Anda di halaman 1dari 2

C.

LOGIKA DEDUKTIF

Pada bagian awal tulisan ini telah dikemukakan batasan mengenai logika. Sebagai seni
art logika mengkaji kriteria untuk menentukan kebenaran pernyataan atau argumen. Berdasarkan
arahnya, logika dibedakan sebagai logika deduktif dan induktif.

Logika deduktif khususnya lohoka tradisional bermula dari zaman Yunani Kuno sekitar
abad ketiga SM. Logika ini memproses pikiran, baik secara langsung maupun tidak langsung
berdasarkan atas pernyataan umum yang sudah lebih dahulu diketahui. Pernyataan yang berisi
sesuatu yang sudah diketahui disebut anteseden (premis) yang merupakan pernyataan dasar dan
pernyataan yang berisi pengetahuan baru yang ditarik dari pernyataan dasar itu disebut
konsekuen (kesimpulan). Untuk selanjutnya, dalam tulisan ini digunakan istilah premis dan
kesimpulan.

Penarikan pengetahuan baru secara langsung dilakukan berdasarkan saru premis saja.
Dari premis tersebut ditarik kesimpulan yang merupakan implikasinya. Contoh : Dari premis
“Bujur sangkar adalah bidang datar yang merupakan kurva tertutup yang diapit oleh empat sisi
sama panjang dan memiliki empat sudut siku” secara langsung dapat ditarik kesimpulan, “jika
pada sebuah bujur sangkar ditarik garis diagonal, akan terjadi dua segitiga siku-siku sama dan
sebangun” yang merupakan implikasi atau konsekuensi logis dari pernyataan pertama. Dari
premis tersebut, dapat pula ditarik pernyataan-pernyataan lain yang merupakan implikasinya,
seperti:

1. Suatu segi empat yang sisi-sisinya horizontalnya tidak sama panjang dengan sisi-sisi
tegak lurusnya adalah bukan bujur sangkar.
2. Jumlah sudut bujur sangkar adalah 360 derajat.
3. Jika pada sebuah bujur sangkar ditarik dua buah garis diagonal akan terjadi empat
segitiga sama kaki yang sama dan sebangun.
4. Segitiga sama kaki yang terbentuk masing-masing mempunyai satu sudut siku-siku dan
dua sudut lancip yang besarnya 45 derajat.

Dengan demikian, implikasi merupakan pernyataan yang secara tersirat telah ada dalam
premis. Tentu saja dalam hal ini kebenaran pernyataan dasar atau premisnya.
Penarikan pengetahuan baru secara tidak langsung dilakukan berdasarkan dua premis
atau lebih; yang didasarkan atas dua premis disebut logisme. Jadi, dapat dikatakan silogisme
merupakan bentuk formal sebagai sarana untuk menarik kesimpulan yang baru. Silogisme selalu
terdiri atas tiga proposisi yaitu dua premis dan kesimpulan. Premis yang pertama disebut premis
mayor yang bersifat lebih umum, dan yang kedua yang lebih khusus disebut premis minor.

D. LOGIKA INDUKTIF

Berbeda degan logika deduktif, logika induktif memproses pengetahuan berdasarkan fakta-fakta
khusus yang diperoleh dari pengetahuan indrawi/melalui pengamatan. Dari sejumlah fakta atau
gejala khusus itu ditarik kesimpulan umum berupa pengetahuan yang baru yang berlaku untuk
sebagian atau keseluruhan gejala tersebut. Jadi, arah pemikiran bergerak dari data yang bersifat
khusus kepada kesimpulan yang bersifat lebih umum. Logika induktif seperti diantaranya
dilakukan dalam analisis statistik yang menggunakan data kuantitatif sebagai dasar penarikan
kesimpulan dan dalam analisis data kulitatif yang menggunakan data yang mungkin bersifat
verbal.

Pengembangan teori berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menerapkan logika induktif


dalam analisisnya. Dari analisis tersebut diperoleh proporsi-proporsi yang merupakan teori
substantif (Sullivan, 1963;Copi, 1976;Suriasumantri,1998;Akhadiah, Arsyad, dan Ridwan,
2003).

Anda mungkin juga menyukai