Anda di halaman 1dari 12

Perang Shifin

Oleh
Yat Rospia Brata
Dosen Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Galuh Ciamis

ABSTRAK
Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang terjadinya Perang Shifin,
proses terjadinya Perang Shifin, dan akibat yang ditimbulkan dari adanya Perang Shiffin.
Metode yang digunakan adalah metode historis yang meliputi heuristik (pengumpulan data),
kritik (pengujian), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan karya ilmiah). Teknik
pengumpulan data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Studi ini
dilakukan melalui pengumpulan data dengan mempelajari sumber-sumber pustaka yang dapat
digunakan sebagai bahan dasar untuk membahas, memahami, dan menunjang terhadap
penelitian. Perang Shifin merupakan peperangan antara pihak Ali bin Abi Thalib dan
Muawiyah bin Abi Sufyan. Diawali ketika khalifah Ali bin Abi Thalib meminta Muawiyah
meletakan jabatan gubernurnya, namun Muawiyah menolaknya, bahkan secara terang-
terangan menentang Ali bin Abi Thalib. Penolakan Muawiyah bin Abi Sufyan untuk meletakan
jabatan gubernurnya, hal ini memaksa Ali untuk bertindak melawan Muawiyah bin Abi Sofyan.
Maka terjadilah pertempuran antara pihak Ali melawan Muawiyah di kota tua Shifin dekat
Sungai Eufrat, pada tahun 37 H. Dalam peperangan ini sebenarnya pasukan Muawiyah telah
terdesak kalah dengan 7000 pasukannya terbunuh, dan menyebabkan mereka mengangkat Al
Quran sebagai tanda damai dengan cara Tahkim. Adanya Perang Shifin yang diakhiri dengan
peristiwa Tahkim yaitu perselisihan yang diselsaikan oleh dua orang penengah sebagai
pengadil, namun tidak menyelesaikan masalah, kecuali menegaskan bahwa gubernur yang
makar itu mempunyai kedudukan yang setingkat dengan khalifah, dan menyebabkan lahirnya
golongan Khawarij, yaitu golongan yang keluar dari barisan Ali.

Kata kunci: Perang Shifin dan Tahkim

PENDAHULUAN (mereka tidak berkomentar tentangnya)."


Sebelum membahas lebih lanjut Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam kitab
tentang peristiwa Perang Shifin, Imam at-Taqrib, "Matrukul hadits (haditsnya
Ahmad berkata: “Umayyah bin Khalid riwayatnya ditinggalkan)." Wafat pada
menceritakan kepada kami bahwa ia berkata tahun 169 H (Lihat Tahdzib at-Tahdzib,
kepada Syu'bah, Sesungguhnya Abu 1/144 dan at-Taqrib, haiaman 112).
Syaibah. Abu Syaibah adalah Ibrahim bin Meriwayatkan dari al-Hakam dari
Utsman al-Absi al-Kufi, Abu Syaibah al- Abdurrahman bin Abi Laila, ia berkata,
Kabir, qadhi wilayah Wasith. Ia 'Sebanyak tujuh puluh orang sahabat peserta
meriwayatkan dari al-Hakam bin Utaibah, perang Badar ikut terlibat dalam peperangan
paman dari pihak ibunya, dan Abu Ishaq as- Shiffin”. Syu'bah berkata: "Abu Syaibah
Sabi'i. Dan Syu'bah, Jarir bin Abdil Hamid bohong! Demi Allah kami telah bermudza-
dan al-Walid bin Muslim meriwayat-kan karah dengan al-Hakam tentang masalah ini,
darinya. Ahmad, Yahya dan Abu Dawud tidak kami dapati seorangpun sahabat
berkata tentangnya, "Dhaif!" Al-Bukhari peserta perang Badar yang ikut terlibat
ber-komentar tentangnya, "Sakatu anhu dalam peperangan Shiffin kecuali
Perang Shifin 85
Khuzaimah bin Tsabit”. Minhajus Sunnah, Al-Asytar menimpali:
6/237, beliau ber-kata, Nash ini "Jangan utus dia wahai ‘Amirul Muk-
menunjukkan sedikltnya pe-serta perang minin, aku khawatir hawa nafsunya
Shiffin. Ada yang mengatakan bahwa Sahal akan mengiringi dirinya”.
bin Hunaif dan Abu Ayyub ikut serta dalam
peperangan tersebut. Perkataan Ibnu Sirin
tadi lebih dekat kepada kebenaran, hampir
disebutkan lebih dari seratus. Ali bin Abi Thalib berkata:
Saya katakan, Ibnu Abi Syaibah meri- "Biarkanlah ia”.
wayatkan dalam kitab al-Mushannaf, 15/303
dan Khalifah bin Khayyath dalam Akhirnya Ali bin Abi Thalib mengutus
Tartkhnya, haiaman 196, dari Syu'bah dari Jarir membawa surat untuk diserahkan
al-Hakam bah-wa Abu Ayyub tidak ikut kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan, yang
dalam peperangan Shiffin, namun beliau isinya pemberitahuan tentang kesepakatan
ikut serta bersama Ali bin Abi Thalib dalam kaum Muhajirin dan kaum Anshar
peperangan Nahrawan (melawan kaum membai'at beliau. Kemudian menceritakan
Khawarij)." kepadanya tentang peristiwa peperangan
Disamping itu Ibnu Bathuthah Jamal serta mengajak-nya bergabung
meriwa-yatkan dengan sanadnya dari bersama kaum muslim lain-nya.
Bukhair al-Asyajj bahwa ia berkata: Ketika Jarir sampai ke hadapan
"Sesungguhnya be-berapa orang sahabat Mu’awiyah bin Abu Sufyan, maka ia lang-
peserta perang Badar memilih tetap tinggal sung menyerahkan surat tersebut kepadanya,
di rumah mereka setelah terbunuhnya lalu Mu’awiyah bin Abu Sufyan memanggil
Utsman bin Affan, mereka tidak keluar dari Amru bin al-'Ash serta tokoh-tokoh negeri
rumah kecuali ke kubur mereka (maksudnya Syam lainnya untuk bermusyawarah.
hingga mereka wafat)”. (Lihat kitab al- Namun hasil kesepakatan mereka ternyata
Ibanah karangan Ibnu Baththah, 2/596, menolak berbai'at kepada Ali bin Abi Thalib
dengan tahqiq Dr. Ridha Na'san). hingga para pembunuh Utsman bin Affan di
qishash atau Ali bin Abi Thalib
METODE PENELITIAN menyerahkan kepada mereka para
Metode yang digunakan adalah me- pembunuh Utsman bin Affan tersebut. Jika
Ali bin Abi Thalib tidak mampu memenuhi
tode historis yang meliputi heuristik
permintaan ini, maka mereka akan
(pengum-pulan data), kritik (pengujian), memerangi beliau dan menolak berbai'at ke-
interpretasi (penafsiran), dan historiografi pada beliau hingga mereka berhasil meng-
(penulisan kar-ya ilmiah). habisi seluruh pembunuh Utsman bin Affan
tanpa sisa. Dengan demikian maka Jarir pun
PEMBAHASAN pulang menemui Ali bin Abi Thalib dan
menceritakan segala hasil keputusan dari
Surat menyurat dengan Mu’awiyah bin
penduduk negeri Syam tersebut.
Abu Sufyan
Ketika Ali bin Abi Thalib hendak me- Ali bin Abi Thalib Berangkat Menuju
ngirim utusan kepada Mu’awiyah bin Abu Shifin
Sufyan untuk mengajak beliau berbai’at
Setelah mendapatkan keputusan dari
kepadanya, Jarir bin Abdillah berkata:
Mu”awiyah tersebut, maka ‘Amirul Muk-
"Aku bersedia berangkat menemuinya
minin Ali bin Abi Thalib berangkat dari
wahai ‘Amirul Mukminin, Kuffah dengan tujuan menduduki negeri
sesungguhnya hubunganku dengannya Syam, lantas beliau mempersiapkan pasu-
sangat dekat. Aku akan mengambil kannya di Nukhailah (sebuah nama tempat
bai'at darinya untukmu”. di dekat Kufah ke arah Syam). Beliau
menunjuk Abu Mas'ud Uqbah bin Amru al-
Badri al-Anshari sebagai ‘Amir sementara di

86 Perang Shifin
Kuffah. Namun demikian sebenarnya Lalu ia menulis pesan kepada seluruh
beberapa orang telah menganjurkan agar pasukan yang ada di seluruh negeri Syam,
beliau tetap tinggal di Kuffah dan cukup sehingga dalam waktu singkat mereka sudah
mengirim pasukannya saja yang berangkat berkumpul dan mengangkat panji-panji bagi
ke Shifin, namun be-berapa orang lainnya ‘Amir mereka masing-masing. Pasukan
menganjurkan agar be-liau turut keluar Syam telah bersiap-siap berangkat, mereka
bersama pasukan. bergerak menuju Sungai Euphrates dari arah
Berita tersebut akhirnya sampai juga kota Shiffin. Sementara di lain pihak Ali bin
kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang Abi Thalib bersama pasukannya bergerak
menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib telah dari Nukhailah menuju tanah Syam. Ali bin
keluar bersama pasukan menuju Syam, ke- Abi Thalib mengirim Ziyad bin an-Nadhar
mudian Mu’awiyah bin Abu Sufyan bermus- al-Haritsi maju ke front peperangan terdepan
yawarah dengan Amru bin al-'Ash, ia bersama delapan ribu pasukan, yang diikuti
berkata kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan: oleh Syuraih bin Hani' bersama empat ribu
pasukan, mereka berangkat dengan
"Keluarlah engkau juga bersama mengam-bil jalan lain. Sementara itu Ali bin
pasukan!" Abi Thalib bersama pasukan lain terus
berjalan hingga menyeberangi sungai Tigris
Setelah itu Amru bin al-'Ash bangkit melewati jem-batan Manbij, kemudian dua
berpidato di hadapan orang-orang sambil pasukan deta-semen bergerak maju ke
berseru: depan, setelah sampai ke tujuan, terdengar
kabar bahwa Mu’awiyah bin Abu Sufyan
"Sesungguhnya penduduk Kuffah dan telah keluar bersama pasukan dari negeri
Bashrah telah musnah pada peperangan Syam untuk bertemu dengan ‘Amirul
Jamal, tidak tersisa bersama Ali bin Abi Mukminin Ali bin Abi Thalib, dan
Thalib kecuali segelintir orang saja. sebenarnya mereka sangat menginginkan
Termasuk sekelompok orang yang untuk bisa menyambutnya, namun mereka
membunuh Khalifah ‘Amirul khawatir karena jumlah mereka lebih sedikit
Mukminin Utsman bin Affan. Allah dibanding dengan jumlah pasukan
Allah, jangan sia-siakan hak kalian, Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Akhirnya
jangan biarkan darah Utsman bin Affan mereka berbelok arah dan berusaha
tertumpah sia-sia!" menyeberang dari arah Anat. Antara Riffah
dan Hiet, terletak di tepi sungai Eufrat.
Disitu terdapat sebuah benteng yang kokoh
dan masih termasuk wilayah Al-Jazirah.
Namun demikian, ternyata penduduk
'Anat tidak memperbolehkan mereka me-
lintas, sehingga mereka pun terus berjalan
dan terpaksa menyeberang dari Hiet, hingga
akhirnya mereka berhasil menyusul Ali bin
Abi Thalib dan pasukan inti yang telah
mendahului mereka. Saat itu Ali bin Abi
Thalib berkata:

"Pasukan detasemenku justru berjalan


di belakang pasukan inti?"

Atas kejadian itu, akhirnya mereka


memohon maaf kepada Ali bin Abi Thalib
dengan menyampaikan apa yang
dialaminya, dan Ali bin Abi Thalib pun bisa
menerima permintaan maaf mereka,
Perang Shifin 87
kemudian Ali bin Abi Thalib mengirim pasukan Ali bin Abi Thalib berhasil
pasukan detasemennya ke depan untuk menghadangnya, sehingga terjadilah
menyambut pasukan Mu’awiyah bin Abu pertempuran kecil selama beberapa saat.
Sufyan setelah terlebih dahulu menyeberang Setelah peristiwa itu pasukan Syam akhirnya
sungai Euphrates. Ke-hadiran mereka kembali, dan keesokan harinya kedua
“disambut” oleh Abul A'war Amru bin pasukan sudah saling berhadapan lagi.
Sufyan, pemimpin detasemen dari pasukan Mereka saling menunggu, dan tiba-tiba al-
Syam, sehingga kedua pasukan sudah saling Asytar maju menyerang, sehingga gugurlah
berhadapan. Abdullah bin al-Mundzir At-Tannukhi, dia
Pada saat itu Ziyad bin an-Nadhar, adalah salah seorang penungang kuda yang
pemimpin detasemen pasukan Iraq, handal dari pasukan Syam. Ia dibunuh oleh
mengajak mereka untuk berbai'at kepada Ali salah seorang pasukan detasemen Iraq
bin Abi Thalib, namun mereka tidak bernama Zhibyan bin Umarah at-Tamimi.
mengindah-kannya, dan akhirnya Ziyad bin Melihat posisi seperti itu, Abul A'war
an-Nadhar menyampaikan kejadian ini bersama pasukannya menyerang pasukan
kepada Ali bin Abi Thalib, sehingga Ali bin Iraq, dia bersama pasukan maju
Abi Thalib mengirim al-Asytar an-Nakha'i menghadang mereka.
sebagai ‘Amir pasukan infanteri ke lini Saat al-Asytar berhadapan dengan
depan. Sementara itu pada sayap bagian Abul A'war, dia menantangnya untuk
kanan, pasukan dipimpin langsung oleh oleh berduel satu lawan satu, namun Abul A'war
Ziyad, dan di sebelah kiri dipimpin oleh tidak mela-yaninya, dan sepertinya dia
Syuraih. Ali bin Abi Thalib memerintahkan memandang al-Asytar bukanlah lawan yang
pasukannya agar tidak maju terlebih dahulu seimbang. Ke-tika malam tiba, maka kedua
memulai perang, kecuali bila mereka yang kubu pasukan serentak menghentikan
memulainya, tetapi Ali bin Abi Thalib juga peperangan di hari kedua itu, kemudian pada
terus memerintahkan serta me-ngajak agar esok harinya Ali bin Abi Thalib tiba bersama
mereka berbai'at kepadanya, dan pasukannya. Semen-tara itu Mu’awiyah bin
menurutnya jika mereka menolak maka Abu Sufyan pun tiba bersama pasukannya,
janganlah menyerang terlebih dahulu sehingga kedua belah pihak kelompok
kecuali bila mereka yang mulai menyerang. pasukan itu saling berhada-pan di tempat
Janganlah mendekat kepada mereka seolah- yang bernama Shiffin, dekat sungai
olah ingin menyerang dan janganlah Euphrates sebelah timur wilayah Syam.
menjauh dari mereka seolah-olah kalian Peristiwa ini terjadi pada awal bulan
takut terhadapnya, tetapi hadapilah mereka Dzulhijjah tahun 36 Hijriyah.
dengan sabar hingga aku (Ali bin Abi Ali bin Abi Thalib kemudian berhenti
Thalib) menyusulmu, aku akan segera dan mengambil tempat bermalam bagi pasu-
menyusulmu dari belakang insya Allah. kannya, tetapi Mu’awiyah bin Abu Sufyan
Sebelumnya Ali bin Abi Thalib telah bersama pasukannya telah lebih dahulu me-
mengirim utusannya yakni al-Asytar untuk ngambil tempat, mereka mengambil posisi
memberikan surat kepada Mu’awiyah bin bivak di dekat sumber mata air, yang
Abu Sufyan dan pasukan detasemennya merupa-kan tempat paling strategis dan luas.
yang dipimpin oleh al-Harits bin Jumhan al- Pada saat itu datanglah pasukan Iraq untuk
Ju'fi. Ketika al-Asytar tiba dan bergabung mengambil air, namun pasukan Syam
bersama pasukan detasemen paling depan, menghalanginya sehingga terjadilah
maka ia segera melaksanakan apa yang pertempuran kecil yang disebabkan oleh
diinstruksikan Ali bin Abi Thalib, lalu ia persoalan air. Masing-ma-sing pasukan
maju berhadapan dengan Abul A'war as- meminta bantuan kepada re-kannya, hingga
Sulami, pemimpin detasemen pasukan akhirnya kedua belah pihak sepakat
Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Kedua pasukan berdamai dalam masalah air ini. Adapun Ali
saling berhadapan seharian penuh, namun bin Abi Thalib selama dua hari di tempat itu,
pada sore hari, Abul A'war as-Sulami tidak pernah mengirim sepucuk surat pun
menyerang mereka terlebih dahulu tetapi kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan, begitu

