proventrikulus, gizzard, usus halus, usus buntu, rectum dan kloaka. Paruh ayam merupakan
tempat pertama kali masuk system pencernaan ayam, Ayam tidak mempunyai gigi sehingga
pakan pertama kali masuk kedalam saluran pencernaan setelah dipatuk oleh paruh dan tanpa
Alat pencernaan pada ayam terdiri dari mulut, kerongkongan (esopagus), tembolok
(crop), perut kelenjar (proventrikulus), ampela (ventrikulus), Hati (hepar), usus halus/usus
kecil (small intestine), usus buntu (ceca), usus besar (large intestine) dan kloaka.
Secara anatomis dan fisiologis, sistem pencernaan pada bangsa unggas merupakan
sistem pencernaan yang sederhana, karena hanya tersedia tempat yang sempit di dalam usus
untuk kehidupan jasad renik untuk membantu mencerna pakan. Oleh karena itu unggas
sangat tergantung dari enzim yang dikeluarkan oleh organ pencernaannya untuk mencerna
pakan agar mudah diserap oleh tubuh. Bila pakan tidak dapat dicerna dengan enzim, maka
Berdasarkan hasil penelitian, fosfor adalah nutrisi yang begitu penting untuk
mendukung proses fisiologis pada ternak yaitu untuk memelihara dan memacu pertumbuhan
badan khususnya unggas golongan hewan monogastrik. Sayangnya, sebagian besar fosfor di
dalam bahan pakan seperti jagung, kedelai, dan sebagainya, terkandung dalam bentuk asam
nutrisi esensial lainnya, sehingga dengan adanya asam fitat tersebut, ketersediaan asam amino
esensial yang ada di dalam pakan ayam menjadi terbatas atau berkurang. Selain itu, ayam
juga tidak mampu mencerna dengan sempurna asam fitat karena kapasitas daya ikat asam
fitat yang ada dalam setiap bahan pakan tidak sama dan juga tergantung pada pH didalam
saluran cerna.
Apabila pH rendah di dalam proventrikulus dan gizzard, maka asam fitat menjadi
mudah mengikat protein yang kemudian akan membentuk asam fitat protein kompleks.
Selanjutnya, bila pH lebih tinggi khususnya pada saluran cerna bagian bawah, artinya asam
fitat mempunyai afinitas tinggi terhadap mineral dan ini berpengaruh buruk pada
produktivitas ayam. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa asam fitat menyebabkan ayam
dan ternak monogastrik lain seperti babi akan kehilangan banyak energi dan protein. Artinya,
secara keseluruhan asam fitat menyebabkan kerusakan performa ayam dan merugikan
peternak.
Enzim phytase
Enzim phytase yang digunakan untuk imbuhan pakan berfungsi untuk memecah asam
fitat yang terkandung di pakan dan membebaskan fosfor inorganik dan inositol. Selain itu,
enzim phytase juga akan membebaskan protein, asam amino, trace mineral, dan nutrisi lain
yang menempel dengan asam fitat. Akibatnya, fosfor dan nutrisi lain seperti trace mineral dan
protein menjadi banyak tersedia dan bisa digunakan untuk memelihara dan memacu
penambahan fosfor inorganik yang notabene harganya mahal sehingga terjadi penghematan
biaya produksi. Bukan itu saja, dengan penambahan enzim phytase, nutrisionis bisa
mengurangi baik energi dan protein (khusus asam amino) di dalam formulasi pakan. Efeknya
adalah penggunaan energi dan asam amino di dalam saluran cerna ayam meningkat. Inilah
yang disebut sebagai ekstra keuntungan. Selain itu, penggunaan enzim phytase juga
Tersedia dua jenis phytase yang patut diketahui oleh nutrisionis yaitu fungal phytase
dan Escherichia coli phytase. Rata-rata jenis E. coli phytase 67% lebih efektif dibanding
fungal phytase. Hal tersebut bisa terjadi karena E. coli phytase lebih cepat dan lebih lengkap
dalam memecah asam fitat terutama dalam kondisi pH saluran cerna rendah. Selain itu juga,
E. coli phytase lebih aktif dan efektif dalam menghidrolisis IP6 content phytate. Aktivitasnya
mencapai level 164% terhadap IP6 (phospahate-6) dalam subtrat soy protein.
Tingkat kandungan asam fitat dalam bahan pakan bervariasi dan berpengaruh negatif
pada keseluruhan utilisasi nutrisi dan pada akhirnya menurunkan performa ayam.
Penambahan enzim phytase generasi baru bisa mengatasi banyak pengaruh negatif anti
nutrisi. Di saat harga bahan pakan seperti jagung, kedelai, dan sebagainya meningkat, maka
penambahan enzim phytase dalam pakan harus memahami karaktristik enzim phytase
tersebut. Penggunaan phytase Escherichia coli dan Schizosaccharomyces pombe lebih aktif
dibanding phytase sodium, serta jauh lebih unggul dibanding fungal phytase. Dengan
demikian, penggunaan phytase S. pombe dengan dosis 0.1 FTU/ml bisa menjadi pilihan atau
keuntungan dalam menggunakan enzim phytase di dalam formula pakan antara lain:
pertumbuhan broiler menjadi lebih tinggi; efisiensi pakan lebih baik; biaya formulasi pakan
(cost feed formulation) lebih rendah; ME/kg pakan lebih rendah; kondisi litter lebih kering
http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?lang=id&u=blog-single&p=309
http://repositori.kemdikbud.go.id/9894/1/Fisiologi-Hewan-1.pdf