Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Guna memenuhi pengerjakan UTS Psikologi pendidikan

“Pendidikan Karakter”

Dosen Pengampu :Bapak Selamat Pasaribu,M.Psi

Disusun Oleh:

Nama :Amelisa putri

Nim. :0310201010

T.Bio 1 / Semester 2

ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Puji syukur kehadirat Allah Swtyang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas

makalah yang berjudul “Pendidikan Karakter” ini tepat pada waktunya Adapun tujuan

dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Selamat

Pasaribu M.Psi. pada mata kuliah Psikologi Pendidikan Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan Tentang Pendidikan karakter terhadap para

pembaca dan juga bagi penulis.Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Selamat Pasaribu M.Psi selaku dosen Metode Studi Islam. Yang telah memberikan

tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya.Saya juga

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian

pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari,

makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Amelisa putri (0310201010)

DAFTAR ISI ....................................................................................................................iii

2
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................4

1. LatarBelakang...............................................................................................................4

2. Rumusan Masalah........................................................................................................5

3. Tujuan Pembahasan ....................................................................................................5

BA 2 PEMBAHASAN ......................................................................................................6

1.Pengertian Pendidikan Karakter....................................................................................6

2. Tujuan pendidikan karakter..........................................................................................8

3. Pembentukan Karakter Anak sebagai tujuan Pendidikan dalam Islam........................9

4. Perbedaan Pendidikan Akhlak dan Pendidikan Karakter...........................................11

5. Nilai-nilai Dalam Pendidikan Karakter........................................................................13

BAB 3 PENUTUP........................................................................................................16

1.Kesimpulan.................................................................................................................16.

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini,

hal ini berkaitan dengan fenomena dekadensi moral yang terjadi ditengah – tengah

masyarakat maupun dilingkungan pemerintah yang semakin meningkat dan beragam.

Kriminalitas, ketidak adilan, korupsi, kekerasan pada anak, pelangggaran HAM, menjadi

bukti bahwa telah terjadi krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia. Budi

pekerti luhur, kesantunan, dan relegiusitas yang dijunjung tinggi dan menjadi budaya

bangsa Indonesia selama ini seakan-akan menjadi terasa asing dan jarang ditemui

ditengah-tengah masyarakat. Kondisi ini akan menjadi lebih parah lagi jika pemerintah

tidak segera mengupayakan program-program perbaikan baik yang bersifat jangka

panjang maupun jangka pendek. Pendidikan karakter menjadi sebuah jawaban yang

tepat atas permasalahan-permasalahan yang telah disebut di atas dan sekolah sebagai

penyelenggara pendidikan diharapkan dapat menjadi tempat yang mampu mewujudkan

misi dari pendidikan karakter tersebut. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam

melaksanakan pendidikan karakter disekolah adalah mengoptimalkan pembelajaran

materi pendidikan agama Islam (PAI).

Fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dengan munculnya peristiwa yang

menunjukkan dekadensi moral dan perilaku negatif individu dan sekelompok orang

seperti rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, munculnya

kekerasan yang dilakukan remaja, sopan santun dalam berkata-kata dan bersikap

4
sudah semakin meluntur, batasan baik-buruk bertambah kabur, penggunaan narkotika

dan alkohol serta seks bebas, ketidakjujuran merupakan hal yang biasa dan

membudaya, terjadinya saling curiga dan menyebarnya rasa kebencian dan radikalisme

yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan banyak fenomena lainnya

menunjukkan karakter bangsa yang terpuruk dan harus segera dicarikan

solusinya.Pendidikan karakter menjadi sangat urgen dilakukan dalam mengantisipasi

problem moral masyarakat yang terjadi karena merupakan upaya sistematis dalam

merubah perilaku negatif menjadi perilaku positif.

2. Rumusan Masalah

1.apa yang dimaksud pendidikan karakter

2.sebutkan perbedaan pendidikan akhlak dan pendidikan karakter

3.apa saja tujuan dari pendidikan karakter

4.bagaimana pembentukan karakter anak sebagai tujuan pendidikan dalam Islam

3. Tujuan

1.untuk mengetahui pendidikan karakter

2.untuk mengetahui perbedaan pendidikan akhlak dan pendidikan karakter

3. Untuk mengetahui tujuan dari pendidikan karakter

4.untuk mengetahui pembentukan karakter anak sebagai tujuan pendidikan dalam

Islam

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter berasal dari dua kata pendidikan dan karakter, menurut

beberapa ahli, kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-beda tergantung pada

sudut pandang, paradigma, metodologi dan disiplin keilmuan yang digunakan,

diantaranya: Menurut D. Rimba, pendidikan adalah “Bimbingan atau pembinaan secara

sadar oleh pendidik terhadap perkembangan Jasmani dan Rohani anak didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utuh.

Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk

memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan

masyarakatnya.Sedangkan secara terminologi, pengertian pendidikan banyak sekali

dimunculkan oleh para pemerhati/tokoh pendidikan, di antaranya: Pertama, menurut

Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik

perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang

utama.

Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “Charakter”, yang

antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau

akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada

umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor

6
kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

menjadi ciri khas seseorang atau ssekelompok orang. .karakter juga bisa diartikan

sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil proses konsolidasi secara

progresif dan dinamis.Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia kata ‘karakter’

diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dangan yang lain, dan watak. Ki Hadjar Dewantara memandang karakter

sebagai watak atau budi pekerti. Menurutnya budi pekerti adalah bersatunya antara

gerakfikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan yang kemudian menimbulkan

tenaga.

Beberapa definisi karakter tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa

karakter adalah sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil proses

konsolidasi secara progresif dan dinamis; sifat alami seseorang dalam merespons

siruasi secara bermoral; watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang

terbentuk dari hasil internalisasi berbgai kebajikan, yang diyakini dan digunakan

sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak; sifatnya jiwa

manusia, mulai dari angan-angan sampai menjelma menjadi tenaga.

Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi tentang pendidikan dan karakter

secara sederhana dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar yang

dilakukan seseorang atau sekelompok orang (pendidik) untuk menginternalisasikan

nilai-nilai karakter pada seseorang yang lain (peserta didik) sebagai pencerahan agar

peserta didik mengetahui, berfikir dan bertindak secara bermoral dalam menghadapi

setiap situasi.

7
Ada sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu :

1. karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya

2. kemandirian dan tanggung jawab

3. kejujuran/amanah, diplomatis

4. hormat dan santun

5. dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong/kerjasama

6. percaya diri dan pekerja keras

7. kepemimpinan dan keadilan

8. baik dan rendah hati

9. karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Manusia tidak lepas dari pendidikan, di dalam keluarga, masyarakat, terlebih

lagi sekolah, kita dapat menemukan suatu pendidikan. Pendidikan dalam keluarga,

pendidikan yang pertama kali didapat oleh seseorang yaitu penanaman nilai, etika,

moral, dan akhlak, sejak dia lahir ke dunia sehingga pendidikan yang ditanamkan oleh

keluarga sejak kecil akan menjadi karakter anak tersebut. Setelah seseorang sudah

mulai mengenal lingkungan sekitar akan mendapat pendidikan yang bersifat sosial, di

masyarakat, seseorang mendapatkan nilai-nilai sosial yang mengajarkan bagaimana

bersosialisasi dengan orang lain. Selain keluarga dan masyarakat, ketika seseorang

sudah cukup umur, mereka akan mendapat pendidikan formal di dalam sekolah yang

berkaitan dengan akademik atau kognitif yang ditambah afektif dan psikomotorik.

Kekuatan karakter akan terbentuk dengan sendirinya jika ada dukungan dan dorongan

8
dari lingkungan sekitar. Peran keluarga, masyarakat, dan sekolah sangat dominan

dalam mendukung dan membangun kekuatan karakter.

B. Tujuan Pendidikan Karakter

Pada dasarnya Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan

karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai

standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji

dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia

sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan

aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut

Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif,

dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.

Melalui pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas, tidak hanya

otaknya namun juga cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting

dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan.Sedangkan dari segi

pendidikan, pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan

dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan

akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang.

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh,

kompetitif, nerakhlak mulai, bermoral, bertoleran, ber gotongroyong, berjiwa patriotik,

9
berkembag dinamis, beroreantasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

Pancasila.

C. Pembentukan Karakter Anak sebagai tujuan Pendidikan dalam Islam

Konsep pendidikan karakter sebenarnya telah ada sejak zaman rasulullah SAW.

Hal ini terbukti dari perintah Allah bahwa tugas pertama dan utama Rasulullah adalah

sebagai penyempurna akhlak bagi umatnya. Pembahasan substansi makna dari

karakter sama dengan konsep akhlak dalam Islam, keduanya membahas tentang

perbuatan prilaku manusia. Al-Ghazali menjelaskan jika akhlak adalah suatu sikap yang

mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan

gampang tanpa perlu adanya pemikiran dan pertimbangan

Pembahasan tentang pengertian dasar antara akhlak dan karakter tersebut diatas

mengisyaratkan substansi makna yang sama yaitu masalah moral manusia; tentang

pengetahuan nilai-nilai yang baik, yang seharusnya dimiliki seseorang dan tercermin

dalam setiap prilaku serta perbuatannya. Prilaku ini merupakan hasil dari kesadaran

dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai nilai-nilai baik dalam jiwanya serta dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari disebut orang yang berakhlak atau

berkarakter.

Akhlak atau karakter dalam Islam adalah sasaran utama dalam pendidikan. Hal ini

dapat dilihat dari beberapa hadits nabi yang menjelaskan tentang keutamaan

pendidikan akhlak salah satunya hadits berikut ini: “ajarilah anak-anakmu kebaikan, dan

10
didiklah mereka”.Konsep pendidikan didalam Islam memandang bahwa manusia

dilahirkan dengan membawa potensi lahiriah yaitu:

1) potensi berbuat baik terhadap alam

2) potensi berbuat kerusakan terhadap alam

3) potensi ketuhanan yang memiliki fungsi-fungsi non fisik.

Ketiga potensi tersebut kemudian diserahkan kembali perkembangannya kepada

manusia.memunculkan konsep pendekatan yang menyeluruh dalam pendidikan Islam

yaitu meliputi unsur pengetahuan, akhlak dan akidah.Akhlak selalu menjadi sasaran

utama dari proses pendidikan dalam Islam, karena akhlak dianggap sebagai dasar bagi

keseimbangan kehidupan manusia yang menjadi penentu keberhasilan bagi potensi

paedagogis yang lain. Prinsip akhlak terdiri dari empat hal yaitu:

1) Hikmah ialah situasi keadaan psikis dimana seseorang dapat membedakan antara

hal yang benar dan yang salah.

2) Syajaah (kebenaran) ialah keadaan psikis dimana seseorang melampiaskan atau

menahan potensialitas aspek emosional dibawah kendali akal

3) Iffah (kesucian) ialah mengendalikan potensialitas selera atau keinginan dibawah

kendali akal dan syariat

4) ‘adl (keadilan) ialah situasi psikis yang mengatur tingkat emosi dan keinginan sesuai

kebutuhan hikmah disaat melepas atau melampiaskannya.

Prinsip akhlak diatas menegaskan bahwa fitrah jiwa manusia terdiri dari potensi

nafsu yang baik dan potensi nafsu yang buruk, tetapi melalui pendidikan diharapkan

manusia dapat berlatih untuk mampu mengontrol kecenderungan perbuatannya kearah

11
nafsu yang baik. Oleh karena itu Islam mengutamakan proses pendidikan sebagai agen

pembentukan akhlak pada anak.

Pendapat diatas menggambarkan bahwa akhlak merupakan pilar utama dari tujuan

pendidikan didalam Islam, hal ini senada dengan latar belakang perlunya diterapkan

pendidikan karakter disekolah; untuk menciptakan bangsa yang besar, bermartabat dan

disegani oleh dunia maka dibutuhkan good society yang dimulai dari pembangunan

karakter (character building). Pembangunan karakter atau akhlak tersebut dapat

dilakukan salah satunya melalui proses pendidikan disekolah dengan

mengimplementasikan penanaman nilai-nilai akhlak dalam setiap materi pelajaran.

D. Perbedaan Pendidikan Akhlak dan Pendidikan Karakter

Pendidikan Akhlak, mengenai penjelasan akhlak secara luas, banyak sekali

tokoh yang memberikan pengertian secara bervariasi. Diantaranya M. Abdullah Darraz,

menurut beliau akhlak adalah sesuatu kekuatan dalam kehendak yang mantap,

kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan

pihak yang benar (akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (akhlak yang jahat).

Akhlak dipahami oleh banyak pakar dalam arti “kondisi kejiwaan yang menjadikan

pemiliknya melakukan sesuatu secara mudah, tidak memaksakan diri, bahkan

melakukannya secara otomatis.” Apa yang dilakukan bisa merupakan sesuatu yang

baik, dan ketika itu ia dinilai memiliki akhlak karimah/mulia/terpuji, dan bisa juga

sebaliknya, dan ketika itu ia dinilai menyandang akhlak yang buruk. Baik dan buruk

tersebut berdasar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dimana yang bersangkutan

berada.

12
Hadits nabi yang berkaitan dengan konsep pendidikan karakter adalah hadits yang

diriwayatkan oleh imam Bukhari-Muslim sebagai berikut:

‫قال أسامة بن زيد رضي اهلل عنهما سمعت رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم يقول ي ُْؤ َتى‬

ْ‫ار َف َت ْن َدل ُِق أَ ْق َتا ُب ُه َف َي ُدو ُر ِبها َ َكما َ َي ُدو ُر ْالحِما َ ُر ِبالرِّ َى َحى َفي ُِيي‬
ِ ‫ُ بالعاَل ِِم َيو َم ْالقِ َيا َم ِة َفي ُْل َقى فِي ال َّن‬
ِ

‫ت آ ُم ُر ِب ْال َمعْ رُوفِ َو ا َل آ ِت ْي ِه َو ا ْن َهى َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو آ ِت ْي ِه‬


ُ ‫ك؟ َف َيقُو ُل ُك ْن‬ َ ُ‫ار َف َيقُ ْول‬
َ َ‫ون َما ل‬ َ
ِ ‫ِب ِه أهْ ُل ال َّن‬

Artinya : “Usamah bin Zaid ra. berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:

Akan dihadapkan orang yang berilmu pada hari kiamat, lalu keluarlah semua isi

perutnya, lalu ia berputar-putar dengannya, sebagaimana himar yang ber-putar-putar

mengelilingi tempat tambatannya. Lalu penghuni neraka disuruh mengelilinginya seraya

bertanya: Apakah yang menimpamu? Dia menjawab: Saya pernah menyuruh orang

pada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak mengerjakan-nya, dan saya mencegah orang

dari kejahatan, tetapi saya sendiri yang mengerjakannya”.

Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, terlihat bahwa pendidikan

karakter mempunyai orientasi yang sama dengan pendidikan akhlak yaitu pembentukan

karakter. Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam sedangkan

pendidikan karakter terkesan Barat dan sekuler, bukan alas an yang dipertentangkan.

Pada kenyataannya keduanya memiliki ruang untuk saling mengisi. Bahkan Lickona

sebagai Bapak Pendidikan Karakter di Amerika justru mengisyaratkan keterkaitan erat

antara karakter dengan spiritualitas.

Pendidikan karakter yang berbasis Al Qur’an dan Assunnah, gabungan antara

keduanya yaitu menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi benih agar peserta

13
didik mampu menumbuhkan karakter khasnya pada saat menjalani kehidupannya.

Hanya menjalani sejumlah gagasan atau model karakter saja tidak akan membuat

peserta didik menjadi manusia kreatif yang tahu bagaimana menghadapi perubahan

zaman, sebaliknya membiarkan sedari awal agar peserta didik mengembangkan nilai

pada dirinya tidak akan berhasil mengingat peserta didik tidak sedari awal menyadari

kebaikan dirinya.

Melalui gabungan dua paradigma ini, pendidikan karakter akan bisa terlihat dan

berhasil bila kemudian seorang peserta didik tidak akan hanya memahami pendidikan

nilai sebagai sebuah bentuk pengetahuan, namun juga menjadikannya sebagai bagian

dari hidup dan secara sadar hidup berdasar pada nilai tersebut.

E. Nilai-nilai Dalam Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari

nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut

sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila

berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa

nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan

isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama,

percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan;

baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.

Pendidikan karakter dianggap sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang

disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Tampak di sini terdapat unsur

pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan untuk

melakukannya. Nilai-nilai itu merupakan nilai yang dapat membantu interaksi bersama

14
orang lain secara lebih baik (learning to live together). Nilai tersebut mencakup berbagai

bidang kehidupan, seperti hubungan dengan sesama (orang lain, keluarga), diri sendiri

(learning to be), hidup bernegara, lingkungan dan Tuhan. Tentu saja dalam penanaman

nilai tersebut membutuhkan tiga aspek, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Kemendiknas melansir bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma

sosial, peraturan atau hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah

teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima, yaitu:

1. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa

2. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan diri sendiri

3. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan sesama manusia

4. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan lingkungan

5. nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan kebangsaan.

Setelah diketahui nilai-nilai pendidikan karakter tersebut, tampak bahwa

pendidikan karakter di Indonesia ingin membangun individu yang berdaya guna secara

integratif. Hal ini dapat terlihat dalam nilai-nilai yang diusung, yakni meliputi nilai yang

berhubungan dengan dimensi ketuhanan, diri sendiri dan juga orang lain

F. Materi PAI di sekolah Sebagai Wujud Pembentukan Karakter Bagi Peserta Didik

Tujuan utama dari Pembelajaran PAI adalah pembentukan kepribadian pada diri siswa

yang tercermin dalam tingkah laku dan pola pikirnya dalam kehidupan sehari-hari, maka

pembelajaran PAI tidak hanya menjadi tanggung jawab guru PAI seorang diri, tetapi

dibutuhkan dukungan dari seluruh komunitas disekolah, masyarakat, dan lebih penting

lagi adalah orang tua. Sekolah harus mampu mengkoordinir serta mengkomunikasikan

15
pola pembelajaran PAI terhadap beberapa pihak yang telah disebutkan sebagai sebuah

rangkaian komunitas yang saling mendukung dan menjaga demi terbentuknya siswa

berakhlak dan berbudi pekerti luhur. Keberhasilan pembelajaran PAI disekolah salah

satunya juga ditentukan oleh penerapan metode pembelajaran yang tepat. Sejalan

dengan hal ini Abdullah Nasih Ulwan memberikan konsep pendidikan inluentif dalam

pendidikan akhlak anak yang terdiri dari 1) Pendidikan dengan keteladanan, 2)

Pendidikan dengan adat kebiasaan, 3) Pendidikan dengan nasihat,4) pendidikan

dengan memberikan perhatian, 5) pendidikan dengan memberikan hukuman

Mendidik dengan memberikan perhatian berarti senantiasa memperhatikan dan

selalu mengikuti perkembangan anak pada prilaku sehari-harinya. Hal ini juga dapat

dijadikan dasar evaluasi bagi guru bagi keberhasilan pembelajarannya. Karena hal

yang terpenting dalam proses pemelajaran PAI adalah adanya perubahan prilaku yang

baik dalam kehidupan sehari-harinya sebagai wujud dari aplikasi pengetahuan yang

telah didapat.

16
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

pendidikan karakter adalah upaya sadar yang dilakukan seseorang atau

sekelompok orang (pendidik) untuk menginternalisasikan nilai-nilai karakter pada

seseorang yang lain (peserta didik) sebagai pencerahan agar peserta didik mengetahui,

berfikir dan bertindak secara bermoral dalam menghadapi setiap situasi. Ada sembilan

pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu :1. karakter cinta Tuhan

dan segenap ciptaan-Nya

2. kemandirian dan tanggung jawab3. kejujuran/amanah, diplomatis

4. hormat dan santun

5. dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong/kerjasama

6. percaya diri dan pekerja keras

7. kepemimpinan dan keadilan8. baik dan rendah hati

9. karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia

peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi

lulusan.Melalui pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas, tidak hanya

otaknya namun juga cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting

17
dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan.Sedangkan dari segi

pendidikan, pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan

dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan

akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

Ulwan, Abdullah Nasih, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam,Terj Sefullah Kamalie

Dan Hery Noer Ali, Jilid 2, Semarang, Asy-Syifa. Tt

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan,(Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1998), h. 99

Ridla, Muhammad Jawwad, 2002. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam Perspektif

Sosiologis-Filosofis, Terj Mahmud Arif, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya Sudrajat, Ajat,

2011, Mengapa Pendidikan Karakter?, Jurnal Pendidikan Karakter, Vol. 1, No. 1.

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung:Alfabeta,

2012) , h.23-24.

18

Anda mungkin juga menyukai