Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No.

2 (Agustus 2010) 114-122

PENGGANDAAN SKALA PRODUKSI SABUN CAIR


DARI DAUR ULANG MINYAK GORENG BEKAS

Scaling Up of Liquid Soap Production from Recycled Frying Oil


Susinggih Wijana*, Dodyk Pranowo, dan M.Y. Taslimah
Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fak.Teknologi Pertanian-Univ. Brawijaya
Jl. Veteran - Malang
Penulis Korespondensi: e-mail susinggihwijana@yahoo.com

ABSTRACT

The aim of this study was to know the effect of the increasing volume in
saponification process on the 88 l reactor on the soap quality and efficiency of the process.
The experiment consisted of 2 sub-experiments. The first sub-experiment was the factorial
experiment with 2 factors, the time of stirring (60, 90 and 120 minutes) and the ratio of
water to soap (2:1; 3:1, and 4:1 w/w). The second sub-experiment was scaling up with
mixed material volume of 5, 15 and 25 liters. The effectiveness index showed that the best
soap quality for laboratory scale obtained at 90 minutes stirring time and ratio of water to
soap of 2:1 (w/w). Meanwhile, scaling up showed that the increasing volume tended to
decrease the quality of the product, although it still met the industrial standard of liquid
soap.

Keywords: scaling up, recycled frying oil, liquid soap

PENDAHULUAN dilakukan oleh Wijana dkk (2005), sedang-


kan untuk sabun cair oleh Wijana dkk
Meningkatnya agroidustri pangan di (2009b). Namun demikian penelitian ini
berbagai wilayah menyebabkan konsumsi belum bisa memberikan gambaran kualitas
minyak goreng semakin tinggi. Kondisi dan kebutuhan utilitas pada skala proses
tersebut berdampak pada besarnya limbah produksi yang lebih besar.
minyak goreng bekas yang dihasilkan. Pada penelitian ini hasil seleksi per-
Upaya pemurnian minyak goreng bekas lakuan terbaik pada skala laboratorium, di-
telah banyak dilakukan, baik untuk meng- gunakan acuan dalam percobaan skala
kaji kelayakan untuk konsumsi maupun ganda (scaling up). Hasil penelitian diha-
untuk bahan baku industri lanjutan. Dari rapkan dapat memberikan informasi kebu-
kedua tujuan penggunaan tersebut, pe- tuhan utilitas dan kualitas produk yang di-
manfaatan untuk bahan baku industri lan- hasilkan.
jutan dianggap paling memungkinkan, ka-
rena limbah minyak goreng mengandung BAHAN DAN METODE
senyawa beracun akrolein sehingga kurang
aman untuk makanan. Bahan dan Alat
Penelitian tentang proses ulang mi- Bahan yang digunakan adalah minyak
nyak bekas telah banyak dipublikasikan goreng bekas dari Duta Catering yang
oleh Wijana dkk (2005); Wijana dkk didaur ulang, KOH, GMS akuades, pewarna
(2007); Wijana dkk (2009a). Pemanfaatan dan parfum. Bahan analisis yang digunakan
minyak hasil pemurnian untuk pembuatan adalah alkohol 96%, KOH 0,1%, HCl 0,1%,
sabun padat pada skala laboratorium telah asam klorida 10%, petroleum eter, natrium

