Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

POST NATAL CARE (PNC)


Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Keperawatan
Maternitas
Dosen pengampu : Hj. Suyatini SPd, M.Kes.

Disusun oleh :

GADIS INTANOVIA ADINDA

P27904117023

TINGKAT III/V

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI D IV KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

A. Pengertian
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6
minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali
organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000)
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6
minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali
organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000). Masa
nifas ini dapat dibagi menjadi tiga tahap yakni :
1. Immidiate post partum

Masa setelah post partum sampai 24 jam setelah melahirkan (24 jam)

2. Early post partum

Masa setelah hari pertama sampai dengan minggu pertama post partum

3. Late post partum

Masa minggu pertama post partum sampai dengan minggu keempat


post partum

B. Perubahan fisiologi post partum

1. Tanda-tanda vital

a. Suhu

Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 38 0 C sebagai suatu


akibat dari dehidrasi persalinan 24 jam wanita tidak boleh demam.
b. Nadi

Bradikardi umumnya ditemukan pada 6 – 8 jam pertama setelah


persalinan. Brandikardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan
cardiac out put dan stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan cardia
output dan stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan sebelum hamil
3 bulan setelah persalinan. Nadi antara 50 sampai 70 x/m dianggap
normal.
c. Respirasi
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti
sebelum hamil

d. Tekanan darah

Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali.


Hipotensi yang diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening
setelah berdiri dapat berkembang dalam 48 jam pertama sebagai suatu
akibat gangguan pada daerah persarafan yang mungkin terjadi setelah
persalinan.
2. Adaptasi sistim cardiovaskuler

Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi


penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg jika ada perubahan dari
posisi tidur ke posisi duduk. Hal ini disebut hipotensi orthostatik yang
merupakan kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan resitensi
didaerah panggul. Segera setelah persalinan ibu kadang menggigil
disebabkan oleh instabilitas vasmotor secara klinis, hal ini tidak berarti
jika tidak disertai demam.
3. Adaptasi kandung kemih

Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma akibat


tekanan oedema dan menurunnya sensifitas terhadap tekanan cairan,
perubahan ini menyebabkan tekanan yang berlebihan dan pengosongan
kandung kemih yang tidak tuntas, biasanya ibu mengalami kesulitan
BAK sampai 2 hari pertama post partum.
4. Adaptasi sistem endokrim

Sistem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv persalinan


mengikuti lahirnya placenta, terjadi penurunan yang cepat dari estrogen
progesteron dan proaktin. Ibu yang tidak menyusui akan meningkat
secara bertahap dimana produksi ASI mulai disekitar hari ketiga post
partum. Adanya pembesaran payudara terjadi karena peningkatan sistem
vaskulan dan linfatik yang mengelilingi payudara menjadi besar, kenyal,
kencang dan nyeri bila disentuh.
5. Adaptasi sistem gastrointestinal

Pengembangan fungsi defekasi secara normal terjadi lambat dalam


minggu pertama post partum. Hal ini berhubungan dengan penurunan
motilitas usus, kehilangan cairan dan ketidaknyamanan parineal.
6. Adaptasi sistem muskuloskletal

Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang


mengakibatkan berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa post
partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kotor. Selama kehamilan
otot abdomen terpisah yang disebut distasi recti abdominalis, juga terjadi
pemisahan, maka uteri dan kandung kemih mudah dipalpasi melalui
dinding bila ibu terlentang.
7. Adaptasi sistem integument

Cloasma gravidrum biasanya tidak akan terlihat pada akhir


kehamilan, hyperpigmenntasi pada areola mammae dan linea nigra,
mungkin belum menghilang sempurna setelah melahirkan.
8. Adaptasi Reproduksi

a. Uterus

Involusio Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 100 gram


Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Involusi terjadi disebabkan oleh :

1) Kontraksi retraksi serabut otot yang terjadi terus-menerus


sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh darah dan anemia
setempat (iskemia).
2) Otolisis yang disebabkan sitoplasma sel yang berlebihan akan
tercernah sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro-elastik dalam
jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
3) Atrofi merupakan jaringan yang berproliferasi dengan adanya
estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofit sebagai
reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai
pelepasan plasenta.
Selain perubahan atrofik pada otot-otot uterus, lapisannya
(desidua) mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan
lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi endometrium yang
baru. Luka bekas pelekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu
untuk sembuh total
b. Lokia

Lokia adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan


jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas.
Jumlah dan warnah lokia akan berkurang secara progresif. Lokia dapat
dibagi atas
1) Lokia rebra (hari 1 – 4) jumlahnya sedang, berwarnah merah
terutama darah.

2) Lokia serosa ( hari 4 – 8) jumlahnya berkurang dan berwarnah


merah mudah

(hemoserosal)
3) Lokia alba (hari 8 – 14) jumlahnya sedikit, berwarnah putih atau
hampir tidak berwarna.
c. Serviks

Serveksi mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah


persalinan, ostium ekstern dapat dimasuki oleh dua hingga tiga tangan
: setelah 6 minggu postnatal, serviks menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi. Serviks
tidak pernah kembali kekeadaan sebelum hamil (nulipara) yang
berupa lubang kecil seperti mata jarum ; serviks hanya kembali pada
keadaan tidak hamil yang berupa lubang yang sudah sembuh, tertutup
tapi berbentuk celah. Dengan demikian, os servisis wanita yang sudah
pernah melahirkan merupakan salah satu tanda yang menunjukkan
riwayat kelahiran lewat vagina
d. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang


sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaab tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-
angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena


sebelumnya tegang oleh tekanan kepada bayi yang bergerak maju.
Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
bagian besar tonusnya sekaligus tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum melahirkan (nulipara).
f. Payudara

Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas


kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar lebih
kencang dan mulamula lebih nyeri tekan status hormonal serta
dimulainya laktasia.
g. Traktus urinarius

Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan


terdapat spasme sfigner dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan.

C. Adaptasi Psikososial Pada Post Partum


1. Fase-fase transisi

a) Fase antisipasi kehamilan :

Fase antisipasi orang tua, membuat keputusan dan harapan, membagi


pekerjaan dalam keluarga
b) Fase bulan madu (periode post partum)

Kontak lebih lama dan intim, menggali keadaan anggota keluarga


yang baru

c) Menurut Rubin, fase adaptsi ibu meliputi :

1) Taking In

– Dependet

– Pasif

– Fokus pada diri sendiri

– Perlu tidur dan makan

2) Taking Hold

– Dependent

– Independent

– Fokus melibatkan bayi


– Melakukan perawatan diri sendiri

– Waktu yang baik untuk penyuluhan

– Dapat menerima tanggungjawab

3) Letting Go

– independence pada peran yang baru

– letting go terjadi pada hari-hari terakhir pad minggu pertama


persalinan.

d) Adaptasi psikologis ayah :

1) Respon ayah :

– Bangga dan takut memegang bayi.

– Diekspresikan secara berbeda-beda, dekat dengan keluarga,


mengadakan pesta dengan teman-teman.
– Pada waktu immediately ; kelihatan lelah dan mengantuk.

– Bila ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari informasi


untuk ibu dalam merawat bayinya.
2) Psikologis ayah :

Tergantung keterlibatan selama proses kelahiran berlangsung.


Biasanya ayah merasa lelah dan ingin selalu dekat dengan istri dan
anaknya. Bila ada masalah dengan bayinya dan harus dirawat
terpisah dengan ibunya, maka ayah merupakan sumber informasi
bagi ibu mengenai anaknya. Dalam hal ini ayah sering merasa
khawatir tentang keadaan istri dan anaknya.
Ayah juga dapat mengalami post partum blue karena masalah
keuangan keluarga, merasa tidak yakin akan kemampuannya sebagai
orang tua dan kesulitan beradaptasi terhadap perubahan hubungan
dengan istrinya.
3) Psikologi keluarga :
Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga menimbulkan
adanya perubahan-perubahan paeran dan hubungan di dalam
keluarga tersebut. Umpamanya anak yang lebih besar sekarang
menjadi kakak, orang tua menjadi kakek, suami-istri harus saling
membagi perhatian karena tuntutan dan ketergantungan bayi dalam
memenuhi kebutuhannya. Bila banyak anggota keluarga yang dapat
membantu dalam merawat bay, mungkin keadaannya tidal sesulit
bila tidak ada yang membantu.
Mengingat kompleksnya tugas-tugas ibu pada masa sesudah
melahirkan, dimana ibu harus merawat dirinya, merawat bayinya dan
melakukan tugas rumah tangga, maka perawat bidan
bertanggungjawab untuk mempersiapkan ibu sebelum melahirkan.

D. Penanganan Masa Nifas (Puerperium)

1. Kebersihan diri

a) Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh

b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan


sabun dan air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk membersihkan
daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk
membersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
2x sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
berlebihan.

b) Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara


perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam

d) Mengurangi jumlah asi yang diproduksi

e) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

f) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan


dirinya sendiri.
3. Latihan

a) Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan


merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat
sehingga mengurangi rasa sakit pada panggul.
b) Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir
dan dasar panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali
latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5
kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus
mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.

b) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan


vitamin yang cukup
c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui.
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama
40 hari post partum.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayi melalui air asinya.
5. Perawatan payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu

b) Menggunakan Bra yang menyokong payudara

c) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari
puting susu yang tidak lecet.
d) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
e) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.

f) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi
tangan untuk mengurut payudara.
g) Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu
menjadi lunak.

h) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh
ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.
i) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

6. Senggama

a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri

b) Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami


istri sampai pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.

E. Perawatan post partum

1. Perineum

Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura atau laserasi


merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan
kering. Pengamatan dan perawatan khusus diperlukan untuk menjamin
agar daerah tersebut sembuh dengan cepat dan mudah. Pencucian daerah
perineum memberikan kesempatan untuk melakukan inspeksi secara
seksama pada daerah tersebut dan mengurangi rasa sakitnya.
2. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat tidur terlentang


selama 8 jam post partum, kemudian boleh miring-miring kekiri dan
kekanan untuk mencegah terjadinya trobosis dan tramboemboli. Pada hari
kedu duduk-duduk, hari ketiga jalanjalan dan pada hari keempat atau lima
boleh pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi tergantung pada
adanya komplikasi persalinan nifas dan sembuhnya luka-luka.
3. Diet
Makanan harus bermutu dan bergizi cukup kalori. Sebaiknya makan
makanan yang mengandung protein, banyak cairan sayuran-sayuran dan
buah-buahan. d. Miksi
Hendaknya berkemih dapat dilakukan sendiri dngan secepatnya.
Kadang-kadang wanita sulit berkemih karena sphineter uretrae mengalami
tekanan oleh kepala janin dan spasme otot iritasi musculus sphicterani
selama persalinan bila kandung kemih penuh dan wanita sulit berkemih
sebaiknya lakukan kateterisasi.
4. Defakasi

Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari post partum. Bila masih
sulit buang air besar dan terjadi optipasi apabila faeces keras harus
diberikan obat laksans atau perectal, jika masih belum bisa dilakukan
klisma.
5. Laktasi

Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting


susu tidak keras, lemas dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Laktasia dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran
air susu ibu (ASI).
Keuntungan ASI yakni :

a) Bagi ibu

1) Mudah didapatkan

2) Praktis dan murah

3) Memberi kepuasan

b) Bagi bayi

1) ASI mengandung zat ASI yang sesuai dengan kebutuhan

2) ASI mengandung berbagai zat antibody untuk mencegah infeksi

3) ASI mengandung laktoperin untuk mengikat zat gizi

4) Susu tepat dan selalu segar

5) Memperindah gigi dan rahang

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran AS :

a) Faktor anatomis

Apabila jumlah lobus dalam buah dada berkurang maka produksi ASI
akan kurang karena sel-sel ocini yang ngisap zat makanan dari
pembuluh darah akan berkurang.
b) Faktor fisiologis

Bahwa terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon yaitu hormon


proloctin yang merangsang sel-sel ocini untuk membentuk ASI, apabila
ada kelainan dari hormon ini maka dengan sendirinya rangsangan pada
sel-sel ocini akan berkurang sehingga tidak dapat membentuk ASI.
c) Makanan yang dimakan ibu yang menyusui

d) Faktor istirahat

e) Faktor isapan anak

f) Faktor obat-obatan dapat mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran


ASI karena adanya hormon yang dikandung oleh obat-obatan tersebut
mempengaruhi hormon prolaktin yang sangat berperan penting dalam
produksi dan peneluaran ASI

F. Asuhan Keperawatan PNC


1. Pengkajian Fisik

a) Riwayat kesehatan sebelumnya

b) Tanda-tanda Vital

c) Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara,


management engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
d) Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, striae.

e) Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.

f) Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.

g) Rektum: hemoroid, dll.

h) Aktivitas sehari-hari.

2. Pengkajian Psikologis

a) Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan.

b) Spesifik: depresi postpartum.

c) Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan libido.

G. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).

2. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses


menyusui.
3. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
4. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
6. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi
tentang penanganan postpartum.

H. Intervensi

1. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu


berkurang denga kriteria hasil : skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya
berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi , tanda vital
dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit , TD = 120/80 mmHG , R
= 18 – 20 x / menit
Intervensi :
a) Kaji ulang skala nyeri

R/ mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat

b) Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa


nyeri
R/ untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c) Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi

R/ memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat


involusi dan mengurangi nyeri secara bertahap.
d) Berikan kompres hangat

R/ meningkatkan sirkulasi pada perinium

e) Delegasi pemberian analgetik

R/ melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang


2. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat
mencapai kepuasan menyusui dengan kriteria hasil : ibu mengungkapkan
proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :

a) Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui


sebelumnya.
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
b) Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui

Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting


yang dapat merusak dan mengganggu.

c) Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui

R/ agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.

3. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi
dengan kriteria hasil : dapat mendemonstrasikan teknik untuk
menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :

a) Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan
episiotomi.
R/ untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi
dengan tepat.
b) Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
R/ pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang
menjadi tempat berkembangbiaknya kuman.
c) Pantau tanda-tanda vital.

R/ peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi.

d) Lakukan rendam bokong.

R/ untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.

e) Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.

R/ membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.

4. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan: Kebutuhan ADL-nya dapat terpenuhi dengan kriteria hasil Klien


dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain, keadaan
umum baik, kekuatan otot baik
Intervensi:
a) Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

R/ mengetahui kemampuan klien dan dapat memenuhi kebutuhannya


b) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
R/ bantu dan latihan yang teratur membiasakan klien melakukan
aktivitas sehari-hari.
c) Anjurkan keluarga untuk kooperatif dalam perawatan
R/ keluarga dapat membantu dan bekerja sama memenuhi kebutuhan
klien dan mempercepat proses penyembuhan.

5. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan


peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
Tujuan : Gangguan eliminasi teratasi dengan kritenia hasil klien secara
verbal mengatakan mampu BAB normal tanpa keluhan sesuai pola.
Intervensi :
a) Kaji bising usus, diastasis recti.

R/ mengevaluasi fungsi usus. Diastasis recti berat menurunkan tonus


otot abdomen yang diperlukan untuk mengejan selama pengosongan.
b) Kaji adanya Hemoroid.

R/ hemoroid akan menyebabkan gangguan eliminasi.

c) Anjurkan diet makanan tinggi serat, peningkatan cairan.

R/ makanan tinggi serta dan peningkatan cairan merangsang eliminasi.

d) Anjurkan peningkatan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.

R/ membantu peningkatan peristaltik gastrointestinal.

e) Kolaborasi pemberian laksantif, supositona atau enema.

R/ meningkatkan untuk kembali ke kebiasaan defekasi normal dan


mencegah mengejan atau stress perianal selama pengosongan

6. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi


tentang penanganan postpartum.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang
perawatan dini dan bayi bertambah dengan kriteria hasil : mengungkapkan
kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat melakukan aktivitas yang
perlu dilakukan dan alasannya seperti perawatan bayi, menyusui,
perawatan perinium.
Intervensi :

a) Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal)


perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan
berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan
emosional.
b) Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat, ari,
memandikan dan imunisasi).
R/ menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi sehingga bayi
tumbuh dengan baik.
c) Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.

R/ memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari.


DAFTAR PUSTAKA

Moctar, Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri


patologis, Edisi 2, Jilid 1. Jakarta. EGC, 1998
Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2004

Wikojosostro, Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3, Jakarta,


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo, 1994.
Doengus, Merillyn E. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman
untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2, jakarta, EGC,
2001.

Anda mungkin juga menyukai