Anda di halaman 1dari 6

TEKS KHUTBAH IDUL ADHA – Bea Cukai Pangkalan Bun

Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia Umat Islam yang berada di tanah air
menyambut hari raya Idul Adha yang mulia dengan takbir, tahlil, dan tahmid sebagai
ungkapan rasa syukur, sedangkan jutaan umat Islam di tanah suci Makkah, Arafah
dan Mina sedang berkonsentrasi menunaikan manasik haji. Mereka datang dari
berbagai pelosok dunia, dari berbagai bangsa dan suku, dari latar belakang yang
berbeda, menyatu dalam kepasrahan kepada Allah SWT. Mereka menanggalkan
segala atribut duniawi, meninggalkan berbagai aktivitas sehari-hari untuk
menghadap Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang dengan penuh khusyu dan
keikhlasan. Secara serentak, mereka mengumandangkan kalimat talbiyah:

“Kami penuhi panggilan-Mu wahai Allah, wahai Allah kami datang memenuhi
seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan karunia
hanyalah milik-Mu, milik-Mu segala kekuasaan dan kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu”.

Pada momen ini pula umat Islam yang mampu ditekankan untuk melaksanakan
ibadah kurban. Berbagi daging dan kebahagiaan kepada sesama. Menyembelih
sebagian harta kita untuk diberikan kepada orang lain, terutama yang membutuhkan.
Dari sinilah kita semua belajar tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah, tanpa
memandang jabatan, status sosial, latar belakang pendidikan, suku, bangsa, serta
kelas ekonomi. Ibadah kurban memberikan pesan kepada umat Islam tentang
pentingnya solidaritas, empati terhadap orang lain, serta menyembelih ego pribadi
untuk kemanfaatan bersama.

Hadirin yang berbahagia, Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr r.a. bahwa seorang
laki-laki bertanya kepada Nabi SAW: “Ajaran Islam apakah yang baik?” Nabi SAW
menjawab,

1
“Memberi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan
kepada orang yang tidak kamu kenal.” (HR. Bukhari, No: 28, Muslim, No: 126).

Dari hadis di atas, sepintas kita menyaksikan betapa agungnya nilai-nilai Islam yang
sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Tidak hanya masalah ibadah
saja yang diajarkan Islam, tetapi masalah-masalah kehidupan sosial pun menjadi
sorotan. Hadis tersebut mengajak umat Islam, bahkan umat manusia secara
keseluruhan untuk memperhatikan nasib masyarakat di sekitarnya. Tanggung jawab
untuk menyantuni orang-orang lemah, fakir miskin, yatim piatu, para manula, dan
mereka yang membutuhkan, tidak hanya dilimpahkan kepada para pemimpin. Tetapi
itu semua merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku dirinya sebagai
muslim.

Jawaban Rasulullah ketika ditanya seorang sahabatnya tentang amalan Islam


apakah yang paling baik, beliau langsung mengarahkan orang itu untuk memberikan
bantuan dan memasyarakatkan salam kepada siapa saja, baik pada orang yang
dikenal maupun pada orang yang belum dikenal sebelumnya. Bantuan tersebut
bukan hanya berupa dana atau makanan, tetapi juga meyangkut segala kebutuhan
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya memberikan ilmu, pengalaman,
nasihat, kebijaksanaan dan sebaginya. Sedangkan menebar salam maksudnya
memasyarakatkan suasana yang damai dan saling mencintai antara sesama umat
manusia.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Ketika seorang muslim mendapatkan rezeki berupa harta yang cukup, ia harus ingat
saudara-saudaranya yang lain. Dengan kata lain, ia harus merasa empati pada
mereka. Islam memandang bahwa rezeki yang barakah adalah rezeki yang cukup
untuk diri sendiri dan orang lain, bukan rezeki yang banyak dan berlimpah tetapi
tidak barakah.