114
Penggandaan Skala Produksi Sabun Cair dari Minyak Goreng Bekas (Wijana dkk)

0
sulfat kering, indikator fenoftalein, akua- dukan dan pemanasan pada suhu 100 C
des dan HCl 0,1 N. yang dilakukan hingga proses saponifikasi
Alat proses utama yang digunakan berlangsung sempurna. Proses pengaduk-
adalah tangki reaktor berpengaduk 88 li- an dan pemanasan dihentikan pada saat
ter, motor listrik kecepatan pengadukan telah terbentuk sabun lunak (wet soap)
1300 rpm, tangki pengenceran baja nirka- yang ditandai dengan tercapainya kondisi
rat 150 liter, termometer, dan bak besar. trace, yaitu dapat dibuat garis diatas
Alat analisis yang digunakan adalah pH adonan secara nyata dan sudah tidak ada
meter, viskosimeter, pipet, erlenmeyer, lagi minyak yang belum tersabunkan. Ha-
gelas piala, dan penangas air. sil sabun padat yang diperoleh dilakukan
pendiaman selama 1 jam tanpa pemanasan
Rancangan Percobaan dan pengadukan.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 ta- Proses selanjutnya adalah pengen-
hapan yaitu.: ceran dengan pemanasan awal terlebih da-
a. Penelitian Skala Laboratorium hulu hingga adonan nampak transparan.
Percobaan menggunakan Rancangan Pada proses ini waktu pemanasan awal ti-
Acak Kelompok yang disusun secara fak- ap kapasitas dan perlakuan berbeda-beda.
torial. Faktor pertama adalah lama peng- Setelah didapatkan adonan sabun telah
adukan (60, 90, 120 menit), dan faktor ke- nampak transparan, dilakukan penambahan
dua rasio air:sabun (2:1, 3:1, 4:1b/b). air dengan rasio air:adonan sabun adalah
b. Penggandaan Skala 2:1 (b/b). Pada proses pengenceran ini di-
0
Level percobaan skala ganda meng- lakukan pemanasan dengan suhu 60 C dan
gunakan 3 kapasitas proses saponifikasi, waktu yang berbeda-beda untuk tiap ka-
yaitu kapasitas 5, 15, dan 25 kg. pasitas. Proses pengenceran dihentikan
pada saat telah terbentuk sabun cair de-
Pelaksanaan Percobaan ngan viskositas yang diinginkan dan en-
Pelaksanaan percobaan, dibagi men- dapan gliserin di bagian dasarnya. Selan-
jadi 2 tahapan yaitu pemurnian minyak be- jutnya adalah memisahkan sabun cair dari
kas dan pembuatan sabun cair. kotoran yang tidak diinginkan yakni glise-
a. Pemurnian Minyak Bekas rin dengan cara menyaring.
Minyak goreng bekas dilakukan pro- Setelah dilakukan penyaringan maka
ses penghilangan kotoran (Wijana, 2007). telah didapatkan sabun cair bersih, pada
Hasil yang diperoleh dianalisis bilangan tahap ini dilakukan penambahan warna dan
penyabunannya untuk mengetahui jumlah parfum. Pewarna maupun parfum yang di-
mg KOH yang harus ditambahkan untuk tambahkan sebesar 0,5% v/b, selanjutnya
menyabunkan 1 gram minyak. didiamkan selama 48 jam.
Larutan KOH yang digunakan pada
pembuatan sabun adalah 36% (b/v). La- Metode Analisis
rutan KOH 36% yang ditambahkan ke Metode analisis yang digunakan ada-
dalam minyak sebesar 57,7 ml tiap 100 g lah analisis kualitas dan pengujian organo-
minyak. Metode yang digunakan dalam leptik. Pengujian kualitas yang dilakukan
pembuatan sabun mandi cair ini adalah didasarkan pada Standar Nasional Indone-
metode panas. sia (SNI 06-4085-1996) meliputi: pH,
b. Pembuatan Sabun Cair jumlah asam lemak, dan alkali bebas. Sela-
Minyak dan larutan KOH dicampur in itu juga dilakukan analisis kadar air (Su-
dalam tangki reaktor sesuai kapasitas yang darmadji dkk, 1997), daya busa (Permono,
diujicobakan, kemudian dilakukan penga- 2002). Pengujian organoleptik meliputi:

115
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 114-122

kenampakan, aroma, tekstur, daya busa, Hasil analisis pemilihan alternatif ter-
dan rasa kesat dengan metode Soekarto baik dengan metode indeks efektifitas,
(1985), dan untuk mengetahui kesukaan menunjukkan bahwa hasil terbaik adalah
panelis (preference test) dengan meng- pada pembuatan sabun dengan lama peng-
gunakan panelis ahli sebanyak 2 orang. adukan 90 menit dan rasio air:sabun = 2:1
Data yang diperoleh kemudian dila- (b/b).
kukan analisis regresi sederhana untuk
mengetahui kecenderungan perubahan ku- Karakteristik Mesin Reaktor
alitas akibat perubahan kapasitas proses. Mesin reaktor yang digunakan adalah
Pada penelitian ini aspek teknis dibatasi tangki reaktor berpengaduk yang berfung-
pada kebutuhan energi panas dan listrik si sebagai wadah pada saat proses penya-
serta waktu proses pembuatan sabun cair bunan dan pengenceran dalam pembuatan
hasil penggandaan skala sabun cair yang ditingkatkan kapasitasnya.
Penampang tangki reaktor berpengaduk
HASIL DAN PEMBAHASAN dapat dilihat pada Gambar 1.

Karakteristik Sabun Cair Skala Laborato-


rium
Hasil analisa sabun cair hasil
penelitian skala laboratorium dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik fisikokimia sabun


cair hasil percobaan skala laboratorium
Parameter Karakteristik
Keadaan
- Bentuk Cairan homogen
- Bau Jeruk
- Warna Kuning
0
pH; 25 C 9,8367 - 10,2867 Gambar 1. Penampang tangki reaktor yang
Alkali Bebas (%) 0,0119 – 0,0348 digunakan dalam percobaan skala ganda
TFA (%) 6,3988 – 8,6041
Viskositas (cps) 1,4667 – 5,2000 Tangki reaktor berpengaduk yang
Daya Busa (cm) 0,8667 – 2,7333
digunakan memiliki kapasitas 88 liter,
terbuat dari bahan baja nirkarat dan mesin
Pada Tabel 1 nampak bahwa sabun pengaduknya berkecepatan antara 1300
cair hasil percobaan skala laboratorium rpm. Reaktor berpengaduk dilengkapi con-
telah memenuhi kriteria SNI untuk para- trol panel sebagai pengatur suhu dan mo-
meter pH, kadar alkali bebas, bentuk, dan tor listrik sebagai penggerak pengaduk.
warna. Namun demikian belum memenuhi Tangki reaktor juga dilengkapi dengan
SNI pada kadar total asam lemak. Para- mantel, yang berisi air dengan tujuan agar
meter viskositas dan daya busa sabun cair pemanasan pada tangki reaktor terjadi se-
skala laboratorium memiliki nilai yang le- cara merata.
bih rendah jika dibandingkan dengan sabun
cair merk ”Nosy” yang beredar di pasaran. Karakteristik Minyak Goreng Daur Ulang
Hal tersebut diduga akibat terlalu banyak- Karakteristik minyak goreng yang te-
nya air yang ditambahkan. lah mengalami proses penghilangan kotor-

