Anda di halaman 1dari 6

Interferensi Morfologi

Pada Video Youtube Sujiwo Tejo

BHIAN CAHYA W.R


K1217014 / B

Universitas Sebelas Maret, Surakarta

bhianjavanica@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to describe the morphological interference on Sujiwo Tejo's youtube
video. This type of research is descriptive analysis. The data source of this research
is a youtube video from one of Indonesia's famous artists, Sujiwo Tejo. From
research we can know that interference refers to the deviation in using a language
by entering another language system. The main factors that can cause interference
include the difference between the source language and the target language. The
main focus of this research is morphological interference. Morphological
interference occurs when the formation of words in a language absorbs the affixes
of other languages. Structural deviations that occur between the language contact
between the language being spoken (Indonesian) with other languages under their
control (regional or foreign languages).
Key words

Language, interference, morphology

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan interferensi morfologi pada video
youtube Sujiwo Tejo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis. Sumber data
penelitian ini adalah video youtube dari salah satu seniman terkenal Indonesia yaitu
Sujiwo Tejo. Dari penelitian kita bisa tahu bahwa interferensi mengacu pada
penyimpangan dalam menggunakan suatu bahasa dengan memasukkan sistem
bahasa lain. Faktor utama yang dapat menyebabkan interferensi antara lain
perbedaan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Fokus utama dari penelitian
ini adalah interferensi morfologi. Interferenai morfologi terjadi apabila pembentukan
kata suatu bahasa menyerap afiks-afiks bahasa lain. Penyimpangan struktur itu
terjadi kontak bahasa antar bahasa yang sedang diucapkan (bahasa indonesia)
dengan bahasa lain yang dikuasainya (bahasa daerah atau bahasa asing).
Kata kunci

Bahasa, interferensi, morfologi


PENDAHULUAN
Manusia menggunakan bahasa dalam konteks sosial yang berbeda
memberikan kekayaan informasi mengenai cara bahasa itu bekerja,
bagaimana hubungan sosial orang-orang tersebut dalam sebuah komunitas,
dan cara mereka saling memberi isyarat terhadap aspek-aspek identitas sosial
mereka melalui bahasa yang mereka gunakan. Bahasa merupakan suatu
ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan sesuatu kepada
orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami dan
dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang
diungkapkan. Dalam bahasa, kompetensi merupakan pengetahuan
mendasar tentang sistem bahasa, kaidah, kosakata, seluruh pernak-pernik
bahasa, dan bagaimana menggunakannya secara padu. Dalam kehidupan
sosial masyarakat yang kompleks, terdapat bahasa yang berdeda sehingga
menimbulkan masyarakat memiliki lebih dari satu bahasa. Dalam mengkaji
pemakaian bahasa, perlu dikemukakan pula hal-hal yang terkait lainnya yang
mempengaruhi hasil akhir dari kajian tersebut.
Hal-hal terkait yang dimaksud misalnya adalah tentang sikap bahasa
masyarakat tersebut, kemampuan dan pemakaian bahasanya dalam
kehidupan sehari-hari, di samping situasi kebahasaan secara umum dalam
masyarakat tersebut perlu pula diungkapkan (Saddhono, 2006) Terkhusus kita
sebagai mahasiswa, penggunaan bahasa sangatlah penting. Dengan
menguasai bahasa Indonesia, mereka akan lebih mudah untuk berkomunikasi
baik komunikasi secara lisan maupun tulis, terutama untuk dalam proses
pembelajaran dan menyelesaikan tugas akademik di kampus (Saddhono,
2012). Dari bahasa yang muncul wajar jika kemudian terjadi sebuah
interferensi di dalam sebuah bahasa.
Interferensi adalah sebuah kekeliruan dalam pengucapan atau penuturan
suatu bahasa karena terpengaruh bahasa lain. Hal ini dapat terjadi karena ada
beberapa faktor lain yang mempengaruhi. Interferensi berarti adanya
penyimpanan atau saling pengaruh antar bahasa (Ardila dkk, 2018). Terlebih
lagi jika hal tersebut dipandang dari berbagai sudut yang berbeda. Interferensi
terjadi sebagai akibat dari penguasaan suatu bahasa lebih dominan atau lebih
baik dibandingkan bahasa yang lain. Interferensi merupakan kekeliruan atau
penyimpangan dalam berbahasa (tuturan) karena adanya pengaruh bahasa
lain yang sangat terikat seperti bahasa ibu atau dialek. Interferensi mengacu
pada penyimpangan dalam menggunakan suatu bahasa dengan memasukkan
sistem bahasa lain. Serpihan-serpihan klausa dari bahasa lain dalam suatu
kalimat bahasa lain juga dapat dianggap sebagai peristiwa interferensi.
Morfologi merupakan cabang dari linguistik yang mengidentifikasi
mengenai satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Dalam arti
luas morfologi merupakan satu sistem dari suatu bahasa, sehingga struktur
kata yang senantiasa membentuk kalimat-kalimat tentu mengalami
perubahan-perubahan sesuai dengan jenis kata atau makna yang dikehendaki
oleh penutur atau penulisnya (Priyono, 2012). Dalam kaitannya dengan
kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Di dalam
linguistik, morfologi mengkaji bentuk-bentuk kata dan proses pembentukan
kata (Suparno, 2015). Afiks ada empat macam yaitu prefiks yang diimbuhkan
di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut “prefiksasi”
(Inderasari&Agustina, 2017). Morfologi sangat erat kaitannya dengan morfem.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa morfem merupakan sebagai
satuan bahasa terkecil yang memiliki arti (Ariyani, 2014).
Sejalan dengan pendapat diatas pengertian mengenai interferensi
morfologi yaitu dapat terjadi apabila dalam pembentukan kata bahasa
Indonesia menyerap unsur bahasa atau afiks yang lain, dalam hal ini terjadinya
penyerapan unsur bahasa Jawa ke dalam pembentukan kata bahasa Indonesia
(Setyowati, 2018). Pada tataran morfologi, wujud interferensi bahasa Jawa ke
dalam bahasa Indonesia meliputi interferensi pola proses morfologis dan
inter-ferensi pola proses morfofonemis (Triyanto&Nurhayati, 2016).

