.”

“ Bagaimana jika itu hanya hobby atau obsesi ? bisa juga kan, seorang pria suka

crossdressing, memakaia pakaian wanita hanya untuk bersenang-senang.?”

Jonathan tampak tak setuju. “ Hanya itu ? sekadar bersenang-senang ? aku

meragukannya.”

“ Tapi kau belum pernah melihatnya crossdressing kan ? atau berdandan ala wanita

?” kejar Paul.

Jonathan mengetuk ujung meja dengan tangannya beberapa. “ Belum”.

“ Jon? Kau didalam ? ini aku, Baskoro. Aku membawa makan malam untukmu.”
56

Volume televisi berkurang seiring dengan panggilan Baskoro, beberapa detik

menunggu, pintu telah terbuka dari dalam dan baskoro masuk dengan segera.

“ Andrew bilang kau sakit.” Baskoro memperlihatkan nampan yang ia bawa,

ditaruhnya diatas meja kecil di samping tempat tidur.

“ Apa ini Jon ? luka darimana ini ?!” Baskoro semakin berang begitu menemukan

luka memar seperti bekas hantamana benda lancip. Luka tersebut masih tampak

baru.

“ Tinggalkan dia,” potong baskoro dengan raut wajah keras. “ kau harus putus

dengan pria-pria seperti Paul, Jon! Masih banyak pria yang bisa

memperlakukanmu dengan jauh lebih baik! Pria ….”

“ Sepertimu ?” Jonathan tak berkedip menatapnya.

Baskoro terduduk diatas ranjang dengan lemas. “ jangan mulai.”

“ Bas ..”

“ Aku menghormati keputusanmu menjadi gay, tapi bukan berarti aku bersedia

menjadi teman kencanmu juga, Jon, Aku sudah punya Alia,” tanggap Baskoro

cepat.

“ Nah itu maksusku. Kau sudah punya alia. Kau bilang kau juga menghargai

keputusanku mengambil jalan seperti ini, jadi biarkanlah aku hidup sesuai apa
57

yang kuinginkan Bas. Kau tak tahu apa-apa.” Jonathan mengatakannya dengan

suara gemetar.

“ Aku …. “ Baskoro mendongak, kini menatap Jonathan dengan mata berkaca-

kaca, “ aku menyayangimu,jon….aku tak ingin melihat mu sakit seperti ini…’’

Malam itu ketika ia memeluk baskoro,dan pria itu balas memeluknya dengan

erat,ia merasa segala sesuatunya bisa membaik keesokan hari.

Kini kuakui, aku bahkan lebih parah dari Ega. Putraku seperti sudah mulai

beradaptasi menghadapi kesepian tak lazim didalam rumah kami speninggal Alia

dan Sekar. Tapi aku ? kedatangan Jonathan kembali ke Jogya terus terang saja

Membuatku seolah hilang pegangan.aku merasa mulai menghianati alia,meski

penghianatan itu sudah bertahun-tahun kulakukan tanpa sepengetahuannya \,tapi

kali ini berbeda.kali ini,rasa bersalah itu menghantamku bertubi-tubi.apa mungkin

karena alia telah tiada, dan aku tidak bisa melindunginya,bahkan sepanjang

pernikahan kami,aku berbohon padanya? Untuk istri sehebat alia ,kurasa ia tak

pantas mendapatkan suami sepertiku.

“Oh, iya,pap…kata pak Harjo,anak cowoknya ntar mau kerja disini juga,ya?

namanya hendi.hari ini berangkat dari tegal,tuh.kayaknya sampai di sini siang

deh”ega menambahkan,raut serius,”dia kerja didalam rumah,pap?bersih-bersih

sama masak juga?cowok pap,emang bisa masak?ya pak Harjo bilangnya sih

bisa…” aku tersenyum simpul.”bisa kok,lihat saja nanti.kalo kamu nggak


58

cocok,gampanglah… bisa nyari yang lain.kita sekalian bantu oak Harjo,biar

anaknya juga bisa kerja,ga”ega mengangguk-angguk.”nggak masalah sih buat ega.

“serratus enam pulu!hah,pantesan papa sampai kolaps!”ega mengomel sepanjang

perjalanan pulang dari dokter laggananku di RSUP.”pokoknya nggak boleh sok-

sok kuat begadang lagi kayak kemarin,apalagi sambal minum kopi.nggak boleh

makan yang asin-asin juga!” “pak Harjo,kita mampir dulu deh di mirota

kampus.mesti beli banyak sayuran dan buah buat papa.Oh,sama beli ikan dan

kacang-kacangan juga,”cetuk ega kemudian,

Membaca catatanya yang ia ketik pada ponselnya.”jadi,nanti kita beli makerel,

ikan teri, kacang panjang, buncis, mentimun, pisang, jeruk, melon, bayam, brokoli,

lalu siam, tomat, bawang putih, seledri buat jus….”

Hendi lisdiyanto, begitu nama lengkap anak pertama Pak Harjo. Sorot mata tajam

– mungkin karena ia juga memakai eyeliner-dengan selana jins belel, kaus hiitam

bergambar tengkorak dan sepatu kets kuning. Rambutnya hitam, agak gondrong

karena dibiarkan panjang sampai sebahu, dengan bagian tak rata yang menutupi

mata kirinya. Aku terus terang tervengang begitu melihatnya untuk pertama kali.

Beda sekali penampilan bapak dan anak satu ini. Pak Harjo yang cenderung kalem,

alim dan bersahaja siapa sangka putranya malah berpenampilan punk.

Sore menjelang petang , sebuah SUV berwarna putih perlahan menepi di depan

Kos Eksklusif Alia, Gejayan, Pak Harjo mengalihkan perhatian dari televisi yang
59

sedang di tontonya. Ia duduk tegak, mengamati dari balik jendela. Elite sekali SUV

itu. Dari pengalamannya mencoba beberapa mobil , ia paling merasa tertantang

dengan seri SUV BMW X3 yang kini berhenti didepan halaman kos. Pak Baskoro

saja sempat ingin membelinya sebagai salah satu koleksi mobil sewa, tapi

tergantikan oleh seri Toyota dan Honda yang lebih familier bagi pelanggan.

Seorang pria berperawakan sama seperti Pak Baskoro, hanya saja lebih tinggi

beberapa senti , mengenakan kemeja biru soft di balik jas Westwood dan celana

kantoran lengkap dengan sepatu hitam mengkilat, baru saja keluar dari SUV

sembari melepas kacamata hitam. Ia terlihat membaca papan nama kos, tersenyum

samar, sebelum akhirnya melangkah mendekati kantor Pak Harjo, yang memang

terletak strategis disamping ruang tamu kos.

Ya sebentar lagi sih pap, kan nenek lagi bikin macaroni keju panggang tadi pas

kita berangkat ke sini. Special buat Ega. Pulang dari sini langsung Ega habisin

deh.” Ega menoleh, akhirnya tersenyum yang belum makan!”

Aku mengeleg-geleng kepala “ kamu tuh Ga, bule banget toh seleramu, sayur

bayam, tempe rebus sama pepes ikan ogah. Giliran macaroni keju panggang

langsung girang!”

“ Bas, letakan dulu ponselnya. Lagi makan kok ngurus bisnis terus sih ‘ kudengar

suara ibuku, agak terganggu gara-gara aku menyempatkan diri membuka pesan di

tengah acara makan malam kami.


60

“ udah Ega simpan nomer kontaknya. Pak Pramudya “ jelasnya datar.

Aku mengenyit, mengingat kembali pesanmasuk tadi. Sudah ada nama Pak

Pramudya tertera di new message, kenapa aku baru sadar sekarang ?

“ Barusan dia yang kirim pesan ?” Pertanyaan Ega berikutnya entah kenapa

membuatku tersentak.

Aku mengangguk saja, sembari meraih gelas air putih untuk melancarkan

tenggorokan yang tiba-tiba terasa kering.

“ Dia mau sewa mobil , Pap ?”

Aduh anak ini, kalua bertanya kok ya seperti tanpa jeda.

“ iya,” kuajwab saja begitu . berharap dia tak bertanya-tanya lagi.

Aku heran sejak kapan Alia dan adikku bisa menjadi teman dekat. Bahkan ketika

kami janjian bertemu di Stasiun Victoria untuk merayakan tahun baru bersama di

Thames , gadis itu datag bersama Shenas yang juga berdandan cantik meski

tampak agak menggigil di balik trench coat bulu angsanya. Jadi Alia sekarang

menjadi tutor make up juga buat adikku “ lumayanlah. Setidaknya Shenas tidak

lagi berdandan tomboy atau memakai jins belel lagi ketika pergi bersamaku.

Kadang aku merasa mendadak stress endiri karean penampilanku sudah

sedemikian rapi, sementara adikku malah terlihat apa adanya. Terkadang agak
61

cenderung dekil saking cueknya. Ah. Alia memang benar-benar bisa diandalkan

untuk perkara make over.

Ketika Alia berjinjit menciumku, aku agak menunduk. Membalas ciuman

lembutnya. Shenas heboh melihat kemesraan kami. Bahkan sempat

mengabadikannya melalui kamera pocket yang masih dia pegang. Setelah selesai

berciuman, kuedarkan pandangan kesekelingku yang penuh dengan lautan

manusia, aku tak melihat keberadaan Jonathan.

Dia cemburu. Aku tahu dia melihatku berciuman dengan Alia. Seharusnya dia tak

perlu berlebihan seperti itu. Aku sudah tegaskan padanya bahwa hubungan kami

berbeda dengan hubungan ‘ normal’ ku dengan Alia. Dia sepertinya mengerti.

Harusnya mengerti.

Aku tiba di Connaught Hall pukul 06.00. ras apenat, capek dan ngantuk jadi satu

kupaksakan kakiku berjalan terseret hingga tiba di kamar asrama. Begitu aku

membuka pintu, sesorang memeluk dan menciumku dengan brutal. Jonathan. Aku

menyerah, tak kuasa menolaknya.

Gila, kenapa mimpiku akhir-akhir ini selalu tentang Lonton di tahun itu ? aku

mulai bertanya-tanya akah aku harus meminta pada dokter pribadiku resep pil tidur

yang bisa membuatku pulas tanpa mimpi sama sekali. Aku benci mengenang

segala sesuatu tentang London di tahun 1995. Tapi nyatanya otakku tak sinkron

dengan kemauanku. Atau jangan-jangan aku memang merindukan saat-saat itu,


62

hubungan dengan Alia dan Jonathan berjalan beriringan tanpa halangan yang

berate, saat aku benar-benar merasa dunia berada dalam genggaman tangaku ?

bagaimana tidak, dua cinta bisa kudapatkan secara bersamaan, kuliah lancar,

kehidupan social juga sukses. Tak ada. Hanya aku, didampingi Alia dan Jonathan,

meski Alia tak tahu kalua cintanya kubagi dengan oranglain.

Dan sekarang Aia telah pergi, putriku menjadi bunga di surga. Sementara Jonathan

merepotkan diri pulang dari Madrid hanya untuk menemuiku. Aku belum

sekalipun mengiyakan permintaannya untuk bertemu. Tapi apakah ini menjadi

semacam pertanda ? pertanda bahwa aku bisa kembali mengenggam dunia, satu hal

yang dulu yang pernah kuraskan setelah 19 tahun yang panjang.

Aku tiba dirumah Omah Dhuwur sekitar pukul 18.00. restoran di Kotagede yang

memilki desain bangunan berupa rumah Jawa kuno yang terletak diatas jalan rata

ini sengaja kami pilih. Setelah beberapa minggu lamanya Jonathan menunggu

dengan sabar kesiapanku. Tiba di undakan tangga atas, Jonathan menyambutku,

tersenyum sembari mengulurkan tangan. Aku menggeleng, hanya berjalan

disisinya ketika dia membimbingku menuju meja pesanan kami di ruangan terbuka

teapat menghadap kearah pintu rumah. Di dalam rumah itu sendiri terdapat toko

yang menjajakan aneka batik.

“ Aku boleh main kerumahmu ? sesekali, mungkin jika kau mengizinkan, aku juga

ingin berkenalan dengan putramu, Ega, panggilannya ? nama lengkapnya siapa ?”


63

“ Agasthya Ega Baskoro,” jawabku cepat. Aku tak tahan tiap kali ia menatapku

dengan pandangan tenang sayu seperti itu. Aku harus megalihkan sorot itu dengan

segera. “ untuk sekarang kita seperti ini saja dulu. Maksudku jangan terburu-buru.

Kami- aku dan Ega – masih butuh waktu untuk penyesuaikan diri, kau tahulah

maksudku.”

“ Bas,” Jonathan menatapku lekat ketika aku meneguk Pina Colada. “ Aku

membawa bingkisan untukmu. Sebelum pulang ke tanah air, aku menyempatkan

diri ke Oxford Street, London. Tenpat belanja favoritmu dulu. Kau harus

menerimanya. Sudah kubawakan jauh-jauh dari belahan bumi lain,” ia

memberikan kode pada salah satu pelayan dan tak lama kemudian seorang pelayan

wanita berjalan mendekat ke meja kami, memberikan satu bingkisan yang dikemas

elegan dalam kotak beledu warna hitam.

Aku tercekat melihat apa yang ada didalamnya. Buru-buru kututup lagi. Kutatap

Jonathan yang tetap tersenyum kalem padaku dengan sorot nanar.“apa-apaan ini?“.

Jonathan menaikan alis. “ kau tahu apa itu.”

Aku menggeleng, menaruh kotak pertama diatas panguanku dengan kedua tangan

bertumpu diatas penutupnya. “ Jon, aku sudah berhenti.”

Jonathan meneguk Bloody Mary-nya sejenak.”benarkah?” ah, anggap saja itu

hadiah dari teman lama. Givenchy tampak elegan dan cantik, iyakan Bas ? Heels

hitam pekat patient leather sepuluh senti , anggap saja sebagai tantangan.”
64

“ Jon ----“

“ Terima saja, aku memaksa,” Jonathan mengerling. Kulihat kau urusan sekarang.

Sangat proporsional untuk crossdressing, seperti ketika kita masih bersama-sama

di London. Kau pernah bilang padaku, kau paling merasa bahagia ketika

crossdreasing kan ? tak ada salahnya kembai bahagia Bas, berbahagialah. Bikmati

hidupmu yang dulu.

Aku menunduk dalam-dalam, tak lagi bisa berkata. Pria didepanku ini paling bisa

membangkitkan sisi terdalamku, sisi tegelapku yang selama ini tersimpan rapat-

rapat bahkan dari Alia sekalipun. Bersama Jonathan. Dunia berputar berbeda.

Kami seperti berada dalam pusaran dimensi lain yang sepenuhnya milik kami.

Untuk pertama kalinya sejak kematian Alia dan Sekar, aku tak pulang kerumah

dalam semalam. Aku tak bisa menolak ajakan Jonathan untuk meginap di

rumahnya dikawasan Elite Griya Mentari Kaliurang tak begitu jauh dari coffe shop

miliknya. Kami punya banyak cerita yang ingin kami bagi satu sama lain, punya

banyak cita-cita dan harapan yang kembali bersemi setelah belasan tahun

terbelenggu.

“ Papa ngga ada dirumah sejak kemarin. Urusan bisnisnya menggila, sampai hanya

sempat telepon sekali saja, SMS pun ngga dibals . malas kayaknya. “ Ega akhirnya

menitikkan airmata ketika membisikkan kalimat terakhir.

“ Ega kangen kalian … Ega kesepian.”


65

Sebenarnya yang membuat Ega kesal bukan Hendi tetapi papanya, sejak awla

Januari. Papanya perlahan berubah menjadi orang yang sok sibuk. Gila kerja.

Sebelumnta memang seperti itum beliau lebih mengautamakan kenyamanan

pelayanan bagi pelanggan tour daripada keluarganya sendiri, yang sekarang tinggal

Ega. Tapi kali ini terasa berbeda. Selalu saja ada alasan yang kadang-kadang tidka

masuk akal. Meeting diluar kota, menjadi supir tour berhari-hari, padahal ada Pak

Ridwan ataupun Pak Agus yang bisa menggantikan. Apa gunanya jadi bos kalua

masih melakukan semua pekerjaan lapangan sendiri ? terkadang Ega tak habis

piker dan ia semakin merasa tersisihkan.

Ketika ia berangkat ke Bantul untuk mengikuti acara FEE Center selama seminggu

itu, papanya sudah tidak ada di rumah. Pulang dari Bantul, seminggu kemudian

yang jemput dia malah pak Harjo. Lagi-lagi papanya tak muncul. Seringkali

teman-temannya ditengok selama kegiatan oleh orangtua mereka, tai dirinya malah

di tengok oleh Hendidan Pak Harjjo, bergantian.

“ Kau cantik,”

Bisa kuraskaan wajahku menghangat mendengar bisikannya, tepat ditelinga

kananku, aku tertunduk, merasa malu .

“ Aku sudah lama tidak berdandan seperti ini, “ gumamku lirih.

“ Tapi kau tetap cantik, Bas …”

“ Shally,” ralatku segera.


66

“ Ah maaf. Kau tetap cantic Shally.” Jonathan mengerling, tersenyum padaku.

Perlahan ia menunduk, mengeluarkan sesuatu dari kotak belundru hitam tak jauh

dari kakiku yang masih telanjang.

“ Siap memakai Givenchy mala mini ?” tanya Jonathan lembut.

Aku menatap matanya dalam. “ ya”

Ia mengelus tumitku sebelum membantu memakain heels setinggi 10 senti itu pada

kak kananku terlebih dahulu, yang kemudian disusul dengan kaki kiri.

Setelah menetapkan hati, akhirnya aku mengangguk bersama dengannya, aku

keluar dari kamar hotel berbintang lima yang sudah selama empat hari ditempati.

Inilah pertama kalinya aku memutuskan untuk crossdreassing dan tampil sebagai

wanita di depan public, meski aku tahu mereka tak mengenalkuk. Aku berada di

Semarang, jauh dari Jogya, meninggalkan semua kenangan atas Alia di tempat

yang seharusnya dan kini hanya ada aku dan Jonathan saja. Yang lain sudah tak

begitu penting lagi dirasakan.

“ Yakin mau berangkat kesekolah hari ini Ga ?” kalua masih lemas nanti tak

anterin surat keterangan sakit ke sekolah juga gga apa-apa Ga “ Hendi

memperhatikannya dengan raut cemas. Hidung Ega yang memerah dan wajah sang

anak majikan yang tak kalah suram dari cuaca diluar sana membuatnya ragu.

Aku terbangun ketika merasa ponsel diatas meja nakas dekat ranjang bergetar kuat,

berulang kali. Awalnya tak uhiraukan. Jiak ada yang ingin mengubungiku, kan
67

bisa juga melalui pesan singkat. Tapi setelah beberapa saat berhenti, posnelku

kembali bergetar.

Aku membuka mata, melihat kearah jarum jam dinding. Sudah pukul 08.00

rupanya. Kudengar lamat-lamat suara air shower dari ruangan lain dalam kamar

ini. Sepertinya Jon sedang berada dikamar mandi.

“ Pak Harjo, ada apa ?” tanyaku langsung dengan suara serak khas bangun tidur.

Perlahan aku duduk diatas ranjang bersandar pada headboard.

“ Pak Bas kapan pulang ?”

Aku mendesah, : Ya sebentar lagi pak. Masih di Semarang ini, ada janji sama

teman,”

“ Saya baru anterin Ega kesekolah ,Pak Bas “

Ah Pak Harjo ini menggangu saja, ino ngga penting begini kok disampaikan

padaku?”

“ Ya terus kenapa pak ?” Cuma itu yang mau disampaikan ke saya ? bapak baru

bangunin saya tidur lho,” aku tahu nada suaraku agak kasar pada Pak Harjo, tapi

ya sudahlah. Memang aku terganggu dengan panggilan teleponnya.

Sore itu, pak Harjo tersenyum lebar mendapati majikannya pulang dari luar kota.

Dilihatnya Hendi membuka pintu gerbang halaman depan, dan sebuah Civic hitam

metalik masuk perlahan.


68

Hendi membantu membawakan koper dari dalam bagasi. Baskoro melangkah

terburu ketika masuk kedalam rumah langsung memanggil putranya.

Hendi mengeyit, kebiasaan itu juga tak jauh beda dengan Ega, masuk rumah

sembari memanggil papanya. Bedanya kali ini tanpa salam.

“ Egaaa!!”

Hendi mendesah,” Ega belum pulang pak Baskoro. Tadi SMS kalua pulangnya

telat, ada kegiatan PMR di sekolah sampai sore.

‘ Ega, kamu dimana sekarang ? kok belum pulang ?!” begitu tersambung, Baskoro

langsung berdiri dari duduknya mondar mandir diruang tamu.

“ Papa sudah pulang ya,? Bawa oleh-oleh apa pap ?” suara dari seberang terdengar

ceria.

“ Ega cepat pulang! Lagi sakit malah ngga langsung pulang ?!” pulang sekarang ,

biar kita ke dokter !” sambal mondar-mandir, nada suara Baskoro semakin tinggi.

“ Ini udah sampai depan gang, Ega habis naik bus, agak lama nunggunya tadi.”

Baskoro menutup panggilan, duduk menghadap pintu siap menunggu putranya

datang.

Jonathan mempercepat jadwalnya kembali ke Madrid, karena nampaknya ada

masalah serius begitu ia meninggalkan kafe yang ada disana. Ia menyebut secara
69

pasti , yang jelas ketika kami berpisah di Bandara Adi Sucipto, dia tersenyum saja

sambal berbisik di telingaku, “ Akku akna kembali sebelum Valentine, tolong jaga

coffe shop yanga da di kaliurang ya. Itu bukan hanya milikiku tapi milik kita.

Akku mencoba bersikap wajar ketika mengantar kepergiannya. Pulang dari sana

entah kenapa hatiku mulai terasa sakiy. Rasanya tak biasa, seperti kehilangan

sesuatu yang penting. Yang tampaknya tak akan pernah kembali. Hamper mirip

seperti ketika aku kehilangan Alia, tapi kali ini lebih dalam.

Aku berusaha mempercayai Jon, tapi selalu saja ada cemburu terbersit ketika kau

mengingat hubungannya dengan Alejandro. Siapa yang tahu kalua ternyata dia

masih menjalin hubungan dengan pria Madrid itu, dna hanya bermanis kata ketika

mengatakan padaku kalua hubungan mereka sudah berakhir ? aku tak mau

kehilangan pria itu untuk yang kedua kalinya, aku tak sanggup.

Setibanya di rumah, aku meminta Pak Harjo agar memarkirkan Civic dengan

benar, akrena aku ahnya meninggalkannya secara sembarangan di halaman depan.

Hujan mulai turun rintik-rintik siang itu, membuatku bergegas ke dalam rumah

menuju kamar Alia.

Malam itu ketika keadaan rumah sepi, Ega tidur dikamarnya. Pak Harjo dan Hendi

menjaga kos. Aku menyelinap masuk kedalam kamar Alia. Dan mencoba kembali

peralatan make up nya. Aku keluarkan beberapa potong pakaian dari dalam lemari
70

Alia. Baik itu baju sehari-hari atau gaun pesta muslimah. Menjajarkannya di atas

ranjang . mencoba tiap gaun dengan ukuran lebih besar yang masuk ke badanku.

Iseng aku selfie didepan cermin, mengenakan gaun panjang muslimah, kerudung

coklat kesayangan Alia, dipadukan dnegna cluch batik dan heels dua belas sent.

Mencari hasil jepretan yang sempurna. Kukirimkan foto terbaiku pada Jonathan

melalui email agar lebih pribadi dan tak lama kemudian pria itu memintakaku

untuk video call. Aku tersenyum lebar.

Jonathan menantangku untuk berpenampilan seperti itu ketika eku mengunjungi

coffe shopnya di Kaliurang. Dia bilang hamper semua karyawannya juga Gay atau

waria, aku sudah tahu itu. Dan ia ingin akku berani coming out didepan mereka.

Aku terima tantangannya. Ia ingin aku melakukan nya sebelum ia pulang ke tanah

air di awal Maret. Lama sekali ia memundurkan jadwal, tapi tak apalah. Tak

gampang memulihkan kredibilitas sebuah kafe yang terkena kasus pencemaran

nama baik di Madrid.

Aku sudah coming out pada Pak Harjo dan kemungkinan besar ia memberi tahu

ankanya Hendi. Melihat sikap mereka yang tetap wajar padaku, meski Pak Harjo

kadang memandangku denagn aneh. Aku cukup percaya diri akan bisa diterima

oleh komunitas yang jelas-jelas senasib denganku di Kaliurang sana.

Aku terpaksa meminta Pak Harjo untuk mengantar hingga depan coffe shop, aku

membawa sekoper penuh berisi make up, kerudung hingga heels. Pak Harjo
71

sepertinya tahu apa yang akan kulakukan. Dan dia kesal sekali sampai

menyebutku gila akrean aku tidka menghiraukan peringatannya. Kutanggapi

dengan tertawa saja. Aku hanya memintanya menjemputku nanti malam setelah

aku SMS minta di jemput. Dengan bermuka kecut si Bapak paruh baya itu berlalu

megendarai Fortunerku, melesat meningalkan Jalan Kaliurang.

Sebuah Fortuner hitam mengedipkan lampu depannya kea rah kananku, mulai

menepi. Aku tersenyum membaca nomor plat yang falimier, melepas kacamata dan

menunggu Pak Harjo keluar. Ia selalu siap sedia menjadi sopirku, tak perduli

betapa gilanya aku dimatanya.

Ketika mobil benar-benar berhenti, hanya berjarak beberapa meter saja, pintu dari

kiri terbuka dari dalam. Sosok yang keluar dari mobil itu membuatku buru-buru

mengenakan kacamataku kembai.

Aku mundur, membalikkan badan kemudian berlari kaki kananku hilang

keseimbangan, terpeleset dengan gerakan gerakan tak wajar. Sungguh aku tak

ingin dia melihatku dalam keadaan seperti ini.

“ PAP!” PAPA!!”

“ salah orang mas!” aku berusaha membebaskan lenganku yang masih dalam

cengkramannya. Dengan tangan satunya aku memegang gagang kacamata hitamku

erat. Agak menunduk sembari berusaha memakai kembali heels lepas dari kaki

kananku.
72

“ Pulang sama Ega, sekarang !”

Dan dengan kasar ia menarik kerudung panjang yang menutupi kepalaku,

melepaskannya paksa. Wig coklat auburn kesayanganku bahkan hamper ikut

tertarik. Yang buru-buru aku pegang agar tak lepas. Kesempatan itu digunakan

oleh Ega untuk meloloskan kacamata hitamku.

Aku tak akan pernah bisa melupakan tatapan matanya saat itu. Campuran antara

syok, marah dan sedih atau apa dia kaget melihat smoky eyes-ku ?

“ Ega baca SMS papa yang isinya minta di jemput di HP Pak Harjo, udah Ega

hapus, jadi ini bukan salah pak Harjo. Pulag sama Ega, pap “ Nama suaranya yang

tak mau dibantah dan megintimidasi, mengingatkanku pada seseorang … diriku

sendiri.

Kurasa kau harus mengalah sekarang, agar kami taka di tontonan gratis beberapa

orang di kawasan ini, aku mengangguk tanpa bersuara. Kemudian meraih heelsku

repot sekali memang memakainya kembali setelah kakiku keseleo.

Perjalanan kami malma ini menjadi perjalanan terburuk. Aku menatap kearahnya

dna ia tak sekalipun menoleh padaku. Pandnagannya selalu focus pada jalan raya.

Aku bis amerasakan dia begitu muak padaku.

“ Ega … “
73

Begitu kami agak jauh meninggalkan coffee shop, aku memberanikan diri

memanggilnya ia tetap diam. Hanya melihat kearah spion tak sekalipun mau

menoleh.

“ Ega, dengarkan Papa …

Anak itu menyalakan radio di dalam mobil, berhenti di chanel Swaragama FM,

menaikan volume.

Aku mematikan radio, menoleh padanya. “ Ega papa minta maaf …

Matanya berkaca-kaca. Mendadak ia memukul setir , membuat mobil kami oleng

ke kanan dan suara klakson berkali-kali terdengar di belakang kami sebelum ia

dengan cepat mengendalikan kembali laju mobil dengan benar.

“ Ega … menepi, berhentilah dulu oke ?” pintaku hati-hati, ah aku tak kuat

melihatnya seperti ini. Dia mulai menangis berusaha keras meredam isakan dengan

menggigit bibir bawahnya.

Ketika laju mobil kembali oleng, aku buru-buru mengambil alih kemudi,

menepikannya di depan bengkel yang telah tutup. Kemudian menginjak pedam

rem.

Aku mundur perlahan kembali duduk di kursiku semual, tapi tak lepas

pandanganku darinya. Ia berpelaing kea rah jendela sebelah kanannya, ia membuka


74

dengan cepat, seolah butuh udara segar meski tiupan angin dingin menerobos

masuk ke dalam mobil.

“ Ega, tutup jendelanya. Diluar dingin, nak, “ panggilku perlahan. “ tutup pintunya

dan lihat papa.”

“ Ega ngga mau lihat papa, “ ia tetap memalingkan muka.

‘ Setidaknya biarkan papa yang menyetir, bisa ?” Ega duduk dibelakang bila tidka

ingin melihat Papa.. “

“ ini kerudung Mama, “ katanya pelan

Aku mengangguk,” Ya itu kerudung mama, papa ambil dari barang bukti korban di

panti Rapih. Itu kerudung terakhir yang dipakai Mama dalam perjalanan

mengambil rapor disekolahmu.

“ Dan semua yang Papa pakai itu semua miliki Mama,” tanya Ega lagi, menunduk

menatap kerudung di pangkuannya.

“ Papa punya pacar ? di Kaliurang itu atau appa berdiri disana untuk … “ ia tak

mampu melanjutkan pertanyaanya, dan aku mengerti kenapa.

“ Ya,” aku memutuskan untuk berterus terang. “ dia pemilik penginapan dan coffe

shop yang sering papa datangi disana.”


75

“ Laki-laki ?” Ega seperti tercekik, bibirnya bergetar ketika bertahan tak

melepaskan pandangan matanya dariku.

Aku meghela nafas berat, mengangguk. “ dia sepuluh tahun lebih tua dari Papa.”

Ega membentukan bagian belakang kepalanya pada kursi dengan keras, tampak

frustasi lalu menutup wajah dengan kedua tanganya.

Ega keluar dari mobil tepat ketika aku telah mematikan mesin. Ia membanting

pintu mobil dengan keras, membuatku menahan diti untuk tidak membentaknya

karena kembali berlaku tidak sopan padaku.

Hendi melonggo melihatku. Ia kemudian lagsung menunduk begitu aku metot

padanya. Pak Harjo berlari tergopoh-gopoh dari arah kos, menyusulku masuk

kedalam rumah. Begitu ia tiba di ruang tamu, hensi menutup pintu.

“ Maaf pak Bas …”

“ Jangan sekarang pak Harjo!” aku melepas wig dengan tangan.

“ Papa biseksual ga …” aku menatapnya lekat. “ bukan waria. Ini Cuma

crossdreasing , kamu harus tahu apa itu crossdreasing.

“ Ya Ega tahu apa itu crossdreashing,” kata Ega datar. “ Seseorang megenakan

pakaian lawan jenisnya. Ega tahu dari costplayer Jepang. Ada cowok yang Makai

baju ala maid. Ngga usah jauh-jauh ternyata Papa juga Pakai.”
76

“ Nah kurang lebih seperti itu. Papa bukan waria. Papa seorang bi, menyukai

wnaita dan pria sekaligus. Papa mencintai mendiang mamamu, dan sekarang papa

berhubungan dengan seorang lelaki gay yang punya coffee shop di Kaliurang. Apa

informasi ini cukup bagimu ?”

Ega mendongak menatap langit-langit ruangan, seperti menghitung sesuatu,

sebelum akhirnya melihat ke arahku. “ Tiga bulan ya Pap, sejak kepergian Mama

dan Sekar. Cepat banget. Ngga heran kemarin-kemarin Papa sering pergi keluar

kota. Buat ketemu pacar gay Papa ?”

Aku menyahut lelah. “ Iya Ga ..”

“ Ngga dikenalkan sama Ega ,” tanya Ega tanpa ekspresi.

Aku mengejap menatapnya, “ kamubmau kenalan sam apacar Papa ?”

Ega mengangguk, “ Iya. Ega pengin tahu kayak apa orangnya,”

“ Dalam minggu ini, setelah dia kembali dari Madrid, papa akan kenalkanmu

padanya,”

“ Oh, Bule ?” Ega mengejap, tampak terkejut.

“ Bukan. Orang Jogya juga. Dia tinggal di Madrid, tapi setlah urusannya kali ini

selesai, dia berencana menetap di Jogya---“

“ Bareng Papa,?” sambar Ega tajam.


77

Aku terdiam memandang Ega. “ Itu …. Masih terlalu dini untuk dibicarakan, Ga.”

“ Papa bilang usianya sepuluh tahun lebih tua, berarti dia empat puluh delapan

tahun sekarang ?” pemilik coffee shop di Kaliurang ?”

“ Dia single, Pap ?”

“ Ya, Ega, dia ngga menikah ,”

“ Apa dia pengin menikahi Papa ?”

Aku terdiam lagi, “ belum saatnya Ega,”

“ Jadi ada rencana buat menikah ?”

“ Kami belum membicarakan hal itu “

“ Namanya siapa ?”

“ Jon, Jonathan Pramudya,” shautku cepat. “ Kau pernah bicara dengannya di

ponsel papa…”

“Oh dia?” kulihat tangannya terkepal. “ Sudah lama saling kenal Pa ?”

“ Sejak Papa kuliah di London….”

“ Hemm, pas papa ketemu Mama, dong, “ Ega berdiri dari duduknya. “ Jadi dia

mantan Papa dulu ?”

“ Bukan mantan Ga, daridulu kami memang ….”


78

“ Ya sudah cukup jelas, Ega mau tidur Pak”

Tiga puluh menit berselang, sebuah Civic hitam masuk perlahan ke halaman depan

rumah. Pak Baskoro keluar terlebih dahulu dari kursi kemudi yang disusul

kemudian oleh seprang pria berambut coklat dengan perawakan atletis, memakai

kemeja yang dilapisi sweter, celana hitam dan sepatu hitam mengkilat.

“ Ga, orangnya sudah datang!”

“ Jam segini ?”

“ Iya, kayaknya langsung dari bandara.”

“ Ahh, bikin malas!”

“Kamu turun gih! Hanti baju sisir rambut …”

“ Suka-suka aku dong mas !” rutuk Ega lalu ia mengusir Hendi keluar kamar dan

menutup pintu dengan keras. “ Bilangain ke Papa, aku lagi tidur!”

Pukul 07.30, Ega berjalan pelan menuruni tangga, sepi sekali. Apa mungkin Papa

dan pacar Gay – nya itu sudah keluar rumah untuk makna malam ? ah, setidaknya

ia punya kesempatan untuk mengambil makanan di dapur…

“Halo! Ega ya …?”

Ega terlonjak kaget ketika menginjakkan kaki di ambang pintu dapur. Mukanya

memerah ketika dilihatnya seorang pria dengan postur atletis dengan tinggi badan
79

layaknya kipper luar negeri. Dilihat dari tinggi Ega yang 180 senti, ia mungkin 10

senti lebih tinggi. Pria ini tidak seperti pria local Jogya umumnya. Rambut

coklatnya rapi, dengan penampilan elegan dan senyum tipis mengembang.

Pengaruh luar negeri jelas sekali tercetak dari rautnya.

“ Udah bangun ga ? Udah mandi kan ? Ayo gabung sama Papa dan Om Jonathan,”

Baskoro ikut tersenyum lebar melihat kearah putranya.

“ Mas Hendi dimana Pa ?” tanya Ega dengan suara hampir tak terdengar, seperti

tercekik.

“ Jagain kos sama Pak Harjo,” Baskoro memberi kode pada Ega agar cepat masuk

dan duduk di atas kursi makan.

“ Ega kenalin ini om Jonathan, Jon ini putraku, Ega,” Pak BAskoro berdiri

sebentar memperkenalkan keduanya. Ia merangkul pundak putranya seolah

mencegah kabur, agar mau bersalaman dengan Jonathan.

Jonathan tersenyum tipis, menyalami Ega dengan genggaman kuat, ia masih

mengenakna celemek, tampaknya baru saja masak, kentara dari aroma masakan

yang harum dan begitu kuat didalam dapur yang luas itu.

“ Om Jon ini dulunya chef lho, di London, Paris dan Madrid. Om Jon paling jago

bikin dessert dan pastry. Malam ini langsung dari bandara, Om Jon khusus

membuatkan masakan special untuk kita Ga.” Baskoro tersenyum simpul, menatap

Jonathan sekilas dengan sorot yang dibenci Ega.


80

“ Wecome drick untuk Ega adalah Milk Tea Bubble Karamel,” Jonathan

menyajikan satu gelas ukuran sedang teh susu hangat yang sudah disulap

tampilannya menjadi menarik dengan buih kecoklatan di tepinya. “ Papa Ega

bilang, Ega suka minum susu coklat kan ?”

Ega tidak menyahut, ia hanya memperhatikan gelas teh susu di hadapannya dengan

sorot kosong.

“ Bisa langsung dimunum, hangat kok tidka panas.” Jonathan tersenyum lagi.

Sungguh senyum tipis jenis ini seperti racun! Ega semakin lama semakin muak

melihatnya.

Ega terpaksa meneguknya sedikit dan terkejut dengan rasaya enak sekali. Belum

pernah ia minum teh susu yang pas seperti ini. Tehnya masih terasa susunya juga

tidak bikin eneg.

“ Australian wine, kadra alcohol rendah,” jelas Jonathan tenang. “ suka dengan

Milk Tea-nya ?”

Ega mengangkat bahu.” Appetizernya ?” anak itu mulai menyusun rencana

dadakan.

“ Oke” Jonathan menggangguk. Ia menyodorkan dua piring salad pada Egad an

Baskoro. Ia seolah koki yang melayani dua orang ayah anak mala mini.
81

“ Ini salad Bangkok. Kombinasi buah dan sayur dari selada, nenas, apel malang,

wortel, mentimun dengan telur rebus dipotong bulat, beri siraman saud manyones

dan saus kacang diatasnya , lalu taburi dengan keripik kentang.

“ Banana ice cream. Pisang goring yang dipotong kecil-kecil lalu disiram dengan

es krim rasa vanilla.”

“ Ega kok dimuntahin,?!” Baskoro sudah siap mengomel, tapi Jonathan memegang

lengannya, melarangnya memarahi Ega.

“ Ada yang salah Ega ?” tanya Jonathan halus.

Ega berdiri dari duduknya. “Rasanya aneh”

Jonathan lagsung mengambil piring itu, menjauhkannya dari meja makan. “ biar

Om ganti dengan dessert yang lain ya Ga. Kamu sukanya apa ?”

“ AKu ngga suka semuanya!” Ega melempar serbet, bergegas keluar dapur.

“ Ega, yang sopan dikit dong!” Baskoro ikut berdiri dari kursinya. Hendak

menyusuk Ega, tapi Jonathan meraih legannya dengan cepat.

“ Duduklah Bas, taka pa “ Jonathan mengedipkan mata pada Baskoro yang masih

tampak kesal.

“ Sore, Ega. Ayo masuk mobil,”


82

Pacar gay Papanya, astaga apa lagi ini sekarang ? pendekatan di sekolah, sok baik

dan perhatian mau mengantarnya pulang ?”

“ Ayo pulang, Om yang antar.” Jonathan merangkul oundak Ega. Membukakan

pintu samping menyilakan Ega masuk kedalam dengan sangat sopan. Ega kalah,

tak bisa menolak, apalgi beberapa temannya sudah mulai keluar dari pintu

gerbang. Akan jadi drama seru jika ia ngotot ingin naik bus di tepi SUV mewah

itu.

Beberapa saat kemudia dia terjebak di dalam mobil, duduk disamping Jonathan

yang menyetir dengan sangat tenang. Pria itu tak suka mengebut, tapi juga tidka

lambat, mengingatkan Ega akan pad acara menyetir supir taksi.

“ Bukan itu saja, Pokoknya Papa jadi banci kalua punya pacar kayak Om,” Ega

sepertinya tidka menangkap hal tersirat yang diungkapkan Jonathan. Ia terlanjur

membenci hubungan keduanya sehingga lebih didominasi amarah hingga ke cara

berpikirnya.

“ Tak ada yang salah dengan menjadi gay atau biseksual,” Jonathan menghentikan

mobil ketika berada dilampu merah. “ Cinta tak memandang gender, Ga. Sama

seperti seorang heteroseksual, kamu tak bisa memaksa mereka mencintai sesame

jenis karena orientasi mereka adalah hetero. Begitu pula dengan kami. Kami sama

normalnya dengan orang lain, hanya orientasi seksual yang berbeda. Keberagaman

seksual manusia ada sejak dulu. Hanya saja kebanyakan orang belum tahu saja.
83

Ada yang heteroseksual – suka lawan jenis, homoseksual – suka sama jenis

termasuk gay dan lesbian, lalu biseksual – tertarik pada keduanya. Heteroseksual

itu dikategorikan dengan jumlah paling banyak dan mendominasi. Itulah kenapa

kebanyakan orang beranggapan, jika bukan heteroseksual maka tidak normal.

“ Papamu pernah menjelaskan hal ini padamu ?” Jonathan memperhatikan Ega

sejenak.

Ega hanya menggeleng.

“ Jangan khawatir, Om tidak akan memaksamu untuk mengerti.” Jonathan

menoleh sebentar pada Ega yang masih tak bersuara.

“ Kita ngga akan mampir dulu ke kamar om kan ?” tanya Ega tersekat.

“ Ngga kok. Cuma mau nitip mobil aja. Kamu mikirnya kejauhan Ga “

Minggu pagi keesokan harinya, rumah keluarga Baskoro seperti kuburan. Tak ada

tanda-tanda orang disana, karena memang taka da aktivitas yang menggambarkan

interaksi satu keluarga. Ega tetap mengurung diri di kamarnya di lantai atas, tak

menyahut panggilan Hendi yang memintanya membuka pintu untuk sarapan.

Tak lama kemudian. Ega mendengar suara gaduh dari arah depan rumah

“ EGA!!”
84

Nah suara papanya terdengar juga memenuhi rumah besar mereka. Ega menoleh

sebentar, lantas kemblai duduk di atas batu, memandang sisa-sisa abu pada tong

sampah dengan sorot kosong.

“ Ya Tuhan Ega, kamu ngapain ?!!” papanya telah sampai di pekarangan belakang

rumah mereka, disusul Jonathan di belakangnya.

“ Papa udah nonton video yang Ega kirimkan kan ?” tanya Ega santai. Ia belajar

banyak dari Jonathan dalam bersikap menyebalkan. Tenang, kalem tapi

mematikan.

Papanya mendekat kearahnya, menatapnya dengan sorot berkaca-kaca “ apa kamu

sangat membenci Papa sampai harus melakukan ini Ga ?”

Ega mengangkat bahu “ Menurut Papa ?”

“ Kamu piker Papa akan berhenti crossdreassing setlah kamu bakar seluruh benda

berharga dikamar kami ?! kamu piker Papa akan berhenti menjadi banci seperti

katamu semalam ?”

“ Enggak,” Ega menggeleng cepat. “ ini buat senang-senang saja kok Pap”

Tangan Baskoro sudah melayang hendak menamparnya, tapi dicegah Jonathan”

sudah tenangkan dirimu Bas. Kita selesaikan di dalam. Ayo …”


85

“ Aku ngga mau masuk ke dalam kalua ada dia “ Ega menunjuk Jonathan dengan

jari telunjuknya. “ dia orang asing, ngga ada hak menyelesaikan apapun di dalam

rumah ini.”

“ Om akan pergi, Ga jangan khawatir. Masuklah dulu. Ngga enak dilihat orang.:

Jonathan menanggapinya dengan nada serius kini. Tak ada senyum atau raut sok

kalem yang biasa dilihat Ega.

“ Papa pilih. Kalua ma uterus berhubungan sama Jonathan, Ega keluar dari rumah.

Tinggal bareng Nenek di Gunung Kidul dan tak akan kembali lagi sama papa atau

papa ngga usha berpacaran sama siapapun termasuk laki-laki itu dan Ega masih

tetap tinggal disini.”

Baskoro menggeleng. “ Papa ngga ingin kamu pergi Ga “

“ Jadi papa pilih yang kedau ?” Ega tampak senang

“ Tapi Papa juga mencintai Jonathan …. “ Baskoro menunduk bergumam lirih.

“ Ah Papa! Sadar ngga sih. Papa tuh jadi aneh sejak dai dating…! Papa mulai suka

dandan, jadi banci kayak waria yang suka nyebong di pingir jalan ! papa jadi

murahan, tahu ngga ?!” jelas sekali kemarahannya dari tadi malam belum juga

mereda.

Ega makin frustasi melihat ayahnya seperti itu. “ Papa jangan nagis ! Ega ngga

mau punya Ayah cengeng ! udah banci, suka nangis lagi. Ega ngga suka Pap “
86

“ Ga, sudah Papa bilangkan, Papa bukan banci ataupun waria ? Papa seorang

biseksual. Tolong berhenti menggunakan kata-kata kasar seperti banci atau

nyebong ---“

“ Intinya Papa ngga benar setelah Jonathan muncul lagi disini, iya kan ?” dulu

sebelum dia datang, Papa biasa saja. Papa sama Mama ngga ada masalah. Keluarga

kita bahagia. Sekarang Papa menjadi kacau begini. Terus kalau Ega biarin. Lama-

lama kalian akan tinggal bersamakan ?” bakal menikah ? mungkin biar legal, mau

menikah di luar negeri yang mengizinkan nikah sesama sejenis ? pernah mikir

ngga gimana perasaan Ega tiap lihat kalian berdua ?!” ingat almarhumah Mama

ngga Pap ? ingat adik ?! kalua Ega selalu ingat Pap ! Ega yang lihat mayat mereka

berdua pertama kalinya. Papakan datang telat. Semua sudah bersih dan enak

dilihat. Beda sama Ega! Dan mereka meninggal gara-gara mau kesekolah Ega,

ambil rapor yang seharusnya Papa ambil. Ega mimpi buruk tiap hari ingat mereka.

Ega nangis tiap kali bangun tidur, Ega juga sering muntahin makanan di toilet

tanpa sepengetahuan Papa. ! Papa bahkan sampai menginap bersama ? SEKALI …

SAJA PERNAH NGGA PAP ?!”

Baskoro menatap putranya dengan sorot syok. “ Ga cukup ..’

Ega mengusap air mata yang mengalir deras di pipinya dengan jengkel.” Terserah

Papa. Mau ngapain saja di rumah ini terserah. Punya haka pa Ega disini, toh

semuanya milik Papa. Mending Ega pergi penyusul Mama saja. Iyakan Pap ?! Ega
87

kan sudah ngga penting disini, Cuma bikin Papa repot.” Perlahan ia mengeluarkan

pematik api dari dalam saku celana pendeknya, membuat Baskoro terbelalak.

“ EGA, JANGAN !”

“ Papa mundur! Ega tahu Papa lebih memilih bersama orang berengsek itu

daripada sama Ega!”

“ Papa pergi saja sama dia ! pergi! Ngga suah perdulikan Ega !”

“ Ega … Ega dengerin Papa …”

“ NGGAK!” Ega mendorong pundak papanya agar menjauh darinya. Ega ngga

mau dengar lagi ! Ega capek dengar Papa terus ! Papa juga nggak mau dengar Ega

kan?”

“ Ega.. Ega .. tenanglah’. Papa disini. Papa ngga akan kemana, ngga usah pergi,

Papa butuh Ega disini … “

“ Ega jangan bilang mau nyusuk Mama lagi ya?”

‘ Ega berarti segalanya buat Papa. Papa ngga bohong ga, Maafkan papa” denagn

hati-hati.

Ega. Jaga kesehatan ya, ingat harus lebih banyak makan buah dan sayur biar ngga

gampang sakit” Jonathan mengacak rambut remaja lima belas tahun didepannya

sambal tersenyum lebar.


88

Ega mengangguk saja, ia hanya terseyum samar menerima pelukan dari Jonathan

denagn sikap kaku

Jonathan menepuk piping, agak menundk “ ayo yang ceria dong !”

Ega semakin tampak canggung sampai Baskoro mengakul pundak putranya. Ia

bersalaman dengan Jonathan berpesan padanya agar setlah tiba di Changi ia harus

memberik kabar.

Cermin tak pernah berteriak.

Ia pun tak pernah meraung, tersedan atai terisak

Meski apapun jadi terbalik didalamnya

Barangkali ia hanya bisa bertanya

Mengapa kau seperti kehabisan suara ?

Anda mungkin juga menyukai