116
Penggandaan Skala Produksi Sabun Cair dari Minyak Goreng Bekas (Wijana dkk)

an, netralisasi, dan pemucatan dapat dilihat


12
pada Tabel 2. 5 15
10 25

8 y = -0.0302x + 10.817
Tabel 2. Kualitas minyak goreng bekas R2 = 0.9989

pH
6
daur ulang 4
Parameter Minyak Daur
SNI 2
Kualitas Ulang
0
- Bil. Penyabunan 196-206 200,772 0 10 20 30
- Kadar Air Max 0,3 0,151 Kapasitas (kg)
- FFA Max 0,3 0,204
- Bil. Peroksida Max 2 1,3 Gambar 2. Grafik hubungan kapasitas pro-
- Kecerahan Min 24 24,6 ses saponifikasi terhadap pH sabun cair
- Warna Merah Max 9 6,3 yang dihasilkan.
- Warna Kuning Max 10 10,5
Semakin tinggi peningkatan kapasitas
Pada Tabel 2 nampak bahwa hampir saponifikasi, pH sabun cair yang dihasilkan
semua parameter kualitas minyak hasil da- cenderung semakin turun. Hal tersebut di-
ur ulang atau pemurnian telah memenuhi duga semakin banyak bahan yang diproses
parameter SNI. Hanya warna kuning yang tangki reaktor akan bekerja semakin opti-
lebih besar yaitu sebesar 10,5 sedangkan mum, sehingga proses saponifikasi sema-
pada SNI maksimum 10. kin sempurna. Semua minyak bereaksi de-
ngan KOH yang menyebabkan pH sabun
Karakteristik Sabun Cair Skala Ganda cair semakin rendah, karena residu KOH
a. Nilai pH semakin kecil.
Nilai pH merupakan salah satu indi-
kator penting pada sabun karena menentu- b. Daya Busa
kan kelayakan sabun cair untuk digunakan Sabun cair yang dihasilkan dari pe-
dan aman bagi kulit. Rerata pH hasil pene- ningkatan kapasitas penelitian ini memiliki
litian 10,06–10,66. Nilai pH tertinggi 10,66 nilai rerata daya busa antara 1,8-2 cm.
didapatkan pada kapastas 5 kg dan teren- Rerata daya busa masing-masing kapasi-
dah 10,06 didapatkan pada kapasitas 25 tas dan ulangan dapat dilihat pada Tabel 4.
kg. Rerata pH dapat dilihat pada Tabel 3,
sedangkan kecenderungan perubahan se- Tabel 4. Daya busa sabun cair pada
perti pada Gambar 2. berbagai kapasitas proses saponifikasi
Rerata Sabun
Kapasitas Skala
Tabel 3. Nilai pH sabun cair yang dihasil- Daya Merk
Proses Laboratorium
kan pada percobaan skala ganda Busa Nosy
Kapasitas Rerata Skala SNI 5 kg 1,95 cm
Proses pH Laboratorium 15 kg 1,91 cm 2,7 cm 2,2 cm
5 kg 10,66 25 kg 1,82 cm
15 kg 10,38 10,16 8–11
25 kg 10,06 Tabel 4 menunjukkan bahwa daya
busa tertinggi sebesar 1,95 cm didapatkan
Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa pada kapasitas 5 kg, dan terendah pada
hubungan antara peningkatan kapasitas kapasitas 25 kg. Hal tersebut diduga dika-
dengan nilai pH yang diperoleh mengikuti renakan pada kapasitas yang lebih besar
persamaan y = -0,0302x + 10,817 dengan dibutuhkan waktu lebih lama untuk proses
2
nilai R = 0,9989. pengadukan, selain itu pada percobaan ini

117
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 114-122

belum ditambahkan surfaktan seperti yang patkan pada kapasitas 5 kg dan terendah
terjadi pada produk komersial. pada kapasitas 25 kg. Hal ini dikarenakan
semakin lama waktu penyabunan maka
semakin banyak alkali yang bereaksi de-
2.5 ngan lemak, sehingga kadar alkali bebas
2 5 pada produk sabun cair semakin rendah.
Daya busa (cm)

15
25
Kecenderungan perubahan kadar alkali
1.5
y = -0.0075x + 1.9958 bebas sabun cair setelah mengalami pe-
1 R2 = 0.9643 ningkatan kapasitas dapat dilihat pada
0.5 Gambar 4.
0
0 10 20 30 0.08
5
0.07 15
Kapasitas (kg) 25

Alkali bebas (%)


0.06
0.05 y = -0.0004x + 0.078
Gambar 3. Grafik hubungan kapasitas pro- 0.04 R2 = 0.9954
ses saponifikasi terhadap daya busa sabun 0.03
cair 0.02
0.01
0
Gambar 3 menunjukkan bahwa hu- 0 10 20 30
bungan daya busa dengan peningkatan ka- Kapasitas (kg)
pasitas mengikuti persamaan y = -0,0075x
+ 1,9958 dan R²=0,9643. Hal tersebut Gambar 4. Grafik hubungan kapasitas pro-
menunjukkan bahwa daya busa cenderung ses saponifikasi terhadap kadar alkali be-
menurun seiring dengan peningkatan ka- bas sabun
pasitas. Penurunan daya busa sabun cair
mengikuti penurunan nilai pH seiring de- Pada Gambar 4 tampak bahwa hu-
ngan lamanya pengadukan dan penambah- bungan kadar alkali bebas dengan pening-
an air pada saat saponifikasi dan pengen- katan kapasitas mengikuti persamaan y =
ceran. -0,0004x + 0,078 dengan nilai R²=0,9954.
Persamaan tersebut menunjukkan dalam
c. Alkali Bebas satu unit mesin pengolahan yang sama,
Adanya peningkatan kapasitas sa- semakin besar kapasitas, kadar alkali be-
ponifikasi menghasilkan sabun cair dengan bas memiliki kecenderungan semakin ren-
kadar alkali bebas berkisar antara 0,061– dah karena proses saponifikasi semakin
0,079%. Rerata alkali bebas tiap kapasitas sempurna.
disajikan pada Tabel 5.
d. Viskositas
Tabel 5. Kadar alkali bebas sabun cair ha- Sabun cair yang dihasilkan dari pe-
sil percobaan skala ganda ningkatan kapasitas mempunyai nilai vis-
Kapasitas Alkali Skala kositas antara 8,11–8,44 cps. Rerata vis-
SNI
Proses Bebas Laboratorium kositas sabun cair setelah mengalami pe-
5 kg 0,075% ningkatan kapasitas dapat dilihat pada Ta-
15 kg 0,072% 0,037% 0,1% bel 6. Rerata viskositas tertinggi sebesar
25 kg 0,068% 8,53 cps didapatkan pada kapasitas proses
saponifikasi sebanyak 25 kg. Kecende-
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui rungan perubahan viskositas setelah me-
kadar alkali bebas tertinggi 0,075% dida- ngalami peningkatan kapasitas.

