DISUSUN OLEH:
Tanaman teh berbentuk pohon yang tingginya dapat mencapai belasan meter. Namun,
tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas untuk memudahkan pemetikan, sehingga
tingginya 90-120 cm. Mahkota tanaman teh berbentuk kerucut dan daunnya berbentuk
jorong atau agak bulat telur terbalik/lanset. Bunga tunggal dan ada yang tersusun dalam
rangkaian kecil. Buah berupa buah kotak berwarna hijau kecoklatan. Akar teh berupa
akar tunggang dan mempunyai banyak akar cabang (Setyamidjaja,2000).
Daun teh yang baru dipetik mengandung air 75 % dari berat daun dan sisanya berupa
padatan dan terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang penting
dalam pengolahan antara lain polifenol, karbohidrat dan turunannya, ikatan nitrogen,
pigmen, enzim dan vitamin. Komposisi kimia teh berdasarkan % berat kering dapat
dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia bubuk teh kering
Senyawa % Berat
Flavonol 25
Flavonol dan flavonol hidroksida 3
Asam polifenol dan depsida 5
Polifenol lain 3
Kafein 3
Theobromin dan theofilin 0,2
Asam amino 4
Asam organic 0,5
Moniosakarida 4
Polisakarida 14
Protein 15
Selulosa 7
Lignin 6
Lemak 2
Klorifil dan pigmen lain 0,5
Abu 5
Volatil <0,1
Penggulungan dilakukan satu kali agar tidak terjadi penghancuran daun teh yang
terlalu banyak, yang dapat meningkatkan jumlah bubuk dengan mutu yang
kurang menguntungkan. Lama penggulungan disesuaikan dengan tingkat layu
pucuk, ukuran, tipe mesin penggulung serta mutu pucuk yang diolah. Lama
penggulungan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit dihitung sejak pucuk layu
masuk mesin penggulung (Setyamidjaja, 2000).
c. Pengeringan
Pengeringan pada teh hijau bertujuan untuk menurunkan kadar air dari pucuk
yang digulung hingga 3-4%, memekatkan cairan sel yang menempel di
permukaan daun sampai berbentuk seperti perekat, dan memperbaiki bentuk
gulungan teh jadi. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilaksanakan dua tahap
pengeringan, masing-masing menggunakan mesin yang berbeda.
Mesin pengering pertama disebut ECP (Endless Chain Pressure) Dryer. Pada
mesin pengering ini, suhu diatur supaya suhu masuk 130-135 oC dan suhu keluar
50-55oC dengan lama pengeringan 25 menit. Pada pengeringan pertama ini,
jumlah air yang diuapkan mencapai 50% dari bobot pucuk, sehingga hasilnya
baru setengah kering dengan tingkat kekeringan 30-35%.
Pengemasan teh hijau dilakukan dengan bahan pembungkus kantong kertas yang
didalamnya dilapisi aluminium foil. Untuk memasarkannya teh hijau biasa dikemas
dalam kantong kertas atau kantong plastik dengan ukuran kemasan bervariasi
(Setyamidjaja, 2000).
Menurut Bambang (1994), tujuan pengemasan teh adalah:
1. Melindungi produk dari kerusakan.
2. Memudahkan transportasi.
3. Efisien dalam penyimpanan di gudang.
4. Dapat di gunakan sebagai alat promosi.
Proses pembuatan teh oolong dimulai dari proses pemetikan daun dari tanaman teh.
Daun yang dipetik adalah dua daun yang terletak paling pucuk untuk menghasilkan teh
yang berkualitas tinggi. Daun yang telah dipetik dikeringkan dengan sinar matahari
secara tidak langsung selama satu jam. Kemudian daun dipindahkan ke dalam ruangan
untuk proses pelayuan selama 6 jam. Setelah dilayukan dilakukan pengeringkan. Proses
pengeringan berlangsung selama 5 menit dengan dimasukkan ke dalam lorong panas
dengan suhu 3300C. Setelah itu daun teh mengalami proses penggulungan. Proses
penggulungan berlangsung selama 10 menit. Kemudian dilakukan perajangan atau
pemotongan. Kemudian dikeringkan lagi sampai kadar air betul-betul minimal.
Sistem pemetikan berpengaruh terhadap mutu teh yang dihasilkan. Apabila daun
yang dipetik tua, maka teh yang dihasilkan rendah karena kandungan polifenol
daun semakin rendah dan serat-serat daun makin panjang. Sebaliknya, apabila
daun yang dipetik muda, maka mutu teh yang dihasilkan tinggi karena kandungan
polifenolnya masih tinggi dan serat daun belum panjang (Setyamidjaya, 2000).
Proses pelayuan, berlangsung selama 12-18 jam dengan suhu udara ruangan 20-
26oC dan kelembapan udara 60-75%. Setelah + 6 jam dihamparkan maka
dilakukan pembalikan, dan harus benar-benar memenuhi syarat bahwa sebagian
pucuk bawah yang akan dibalik sudah mendekati kondisi layu, hal ini dapat
diketahui dari tanda-tanda: pucuk layu tetap bewarna hijau dan bila diremas
menggumpal serta saat kepalan dibuka daun mekar kembali, pucuk tidak mudah
dipatahkan dengan kondisi lemas dan lentur, pucuk mempunyai aroma segar dan
tidak berbau asap. Selain dilihat dari tanda-tanda pelayuan dapat juga diuji dengan
pengujian kadar air. Kadar air yang diinginkan saat turun layu adalah 68-72%.
Apabila proses pelayuan kurang optimal bisa mengakibatkan hasil yang tidak
diinginkan terhadap mutu teh.
Suhu udara ruang pelayuan harus tetap dijaga, jika suhu (>26 oC) maka
enzim fenolase pada sel daun teh mulai menurun aktivitasnya sehingga akan
mengakibatkan pecahnya selaput vakuola pada daun sehingga oksidasi enzimatis
terjadi lebih awal, terlebih-lebih pada daun yang telah mengalami kerusakan fisik.
Hal ini menyebabkan daun teh menjadi merah. Jika kelembapan terlalu tinggi
maka proses pelayuan akan berjalan lambat sehingga mutu yang dinginkan tidak
tercapai begitu juga sebaliknya (Heny, 2008).
3. Turun Layu atau Ayakan Pucuk Layu
Proses turun layu merupakan proses pemisahan komponen asing yang ada pada
pucuk teh setelah mengalami pelayuan. Pucuk layu yang akan digiling biasanya
mengandung debu, pasir, kerikil, logam, maupun benda-benda asing lainnya yang
dapat mempengaruhi mutu teh serta dapat merusak mesin penggiling. Komponen
tersebut dipisahkan menggunakan ayakan yaitu “Green Leaf Sifter” (GLS).
4. Penggilingan
Penggilingan merupakan tahap pengolahan yang membentuk mutu teh secara
kimiawi dan fisik. Penggilingan menyebabkannya kontak antara enzim, senyawa
polifenol dan oksigen. Setelah melewati GLS, pucuk teh akan masuk ke
dalam rotorvane. Tujuan dari penggilingan ini, untuk memotong dan memecahkan
sel daun sehingga cairan daun keluar dan terjadi kontak antara enzim dengan
oksigen, memperkecil ukuran daun sehingga memperluas permukaan kontak
enzim dengan oksigen.
Selama proses penggilingan, suhu dan kelembaban ruangan harus dijaga agar
tetap stabil. Suhu ruangan berkisar antara 21-25°C dan RH ruangan berkisar
antara 90-95%. Hal ini bertujuan agar senyawa aromatik yang mulai terbentuk
selama proses tersebut tidak menguap ke udara akibat perbedaan kelembaban
antara bubuk teh basah dengan ruangan.
5. Fermentasi (oksidasi Enzimatis)
Proses oksidasi enzimatis adalah proses reaksi oksidasi substansi senyawa-
senyawa kimia yang ada dalam cairan daun dengan oksigen dari udara melalui
bantuan enzim sehingga dihasilkan substansi theaflavin dan thearubigin yang
menentukan sifat seduhan. Tujuan dari oksidasi enzimatis adalah untuk
memperoleh sifat-sifat karakteristik teh yang dikehendaki yaitu warna air seduhan,
rasa dan aroma air seduhan dan warna ampas seduhan (Setyaamidjaja, 2000).
Reaksi oksidasi enzimatis atau fermentasi sebenarnya sudah dimulai sejak pucuk
mengalami proses penggilingan yaitu ketika dinding sel daun pecah dan cairan sel
keluar sehingga terjadi kontak dengan udara dan enzim-enzim. Kondisi ruangan
proses juga harus dijaga pada RH 90-95% dan suhu 21-25°C, selama 80-90 menit
dihitung mulai dari proses penggilingan.
Suhu ruang harus tetap dijaga, jika suhu (>25oC) maka menyebabkan aktivitas
enzim fenolasemenurun bahkan dapat mendenaturasi enzim tersebut sehingga
proses oksidasi enzimatis tidak berjalan sempurna. Selain itu, suhu yang tinggi
juga dapat menyebabkan senyawa aromatik yang terbentuk selama proses oksidasi
enzimatis dapat menguap sehingga dapat menurunkan mutu teh. Selain itu,
kelembaban ruangan juga harus dijaga agar senyawa aromatik tidak menguap.
Pengaturan kelembaban ini dapat dilakukan dengan pemberian uap air
menggunakan disk humidifier.
Apabila proses oksidasi enzimatis kurang lama, dapat mengakibatkan warna air
seduhan teh menjadi pucat, rasanya mentah dan sepat serta ampasnya berwarna
kehijau-hijauan. Namun, apabila waktu oksidasi enzimatis terlalu lama, dapat
mengakibatkan warna air seduhan menjadi lebih tua dan tidak cerah, rasanya
kurang kuat, sepat tapi tidak terlalu pahit, tidak terlalu segar, warna ampasnya
tidak cerah, hitam kecoklatan atau hijau suram.
6. Pengeringan
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang
dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang
biasanya udara panas. Tujuan pengeringan adalah untuk menghentikan oksidasi
enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung
mutu mancapai keadaan optimal (Setyaamidjaja, 2000).
Suhu udara masuk (inlet) 110-120°C dan suhu udara keluar (outlet) antara 80-
90°C. Jika suhu inlet terlalu tinggi (>120°C) maka produk akan menjadi dry
(kering) dan menyebabkan over firing (rasa kering pada air seduhan), jika suhu
inlet terlalu rendah (<110°C) maka produk akan raw(kurang masak) dan
memungkinkan terjadinya oksidasi lanjutan yang dapat menurunkan kualitas teh
karena aroma teh akan hilang, jika suhu outlet terlalu tinggi (>90°C) maka produk
akan bakey (terbakar gosong) sehingga dapat menyebabkan case
hardening (bagian luar gosong tetapi bagian dalam masih mentah) sedangkan jika
suhu outlet terlalu rendah (<80°C) maka menyebabkan mentah pada teh, sehingga
rasanya pahit dan menyebabkan teh memiliki kadar air yang cukup tinggi
sehingga mudah berjamur.
Setelah keluar dari alat pengering FBD, bubuk teh diuji organoleptik dan kadar
airnya. Apabila teh telah memenuhi standar, maka akan masuk dalam proses
sortasi tetapi jika tidak memenuhi standar akan dijadikan mutu lokal.
7. Sortasi
Sortasi merupakan suatu proses pengelompokan teh berdasarkan ukuran mesh/
grade tertentu sehingga diperoleh partikel teh yang seragam. Tujuan dari sortasi
adalah mengelompokkan bubuk teh kering berdasarkan ukurannya, serta
memisahkan bubuk teh dari tangkai kering dan serat merah. Bubuk teh dari
pengeringan dengan suhu yang masih tinggi tidak langsung disortasi sebab pada
suhu tinggi lapisan vernis yang malapisi teh dan memberi kesan lebih mengkilat
akan segera pecah apabila bergesekan dengan mesin sortasi sehingga kenampakan
teh menjadi kusam (Setyaamidjaja, 2000).
Sortasi teh kering pada pengolahan teh CTC lebih sederhana dibandingkan dengan
teh hitam orthodox. Keringan teh CTC ukurannya hampir seragam dan serat-serat
yang tercampur dengan keringan hanya sedikit, karena telah banyak yang
dikeluarkan (terbuang) pada saat proses pengeringan dilaksanakan. Tinggi
rendahnya presentase serat yang terkandung dalam keringan teh sangat
dipengaruhi oleh tingkat kehalusan pucuk. Makin halus pucuk yang diolah, makin
rendah kandungan seratnya.
8. Pengemasan
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk mengawetkan produk pangan atau
non pangan. Tujuan pengemasan adalah mencegah pengaruh lingkungan yang bisa
merusak bubuk teh, mempermudah pengangkutan bubuk teh dan mempermudah
penyimpanan. Pengemasan dilakukan apabila jumlah satu jenis mutu teh telah
mencapai satu chop (±1000 kg). Tujuan dari pelapisan aluminium foil ini adalah
untuk mencegah penyerapan air dari lingkungan.
Jenis teh putih mirip dengan teh hijau, hanya saja rasa dan warnanya tidak sekuat jika
dibandingkan dengan teh hijau. Komposisi teh ini banyak terdiri dari bagian tunas
namun kandungan antioksidannya tinggi serta memiliki kandungan kafein yang
terendah. Proses pengolahan teh putih melalui dua tahap, yaitu steam dan pengeringan.
Pada proses ini tidak dilakukannya proses pelayuan, penggulungan, dan oksidasi
menyebabkan penampakan daun tidak berubah. Penampakan warna putih dari daun teh
terlihat jelas, yaitu daun teh yang berwarna putih-keperakan. Ketika diseduh, warnanya
kuning pucat.
2.2.5 Perbedaan Proses Pengolahan Teh
Tabel 2. Perbedaan Umum Antara Teh Hijau, Teh Oolong dan Teh Hitam
Tabel 3. Perbedaan antara Teh Hijau dan Teh Hitam dari Tahapan Proses
Pengolahannya
Tahap
Teh Hijau Teh Hitam
Pengolahan
Dilakukan dengan suhu tinggi Dilakukan dengan suhu sedang dan
Pelayuan
dan waktu pendek waktu lama
Penggilingan untuk mencacah
Penggulungan Untuk menggulung pucuk daun
pucuk daun menjadi kecil-kecil.
Tidak dilakukan proses Dilakukan fermentasi secara
Fermentasi
fermentasi oksidasi enzimatis.
Untuk mengeringkan pucuk Sama dengan teh hijau dan juga
Pengeringan daun dan membentuk gulungan unutk menginaktifkan enzim
daun. polifenol oksidase.
Sama dengan teh hijau.
Untuk memisahkan biji kering
Sortasi dan dan mengemasnya sesuai
Pengemasan dengan standar pada
perusahaan.
Tabel 4. Perbedaan antara Teh Hijau dan Teh Hitam berdasarkan Aspek
Organoleptiknya