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, Nabi SAW bersabda:

“Makanan satu orang cukup untuk dua orang, dan makanan dua orang cukup untuk
empat orang”. (HR. Bukhari, No: 5392, Muslim, No: 2058).

Pengertian hadis di atas menyebutkan bahwa makanan untuk satu orang dapat
mencukupi dua orang, makanan untuk dua orang dapat mencukupi empat orang,
dan seterusnya. Hadis ini mengarahkan supaya setiap orang muslim memiliki
kepedulian kepada mereka yang lemah dan miskin, sehingga dapat mengantarkan
mereka pada kehidupan yang layak. Selain dari itu, hadis ini mengisyaratkan juga
agar setiap orang, mengonsumsi makanan secara sederhana dan tidak berlebihan.
2
Hal ini sangat berkaitan erat dengan pola hidup sederhana dan kesehatan fisik
maupun mental manusia. Mengonsumsi makanan secara berlebihan akan
mengantarkan seseorang untuk menggali kuburnya sendiri. Makan berlebihan dapat
menyebabkan berbagai penyakit yang membinasakan dan merusak terhadap fisik
dan rohani umat manusia.

Seorang muslim yang senantiasa menginfakkan sebagian rezekinya pada orang-


orang yang membutuhkan, akan merasa cukup dengan segala karunia Allah
kepadanya. Meskipun rezekinya tidak banyak, tetapi itu dirasakan sebagai suatu
kecukupan yang tetap ia syukuri. Hatinya selalu tentram dan hidupnya pun nyaman.
Dengan kedermawanannya, banyak orang yang bersimpati kepadanya, dan berdoa
untuk kebaikan orang tersebut dalam segala kehidupannya. Inilah yang dimaksud
dengan keberkahan. Dalam hal memperoleh rezeki, umat Islam diarahkan agar
meraih keberkahan dari rezeki tersebut, bukan meraih banyak jumlahnya. Karena
harta yang banyak dan berlimpah kalau tidak disertai keberhakan akan menjadi sia-
sia dan bahkan akan menjerumuskan orang tersebut dalam prilaku yang tercela.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd,

Berbeda halnya dengan orang yang kikir, tidak memiliki rasa empati terhadap
sesama, meskipun hartanya banyak dan berlimpah ruah, tetapi ia merasa hal itu
masih kurang dan tidak cukup baginya. Sehingga ia merasa berat untuk
mengeluarkan sebahagian rezekinya pada mereka yang membutuhkan. Hidupnya
selalu dikejar-kejar oleh nafsu duniawi, seolah-olah ia ingin mencengkeram seisi
dunia ini dengan jari-jari tangannya. Akibatnya, ia hidup dengan prinsip semua orang
harus melayaninya bukan aku yang harus melayani mereka. Sikap demikian inilah
yang membuat hidupnya tidak barakah dan tidak pernah merasa cukup atas rezeki
yang ia dapatkan. Manusia seperti ini, digambarkan seperti orang yang meminum air
laut, semakin banyak diminum, merasa semakin haus dan dahaga.

Manusia muslim harus memperhatikan nasib masyarakat yang berada di bawah


garis kemiskinan yang lebih sulit dan menderita dari dirinya. Ia harus empati dan iba
untuk menolong dan meringankan beban mereka. Jika hal itu terwujud, maka jurang
kemiskinan pun bisa diminimalisir dan angka gejolak sosial pun dapat ditekan.
Dengan demikian, masyarakat muslim akan sejahtera sesuai dengan tatanan dan
tuntunan agamanya. Alangkah agungnya ajaran Islam yang memandang semua
umatnya adalah bersaudara yang harus saling membantu dan menolong antara satu
dengan yang lain. Bahkan, lebih jauh lagi, Islam melalui sabda Rasulullah SAW
memandang bahwa iman seseorang tidak sempurna sehingga ia mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.

