Anda di halaman 1dari 5

Ricky Achmad Subagja

1516071121
Ujian Akhir Semester
Politik dan Pemerintahan Asia Tenggara

SOAL WAJIB :
1. Asia tenggara merupakan kawasan yang memiliki diversitas cukup tinggi. Jelaskan
bagaimana diversitas dikawasan Asia Tenggara ?

Asia Tenggara ialah sebuah kawasan yang terdiri dari berbagai macam etnis, suku, dan agama
yang berbeda-beda menandakan adanya diversitas pada kawasan ini. Bentuk diversitas di
kawasan Asia Tenggara adalah sebagai berikut :
 Cultural Tradition
Eksistensi masyarakat di Asia Tenggara pada umumnya, baik di Indonesia, Thailand,
Filipina, Singapura dan sebagainya terkenal dengan loyalitas sosial terhadap adat dan nilai
budaya yang dianutnya. Salah satu nilai sosial yang sangat kuat masih dijalankan samapai hari
ini ialah sosial yang berkenaan dengan tanggung jawab individu terhadap anggota masyarakat.
Di Asia Tenggara masyarakat tidak dianjurkan untuk menerapkan kebebasan individu.
Kebebasan individu dianggap akan menghilangkan nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
Malahan dalam aturan sosial masyarakat Asia Tenggara kebebasan individu dipersepsikan
sebagai satu nilai yang dapat mengakibatkan kekacauan sosial terhadap strata sosial masyarakat.
Kemudian muncul istilah Convisiusme yaitu sebuah istilah kultur tentang harmonisasi antara
makhluk hidup dan alam. Masyarakat Asia Tenggara sangat beragam, multi etnis, multi bahasa,
dan menganut ragam keyakinan . Keberagaman yang ada di kawasan Asia Tenggara
menunjukkan keunikan dan kekayaan akan kebudayan di kawasan Asia Tenggara. Jawa
merupakan etnis terbesar di Asia Tenggara yang lebih dari 86 juta jiwa. Sementara itu beberapa
etnis lain di Asia Tenggara adalah Melayu, Minang, Birma, Tagalog, Cebuano, Ilocano, Thai,
dan masih banyak lagi. Sementara itu agama masyarakat Asia Tenggara juga beragam, dengan
Islam sebagai agama yang paling mayoritas. Agama-agama lain seperti Katolik Roma, Protestan,
Hindu, Buddha, Konghucu, Taoisme, hingga kepercayaan lokal seperti Kejawen, Cao Dai, dan
agama-agama pagan lainnya seperti Animisme, masih dapat ditemui di Asia Tenggara. Meksipun
demikian, setiap negara di kawasan Asia Tenggara memiliki corak khas tersendiri yang membuat
diversitas di wilayah ini menjadi semakin tinggi. Selain budaya dan bahasa yang bisa dikatakan
mirip, ciri – ciri tubuh dan wajah masyarakat Asia Tenggara cenderung mirip seperti postur
tubuh serta warna kulit.1