KAJIAN teori
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar seringkali dipengaruhi
oleh hadirnya bahasa-bahasa lain. Situasi penggunaan bahasa di masyarakat
Indonesia sekurang- kurangnya ditandai oleh dua bahasa, yaitu bahasa daerah
sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
(Hendrastuti, 2017). Interferensi adalah penyimpangan norma bahasa masing-
masing yang terjadi di dalam tuturan dwibahasawan (bilingualisme) sebagai
akibat dari pengenalan lebih dari satu bahasa dan kontak bahasa itu sendiri.
Interferensi merupakan gejala perubahan terbesar, terpenting dan paling
dominan dalam perkembangan bahasa. Dalam bahasa besar, yang kaya akan
kosakata seperti bahasa Inggris dan Arab pun, dalam perkembangannnya tidak
dapat terlepas dari interferensi, terutama untuk kosakata yang berkenaan
dengan budaya dan alam lingkungan bahasa donor. Gejala interferensi dari
bahasa yang satu kepada bahasa yang lain sulit untuk dihindari. Terjadinya
gejala interferensi juga tidak lepas dari perilaku penutur bahasa penerima
(Lubis, 2015).
Terjadinya kontak bahasa sangat berperan penting, apalagi kontak bahasa
yang terjadi di Indonesia, mengakibatkan penggunaan bahasa Indonesia
sangat dipengaruhi oleh elemen bahasa-bahasa daerah, begitu pula sebaliknya
(Hidayah, 2017). Antara kedwibahasaan dan interferensi terjadi hubungan
yang sangat erat. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan pemakaian bahasa
dalam kehidupan sehari-hari. Situasi kebahasaan masyarakat tutur bahasa
Indonesia sekurang-kurangnya ditandai dengan pemakaian dua bahasa, yaitu
bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional. Situasi pemakaian seperti inilah yang dapat memunculkan
percampuran antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Interferensi dapat
terjadi karena banyak faktor, salah satunya karena melakukan suatu kebiasaan
untuk memakai kedua bahasa lebih secara bergantian disebut kedwibahasaan,
peristiwa semacam ini dapat menimbulkan interferensi (Novita, 2013). Faktor
utama yang dapat menyebabkan interferensi adalah adanya perbedaan di
antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Perbedaan yang tidak saja dalam
struktur bahasa melainkan juga keragaman kosakatanya.
Gejala itu sendiri terjadi sebagai akibat pengenalan atau pengidentifikasian
penutur terhadap unsur-unsur tertentu dari bahasa sumber, kemudian
memakainya dalam bahasa sasaran. Di samping itu, setiap bahasa manapun
tidak pernah berada pada satu keadaan tertentu. Ia selalu berubah sesuai
dengan perubahan zaman. Masyarakat Jawa yang terdiri daripada masyarakat
bilingual juga tidak terkecuali. Mereka sering memasukkan kata daripada
bahasa lain dengan mengubah suai sistem fonologi atau menyepadukan aspek
morfologi bahasa tersebut dengan bahasa mereka (Harun dkk, 2015). Peristiwa
kontak bahasa yang terjadi tidak akan menyebabkan interferensi sepanjang
sistem bahasa yang ada pada bahasa pertama memiliki kesamaan dengan
sistem bahasa pada bahasa kedua. Akan tetapi, apabila terjadi perbedaan
sistem antara bahasa pertama dan kedua, maka akan terjadi kekacauan yang
akan menimbulkan penyimpanganpenyimpangan atau kesalahan yang dikenali
dengan istilah interferensi (Mustikawati, 2013) . Bahasa Jawa sebagai bahasa
pertama orang Jawa sangat mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua (Kurniawan dkk, 2017) .

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analisisis. Metode deskriptif analisis sangat cocok karena metode ini
untuk meneliti gagasan atau produk pemikiran dari manusia yang telah
tertuang dalam bentuk media cetak, baik yang berbentuk naskah primer
maupun naskah sekunder dengan melakukan studi kritis terhadapnya
(Nurwicaksosno&Diah, 2018). Pelaksanaan metode penelitian yang digunakan
tentunya tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi juga
analisis lengkap dan interpretasi tentang data tersebut. Sumber data dalam
penelitian ini adalah video youtube dari Sujiwo Tejo.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi data
Peneliti melihat video youtube dari Sujiwo Tejo. Hasil data yang telah
diperoleh, dianalisis dan diklasifikasi menurut interferensi morfologi yang
terjadi.

“Ngeliat bentuk matanya” 2.01


Adanya afiksasi yang tidak tepat pada kata /lihat/ yang seharusnya
menggunakan kata melihat.

“Jadi mesthi bisa nglukis” 2.13


Adanya afiksasi yang tidak tepat pada kata /lukis/ yang seharusnya
mengguankan kata melukis.

“Aku mau ngedhalang” 4.27


Adanya afiksasi nge pada kata /dhalang/ yang seharusnya mendhalang.
Berdasarkan analisis pembentukan kata diatas dapat di ketahui bahwa kaidah
pembentukan kata bahasa Jawa yaitu dengan penambahan prefiks N-
sedangkan pembentukan kata bahasa Indonesia digunakan penambahan
prefiks meN-. Bentukan kata seperti ngeliat, nglukis, ngedhalang merupakan
kebiasaan penutur bahasa Jawa yang melafalkan bentuk kata kerja bahasa
Jawa yang telah mengalami proses morfofonemik. Bentuk kata yang telah
terinterferensi tersebut sebaiknya diganti ke dalam bahasa Indonesia dengan
prefiks meN- (Ariyani, 2014). Sehingga didapatkan bentuk kata tersebut yang
benar adalah melihat, melukis, mendhalang . Adapun analisis pembentukannya
adalah:
Melihat = meN- + lihat
Melukis = meN- + lukis
Mendhalang = meN- + dhalang

“Bisa nyuara” 2.15


Penggunaan kata pada kalimat tersebut termasuk interferensi dalam tataran
morfologi, yaitu digunakannya bentuk Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia.
Sesuai kaidah Bahasa Indonesia baku, untuk memformalkan status kata kerja
diperlukan penambahan prefiks {ber-} secara eksplisit (Alwi, et al., 2003,
p.138) dalam (Triyanto, 2016). Oleh karena itu, kata nyuara seharusnya
ditulis menjadi bersuara.
Bersuara = ber- + suara

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interferensi masih sangat kental di
kalangan masyarakat. Setiap individu hendaknya bertutur dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar serta mengurangi interferensi
dalam tuturannya. Interferensi memang sulit dihilangkan tetapi dapat
diminimalkan dengan pembiasaan berbahasa yang tepat.

REFERENSI
Ardila, R. R., Agustine, A., & Rosi, R. (2018). Analisis Tingkat Interferensi
Bahasa Indonesia pada Anak Usia 12 Tahun Berdasarkan Perbedaan Latar
Belakang Bahasa Orang Tua. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia), 1(4), 651-658.
Ariyani, F. (2014). Distribusi Verba Berprefiks {N-} pada Bahasa Lampung
dalam Kitab Kuntara Raja Niti dan Buku Ajar: Kajian Morfologi. Ranah: Jurnal
Kajian Bahasa, 3(2), 124-134.
Budiarti, A. B. (2013). Interferensi Bahasa Indonesia Ke Dalam Bahasa Inggris
Pada Abstrak Jurnal Ilmiah. Bahasa Dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni,
dan Pengajarannya, 41(1).
Harun, K., & Yusof, M. (2015). Komunikasi bahasa Melayu-Jawa dalam media
sosial. Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of Communication, 31(2).
Hendrastuti, R. (2017). Variasi Penggunaan Bahasa pada Ruang Publik di Kota
Surakarta. Kandai, 11(1), 29-43.
Hidayah, N. (2017). Interferensi Gramatikal Bahasa Makassar dalam Karangan
Narasi Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP Negeri 6 Tinggimoncong
Kabupaten Gowa (Doctoral dissertation, FBS).
Hidayat, R., & Setiawan, T. (2015). Interferensi Bahasa Jawa Ke Dalam Bahasa
Indonesia Pada Keterampilan Berbicara Siswa Negeri 1 Pleret, Bantul.
LingTera, 2(2), 156-168.
Inderasari, E., & Agustina, T. (2017). Pembelajaran bahasa Indonesia pada
mahasiswa asing dalam program BIPA IAIN Surakarta. Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, 6(2), 6-15.
Kurniawan, A., Ngalim, A., & Prayitno, H. J. Interferensi Bahasa Jawa Ke Bahasa
Indonesia Sebagai Strategi Realisasi Kesantunan Berbahasa. Edukasi:Jurnal
Penelitian dan Artikel Pendidikan. 9(2),27-34.
Lubis, F. (2015). Analisis Interferensi Bahasa Batak Toba Pemandu Wisata Desa
Siallagan Toba Samosir. Jurnal Bahas Unimed, 26(2).
Mustikawati, D. A. (2013). Interferensi Bahasa Indonesia Ke Dalam Pemakaian
Bahasa Inggris Wacana Tulis Siswa Di RSMPBI 1 Jetis Ponorogo. Jurnal
Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, 2(1), 105-115.
Novita Dyan Sekartaji. (2013). “Interferensi Bahasa Indonesia Dalam Bahasa Jawa Pada
Album Campursari Tresna Kutha Bayu”. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
Nurwicaksono, B. D., & Amelia, D. (2018). Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia Pada Teks Ilmiah Mahasiswa. Aksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, 2(2), 138-153.
Priyono, Y. (2012). Analisis kesalahan berbahasa bidang morfologi pada
mading di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Saddhono, K. (2006). Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: Kajian
Sosiolinguistik di Kota Surakarta.
Saddhono, K. (2012). Kajian Sosiolingustik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (BIPA) di
Universitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik dan Sastra, 24(2), 176-186.
https://doi.org/10.23917/kls.v24i2.96
Setyowati, A. (2008). Interferensi Morfologi Dan Sintaksis Bahasa Jawa Dalam
Bahasa Indonesia Pada Kolom “piye jal?” Harian Suara Merdeka (Doctoral
dissertation, Fakultas Ilmu Budaya).
Sukoyo, J. (2011). Interferensi Bahasa Indonesia Dalam Acara Berita Berbahasa
Jawa “Kuthane Dhewe” Di Tv Borobudur Semarang . Lingua, 7(2).
Suparno, D. (2015). Morfologi Bahasa Indonesia. http://repository.uinjkt.ac.id/
Triyanto, H., & Nurhayati, E. (2016). Interferensi gramatikal bahasa Jawa dalam
bahasa Indonesia pada karangan laporan peserta didik SMP. LingTera, 3(1),
23-36. DOI: 10.21831/lt.v3i1.8471

Anda mungkin juga menyukai