3
“Tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia
mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, No: 13, Muslim, No: 45).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Kaum Muslimin dan Muslimat yang kami cintai,

Selain menyerukan untuk empati atau solidaritas pada sesama, pengarahan


berikutnya dari hadis di atas adalah menyebarkan salam. Ia merupakan pesan yang
sangat tinggi bagi kemanusiaan berupa tegur sapa yang mengandung arti
perdamaian dan kesejahteraan. Karena mengandung nilai perdamaian dan
kesejahteraan itulah, ucapan tersebut harus disebarluaskan pada setiap orang, baik
orang yang dikenal maupun tidak. Hidup yang damai dan sejahtera adalah dambaan
semua manusia yang beradab. Tidak ada seorang pun yang menginginkan adanya
kekerasan, dan tindakan yang tidak berperikemanusiaan mengenai dirinya. Oleh
karena itu, Islam sebagai agama yang membawa rahmat untuk semesta alam
(rahmatan lil alamin), sesuai namanya, juga menyerukan umatnya untuk
menebarkan perdamaian dan saling mencintai antar sesama manusia.Cinta kasih
adalah modal utama untuk mewujudkan hidup rukun, aman, dan tentram. Tetapi jika
ada pihak atau sekelompok manusia yang menginginkan untuk mencabik nilai-nilai
yang tinggi itu, maka Islam melalui sabda Nabi Muhammad SAW, dengan tegas
menyatakan bahwa mereka tidak akan memperoleh kesuksesan di dunia dan
akhirat.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Demikianlah, ajaran Islam yang paripurna dan senantiasa relavan untuk diamalkan
umat manusia sampai akhir masa, demi mencapai kebahagiaan duniawi dan
ukhrawi. Bangsa yang berkeadaban adalah umat yang selalu memperhatikan nasib
masyarakat sekitarnya. Mereka dapat hidup tenang dan damai, jika masyarakatnya
berkecukupan. Sebaliknya mereka merasa gundah dan gelisah, jika masyarakatnya
hidup susah. Hal ini digambarkan Nabi SAW sebagaimana hadis dari Nu’man bin
Basyir:

“Kamu melihat kaum mukminin dalam hal sayang menyayangi, cinta mencintai, dan
kasih mengasihi, bagaikan satu tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh yang
mengeluh (sakit), maka anggota-anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan
tidak bisa tidur dan merasa demam”. (HR.  Bukhari, No 6011; Muslim, No 2586).

4
Sikap dan cara pandang itulah yang harus kita usung bersama, yaitu solidaritas
terhadap sesama. Dalam nuansa Idul Adha ini, di balik merayakan kegembiraan dan
kemenangan kita dengan takbir, tahlil, dan tahmid, kita pun harus menengok
saudara-saudara kita yang masih hidup dalam garis kemiskinan. Kepada mereka,
kita ulurkan tangan. Untuk mereka, kita hentikan gaya hidup yang berlebihan.
Marilah kita berbagi dan empati dalam kerangka solidaritas sosial untuk bahu
membahu mewujudkan masyarakat yang mapan dan sejahtera.

Berkaitan dengan hal inilah maka pada hari Idul Adha dan hari-hari Tasyriq (tanggal
11, 12, 13 Dzul Hijjah), diperintahkan kepada kita agar melaksanakan ibadah
kurban. Kurban itu diarahkan agar dilakukan secara ikhlas, semata-mata mengharap
keridhaan Allah SWT. Ibadah itu dilaksanakan karena Allah, dan mengahrap
keridhaan-Nya. Sedangkan daging kurbannya adalah diperuntukkan bagi mereka
yang hidup dalam kekurangan dan amat membutuhkan protein hewani. Tidaklah
akan sampai kepada Allah darah dan daging kurban itu, yang sampai kepada Allah
adalah ketakwaan dari mereka yang melakukan kurban tersebut.

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan)
Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah
Telah menundukkannya untukmu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap
hidayah-Nya kepadamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
berbuat baik”. (QS. Al-Haj, 22:37).

