“Pendidikan Karakter”
Disusun Oleh:
Nim. :0310201010
T.Bio 1 / Semester 2
1
KATA PENGANTAR
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Pendidikan Karakter” ini tepat pada waktunya Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Selamat
Pasaribu M.Psi. pada mata kuliah Psikologi Pendidikan Selain itu, makalah ini juga
pembaca dan juga bagi penulis.Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Selamat Pasaribu M.Psi selaku dosen Metode Studi Islam. Yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya.Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................4
1. LatarBelakang...............................................................................................................4
2. Rumusan Masalah........................................................................................................5
BA 2 PEMBAHASAN ......................................................................................................6
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................16
1.Kesimpulan.................................................................................................................16.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini,
hal ini berkaitan dengan fenomena dekadensi moral yang terjadi ditengah – tengah
Kriminalitas, ketidak adilan, korupsi, kekerasan pada anak, pelangggaran HAM, menjadi
bukti bahwa telah terjadi krisis jati diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia. Budi
pekerti luhur, kesantunan, dan relegiusitas yang dijunjung tinggi dan menjadi budaya
bangsa Indonesia selama ini seakan-akan menjadi terasa asing dan jarang ditemui
ditengah-tengah masyarakat. Kondisi ini akan menjadi lebih parah lagi jika pemerintah
panjang maupun jangka pendek. Pendidikan karakter menjadi sebuah jawaban yang
tepat atas permasalahan-permasalahan yang telah disebut di atas dan sekolah sebagai
misi dari pendidikan karakter tersebut. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam
menunjukkan dekadensi moral dan perilaku negatif individu dan sekelompok orang
seperti rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, munculnya
kekerasan yang dilakukan remaja, sopan santun dalam berkata-kata dan bersikap
4
sudah semakin meluntur, batasan baik-buruk bertambah kabur, penggunaan narkotika
dan alkohol serta seks bebas, ketidakjujuran merupakan hal yang biasa dan
membudaya, terjadinya saling curiga dan menyebarnya rasa kebencian dan radikalisme
yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan banyak fenomena lainnya
problem moral masyarakat yang terjadi karena merupakan upaya sistematis dalam
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Islam
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan karakter berasal dari dua kata pendidikan dan karakter, menurut
beberapa ahli, kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-beda tergantung pada
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan Jasmani dan Rohani anak didik menuju
memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan
Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.
Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “Charakter”, yang
antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau
akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada
umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor
6
kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
menjadi ciri khas seseorang atau ssekelompok orang. .karakter juga bisa diartikan
sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil proses konsolidasi secara
diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dangan yang lain, dan watak. Ki Hadjar Dewantara memandang karakter
sebagai watak atau budi pekerti. Menurutnya budi pekerti adalah bersatunya antara
tenaga.
karakter adalah sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil proses
konsolidasi secara progresif dan dinamis; sifat alami seseorang dalam merespons
siruasi secara bermoral; watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbgai kebajikan, yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak; sifatnya jiwa
Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi tentang pendidikan dan karakter
secara sederhana dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar yang
nilai-nilai karakter pada seseorang yang lain (peserta didik) sebagai pencerahan agar
peserta didik mengetahui, berfikir dan bertindak secara bermoral dalam menghadapi
setiap situasi.
7
Ada sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu :
3. kejujuran/amanah, diplomatis
lagi sekolah, kita dapat menemukan suatu pendidikan. Pendidikan dalam keluarga,
pendidikan yang pertama kali didapat oleh seseorang yaitu penanaman nilai, etika,
moral, dan akhlak, sejak dia lahir ke dunia sehingga pendidikan yang ditanamkan oleh
keluarga sejak kecil akan menjadi karakter anak tersebut. Setelah seseorang sudah
mulai mengenal lingkungan sekitar akan mendapat pendidikan yang bersifat sosial, di
bersosialisasi dengan orang lain. Selain keluarga dan masyarakat, ketika seseorang
sudah cukup umur, mereka akan mendapat pendidikan formal di dalam sekolah yang
berkaitan dengan akademik atau kognitif yang ditambah afektif dan psikomotorik.
Kekuatan karakter akan terbentuk dengan sendirinya jika ada dukungan dan dorongan
8
dari lingkungan sekitar. Peran keluarga, masyarakat, dan sekolah sangat dominan
karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan
aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut
Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif,
Melalui pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas, tidak hanya
otaknya namun juga cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh,
9
berkembag dinamis, beroreantasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila.
Konsep pendidikan karakter sebenarnya telah ada sejak zaman rasulullah SAW.
Hal ini terbukti dari perintah Allah bahwa tugas pertama dan utama Rasulullah adalah
karakter sama dengan konsep akhlak dalam Islam, keduanya membahas tentang
perbuatan prilaku manusia. Al-Ghazali menjelaskan jika akhlak adalah suatu sikap yang
mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan
Pembahasan tentang pengertian dasar antara akhlak dan karakter tersebut diatas
mengisyaratkan substansi makna yang sama yaitu masalah moral manusia; tentang
pengetahuan nilai-nilai yang baik, yang seharusnya dimiliki seseorang dan tercermin
dalam setiap prilaku serta perbuatannya. Prilaku ini merupakan hasil dari kesadaran
dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai nilai-nilai baik dalam jiwanya serta dapat
berkarakter.
Akhlak atau karakter dalam Islam adalah sasaran utama dalam pendidikan. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa hadits nabi yang menjelaskan tentang keutamaan
pendidikan akhlak salah satunya hadits berikut ini: “ajarilah anak-anakmu kebaikan, dan
10
didiklah mereka”.Konsep pendidikan didalam Islam memandang bahwa manusia
yaitu meliputi unsur pengetahuan, akhlak dan akidah.Akhlak selalu menjadi sasaran
utama dari proses pendidikan dalam Islam, karena akhlak dianggap sebagai dasar bagi
paedagogis yang lain. Prinsip akhlak terdiri dari empat hal yaitu:
1) Hikmah ialah situasi keadaan psikis dimana seseorang dapat membedakan antara
4) ‘adl (keadilan) ialah situasi psikis yang mengatur tingkat emosi dan keinginan sesuai
Prinsip akhlak diatas menegaskan bahwa fitrah jiwa manusia terdiri dari potensi
nafsu yang baik dan potensi nafsu yang buruk, tetapi melalui pendidikan diharapkan
11
nafsu yang baik. Oleh karena itu Islam mengutamakan proses pendidikan sebagai agen
Pendapat diatas menggambarkan bahwa akhlak merupakan pilar utama dari tujuan
pendidikan didalam Islam, hal ini senada dengan latar belakang perlunya diterapkan
pendidikan karakter disekolah; untuk menciptakan bangsa yang besar, bermartabat dan
disegani oleh dunia maka dibutuhkan good society yang dimulai dari pembangunan
menurut beliau akhlak adalah sesuatu kekuatan dalam kehendak yang mantap,
pihak yang benar (akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (akhlak yang jahat).
Akhlak dipahami oleh banyak pakar dalam arti “kondisi kejiwaan yang menjadikan
melakukannya secara otomatis.” Apa yang dilakukan bisa merupakan sesuatu yang
baik, dan ketika itu ia dinilai memiliki akhlak karimah/mulia/terpuji, dan bisa juga
sebaliknya, dan ketika itu ia dinilai menyandang akhlak yang buruk. Baik dan buruk
tersebut berdasar nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dimana yang bersangkutan
berada.
12
Hadits nabi yang berkaitan dengan konsep pendidikan karakter adalah hadits yang
قال أسامة بن زيد رضي اهلل عنهما سمعت رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم يقول ي ُْؤ َتى
ْار َف َت ْن َدل ُِق أَ ْق َتا ُب ُه َف َي ُدو ُر ِبها َ َكما َ َي ُدو ُر ْالحِما َ ُر ِبالرِّ َى َحى َفي ُِيي
ِ ُ بالعاَل ِِم َيو َم ْالقِ َيا َم ِة َفي ُْل َقى فِي ال َّن
ِ
Artinya : “Usamah bin Zaid ra. berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Akan dihadapkan orang yang berilmu pada hari kiamat, lalu keluarlah semua isi
bertanya: Apakah yang menimpamu? Dia menjawab: Saya pernah menyuruh orang
pada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak mengerjakan-nya, dan saya mencegah orang
karakter mempunyai orientasi yang sama dengan pendidikan akhlak yaitu pembentukan
karakter. Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam sedangkan
pendidikan karakter terkesan Barat dan sekuler, bukan alas an yang dipertentangkan.
Pada kenyataannya keduanya memiliki ruang untuk saling mengisi. Bahkan Lickona
keduanya yaitu menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi benih agar peserta
13
didik mampu menumbuhkan karakter khasnya pada saat menjalani kehidupannya.
Hanya menjalani sejumlah gagasan atau model karakter saja tidak akan membuat
peserta didik menjadi manusia kreatif yang tahu bagaimana menghadapi perubahan
zaman, sebaliknya membiarkan sedari awal agar peserta didik mengembangkan nilai
pada dirinya tidak akan berhasil mengingat peserta didik tidak sedari awal menyadari
kebaikan dirinya.
Melalui gabungan dua paradigma ini, pendidikan karakter akan bisa terlihat dan
berhasil bila kemudian seorang peserta didik tidak akan hanya memahami pendidikan
nilai sebagai sebuah bentuk pengetahuan, namun juga menjadikannya sebagai bagian
dari hidup dan secara sadar hidup berdasar pada nilai tersebut.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari
nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut
sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila
berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa
nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan
isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama,
percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan;
baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.
disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Tampak di sini terdapat unsur
pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan untuk
melakukannya. Nilai-nilai itu merupakan nilai yang dapat membantu interaksi bersama
14
orang lain secara lebih baik (learning to live together). Nilai tersebut mencakup berbagai
bidang kehidupan, seperti hubungan dengan sesama (orang lain, keluarga), diri sendiri
(learning to be), hidup bernegara, lingkungan dan Tuhan. Tentu saja dalam penanaman
nilai tersebut membutuhkan tiga aspek, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.
sosial, peraturan atau hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah
1. Nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa
pendidikan karakter di Indonesia ingin membangun individu yang berdaya guna secara
integratif. Hal ini dapat terlihat dalam nilai-nilai yang diusung, yakni meliputi nilai yang
berhubungan dengan dimensi ketuhanan, diri sendiri dan juga orang lain
F. Materi PAI di sekolah Sebagai Wujud Pembentukan Karakter Bagi Peserta Didik
Tujuan utama dari Pembelajaran PAI adalah pembentukan kepribadian pada diri siswa
yang tercermin dalam tingkah laku dan pola pikirnya dalam kehidupan sehari-hari, maka
pembelajaran PAI tidak hanya menjadi tanggung jawab guru PAI seorang diri, tetapi
dibutuhkan dukungan dari seluruh komunitas disekolah, masyarakat, dan lebih penting
lagi adalah orang tua. Sekolah harus mampu mengkoordinir serta mengkomunikasikan
15
pola pembelajaran PAI terhadap beberapa pihak yang telah disebutkan sebagai sebuah
rangkaian komunitas yang saling mendukung dan menjaga demi terbentuknya siswa
berakhlak dan berbudi pekerti luhur. Keberhasilan pembelajaran PAI disekolah salah
satunya juga ditentukan oleh penerapan metode pembelajaran yang tepat. Sejalan
dengan hal ini Abdullah Nasih Ulwan memberikan konsep pendidikan inluentif dalam
selalu mengikuti perkembangan anak pada prilaku sehari-harinya. Hal ini juga dapat
dijadikan dasar evaluasi bagi guru bagi keberhasilan pembelajarannya. Karena hal
yang terpenting dalam proses pemelajaran PAI adalah adanya perubahan prilaku yang
baik dalam kehidupan sehari-harinya sebagai wujud dari aplikasi pengetahuan yang
telah didapat.
16
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
seseorang yang lain (peserta didik) sebagai pencerahan agar peserta didik mengetahui,
berfikir dan bertindak secara bermoral dalam menghadapi setiap situasi. Ada sembilan
pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu :1. karakter cinta Tuhan
pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan.Melalui pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas, tidak hanya
otaknya namun juga cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting
17
dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan.Sedangkan dari segi
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
DAFTAR PUSTAKA
Ulwan, Abdullah Nasih, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam,Terj Sefullah Kamalie
Pelajar, 1998), h. 99
Ridla, Muhammad Jawwad, 2002. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam Perspektif
Sosiologis-Filosofis, Terj Mahmud Arif, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya Sudrajat, Ajat,
2012) , h.23-24.
18