Anda di halaman 1dari 8

NAMA : MELIANA MULIADI

NIM : G70117108

KELAS :A

MATERI 1: PENDAHULUAN APOTEK

Dasar peraturan yang mengatur tentang perapotekan

a. Permenkes RI No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek


b. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
c. Permenkes No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pokok Pembahasan
1. Pengertian Apotek
Tempat praktik apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian (Praktek
profesi Apoteker). Apotek merupakan jenis usaha bisnis yang mendistribusikan
perbekalan farmasi (Obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika, dan alat
kesehatan) maupun sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan (Bahan habis
pakai, Bahan tidak habis pakai, atau perbekalan kesehatan rumah tangga) dari
supplier ke konsumen.

Apotek hanya dapat menyerahkan sediaan farmasi, alkes dan BMHP kepada:
a. Apotek lainnya
b. Puskesmas
c. IFRS (Instalasi Farmasi RS)
d. Dokter
e. Bidan Praktik Mandiri
f. Pasien
g. Masyarakat

Dalam mengelola sebuah apotek, terdapat fungsi-fungsi manajemen yaitu:

a. Fungsi Planning
Apoteker harus bisa mem-planning baik mulai dari pendirian apotek seperti
lokasi pendirian apotek maupun dalam mengadakan pembekalan farmasi
seperti tempat pemesanan, sediaan yang akan diadakan serta metode
pemesana danberapa banyak sediaan yang akan diadakan dst.

b. Fungsi Organizing
Fungsi untuk menunjuk pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan baik
untuk apoteker maupun Asisten Apoteker. Fungsi ini sekaitan dengan
organizer pembagian pekerjaan dalam apotek sehingga tugas dan tanggung
jawab pada setiap orang dapat dijalankan dengan semestinya.

c. Fungsi Actuating
Fungsi penggerakan yaitu bagaimana rencana-rencana yang telah
direncanakan sebelumnya harus digerakkan dan dikerjakan. Apoteker
berfungsi untuk menggerakkan asisten apoteker untuk melakukan
pekerjaan yang telah dibagikan sebelumnya

d. Fungsi Controling
Fungsi pengawasan dalam pengolahan apotek yaitu berupa pencatatan. Baik
catatan tentang pembelian barang, penjualan dan catatan untung rugi yang
akan menjadi kontrol bisnis apotek. Dengan adanya pencatatan dapat
dilakukan controling untung dan ruginya suatu apotek

2. Kegiatan di Apotek
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di apotek dapat berupa:
1. Pembelian
Kegiatan pembelian untuk memperoleh harga beli barang atau pembekalan
farmasi yang efisien dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen/ pembeli

Intinya: Bagaimana apotek dapat mengadakan barang melalui PBF.


Kegiatan ini dapat dilakukan dengan diawali pencatatan kebutuhan barang,
direncanakan pembelian degan persiapan surat pesanan SP (Surat dari
apotek ke PBF) dan memilih suplier yang cocok dan dipertimbangkan
permintaan diskon maupun masa kredit kepada supplier. Setelah itu, saat
barang datang dapat dilakukan pemeriksaan dan disesuaikan secara fisik
dengan SP yang telah dibuat sebelumnya serta memeriksa kesesuaian barang
denga faktur (Surat dari Supplier kepada apotek) yang ada. Setelah sesuai
dicatan di perbukuan

2. Gudang
Kegiatan yang dilakukan digudang untuk mencegah terjadinya kerugian
karena kehilangan, kerusakan barang atau kerugian karena barang tidak
laku.

Fungsi gudang
a. Penentuan metode pengeluaran dan pemasukan barang.
Untuk metode pemasukan barang seperti cara menyamakan dengan
kelas terapi, secara alfabetis, atau sesuai dengan bentuk sediaan.
Sedangkan metode pengeluaran barang dengan system FIFO (First In
First Out) atau FEFO (First Expired First Out).
b. Menata barang yang ada digudang, merawat dan menjaga keamanan
barang yang ada di gudang.
3. Pelayanan dan Penjualan
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen dan
memperoleh keuntungan yang maksimal. Seputar penyiapan obat, penyiapan
peracikan obat, menimbang, mencampur dan meracik kemudian
memberikan etiket dan penyerahan obat kepasien.

Sasaran untuk memberikan kepuasan kepasien dan meningatkan penjualan


yang sehubungan dengan omset sehingga dibutuhkan SDM yang memiliki
ketrampilan yang baik dan cara pelayanan yang baik. Harus ada data
tentang konsumen untuk membantu pelayanan, data omset dan penolakan
resep juga berfungsi untuk evaluasi kinerja pelayanan apotek.