Khutbah ke II

(7x) ‫هللَا ُ أَ ْكبَ ُر‬

5
‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلهَ إِالَّ هللاُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ‫َو َرس ُْولُهُ‪ ،‬أَرْ َسلَهُ َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمي َْن‪ ،‬اَللّهُ َّم َ‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ‬ ‫آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه أَجْ َم ِعي َْن‪ ،‬يَا أَيُّهَا الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح َّ‬
‫تَ ُم ْوتُ َّن إِالَّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن قَا َل هللاُ تَ َعالَى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‪ :‬يَا أَيُّهَا‬
‫ون َوقَا َل‬ ‫ين ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُ َ‬ ‫وا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم َوالَّ ِذ َ‬ ‫النَّاسُ ا ْعبُ ُد ْ‬
‫ت َوأَ ْتبِ ِع ال َّسيِّئَةَ‬ ‫ق هَّللا َ َح ْيثُ َما ُك ْن َ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪ :‬اتَّ ِ‬ ‫َرس ُْو ُل هللاِ َ‬
‫ض َع ِن ْال ُخلَفَا ِء‬ ‫ق َح َس ٍن‪ .‬اَللّهُ َّم ارْ َ‬ ‫اس بِ ُخلُ ٍ‬ ‫ق النَّ َ‬ ‫ْال َح َسنَةَ تَ ْم ُحهَا َو َخالِ ِ‬
‫ان إِلَى‬ ‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعي َْن َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم ِبإِحْ َس ٍ‬ ‫َّاش ِدي َْن َو َع ْن َج ِمي ِْع ال َّ‬ ‫الر ِ‬
‫اشعًا‬ ‫صا ِدقًا َوقَ ْلبًا َخ ِ‬ ‫ك إِ ْي َمانًا َكا ِماًل َويَقِ ْينًا َ‬ ‫يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن‪ ،‬اَللّهُ َّم إِنَّا نَسْأَلُ َ‬
‫َولِ َسانًا َذا ِكرًا َوتَ ْوبَةً نَص ُْوحًا‪ ،‬اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت‬
‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ‬ ‫ت إِنَّ َ‬ ‫ت اَألَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواأْل َ ْم َوا ِ‬ ‫َو ْال ْم ُسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ح ال ُر َعاةَ َوال َّر ِعيَّةَ َواجْ َعلْ إِ ْن ُد ْونِي ِْسيَّا‬ ‫ت‪ ،‬اَللّهُ َّم أَصْ لِ ِ‬ ‫ُم ِجيْبُ ال َّد َع َوا ِ‬
‫َو ِديَا َر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن آ ِمنَةً َر ِخيَّةً‪َ ،‬ربَّنَا آتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى اآْل ِخ َر ِة‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ِ‬
‫فى‬ ‫ار‪ِ .‬عبَا َد هللاِ أُ ْو ِ‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَ َن‪ ،‬إِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُر‬ ‫اح َ‬ ‫ال ِّس ِّر َو ْال َعلَ ِن َو َجانِب ُْوا ْالفَ َو ِ‬
‫ان َوإِ ْيتَا ِء ِذيْ ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬ ‫بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس ِ‬
‫‪َ .‬و ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‪َ ،‬ولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَرُ‪ ،‬هللَا ُ أَ ْكبَ ُر وهللِ ْال َح ْم ُد‬

‫‪Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/71050/khutbah-idul-adha-spirit-berkurban-dan-kepedulian-sosial-‬‬
‫===‬
‫‪Yuk, install NU Online Super App versi Android (s.id/nuonline) dan versi iOS (s.id/nuonline_ios). Akses dengan mudah fitur‬‬
‫‪Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Jadwal Shalat, Kompas Kiblat, Wirid, Ziarah, Ensiklopedia NU, Maulid, Khutbah, Doa, dan lain-lain.‬‬

‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai