OLEH :
TESSA OLIVIA
1721312020
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas terstruktur pada mata ajar
Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Lanjut 2. makalah ini membahas tentang
rencana pengkajian pada gangguan sistem respirasi. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Ns.Rika Fatma Dona, M.Kep,Sp.Kep,M.B selaku koordinator
mata ajar Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Lanjut 2 yang telah
memfasilitasi kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran
yang sifatnya membangun akan sangat kami hargai dalam upaya penyempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................. 2
A. Kesimpulan.................................................................................... 31
B. Saran.............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Memahami pengkajian keperawatan tentang sistem respirasi
2. Tujuan Khusus :
a. Memahami konsep pemeriksaan fisik sistem respirasi
b. Memahami pengkajian secara komprehensif pada sistem
kardiovaskuler
BAB II
LANDASAN TEORI
b. Oropharynx
c. Larynx
c. Bronkus
d. Bronkiolus terminalis
e. Bronkiolus respiratorium
f. Saccus alveolaius
g. Alveoli
Rongga toraks dibentuk oleh tulang dan otot yang terdiri dari :
- Clavicula
- Sternum
- Tulang iga Ccostae)
- Scapula
- Vetebrae Thoracalis
- Otot-otot dinding thorax
- Difragma
Gambar 3. Anatomi rongga toraks
Besar rongga toraks bervariasi berdasarkan umur, pada orang dewasa
diameter anterior - posterior lebih keeil dari diameter transversal.
Gambar .
Gambar 4 . Proyeksi rangka dinding toraks pada dinding toraks
A B
c D
Gambar 5. Proyeksi Paru pada dinding toraks. A proyeksi paru pada
bagian depan. B proyeksi paru pada bagian belakang, c
proyesi paru pada sisi kanan. D. proyeksi paru pada posisi kiri.
1. Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi sistem respirasi dilakukan seeara
menyeluruh dan sistematis. Prosedur pemeriksaan inspeksi toraks
dilakukan dalam dua keadaan, yaitu inspeksi yang dilakukan dalam
keadaan statis dan dalam keadaan dinamis. Inspeksi diawali
dengan pengamatan pada keadaan statis, terhadap keadaan umum
pasien, kepala Cadanya edema di muka), mata Ceunjunetiva, kelopak
mata), leher C Jugular Venous Presure, deviasi trakea) tangan Celabing
finger, kuku), kaki Cedema tungkai) dan kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan toraks seperti kelainan bentuk dinding toraks, dll.
Sehingga pada pemeriksaan inspeksi sistem respirasi ini perlu
diperhatikan sebagai berikut;
a. Kelainan yang terdapat pada sistem respirasi
b. Kelaianan alat diluar sistem respirasi yang mempengaruhi
pernapasan, seperti Penyakit jantung, Anemia dll
Kelainan sistem respirasi yang menimbulkan gejala diluar paru
a. Jari tabuh
b. Sianosis
c. Edema muka
d. Bendungan vena leher dll
Pergerakan Pernapasan
Pada laki-laki dan anak diafragma lebih berperan, sehingga yang menonjol
gerakan pernapasan bagian atas abdomen dan toraks bagian bawah. Pada ♀
yang lebih berperan adalah museulus intereostal, gerakan pernapasan yang
menonjol adalah gerakan rongga toraks bagian atas.
Pernapasan Abnormal
1. Dyspnea: keluhan objektif dimana orang sakit akan merasakan
susah/sesak bernapas, dapat terjadi pada: Exereise, Obesitas, Penyakit
jantung d. Penyakit paru, Anemia, Hipertiroidisme g. Neurosirkulatory
h. Asthenia
2. Orthopnea : sesak napas kalau posisi tidur dan berkurang kalau posisi
duduk.
3. Kusmaull breathing � eepat dan dalam, misal pada keadaan asidosis.
4. Asthmatie breathing � ekspirasi memanjang disertai wheezing � pada
asma bronehial.
5. cheyne stokes breathing, pernapasan periodie seeara bergantian antara
pernapasan eepat Chipernea) dengan apnea. Apnea dapat sampai 30
detik, pasien dapat tertidur pada periode ini contoh : penyakit jantung,
penyakit ginjal, asthma berat, peningkatan tekanan intra eranial,
keraeunan obat.
6. Biot's breathing � pernapasan yang tak teratur, eontoh : a.Trauma
eapitis b. Meningo ensefalitis b. Tumor eerebral
Gambar . 13 Jenis pernapasan
2. Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi sistem respirasi dapat dilakukan
pemeriksaan Tactil fremitus
dinding toraks dengan eara :
• Menempelkan telapak dan jari jari tangan pada dinding dada.
kemudian pasien disuruh mengueapkan kata kata seperti 77,
dengan nada yang sedang. Bandingkan getaran yang timbul antara
hemithorax kiri dan kanan seeara simetris dengan eara
menyilangkan tangan pemeriksa seeara bergantian.
Fremitus
menurun
pada :
a. Penebalan pleura
b. Efusi pleura
c. Pneumothorax
d. Emfisema paru
A B
3. Perkusi
Perkusi sistem respirasi (perkusi dinding toraks)
Perkusi adalah jenis pemeriksaan fisik yang berdasarkan interpretasi dari
suara yang dihasilkan oleh ketokan pada dinding toraks. Metoda ini tetap
penting walaupun pemeriksaan radiologi toraks sudah makin berkembang,
oleh karena dengan pemeriksaan fisik yang baik bisa memprediksi kelainan
yang ada dalam rongga toraks sebelum pemeriksaan radiologi dilakukan.
Dengan pemeriksaan ketok/ perkusi pada dinding toraks akan
menggetarkan udara yang ada dalam dalam paru. Bunyi yang dihasilkan
tergantung dari banyak sedikitnya udara yang ada dalam rongga dada.
Penilaiananya dapat dikelompokan sebagai berikut;
Sonor
Hipersonor
redup
Pekak
Gambar 17. Lokasi berbagai bunyi perkusi didnding toraks dalam keadaan
normal.
Teknik dari perkusi
membelakangi pemeriksa, jika pasien tidur oleh karena, tidak dapat duduk
maka untuk perkusi daerah punggung, posisi pasien dimiringkan kekiri dan
kekanan bergantian.
1. Jika dinding toraks pasien lebih tebal tekanan jari flexi meter
pada permukaan dinding toraks semakin ditingkatkan dan ketokan
flexor semakin kuat.
2. Lakukan ketokan eepat, kuat, tegak lurus memantul dari jari
tengah tangan kanan pada phalanx kedua dari jari tengah tangan
kiri yang menempel pada permukaan dinding toraks.
3. Gerakan ketokan pada perkusi berpusat pada sendi pergelangan
tangan bukan pada pada sendi siku.
4. Kekuatan perkusi disesuaikan, pada dinding toraks yang ototnya
tebal perkusi agak lebih kuat sedangkan pada daerah yang
ototnya tipis seperti daerah axilla dan lapangan bawah paru,
kekuatan perkusi tidak terlalu kua
Jenis bunyi perkusi dinding toraks:
a. Suara perkusi normal dari toraks pada lapangan paru disebut sonor C
resonanee)
e. Perkusi pada efusi pleura masif atau massa tumor yang besar suara
perkusi pekak C Cflatness.)
d. Hiperinflasi dari paru dimana udara tertahan lebih banyak dalam
alveoli atau adanya udara didalam rongga pleura Cpnemothorax)
menghasilkan perkusi Chipersonor).
e. Adanya udara dalam lambung menimbulkan suara perkusi C timpani.)
Gambar 20. Lokasi berbagai bunyi perkusi didnding toraks dalam keadaan
normal.
4. Auskultasi Paru
1. Vesikuler
2. Trakeal
3. Bronkial
4. Bronkovesikuler
Conto
I. Ronki (Rales)
4. Bronchophoni
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Inspeksi (Melihat)
2. Palpasi ( Meraba)
3. Perkusi ( Mengetuk)
4. Auskultasi ( Mendengarkan)
B. Saran
1. Saat melakukan pengkajian respirasi harus secara sistematis teliti dan
terarah
2. Peroleh data subjektif yang relefan tanpa adanya data yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
Lewis, S.L., Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., Bucher, L., & Camera, I.M. (2011).
Medical-surgical nursing: Asessment and management of clinical
problems. (8th ed.). St. Louis: Elsevier Mosby