Anda di halaman 1dari 5

ESSAY FISIOLOGI HEWAN

PENAMBAHAN ENZIM PHYTASE UNTUK ALTERNATIF PAKAN AYAM


BROILER

Nabila Aulia Khoerunnisa

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
Sistem pencernaan ayam terdiri atas 9 bagian yaitu paruh, Esophagus, Tembolok,

proventrikulus, gizzard, usus halus, usus buntu, rectum dan kloaka. Paruh ayam merupakan

tempat pertama kali masuk system pencernaan ayam, Ayam tidak mempunyai gigi sehingga

pakan pertama kali masuk kedalam saluran pencernaan setelah dipatuk oleh paruh dan tanpa

mengalami pengunyahan masuk kedalam saluran pencernaan.

Alat pencernaan pada ayam terdiri dari mulut, kerongkongan (esopagus), tembolok

(crop), perut kelenjar (proventrikulus), ampela (ventrikulus), Hati (hepar), usus halus/usus

kecil (small intestine), usus buntu (ceca), usus besar (large intestine) dan kloaka.

Secara anatomis dan fisiologis, sistem pencernaan pada bangsa unggas merupakan

sistem pencernaan yang sederhana, karena hanya tersedia tempat yang sempit di dalam usus

untuk kehidupan jasad renik untuk membantu mencerna pakan. Oleh karena itu unggas

sangat tergantung dari enzim yang dikeluarkan oleh organ pencernaannya untuk mencerna

pakan agar mudah diserap oleh tubuh. Bila pakan tidak dapat dicerna dengan enzim, maka

pakan tersebut tidak banyak bermanfaat bagi tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian, fosfor adalah nutrisi yang begitu penting untuk

mendukung proses fisiologis pada ternak yaitu untuk memelihara dan memacu pertumbuhan

badan khususnya unggas golongan hewan monogastrik. Sayangnya, sebagian besar fosfor di

dalam bahan pakan seperti jagung, kedelai, dan sebagainya, terkandung dalam bentuk asam

fitat (inositol hexaphosphate) yang bersifat kompleks.


Asam fitat digolongakan sebagai anti nutrisi yang mengikat protein/asam amino dan

nutrisi esensial lainnya, sehingga dengan adanya asam fitat tersebut, ketersediaan asam amino

esensial yang ada di dalam pakan ayam menjadi terbatas atau berkurang. Selain itu, ayam

juga tidak mampu mencerna dengan sempurna asam fitat karena kapasitas daya ikat asam

fitat yang ada dalam setiap bahan pakan tidak sama dan juga tergantung pada pH didalam

saluran cerna.

Apabila pH rendah di dalam proventrikulus dan gizzard, maka asam fitat menjadi

mudah mengikat protein yang kemudian akan membentuk asam fitat protein kompleks.

Selanjutnya, bila pH lebih tinggi khususnya pada saluran cerna bagian bawah, artinya asam

fitat mempunyai afinitas tinggi terhadap mineral dan ini berpengaruh buruk pada

produktivitas ayam. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa asam fitat menyebabkan ayam

dan ternak monogastrik lain seperti babi akan kehilangan banyak energi dan protein. Artinya,

secara keseluruhan asam fitat menyebabkan kerusakan performa ayam dan merugikan

peternak.

Enzim phytase

Enzim phytase yang digunakan untuk imbuhan pakan berfungsi untuk memecah asam

fitat yang terkandung di pakan dan membebaskan fosfor inorganik dan inositol. Selain itu,

enzim phytase juga akan membebaskan protein, asam amino, trace mineral, dan nutrisi lain

yang menempel dengan asam fitat. Akibatnya, fosfor dan nutrisi lain seperti trace mineral dan

protein menjadi banyak tersedia dan bisa digunakan untuk memelihara dan memacu

pertumbuhan badan ayam.


Penambahan enzim phytase juga dapat mengurangi dan bahkan menghilangkan

penambahan fosfor inorganik yang notabene harganya mahal sehingga terjadi penghematan

biaya produksi. Bukan itu saja, dengan penambahan enzim phytase, nutrisionis bisa

mengurangi baik energi dan protein (khusus asam amino) di dalam formulasi pakan. Efeknya

adalah penggunaan energi dan asam amino di dalam saluran cerna ayam meningkat. Inilah

yang disebut sebagai ekstra keuntungan. Selain itu, penggunaan enzim phytase juga

menurunkan polusi fosfor di lingkungan sehingga lingkungan akan lebih sehat.

Tersedia dua jenis phytase yang patut diketahui oleh nutrisionis yaitu fungal phytase

dan Escherichia coli phytase. Rata-rata jenis E. coli phytase 67% lebih efektif dibanding

fungal phytase. Hal tersebut bisa terjadi karena E. coli phytase lebih cepat dan lebih lengkap

dalam memecah asam fitat terutama dalam kondisi pH saluran cerna rendah. Selain itu juga,

E. coli phytase lebih aktif dan efektif dalam menghidrolisis IP6 content phytate. Aktivitasnya

mencapai level 164% terhadap IP6 (phospahate-6) dalam subtrat soy protein.

Memaksimalkan Manfaat Phytase

Tingkat kandungan asam fitat dalam bahan pakan bervariasi dan berpengaruh negatif

pada keseluruhan utilisasi nutrisi dan pada akhirnya menurunkan performa ayam.

Penambahan enzim phytase generasi baru bisa mengatasi banyak pengaruh negatif anti

nutrisi. Di saat harga bahan pakan seperti jagung, kedelai, dan sebagainya meningkat, maka

penambahan enzim phytase dalam pakan harus memahami karaktristik enzim phytase

tersebut. Penggunaan phytase Escherichia coli dan Schizosaccharomyces pombe lebih aktif

dibanding phytase sodium, serta jauh lebih unggul dibanding fungal phytase. Dengan

demikian, penggunaan phytase S. pombe dengan dosis 0.1 FTU/ml bisa menjadi pilihan atau

nutri phytase 500 FTU/g/concentrate 75-150 g/MT.


Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya, maka

keuntungan dalam menggunakan enzim phytase di dalam formula pakan antara lain:

pertumbuhan broiler menjadi lebih tinggi; efisiensi pakan lebih baik; biaya formulasi pakan

(cost feed formulation) lebih rendah; ME/kg pakan lebih rendah; kondisi litter lebih kering

(bau kandang berkurang); serta keuntungan akan lebih tinggi.

http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?lang=id&u=blog-single&p=309

http://repositori.kemdikbud.go.id/9894/1/Fisiologi-Hewan-1.pdf

Anda mungkin juga menyukai