4. Keuangan
Kegiatan yang dilakukan untuk mencegah kerugian sekecil mungkin dari
kehilangan barang, kerusakan atau pembelian dengan penggunaan uang
palsu, termasuk menjaga cash flow (aliran uang) yang ada di apotek.

Pengontrolan keuangan di apotek seperti penerimaan uang untuk mencegah


kehilangan uang dan kerusakan uang yang dimiliki (penerimaan uang palsu
atau karena bencana). Sehingga harus memiliki SDM yang jujur dan disiplin
serta sesuai dengan kekuatan keungan. Harus pula ada sarana dan
prasarana yang memadai untuk penyimpanan uang yang aman dan nyaman.
Lembar pencatatan juga harus ada untuk mengevaluasi keungan.

5. Pembukuan
Kegiatan ini dilakukan dengan menyajikan laporan seperti laporan
keuangan, barang masuk dan keluar, laporan obat habis dan laporan
narkotik psikotropika yang akan diserahkan baik secara internal maupun
eksternal.

Harus ada pencatatan tentang laporan-laporan yang berkiatan dengan


apoteker. Baik secara manual maupun printout laporan-laporan yang ada.
Dalam kegiatan ini sasaran yang harus diutamakan yaitu menyiapkan
laporan tepat waktu seprti laporan narkotik dan psikotropika. Harus pula
membuatlaporan dengan isi yang tepat dan sesuai dengan SOP yang telah
sesuai dibantu sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Indikator pencapaian sasaran pada setiap fungsi kegiatan di apotek:

a. Fungsi Pembelian:
- Perolehan Harga Pokok Penjualan (HPP).
HPP merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual
Manfaatnya yaitu:
1) Sebagai patokan harga jual
2) Untuk mengetahui laba (keuntungan)

HPP < dari HPP tahun lalu (HPP apotek pesaing)

- Jumlah Penolakan Resep


Berhasil jika Jumlah resep yang ditolak < jumlah penolakan tahun lalu
b. Fungsi Gudang
- Tingkat kehilangan dan kerusakan barang
Indikator keberhasilan bila tingkat kehilangan, kerusakan barang= 0%
(< dibandingkan dengan tahun lalu)
c. Fungsi pelayanan (penjualan)
- Perolehan omset
Indikator keberhasilan bila jumlah omset > dari tahun lalu atau onset
apotek pesaing
- Jumlah keluhan
Indikator keberhasilan bila jumlah keluhan = 0% (<dibandingkan
dengan tahun lalu)
d. Fungsi Keuangan
- Tingkat kehilangan dan kerusakan uang serta surat berharga lain
Indikator keberhasilan jika tingkat kehilangan dan kerusakan uang dan
surat berharga lainnya = 0% (<dibandingkan dengan tahun lalu)
e. Fungsi Pembukuan
- Tingkat kesalahan (tepat isi)
Indikator keberhasilan jika tingkat kesalahan antara fisik asset dengan
laporan 0% bila tingkat kesalahan laporan = )% (< dari tahun lalu)
- Tingkat kecepatan (tepat waktu)
Indikator keberhasilan jika laporan dapat diselesaikan tepat waktu, bila
penyiapan laporan> cepat dari tanggal yang ditetapkan.

3. Sistem Pengendalian di Apotek


Sistem pengenadalian adalah cara-cara untuk mengawasi pelaksanaan tugas,
wewenang ataupun tanggung jawab dari masing-masing fungsi kegiatan
pembelian, gudang, pelayanan, keuangan, dan pembukuan.

Sarana dan prasarana pengendalian digunakan untuk mengendalikan secara


operasional di apotek. Sarana yang digunakan yaitu:
a. Standar Prosedur Operasional
Untuk memberikan standar dalam melakukan ketima fungsi yang dijelaskan
sebelumnya agar lebih efektif dan tepat.
b. Standar Format Dokumen
Standar format dokumen yang sah dan sesuai dengan pencatatan laporan-
laporan yang ada di apotek untuk pengendalian kegiatan yang ada.
c. Standar Aplikasi system computer
Membantu dalam mengontrol barang masuk dan keluar dari segi keuangan
dan pengadaan
d. Standar Pendidikan dan keterampilan petugas.
Pengendalian SDM untuk penentapan keterampilan petugas yang sesuai
dengan kebutuhan tiap fungsi yang ada di apotek

Proses pengendalian di Apotek terbagi atas dua, yaitu:

a. Implementasi SPO
b. Pencapaian sasaran pada program kerja

MATERI 2: PENDIRIAN APOTEK

Peraturan pendirian apotek:

1. Permenkes RI No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek


2. Permenkes RI No. 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
secara Elektronik Sektor Kesehatan

Syarat Pendirian Apotek

1. Lokasi : Lokasi yang strategi dapat membantu peningkatan penjualan seperti banyak
pertimbangan seperti terdapat jumlah penduduk yang besar serta ada fasilitas
kesehatan disekitarnya untuk membantu penjualan pembekalan farmasi.
Perlu diperhatikan juga bahwa lokasinya berada di jalanan satu arah atau dua arah
sebaiknya tidak memilih tempat/ lokasi yang trans/ jalur cepat. Petimbangan lainnya
sebaiknya di jalanan dua arah untuk membangun lokasi apotek. Jangan pula di tempat
yang rawan banjir atau kebakaran.

2. Bangunan
Bangunan apotek bisa dibangun sendiri atau sewa. Jika ingin menyewa bangunan
harus mempertimbangkan bentuk bangunan dan material bangunan (permanen).
Untuk apotek yang dibangun sendiri dapat didesain sendiri bentuknya serta terencana
bentuk ruang penyimpanan,ruang pelayanan serta sebagainya untuk menjadi
keberhasilan usaha bisnis kedepannya.

3. Sarana, prasarana dan peralatan


Ruangan ruangan termasuk sarana untuk pelayanan di apotek. Pertimbangan ruangan
seperti penyimpanan, ruangan konseling, ruangan peracikan, ruang tunggu atau ruang
dokter dapat dilakukan. Peralatan yang diutuhkan unntuk penunjang penjualan seperti
etalase, tv, toilet, wetafle dan lain-lain

4. Ketenagakerjaan
Harus dipertimbangkan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk apotek serta berapa
banyak apoteker yang dibutuhkan. Pertimbangan tenaga kerja lainnya dapat
dipertimbangkan berdasarkan modal yang dimiliki.

Berdasarkan Kepmenkes, 2002 persyaratan umum pendirian apotek menyebutkan bahwa:


1. Untuk mendirikan apotek, apoteker atau tenaga apoteker yang telah memenuhi
persyaratan harus siap dengan tempat, termasuk pembekalan farmasi yang termasuk
miliki sendiri atau milik lain yang dipinjam seperti bangunan
2. Sarana apotik dapat dibangun pada lokasi yang sama dengan layanan komoditi lainnya
selain layanan lainnya. Seperti gabungkan dengan layanan dokter
3. Apotek dapat melakukan layanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Apotek juga
dapat mlakukan kegiatan lainnya.

Pada peraturan ini apoteker dapat membuat apotek dengan modal sendiri atau bekerjasama
dengan pemilik modal.

Terdapat persyaratan-persyaratan dalam pembuatan Surat Izin Apotek (SIA) untuk


membangun apotek.
1. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan. Harus ada alatalat ini berupa timbangan mg
yang telah ditera minimal satu set seperti timbangan dua lengan. Ada pula yang
menggunakan timbangan digital. Selanjutnya, Perlengkapan lain yang disesuaikan
dengan kebutuhan seperti lumpang dan alu, gelas ukur, pipet tabung reaksi dll untuk
pembuatan peracikan obat.
2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi. Seperti contohnya lemari dan rak
penyimpanan obat untuk menyimpan obat, lemari pendingin (kulkas) ukurannya tidak
ditentukan, serta lemari narkotika dan psikotropika berdasarjan syarat yang berlaku
(lemar terpisah dengan bentuk khusus).
3. Wadah pengemas dan pembungkus. Seperti etiket yang didesign seperti yang dibuthkan
serta wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat seperti plastik embalase
atau plastik sak dan plastik kresek
4. Buku Acuan. Buku standar seperti Farmakope edisi terbaru harus disiapkan selain itu
adapula OOP, MIMS, DOI dll. Ada pula Buku peraturan perundang-undangan tetang
apotek.
5. Alat administrasi. Alat ini berupa blanko pesanan obat, Blangko kartu stok, Blangko
salinan resep, Blanko faktur dan nota penjualan, Buku pencatatan narkotika, Blangko
pesanan narkotika, Blangko pesanan pskotropika, Blangko pesanan precursor, Form
laporan obat narkotika.

Ada syarat administrasi yang dibutuhkan untuk pembuatan apotek yaitu:


1. Apoteker harus menyertakan surat izin kerjanya (SIK), mengurus STRA untuk membuat
SIKA untuk pembuatan izin pembuatan apotek
2. Fotocopy KTP
3. Gambar denah bangunan apotek
4. Bila disewa atau milik sendiri, maka harus ada surat yang menyatakan hal tersebut
5. Daftar TTK yang akan bekerja di apotek sertakan pula surat izin praktek TTK
6. Daftar alat perlengkapan untuk dilampirkan
7. Surat pernyataan pengelola apotek bahwa tidak bekerja diapotek lain
8. Surat pernyataan izin atasan
9. Surat perjanjian antara apoteker dengan PSA (Akte perjanjian kerjasama)
10. Surat pernyatan PSA tidak melanggar peraturan perundang-undangan
11. Surat izin usaha perdagangan
12. NPWP

Sarana dan prasarana untuk pengajuan pembuatan apotek


1. Ruang penerimaan resep. Ruangan ini berdasarkan aturan berada di depan dengan satu
set meja dan kursi dengan satu computer.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan. Meliputi rak obat dan meja peracikan. Sekurang-
kurangnya ada peralatan peracikan. Ada pula lemari pendingin, AC, thermometer
ruangan untuk menjaga ruangan. TIdak menggunakan kipas angin karena dapat
mengganggu proses peracikan seperti pada sediaan serbuk yang mudah terbang. Ruangan
harus terpisah dari etalase tempat dan tidak terlihat oleh konsumen
3. Ruang penyerahan obat dapat jadi satu dengan penerimaan obat.
4. ruang Konseling sekurang-kurangnya ada satu meja satu kursi dengan lemari buku
referensi dan alat bantu konseling.
5. Ruang penyimpanan sediaan farmasi (Gudang apotek). Harus diperhatikan sanitasi,
temperature, kelembaban, ventilasi, cahaya dan harus menjamin produk yang disimpan
mutunya yang sesuai dengan persyaratan sehingga kualitasnya dapat dijaga. Harus pula
dijamin terhindar dari pencurian. Penyimpanan harus pula dilengkapi dengan rak
penyimpanan obat dan harus dijaga suhu ruangannya yang sesuai dengan sediaan.
Perlu pengawasan rutin di penyimpanan ini karena sangat penting
6. Ruang arsip. Untuk penyimpanan dokumen tentang pelayanan kefarmasian seperti
layanan konseling. Bisa berupa lemari arsip atau rak tidak harus ruangan disesuaikan
dengan ketersediaan ruangan yang ada.
7. WC dan sumber air (westafle) harus dipersiapkan, penerangan yang cukup terang dan
juga alat pemadam kebakaran harus ada dan bisa berfungsi.
Studi Kelayakan apotek merupakan kajian yang dilakukan secara menyeluruh mengenai suatu
apotek yang akan didirikan yang mengandung resiko yang belum jelas untuk menghindari
kegagalan. Kelayakan yang seimbang antara bisnis dan praktek pengabdian profesi

Tujuan untuk menghindari penanaman modal yang tidak efektif karena dibutuhkkan modal
yang banyak sehingga harus diefisienkan penggunaannya dalam pembuatan apotek

Prinsip studi kelayakan yaitu pertimbangan penolakan atau penerimaan rencana usaha yang
ingin dilakukan.

Keberhasilan pendirian apotek dinilai dari dua factor. Yaitu


1. Faktor internal yang terdiri dari:
a. Kecakapan manajemen
b. Kualitas pelayanan
c. Kualitas sumber daya manusia
d. Produk yang dijual

2. Faktor eksternal yang terdiri dari


a. Pertumbuhan pasar
b. Jumlah pesaing. Semakin banyak pesaing semakin rendah pendapatan.
c. Perubahan peraturan. Misalnya peraturan tentang jarak dan batas obat yang dijual
di apotek dapat berpengaruh
d. Kepadatan penduduk. Semakin padat semakin baik
e. Tingkat ekonomi penduduk. Semakin baik tingkat ekonomi makan semakin baik
pula keberhasilan daya jual apotek
f. Keberadaan fasilitas kesehatan lain. Semakin banyak fasilitas kesehatan seperti
rumah sakit akan meningkatkan keberhasilan apotek.

Aspek penilaian suatu usaha:


1. Aspek manajemen. Dukungan tenaga menejemen yang ahli dan berpengalaman untuk
mengelola dan mengembangkan apotek. Meliputi stategi manajemen, bentuk badan
usaha, struktur organisasi, jenis pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja dan program kerja
2. Aspek teknis. Kondisi fisik dan peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung
penunjangan pelayanan kefarmasian di apotek. Meliputi peta lokasi pendirian apotek,
tata letak bangunan, interior dan peralatan teknis
3. Aspek pasar. Menyangkut jumlah praktek dokter dan jumlah apotek pesaing. Jumlah
sediaan obat dan produknya yang akan dijual juga masuk aspek ini, darimana
memesan, potensi pasar, dan bagaimana target pasar, serta target konsumen untuk
penentuan produk penjualan.
4. Aspek Keuangan. Memperkirakan berapa jumlah dana untuk membangun dan
mengoperasikan apotek kedepannya. Meliputi investasi dan modal kerja, bagaimana
penilaian analisis keuangan, dan cash flow perhitungan keuangan kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai