Disusun Oleh :
Kelompok IV
Dosen Pengampu :
dr. Ida Febriana, M.K.M.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah member rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelasaikan tugas makalah yang berjudul
Hipoglikemia ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu dr. Ida Febriana, M.K.M. pada mata kuliah Phatologi Umum. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hipoglikemia bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dr. Ida Febriana,M.K.M.
selaku dosen mata kuliah Phatologi Umum yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehinga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan.
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3. Tujuan.................................................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................5
A. Definisi...............................................................................................................5
B. Klasifikasi..........................................................................................................5
C. Etiologi/Penyebab..............................................................................................6
D. Patofisiologi.......................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis..............................................................................................8
F. Komplikasi.........................................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................8
H. Penatalaksanaan Keperawatan..........................................................................10
BAB III...........................................................................................................................16
PEMBAHASAN..........................................................................................................16
BAB III...........................................................................................................................22
PENUTUP...................................................................................................................22
Daftar pustaka................................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dalam keadaan tidak seimbang. Hal ini dapat terjadi setelah menggunakan insulin
atau obat anti diabetik lainnya, tidak cukup makan atau waktu jeda antar makan
yang lama (biasanya pada tengah malam), latihan fisik tanpa asupan makanan
yang cukup sebelumnya, atau tidak cukup konsumsi karbohidrat dimana
gejala yang di timbulkannya dapat berupa gejala otonom seperti berkeringat,
gemetar, palpitasi, dll, dan/atau gejala dari disfungsi neurologi seperti kejang,
lethargi, hingga koma.
Selain faktor-faktor risiko diatas, usia juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kejadian hipoglikemia, disebabkan oleh kerusakan respon hormon
kontra regulasi akibat usia. Sedangkan berdasarkan studi epidemiologi oleh
American Diabetes Association memperlihatkan bahwa hipoglikemia merupakan
komplikasi metabolik yang paling sering terjadi pada orangtua di Amerika
Serikat, dimana pasien DM tipe 2 lanjut usia yang mengalami hipoglikemia
menunjukkan lebih lama dirawat di rumah sakit dan menghabiskan biaya yang
lebih besar. Hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya fungsi ginjal dan
aktivitas enzim hati yang berkaitan dengan metabolisme sulfonilurea dan insulin
yang dipengaruhi oleh usia.
Hipoglikemia terbagi atas ringan, sedang, hingga berat dan dapat terjadi
pada malam hari (hipoglikemia nokturnal). Pasien DM tipe 1 yang menggunakan
pompa insulin dan insulin analog kerja lama sering mengalami hipoglikemia berat
khususnya selama tidur dimalam hari, ditambah pula, Sovik dan Thordason
melaporkan bahwa dikalangan pasien berusia <40 tahun yang telah mengalami
DM selama 10 tahun, 6% nya meninggal karena sindrom “dead-in-bed” yang
mana kemungkinan paling banyak disebabkan oleh hipoglikemia nokturnal berat.
2
Hipoglikemia merupakan keadaan yang sangat berbahaya dan dapat
mengancam jiwa penderita karena glukosa darah adalah sumber energi satu-
satunya pada otak, sehingga jika mengalami penurunan kadar dari normal dapat
mempengaruhi dan mengganggu fungsi otak tersebut secara langsung.
1.3. Tujuan
3
1.4.1.1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan
informasi ilmiah tentang kejadian hipoglikemia pada pasien DM tipe 2
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Klasifikasi
5
1. True hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 60
mg/dl
2. Koma hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 30
mg/dl
3. Reaksi hipoglikemi, yaitu bila kadar glukosa darah sebelumnya naik,
kemudian diberi obat hipoglikemi dan muncul tanda-tanda hipoglikemia namun
kadar glukosa darah normal.
4. Reaktif hipoglikemi, timbul tanda-tanda hipoglikemi 3-5 jam sesudah
makan. Biasanya merupakan tanda prediabetik atau terjadi pada anggota keluarga
yang terkena diabetes melitus.
C. Etiologi/Penyebab
D. Patofisiologi
6
sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplai glukosa ke otak. Karena
terjadi penurunan suplai glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya
penurunan suplai oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan pusing,
bingung, lemah.
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan
konsentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan
kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya konsentrasi
glukosa darah, peningkatan konsentrasi glucagon dan epineprin sebagai
respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal,
dan timbulnya gejala- gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran
pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal. Penurunan kesadaran
akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan
pola nafas tidak efektif.
Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system
hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta
penggunaan glukosa oleh organ perifer.Insulin memegang peranan utama dalam
pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa darah
menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-hormon
konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi oleh
sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap
hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan juga
berperan meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan glukosa.
Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian
hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon mulamula
meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi
penurunan energi akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah.
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan
perfusi jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di
jaringan lemak serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan
berkeringat, gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan lemah.
7
Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena
rendahnya kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa ke jaringan
menurun sehingga masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dapat muncul.
E. Manifestasi Klinis
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan Penunjang
8
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2
jam.
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar
gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes
dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi
yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan
bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada
keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan
asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa, tablet
glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam Setyohadi (2011), pada
minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan larutan glukosa murni 20-
30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada hipoglikemia berat membutuhkan
bantuan eksternal, antara lain :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena
pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat
pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya
diberikan kepada orang dewasa, sedangkankonsentrasi 25% biasanya
diberikankepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon
adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat.
Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena dengan
perawatan kesehatan yang berkualitas profesional, glucagon dapat diberikan
9
oleh subkutan (SC) atau intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau
pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah keterlambatan dalam memulai
pengobatan yang dapat dilakukan secara darurat
H. Penatalaksanaan Keperawatan
10
pasien.Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk
memaksimalkan ventilasi.Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau
instruksi dokter.
11
· Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
· Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas
cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
· Plasma glukosa < 50 gr
3) Pengkajian Head To Toe
1) Kepala : Mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma,
tidak adanyeri tekan
2) Rambut : Warna hitam, kusut, tidak ada kebotakan
3) Mata : Pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera
ikterik,konjungtiva anemis, pupil isokor
4) Hidung : Bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada
secret, terpasang O2 nasal 5 liter/menit
5) Telinga : Bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada
secret,tidak ada perdarahan
6) Mulut dan gig : Mukosa kering, mulut bersih
7) Leher : Tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba,
tidak adapembesaran limfoid
8) Thorax :
I : ekspansi dada tidak simetris, tidak ada luka, frekuensi nafas tidak
teratur : P : Tidak ada udema pulmo
P : Ada nyeri tekan dada kiri
A : Bunyi jantung S1,S2 tunggal, bunyi paru ronchi
9) Abdomen :
I : Tidak ada luka, tidak ada asites
A : Bising usus normal 10 x/menit
P : Suara timpani
P : Ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan
12
ROM : penuh, Akral hangat, tidak ada edema, terpasang infuse RL
di lengan kanan
12) Pola pemenuhan kebutuhan dasar Virginia Handerson :
1) Pola oksigenasi
Sebelum sakit : Pasien bernafas secara normal, tidak menderita
penyakit pernafasan.
Saat dikaji : Pasien sesak nafas, RR 22x/ menit.
2) Pola nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3x sehari (nasi, sayur, dan
lauk)pasien suka makan yang mengandung kolesterol tinggi, minum 6-8
gelas/hari.
Saat dikaji : Pasien makan sesuai diit yang telah diberikan,
minum 4-5 gelas/hari.
3) Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAK 4-6x/hari dan BAB 1x/hari.
Saat dikaji : Pasien BAK 3-5x/hari dan BAB 1x/hari.
4) Pola aktivitas/ bekerja
Sebelum sakit : Pasien melakukan aktivitas secara mandiri, bekerja
sebagai wiraswasta.
Saat dikaji : Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan tidak
dapat bekerja.
5) Pola istirahat
Sebelum sakit : Pasien istirahat/ tidur 8-10 jam/hari.
Saat dikaji : Pasien istirahat/ tidur 7-9jam/hari.
6) Pola suhu
Sebelum sakit : Pasien tidak pernah demam (suhu normal).
Saat dikaji : Suhu pasien normal 360C.
7) Pola gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan gerak bebas sesuai
keinginannya.
13
Saat dikaji : Pasien hanya melakukan gerak-gerak terbatas
karenasesak dan nyeri dada kiri.
8) Pola berpakaian
Sebelum sakit : Pasien dapat mengenakan pakaiannya secara
mandiri danmemakai pakaian kesayangannya.
Saat dikaji : Pasien menggunakan pakaian seadaanya dan
dibantu keluarga saat mengganti pakaiannya.
9) Pola personal hygine
Sebelum sakit : Pasien biasa mandi 2xsehari dengan air bersih dan
sabun mandi tanpa bantuan keluarganya.
Saat dikaji : Pasien mandi dengan cara diseka dan dibantu
keluarganya.
10) Pola komunikasi
Sebelum sakit : Pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai
bahasadaerah.
Saat dikaji : Pasien berkomunikasi dengan lancar, memakai
bahasadaerah.
11) Pola spiritual
Sebelum sakit : Pasien beribadah sesuai agamanya.
Saat dikaji : Pasien terganggu dalam melakukan ibadah
(sholat).
12) Pola aman & nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa aman dan nyaman hidup bersama
keluarga.
Saat dikaji : Pasien merasa gelisah dirawat di rumah sakit.
13) Pola rekreasi
Sebelum sakit : Pasien kadang-kadang berekreasi ke tempat-
tempat wisata.
Saat dikaji : Pasien tidak dapat berekreasi, hanya tidurandi
tempat tidur dan cenderung diam.
14) Pola belajar
14
Sebelum sakit : Pasien tidak mengetahui penyakit yang
dideritanya.
Saat dikaji : Pasien mengetahui penyakitnya gagal jantung
kronik.
15
BAB III
PEMBAHASAN
kronik pada hati dan ginjal. Hipoglikemia juga sering ditemukan pada usia lanjut
dan usia neonatus (2,3). Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes melitus
dan disebut iatrogenic hypoglycemia, sedangkan hipoglikemia yang terjadi pada
pasien non-diabetes disebut hipoglikemia spontan. Tata cara diagnosis
hipoglikemia spontan relatif sulit dan memerlukan serangkaian pemeriksaan
laboratorium yang rumit untuk menentukan secara pasti penyebab terjadinya
hipoglikemia.
16
Gejala dan keluhan hipoglikemia. Hipoglikemia akan menyebabkan gejala
dan keluhan yang berlangsung progresif , mulai gejala yang ringan dan tidak khas
seperti penglihatan kabur, penurunan daya konsentrasi, perasaan lemas, pusing
dan sakit kepala sampai terjadinya kejang-kejang, penurunan kesadaran dan
bahkan kematian. Gejala-gejala yang timbul tersebut dipengaruhi oleh berat dan
lamanya hipoglikemia.
17
sampai penurunan kesadaran dan koma. Hipoglikemia berat yang berlangsung
berkepanjangan dapat menyebabkan kematian dan kerusakan otak permanen.
Akibat hipoglikemia
1. Otak
2. Jantung.
18
gangguan irama jantung berupa pemanjangan interval QT yang dapat
menyebabkan tahikardia, fibrilasi dan kematian mendadak. Hipoglikemia akan
menurunkan sekresi insulin dan meningkatkan respon glukagon, mengaktivasi
respon simpato-adrenal, meningkatkan sekresi epinefrin dan glukokortikoid.
Hipoglikemia juga akan menginduksi kerusakan endotel , gangguan koagulasi dan
peningkatan marker-marker inflamasi seperti C-reactive protein, interleukin-6,
interleukin-8, TNF alfa dan endotelin.
3. Mata.
Otak adalah pengguna utama dari glukosa sebagai sumber energi. Namun
jaringan otak tidak mempunyai kemampuan untuk mensintesis dan memproduksi
glukosa serta tidak dapat menyimpannya sehingga kebutuhan glukosa otak sangat
bergantung pada kadar glukosa darah. Oleh karena itu terdapat berbagai
mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah dampak kerusakan otak akibat
terjadinya hipoglikemia. Makanisme tersebut dikenal dengan istilah the counter of
19
regulatory respons (CRR) terhadap terjadinya hipoglikemia. Aktivasi CRR,
diawali dengan penurunan produksi insulin bila kadar glukosa darah mencapai
82,8 mg/dl. Bila kadar glukosa darah turun hingga mencapai 68,4 mg/dl, maka
akan terjadi pelepasan hormon glukagon dan epinefrin. Kedua hormon ini akan
merangsang produksi glukosa di hati melalui proses glukoneogenesis dan
glikogenolisis serta menghambat ambilan/uptake pada jaringan perifer,
mekanisme CRR yang berlangsung secara fisiologis ini bertujuan untuk menjaga
dan menjamin agar suplai glukosa darah ke jaringan otak tetap terjaga.
Bila mekanisme CRR gagal dan kadar glukosa darah tetap mengalami
penurunan, maka akan terjadi aktivasi sistim simpato-adrenal yang menimbulkan
gejala-gejala neurogenik/autonomik. Gejala dan keluhan neuroglikopenik juga
akan terjadi bila kadar glukosa darah mencapai kisaran < 54 mg/dl. Kerusakan
atau kematian otak secara permanen akan dialami oleh pasien bila kadar glukosa
darahnya mencapai < 27 mg/dl (10,18).
20
merupakan hormon utama yang mengalami aktivasi dalam proses aktivasi CRR,
namun hormon ini nampaknya tidak berperanan pada keadaan hipoglikemia akut
(3). Prolaktin, vasopressin dan oxytocin juga terbukti mengalami peningkatan
pada saat terjadi hipoglikemia, namun peranannya terhadap aktivasi CRR belum
jelas dan mekanisme kerjanya belum diketahui dengan pasti. Sifikasi
hipoglikemia yang sering digunakan adalah berdasarkan karakteristik dan kondisi
klinis serta penampilan pasien yaitu pasien yang nampak sehat (healthy appearing
patients), pasien yang nampak sakit (ill appearing patients) dan hipoglikemia yang
terjadi pada pasien rawat jalan (outpatients setting) ataupun yang dirawat dirumah
sakit (hypoglycemia in hospitalized patients).
21
Hipoglikemia pada pasien diabetes dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelompok, diantaranya: Derajat keparahan, kadar glukosa darah dan manifestasi
klinik dan kemampuan untuk menolong diri sendiri. Klasifikasi standar untuk
hipoglikemia pada pasien diabetes adalah klasifikasi yang banyak digunakan
untuk evaluasi terapi dan outcomes dari berbagai penelitian klinik yaitu:
22
BAB III
PENUTUP
23
Daftar pustaka
24
937–948.
25
MedicineNet (2018). Medical Definition of Hypoglycemia Unawareness.
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing
26