Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

BAB I
ALIRAN MELALUI BENDUNG

1.1. Pendahuluan
Bendung selain digunakan sebagai peninggi elevasi muka air, juga dapat
digunakan sebagai alat ukur debit air. Bendung dan bendungan masing-masing
memiliki fungsi yang berbeda. Bendung dibuat sebagai peninggi elevasi muka air
sehingga dengan kondisi permukaan air yang telah dibendung air dapat dialirkan
ke tempat yang diinginkan.
Sedangkan bendungan digunakan untuk menampung aliran, bila terjadi
over flow diharapkan tidak terjadi banjir besar yang diakibatkan terlalu tingginya
elevasi permukaan air yang mengalir pada saluran tersebut, atau dengan kata lain
fungsi daripada bendungan tersebut sebagai pengendali banjir.

1.2. Dasar Teori


1.2.1. Mercu Ogee
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bandung ambang
tajamaerasi. Oleh karena itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan
subatmosfir pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan airpada debit
rencana. Untuk debit yang lebih rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah
pada mercu.

Gambar 1.1. Standart Desain Mercu Ogee Type 1


Sumber: Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP02),2010

1
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

2
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

1.2.2. Peredam Energi


Aliran di atas bendung di sungai dapat menunjukkan berbagai perilaku
disebelah bendung akibat kedalaman air yang ada h2. Gambar 1.2 menyajikan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dari pola aliran diatas bendung. Kasus A
menunjukkan aliran tenggelam yang menimbulkan sedikit sajagangguan di
permukaan berupa timbulnya gelombang. Kasus B menunjukkan loncatan
tenggelam yang lebih diakibatkan oleh kedalaman air hilir yang lebih besar,
daripada oleh kedalaman konjugasi. Kasus C adalah keadaan loncat air di mana
kedalaman air hilir sama dengan kedalaman konjugasi loncat air tersebut. Kasus D
terjadi apabila kedalaman air hilir kurang dari kedalaman konjugasi; dalam hal ini
loncatan akan bergerak ke hilir.

Gambar 1.2. Peredam Energi


Sumber: Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP02),2010

Semua tahap ini bisa terjadi di bagian hilir bendung yang di bangun disungai.
Kasus D adalah keadaan yang tidak boleh terjadi, karena loncatan air akan
menghempas bagian sungai yang tak terlindungi dan umumnya menyebabkan
penggerusan luas.
1.2.3. Debit Melalui Bendung
Bendung merupakan konstruksi untuk meninggikan elevasi muka air di
sungai dan berfungsi pula sebagai sarana pengukur debit aliran. Di samping itu
bendung juga merupakan bentuk bangunan pelimpah yang paling sederhana.

3
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

Sifat-sifat aliran melalui bendung pada awalnya dikenal sebagai dasar


perencanaan pelimpah dengan mercu bulat, yakni profil pelimpah yang ditentukan
sesuai dengan bentuk permukaan tirai luapan bawah di atas bendung mercu tajam.

P Y2
Y0
Y1

Gambar 1.3. Sketsa Aliran Melalui Bendung


Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan formula
sebagai berikut:
2
Q= Cd × B √ 2 g (Yo −P )3 …………………………………………...… (1)
3
Sumber : (Bambang Triatmojo, Hidraulika I, 1993, hal.213)
dimana :
(Yo-P) = jarak vertikal antara muka air di hulu bendung dengan puncak
bendung
B = lebar bendung
Cd = koefisien debit

1.2.4. Loncatan Hidrolik Pada Bendung


Aliran air yang melewati bendung akan mengalami loncatan hidraulik
akibat terjadinya pelepasan energi karena berubahnya kondisi aliran dari aliran
superkritik menjadi aliran subkritik. Pada umumnya loncatan hidraulik dipakai
sebagai peredam energi pada hilir bendung, saluran irigasi atau struktur hidraulik
yang lain untuk mencegah pengikisan struktur di bagian hilir.
Suatu loncatan hidraulik dapat terbentuk pada saluran apabila memenuhi
persamaan sebagai berikut :

4
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

y2 1
= (−1+ √ 1+ 8 F r 12) …………………………………………………... (2)
y1 2

v1
Fr= 1 …………………………………………………….………… (3)
2
( gy 1)
Adapun panjang loncatan air (L) dapat dihitung dengan rumus empiris
sebagai berikut:
L = 5 s.d 7 (y2 - y1)…………….……. …………….……….…………….…… (4)
(Sumber : Bambang Triatmojo, Hidraulika I, 1993, hal.138)
dengan:
y1 = tinggi muka air di hilir loncatan hidraulik
y2 = tinggi muka air di hulu loncatan hidraulik
v1 = kecepatan aliran di hulu
Fr1 = bilangan froude
g = percepatan gravitasi

1.3. Maksud dan Tujuan


1.3.1. Maksud
Maksud dari praktikum aliran melalui bending adalah untuk :
1. Mencari waktu berdasarkan volume yang ditentukan
2. Menentukan besarnya nilai, y0, y1 , dan y2

1.3.2. Tujuan
Sedangkan tujuan dari praktikum aliran melalui bending adalah :
1. Mendemonstrasikan aliran melalui bendung.
2. Menunjukkan bahwa bendung dapat digunakan sebagai alat ukur debit.
3. Menghitung koefisien pelimpah yang terjadi.
4. Menggambarkan garis muka air dan garis energi.
5. Menggambarkan grafik hubungan antara H-Q, Q-Cd, dan H-Cd.

5
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

1.4. Alat Yang Digunakan


1.4.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum bendung adalah sebagai berikut :
1. Model bendung(Ogee weir type 1) dengan lantai belakang kolam olak
USBR type 3
2. Saluran terbuka
3. Point gauge
4. Mistar/ pita ukur

1.4.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum bendung adalah sebagai berikut :
1. Air

1.5. Prosedur Percobaan


1. Memasang model bendung pada saluran terbuka.
2. Mengalirkan air pada saluran terbuka.
3. Mengukur debit yang terjadi.
4. Mencatat harga y0 dengan menggunakan point gauge.
5. Menentukan besarnya koefisien debit Cd melalui bendung dengan
menggunakan persamaan (1).
6. Menggambarkan profil aliran yang terjadi.
7. Mengamati loncatan hidraulik yang terjadi di hilir bendung, mengukur y2,
y1 , dan L serta menentukan kecepatan yang terjadi pada aliran di hulu
loncatan hidraulik. Membandingkan panjang loncatan hidraulik tersebut
dengan persamaan (3).
8. Mengamati bagian mana yang akan mengalami gerusan yang
membahayakan.

6
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

1.6. Hasil Praktikum

1. Kondisi I (H1 = 1,2 cm = 0,012 m)


P = 12 cm = 0,12 m
B = 30 cm = 0,3 m
y0 = 12,9 cm = 0,129 m
y1 = 1,5 cm = 0,015 m
y2 = 0,8 cm = 0,008 m
L1 = 1,5 cm
V1 = 980 ml = 0,00098 m3 t1 = 13,67 det
V2 = 950 ml = 0,00095 m3 t2 = 13,01 det
V3 = 970 ml = 0,00097 m3 t3 = 14,89 det
o Menghitung Volume Rata-Rata
V 1+V 2+V 3
V =
3
0,00098+0,00095+0,00097
=
3
= 0,000967 m3
o Menghitung Waktu Rata-Rata
t 1 +t 2+ t 3
t =
3
13,67+13,01+14,89
= 3
= 13,86 dt
o Menghitung Debit
V
Q =
t
0,00098
Q1 = = 0,000072 m3/dt
13,67
0,00095
Q2 = = 0,000073 m3/dt
13,01
0,00097
Q3 = = 0,000065 m3/dt
14,89

7
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

o Menghitung Debit Rata-Rata


Q 1+Q 2 +Q 3
Q =
3
0,000072+ 0,000073+0,000065
=
3
3
= 0,00007 m /dt
o Menghitung Panjang Loncatan
L = 7 (y2-y1)
= 7 (1,5-0,8)
= 7. 0.7
= 4,9 cm
o Menghitung Koefisien Debit
3Q
3
Cd = 2 B √2 g(Y o −P )
3 ×0,000072
Cd1 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81(0,129−0,12)3
0,000216
= 0,00227

= 0,095
3 ×0,000073
Cd2 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81(0,129−0,12)3
0,000219
= 0,00227

= 0,096
3 ×0,000065
Cd3 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81(0,129−0,12)3
0,000195
= 0,00227

= 0,086
o Menghitung Koefisien Debit Rata-Rata
Cd 1 +Cd 2 +Cd 3
Cd =
3
0,095+0,096+0,086
= 3

8
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

= 0,092

12,9 12
0,8
1,5

Gambar 1.4. Sketsa Aliran Melalui Bendung pada Kondisi I


Tabel 1.1. Hasil Analisa Aliran Melalui Bendung pada Kondisi I
V T Q Yo Y1 Y2 L1 L2 Cd
3
(m ) (dt) (m3/dt) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
0,00098 13,67 0,000072 12,9 1,5 0,8 1,5 4,9 0,095
0,00095 13,01 0,000073 12,9 1,5 0,8 1,5 4,9 0,096
0,00097 14,89 0,000065 12,9 1,5 0,8 1,5 4,9 0,086
 = 0,00021

2. Kondisi II (H2 = 2,1 cm = 0,021 m)


P = 12 cm
B = 30 cm
y0 = 13,9 cm = 0,139 m
y1 = 0,6 cm = 0,006 m
y2 = 1,5 cm = 0,015 m
L1 = 4,5 cm
V1 = 950 ml = 0,00095 m3 t1 = 2,83 det
V2 = 890 ml = 0,00089 m3 t2 = 2,44 det
V3 = 890 ml = 0,00089 m3 t3 = 2,95 det

o Menghitung Volume Rata-Rata


V 1+V 2+V 3
V =
3
0,00095+0,00089+0,00089
=
3
= 0,00091 m3

9
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

o Menghitung Waktu Rata-Rata


t 1 +t 2+ t 3
t =
3
2,83+2,44+2,95
= 3
= 2,74 dt
o Menghitung Debit
V
Q =
t
0,00095
Q1 = = 0,000336 m3/dt
2,83
0,00089
Q2 = = 0,000365 m3/dt
2,44
0,00089
Q3 = = 0,000302 m3/dt
2,95
o Menghitung Debit Rata-Rata
Q 1+Q 2 +Q 3
Q =
3
0,000336+0,000365+0,000302
=
3
= 0,000334 m3/dt
o Menghitung Panjang Loncatan
L = 7 (y2-y1)
= 7 (1,5-0,6)
= 7. 0,9
= 6,3 cm
o Menghitung Koefisien Debit
3Q
3
Cd = 2 B √2 g(Y o −P )
3 ×0,000336
Cd1 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81(0,139−0,12)3
0,001008
= 0,007
= 0,144

10
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

3 ×0,000365
Cd2 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81(0,139−0,12)3
0,001109
= 0,007
= 0,158
3 ×0,000302
Cd3 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81(0,139−0,12)3
0,000906
= 0,007
= 0,129

o Menghitung Koefisien Debit Rata-Rata


Cd 1 +Cd 2 +Cd 3
Cd =
3
0,144+0,158+ 0,129
= 3
= 0,144

13,9 12
1,5
0,6

Gambar 1.5. Sketsa Aliran Melalui Bendung pada Kondisi II

Tabel 1.2. Hasil Analisa Aliran Melalui Bendung pada Kondisi II


V T Q Yo Y1 Y2 L1 L2 Cd
(m3) (dt) (m3/dt) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
0,00095 2,83 0,000336 13,9 0,6 1,5 4,5 6,3 0,144
0,00089 2,44 0,000365 13,9 0,6 1,5 4,5 6,3 0,158
0,00089 2,95 0,000302 13,9 0,6 1,5 4,5 6,3 0,129
 = 0,001003

3. Pada Kondisi III (H3 = 4,8 cm = 0,048 m)


P = 12 cm

11
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

B = 30 cm
y0 = 15,7 cm = 0,157 m
y1 = 1,4 cm = 0,014 m
y2 = 1,6 cm = 0,016 m
L1 = 1,9 cm
V1 = 1.000 ml = 1 l t1 = 0,74 det
V2 = 680 ml = 0,68 l t2 = 0,58 det
V3 = 980 ml = 0,98 l t3 =0,93 det

o Menghitung Volume Rata-Rata


V 1+V 2+V 3
V =
3
0,00096+0,00094+ 0,00097
=
3
= 0,000957 m3

o Menghitung Waktu Rata-Rata


t 1 +t 2+ t 3
t =
3
1,05+1,37+1,48
= 3
= 1,3 dt
o Menghitung Debit
V
Q =
t
0,00096
Q1 = = 0,000914 m3/dt
1,05
0,00094
Q2 = = 0,000686 m3/dt
1,37
0,00097
Q3 = = 0,000655 m3/dt
1,48

o Menghitung Debit Rata-Rata

12
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

Q 1+Q 2 +Q 3
Q =
3
0,000914+0,000686+ 0,000655
=
3
= 0,000752 m3/dt

o Menghitung Panjang Loncatan


L = 7 (y2-y1)
= 7 (1,6-1,4)
= 7. 0,2
= 1,4 cm

o Menghitung Koefisien Debit


3Q
3
Cd = 2 B √2 g(Y o −P )
3.0,000914
Cd1 =
2.0,3 √ 2.9,81(0,153−0,12)3
0,002742
= 0,0159

= 0,172
3.0,000686
Cd2 =
2.0,3 √ 2.9,81(0,153−0,12)3
0,002058
= 0,0159

= 0,129
3.0,000655
Cd3 =
2.0,3 √ 2.9,81(0,153−0,12)3
0,001965
= 0,0159

= 0,123

13
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

o Menghitung Koefisien Debit Rata-Rata


Cd 1 +Cd 2 +Cd 3
Cd =
3
0,172+ 0,129+0,123
= 3
= 0,141

15,7 12
1,6
1,4

Gambar 1.6. Sketsa Aliran Melalui Bendung pada Kondisi III


Tabel 1.3. Hasil Analisa Aliran Melalui Bendung pada Kondisi III
V T Q Yo Y1 Y2 L1 L2 Cd
(m3) (dt) (m3/dt) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
0,001 0,74 0,000914 15,7 1,4 1,6 1,9 1,4 0,172
0,00068 0,58 0,000686 15,7 1,4 1,6 1,9 1,4 0,129
0,00098 0,93 0,000655 15,7 1,4 1,6 1,9 1,4 0,123
 = 0,002255

Tabel 1.4. Tabel Koefisien Debit pada Percobaan I


H Q
Cd
(m) (m3/dt)
0,012 0,00007 0,092
0,021 0,000334 0,144
0,048 0,000752 0,141

14
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

Grafik hubungan antara ketinggian (H) terhadap debit (Q)


0

0 f(x) = − 0.38 x² + 0.04 x − 0


R² = 1
0

0
Debit (Q)

0
0.010 0.015 0.020 0.025 0.030 0.035 0.040 0.045 0.050
Ketinggian (H)

Grafik hubungan antara ketinggian (H) terhadap debit (Q) diperoleh persamaan no
linier polynomial orde 2 sebesar y = - 0,3848x2 + 0,0042x - 0,0004 dengan R² = 1.

Grafik hubungan antara debit (Q) terhadap koefisien debit (Cd)


0.16
f(x) = − 299335.38 x² + 317.9 x + 0.07
0.14 R² = 1
0.12
Koefisien Debit (Cd)

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Debit (Q)

Grafik hubungan antara debit (Q) terhadap koefisien debit (Cd) diperoleh
persamaan no linier polynomial orde 2 sebesar y = -299335x2 + 317,9x + 0,0712
dengan R² = 1.

15
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

Grafik hubungan antara ketinggian (H) terhadap koefisien debit (Cd)


0.16
f(x) = − 163.58 x² + 11.18 x − 0.02
0.14 R² = 1

0.12
Koefisien Debit (Cd)

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0.010 0.015 0.020 0.025 0.030 0.035 0.040 0.045 0.050
Ketinggian (H)

Grafik hubungan antara ketinggian (H) terhadap koefisien debit (Cd) diperoleh
persamaan no linier polynomial orde 2 sebesar y = -163,58x2 + 11,176x - 0,0186
dengan R² = 1.

Tabel 1.5. Data dan Analisa Praktikum Aliran Melalui Bendung

P B V T Q Yo Y1 Y2 L1 L2
H Cd
(m) (m) (m3) (dt) 3
(m /dt) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1,2 0,12 0,3 0,000967 13,86 0,00007 12,9 1,5 0,8 1,5 4,9 0,092
2,1 0,12 0,3 0,000910 2,74 0,000334 14,1 0,6 1,1 1,4 3,5 0,139
4,8 0,12 0,3 0,000957 1,30 0,000752 15,3 1,4 1,6 1,9 1,4 0,141
Sumber : Hasil Analisa

16
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

BAB II
ALIRAN DALAM SALURAN TERBUKA

2.1. Pendahuluan
Untuk memenuhi kebutuhan air pengairan irigasi bagi lahan-lahan pertanian, debit
air di daerah bendung harus lebih cukup untuk disalurkan ke saluran-saluran
(induk-sekunder-tersier) yang telah disiapkan di lahan-lahan pertanaman. Agar
penyaluran air pengairan ke suatu areal lahan pertanaman dapat diatur dengan
sebaik-baiknya (dalam arti tidak berlebihan atau agar dapat dimanfaatkan
seefisien mungkin, dengan mengingat kepentingan areal lahan pertanaman
lainnya) maka dalam pelaksanaanya perlu dilakukan pengukuran debit air.
Pengukuran debit air dapat dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan
pelampung atau current meter, dan pengukuran debit sevara langsung, dengan
menggunakan alat ukur debit yang terdapat pada saluran-saluran irigasi, bisa
dengan menggunakan alat ukur ambang tajam berbentuk trapezium (cipoletti), alat
ukur ambang tajam berbentuk kotak (rechbok) dan alat ukur ambang tajam
berbentuk segetiga/V notch (Thompson).

2.2. Dasar Teori


2.2.1. Pengukuran Debit Aliran
Bendung merupakan konstruksi untuk menaikkan permukaan air disungai dan
berfungsi juga sebagai sarana pengukur debit aliran. Di samping itu bendung juga
merupakan bentuk bangunan pelimpah yang paling sederhana. Sifat-sifat aliran
yang melalui bendung pada awalnya dikenal sebagai dasar perencanaan pelimpah
dengan mercu bulat, yakni profil pelimpah yang ditentukan sesuai dengan bentuk-
bentuk permukaan tirai luapan bawah atas bendung mercu tajam.
Debit yang mengalir di atas bendung dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Q=2045,1× H 2,5994 ………………………………………………...................(5)
atau
2
Q= Cd . B √ 2. g ( Yo−P )3.………………………………… ……………… (6)
3

17
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

Dengan (Yo - P) adalah jarak vertikal antara muka air hulu bendung dengan
puncak Terdapat dua metoda pengukuran debit aliran permukaan bebas , yaitu :
a. Pengukuran tidak langsung
1) Pelampung
2) Pengukuran dengan Current Meter
3) Menggunakan Persamaan Manning
b. Pengukuran langsung
1) Alat Ukur Pintu Romjin
2) Sekat Ukur Thompson
3) Alat Ukur Parshall Flume
4) Alat Ukur Cipoletti (Trapesium)
5) Alat Ukur Rechbok (Segiempat)
6) Alat Ukur V-Notch (Segitiga)
2.2.2. Dasar Perumusan
Pada praktikum kali ini, melakukan pengukuran debit secara langsung di
Laboratorium dengan alat ukur debit yang berbentuk Segiempat ( dan Segitiga
1. Lubang Segiempat
2
Q=Cd × × B × √ 2× g × √ H 3………………….……………………… (7)
3
Q = Debit aliran yang melimpas di atas dasar lubang
Cd = Koefisien kontraksi
B = Lebar lubang
H = Head di atas dasar lubang
G = 9.81 m/det
2. Lubang Segitiga
8 θ
Q=Cd ×
15 √
× 2 × gtan × √ H 5………………………….…………… (8)
2
Q = Debit aliran yang melimpas di atas dasar lubang
Cd = Koefisien kontraksi
θ = Sudut bukaan segitiga
H = Head di atas dasar lubang

18
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

2.3. Maksud Dan Tujuan


Maksud dan tujuan dalam melakukan praktikum ini adalah :
1. Menghitung debit air yang melimpas pada saluran terbuka dengan
menggunakan alat ukur ambang tipis berbentuk segitiga dan segiempat
2. Mengetahui bentuk puncak peluap segitiga dan segiempat dan
koefisien debit alirannya dari hasil perhitungan.
2.4. Alat Yang Digunakan
a. Saluran Terbuka
b. Sekat segiempat dan sekat segitiga dimana sisi-sisi dalam sekat itu
meruncing, dibuat dari pelat logam, (baja, alumunium dan lain-lain dari
kayu lapis. Sekat ini tetap dipasang pada lokasi pengukuran atau hanya
sementara waktu).
c. Penggaris, tongkat ukur atau pita ukur untuk mengukur tinggi air.

2.5. Prosedur Percobaan


1. Memasang model bendung pada saluran terbuka.
2. Mengalirkan air kedalam saluran terbuka.
3. Catat volume yang melimpas dalam waktu tertentu untuk mendapatkan
debit alirannya.Mencatat harga h.
4. Menentukan besarnya koefisien debit yang melalui bendung dengan
menggunakan rumus di atas.
5. Catat volume yang melimpas dalam waktu tertentu untuk mendapatkan
debit alirannya.
2.6 Hasil Praktikum
1. Kondisi I (H1 = 1,2 cm = 0,012 m)
o Menghitung Koefisien Debit
3Q
Cd =
2 B √2 g . H 3
3 ×0,000072
Cd1 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81× 0,0123
0,000216
=
0,00349
= 0,062

19
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

3 ×0,000073
Cd2 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81× 0,0123
0,000219
=
0,00349
= 0,063
3 ×0,000065
Cd3 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81× 0,0123
0,000195
=
0,00349
= 0,056
o Menghitung Koefisien Debit Rata-Rata
Cd 1 +Cd2 +Cd 3
Cd =
3
0,062+ 0,063+0,056
= 3
= 0,06
2. Kondisi II (H2 = 2,1 cm = 0,021 m)
o Menghitung Koefisien Debit
3Q
Cd =
2 B √2 g . H 3
3 ×0,000336
Cd1 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81× 0,0213
0,001008
=
0,00809
= 0,125
3 ×0,000365
Cd2 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81× 0,0213
0,001095
=
0,00809
= 0,135
3 ×0,000302
Cd3 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81× 0,0213
0,00091
=
0,00809
= 0,112

o Menghitung Koefisien Debit Rata-Rata

20
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

Cd 1 +Cd2 +Cd 3
Cd =
3
0,125+0,135+0,112
= 3
= 0,124

3. Kondisi III (H3 = 4,8 cm = 0,048 m)


o Menghitung Koefisien Debit
3Q
Cd =
2 B √2 g . H 3
3 ×0,000914
Cd1 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81× 0,0483
0,002742
=
0,0279
= 0,098
3 ×0,000686
Cd2 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81× 0,0483
0,002058
=
0,0279
= 0,074
3 ×0,000655
Cd3 =
2× 0,3 √ 2 × 9,81× 0,0483
0,001965
=
0,0279
= 0,070

o Menghitung Koefisien Debit Rata-Rata


Cd 1 +Cd2 +Cd 3
Cd =
3
0,098+0,074+ 0,070
= 3
= 0,081

Tabel 2.1. Tabel Koefisien Debit pada Percobaan II


H Q Cd

21
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

(m) (m3/dt)
0,012 0,000234 0,060
0,021 0,000377 0,124
0,048 0,000752 0,081

Grafik hubungan antara ketinggian (H) terhadap debit (Q)


0
0 f(x) = − 0.38 x² + 0.04 x − 0
R² = 1
0
0
Debit (Q)

0
0
0
0
0
0.010 0.015 0.020 0.025 0.030 0.035 0.040 0.045 0.050
Ketinggian (H)

Grafik hubungan antara ketinggian (H) terhadap debit (Q) diperoleh persamaan no
linier polynomial orde 2 sebesar y = -0.3848x2 + 0.042x - 0.0004 dengan R² = 1.

Grafik hubungan antara debit (Q) terhadap koefisien debit


(Cd)
0.14
0.12 f(x) = − 506297.74 x² + 446.97 x + 0.03
Koefisien Debit (Cd)

0.1 R² = 1

0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Debit (Q)

Grafik hubungan antara debit (Q) terhadap koefisien debit (Cd) diperoleh
persamaan no linier polynomial orde 2 sebesar y = -506298x2 + 446.97x + 0.0312
dengan R² = 1

22
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

Grafik hubungan antara ketinggian (H) terhadap koefisien


debit (Cd)
0.14
f(x) = − 241.77 x² + 15.09 x − 0.09
Koefisien Debit (Cd) 0.12 R² = 1
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0.010 0.015 0.020 0.025 0.030 0.035 0.040 0.045 0.050
Ketinggian (H)

Grafik hubungan antara ketinggian (H) terhadap koefisien debit (Cd) diperoleh
persamaan no linier polynomial orde 2 sebesar y = -241.77x2 + 15.09x - 0.0863
dengan R² = 1
Tabel 2.2. Data Praktikum Pengukuran Debit pada Saluran Terbuka dengan alat
Ukur Ambang Tajam Segiempat
H Volume Waktu Debit
(m) (m3) (s) (m3/dt)
0,012 0,000957 4,12 0,000234
0,021 0,000947 2,51 0,000377
0,048 0,000957 1,30 0,000752
H Volume Waktu Debit Log Log
No 3 Q2/3 3/2*Log H H3/2 Cd
(m) (m (s) (m3/s) Q H
1 )
0,012 0,000957 4,12 0,00023 0,00375 -3,638 -1,921 -2,881 0,001315 0,060
2 0,021 0,000947 2,51 0,000374 0,00515 -3,432 -1,678 -2,517 0,003043 0,124
3 0,048 0,000957 1,30 0,000757 0,00825 -3,125 -1,319 -1,978 0,010516 0,081
Sumber : Hasil Analisa 2
Tabel 2.3. Data Praktikum Pengukuran Debit pada Saluran Terbuka dengan alat
Ukur Ambang Tajam Segiempat

Sumber : Hasil Analis

23
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

DOKUMENTASI PRAKTIKUM

1
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

2
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

3
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

4
Laporan Praktikum Hidrolika FT Universitas Islam Lamongan

DAFTAR PUSTAKA

Chow,V.T.: Open channel hydraulic. McGraw-Hill, New York1959.

Soemarto, C.D.; 1999, Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (KP) 02. Badan Pusat Statistik, Dinas
Pekerjaan Umum, 2010

Bambang Triatmojo, Hidraulika I, 1993

Suroso,A., Mekanika Fluida dan Hidrolika

Laboratorium Hidrolika, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila

Anda mungkin juga menyukai