1
Nicholas Taring. The Cambrige History of Southeast Asia.
https://www.scribd.com/document/316589889/history-and-fact-of-south-east-asia-pdf (diakses
pada 8 July 2017 pukul 10.21WIB
 Historis
Negara di kawasan Asia Tenggara pada umumnya memiliki historical background yang
serupa satu sama lain. Negara - negara di kawasan Asia Tenggara kecuali Thailand pernah
diduduki oleh kolonial dari Amerika dan Eropa. Oleh sebab itu negara - negara di kawasan Asia
Tenggara mempunyai pengalaman historikal perjuangan menuntut kemerdekaan dari negara
kolonial masing-masing.Pengalaman pemerintahan kolonial yang dialami oleh kebanyakan
negara di Asia Tenggara telah membentuk dasar bagi negara bangsa yang terefleksikan dari
perbedaan geopolitik yang ada.
Secara geografis kawasan Asia Tenggara terbagi ke dalam dua kelompok utama, yaitu
mainland dan insular2. Wilayah daratan atau mainland merujuk kepada kawasan Asia Tenggara
yang dulunya dikenal dengan Indocina dan Thailand, yang sekarang menjadi Kamboja, Laos,
Vietnam, dan Thailand. Sementara itu insular tidak hanya merujuk kepada kepulauan-kepulauan
di Asia Tenggara, tetapi semenanjung Malaya juga termasuk di dalamnya. Dengan kata lain,
yang termasuk ke dalam kawasan insular adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan
Filipina. Dengan adanya perbedaan kawasan tersebut, menghasilkan berbagai keberagaman mata
pencaharian masyarakat di kawasan Asia Tenggara. Perbedaan mata pencaharian yang ada juga
menyebabkan adanya perbedaan atau keberagaman kebiasaan masayarakat.
 Sistem Politik dan Pemerintahan
Asia Tenggara juga memiliki diversitas dalam bidang politik dan pemerintahan . Setidaknya
terdapat atau pernah terdapat empat corak pemerintahan di Asia Tenggara yang kontras satu
sama lainnya, yaitu republik seperti Indonesia, Filipina, Timor Leste dan Singapura, negara
sosialis-komunis seperti Vietnam dan Laos, monarki konstitusional seperti Thailand, Kamboja,
Brunei, dan Malaysia, dan junta militer seperti Myanmar. Meskipun berbeda-beda, kawasan Asia
Tenggara cenderung harmonis, dan bisa dikatakan tidak pernah terjadi konflik yang disebabkan
terutama oleh perbedaan corak pemerintahan.
 Kesimpulan
Benua Asia memiliki beragam kebudayaan dari masing-masing negaranya,khususnya Asia
Tenggara. Dari mulai bahasa,agama,dan adat masing-masing daerah. Seperti pada negara
Myanmar, terdapat bangunan-bangunan kuno peninggalan jaman dulu. Di Filiphina terkenal
dengan banyak kepulaunnya,tidak kalah dengan Indonesia. Lain lagi Malaysia,yang terkenal
dengan kaum Melayu nya.

2
Nicholas Tarling. The Cambridge History of Southeast Asia.
https://www.scribd.com/document/316589889/history-and-fact-of-south-east-asia-pdf (diakses
pada 1 Juli 2017 pukul 20.35 WIB)
2. Jelaskan pendapat anda mengenai klasifikasi perkembangan demokrasi di Asia
Tenggara dan apa yang menyebabkan beragamnya tipologi praktek demokrasi di
Asia Tenggara?

Dalam upayanya menegakkan demokrasi di negara-negara Asia Tenggara mengalami


berbagai halangan. Kendala-kendala yang dihadapi oleh sebagian masyarakat pro demokrasi
adalah pemerintahan yang otoriter dan represif. Permasalahan inilah yang sering menjadi
perlawanan rakyat dalam menegakkan sistem pemerintahan yang demokratis. Sebagai contoh
rakyat myanmar mengalami berbagai macam kendala. Dimana pemimpin dari Liga Nasional
untuk Demokrasi (NLD) ditangkap dan dimasukkan penjara dalam rangka menjatuhkan rezim
yang berkuasa. Demokrasi merupakan suatu sistem yang didambakan oleh semua kalangan.
Karena di Myanmar rakyat tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam mengaspirasikan
pendapatnya. Dalam hal memberikan masukan dan kritikan terhadap pemerintah yang berkuasa.
Kondisi ini sama halnya dengan kondisi pada saat Indonesia di bawah pemerintahan otoriter
Presiden Soeharto. Dimana dalam aksi-aksinya selalu memojokkan dan mengkritik penguasa
dari segi kebijakan maupun peraturan yang diterapkan terhadap masyarakat. Sehingga
masyarakat hanya menerima aturan dari pemerintah tanpa adanya campur tangan dari rakyat.
Oleh karena pemerintah memiliki otoritas tertinggi dalam menentukan pilihan dalam mengatur
negaranya.
Negara-negara di kawasan Asia Tenggara mencoba untuk menerapkan prinsip-prinsip
demokrasi. Demokrasi menjadi pembicaraan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT-ASEAN)
di Cebu Filipina pada tanggal 10-15 Januari 2007. Dimana dalam kajian ini yang terpenting
adalah akan menjadikan suatu negara yang demokratis. Dengan mengedepankan sistem
demokrasi sebagai sistem poliltik, maka akan mendapatkan suatu sistem dalam pemertintahan
yang baik. Hal ini akan lebih mudah dalam menciptakan suatu transparansi, akuntabilitas, dan
lain-lainnya akan mudah. Oleh karena itu Indonesia sebagai pelopor di dalam kawasan Asia
Tenggara dapat memberikan kesadaran arti penting sebuah negara dalam menerapkan sistem
demokrasi dalam pemerintahannya. Dimana setelah pasca reformasi di Indonesia mengalami
perubahan dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik.3
Meskipun berada dalam 1 kawasan, namun setiap negara di kawasan Asia Tenggara memiliki
gaya tersendiri dalam menerapkan demokrasi. Selain itu, ketidakmerataan penerapan demokrasi
di kawasan Asia Tenggara juga disebabkan oleh perbedaan rezim yang ada di setiap negara
kawasan dan tata kelola setiap negara yang berbeda pula. Dan terkadang proses demokratisasi
terhambat karena peran militer dalam politik yang masih sangat kuat. Sehingga berbagai
keputusan dan kebijakan cenderung tegas dan keras. Peraturan militer dan berbagai
keputusannya seringkali melanggar norma Hak Asasi Manusia yang pada dasarnya merupakan
salah satu nilai demokrasi.

SOAL PILIHAN :
3
John Markof, Gelombang Demokrasi Dunia . Hal. 105
2. Jelaskan pemikiran Lee Kuan Yu mengenai demokrasi untuk singapura ?
Sebagai salah satu aktor penting dalam perpolitikan Singapura, Lee Kuan Yew memiliki
beberapa pemikiran politik yang cukup unik yang berpengaruh terhadap perilaku
kepemimpinannya. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, terkait masalah keterbatasan Singapura
di awal kemerdekaannya, Lee menanggapi dengan cukup optimis bahwa kemajuan Singapura
akan sangat ditentukan oleh kemauan dan komitmen rakyatnya. Sejak saat itu, pemerintahan Lee
mulai menyusun sebuah strategi pembangunan dengan mempertimbangkan beberapa factor
antara lain bina bangsa yang multicultural, serta orientasi pembangunan pada pertumbuhan
ekonomi. Maka selanjutnya penulis akan menganalisis beberapa pemikiran politik Lee Kuan
Yew di bawah ini.
Pembangunan sebagai inti ideologi negara. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa
kebanyakan negara yang baru berkembang akan menemukan masalah yang cukup serius dalam
pembangunannya. Masalah ini berhubungan dengan keterbatasan sumberdaya dalam negeri
sehingga masing-masing pemegang kekuasaan harus cermat menentukan prioritas pembangunan.
Katakanlah dalam kasus Singapura, menurut prioritas Lee pembangunan ekonomi merupakan
satu hal yang terpenting bagi sebuah city state jika konteksnya national survival. Maka argumen
yang diajukan adalah Lee Kuan Yew cenderung mengabaikan pakem aspek ideologi tertentu
sebagai dasar pendirian negara. Lee tidak pernah menyebutkan bahwa Singapura yang baru
berdiri tersebut akan dirancang menjadi sebuah negara sosialis ataukah liberalis.
Namun manakala mengamati latar belakang pendidikan Lee sebagai sarjana yang
berpendidikan Barat dan kondisi Singapura yang merupakan bekas jajahan Inggris, dapat
diasumsikan bahwa sedikit banyak ia akan menerapkan konsepsi pembangunan negara
berlandaskan nilai-nilai liberalisme barat yang sarat dengan kapitalisme dan demokrasi. Maka
prioritas pembangunan ekonomi yang dirancang Lee diikuti oleh pembukaan pasar secara bebas
dan peningkatan industri. Namun dari latar belakangnya sebagai seorang etnis China, Lee sangat
meyakini nilai-nilai confusian yang banyak menelurkan tradisi sosialis yang masih kaku terhadap
demokrasi. Dalam konteks ini dapat digambarkan suatu pola bahwa kolaborasi ideologi yang
dianut Lee membentuk suatu ideologi baru ala Singapura yang bertajuk ‘Demokrasi Sosialis’.
Pemilihan kolaborasi ideologi tersebut didasarkan pada dua kepentingan yaitu masalah bina
bangsa (nation building) dan pembangunan negara yang bertumpu pada economic development.
Keduanya merupakan pilar yang harus diperkuat untuk mendukung jalannya pembangunan suatu
bangsa yang baru merdeka.
Bagi negara kecil yang terdiri dari banyak etnis, bina bangsa ini penting untuk menanamkan
identitas Singaporean sehingga jika masing-masing individu telah merasakan sense of place dan
sense of belonging maka nasionalisme akan terbangun secara sendirinya. Hal ini dimaksudkan
jika nasionalisme tiap individu kuat, ia tidak akan mempermasalahkan lagi dari etnis atau agama
mana seseorang berasal, sehingga rakyat akan terintegrasi untuk mendukung pembangunan dan
memberikan legitimasi kepada pemerintah. Selanjutnya, hal ini akan memperkuat pilar kedua
yaitu pembangunan ekonomi sebagai modal national survival bagi Singapura. Ciri suatu negara
yang menerapkan pembangunan ekonomi sebagai ideology antara lain akan didapati suatu pola
pembuatan kebijakan public yang rasional, efisisensi, efektivitas, dan pragmatis.
Demokrasi sebagai penghambat pembangunan. Untuk mencapai goal yaitu pembangunan
ekonomi, harus ada pemerintahan yang efisien dan efektif meminimalisir konflik. Kondisi
singapura yang multietnis dikhawatirkan akan sarat dengan kepentingan sehingga jika tidak
diakomodasi akan menimbulkan konflik. Maka saluran demokrasi perlu ditutup, pemerintah
harus tersentralisasi demi efisiensi, serta perlu diterapkan aturan yang keras dengan law
enforcement yang tegas. Sebagai contohnya, Lee membuat peraturan-peraturan yang cukup ketat
dan keras untuk menekan kelompok oposisi dan kebebasan berpendapat rakyatnya. Bahkan, Lee
tidak segan-segan menghukum siapa saja yang tidak setuju dengan kebijakannya. Dalam hal ini
penulis menggarisbawahi sistem pemerintahan terpusat dan otoriter yang dijalankan Lee Kuan
Yew ini sedikit banyak dikonstruksikan dari pemikiran bahwa demokrasi hanya akan
menghambat pembangunan.
Mengutip pernyataan Lee, modal pembangunan Singapura adalah kepercayaan dan
keyakinan rakyat, kerja keras, hemat, haus belajar, dan kesadaran bahwa tindakan korup akan
menghancurkan segala harapan sehingga kepercayaan rakyat tidak boleh disia-siakan sebab hal
tersebut merupakan modal besar untuk sebuah perubahan. Dapat dikatakan, sistem otoriter yang
dijalankan Lee saat itu tidak lantas bersifat zero-sum yang hanya menguntungkan pemerintah
sedangkan rakyat tidak memperoleh manfaat sedikit pun. Namun, system otoriter yang
diterapkan Lee Kuan Yew cenderung lebih membuka celah adanya mutual benefit karena
memberikan harapan bagi kemakmuran ekonomi rakyat. Hal ini merupakan poin penting dalam
analisis terhadap hubungan strategis antara otoriterisme Lee Kuan Yew dan pembangunan
ekonomi Singapura meskipun relasi keduanya mengorbankan aspek demokrasi yang merupakan
aspek penting bagi sebuah masyarakat modern.4

4
Lee Kuan Yu, The Singapore Story

Anda mungkin juga menyukai