Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) terhadap Efisiensi Petani Kentang

Pengaruh Kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM)


terhadap Efisiensi Petani Kentang di Kecamatan Pangalengan Kabupaten
Bandung Provinsi Jawa Barat

Micha Snoverson Ratu Rihi


Jurusan Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Politeknik Pertanian Negeri Kupang
Sri Hartoyo
Anna Faryanti
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Abstract: The main objective of this study is to analyze the technical, allocative, and economic efficiencies.
In order to that, the study used primary data collected from 80 potato farmers. Using the stochastic frontier
analysis (SFA), the results showed that the technical, allocative, and economic efficiencies of the farmers
are 0.71, 0.51, and 0.36, respectively. Therefore, if farmers could increase their efficiencies to the highest
levels, the cost could be reduced for about 28%, 35%, and 38%, respectively. The model also used a dummy
variable to distinguish partnership with PT IFM. It is showed that partnership reduced farmers allocative
inefficiency. Otherwise, it increased the technical and economic inefficiencies. Another dummy variable of
potato cultivation training and duration as a member of farmers club lowered all inefficiencies. The results
implied that the average technical, allocative, and economic efficiencies of potato farmers who had part-
nership with PT IFM were lower than those who had no partnership.

Keywords: business partnership, efficiency, potato farmers

Abstrak: Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi petani kentang.
Untuk menjawab tujuan itu, kajian ini menggunakan data primer dari 80 petani kentang. Menggunakan analisis
stokastik frontier (stochastic frontier analyzis, SFA), hasil penelitian menujukkan rata-rata efisiensi teknis,
alokatif, dan ekonomi petani kentang berturut-turut adalah 0.71, 0.51. dan 0.36 menunjukkan jika petani dapat
meningkatkan efisiensi teknis,alokatif, dan ekonomi mereka ke tingkat efisiensi tertinggi, biaya usahatani
kentang dapat dikurangi masing-masing sebesar 28, 35, dan 38%. Model persamaan juga memasukkan variabel
dummy kemitraan untuk membedakan pengaruh kemitraan dengan PT IFM terhadap inefisiensi teknis, inefisiensi
alokatif dan inefisiensi ekonomi petani kentang. Hasilnya menunjukkan bahwa kemitraan dengan PT IFM
mengurangi inefisiensi alokatif namun meningkatkan inefisiensi teknis dan inefisiensi ekonomi. Variabel dummy
pelatihan budidaya kentang dan variabel lama menjadi anggota kelompoktani berpengaruh mengurangi semua
inefisiensi. Hasil penelitian juga menunjukkan rata-rata efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi petani kentang
yang bermitra dengan PT IFM lebih rendah daripada rata-rata efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi petani
yang tidak bermitra.

Kata Kunci: kemitraan, efisiensi, dan petani kentang

Alamat Korespondensi:
Micha Snoverson Ratu Rihi, Jurusan TPH, Politani
Negeri Kupang. Email: raturihimicha@yahoo.com; HP
(081339440891)

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011


175 ISSN: 1693-5241 175
Micha Snoverson Ratu Rihi, Sri Hartoyo, Anna Faryanti

Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran bibit. Jika petani dapat memproduksi pada tingkat
unggulan dengan jumlah produksi ketiga terbesar di output tertentu dengan menggunakan input lebih
Indonesia setelah cabe dan kubis. Share produksi efisien pada tingkat teknologi tertentu maka petani
kentang pada tahun 2009 adalah 10.20% dari total dapat lebih efisien dalam mengalokasikan input. Selain
produksi sayuran di Indonesia (Badan Pusat Statistik itu petani yang bermitra diharapkan lebih efisien seca-
2010a). Provinsi Jawa Barat merupakan sentra pro- ra alokatif karena adanya jaminan kepastian harga
duksi kentang di Indonesia dengan share produksi dari perusahaan mitra atas kentang yang dihasilkan
pada tahun 2009 adalah 27.25% dari total produksi pada saat bibit diserahkan kepada petani. Dengan
kentang nasional (Badan Pusat Statstik 2010a). Salah adanya kepastian harga jual bagi kentang yang dipro-
satu sentra produksi kentang di Jawa Barat adalah duksi oleh petani yang bermitra, mereka diharapkan
Kabupaten Bandung dengan share produksi lebih dari dapat melakukan pengalokasian biaya pada kondisi
57% pada tahun 2009 (Badan Pusat Statistik 2010b). minimisasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi
Produktivitas rata-rata kentang di Kabupaten alokatif. Pada akhirnya jika petani yang bermitra diha-
Bandung pada tahun 2009 sebesar 20.35 ton/ha, lebih rapkan lebih efisien secara teknis dan alokatif maka
rendah daripada produktivitas kentang Jawa Barat tentu saja mereka pun diduga dapat lebih efisien seca-
pada tahun yang sama (20.89 ton/ha) dan bahkan lebih ra ekonomis daripada petani yang tidak bermitra.
rendah daripada produktivitas kentang Brazil (24.46 Pertanyaannya, apakah petani kentang yang bermitra
ton/ha) sebagai sesama negara berkembang yang ber- dengan PT IFM lebih efisien secara teknis, alokatif
iklim sama dengan Indonesia (FAO 2011). dan ekonomi daripada petani yang tidak bermitra?
Rendahnya produktivitas kentang di Kabupaten Berdasarkan latar belakang dan permasalahan
Bandung diduga karena tingkat efisiensi yang relatif di atas, tujuan penelitian ini adalah menganalisis
masih rendah. Bakhsh, et al. (2006) menyatakan bah- efisiensi teknis, alokatif, ekonomi dan faktor-faktor
wa salah satu kemungkinan meningkatkan produksi yang mempengaruhi inefisiensi teknis, alokatif, dan
kentang yaitu menggunakan sumberdaya yang terse- ekonomi; menganalisis besarnya biaya yang dapat
dia secara lebih efisien. Peningkatan efisiensi tidak dikurangi oleh petani kentang jika dilakukan perbaikan
saja meningkatkan produksi kentang seperti yang efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi ke tingkat yang
ditemukan oleh Bakhsh, et al. (2006), tapi juga dapat paling tinggi; dan menganalisis pengaruh kemitraan
menekan biaya usahatani sehingga dapat meningkat- terhadap efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi petani
kan pendapatan petani seperti yang ditemukan oleh kentang.
Ogundari dan Ojo (2007), Obare, et al. (2010), dan
Adhiana (2005). Pertanyaannya, berapa besar efi- KERANGKA PEMIKIRAN
siensi teknis, alokatif dan ekonomi petani kentang, apa Farrell (1957), diacu dalam Coelli, et al. (1998)
saja yang mempengaruhi inefisiensi teknis, alokatif, memperkenalkan bahwa efisiensi terdiri dari efisiensi
dan ekonomi serta berapa besar biaya yang dapat teknis (Technical Efficiency-TE) yakni kemampuan
dihemat oleh petani kentang jika efisiensi teknis, suatu perusahaan untuk mendapatkan output maksi-
alokatif dan ekonomi ditingkatkan sampai tingkat mum dari penggunaan suatu set (bundle) input. Efi-
tertinggi? siensi teknis berhubungan dengan kemampuan suatu
PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) meru-
perusahaan untuk berproduksi pada kurva frontier
pakan sebuah perusahaan pengolahan kentang telah isoquant. Kumbhakar dan Lovell (2000) menyatakan
melakukan program kemitraan dengan petani kentang bahwa efisiensi teknis menunjuk pada kemampuan
di Kecamatan Pangalengan sejak tahun 1997 dengan
untuk meminimalisasi penggunaan input dalam pro-
menyediakan bibit unggul kentang bersertifikasi bagi duksi sebuah vektor output tertentu atau kemampuan
petani dan melatih semua ketua kelompoktani yang
untuk mencapai output maksimum dari suatu vektor
dibentuk untuk tujuan kemitraan agar trampil dalam input tertentu. Definisi lain menunjukkan bahwa TE
pembibitan kentang. Pembibitan yang dimaksud ada- adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi
lah dengan membelah umbi bibit kentang menjadi dua
pada tingkat output tertentu dengan menggunakan
sehingga petani dapat lebih efisien dalam penggunaan input minimum pada tingkat teknologi tertentu. Seorang

176 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Pengaruh Kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) terhadap Efisiensi Petani Kentang

petani secara teknis dikatakan lebih efisien dibanding- Jika rasio harga-harga input X1 dan X2 ditunjuk-
kan dengan petani lainnya jika dengan penggunaan kan oleh garis AA’ maka kombinasi input pada titik
jenis dan jumlah input yang sama menghasilkan Q secara alokatif belum efisien. Efisiensi alokatif da-
output secara fisik yang lebih tinggi. Efisiensi alokatif pat ditentukan jika garis AA’menyinggung kurva
(Allocative Efficiency-AE) adalah kemampuan suatu isoquant SS’ yaitu pada titik Q’. Efisiensi alokatif
perusahaan untuk menggunakan input pada proporsi terjadi jika untuk menghasilkan satu unit output
yang optimal pada harga dan teknologi produksi yang digunakan biaya yang terendah yaitu pada garis AA’
tetap (given). AE merupakan kemampuan perusaha- (isocost) ditunjukkan pada kombinasi input di titik Q’
an untuk menghasilkan sejumlah output pada kondisi atau R sehingga kombinasi input di titik Q sudah efisien
minimisasi rasio biaya dari input. Dengan kata lain, secara teknis tetapi belum efisien secara alokatif. Hal
efisiensi alokatif atau yang biasa juga disebut dengan ini disebabkan untuk menghasilkan satu unit output
efisiensi harga mengukur tingkat keberhasilan petani masih dapat digunakan kombinasi input yang biayanya
dalam usahanya untuk mencapai keuntungan maksi- terendah yaitu di titik R. Berdasarkan uraian di atas
mum yang dicapai pada saat nilai produk marjinal maka efisiensi alokatif adalah sebesar OR/OQ. Oleh
(Value Marginal Product,VMP) setiap faktor pro- karena di titik R atau Q’ secara teknis dan alokatif
duksi yang diberikan sama dengan biaya marjinalnya efisien maka efisiensi ekonomi adalah perkalian anta-
(Marginal Cost, MC) atau menunjukkan kemampuan ra efisiensi teknis dengan efisiensi alokatif, sebesar
perusahaan untuk menggunakan input dengan proporsi OR/OP.
yang optimal pada masing-masing tingkat harga input
dan teknologi yang dimiliki. Gabungan kedua efisiensi Pengukuran Efisiensi Menggunakan Stochas-
ini disebut efisiensi ekonomi (Economic Efficiency- tic Frontier
EE) atau disebut juga efisiensi total. Hal ini berarti
Production frontier memiliki definisi yang ham-
bahwa produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan
pir sama dengan fungsi produksi dan umumnya banyak
baik secara teknis maupun ekonomis adalah efisien.
digunakan saat menjelaskan konsep pengukuran
efisiensi. Frontier digunakan untuk menekankan pada
ET = OQ/OP kondisi optimum yang dapat dihasilkan (Coelli, et al.,
1998). Konsep produksi batas (frontier production
EA = OR/OQ
function) menggambarkan output maksimum yang
EE = OR/OP dapat dihasilkan dalam suatu proses produksi. Fungsi
produksi frontier merupakan fungsi produksi yang
paling praktis atau menggambarkan produksi maksi-
mal yang dapat diperoleh dari variasi kombinasi faktor
produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi
tertentu (Doll dan Orazem, 1984). Fungsi produksi
frontier digunakan dengan menghubungkan titik-titik
Gambar 1. Pengukuran efisiensi (Taylor et al. 1986)
output maksimum untuk setiap tingkat penggunaan
Dalam memahami konsep pengukuran efisiensi input. Jadi fungsi produksi tersebut mewakili kombi-
kita perlu memperhatikan Gambar 1. Kurva SS’ nasi input-output secara teknis paling efisien. Pengu-
merupakan isoquant frontier yang menggambarkan kuran fungsi produksi frontier dibedakan atas empat
kombinasi input minimum untuk menghasilkan ouput cara yaitu: frontier dan non frontier. Pendekatan non
satu unit yang secara teknis paling efisien. Jika untuk frontier terdiri dari dua metode yaitu: (1) fungsi pro-
menghasilkan output satu unit digunakan kombinasi duksi, dan (2) fungsi keuntungan. Sedangkan pende-
input pada tiitik P maka kombinasi input tersebut katan frontier adalah: (1) determinstic non para-
dikatakan secara teknis tidak efisien. Kombinasi input metric frontier, (2) deterministic parametric
yang secara teknis efisien adalah di titik Q. Tingkat frontier, (3) deterministic statistical frontier, dan
efisiensi teknis pada penggunaan kombinasi input (4) stochastic statistical frontier (stochastic
adalah OQ/OP. frontier).

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 177


Micha Snoverson Ratu Rihi, Sri Hartoyo, Anna Faryanti

Ada beberapa fungsi produksi yang selama ini Fitur dasar dari model stochastic frontier digam-
dikenal dan digunakan dalam penelitian. Salah satunya barkan dalam dua dimensi dalam Gambar 2. Input-
adalah fungsi produksi Cobb-Douglass. Bentuk umum input diwakili dalam sumbu horizontal dan output
fungsinya adalah: dalam sumbu vertikal. Komponen deterministik dari
Yi = 0 Xi i + ei.....................................................(1) model frontier, y = exp (x), digambarkan yang meng-
Untuk memudahkan dalam pendugaan maka asumsikan bahwa skala hasil yang menurun diguna-
fungsi produksi Cobb-Douglass ditransformasikan ke kan. Input-input dan output-output yang diamati dari
dalam bentuk logaritma natural menjadi: dua perusahaan i dan j, dipresentasikan dalam grafik.
lnYi= ln 0 + i ln Xi + i........................................(2) Perusahaan ke-i menggunakan tingkat input, xi, untuk
Frontier stochastic disebut juga composed error menghasilkan output, yi. Nilai input-output yang
model. Variabel åi atau yang dikenal dengan nama diamati diindikasikan dengan titik yang ditandai dengan
error term terdiri dari dua komponen yaitu vi dan ui, x di atas nilai xi. Nilai dari output stochastic frontier,
di mana i = vi - ui, i = 1,...,n. yi*ad(xi + vi) ditandai dengan titik  di atas fungsi
Aigner, Lovell, dan Schmidt (1977) dikutip Coelli produksi karena kesalahan acak, vi, adalah positif.
et al. (1998) menyatakan fungsi persamaan Dengan cara yang sama, perusahaan ke-j mengguna-
stochastic frontier secara ringkas adalah: kan input, xj, dan menghasilkan output, yj. Akan tetapi,
ln Yi = ln 0 + i ln Xi + (vi - ui) , i= 1,2, ..., N ...........(3) output frontier, yj*ad(xj + vj), di bawah fungsi
produksi karena kesalahan acak, vj, adalah negatif.
di mana: Tentu saja output-output stochastic frontier, yi* dan
Variabel i atau vi - ui adalah spesifik error term dari yj* tidak diamati karena kesalahan-kesalahan acak,
observasi ke-i. Variabel acak v i berguna untuk vi dan vj tidak dapat diamati.
menghitung ukuran kesalahan dan faktor-faktor di luar
kontrol petani (eksternal) atau faktor-faktor yang tidak
pasti seperti iklim, cuaca, serangan hama dan penyakit
tanaman, pemogokan (dalam kasus perusahaan) (Coelli,
et al., 1998) yang juga disebut gangguan statistik
(statistical noise) di dalam nilai variabel output ber-
sama dengan pengaruh-pengaruh yang dikombinasi-
kan dari variabel input yang tidak dispesifikasi dalam
fungsi produksi. Kesalahan pengukuran dan pemo-
delan juga termasuk dalam variabel vi. Sedangkan
variabel ui disebut one side disturbance yang ber-
fungsi untuk menangkap efek inefisiensi. Variabel ui
merupakan variabel non negatif dan diasumsikan Gambar 2. Fungsi Produksi Stochastic Frontier
terdistribusi secara bebas. Komponen galat (error) Sumber: Coeli, et al. (1998)
yang sifatnya internal dapat dikendalikan petani dan
lazimnya berkaitan dengan kapasitas manajerial petani Pendugaan Maximum Likelihood (MLE) pada
dalam mengelola usahataninya dicerminkan oleh ui. model stochastic frontier dilakukan melalui proses
Komponen ini sebarannya simetris (one sided) yakni dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode ordi-
ui  0. Jika proses produksi berlangsung efisien (sem- nary least square (OLS) untuk menduga parameter
purna) maka output yang dihasilkan berimpit dengan teknologi dan input-input produksi (j) dan tahap
potensi maksimalnya berarti ui = 0. Sebaliknya jika ui kedua menggunakan metode MLE untuk menduga
< 0 berarti berada di bawah potensi maksimalnya. keseluruhan parameter faktor produksi (j), intersep
Distribusi menyebar setengah normal (ui ~|N(0, u2|) (0), dan varians dari kedua komponen kesalahan vi
dan menggunakan metode pendugaan kemungkinan dan ui (v2 dan u2).
maksimum (maximum likelihood).

178 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Pengaruh Kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) terhadap Efisiensi Petani Kentang

METODE kerja luar keluarga (HKSP); X6: insektisida (l); X7:


fungisida (kg); 0; intersep; i: petani responden ke-i;
Lokasi, Waktu, Data dan Sampel Penelitian
dan  parameter yang diestimasi; vi -ui: efek inefisiensi
Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu teknis dalam model. Tanda dan besaran parameter
Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung dengan yang diharapkan: i > 0.
pertimbangan sebagai sentra produksi kentang pada
tahun 2009 dengan share sebesar 71.62 persen (Ba- Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis
dan Pusat Statistik 2010c). Pengambilan data di lokasi
telah dilakukan pada September–Oktober 2011 dengan Metode inefisiensi teknis yang digunakan dalam
metode survei. penelitian ini mengacu kepada model pengaruh in-
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan efisiensi teknis yang dikembangkan oleh Coelli, et al.
menggunakan kuesioner dan data sekunder diperoleh (1998). Untuk menduga nilai parameter yang mempe-
dari instansi terkait dan pustaka yang relevan dengan ngaruhi inefisiensi teknis adalah:
penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini adalah
petani kentang yang bermitra dengan PT IFM yang ui = 0i + 1Z1i +  2D1i + 3D2i.....................................................(5)
membudidayakan kentang varietas Atlantik G5 dan
petani yang tidak bermitra yang membudidayakan di mana: : Efek inefisiensi teknis yang secara oto-
kentang varietas Granola G5. Jumlah populasi petani matis diperoleh dari program FRONTIER 4.1; Z1 :
kentang adalah 800 petani dengan rincian petani yang Lama menjadi anggota kelompoktani (tahun); D1 :
bermitra sebanyak 320 orang dan yang tidak bermitra dummy kemitraan dalam usahatani kentang dengan
sebanyak 480 orang. Metode pengambilan contoh dila- PT IFM; dan D2: dummy pelatihan budidaya kentang.
kukan dengan cara stratifikasi (proportionate stratified Tanda dan besaran parameter yang diharapkan: 1,
random sampling) berdasarkan luas lahan. Strata I, 2, 3 < 0
II, dan III adalah petani yang luas lahannya masing-
masing dd 0.25 ha; 0.25 > sampai dengan 0.5 ha; dan Analisis Efisiensi Alokatif, Ekonomi, Inefisiensi
> 0.5 ha. Sampel diambil 10 persen dari jumlah popu- Alokatif dan Inefisiensi Ekonomi
lasi tiap strata sehingga jumlah sampel adalah 80 orang Efisiensi Ekonomi (EE) dihitung dengan menggu-
(Tabel 1). nakan fungsi biaya dual yang diturunkan dari fungsi
Tabel 1. Sebaran Sampel Penelitian

Strata Petani Bermitra Petani Tidak Bermitra


Populasi Sampel Populasi Sampel
I 160 16 150 15
II 100 10 120 12
III 60 6 210 21
Jumlah 320 32 480 48

Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier produksi stochastic frontier menurut petunjuk Taylor,
Tahap awal dari pembentukan model adalah et al. (1986):
penentuan variabel penelitian. Dengan memasukkan C Y , P   kP1 1 P2 1...Pn 1Y r ...................................(6)
7 variabel bebas ke dalam persamaan (4) maka secara di mana:
matematis model persamaan penduga fungsi produksi
j= rj
stochastic fontier adalah:
lnYi = ln0i + 1ilnX1i + 2ilnX2i + 3ilnX3i + 4ilnX4i + 1
5ilnX5i + 6ilnX6i + 7ilnX7i + (vi - ui)…...(4)
r n

di mana: Y: produksi kentang (kg); X1: lahan yang  j


j 1
ditanami kentang (ha); X2 : bibit kentang (kg); X3 :
pupuk kandang (kg); X4: pupuk kimia (kg); X5: tenaga

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 179


Micha Snoverson Ratu Rihi, Sri Hartoyo, Anna Faryanti

1 menurut jenis kemitraan. Persentase biaya yang dapat


k
r
 
0 j  j j 
r
dihemat petani kentang jika mereka ingin mencapai
efisiensi tertinggi adalah sebesar 1-(efisiensi rata-rata/
1 efisiensi tertinggi) x 100 persen.
r
   
 0 1 1  2 2 ... n n  r

HASIL DAN PEMBAHASAN


C Aktuali   nj 1 Pji X ji ...................................(7)
Faktor-Faktor Produksi dan Penduga
Sehingga Inefisiensi Teknis
C (Y , P )
EE  .......... .......... .......... .....(8)
C Aktual Tabel 2 menunjukkan nilai gamma () sebesar
 r
0.99 dan signifikan pada  = 0.01 yang menyatakan
kPX 1i PX 2 2 ...PX j j Y j secara tidak langsung bahwa 99 persen variasi output
EEi  n
...................................(9)
 Pji X ji petani kentang di Kecamatan Pangalengan disebab-
j 1 kan perbedaan efisiensi-efisiensi teknis antara para
petani dan sisanya disebabkan oleh efek-efek stoc-
EEi hastic seperti pengaruh iklim, cuaca, serangan hama
EAi 
ETi ………………….........................(10) dan penyakit dan kesalahan pemodelan. Nilai gamma
dengan 0  ET ed 1; 0  AE  1; dan 0  EE ed 1 () dalam penelitian ini konsisten dengan apa yang
ditemukan Sinaga (2011) pada petani kentang di
Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara
Keterangan:
sebesar 0.99. Tetapi nilai gamma () dalam penelitian
C: biaya frontier (Rp), Y: produksi kentang (kg), P:
ini lebih besar daripada gamma () yang ditemukan
rata-rata harga input dari petani secara keseluruhan
oleh Bakhsh, et al. (2006) pada petani kentang di
(Rp/unit), Pj: harga masing-masing input yang dibeli
Punjab, Pakistan sebesar 0.80; Abedullah, et al. (2006)
tiap petani (Rp/unit), Xj: input ke-j, Caktual: biaya tunai
pada petani kentang di Okara dan Kasur, Pakistan
usahatani; i: petani ke-i, EE, ET, EA: efisiensi ekonomi,
sebesar 0.82; Hossain, et. al. (2008) pada petani ken-
efisiensi teknis, efisiensi alokatif.
tang di beberapa wilayah terpilih di Bangladesh
sebesar 0.97; Nyagaka, et al. (2010) pada petani ken-
Inefisiensi alokatif (IA) dan inefisiensi ekonomi (IE)
tang di Nyandarua, Wilayah Utara Kenya sebesar
dihitung dengan rumus:
0.85; Maganga (2012) pada petani kentang biasa di
IA = 1-EA dan IE = 1-EE sesuai dengan petunjuk
Dedza, Malawi Tengah sebesar 0.83; Alam, et al.
Nahraeni (2012)
(2012) pada petani kentang di Gilgit-Baltistan, Pakis-
tan sebesar 0.79. Untuk kajian di Indonesia, nilai
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempe-
gamma () dalam penelitian ini juga lebih besar dari
ngaruhi inefisiensi alokatif dan inefisiensi ekonomi,
apa yang ditemukan oleh Tanjung (2003) pada petani
faktor-faktor penduga inefisiensi teknis juga diregresi-
kentang di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat
kan terhadap nilai IA dan IE. Dengan demikian,
sebesar 0.98; dan Nahraeni (2012) pada petani ken-
IA =  0 +  1Z1+  2D1+  3D2+ ....................(11)
1) tang di Provinsi Jawa Barat sebesar 0.75. Hal ini
Tanda dan besaran parameter yang diharapkan:  1, menunjukkan variasi produksi kentang di Kecamatan
 2,  3 < 0 Pangalengan yang disebabkan oleh pengaruh inefi-
siensi teknis adalah yang paling besar dari variasi pro-
IE = 0 + 1Z1+ 2D1+ 3D2+ ………............(12) duksi kentang dimanapun dengan penyebab yang sama
Tanda dan besaran parameter yang diharapkan: 1, kecuali variasi produksi kentang di Kabupaten Simalungun
2, 3 < 0 seperti yang ditemukan oleh Sinaga (2012).
Ln Y = 5.54 + 0.34LnX1 + 0.33LnX2 + 0.11LnX3 +
Efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi tidak saja 0.08LnX4 + 0.03LnX5 + 0.02LnX6 + 0.04LnX7
dibahas secara agregat tetapi juga dibahas terpisah

180 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Pengaruh Kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) terhadap Efisiensi Petani Kentang

Uji t dengan metode MLE menunjukkan dari tujuh nilai koefisien total adalah 0.95. Ini berarti, skala pro-
variabel yang dimasukkan dalam persamaan fungsi duksi usahatani kentang di Kecamatan Pangalengan
produksi stochastic frontier hanya tiga variabel yang berada pada decreasing return to scale (DRS) kare-
berpengaruh signifikan terhadap produksi kentang. na koefisien bertanda positif tetapi besarannya lebih
Hal ini terjadi karena adanya tambahan pengaruh dari kecil dari satu. Dengan kata lain, jika penggunaan
faktor-faktor penduga inefisiensi teknis. Tiga variabel masing-masing faktor produksi mengalami pening-
itu adalah lahan, bibit, dan pupuk kandang. Sedangkan katan sebesar satu persen secara proporsional, pro-
empat variabel input lainnya tidak memberi pengaruh duksi kentang akan meningkat kurang dari satu persen
yang signifikan sampai dengan taraf  = 0.2 walaupun atau 0.95%.
tanda koefisiennya tetap positif. Variabel-variabel itu Dari 3 variabel yang dimasukkan sebagai pen-
adalah pupuk kimia, tenaga kerja luar keluarga, insek- duga inefisiensi teknis, hanya satu variabel yang ber-
tisida, dan fungisida. Koefisien variabel lahan, bibit pengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis bahkan
dan pupuk kandang adalah positif dan signifikan masing- tanda koefisiennya positif (tidak sesuai harapan).
masing pada  =0.01; 0.01; dan 0.05. Hal ini menun- Variabel itu adalah dummy kemitraan dalam usahatani
jukkan bahwa ketiga input ini mempunyai peranan kentang. Ini berarti melalui kemitraan yang terjadi
yang besar dalam produksi kentang. Elastisitas lahan antara petani kentang di Kecamatan Pangalengan
adalah yang terbesar dibandingkan dengan elastisitas dengan PT IFM ternyata meningkatkan inefisiensi
semua variabel yang dimasukkan dalam model meng- teknis sebesar 0.47%. Hal ini diduga terjadi karena
indikasikan bahwa kontribusi dalam total faktor pro- beberapa faktor. Pertama, perbedaan adaptasi antara
duktivitas adalah dominan. Jika terjadi perubahan luas bibit kentang yang ditanam oleh petani. Semua petani
lahan atau perubahan jumlah bibit kentang yang digu- yang bermitra dengan PT IFM menanam kentang
nakan atau perubahan jumlah pupuk kandang masing- Atlantik G5 sedangkan petani yang tidak bermitra me-
masing sebesar satu persen, produksi kentang akan nanam kentang Granola G5. Kentang Granola sudah
mengalami perubahan masing-masing sebesar 0.34; lama dibudidayakan di Indonesia bahkan penangkaran
0.33; dan 0.11% sesuai dengan tanda koefisien bibitnya dilakukan di lokasi penelitian sehingga sudah
masing-masing variabel. lebih adaptif dengan kondisi lingkungan dan habitatnya

Tabel 2. Pendugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier dengan Menggunakan Metode MLE dan Faktor-Faktor
Penduga Inefisiensi Teknis
Metode MLE
Variabel
Koefisien Standar Error t Hit
a
Konstanta (b0) 5.54 1.08 5.12
a
Lahan (b1 ) 0.34 0.13 2.60
Bibit (b2 ) 0.33a 0.11 2.96
b
Pupuk Kandang (b3 ) 0.11 0.06 2.06
Pupuk Kimia Padat (b4 ) 0.08 0.07 1.23
Tenaga Kerja Luar Keluarga (b5) 0.03 0.03 0.97
Insektisida (b6) 0.02 0.03 0.66
Fungisida (b7) 0.04 0.03 1.19
Konstanta (δ0) 0.12 0.25 0.50
Lama Menjadi Anggota Kelompoktani (δ1 ) -0.01 0.01 -0.44
Dummy Kemitraan dalam usahatani (δ 2 ) 0.47a 0.17 2.78
Dummy Pelatihan Budidaya Kentang (δ 3 ) -0.13 0.13 -0.98
Sigma sguared (σ 2) = σ2 v+ σ2u 0.11a 0.04 2.71
Gamma (γ) = σ2v /σ2v+ σ 2u 0.99a 0.04 25.58
Keterangan: a dan b signifikan pada  = 0.01 dan 0.05

Penjumlahan nilai elastisitas atau koefisien dari sedangkan kentang Atlantik adalah bibit impor yang
tujuh variabel input dengan metode MLE menunjukkan membutuhkan penyesuaian atau adaptasi yang relatif

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 181


Micha Snoverson Ratu Rihi, Sri Hartoyo, Anna Faryanti

lebih lama dengan lingkungannya yang baru. Tanaman kg atau Rp2 101 169 220. Hasil penelitian Abedullah
yang lebih adaptif biasanya lebih tahan terhadap et al. (2006) di Okara dan Kasur, Pakistan menyata-
serangan hama dan penyakit tanaman. Hal ini terbukti kan bahwa dengan memperbaiki efisiensi teknis dari
dari. dosis rata-rata insektisida dan fungisida yang 84% sampai 100%, rata-rata produksi kentang akan
digunakan oleh petani yang bermitra masing-masing meningkat dari 8.33 ton per acre menjadi 9.92 ton
lebih tinggi 12.71% dan 56.64% daripada dosis rata- per acre dengan sumberdaya yang ada. Selain itu,
rata insektisida dan fungisida yang digunakan oleh total luas lahan yang ditanami dengan kentang adalah
petani yang tidak bermitra. Kedua, kerusakan bibit 226 600 acre dan perbaikan dalam efisiensi teknis
yang relatif tinggi. Persentase kerusakan dapat berki- menjadi 100% akan meningkatkan produksi kentang
sar antara 5 sampai dengan 20%. Kurangnya bibit dari 1 887 578 ton sampai 2 247 872 ton per tahun.
akan mengurangi populasi kentang di lahan sehingga Tambahan produksi 360 294 ton kentang tersebut
akan menurunkan produksi. Hal ini terbukti dari pro- akan meningkatkan penerimaan 990.81 juta Rupee
duktivitas rata-rata kentang petani yang bermitra Pakistan atau US$ 16.51 juta setiap tahun.
adalah 16.24 ton/ha dan produktivitas petani kentang Menurut Abedullah, et al. (2006) suatu usahatani
yang tidak bermitra adalah 20.01 ton/ha dan perbe- sudah dikatakan efisien jika memiliki tingkat efisiensi
daan ini siginifikan secara statistik pada  =0.01. sebesar 0.7. Dengan demikian, rata-rata petani ken-
Dengan kata lain, rata-rata produktivitas kentang tang di Kecamatan Pangalengan sudah efisien secara
Atlantik lebih rendah 18.84% daripada rata-rata teknis tetapi jika dibahas menurut sebaran efisiensi,
produktivitas kentang Granola. Hasil penelitian ini tidak semua petani kentang sudah efisien. Tabel 3
berbeda penelitian Bravo-Ureta dan Pinheiro (1997) menunjukkan 41 orang petani atau 51.25 persen petani
yang menyatakan kemitraan antara petani di Republik kentang Kecamatan Pangalengan belum efisien seca-
Dominika dengan perusahaan pertanian dapat mengu- ra teknis dan hanya 39 orang atau 48.75% petani yang
rangi inefisiensi teknis walaupun tidak signifikan. sudah memiliki tingkat efisiensi teknis di atas 0.7 atau
dikatakan sudah efisien. Hanya 15% (12 orang) petani
Efisiensi Teknis, Alokatif, dan Ekonomi yang yang beroperasi di atas 90% efisiensi teknis. Ini
Tabel 3 menunjukkan tingkat efisiensi teknis menyatakan secara tidak langsung bahwa sejumlah
petani responden berkisar antara 0.30–0.98 dengan besar petani responden (85%) menghadapi masalah
rata-rata sebesar 0.71. Dengan kata lain, tingkat efi- serius dalam hal inefisiensi teknis. Hasil penelitian
siensi teknis terendah dan tertinggi adalah masing- Bakhsh, et al. (2006) menunjukkan efisiensi teknis
masing 30% dan 98% dengan rata-rata sebesar 71%. petani kentang di Pakistan berkisar dari 0.55 sampai
Ini berarti pada tingkat input dan teknologi yang ada, 0.99 dengan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 0.76.
output atau produksi rata-rata kentang dapat diting- Selain itu 63% petani beroperasi di atas tingkat efi-
katkan sebesar 27%. Dengan memperbaiki atau siensi teknis 70%. Hal ini berarti bahwa 37% petani
meningkatkan efisiensi teknis dari 71% menjadi 98% kentang beroperasi di bawah tingkat efisiensi teknis
(efisiensi teknis tertinggi yang dicapai oleh petani sam- 70% dan hanya 16% petani kentang yang beroperasi
pel), rata-rata produktivitas kentang petani responden di atas 90% tingkat efisiensi teknis. Ini menyatakan
dapat ditingkatkan dari 18.93 ton/ha menjadi 18.93 + secara tidak langsung bahwa sejumlah besar petani
responden (84 persen) menghadapi masalah serius
[(0.27/0.71)(18.93)] atau 26.13 ton/ha pada tingkat
input dan teknologi yang ada. Luas total lahan kentang dalam inefisiensi teknis.
petani responden adalah 55.47 ha. Melalui peningkatan Rata-rata efisiensi teknis petani responden dalam
penelitian ini lebih kecil daripada rata-rata efisiensi
efisiensi teknis sampai 98% akan meningkatkan
produksi kentang dari (18.93 ton/ha x 55.47 ha) atau teknis yang ditemukan oleh Bogale dan Bogale (2005)
untuk petani kentang dalam skema irigasi tradisional
1 050.12 ton menjadi (26.13 ton/ha x 55.47 ha) atau 1
449.43 ton. Rata-rata harga kentang dari petani res- (0.77) di Wilayah Awi, Ethiopia; Abedullah, et al.
ponden saat penelitian adalah Rp5 262/kg. Tambahan (2006) untuk petani kentang (0.84) di Okara dan Ka-
sur, Pakistan; Maganga (2012) untuk petani kentang
produksi 399.31 ton atau 399 310 kg ini akan mening-
katkan penerimaan sebesar 399 310 kg kg x Rp5 262/ (0.83) di Dedza, Malawi Tengah; Hossain, et al. (2008)

182 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Pengaruh Kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) terhadap Efisiensi Petani Kentang

Tabel 3. Sebaran Tingkat Efisiensi Teknis, Ekonomi, dan Alokatif

Efisiensi Teknis Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomi


Indeks Efisiensi
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
0.00-0.20 0 0.00 0 0.00 3 3.75
0.21-0.30 1 1.25 1 1.25 20 25.00
0.31-0.40 3 3.75 6 7.50 32 40.00
0.41-0.50 4 5.00 27 52.50 18 22.50
0.51-0.60 13 16.25 39 33.75 7 8.75
0.61-0.70 20 25.00 6 7.50 0 0.00
0.71-0.80 9 11.25 1 1.25 0 0.00
0.81-0.90 18 22.50 0 0.00 0 0.00
0.91-1.00 12 15.00 0 0.00 0 0.00
Total 80 100.00 80 100.00 80 100.00
Min 0.30 0.29 0.15
Max 0.98 0.79 0.58
Rataan 0.71 0.51 0.36

untuk petani kentang (0.75) di Bangladesh; dan Alam mencapai tingkat efisiensi alokatif tertinggi, mereka
et al. (2012) untuk petani kentang (0.81) di Gilgit- harus menghemat biaya sebesar 1- (0.51/0.79) atau
Baltistan, Pakistan. Akan tetapi rata-rata efisiensi 35% atau Rp20 124 693.12/ha sehingga rata-rata
teknis petani responden lebih besar daripada yang biaya yang diperlukan hanya sebesar Rp37 374
ditemukan oleh Nyagaka, et al. (2010) untuk petani 430.07/ha. Hasil penelitian Obare, et al. (2010)
kentang (0.67) di Nyandarua Wilayah Utara, Kenya. menyatakan bahwa efisiensi alokatif petani kentang
Untuk kajian yang dilakukan di Indonesia, rata-rata di Nyandarua, Wilayah Utara Kenya berkisar antara
tingkat efisiensi teknis petani kentang dalam penelitian 0.40–0.86 dengan rata-rata 0.57 sehingga jika petani
ini lebih kecil daripada yang ditemukan oleh Tanjung ingin mencapai efisiensi alokatif tertinggi, mereka da-
(2003) untuk tanaman kentang (0.76) di Kabupaten pat mengurangi biaya usahatani sebesar 34%. Tingkat
Solok, Provinsi Sumatera Barat; Nahraeni (2012) efisiensi alokatif petani kentang dalam penelitian ini
untuk petani kentang (0.84) di Provinsi Jawa Barat; lebih rendah dari efisiensi alokatif petani kentang biasa
akan tetapi dan lebih besar daripada yang ditemukan di Nyandarua, Kenya yang ditemukan oleh Obare, et
Sinaga (2011) untuk tanaman kentang (0.41) di Kabu- al. (2010) sebesar 0.57; petani kentang di Kabupaten
paten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Solok Sumatera Barat yang ditemukan oleh Tanjung
Rata-rata biaya tunai usahatani kentang di Keca- (2003) sebesar 0.60. Tetapi efisiensi alokatif petani
matan Pangalengan adalah Rp57 499 123.19/ha. kentang dalam penelitian ini lebih tinggi dari efisiensi
Ditinjau dari aspek penghematan biaya usahatani, jika alokatif petani kentang di Provinsi Jawa Barat yang
rata-rata petani sampel ingin mencapai efisiensi teknis ditemukan oleh Nahraeni (2012) sebesar 0.47.
tertinggi, mereka dapat menghemat biaya sebesar (1- Efek gabungan dari efisiensi teknis dan alokatif
(0.71/0.98)x100) atau 28% atau Rp16 099 754.49/ha adalah efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi petani
sehingga rata-rata biaya yang diperlukan hanya sebe- kentang di Kecamatan Pangalengan berkisar antara
sar Rp41 399 368.70. Hasil penelitian Ogundari dan 0.15–0.58 dengan rata-rata sebesar 0.36. Hal ini ber-
Ojo (2007) menyatakan efisiensi teknis petani ubi kayu arti jika rata-rata petani berkeinginan untuk mencapai
di Osun State, Nigeria berkisar antara 0.67 sampai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi, mereka harus
dengan 0.98 dengan rata-rata sebesar 0.90. Hal ini menghemat biaya sebesar (1- (0.36/0.58)) atau 38%
berarti jika rata-rata petani sampel ingin mencapai atau Rp 21 849 666.81/ha sehingga rata-rata biaya
efisiensi teknis tertinggi, mereka dapat menghemat yang diperlukan hanya sebesar Rp35 649 456.38/ha.
biaya sebesar 8%. Hasil penelitian Adhiana (2005) menyatakan bahwa
Tingkat efisiensi alokatif petani responden berki- efisiensi ekonomi petani lidah buaya di Kabupaten
sar antara 0.29–0.79 dengan rata-rata sebesar 0.51. Bogor, Provinsi Jawa Barat berkisar antara 0.18-0.83
Hal ini berarti jika rata-rata petani berkeinginan untuk dengan rata-rata 0.55 sehingga jika petani ingin

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 183


Micha Snoverson Ratu Rihi, Sri Hartoyo, Anna Faryanti

mencapai efisiensi ekonomi tertinggi, mereka dapat Bravo-Ureta dan Pinheiro (1997) yang menyatakan
mengurangi biaya usahatani sebesar 34%. Tingkat bahwa kemitraan dengan perusahaan pertanian yang
efisiensi ekonomi petani kentang dalam penelitian ini dilakukan oleh petani skala usahatani kecil di Dajabon,
lebih rendah dari efisiensi ekonomi petani kentang di Republik Dominika menurunkan inefisiensi alokatif
Provinsi Sumatera Barat yang ditemukan oleh Tanjung secara signifikan pada  = 0.01. Glover (1984) me-
(2003) sebesar 0.44 dan efisiensi ekonomi petani nyatakan bahwa kemitraan atau kontrak pertanian
kentang di Provinsi Jawa Barat yang ditemukan oleh dapat sangat bernilai bagi usahatani skala kecil karena
Nahraeni (2012) sebesar 0.38. Hal ini menunjukkan dapat memfasilitasi akses ke pasar dan meningkatkan
bahwa rata-rata petani kentang di Kecamatan Panga- pendapatan dan tenaga kerja para petani. Koefisien
langan belum efisien secara alokatif sehingga faktor- variabel dummy pelatihan usahatani kentang berpenga-
faktor penentu inefisiensi perlu mendapat perhatian. ruh mengurangi inefisiensi alokatif petani kentang
secara signifikan pada  = 0.01. Hal ini terjadi karena
Faktor-Faktor Penduga Inefisiensi Alokatif dan petani yang pernah mendapat pelatihan budidaya ken-
Inefisiensi Ekonomi tang lebih tahu dan mampu meminimisasi rasio biaya
dari input dalam usahatani kentang jika terjadi peru-
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa koe-
bahan harga input.
fisien lama menjadi anggota kelompok tani berpenga-
Koefisien variabel lama menjadi anggota kelom-
ruh mengurangi inefisiensi alokatif petani kentang
pok tani berpengaruh mengurangi inefisiensi ekonomi
secara signifikan pada  = 0.1. Hasil penelitian ini
petani kentang secara signifikan pada  = 0.2. Hasil
sesuai dengan penemuan Obare, et al. (2010) yang
penelitian ini sesuai dengan apa yang ditemukan oleh
menyatakan bahwa keanggotaan petani dalam kelom-
Nahraeni (2012) yang menyatakan keanggotaan peta-
pok tani dapat mengurangi inefisiensi alokatif petani
ni kentang di Provinsi Jawa Barat dalam kelompok
kentang di Nyandarua, wilayah Utara Kenya secara
tani dapat mengurangi inefisiensi ekonomi walaupun
signifikan pada  = 0.01. Petani yang tergabung dalam
tidak signifikan. Koefisien variabel dummy kemitraan
kelompoktani akan memiliki akses yang lebih baik
dalam usahatani dengan PT IFM berpengaruh me-
kepada informasi seperti informasi teknologi, informasi
ningkatkan inefisiensi ekonomi petani kentang secara
pasar, dan program-program pemerintah sehingga
signifikan pada  = 0.1. Hal ini terjadi karena inefi-
melalui informasi teknologi dan informasi pasar yang
siensi teknis lebih dominan pengaruhnya daripada
diketahuinya dapat membantunya mengoptimalkan
inefisiensi alokatif dalam mempengaruhi inefisiensi
pengalokasian sumberdaya lebih efisien. Koefisien
ekonomi (efisiensi total) petani kentang. Koefisien
variabel dummy kemitraan dalam usahatani berpenga-
variabel dummy pelatihan budidaya kentang berpe-
ruh mengurangi inefisiensi alokatif petani kentang
ngaruh meningkatkan inefisiensi ekonomi petani ken-
secara signifikan pada  = 0.01. Hal ini berarti petani
tang secara signifikan pada  = 0.01. Ini berarti pela-
kentang yang bermitra lebih mampu meminimisasi
tihan budidaya kentang dapat membantu petani meng-
rasio biaya dari input untuk mencapai keuntungan
alokasikan input dan biaya usahatani lebih efisien.
maksimal karena harga jual telah diketahui lebih
dahulu. Hasil penelitian ini sesuai dengan penemuan

Tabel 4. Faktor-Faktor Penduga Inefisiensi Alokatif dan Ekonomi


Inefisiensi Alokatif Inefisiensi Ekonomi
Variabel
Koefisien P Koefisien P
Konstanta (θ0 ) 0.55 0.00 0.67 0.00
c d
Lama menjad i anggota kelo mpoktani (θ1 atau α1 ) -0.00 0.10 -0.00 0.10
Dummy kemitraan dalam usahatani (θ2 atau α2) -0.06a 0.00 0.05b 0.03
a a
Dummy pelatihan budidaya kentang (θ3 atau α3) -0.05 0.01 -0.06 0.01
Keterangan: a, b, c, dan d masing-masing signifikan pada  = 0.01; 0.05; 0.1; dan 0.2

184 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Pengaruh Kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) terhadap Efisiensi Petani Kentang

Efisiensi Petani Kentang berdasarkan Kemitraan efisiensi teknis terendah dan tertinggi petani kentang
yang tidak bermitra dengan PT IFM adalah masing-
Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat efisiensi tek-
masing 0.48 dan 0.98 dengan rata-rata sebesar 0.78.
nis, alokatif dan ekonomi petani kentang yang bermitra
Dengan kata lain, efisiensi teknis tertinggi dan teren-
dengan PT IFM lebih rendah daripada tingkat efisiensi
dah petani kentang yang tidak bermitra adalah masing-
teknis, alokatif, dan ekonomi petani kentang yang tidak
masing 48% dan 98% dengan rata-rata sebesar 78%.
bermitra dan perbedaan ini masing-masing signifikan
Ini berarti pada tingkat input dan teknologi yang ada,
pada  = 0.01; 0.01; dan 0.2. Tingkat efisiensi teknis
rata-rata petani yang tidak bermitra dapat meningkat-
terendah dan tertinggi petani kentang yang bermitra
kan output atau produksi kentang sebesar (98–78%)
dengan PT IFM adalah masing-masing 0.30 dan 0.97
atau 20%. Rata-rata produktivitas kentang petani yang
dengan rata-rata sebesar 0.62. Dengan kata lain, efi-
tidak bermitra adalah 20.01 ton/ha. Dengan memper-
siensi teknis tertinggi dan terendah petani kentang yang
baiki atau meningkatkan efisiensi teknis dari 78% ke
bermitra adalah masing-masing 30% dan 97 persen
98%, rata-rata produksi kentang petani yang tidak
dengan rata-rata sebesar 62%. Rata-rata produkti-
bermitra akan meningkat dari 20.01 ton/ha menjadi
vitas kentang petani yang bermitra adalah 16.24 ton/
20.01 + ((0.20/0.78)(20.01)) atau 25.14 ton/ha dengan
ha. Dengan memperbaiki atau meningkatkan efisiensi
menggunakan sumberdaya dan teknologi yang ada.
teknis dari 62% ke 97%, rata-rata produksi kentang
petani yang bermitra akan meningkat dari 16.24 ton/ Luas total lahan kentang petani responden yang ber-
ha menjadi 16.24 + ((0.35/0.62)(16.24)) atau 25.41 mitra adalah 39.56 ha. Melalui peningkatan efisiensi
ton/ha dengan menggunakan sumberdaya dan tekno- teknis sampai 98% akan meningkatkan produksi ken-
logi yang ada. Luas total lahan kentang petani respon- tang dari (20.01 ton/ha x 39.56 ha) atau 791.60 ton
den yang bermitra adalah 15.91 ha. Melalui pening- menjadi (25.14 ton/ha x 39.56 ha) atau 994.54 ton.
katan efisiensi teknis sampai 97% petani yang bermit- Rata-rata harga kentang petani tidak bermitra adalah
ra akan meningkatkan produksi kentang dari (16.24 Rp5 397/kg. Tambahan produksi 202.94 ton atau 202
ton/ha x 15.91 ha) atau 258.38 ton menjadi (25.41 940 kg ini akan meningkatkan penerimaan sebesar
ton/ha x 15.91 ha) atau 404.27 ton. Rata-rata harga 202 840 kg x Rp5 397/kg atau Rp1 095 267 180.
kentang petani bermitra adalah Rp4 851/kg. Tam- Rata-rata biaya tunai usahatani kentang petani
bahan produksi 145.89 ton atau 145 890 kg ini akan yang bermitra dan petani yang tidak bermitra adalah
meningkatkan penerimaan sebesar 145 850 kg x Rp4 masing-masing sebesar Rp52 415 092.84/ha dan Rp59
851/kg atau Rp707 712 390. Sedangkan tingkat 543 762.42/ha. Ditinjau dari aspek penghematan biaya

Tabel 5. Tingkat Efisiensi Petani Kentang Berdasarkan Kemitraan


Efisiensi Teknis Petani Efisiensi Alokatif Petani Efisiensi Ekonomi Petani
Indeks Tidak Tidak Petani. Tidak
Bermitra Bermitra
Efisiensi Bermitra Bermitra Bermitra Bermitra
Σ (%) Σ (%) Σ (%) Σ (%) Σ (%) Σ (%)
0.00-0.20 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 3 9.37 0 0.00
0.21-0.30 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 2.08 8 25.00 12 25.00
0.31-0.40 4 12.50 0 0.00 0 0.00 6 12.50 12 37.50 20 41.66
0.41-0.50 3 9.38 1 2.08 5 15.12 22 45.83 7 21.88 11 22.92
0.51-0.60 7 21.88 6 12.50 22 68.75 17 35.42 2 6.25 5 10.42
0.61-0.70 9 28.12 11 22.92 4 0.00 2 4.17 0 0.00 0 0.00
0.71-0.80 3 9.38 6 12.50 1 3.13 0 0.00 0 0.00 0 0.00
0.81-0.90 5 15.62 13 27.08 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
0.91-1.00 1 3.12 11 22.92 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
Total 32 100.00 48 100.00 32 100.00 48 100.00 32 100.00 48 100.00
Min 0.30 0.48 0.46 0.29 0.15 0.23
Max 0.97 0.98 0.79 0.67 0.55 0.58
Rataan 0.62 a 0.78 0.55 a 0.48 0.34 d 0.37
Keterangan: a dan d signifikan pada  = 0.01 dan 0.2

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 185


Micha Snoverson Ratu Rihi, Sri Hartoyo, Anna Faryanti

usahatani, jika rata-rata petani yang bermitra ingin Untuk mencapai efisiensi teknis, alokatif, dan
mencapai efisiensi teknis tertinggi, mereka dapat ekonomi tertinggi, petani dapat menghemat biaya
menghemat biaya sebesar (1-(0.62/0.97) x 100) atau masing-masing sebesar 28%, 35% dan 38%.
36% atau Rp18 869 433.42/ha dan petani yang tidak Rata-rata efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi
bermitra dapat menghemat biaya sebesar (1-(0.78/ petani kentang yang bermitra dengan PT IFM lebih
0.98) x100) 20% atau Rp11 908 752.48/ha. rendah daripada rata-rata efisiensi teknis, alokatif, dan
Berdasarkan kemitraan, jika rata-rata petani ken- ekonomi petani yang tidak bermitra dan perbedaaan
tang yang bermitra dan petani yang tidak bermitra ini signifikan secara statistik.
dengan PT IFM ingin mencapai efisiensi alokatif ter-
tinggi, mereka harus menghemat biaya masing-masing Saran dan Implikasi Kebijakan
sebesar (1- (0.55/0.79)) atau 30% dan (1- (0.48/0.67))
PT IFM perlu melakukan penangkaran bibit
atau 28%. Hal ini berarti jika rata-rata petani kentang
kentang Atlantik di wilayah setempat sebelum bibit
yang bermitra dan yang tidak bermitra ingin mencapai
diberikan kepada petani agar tanaman kentang Atlantik
tingkat efisiensi alokatif tertinggi, mereka harus meng-
lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan sehingga
hemat biaya masing-masing sebesar 30% atau Rp15
produktivitasnya meningkat.
724 527.85/ha dan 28% atau Rp16 672 253.48/ha
Para petani perlu yang belum menjadi anggota
sehingga biaya yang dibutuhkan hanya sebesar Rp36 kelompoktani perlu masuk dalam kelompktani agar
690 564.99/ha dan Rp42 871 508.94/ha. memiliki akses yang lebih baik kepada informasi
Efek gabungan dari efisiensi teknis dan alokatif seperti informasi teknologi, informasi pasar, dan
adalah efisiensi ekonomi. Berdasarkan kemitraan, jika program-program pemerintah sehingga melalui infor-
petani kentang yang bermitra dan petani yang tidak masi teknologi dan informasi pasar yang diketahuinya
bermitra dengan PT IFM ingin mencapai efisiensi dapat membantunya mengoptimalkan pengalokasian
ekonomi tertinggi, mereka harus menghemat biaya sumberdaya lebih efisien.
masing-masing sebesar (1- (0.34/0.55)) atau 38% dan Frekuensi pelatihan pelatihan budidaya kentang
(1- (0.37/0.58)) atau 36%. Hal ini berarti jika rata- perlu ditingkatkan agar petani lebih efisien dalam
rata petani kentang yang bermitra dan yang tidak usahatani.
bermitra ingin mencapai tingkat efisiensi ekonomi
tertinggi, mereka harus menghemat biaya sebesar
DAFTAR RUJUKAN
38% atau Rp19 917 735.28/ha dan 36% atau Rp21
435 754.47/ha sehingga biaya yang dibutuhkan hanya Abedullah, K.B., and Bashir, A. 2006. Technical Efficiency
sebesar Rp32 497 357.56/ha dan Rp38 108 007.95/ and Its Determinants in Potato Production, Evidence
from Punjab, Pakistan. The Lahore Journal of Eco-
ha.
nomics. 11(2):1–22.
Adhiana. 2005. Analisa Efisiensi Ekonomis Usahatani
KESIMPULAN DAN SARAN Lidah Buaya (Aloe vera) di Kabupaten Bogor
Kesimpulan Provinsi Jawa Barat: Pendekatan Stochastic Pro-
duction Frontier. Tesis Magister Sains. Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rata-rata tingkat efisiensi teknis, alokatif dan Aigner, D.J., C.A.K. Lovell, and P. Schmidt. 1977. Formula-
ekonomi petani kentang di Kecamatan Pangalengan tion and Estimation of Stochastic Frontier Produc-
sebesar 0.71; 0.51; dan 0.36. Variabel kemitraan tion Function Models. Journal of Econometrics, 6:21–
dengan PT IFM berpengaruh mengurangi inefisensi 37.
alokatif secara signifikan tetapi meningkatkan in- Alam, A., Hajime, K., Ichizen, M., Akira, I., Esham, M., and
efisiensi teknis dan inefisiensi ekonomi secara signi- Faridullah. 2012. Technical Efficiency and Its Deter-
minants in Potato Production: Evidence from North-
fikan. Variabel lama menjadi anggota kelompoktani
ern Areas in Gilgit-Baltistan Region of Pakistan. In-
dan dummy pelatihan kentang berpengaruh mengu- ternational Journal of Research in Management,
rangi inefisiensi alokatif dan inefisiensi ekonomi petani Economic and Commerce (IJRMEC), 2 (3):1–17.
kentang secara signifikan.

186 JURNAL APLIKASI


Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 12 | NOMOR 2 | JUNI 2014
Pengaruh Kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur (PT IFM) terhadap Efisiensi Petani Kentang

Badan Pusat Statsitik. 2010a. Indonesia dalam Angka. 2010. minants in Irish Potato Production: Evidence from
BPS, Jakarta. Dedza District, Central Malawi. American-Eurasian
_______.2010b. Provinsi Jawa Barat dalam Angka. 2010. Journal Agricultural & Environmental Science, 12
BPS, Bandung. (2):192–197.
_______.2010c. Kabupaten Bandung dalam Angka. 2010. Nahraeni, W. 2012. Efisiensi dan Nilai Keberlanjutan
BPS, Soreang. Usahatani Sayuran Dataran Tinggi di Provinsi Jawa
Bakhsh, K., Bashir Ahmad, and Sarfraz Hassan, 2006. Food Barat. Disertasi Doktor. Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Security Through Increasing Technical Efficiency. Institut Pertanian Bogor.
Asian Journal of Plant Science, 5 (6):970–976. Nyagaka, D.O., Gideon, A., Obare, John, M., Omiti, and
Bogale, T., and Ayalneh, B. 2005. Technical Efficiency of Wilson, N. 2010. Technical Efficiency in Resource Use:
Resource Use in The Production of Irrigated Potato: Evidence from Smallholder Irish Potato Farmers in
A Study of Farmers Using Modern and Traditional Nyandarua North District, Kenya. African Journal of
Irrigation Scheme in Awi Zone, Ethiopia. Journal of Agricultural Research (AJAR) Vol. 5(11):1179–1186.
Agriculture and Rural Development in the Tropics Obare, G.A., Daniel, O., Nyagaka, Wilson, N., and Samuel,
and Subtropics, 106 (1): 59–70. M.M. 2010. Are Kenyan Smallholders Allocatively
Bravo-Ureta, B.E., and Antonio, E.P. 1997. Technical, Eco- Efficient? Evidence from Smallholder Irish Potato Pro-
nomic, and Allocative Efficiency in Peasant Farming: ducers in Nyandarua North District. Journal of De-
Evidence from The Dominican Republic. The Devel- velopment and Agricultural Economics (JDAE), 2
oping Economics, XXXV (1) :48–67. (3):076–085.
Coelli, T., D.S.P. Rao, and G.E. Battese. 1998. An Introduc- Ogundari, K., and S.O. Ojo. 2007. An Examination of Tech-
tion to Efficiency Productivity Analysis. Kluwer Aca- nical, Economic, and Allocative Efficiency of Small
demic Publishers, Massachusetts. Farms: The Case Study of Cassava Farmers in Osun
Doll, J.P., and F. Orazem. 1984. Production Economics State of Nigeria. Bulgarian Journal of Agricultural
(Theory and Applications). New York, USA: John Science 13:185–195.
Wiley & Sons. Sinaga, R. 2011. Analisis Perbedaan Akses Kredit dan
FAO. 2011. Statistic Production. faostat.fao.org. Pengaruhnya terhadap Efisiensi Usahatani Sayur-
Farrell, M.J. 1957. The Measurement of Productive Effi- an: Kasus Tanaman Sayuran Tomat dan Kentang di
ciency. Journal of The Royal Statistical Society, Se- Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Tesis
ries A, CXX (3):253–290. Magister Sains. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut
Glover, D.J. 1984. Contract Farming and Smallholder Pertanian Bogor.
Outgrower Schemes in Less-developed Countries. Tanjung, I. 2003. Efisiensi Teknis dan Ekonomis Petani
World Development 12, nos. 11 (12):1143–57. Kentang di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera
Hossain, M.A., M.K. Hasan, and Q. Naher. 2008. Assess- Barat: Analisis Stochastic Frontier. Tesis Magister
ment of Technical Efficiency of Potato Producers in Sains. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Some Selected Areas of Bangladesh. Journal of Ag- Bogor,
ricultural & Rural Development (JARD) 6 (1&2), Taylor, T.G., H. Evand, D., and Aloisio, T.G. 1986. Agricul-
113–118. tural Credit Programs and Production Efficiency: An
Kumbakhar, S.C., dan C.A.K Lovell. 2000. Stochastic Fron- Analysis of Traditional Farming in Southestern Minas
tier Analysis. London: Cambridge University Press. Gerais, Bazil. American Agricultural Economics As-
Maganga, A.M. 2012. Technical Efficiency and Its Deter- sociation, 110–119.

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693-5241 187

Anda mungkin juga menyukai