Anda di halaman 1dari 19

MODUL PERKULIAHAN

ETIKA DAN HUKUM BISNIS


MODUL KE-11
ABSTRAK TUJUAN
Pengertian, definisi dari Hak Kekayaan Mampu memahami dan menjelaskan,
Intekektual, Monopoli, Persaingan arti dan tujuan Hak Kekayaan
Tidak Sehat dan Sansksi Persaiangan Intekektual, Monopoli, Persaingan Tidak
Tidak Sehat Tatap Muka Sehat dan Sansksi Persaiangan Tidak

11
Fakultas: Ekonomi dan Bisnis Kodedalam
Sehat Mata Kuliah:
hukum bisnis yang
Program Studi: Manajemen S-1 dilakukanOleh
Disusun oleh :perorangan
Agus Arijanto,SE,MM
maupun
organisasi

2020 Etika dan Hukum Bisnis


2 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
PEMBAHASAN

Pengertian Hak Kekayaan Intelektual


Kekayaan Intelektual atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Hak Milik
Intelektual adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights
(IPR) atau Geistiges Eigentum, dalam bahasa Jermannya. Istilah atau terminologi Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) digunakan untuk pertama kalinya pada tahun 1790. Adalah
Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hak milik dari si pencipta ada pada
bukunya. Yang dimaksud dengan hak milik disini bukan buku sebagai benda, tetapi buku
dalam pengertian isinya. Istilah HKI terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak, Kekayaan, dan
Intelektual. Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun
dijual.
Hak Kekayaan Intelektual, disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”, digunakan untuk
Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang
menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia pada intinya HKI
adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek
yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan
intelektual manusia.
Adapun kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi
kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya
tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia. Objek yang diatur dalam HKI
adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Sistem
HKI merupakan hak privat (private rights). Seseorang bebas untuk mengajukan
permohonan atau mendaftarkan karya intelektualnya atau tidak. Hak eklusif yang diberikan
Negara kepada individu pelaku HKI (inventor, pencipta, pendesain dan sebagainya) tiada
lain dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil karya (kreativitas) nya dan agar orang lain
terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, sehingga dengan sistem HKI
tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme pasar.

2020 Etika dan Hukum Bisnis


3 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Disamping itu, sistem HKI menunjang diadakannya sistem dokumentasi yang baik
atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga kemungkinan dihasilkannya teknologi atau
karya lainnya yang sama dapat dihindari atau dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang
baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya dengan maksimal untuk
keperluan hidupnya atau mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah
yang lebih tinggi lagi.
Teori Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sangat dipengaruhi oleh pemikiran John
Locke tentang hak milik. Dalam bukunya, Locke mengatakan bahwa hak milik dari seorang
manusia terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada sejak manusia lahir. Benda
dalam pengertian disini tidak hanya benda yang berwujud tetapi juga benda yang abstrak,
yang disebut dengan hak milik atas benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil dari
intelektualitas manusia.

Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua) bagian,yaitu:


1. Hak Cipta (copyright);
2. Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang mencakup:
 Paten (patent);
 Desain industri (industrial design);
 Merek (trademark);
 Penanggulangan praktek persaingan curang (repression of unfair competition);
 Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit);
 Rahasia dagang (trade secret).

2020 Etika dan Hukum Bisnis


4 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Hak Kekayaan Intelektual Dalam Pembangunan
Ekonomi Indonesia
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) telah menjadi bagian penting dalam perkembangan
perekonomian Nasional maupun International. Berbagai jenis informasi tentang kebijakan,
peraturan, perkembangan terkini praktek penerapan dan perlindungan HKI , telah menjadi
materi yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dunia
sangat ditopang oleh investasi inovasi kekayaan intelektual yang selalu tumbuh dan
berkembang seiring komersialisasi HKI tersebut. Oleh karenanya, diharapkan karya
intelektual bangsa selalu dapat tumbuh dan berkembang serta dapat berharmonisasi dengan
karya intelektual bangsa lain.
Pada saat ini, HKI telah menjadi isu yang sangat penting dan mendapat perhatian
baik dalam nasional maupun internasional. Dimasukkannya TRIPs dalam paket Persetujuan
WTO di tahun 1994 menandakan dimulainya era baru perkembangan HKI di seluruh dunia.
Dengan demikian pada saat ini permasalahan HKI tidak dapat dilepaskan dari dunia
perdagangan dan investasi. Pentingnya HKI dalam pembangunan ekonomi dan
perdagangan telah memacu dimulai era baru pembangunan ekonomi yang berdasar ilmu
pengetahuan.
Hak Kekayaan Intelektual, disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”, adalah padanan
kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul
bagi hasil olah pikir yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk
manusia pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu
kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau
lahir karena kemampuan intelektual manusia.

2020 Etika dan Hukum Bisnis


5 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua) bagian,yaitu:
1.Hak Cipta (copyright);
Hak cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur
penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta
merupakan “hak untuk menyalin suatu ciptaan”. Hak cipta dapat juga memungkinkan
pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada
umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.

Undang-undang yang mengatur Hak Cipta :


 UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang HAk Cipta
 UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang
HAk Cipta  (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42)
 UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan UU Nomor 6 Tahun 1982
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1987 (Lembaran Negara RI
Tahun 1997 Nomor 29)
 UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
 UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
 
2.Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang meliputi :
a.Paten (patent);
      Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada penemu atas hasil
penemuannya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri

2020 Etika dan Hukum Bisnis


6 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.
Undang-undang yang mengatur Paten:
 UU Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun 1989 Nomor 39)
 UU Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan UU Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten
(Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 30)
 UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten

b. Desain industri (industrial design);


Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi
garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga
dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola
tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,
barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Undang-undang yang mengatur Desain
Industri:
UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

c. Merek (trademark);
Merek adalah suatu tanda yang berupa gambar, nama , huruf, angka, susunan warna atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang dan jasa.
Undang-undang yang mengatur Merek:
 UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek
 UU Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang
Merek
 UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
 Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit);

2020 Etika dan Hukum Bisnis


7 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak
lain untuk melaksanakan hak tersebut. Dasar perlindungannya adalah Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu.

d. Rahasia dagang (trade secret) yaitu informasi yang tidak diketahui oleh umum di
bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang. Perlindungan
atas rahasia dagang diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Rahasia Dagang (UURD) dan mulai berlaku sejak tanggal 20 Desember 2000.
 

Prinsip-prinsip HAKI
Prinsip-prinsip yang terdapat dalam sistem HaKI untuk menyeimbangkan kepentingan
individu dengan kepentingan masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Ekonomi (The Economic Argument) yaitu berdasarkan prinsip ini HaKI
memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta berguna bagi kehidupan manusia. Nilai
ekonomi pada HaKI merupakan suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya, pencipta
mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap karyanya seperti dalam bentuk
pembayaran royalti terhadap pemutaran musik dan lagu hasil ciptaannya. Prinsip
ekonomi, yakni hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir
manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memeberikan
keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.

2. Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice) yaitu berdasarkan prinsip ini,
hukum memberikan perlindungan kepada pencipta berupa suatu kekuasaan untuk
bertindak dalam rangka kepentingan yang disebut hak. Pencipta yang menghasilkan
suatu karya berdasarkan kemampuan intelektualnya wajar jika diakui hasil karyanya.

2020 Etika dan Hukum Bisnis


8 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang yang bekerja
membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam pemiliknya.

3. Prinsip Kebudayaan (The Cultural Argument) yaitu berdasarkan prinsip ini,


pengakuan atas kreasi karya sastra dari hasil ciptaan manusia diharapkan mampu
membangkitkan semangat dan minat untuk mendorong melahirkan ciptaan baru. Hal
ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan
sastra sangat berguna bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan martabat
manusia. Selain itu, HaKI juga akan memberikan keuntungan baik bagi masyarakat,
bangsa maupun negara. Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan,
sastra, dan seni untuk meningkatkan kehidupan manusia.

4. Prinsip Sosial (The Social Argument) yaitu berdasarkan prinsip ini, sistem HaKI
memberikan perlindungan kepada pencipta tidak hanya untuk memenuhi kepentingan
individu, persekutuan atau kesatuan itu saja melainkan berdasarkan keseimbangan
individu dan masyarakat. Bentuk keseimbangan ini dapat dilihat pada ketentuan fungsi
sosial dan lisensi wajib dalam undang-undang hak cipta Indonesia. Prinsip social
( mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara ), artinya hak yang diakui oleh
hukum dan telah diberikan kepada individu merupakan satu kesatuan sehingga
perlindungan diberikan bedasarkan keseimbangan kepentingan individu dan
masyarakat.
 

Monopli dan Persaingan Usaha


Menurut UU nomor 5 tahun 1999 pasal 1 butir 1 UU Antimonopoli, Monopoli
adalah penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau atas penggunaan jasa
tertentu oleh suatu pelaku usaha atau suatu kelompok usaha. Persaingan usaha tidak sehat
(curang) adalah suatu persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi

2020 Etika dan Hukum Bisnis


9 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
dan atau pemasaran barang atau jasa dilakukan dengan cara melawan hukumatau
menghambat persaingan usaha.
Dalam UU nomor 5 tahun 1999 pasal 1 butir 6 UU Antimonopoli,’Persaingan
curang (tidak sehat) adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur
atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha’.

Asas dan Tujuan Anti monopoli dan Persaingan Usaha


Asas
Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan
kepentingan umum.

Tujuan
Undang-Undang (UU) persaingan usaha adalah Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU No.5/1999) yang
bertujuan untuk memelihara pasar kompetitif dari pengaruh kesepakatan dan konspirasi
yang cenderung mengurangi dan atau menghilangkan persaingan. Kepedulian utama dari
UU persaingan usaha adalah promoting competition dan memperkuat kedaulatan
konsumen.

Kegiatan yang Dilarang Dalam Anti Monopoli

2020 Etika dan Hukum Bisnis


10 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
  Dalam UU No.5/1999,kegiatan yang dilarang diatur dalam pasal 17 sampai dengan
pasal 24. Undang undang ini tidak memberikan defenisi kegiatan,seperti halnya perjanjian.
Namun demikian, dari kata “kegiatan” kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan kegiatan disini adalah aktivitas,tindakan secara sepihak. Bila dalam perjanjian yang
dilarang merupakan perbuatan hukum dua pihak maka dalam kegiatan yang dilarang adalah
merupakan perbuatan hukum sepihak.
 

Adapun kegiatan kegiatan yang dilarang tersebut yaitu :

1. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
2. Monopsoni adalah situasi pasar dimana hanya ada satu pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha yang menguasai pangsa pasar yang besar yang bertindak sebagai pembeli
tunggal,sementara pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha yang bertindak sebagai
penjual jumlahnya banyak.

3)      Penguasaan pasar
Di dalam UU no.5/1999 Pasal 19,bahwa kegiatan yang dilarang dilakukan pelaku usaha
yang dapat mengakibatkan terjadinya penguasaan pasar yang merupakan praktik
monopoli atau persaingan usaha tidak sehat yaitu :
a) menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan
usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan;
b) menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak
melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya;
c) membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar
bersangkutan;
d) melakukan praktik diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
 

2020 Etika dan Hukum Bisnis


11 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
4)   Persekongkolan adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan
pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi
kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol (pasal 1 angka 8 UU No.5/1999).
 
5)      Posisi Dominan
Artinya pengaruhnya sangat kuat, dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 menyebutkan posisi dominan merupakan suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak
mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa yang
dikuasai atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya di pasar
bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan,
penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan dan permintaan barang atau jasa
tertentu.
 
6)      Jabatan Rangkap
Dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa seorang yang
menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan, pada waktu yang
bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain.
 
7)      Pemilikan Saham
Berdasarkan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dikatakan bahwa pelaku
usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis, melakukan
kegiatan usaha dalam bidang sama pada saat bersangkutan yang sama atau mendirikan
beberapa perusahaan yang sama.
 
8)      Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan
Dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, mengatakan bahwa pelaku usaha
yang berbadan hukum maupun yang bukan berbadan hukum yang menjalankan perusahaan
bersifat tetap dan terus menerus dengan tujuan mencari keuntungan.
 

2020 Etika dan Hukum Bisnis


12 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Perjanjian yang Dilarang Anti Monopili dan
Persaingan Usaha
Perjanjian yang dilarang dalam UU No.5/1999 tersebut adalah perjanjian dalam bentuk
sebagai berikut :
1. Oligopoli
2. Penetapan harga
3. Pembagian wilayah
4. Pemboikotan
5. Kartel
6. Trust
7. Oligopsoni
8. Integrasi vertikal
9. Perjanjian tertutup
10. Perjanjian dengan pihak luar negeri
 

Hal-hal yang Dikecualikan dalam UU Anti Monopoli


 

Hal-hal yang dilarang oleh Undang-Undang Anti Monopoli adalah sebagai berikut :
1. Perjanjian-perjanjian tertentu yang berdampak tidak baik untuk persaingan pasar, yang
terdiri dari :
(a) Oligopoli
(b) Penetapan harga
(c) Pembagian wilayah
(d) Pemboikotan
(e) Kartel
(f) Trust
(g) Oligopsoni
(h) Integrasi vertical

2020 Etika dan Hukum Bisnis


13 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
(i) Perjanjian tertutup
(j) Perjanjian dengan pihak luar negeri.

2. Kegiatan-kegiatan tertentu yang berdampak tidak baik untuk persaingan pasar, yang
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
(a) Monopoli
(b) Monopsoni
(c) Penguasaan pasar
(d) Persekongkolan

3. Posisi dominan, yang meliputi :


(a) Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang bersaing
(b) Pembatasan pasar dan pengembangan teknologi
(c) Menghambat pesaing untuk bisa masuk pasar
(d) Jabatan rangkap
(e) Pemilikan saham
(f) Merger, akuisisi, konsolidasi
 

Komisi Pengawasan Persaingan Usaha


  Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah sebuah lembaga independen di
Indonesia yang dibentuk untuk memenuhi amanat Undang-Undang no. 5 tahun 1999
tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sebagai berikut :

1. Oligopoli adalah keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang hanya berjumlah
sedikit, sehingga mereka atau seorang dari mereka dapat mempengaruhi harga pasar.
2. Penetapan harga yaitu dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang
membuat perjanjian, antara lain :

2020 Etika dan Hukum Bisnis


14 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
a) Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas barang
dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama ;
b) Perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang harus membayar dengan harga yang
berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan atau
jasa yang sama ;
c) Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di bawah
harga pasar ;
d) Perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa penerima
barang dan atau jasa tidak menjual atau memasok kembali barang dan atau jasa
yang diterimanya dengan harga lebih rendah daripada harga yang telah dijanjikan.

3. Pembagian wilayah yaitu Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar
terhadap barang dan atau jasa.
 

4. Pemboikotan yaitu Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha
yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
 

5. Kartel yaitu Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya
yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau
pemasaran suatu barang dan atau jasa.
 

6. Trust yaitu pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk
melakukan kerja sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang
lebih besar, dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup tiap-tiap
perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan
atau pemasaran atas barang dan atau jasa.

2020 Etika dan Hukum Bisnis


15 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
7. Oligopsoni yaitu keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan
pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar
komoditas.
 
8. Integrasi vertikal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan
untuk menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi
barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil
pengelolaan atau proses lanjutan baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak
langsung.
 

9. Perjanjian tertutup yaitu pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa
hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut
kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu.
 

10. Perjanjian dengan pihak luar negeri yaitu Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pihak luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

 
Sanksi dalam Antimonopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
  Pasal 36 UU Anti Monopoli, salah satu wewenang KPPU adalah melakukan
penelitian, penyelidikan dan menyimpulkan hasil penyelidikan mengenai ada tidaknya

2020 Etika dan Hukum Bisnis


16 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Masih di pasal yang sama, KPPU
juga berwenang memberikan kan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
UU Anti Monopoli. Apa saja yang termasuk dalam sanksi administratif diatur dalam Pasal
47 Ayat (2) UU Anti Monopoli. Meski KPPU hanya diberikan kewenangan menjatuhkan
sanksi administratif, UU Anti Monopoli juga mengatur mengenai sanksi pidana. Pasal 48
menyebutkan mengenai pidana pokok. Sementara pidana tambahan dijelaskan dalam Pasal
49.

Pasal 48

1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal 16
sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-
tingginya Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti
denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal 20
sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang ini diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp5.000.000.000 ( lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya
Rp25.000.000.000 (dua puluh lima miliar rupialh), atau pidana kurungan pengganti
denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-undang ini diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya
Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-
lamanya 3 (tiga) bulan.

Pasal 49
Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, terhadap
pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa:

2020 Etika dan Hukum Bisnis


17 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
a) pencabutan izin usaha; atau
b) larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap
undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau
c) penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyjavascript:void(0)ebabkan
timbulnva kerugian pada pihak lain.
Aturan ketentuan pidana di dalam UU Anti Monopoli menjadi aneh lantaran tidak
menyebutkan secara tegas siapa yang berwenang melakukan penyelidikan atau penyidikan
dalam konteks pidana.

2020 Etika dan Hukum Bisnis


18 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Arijanto, 2013, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, Edisi Ketiga, PT. Rajagrafindo Persada
Jakarta
2. Arissetyanto Nugroho dan Agus Arijanto.2015, Etika Bisnis (Business Ethic) Pemahaman
Teori dan Implementasinya, IPB Press, Bogor
3. Brooks.Leonard J & Dunn,Paul : Business & Professional Ethicc for Directors. Executives &
Accountant, South Western college Publishing, 2011.
4. Dus ka,Ronald F. and Duska,Brenda S (2011), Accounting Ethics, Blackwell Publishing
5. Velasquez. G. Manuel, Business Ethics concept and Cases. Sixth edition, 2006
6. IAI, Kode Etik Akuntan Indonesia
7. IAI KAP, Aluran etika Profesi Akuntan Publik
8. L,Sinu or Yosephus,Etika Bisnis,Yayasan Pusta ka Dbor Indonesia,2010
9. Erni erawan,2011,Business Ethics,Penerbit Alfabeta Bandung
10. Sulojo,2008, Good Corporate Govemance,Penerbit Darma Mulia Jakarta

2020 Etika dan Hukum Bisnis


19 Dosen : Agus Arijanto – email : agus.arijanto@gmail.com
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai