Anda di halaman 1dari 10

 Home

 Profil
 Fasilitas
 Artikel
 Info Dokter
 Komite
 Gallery
 Download
 Peta Lokasi
 Hubungi Kami

Arsip Artikel
 Bahaya Demam Dengue (DD) & Demam Berdarah Dengue (DBD)  | admin - 2012-06-21
 Tekanan Darah Tinggi (Faktor Penyebab dan Diet Yang Sehat Untuk Tekanan Darah
Tinggi) | admin - 2012-06-06
 Meramu Herbal untuk Obat Batuk | admin - 2012-04-09
 Optimalisasi Ramadhan | Tim Bimbingan Rohani - 2013-07-23
 Mengenal Akreditasi Rumah Sakit versi 2012  | Tim Akreditasi RSUD - 2013-08-21
Artikel 1 sampai 5 dari 16 artikel

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)


Mungkin Anda masih ingat jika buletin akreditasi edisi 1 sudah mengenalkan 15
pokja yang harus dihafalkan dan dipahami. Nah, edisi ini dan selanjutnya mulai akan
masuk dalam pembahasan yang lebih rinci dari masing-masing pokja, mulai dari
pokja 1 (SKP) sampai dengan pokja 15 (MFK). Dengan harapan para staf dan
pimpinan RSUD Dr. M. Ashari mampu melaksanakan pelayanan sesuai standar
akreditasi. 
Keselamatan pasien adalah unsur yang paling penting dalam pelayanan kesehatan,
oleh karena itu SKP merupakan salah satu bab DASAR dalam penilaian akreditasi
selain HPK, PPK dan PMKP. 
Cara Melaksanakan dan Menerapkan SKP di RS :
Harus diingat bahwa SKP ada 6 sasaran, antara lain :

1. Ketepatan identifikasi
pasien
2. Peningkatan Komunikasi
efektif
3. Peningkatan keamanan
obat yang perlu
diwaspadai (high alert)
4. Kepastian tepat lokasi
(sisi), tepat prosedur dan
tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko
infeksi melalui 6 langkah
cuci tangan
6. Pengurangan risiko
pasien jatuh
 
APA YANG HARUS KITA
LAKUKAN UNTUK
MENCAPAI 6 SASARAN
SKP DI RS ?
 
I. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN :
Penting!, mengingat nama dan identitas pasien yg lain adalah wajib. Oleh karena itu
:
1. Untuk mengidentifikasi
nama pasien dengan
tepat, RSUD Dr. M.
Ashari memasang gelang
pasien yang mencakup
minimal 4 (empat) warna
a.l :
Biru                  
= pasien laki-laki
Merah Muda     
= pasien perempuan
Merah                
= pasien dg alergi
Kuning               
= pasien dg risiko
cidera
2. Berikan penjelasan
tentang manfaat
pemasangan gelang.
3. Pada gelang pasien
tertera minimal dua
identitas,
yaitu nama dan nomor
RM. Identitas tidak boleh
menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien.
4. Lakukan identifikasi dan
klarifikasi kecocokan
identitas nama pasien
antara yang diucapkan
pasien dg yang tertera
pada gelang pasien
5. Identifikasi nama
pasien wajib dilakukan
pada saat:
a.  Sebelum memberikan
obat
b.  Sebelum memberikan
darah atau produk
darah
c.  Sebelum mengambil
specimen darah
d.  Sebelum melakukan
tindakan/prosedur
lainnya
 
INGAT !
Pasien akan ditanya :

1. Apakah petugas
menjelaskan tentang
manfaat pemasangan
gelang
2. Apakah petugas selalu
mengidentifikasi nama
pasien sebelum
melakukan tindakan
 
II. PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF :
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
resipien/penerima   akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis.
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan
secara lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi
kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti laboratorium
klinis menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
Untuk itu setiap petugas wajib :
1.    Lakukan komunikasi,
baik lisan maupun tertulis
dengan sejelas-jelasnya.
a.  Jika pesan lisan
meragukan, segera
Klarifikasi
dengan  phonetic
alfabeth kepada
pemberi pesan, sbb :
A Alfa N November
B Bravo O Oscar
C Charlie P Papa
D Delta Q Quebec
E Echo R Romeo
F Foxtrot S Sierra
G Golf T Tango
H Hotel U Uniform
I India V Victor
J Juliet W Whiskey
K Kilo X X ray
L Lima Y Yankee
M Mike Z Zulu
b.  Komunikasi tertulis
wajib menggunakan
tulisan yang mudah
dibaca minimal oleh 3
orang.
 
2. Perintah lisan dan yang
melalui telepon ataupun
hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap
oleh penerima perintah
atau hasil pemeriksaan
tersebut.
3. Perintah lisan dan melalui
telpon atau hasil
pemeriksaan secara
lengkap dibacakan
kembali oleh penerima
perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.  
4. Perintah atau hasil
pemeriksaan dikonfirmasi
oleh individu yang
memberi perintah atau
hasil pemeriksaan
tersebut
 
III. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI :
Indikator Peningkatan Keselamatan Penggunaan Obat-Obat yang perlu
Kewaspadan Tinggi :

1. Elektrolit pekat (KCl


7.46%, Meylon 8.4%,
MgSO4 20%, NaCl 3%)
tidak disimpan dalam unit
pasien kecuali
dibutuhkan secara klinis,
dan tindakan dilakukan
untuk mencegah
penggunaan yang tidak
seharusnya pada area
yang diijinkan sesuai
kebijakan.
2. Elektrolit pekat yang
disimpan dalam unit
perawatan pasien
memiliki label yang jelas
dan disimpan di tempat
dengan akses terbatas.
3. Obat-obatan yang
memerlukan
kewaspadaan tinggi
lainnya : Golongan
opioid, anti koagulan,
trombolitik, anti aritmia,
insulin, golongan agonis
adrenergic, anestetik
umum, kemoterapi, zat
kontras, pelemas otot
dan larutan kardioplegia.
 
Tips :

1. Pemberian elektorlit
pekat harus dengan
pengenceran dan
menggunakan label
khusus.
2. Setiap pemberian obat
menerapkan Prinsip 7
Benar.
3. Pastikan pengeceran dan
pencampuran obat
dilakukan oleh orang
yang kompeten.
4. Pisahkan atau beri jarak
penyimpanan obat
dengan kategori
LASA (Look Alike Sound
Alike).
5. Tidak menyimpan obat
kategori kewaspadaan
tinggi dimeja dekat
pasien tanpa
pengawasan.
6. Biasakan mengeja nama
obat dengan kategori
LASA, saat memberi /
menerima instruksi.
 
IV. KEPASTIAN TEPAT LOKASI/SISI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT ORANG
YANG OPERASI
Indikator Keselamatan Operasi :

1. Menggunakan tanda
yang mudah dikenali
untuk identifikasi lokasi
operasi dan
mengikutsertakan pasien
dalam proses
penandaan.
2. Menggunakan checklist
atau proses lain untuk
verifikasi lokasi yang
tepat, prosedur yang
tepat, dan pasien yang
tepat sebelum operasi,
dan seluruh dokumen
serta peralatan yang
dibutuhkan tersedia,
benar dan berfungsi.
3. Seluruh tim operasi
membuat dan
mendokumentasikan
prosedur time out sesaat
sebelum prosedur
operasi dimulai.
Tandai lokasi operasi (Marking), terutama :

1. Pada organ yang


memiliki 2 sisi, kanan
dan kiri.
2. Multiple structures (jari
tangan, jari kaki)
3. Multiple level (operasi
tulang belakang, cervical,
thorak, lumbal)
4. Multipel lesi yang
pengerjaannya bertahap
Anjuran Penandaan Lokasi Operasi

1. Gunakan tanda yang


telah disepakati
2. Dokter yang akan
melakukan operasi yang
melakukan pemberian
tanda
3. Tandai pada atau dekat
daerah insisi
4. Gunakan tanda yang
tidak ambigu (contoh :
tanda “X” merupakan
tanda yang ambigu)
5. Daerah yang tidak
dioperasi, jangan
ditandai kecuali sangat
diperlukan
6. Gunakan penanda yang
tidak mudah terhapus
(contoh : Gentian Violet)
 
V. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI MELALUI 6 LANGKAH CUCI TANGAN
Budayakan cuci tangan di RS pada saat :

1. Sebelum dan sesudah


menyentuh pasien
2. Sebelum dan sesudah
tindakan / aseptik
3. Setelah terpapar cairan
tubuh pasien
4. Sebelum dan setelah
melakukan tindakan
invasive
5. Setelah menyentuh area
sekitar pasien /
lingkungan
Adapun 6 langkah cuci tangan standar WHO adalah :
-    Buka kran dan basahi
kedua telapak tangan
-   Tuangkan 5 ml
handscrub/sabun cair
dan gosokkan pada
tangan dengan
urutan TEPUNG SELACI
PUPUT sbb :

1. Telapak tangan; gosok


kedua telapak tangan
2. Punggung tangan; gosok
punggung dan sela-sela
jari sisi luar tangan kiri
dan sebaliknya.
3. Sela-sela jari, gosok
telapak tangan dan sela-
sela jari sisi dalam
4. KunCi; jari jari sisi dalam
dari kedua tangan saling
mengunci
5. Putar; gosok ibu jari
tangan kiri dan berputar
dalam genggaman
tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
6. Putar; rapatkan ujungjari
tangan kanan dan
gosokkan pada telapak
tangan kiri dengan cara
memutar mutar terbalik
arah jarum jam, lakukan
pada ujung jari tangan
sebaliknya.
-    Ambil kertas tissue atau
kain lap disposable,
keringkan kedua tangan
-    Tutup kran dengan sikut
atau bekas kertas tissue
yang masih di tangan.
 
VI. PENGURANGAN RISIKO CIDERA KARENA PASIEN JATUH

1. Amati dengan teliti di


lingkungan kerja anda
terhadap fasilitas, alat,
sarana dan prasarana
yang berpotensi
menyebabkan pasien
cidera karena jatuh
2. Laporkan pada atasan
atas temuan risiko
fasilitas yang dapat
menyebabkan pasien
cidera
3. Lakukan asesmen risiko
jatuh pada setiap pasien
dg menggunakan skala
(Skala Humpty
Dumpty untuk pasien
anak, Skala Risiko
Jatuh Morse
(MSF) untuk pasien
dewasa, danskala
geriatric pada pasien
geriatric.
 

 Sapu Tangan Rasulullah dan


Pesona Dunia
Home  Profil  Fasilitas  Artikel  Info Dokter  Komite  Gallery  Download  Peta Lokasi  Hubungi Kami
Copyright © 2012 RSUD. DR.M. Ashari - Pemalang.

Skala Humpty Dumpty 

Skala Humpty Dumpty 

Anda mungkin juga menyukai