88 Perang Shifin
pula Mu’awiyah bin Abu Sufyan tidak sesungguhnya Allah SWT tidak
mengirim surat pun kepada Ali bin Abi menyukai orang-orang yang
Thalib. Dalam situasi demikian, kemudian berkhianat”.
Ali bin Abi Thalib mengirimkan seorang
utusan kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Demi mendengar pernyataan tersebut,
namun kesepakatan belum juga tercapai. maka pasukan Syam segera menemui para
Mu’awiyah bin Abu Sufyan tetap bersikeras ‘Amir mereka dan menyampaikan pengu-
untuk menuntut darah Utsman bin Affan muman yang mereka dengar tadi, sehingga
yang tewas dibunuh secara zhalim. bangkitlah Mu’awiyah bin Abu Sufyan dan
Dalam kondisi faith accompli tersebut, Amru bin al-Ash, lalu keduanya segera
maka terjadi kebuntuan komunikasi, menyiapkan pasukan di sayap kanan dan di
sehingga mengakibatkan pecahnya sayap kiri. Demikian pula Ali Abi Thalib,
pertempuran antara kedua belah pihak. Pada beliau menyiapkan pasukan pada malam itu,
saat itu setiap hari Ali bin Abi Thalib menempatkan al-Asytar an-Nakha'i sebagai
mengirim seorang ‘Amir pasukan untuk pemimpin pasukan kaveleri berkuda Kuffah,
maju bertempur, demikian pula Mu’awiyah sedangkan pasukan infanteri Kuffah
bin Abu Sufyan, setiap hari ia mengirim dipimpin oleh Ammar bin Yasir, pasukan
seorang ‘Amir untuk maju bertempur. kaveleri berkuda Bashrah dipimpin oleh
Terkadang dalam satu hari, kedua belah Sahal bin Hunaif, dan pasukan infanteri
pihak terlibat dalam dua kali pertempuran Bashrah dipimpin oleh Qais bin Sa'ad dan
yang sengit, dan peristiwa itu terjadi sebulan Hasyim bin Utbah, sedangkan untuk posisi
penuh pada bulan Dzulhijjah. pemimpin para qari dipercayakan kepada
Pada saat memasuki bulan Muharram Mis'ar bin Fadaki at-Tamimi.
tahun 37 Hijriyah, kedua belah pihak Ali bin Abi Thalib maju ke hadapan
meminta agar perang dihentikan, dengan pasukannya dan menyerukan agar jangan
harapan semoga Allah mendamaikan seorang pun memulai pertempuran hingga
mereka di atas satu kesepakatan yang dapat merekalah yang memulainya dan menyerang
menghentikan pertumpahan darah di antara Ali bin Abi Thalib, jangan membunuh orang
mereka, sehingga juru runding mereka yang terluka, jangan mengejar orang yang
masing-masing terus bolak balik menemui melarikan diri, jangan menyingkap tirai
Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abu kaum wanita, dan jangan melakukan
Sufyan, sementara kedua belah pihak pelecehan terhadap kaum wanita, meskipun
berusaha mencoba menahan diri dari kaum wanita itu mencaci maki pemimpin
pertempuran. Demikian situasi dan kondisi dan orang-orang Ali bin Abi Thalib!" Pada
waktu itu hingga berakhir bulan Muharram pagi harinya Mu’awiyah bin Abu Sufyan
tanpa tercapai kesepakatan satu pun. Dalam muncul, di sebelah kanan pasukannya
situasi seperti itu, Ali bin Abi Thalib berdiri Ibnu Dzil Kala' al-Himyari,
menyuruh Martsad bin al-Harits al-Jasymi kemudian di sebelah kiri pasukannya berdiri
untuk mengumumkan kepada pasukan Syam Habib bin Maslamah al-Fihri, di depan
saat terbenam matahari, sebagai berikut: pasukan berdiri Abul A'war as-Sulami,
sedangkan pasukan kaveleri berkuda
"Ketahuilah, sesungguhnya ‘Amirul Damaskus dipimpin oleh Amru bin al-'Ash ,
Mukminin mengumumkan kepada pasukan infanteri Damaskus dipimpin oleh
kalian, 'Sesungguhnya aku telah Adh-Dhahhak bin Qais.
bersabar me-nunggu Ali bin Abi Thalib Mengenai hal itu, Jabir Al-Ju'fi meri-
kembali ke-pada kebenaran, dan aku wayatkan dari Abu Ja'far al-Baqir dan Zaid
telah menegak-kan hujjah atas Ali bin bin al-Hasan serta yang lainnya, mereka
Abi Thalib, namun Ali bin Abi Thalib berkata:
tidak menyambutnya. Sesungguhnya "Ali bin Abi Thalib bergerak menuju
aku telah memberi udzur kepada Ali bin Syam dengan kekuatan seratus lima
Abi Thalib dan telah memperlakukan puluh ribu prajurit yang berasal dari
Ali bin Abi Thalib dengan adil, dan penduduk Iraq, lalu Mu’awiyah bin Abu

Perang Shifin 89
Sufyan bergerak dengan jumlah Amru bin al-'Ash beserta pasukannya hingga
pasukan sebanyak itu pula, yang berasal mereka terpukul mundur. Pada peperangan
dari penduduk negeri Syam. ini Ziyad bin an-Nadhar al-Haritsi berduel
langsung dengan seorang lelaki. Ketika
Ada perbedaan pendapat mengenai keduanya telah saling berhadapan ternyata
jumlah pasukan masing-masing, yang keduanya telah saling mengenal, dan
menga-takan bahwa Ali bin Abi Thalib ternyata keduanya adalah saudara seibu,
berangkat dengan membawa seratus ribu sehingga mereka me-narik diri dan kembali
lebih prajurit, sedangkan Mu’awiyah bin ke pasukan masing-masing. Demikianlah
Abu Sufyan be-rangkat dengan membawa peperangan yang sengit terus berlanjut
seratus tiga puluh ribu tentaranya. dengan kondisi seperti itu selama tujuh hari,
Menjelang terjadinya peperangan, se- dan ketika sore hari tiba maka kedua belah
jumlah prajurit dari pasukan Syam pihak masing-masing saling menarik diri,
bersumpah untuk tidak melarikan diri dari dan pada saat berlang-sungnya peperangan
medan perang, dengan cara saling sebenarnya nampak bahwa kedua belah
mengikatkan sorbannya masing-masing, pihak sama-sama dalam strategi bertahan
yang dilakukan oleh lima barisan pertama selama tujuh hari, sehingga hasilnya tidak
dan akhirnya diikuti oleh enam barisan ada yang menang dan tidak ada juga yang
berikutnya. Demikian pula dengan pasukan kalah.
Iraq, mereka melakukan hal yang sama
dengan kekuatan ikatan sorban berjumlah Tahkim
sebelas shaf. Kedua belah pihak pasukan Imam Ahmad berkata, "Ya'la bin
saling berhadapan dengan kondisi seperti itu Ubaid menceritakan kepada kami dari Abdul
pada hari pertama bulan Shafar tahun 37
Aziz bin Siyah dari Habib bin Abi Tsabit, ia
Hijriyah, tepatnya hari Rabu.
Adapun panglima perang pasukan Iraq berkata:
dipimpin oleh al-Asytar an-Nakha'i, sedang-
kan panglima perang pasukan Syam saat itu 'Aku menemui Abu Wail di masjid
dibawah pimpinan Habib bin Maslamah, keluarganya dan bertanya kepadanya
hingga akhirnya kedua pasukan terlibat tentang orang-orang yang diperangi Ali
dalam pertempuran yang sangat dahsyat bin Thalib di Nahrawan, apa sajakah
sampai keduanya menarik diri pada petang yang mereka penuhi dan apa pula yang
hari, dan hasilnya pertempuran hari itu mereka tolak, dan mengapa Ali bin Abi
berlangsung seimbang. Kemudian pada hari Thalib menghalalkan berperang
Kamis ke-esokan harinya, panglima perang melawan mereka?'
pasukan Iraq digantikan oleh Hasyim bin
Utbah dan panglima perang pasukan Syam Ia berkata:
oleh Abul A'war as-Sulami, hingga kedua 'Sewaktu kami berada di Shiffin dan api
pasukan tersebut kembali berperang dengan peperangan sedang memanas melawan
sengit, pasukan berkuda bertempur dengan pasukan Syam, mereka berlindung di
pasukan berkuda, begitu pula pasukan
sebuah anak bukit.
infanteri bertempur melawan pasukan
infanteri hingga keduanya menarik diri dari
medan pertem-puran pada petang hari, Amru bin al-'Ash berkata kepada
hasilnya antara kedua pasukan itu sama- Mu’awiyah bin Abu Sufyan:
sama bertahan dan masih dalam posisi "Kirimkanlah mushaf al-Qur'an kepada
seimbang. Ali bin Abi Thalib dan ajaklah ia
Pada hari ketiga yakni hari Jum'at, bertahkim kepada Kitabullah, sesung-
Ammar bin Yasir memimpin pasukan Iraq, guhnya ia tidak akan menolak
Amru bin al-'Ash memimpin pasukan Syam, ajakanmu”.
peperangan dilanjutkan antara kedua
pasukan. Ammar bin Yasir menyerang

90 Perang Shifin
Dalam situasi seperti itu, maka da- hari terkahir dan saat mencapai puncaknya
tanglah seorang lelaki kepada Ali bin Abi per-tempuran, yakni pada malam Jum'at,
Thalib dan berkata: yang akhirnya disebut dengan malam Jum'at
kelabu.
'Kitabullah menjadi hakim di antara Dalam peperangan tersebut, para pra-
kita:'Tidakkah kamu memperhatikan jurit dari pasukan kedua belah pihak, telah
orang-orang yang telah diberi mampu menunjukkan keberanian dan
kebahagian yaitu al-Kitab (Taurat), kesaba-ran mereka yang tidak ada
mereka diseru kepada kitab Allah bandingannya da-lam perang manapun
supaya kitab itu menetapkan hukum di hingga saat ini, sehingga tidak ada seorang
antara mereka; kemudian sebahagian anggota pasukan yang mencoba melarikan
dari mereka berpaling, dan mereka diri. Bahkan kedua pa-sukan tetap bertahan
selalu membelakangi (kebenaran).' (al sekalipun sudah banyak prajurit dari
Imran: 23). keduanya yang terbunuh. Adapun mengenai
hal ini, sejumlah referensi dari Ibnu Sirin,
Ali bin Abi Thalib berkata: Saif, dan lainnya menyebutkan bahwa
jumlah korban yang gugur mencapai tujuh
"Benar, aku lebih berhak untuk itu,
puluh ribu orang, dengan perincian empat
Kitabullah menjadi hakim di antara puluh lima ribu orang dari pasukan Syam
kita” dan dua puluh lima ribu orang dari pasukan
Iraq. Sedangkan jumlah pasukan dari kedua
Adapun diantara tokoh-tokoh negeri belah pihak, masing-masing berjumlah tidak
Syam yang mendorong dilakukannya per- kurang dari sembilan puluh ribu prajurit. Ali
damaian tersebut adalah Abdullah bin Amru bin Abi Thalib Audah menyebutkan dalam
bin al-'Ash (Diplomat yang cukup terkenal buku-nya;”Ali bin Abi Thalib sampai
di semenanjung Abar), ia pandai mencari kepada Hasan Husain” anggota pasukan
jalan keluar di saat situasi sulit. Ia Mu’awiyah bin Abu Sufyan 70.000 orang
mendatangi pasukan Iraq dan mengajak dan jumlah anggota pasukan Ali bin Abi
mereka gencatan senjata serta penghentian Thalib seratus ribu.
peperangan dan mematuhi apa yang Al-Baihaqi telah meriwayatkan dari
diserukan dalam al-Qur'an (perdamaian). Ia jalur Ya'qub bin Sufyan dari Abul Yaman
menyarankan kepada Mu’awiyah bin Abu dari Shafwan bin Amru ia berkata:
Sufyan agar pasukannya yang berdiri di
garis depan mengikat Mushaf Al-Qur’an ke "Pasukan Syam berjumlah enam puluh
ujung tombak sebagai tanda bahwa perang ribu orang, yang terbunuh berjumlah
harus di hentikan dan di adakan dua puluh ribu orang. Pasukan Iraq
perundingan. Cara ini kemudian di kenal
berjumlah seratus dua puluh ribu orang,
dengan istilah Tahkim. Hal itu beliau
lakukan atas perintah Mu’awiyah bin Abu yang terbunuh berjumlah empat puluh
Sufyan. Kemudian di antara para tokoh dari ribu orang”.
pihak Ali bin Abi Thalib yang menyarankan
kepada Ali bin Abi Thalib agar beliau Al-Baihaqi membawa peristiwa ini
menerima tawaran perdamaian itu adalah al- kepada hadits yang diriwayatkan dalam
Asy'ats bin Qais al-Kindi. Shahiliain dari jalur Abdurrazzaq dari
Saat itu mayoritas pasukan Iraq dan Ma'mar dari Hammam bin Munabbih dari
pasukan Syam menyambut gembira rencana Abu Hurairah. Imam al-Bukhari meriwa-
perdamaian ini, mereka berharap akan di- yatkannya dari hadits Syu'aib dari az-Zuhri
peroleh kesepakatan yang dapat menghenti- dari Abu Salamah dari Abu Hurairah
kan pertumpahan darah di antara kaum (Shahih al-Bukhari nomor 3608). Dan dari
muslim itu sendiri, karena sudah banyak jalur Syu'aib dari Abu Zinad dari al-A'raj
menelan korban dari kedua belah pihak dari Abu Hurairah dari Rasulullah bahwa
dalam pertempuran itu, khususnya pada tiga beliau bersabda:

Perang Shifin 91
"Tidak akan datang hari Kiamat hingga Sebenarnya mereka tidak mengingin-
dua kelompok besar saling berperang, kan Abdullah bin Abas karena dia dianggap
keduanya terlibat dalam pertempuran mampu mengalahkan Amru bin al-‘Ash dan
yang dahsyat padahal diawal mereka juga di anggap masih kerabat dekat dengan
satu”. Ali bin Abi Thalib. Mereka lebih me-
nginginkan orang yang bisa lebih lunak
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu untuk dapat mencapai perdamaian, oleh
Mahdi dan Ishaq dari Sufyan ats-Tsauri dari karena itu jatuhlah pilihan pada Abu Musa
Manshur dari Rib'i bin Hirasy dari al-Bara' al-Asy’ari, seorang yang sudah tua dan baik
bin Nahiyah al-Kahili dari Abdullah bin hati.
Mas'ud ia berkata, Rasulullah SAW Namun demikian ada beberapa pen-
bersabda: dapat yang menyatakan bahwa sebenarnya
diantara kedua wakil tersebut terdapat
"Perang dalam Islam akan berkecamuk jalinan permufakatan untuk menjatuhkan
kedua pimpinan yang bertentangan itu,
setiap tiga puluh lima atau tiga puluh
yakni Ali bin Abi Thalib dan Mua’wiyah.
enam tahun. Jika mereka binasa maka Dalam tahkim terhadap al Qur’an pertama
binasalah semua, jika mereka menegak- antara Abu Musa Asy’ari dengan Amru bin
kan agama, maka akan bertahan selama al-Ash yang berlangsung pada tanggal 13
tujuh puluh tahun. bulan Safar 37 Hijriyah, tercapai
kesepakatan untuk tidak saling menyerang
Kesepakatan ber-tahkim (perundingan) yang mereka tuangkan dalam bentuk
persetujuan tertulis. Setelah itu pada enam
Guna menyelesaikan konflik pepera-
bulan berikutnya, yaitu pada bulan
ngan terbuka antara kelompok pasukan Ali
Ramadhan 37 Hijriyah atau bulan Februari
bin Abi Thalib dengan kelompok pasukan
tahun 658, mereka melaksanakan pertemuan
Mu’awiyah bin Abu Sufyan, maka kedua
kembli di kota Azruh, sebelah timur Syria
belah pihak berupaya melakukan dialog
guna membahas persoalan perselisihan me-
yang dilaksanakan cukup alot dan panjang
reka. Dalam kesempatan itu Amr ibn al-Ash
melalui ranah perundingan atau yang dikenal
berusaha keras untuk membujuk Abu Musa
dengan sebutan tahkim. Dalam perundingan
al Asyari dengan senantiasa memuji Abu
tersebut terjadi kesepakatan bersama, yakni
Musa al Asyari. namun mereka tidak pernah
masing-masing ‘Amir (Ali bin Abi Thalib
men-capai kesepakatan khususnya untuk
dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan) harus
materi penggantian khalifah, oleh karena itu
mengang-kat seorang hakim sebagai juru
akhirnya mereka memilih jalan tengah
runding, kedua hakim tersebut harus
dengan cara referendum, yakni
membuat per-mufakatan yang membawa
menyerahkan persoalan pemilihan kepada
kemaslahatan ummat muslim.
ummat Muslim untuk menentukan pilihanya
Adapun dari pihak Mu’awiyah bin
masing-masing (Ali bin Abi Thalib Audah,
Abu Sufyan ditunjuk Amru bin al-‘Ash
2003 : 265).
sebagai wakilnya, sedangkan dari pihak Ali
Amr bin al-Ash meinginginkan agar
bin Abi Thalib ditunjuk Abu Musa al-
Abu Musa al Asyari yang mengumumkan
Asy’ari, seka-lipun pada awalnya Ali bin
lebih dulu hasil perundingan itu, dan hal ini
Abi Thalib menunjuk Abdullah bin Abbas
sebenarnya hanya strategi untuk menjebak
sebagai wakil-nya, namun para qurra’
Abu Musa al Asyari dengan kelicikannya,
(kaum Khawarij) menolaknya, seraya
karena setelah diumumkan hasil
mereka berkata:
perundingan (memecat Ali bin Abi Thalib
dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan) oleh Abu
“Kami tidak menerima selain Abu Musa Musa al Asyari, maka secara spontan Amr
al-Asy’ari, ibn al-Ash pun maju dan berkata:

92 Perang Shifin
“Abu Musa memecat sahabatnya itu, menguntungkan bagi Mu’awiyah bin Abu
dan saya ikut memecat orang yang telah Sufyan, karena pihaknya lebih memiliki
dipecatnya, tapi saya akan kesempatan untuk memperluas dan
mengukuhkan sahabat saya Mu’awiyah memperkokoh kekuasaanya hingga akhirnya
bin Abu Sufyan. Dia adalah wakil mampu menguasai daerah Mesir. Dengan
Utsman din Affan dan yang berhak demikian akibatnya sangat fatal bagi
menuntut itu” pasukan Ali bin Abi Thalib, dimana
kekuatan tentaranya semakin melemah, na-
Dengan demikian maka Abu Musa al mun sebaliknya bagi pasukan Mu’awiyah
Asyari benar-benar merasa tertipu oleh Amr bin Abu Sufyan malah terus menjadi
ibn al-Ash, sehingga peristiwa tersebut telah semakin bertambah besar. Dikarenakan
merugikan bagi kubu Ali bin Abi Thalib dan kondisi ke-kuatan pihak pasukan Ali bin Abi
menguntungkan pihak Mu’awiyah bin Abu Thalib yang semakin menurun, maka dengan
Sufyan. Sebenarnya pemimpin pusat terpaksa Khalifah Ali bin Abi Thalib
(khalifah) yang legal adalah Ali bin Abi menyetujui perjanjian damai dengan
Thalib, sedangkan Mu’awiyah bin Abu Mu’awiyah bin Abu Sufyan, yang secara
Sufyan hanyalah seorang Gubernur daerah politis berarti Ali bin Abi Thalib telah
yang tidak mau tunduk kepada Ali bin Abi mengakui keabsahan kepe-mimpinan
Thalib sebagai Khalifah. Dengan digelarnya Mu’awiyah bin Abu Sufyan atas Syria dan
tahkim atau arbitrage ini kedudukan Mesir. Begitu pula kelompok Mu’awiyah
Mu’awiyah bin Abu Sufyan naik menjadi bin Abu Sufyan terus berusaha sekuat tenaga
khalifah resmi, tidak mengherankan jika untuk merebut kekuasaan umat dari
keputusan ini akhirnya di tolak oleh Ali bin pengikut-pengikut Ali bin Abi Thalib.
Abi Thalib dan beliau tidak mau Sementara itu kaum Khawajir yang
menyerahkan jabatanya hingga mati menganggap bahwa Ali bin Abi Thalib,
terbunuh pada tahun 661M (Harun Nasution, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, dan Amru bin
2009: 7). al-Ash sebagai sumber dari pergolakan-
Sikap Ali bin Abi Thalib yang pergolakan yang terjadi, maka akhirnya
menerima tawaran Amr bin al-Ash untuk mereka merencanakan untuk membunuh
melaksanakan perundingan melalui sistem ketiganya pada waktu yang bersamaan, yaitu
tahkim atau arbitrase, sebenarnya dalam pada saat waktu Subuh tanggal 17
situasi yang terpaksa, karena tidak semua Ramadhan 40 Hijriyah.
pasukannya menyetujui akan hal itu. Dengan Sekaitan dengan itu, al-Hamid al-
demikian maka sebagian pasukan Ali bin Husaini dalam bukunya yang terbit pada
Abi Thalib menganggap beliau telah 1978, menjelaskan bahwa pada peristiwa
membuat kesalahan sehingga mereka segera pembunuhan ketiga orang tersebut,
meninggal-kan barisan Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abu Sufyan berhasil lolos
mereka inilah yang dalam catatan sejarah dari usaha pembunuhan kaum Khawarij,
perkembangan Islam di kenal dengan nama karena setelah konflik dengan pihak Ali bin
kelompok al-Khawarij, yaitu orang yang Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abu Sufyan
keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib. selalu mengenakan baju berlapis besi,
Dengan peristiwa disersi kelompok al kemudian Amru bin al- Ash juga berhasil
Khawarij tersebut, pada gilirannya telah lolos karena saat itu dia tidak keluar rumah
menjadikan Ali bin Abi Thalib berhadapan (sakit). Namun Allah SWT telah
dengan dua musuh sekaligus, yakni mentakdirkan lain bagi Ali bin Abi Thalib,
Mu’awiyah bin Abu Sufyan dan al Khawarij, beliau akhirnya wafat terbunuh pada waktu
sehingga Ali bin Abi Thalib memutuskan Subuh tepatnya tanggal17 Ramadhan 40
untuk menghancurkan kaum Khawarij yang Hijriyah .
bermarkas di Nahawan, hal ini tentu sangat
merepotkan pasukan Ali bin Abi Thalib.
Sementara itu dengan kondisi pihak Ali bin
Abi Thalib seperti itu sangat

Perang Shifin 93
PENUTUP tahun). Sejarah Lengkap Nabi
Kesimpulan Muhammad Saw, Cet. ke-3, 2007.
Dari pembahasan dimuka diperoleh Mardhiyah Press. Jogjakarta .
simpulan yang merupakan jawaban terhadap Almaududi, Abul A’la. (2007). Khilafah dan
perumusan masalah tentang latar belakang, Kerajaan. Mizan Media Utama.
proses terjadinya perang, dan akibat dari Bandung.
adanya perang, yaitu: Amin, Samsul Munir. (2009). Sejarah
1. Perang Shifin merupakan peperangan Peradaban Islam. Amzah. Jakarta.
antara pihak Ali bin Abi Thalib dan Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur
Muawiyah bin Abi Sufyan. Diawali Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
ketika khalifah Ali bin Abi Thalib As Syuthi, Imam. (2010). Tarikh Alkhulafa
meminta Muawiyah meletakan jabatan Ensiklopedia Pemimpin Umat Islam
gubernur-nya, namun Muawiyah dari Abu Bakar Ash Shiddiq hingga
menolaknya, bahkan secara terang- Mutawakkil. Hikmah. Jakarta.
terangan menentang Ali bin Abi Thalib. As-Suyuthi,Tarikh Al Khulafa. (2010).
2. Penolakan Muawiyah bin Abi Sufyan Ensiklopedia Pemimpin Umat Islam
untuk meletakan jabatan gubernurnya, dari Abu Bakar hingga mutawakkil.
hal ini memaksa Ali untuk bertindak Hikmah”pt mizan publika ”. Jakarta.
melawan Muawiyah bin Abi Sofyan. Daud, Ali bin Abi Thalib, Mohammad.
Maka terjadilah pertempuran antara pihak (2011). Asas-Asas Hukum Islam191.
Ali melawan Muawiyah di kota tua Shifin Hariwijaya, M. (2007). Metode Dan Teknik
dekat Sungai Eufrat, pada tahun 37 H. Penulisan Skripsi, Tesis Dan Disertasi.
Dalam peperangan ini sebenarnya Elmatera Publishing. Yogyakarta.
pasukan Muawiyah telah terdesak kalah Hart, Michael.H. (2009). 100 Orang pAli bin
dengan 7000 pasukannya terbunuh, dan Abi Thalibng berpengaruh di dunia
menyebabkan mereka mengangkat Al sepanjang sejarah. Hikmah, PT Mizan
Quran sebagai tanda damai dengan cara publika. Jakarta.
Tahkim. Hasan, Ibrahim Hasan. (1999 dan 2003).
3. Adanya Perang Shifin yang diakhiri Sejarah Kebudayaan Islam. Kalam
dengan peristiwa Tahkim yaitu Mulia. Jakarta.
perselisihan yang diselsaikan oleh dua Hitti, K Philip. (2002). History of The Arabs.
orang penengah sebagai pengadil, namun Seranbi. Jakarta.
tidak menyelesai-kan masalah, kecuali Ibnu katsir. (2004). Edisi Indonesia Bidayah
menegaskan bahwa gubernur yang makar Wan Nihayah. Darul Haq. Jakarta
itu mempunyai kedudukan yang setingkat JabAli bin Abi Thalib, Fu’ad. (2010).
dengan khalifah, dan menyebabkan Sahabat Nabi Siapa kemana, dan
lahirnya golongan Khawarij, yaitu bagaimana?. Mizan Publika. Jakarta.
golongan yang keluar dari barisan Ali. K, Ali bin Abi Thalib. (1996). Sejarah Islam
(Tarikh Pramodern). Sri Gunting
DAFTAR PUSTAKA Divisi Buku Saku. Jakarta.
Latif, Osman. (1979). Ringkasan Sejarah
Abdul Djabar, Umar. (tanpa tahun). Islam. Wijaya. Jakarta.
Ringkasan Nurul Yaqien. Awad Moleong, Lexy. (2001). Metode Penelitian
abdulloh attamimi. Surabaya. KuAli bin Abi Thalibtatif. Edisi Revisi.
Ali bin Abi Thalib, al-Hasani an-Nadwi, Remaja Rosdakarya. Bandung.
Abul Hasan, Sirah Nabawiah (tanpa
94 Perang Shifin
Nasution, Harun. (2002). Teologi Islam Ali
bin Abi Thalibran Ali bin Abi Thalibran
sejarah anAli bin Abi Thalibsis
perbandingan. UI-Press. Jakarta.
Prayoga, Dian. (2011). Ringkasan Sejarah
Nabi Besar Muhammad Saw dan
Khulafaurasidin. Galuh Nurani.
Ciamis.
Sayyid, majdi fathi. (2005). Mari mengenal
khilafaur Rasidin, Gema Insani.
Jakarta.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib for Leader.
(2009). Nasihat-nasihat Imam Ali bin
Abi Thalib r.a kepada Negarawan.
Gema Insani. Jakarta.
Siddiqi, ‘Amir Hasan. (1960). Studies in
Islam History, Alma’arif . Bandung.
Supriadi, Dedi (2008). Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta.
SyalAbi, Ahmad (2007). Sejarah dan
Kebudayaan Islam Jilid 1. Pustaka Al
Husna Baru. Jakarta.
Yaatim, Badri. (2008). Sejarah peradaban
Islam. Raja Garafindo persada. Jakarta.
Alhusaini, Alhamid. (1978). Alhusain bin
Ali bin Abi Thalib r.a. Pahlawan Besar
dan Kehidupan Islam Pada Zamannya.
Yayasan Waqfiyyah Al Hamid Al
Husaini. Jakarta

Perang Shifin 95
96 Perang Shifin

Anda mungkin juga menyukai