118
Penggandaan Skala Produksi Sabun Cair dari Minyak Goreng Bekas (Wijana dkk)

Tabel 6. Rerata viskositas sabun cair hasil


percobaan skala ganda Pada Tabel 7 nampak bahwa total
Skala Sabun asam lemak tertinggi 13,33% didapatkan
Kapasitas Rerata
Labora- Merk pada kapasitas 5 kg dan terendah 12,86%
Proses Viskositas
torium Nosy didapatkan pada kapasitas 25 kg. Menurut
5 kg 8,19 cps Harnawi (2004), kadar total asam lemak
15 kg 8,39 cps 5,2 cps 7,6 memiliki kecenderungan semakin menurun
25 kg 8,53 cps dengan semakin lamanya pengadukan dan
semakin menurun dengan semakin ba-
Hubungan viskositas dengan pening- nyaknya rasio air dalam sabun. Kecende-
katan kapasitas mengikuti persamaan y = rungan perubahan kadar total asam lemak
0,0172x + 8,1145 dengan nilai R²= 0,9911. dalam sabun cair setelah mengalami pe-
Hal ini menunjukkan viskositas semakin ningkatan kapasitas disajikan pada Gambar
naik seiring peningkatan kapasitas. Perbe- 6.
daan nilai ini disebabkan karena semakin
besar kapasitas, maka waktu pengadukan
akan semakin lama, sehingga viskositas 16

Total asam lemak (%)


14
sabun cair yang dihasilkan akan semakin 12
5 15 25

tinggi. 10
y = -0.0237x + 13.465
8
R2 = 0.9858
6
4
9 2
5 15 25
8 0
7 0 10 20 30
6 y = 0.0172x + 8.1145
Viskositas

5 R2 = 0.9911 Kapasitas (kg)


4
3 Gambar 6. Hubungan total asam lemak de-
2
1
ngan peningkatan kapasitas
0
0 10 20 30 Gambar 6 menunjukkan bahwa kadar
Kapasitas (kg) total asam lemak cenderung semakin turun
nilainya seiring dengan peningkatan kapa-
Gambar 5. Grafik hubungan kapasitas pro- sitas. Penurunan ini mengikuti persamaan
ses terhadap viskositas sabun cair y= -0,0237X + 13,465 dengan nilai R²=
0,9858. Semakin tinggi kadar asam lemak
e. Total Asam Lemak minyak goreng daur ulang, makin tinggi
Sabun cair yang dihasilkan dari pe- pula kadar total asam lemak sabun cair
ningkatan kapasitas penelitian memiliki to- yang dihasilkan. Penurunan kadar total
tal asam lemak antara 12,79–13,34%, se- asam lemak yang lebih rendah dari pada
perti disajikan pada Tabel 7. SNI berdampak pada tingkat efektifitas
daya bersih sabun. Semakin rendah kadar
Tabel 7. Rerata total asam lemak sabun total asam lemak yang berarti semakin
cair hasil percobaan skala ganda rendah bahan aktif dalam sabun, maka
Kapasi- Total Asam Skala SNI daya bersih sabun juga semakin rendah.
tas Lemak (%) Lab.(%) (%)
5 kg 13,33 Analisis Peningkatan Skala
15 kg 13,14 Min. 15 Peningkatan skala ini dilakukan ter-
8,5149
25 kg 12,86 hadap alat yang digunakan, jumlah bahan

119
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 114-122

baku serta bahan pembantu. Perbedaan pengadukan, semakin besar kapasitas, ba-
karakteristik antara skala laboratorium han yang dimasukkan juga semakin ba-
dengan skala pilot dapat dilihat pada Tabel nyak. Padahal kecepatan motor pengaduk
9. dan pemanas tidak mengalami perubahan.
Hal ini menyebabkan waktu yang diperlu-
Tabel 9. Kondisi proses pembuatan sabun kan pada proses pengadukan berubah
cair pada skala laboratorium dan skala mengikuti kapasitas yang diujicobakan.
ganda Pada proses pengenceran, semakin besar
Karakteristik Skala Skala kapasitas menyebabkan bahan yang dima-
Proses Laboratorium Ganda sukkan ke dalam tangki reaktor juga se-
Jenis Peralatan Stirer Tangki makin besar. Padahal dengan meningkat-
reaktor nya kapasitas tidak diiringi dengan pe-
Kapasitas alat 1L 88 L
ningkatan energi panas yang diberikan pa-
Jumlah minyak 0,5 kg 25 kg
da waktu proses pengadukan maupun
Jumlah larutan 0,3 L 14,425 L
KOH pengenceran. Kecenderungan peningkatan
Suhu proses 45ºC 80-100ºC waktu pengadukan maupun pengenceran
Waktu proses : pembuatan sabun cair disajikan pada Gam-
 Pengadukan 3,5 jam 9 jam bar 7.
dan pengen-
ceran
300
 Pendiaman y = 27.5x + 190.83
 Kecepatan
2
48 jam 48 jam 250 R = 0.9578
Waktu Proses (menit)

pengadukan 120 rpm 1300 rpm 200


y = 57.5x + 66.667 Waktu Pengadukan
150 2
R = 0.9845 Waktu Pengenceran
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui
100
perbedaan karakteristik proses antara
50
skala laboratorium dengan peningkatan
skala. Waktu yang dibutuhkan pada peneli- 0
5 15 25
tian peningkatan kapasitas dipisahkan Kapasitas (Kg)
menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah
Gambar 7. Hubungan peningkatan kapasi-
waktu yang dibutuhkan pada saat proses
tas dengan waktu proses pembuatan sabun
pengadukan dan tahap kedua adalah waktu
cair siap pakai
yang dibutuhkan pada saat proses peng-
enceran. Waktu yang dibutuhkan untuk ke-
Dari Gambar 7 didapatkan persamaan
dua tahap tersebut disajikan pada Tabel
regresi untuk waktu pengadukan yaitu y =
10.
57,6x + 66,667 dengan nilai R²= 0,9578.
Persamaan tersebut berfungsi untuk me-
Tabel 10. Rerata waktu pengadukan dan
nentukan rentang waktu pengadukan yang
pengenceran
diperlukan untuk membuat sabun cair pada
Kapasitas Waktu Waktu
alat yang sama, yaitu reaktor berpengaduk
Pengadukan Pengenceran
dengan kapasitas 88 kg. Untuk waktu
5 kg 120 menit 215 menit
pengenceran didapatkan persamaan regre-
15 kg 190 menit 252,5 menit
si yaitu y = 27,5x + 190,83, dengan nilai
25 kg 235 menit 270 menit
R²=0,9578. Persamaan regresi tersebut
berfungsi ketika hendak menentukan wak-
Terdapat kecenderungan semakin tu pengadukan dengan kapasitas sebesar
besar kapasitas, waktu yang dibutuhkan ”x” pada alat pengaduk yang sama, yaitu
semakin lama (Tabel 10). Pada proses

120
Penggandaan Skala Produksi Sabun Cair dari Minyak Goreng Bekas (Wijana dkk)

reaktor berpengaduk dengan kapasi-tas cair dengan pH 10,66, daya busa 1,95 cm,
88 kg. kadar alkali bebas 0,076%, viskositas 8,19
Perbedaan jenis dan kapasitas pera- cps, dan total asam lemak sebesar 13,33%.
latan juga diduga berpengaruh terhadap Pada kapasitas 15 kg dihasilkan pH 10,38,
karakteristik produk sabun cair berbahan daya busa 1,9 cm, kadar alkali bebas
baku minyak goreng reprosesing yang di- 0,072%, viskositas 8,39 cps, dan total
hasilkan. Karakteristik sabun cair yang di- asam lemak sebesar 13,14%. Pada kapa-
hasilkan pada skala laboratorium dan skala sitas 25 kg dihasilkan pH 10,06, daya busa
pilot dapat dilihat pada Tabel 11. 1,8 cm, kadar alkali bebas 0,067%, vis-
kositas 8,53 cps, dan total asam lemak se-
Tabel 11. Karakteristik kualitas sabun cair besar 12,86%. Akan tetapi pada pening-
berbahan baku minyak goreng daur ulang katan kapasitas terjadi penurunan kualitas
hasil percobaan skala laboratorium dan untuk kadar alkali bebas dan daya busa.
skala pilot Namun demikian nilai yang dihasilkan pada
Karakteristik Skala Skala peningkatan kapasitas masih sesuai de-
Produk Ganda Laboratorium ngan SNI sabun cair.
pH 10,05 10,16
Daya Busa 1,8 cm 2,7 (cm) DAFTAR PUSTAKA
Alkali Bebas 0,067% 0,037 (%)
Viskositas 8,53 cps 5,2 (cps) Harnawi, T. 2004. Studi Pembuatan
Total Asam 13,61% 8,5149 (%) Sabun Cair dengan Bahan Baku
Minyak Goreng Hasil Reproseing.
Lemak
Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya.
Berdasarkan Tabel 11, peningkatan Malang
skala (scale up) yang dilakukan membe- Permono, A. 2002. Membuat Sabun
rikan pengaruh terhadap peningkatan pH, Colek. Penebar Swadaya. Jakarta.
viskositas dan asam lemak bebas. Untuk Hal 3-38
parameter lain yaitu daya busa dan kadar Wijana, S, N. Hidayat, dan A. Hidayat,
alkali bebas, peningkatan kapasitas menja- 2005. Mengolah Minyak Goreng
dikan nilainya lebih rendah. Hal ini menan- Bekas. Trubus Agrisarana, Jakarta
Wijana, S., N. Hidayat, dan F.D. Astuti,
dakan peningkatan skala yang dilakukan
2007. Optimasi proses pemurnian
belum optimum, terutama daya busa dan minyak goreng bekas dengan
kadar alkali bebas, sehingga diperlukan steaming dan netralisasi. AGRITEK
penelitian lanjutan agar seluruh parameter 15(5): 1245-1250
dapat mencapai titik optimum. Wijana, S., S. Maryani, dan S.
Setyaningsih. 2009a. Pegaruh
KESIMPULAN tekanan vakum dan suhu terhadap
kualitas minyak dari daur ulang
Pada skala laboratorium didapatkan minyak goreng bekas. AGRITEK 17
(1): 102-108
nilai pH antara 9,84-10,29, kadar alkali
Wijana, S., Soemarjo, dan T. Harnawi,
bebas 0,01–0,03%, kadar total asam lemak
2009b. Studi pembuatan sabun
6,40-8,60%, viskositas 1,47–5,20 cps, dan mandi cair dari daur ulang minyak
daya busa 0,87–2,73 cm. Perlakuan terbaik goreng bekas (kajian lama peng-
didapatkan pada lama pengadukan 90 adukan dan rasio air/sabun). Jurnal
menit dan rasio air:sabun 2:1. Teknologi Pertanian 10(1): 54-61
Pada penelitian penggandaan skala Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi.
pada kapasitas 5 kg menghasilkan sabun 1997. Prosedur Analisa untuk
Bahan Makanan dan Pertanian

121
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 114-122

Edisi Keempat. PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta
Soekarto 1985. Penilaian Organoleptik
untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bharata Karya Aksara,
Jakarta

122

Anda mungkin juga menyukai