Anda di halaman 1dari 8

Penatalaksanaan Endodontik dari Gigi Mesotaurodontik dengan

Endocrown: Laporan Kasus


1
James D Raj, 2Niveditha MS Babu, 3Victor Samuel A
1
Associate Professor, 2Senior Lecturer, 3Professor
1
Department of Pedodontic and Preventive Dentistry, SRM Kattankulathur Dental College, SRM
Institue of Science and Tehnology, Chennai, Tamil Nadu, India
2,3
Department of Conservative and Endodontics, Saveetha Dental College, Saveetha University,
Chennai, Tamil Nadu, India

ABSTRAK

Taurodontisme adalah gangguan perkembangan gigi dengan gangguan


penyempitan (kontriksi) pada daerah cementoenamel junction (CEJ) dan ditandai
dengan ruang pulpa yang sangat besar. Ruang pulpa yang besar ini menyebabkan
adanya dasar pulpa yang lebih ke apikal dan bifurkasi atau trifurkasi akar. Terapi
endodontik gigi taurodontik selalu merupakan tugas yang menantang bagi para
dokter. Selain itu, restorasi pasca-endodontik dari gigi dengan kerusakan parah
harus ditangani dengan bijaksana. Ini adalah makalah pertama yang menjelaskan
tentang penatalaksanaan endodontik gigi mesotaurodontik dengan endocrown.
Kata kunci: Endocrown, Mesotaurodont, Taurodontisme.

PENDAHULUAN
Taurodontisme adalah gigi yang memiliki gangguan penyempitan
(kontriksi) pada daerah cementoenamel junction (CEJ) dan ditandai dengan ruang
pulpa yang sangat besar. Ruang pulpa yang besar ini menyebabkan dasar pulpa
berada lebih ke apikal dan adanya bifurkasi atau trifurkasi akar.1 Sebagai anomali
gigi, taurodontisme secara eksternal memiliki kemiripan dengan gigi banteng
dimana mahkota cenderung membesar dengan mengorbankan akar. Hal ini
menyebabkan tinggi apiko-oklusal lebih besar dan jarak dari bifurkasi akar ke
CEJ pada gigi taurodonsia lebih besar dibandingkan jarak oklusoservikal. Etiologi
taurodontisme tidak jelas. Penyebabnya bisa berupa kegagalan diafragma
selubung epitel Hertwig untuk menginvaginasi pada level horizontal yang tepat
sehingga mengakibatkan gigi berakar pendek, body gigi yang tampak memanjang,
pulpa yang besar, dan dentin normal.4,5 Taurodonsia merupakan varian dari bentuk
ruang pulpa, yang mungkin timbul sebagai akibat dari perkembangan dentin yang
abnormal. Bukti terbaru menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
taurodontisme, faktor keturunan (familial inheritance), malformasi genetik, dan
induksi épithélio-mésenchymateuse juga telah diusulkan sebagai kemungkinan
etiologi.2,6
Terdapat subtipe taurodontisme berdasarkan ukuran relatif ruang pulpa,
yaitu hipotaurodontisme, mesotaurodontisme, dan hiper taurodontisme.7
Taurodontisme yang paling menonjol di antara spesimen Krapina Neanderthal dan
contoh paling awal dari taurodontisme adalah spesimen antropologi Krapina
70000 tahun.6 Setiap patologi untuk gigi taurodontik menjadikannya tugas yang
menantang untuk memulihkan bentuk dan fungsi gigi. Penatalaksanaan
endodontik juga sedikit lebih menantang pada gigi dengan hilangnya jaringan
keras mahkota yang berlebihan.
Pissis mendeskripsikan "mono-blok porcelain technique" yang disebut
dengan endocrown.8 Jenis crown ini menggunakan dukungan dari ruang pulpa dan
akan dijangkarkan ke bagian internal dan pada margin kavitas sehingga
memperoleh retensi makromekanis yang disediakan oleh dinding pulpa. Crown ini
digunakan terutama pada gigi yang mengalami kerusakan parah. Penggunaan
endocrown menghindari penggunaan pasak endodontik karena mahkota meluas
hampir sampai ke dasar pulpa. Makalah ini menjelaskan laporan kasus tentang
penatalaksanaan endodontik pada gigi taurodontik yang direstorasi dengan
endocrown.

LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki 36 tahun melapor ke Departemen Konservasi Gigi
dan Endodontik dengan rasa nyeri yang berhubungan dengan gigi belakang kanan
bawah. Pada pemeriksaan klinis, bagian lingual dari gigi 47 mengalami kerusakan
parah dengan kehilangan cups distolingual dan hilangnya sebagian dari cups
distobukal karena karies (Gambar 1A). Pada pengujian electric pulp (Parkell
Edgewood, USA) terdapat delayed response dengan skala 8 dibandingkan dengan
gigi kontralateral 37 yang memberikan respon dengan skala 4. Pada uji termal
(panas) dengan gutta percha (GP) stick, terdapat rasa sakit yang masih ada bahkan
setelah stimulus dihilangkan. Ini mempersempit temuan sebagai pulpitis
ireversibel. Pemeriksaan radiografi menunjukkan radiolusensi mendekati tanduk
pulpa mesial gigi 47 dan gigi tampak seperti taurodon (Gambar. 1B). Rencana
perawatan yang diputuskan adalah perawatan saluran akar yang dilanjutkan
dengan endocrown. Rencana perawatan dijelaskan kepada pasien dan persetujuan
telah diperoleh.
Terapi saluran akar diinisiasi pada gigi 47 dengan isolasi yang tepat dan
protokol irigasi dengan natrium hipoklorit. (Gambar. 2A) Cleaning dan shaping
dilakukan menggunakan HERO shaper 4% ukuran 20 dan 6% ukuran 25 dengan
irigasi yang memadai pada kunjungan pertama. Medikamen intrakanal kalsium
hidroksida ditempatkan pada saluran akar dan dilakukan closed dressing. Pasien
tidak menunjukkan gejala setelah seminggu; obturasi dilakukan dengan taper
guttapercha cones yang telah disesuaikan dan sealer AH + (Dentsply, USA)
(Gambar. 2B). Preparasi gigi dilakukan pada gigi 47 untuk mengakomodasi
endocrown. Retraction cord ukuran OO dan dua dikemas menggunakan cord
packer (Gambar. 3). Two-stage putty wash impression dilakukan menggunakan
Putty dan Light body (Gambar. 4) (Betasil Vario, Jerman).
Cetakan tersebut kemudian dirujuk ke Departemen untuk desain dengan
bantuan komputer (computer-aided design atau CAD) / manufaktur dengan
bantuan komputer (computer-aided manufactoring atau CAM) untuk optical
impression. Setelah penggilingan awal, pre-fired endocrown dicobakan ke pasien
untuk memeriksa kecocokan dan untuk memperbaiki gangguan oklusal. Setelah
itu, endocrown dilapisi dan gigi dietsa dengan asam selama 15 sampai 20 detik,
dibilas selama 20 detik dan dikeringkan dengan udara (Gambar. 5). Bonding
agent diaplikasikan ke seluruh permukaan menggunakan ujung aplikator dan light
curing selama 30 sampai 40 detik. Hydrofluoric acid digunakan untuk mengetsa
bagian dalam dari endocrown untuk membuat permukaan menjadi kasar.
Endocrown direkatkan pada gigi 47 menggunakan resin cement (RelyX cement)
(Gambar. 6). Pasien dipanggil untuk tindak lanjut rutin. Gambar 7 menunjukkan
gambar CBCT follow up 2 tahun tanpa perubahan periapikal.
Gambar 1A danA B: (A) Gambaran B
intraoral dari gambar pra operasi gigi 47; (B) Radiografi pra operasi dari gigi 47
yang menunjukkan mesotaurodontisme dengan radiolusensi yang mengenai
tanduk pulpa

Gambar 2A sampai C: A (A) Bukaan akses dari gigi 47Byang menunjukkan


C orifisium
saluran akar; (B) Gambar dari gigi 47 yang telah diobturasi; (C) Radiografi
postoperative gigi yang diobturasi

Gambar 3: Penempatan retrcation cord


Gambar 4: Two stage impression
dari mahkota yang telah dipreparasi
bersama dengan bentuk ruang pulpa

Gambar 5: CAD- CAM milled crown

Gambar 6: Gambar postoperative


mahkota yang disementasi
Gambar 7A dan B: (A) Gambaran CBCT dari regio 47; (B) Gambaran CBCT gigi
rahang atas dan rahang bawah - follow-up selama 2 tahun

DISKUSI
Umumnya gigi taurodontik akan memiliki ukuran dan bentuk ruang pulpa
yang bervariasi, lubang saluran akar yang lebih dalam, konfigurasi saluran akar
dan sistem saluran akar yang bervariasi.3 Secara endodontik, kasus taurodontisme
memberikan tantangan selama berbagai fase prosedur saluran akar, seperti lokasi
saluran akar, preparasi biomekanik, dan obturasi. Karena akan ada anatomi
saluran akar yang kompleks dan kedekatannya dengan orifisium bukal, pengisian
lengkap saluran akar pada gigi taurodont berbeda dari keadaan normal.
Sepengetahuan penulis, ini adalah laporan kasus pertama tentang gigi taurodontik
yang dirawat secara endodontik dengan endocrown untuk restorasi koronal pasca
endodontik. Kasus ini disajikan dengan mesotaurodont yang dilakukan
penatalaksanaan endodontik dengan rotary system.
Setelah perawatan saluran akar, memulihkan gigi untuk mengembalikan
fungsi oralnya merupakan tugas yang berat, terutama pada gigi yang sangat rusak.
Restorasi harus memperoleh retensi yang adekuat dan menghindari kerusakan
pada jaringan keras yang tersisa melalui pencegahan kebocoran mikro bakteri dan
fraktur struktur gigi yang tersisa. Berbagai pilihan perawatan yang tersedia untuk
perawatan endodontik dengan berbagai jenis sistem pasak dan core (inti), serta
endocrown. Jika hingga satu setengah dari struktur gigi koronal hilang, penutupan
oklusal lengkap diperoleh secara konservatif dengan menggunakan endocrown.9
Endocrown memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan conventional
crown. Selain itu, endocrown juga telah mengurangi jumlah interface dalam
sistem restoratif dan konsentrasi tegangan yang lebih sedikit karena terdapat
pengurangan material nonhomogenous yang dilakukan.10,11 Endocrown melibatkan
lebar biologis minimal, lebih banyak permukaan untuk ikatan dari ruang pulpa
dan aplikasi resin juga terkontrol dengan lebih baik.12 Endocrown juga
menunjukkan perilaku yang memuaskan dalam hal estetika, stabilitas restorasi,
dan pemeliharaan jaringan.13
Semua restorasi koronal keramik paling disukai belakangan ini karena
menawarkan baik estetika (bentuk) dan fungsi. Pengembangan sistem dan
software CAD / CAM memiliki keunggulan dalam praktik kedokteran gigi.
Teknologi CAD / CAM menawarkan penggilingan restorasi keramik yang tepat
dan memiliki tingkat akurasi tertinggi. Waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan
penggilingan mahkota CAD / CAM sangat minimal dibandingkan dengan
prosedur laboratorium lainnya yang melelahkan. Restorasi dapat dilakukan di
kursi dan dapat dilakukan sementasi dalam satu kali kunjungan. Kontaminasi
silang dapat dihindari karena prosedur pembuatan cetakan dan prosedur
laboratorium yang lebih cepat. Kepatuhan pasien dan estetika yang lebih baik juga
dapat dicapai.14 Kasus ini juga dilaporkan dengan kepatuhan pasien dan estetika
yang lebih tinggi. Namun, opsi lain seperti pasak dan core (inti) atau fiber
reinforced composite juga dapat digunakan dengan satu kunjungan lagi.
Endocrown untuk gigi yang sangat rusak dan terutama pada gigi taurodontik
adalah salah satu pilihan terbaik di mana diperlukannya retensi yang lebih dari
cakupan koronal pascaendodontik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Jafarzadeh H, Azarpazhooh A, Mayhall JT. Taurodontism: a review of the
condition and endodontic treatment challenges. Int Endod J 2008
May;41(5):375-388.
2. Llamas R, Jimenez-Planas A. Taurodontism in premolar. Oral Surg Oral Med
Oral Pathol 1993;75:501-505.
3. Durr DP, Campos CA, Ayers CS. Clinical significance of taurodontism. J Am
Dent Assoc 1980;100:378-381.
4. Hamner JE, Witkop CJ, Metro PS. Taurodontism. Report of a case. Oral Surg
Oral Med Oral Pathol 1964;18:409-418.
5. Terezhalmy GT, Riley CK, Moore WS. Clinical images in oral medicine and
maxillofacial radiology. Taurodontism. Quint Int 2001;32:254-255.
6. Barker BC. Taurodontism: The incidence and possible significance of the
trait. Aust Dent J 1976;21:272-276.
7. Shaw JC. Taurodont teeth in South African races. J Anat 1928;62:476-498.
8. Pissis P. Fabrication of a metal-free ceramic restoration utilizing the
monobloc technique. Prac Periodontics Aesthet Dent 1995;7(5):83-94.
9. Dietschi D1, Duc O, Krejci I, Sadan A. Biomechanical considerations for the
restoration of endodontically treated teeth: a systematic reviewof the literature
—part 2 (Evaluation of fatigue behavior, interfaces, and in vivo studies).
Quint Int 2008;39(2):117-129.
10. Zarone F, Sorrentino R, Apicella D, Valentino B, Ferrari M, Aversa R, et al.
Evaluation of the biomechanical behavior of maxillary central incisors
restored by means of endocrowns compared to a natural tooth: a 3D static
linear finite elements analysis. Dent Mater. 2006;22(11):1035-1044.
11. Lin CL, Chang YH, Pai CA. Evaluation of failure risks in ceramic
restorations for endodontically treated premolar with MOD preparation. Dent
Mater 2011;27(5):431-438.
12. Rocca G T, Serge B. Alternative treatments for the restoration of non vital
teeth. Revue d’Odonto Stomatologie 2008;37: 259-272.
13. Lander E, Dietschi D. Endocrowns: a clinical report. Quint Int 2008;39(2):99-
106.
14. Chang CY, Kuo JS, Lin YS, Chang YH. Fracture resistance and failure
modes of CEREC endo-crowns and conventional post and core-supported
CEREC crowns. J Dent Sci 2009;4(3): 110-117.

Anda mungkin juga menyukai