Anda di halaman 1dari 20

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

MATA KULIAH : PANCASILA

DOSEN : Ayatulah, M.pd.

Egi Saputra

411192141
BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam perjalanan sejarahnya dapat kita pantau perbuatan bangsa Indonesia mengacu kepada
nilai-nilai Pancasila. Bangsa Indonesia jelas menjunjung tinggi nilai keagamaan dan
kemanusiaan, ini dengan jelas dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945. Nilai kesamaan
tercermin dalam kerakyatan untuk sesama warga bangsa dan kemanusiaan yang adil dan beradab
dalam pergaulannya dengan bangsa lain. Nilai kebebasan dan kemerdekaan tercermin dari
perjuangan melawan penindasan dan perjuangan kemerdekaan. Nilai itu mendorong persatuan
bangsa Indonesia. Dan akhirnya perbuatan manusia ditujukan untuk mewujudkan nilai
kesetiakawanan (solidaritas), yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sadar bahwa
sejarah adalah pengalaman kolektif bangsa, maka bangsa Indonesia layak menjunjung tinggi dan
mempertahankan nilai-niai Pancasila itu demi kelangsungan hidupnya sebagai bangsa yang
berkeadaban.

Dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila mempunyai fungsi salah satunya sebagai filsafat
bangsa. Filsafat sendiri merupakan usaha pemikiran sistematik, yaitu pemikiran dasariah
mengenai manusia dalam seluruh semesta realita. Pancasila diajukan sebagai filsafat Negara,
yaitu suatu pemikiran yang mendalam untuk dipergunakan sebagai dasar negara. Sebagai filsafat
negara, Pancasila berkenaan dengan manusia sebab negara adalah lembaga manusia. Kelima sila
itu berfokus pada manusia.

Pancasila yang berisi lima dasar tidak hanya dipandang sebagai lima prinsip yang berdiri sendiri,
akan tetapi dari sila-sila tersebut secara bersama-sama merupakan satu kesatuan yang bulat.
Dimana kesatuan tersebut dapat diartikan sila yang satu dijiwai sila yang lainnya. Dalam sila-sila
pancasila juga termuat kata-kata dasar Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil. Sehingga isi atau
hakikat sila-sila itu mencakup pengertian yang luas dan universal.

Pancasila sebagai filsafat negara digali dari isi jiwa bangsa yang telah lama terpendam dalam
kalbu bangsa Indonesia. Pernyataan ini menunjukan bahwa Pancasila bukan hanya filsafat negara
tetapi juga filsafat bangsa Indonesia. Isi dari filsafat bangsa Indonesia antara lain menunjukkan
keyakinan bangsa Indonesia terhadap manusia sebagai makhluk ciptaan, yang hidup berssama
dengan manusia lain sebagai umat manusia serta menyelesaikan masalah hidupnya atas dasar
sikap musyawarah mufakat. Dengan berpegang pada Pancasila sebagai filsafat bangsa, Indonesia
dapat menentukan sikap di tengah-tengah berbagai sistem dan aliran-aliran filsafat di dunia.

Pancasila  sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia tidak  dapat dikatakan demikian saja, karena
kiranya arti penting fungsi tersebut tidak begitu nampak serta dapat dirasakan. Karena sebagai
filsafat rumusan Pancasila memang bersifat abstrak, terlepas dari kehidupan sehari-hari. Namun
kalau kita melihat filsafat Pancasila sebagai dasar bagi kehidupan bernegara dan  kehidupan
bermasyarakat bangsa Indonesia. Untuk itu dalam makalah ini penulis mengambil judul “
Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Indonesia “, diharapkan kita dapat mengetahui nilai yang
sesungguhnya dari Pancasila tersebut.
BAB II. PEMBAHASAN

A.    FILSFAT

1.      Pengertian

Dalam hal ini ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pada hakekatnaya sukar untuk
memberikan devinisi mengenai filsafat, karena tidak ada definisi yang definitif. Oleh karena itu
akan dikemukakan pengertian mengenai filsafat dan cirri-ciri berfilsafat. Sebagai modal untuk
mempelajari Pancasila dari sudut pandangan filsafat.

1)      Pengertian Menurut Arti Katanya

Kata filsafat dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata philein
artinya cinta dan sophia artinya kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat yang besar atau yang
berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau
kebenaran yang sesungguhnya.

Karena mencintai kebijaksanaan manusia dengan pemikiraannya manusia berusaha untuk


mendapatkan pengertian yang seluas-luasnuaya dan sedalam-dalamnya. Kata filsafat mempunyai
dua pengertian asasi, yakni filsafat sebagai usaha untuk mencari kebenaran dan filsafat sebagai
hasil usaha tersebut.

2)      Pengertian Umum

Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakekat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Dalam hal ini filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang hakekat. Ilmu pengetahuan tentang hakekat menanyakan apa hakekat atau
sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara itu jawaban yang akan diberikan berupa
kebenaran yang hakiki, hal mana sesuai dengan arti filsafat menurut kata-katanya.
3)      Pengertian Khusus

Karena filsafat mengalami perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh berbagai
factor misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya.itulah sebabnya maka timbul berbagai
pendapat mengenai pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya masing-masing. Adanya
berbagai aliran di dalam filsafat adalah suatu bukti bahwa ada bermacam-macam pendapat yang
khusus yang berbeda satu sama lain. Misalnaya:

Rationalisme mengagungkan akal

Materialisme mengagungkan materi

Idealisme mengagungkan idea

Hedonism mengagungkan kesenangan

Stoicisme mengagungkan tabiat saleh

Aliran-aliran tersebut mempunyai kekhususannya masing-masing dengan menekankan kepada


sesuatu yang dianggap merupakan inti dan harus diberi tempat yang tinggi.
4)      Beberapa definisi Filsafat

1. Plato (427 SM – 348 SM) Ahli filsafat Yunani

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli.

1. Aristoteles (382 – 322 SM), murid Plato

Filsafat ialah  ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-
ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.

1. Al Farabi (870 – 950 M) ahli filsafat Islam

Filsafat ialah  ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.

1. Immanuel Kant (1724 – 1804) ahli filsafat Katolik

Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang
di dalamnya tercakup empat persoalan :

v  Apakah yang dapat kita ketahui? (jawabannya: “metafisika”)

v  Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya: “etika”)

v  Sampai di manakah harapan kita? (jawabannya: “agama”)

v  Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya: “antropologi )

Berfilsafat berarti berpikir dan bertanya-tanya untuk mencari kebenaran. Namun  tidak selalu
manusia berpikir itu disebut berfilsafat. Usaha berfilsafat itu harus memenuhi syarat-syarat:
berpikir secara kritis, runtut (sistematis), menyeluruh (tidak terbatas pada satu aspek), dan
mendalam (mencari alas an terakhir).

Filsafat sering juga disamakan artinya dengan pandangan dunia (welt anschauung). Pandangan
dunia adalah suatu konsepsi yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, masyarakat
umum, nilai dan norma yang menatur sikap dan perbuatan manusia dalam hubungannya dengan
dirinya sendiri, sesama manusia dan masyarakat, alam semesta dan dengan penciptanya.
Pandangan hidup seseorang yang merupakan hasil dari pemikiran filosofis akan tercermin pada
sikap dan cara hidup seseorang yang tentunya manusia akan berusaha membentuk konsep dasar
yang benar dan sesuai dengan tingkat kemampuannya.
2.      Guna Fisafat

Filsafat mempunyai kegunaan baik yang teoritik maupun yang pratik. Dengan mempelajari
filsafat, orang akan bertambah pengetahuannya. Dengan tambahnya pengetahuan tersebut ia akan
mampu menyelidiki segala sesuatu lebih mendalam dan lebih luas. Kemudian akan sanggup
menjawab sesuatu tersebut dengan lebih mendalam dan luas pula. Filsafat juga mengajarkan hal-
hal yang praktik, ajaran filsafat yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya
etika, logika, estetika dan lain-lain.

Di dalam filsafat juga dikenal adanya cabang yang membicarakan tentang keindahan atau atu
filsafat seni. Didalam rangka membentuk manusia idaman seorang filosof terkenal yaitu Plato
telah mengemukakan pendaptnya agar music menjadi salah satu mata pelajaran. Salah satu mata
kuliah yang dianggap penting oleh Cassiodorus adalah rethorica yaitu seni berpidato.

Berdasarkan atas uraian tersebut di atas, filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut :

1. Melatih diri untuk berpikir kritik dan runtut dan menyusun hasil pikiran tersebut secara
sistematik.
2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap
sempit dan tertutup.
3. Melatih diri melakukan penelitian,, pengkajian dan memutuskan atau mengambil
kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan komperehensif.
4. Menjadikan diri bersifat dinamik dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem
5. Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa
6. Menjadi alat yng berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadinya maupun
dalam hubungannya dengan orang lain.
7. Menjadikan akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun dalam hubungannya
dengan orang lain alam sekitar dan Tuhan YME.
3.      Fungsi Filsafat

Berdasarkan sejarah kelahirannya, filsafat mula-mula berfungsi sebagai induk atau ibu ilmu
pengetahuan. Pada waktu itu belum ada ilmu pengetahuan lain, sehingga filsafat harus menjawab
segala macam hal. Soal manusia filsafat yang membicarakannya. Demikian pula soal
masyarakat, ekonomi, Negara, kesehatan dan sebagainya.

Kemudian karena perkembangan keadaan dan masyarakat, banyak problem yang tidak dapat
dijawab lagi oleh filsafat. Lahirlah ilmu pengetahuan yang sanggup memberi jawaban terhadap
problem-problem tersebut, misalnya ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan kedokteran, ilmu
pengetahuan kemasyarakatan, ilmu pengetahuan manusia, ilmu pengetahuan ekonomi dan lain-
lain. Ilmu pengetahuan tersebut lalu terpecah-pecah lagi menjadi lebih khusus. Demikianlah lahir
berbagai disiplin ilmu yang sangat banyak dengan kekhususannya masing-masing.

Spesialisasi terjadi sedemikian rupa sehingga hubunagan antara cabang dan ranting ilmu
pengetahuan sangat kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat tetapi ada
pula yang telah jauh. Bahkan ada yang seolah-olah tidak mempunyai hubungan. Jika ilmu-ilmu
tersebut terus berusaha memperdalam dirinya akhirnya sampai juga pada filsafat. Sehubunga
dengan keadaan tersebut filsafat dapat berfungsi sebagai berikut :

1. Interdisipliner system
2. Menghubungkan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah kompleks
3. Tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan
4.      Sistem Filsafat

Pemikiran filsafat berasal dari berbagai tokoh subjek manusia, pada berbagai tempat dan zaman.
Faktor lingkungan hidup, sosio budaya dan subyektivitas tokoh memberi identitas pada setiap
pemikiran itu. Perbedaan-perbedaan latar belakang  tata nilai dan alam kehidupan, cita-cita dan
keyakinan yang mendasari tokoh filsafat itu melahirkan perbedaan-perbedaan mendasar antar
ajaran filsafat. Perbedaan yang memberi identitas ajaran ini melahirkan aliran-aliran filsafat.

Meskipun demikian, antar ajaran tokoh-tokoh filsafat yang mempunyai persamaan, dapat
digolongkan dalam satu aliran berdasarkan watak dan inti ajarannya. Jadi aliran filsafat terbentuk
atas beberapa ajaran filsafat dari berbagai tokoh dan dari berbagai zaman. Tegasnya perbedaan
aliran bukan ditentukan oleh tempat dan waktu lahirnya filsafat, melainkan oleh watak, isi dan
ajarannya.

Aliran-aliran yang ada sejak dulu sampai sekarang meliputi :

1. Aliran Materialisme

      Mengajarkan bahwa hakekat realitas semesta, termasuk makhluk hidup, manusia hakekatnya
ialah materi. Semua realita itu ditentukan oleh materi (misalnya barang kebutuhan ekonomi) dan
terikat pada hokum alam yang bersifat obyektif.

1. Aliran Idealisme / spiritualisme

Mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia.
Subyek manusia sadar atas realitas dirinya dan semesta, karena ada akal-budi dan kesadaran
rokhani. Manusia yang tak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya apabila realita
semata. Jadi hakikat diri dan kenyataan ialah akal budi (ide, spirit)

1. Aliran Realisme

Mengajarkan bahwa kedua aliran diatas yang saling bertentangan itu tidak sesuai dengan
kenyataan, tidak realistis. Sesungguhnya realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah
benda (materi) semata-mata, kehidupan, seperti nampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan dan
manusia. Karenanya realitas itu paduan benda (jasmaniah) dengan rokhaniah (jiwa). Khusus
pada manusia Nampak dalam gejala daya pikir, cipta dan budi. Jadi realism merupakan sintesa
antara jasmaniah, rokhani, materi dengan yang non-materi.

Sistem filsafat ialah suatu ajaran filsafat yang bulat tentang berbagai segi kehidupan yang
mendasar. Suatu system filsafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber realita, filsafat hidup
dan tata nilai (etika), termasuk teori terjadinya pengetahuan manusia dan logika. Sebaliknya,
filsafat yang mengajarkan hanya sebagian daripada kehidupan (sektoral, fragmentaris) tak dapat
disebut sistem filsafat, melainkan hanya ajaran filosofis seorang ahli filsafat.
B.     PANCASILA

Pancasila adalah  nama dari dasar Negara Republik Indonesia yang berisi lima dasar, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima dasar atau  sila itumerupakan kesatuan
yang bulat dan utuh. Rumusan Pancasila tersebut termuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Selain sebagai asas kenegaraan seperti
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila sebenarnya telah ada pada bangsa Indonesia
sejak dulu kala, unsure-unsurnya terdapat pada asas-asas kebudayaan bangsa Indonesia yang
kemudian dimatangkan dalam perjalanan perjuangan kehidupan bangsa Indonesia.

Dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, sumber segala
sumber hukum, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, pandangan moral, ideologi negara,
pemersatu maupun penggerak perjuangan dan termasuk juga diantaranya sebagai filsafat Negara
yang dibahas dalam makalah ini. Semua fungsi ini menunjukan bahwa Pancasila merupakan
dasar untuk mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masing-masing dari
fungsi tersebut perlu dipahami maknanya dalam konteks penggunaannya, misalnya fungsi dasar
negara nampak jelas maknanya dalam penyelenggaraan satu kehidupan negara, fungsi
pandangan hidup bangsa tampak maknanya pada sikap dan perilaku manusia Indonesia.

Sedangakan dari kenyataan sejarah, pancasila memiliki fungsi mempersatukan  banngsa. Forum
politik menunjukan  bahwa Pancasila adalah kesepakatan nasional, untuk menjadi dasar dan arah
kehidupan negara dan bangsa Indonesia. Wakil-wakil Indonesia memiliki satu pandangan
mengenai dasar bagi negara Indonesia yang merdeka.

Sesuai dengan pancasila, Negara yang dikehendaki adalah negara persatuan yang mengatasi
kepentingan golongan maupun perorangan. Pokok pikiran pertama mengamanatkan negara yang
bersifat integral, tidak menyatukan dirinya dengan kepentingan golongan terbesar dalam
masyarakat bangsa tetapi menyatukan dirinya dengan kepentingan golongan terbesar dalam
masyarakat bangsa tetapi menyatukan dirinya dengan kepentingan seluruh masyarakat.

Dari segi kultural, nilai-nilai Pancasila terdapat pada semua budaya daerah. Indonesia yang
memiliki beraneka ragam kebudayaan, dapat dipersatukan dengan Pancasila, karena Pancasila
digali dari khasanahkebudayaan itu sendiri. Karena Pancasila sebagai pemersatu bangsa
merupakan  sumber tertib hokum, maka Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke
merupakan satu kesatuan hukum, dan memiliki hukum nasional yang mengabdi kepada kesatuan
Negara Indonesia.
C.     PANCASILA SEBAGI FILSAFAT

1.      Arti Pancasila sebagai Filsafat

Bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Sriwijaya dan zaman Majapahit dalam satu kesatuan.
Namun, dengan datangnya bangsa-bangsa barat  persatuan dan kesatuan itu dipecah oleh mereka
dalam rangka menguasai daerah Indonesia yang kaya raya ini. Berkat perjuangan yang
gigihdariseluruh  rakyat Indonesia pada zaman penjajahan Jepang dibentuk suatu badan yang
diberi nama BPUPKI. Badan ini diresmikan tanggal 28 Mei 1945 oleh pemerintah Jepang.
Tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengutarakan prinsip dasar negara yang sekaligus
sesudah berpidato menyerahkan teks pidatonya beserta rancangan undang-undang dasar.

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato membahas dasar negara. Dan  pada tanggal 18
Agustus 1945 ditetapkan undang-undang dasar yang diberi nama Undang-Undang Dasar 1945.
Sekaligus dalam pembukaan Undang-Undang Dasar sila-sila Pancasila ditetapkan. Jadi,
Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan bersamaan dengan ditetapkannya Undang-
Undang Dasar 1945, dan menjadi ideologi bangsa Indonesia.

Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah
Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila
sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.
2.      Fungsi Filsafat Pancasila

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fungsi filsafat Pancasila perlu dikaji tantang ilmu-ilmu
yang erat kaitannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Fungsi filsafat secara umum,
sebagai berikut :

1. Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam
kehidupan bernegara. Segala aspek yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat
bangsa tersebut dan yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dari negara
bersangkutan. Oleh karena itu, fungsi Pancasila sebagai filsafat dalam kehidupan
bernegara, haruslah memberikan jawaban yang mendasar tentang hakikat kehidupan
bernegara. Hal yang fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, susunan
politik atau sistem politikdari negara, bentuk negara, susunan  perekonomian dan dasar-
dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini Pancasila yang dikaji dari sudut
fungsinya  telah mampu memberikan jawabannya.
2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang
hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara. Dasar Negara kita ada lima dasar dimana
setap silanya berkaitan dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan yang utuh,
tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Saling memberikan arah dan sebagai dasar kepada
sila yang lainnya. Tujuan negara akan selalu kita temukan dalam setiap konstitusi negara
bersangkutan. Karenanya tidak selalu sama dan bahkan ada kecenderungan perbedaan
yang jauh sekali antara tujuan disatu negara dengan negara lain. Bagi Indonesia secara
fundamental tujuan itu ialah Pancasila dan sekaligus menjadi dasar berdirinya negara ini.
3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu dari
berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat jelas, kalau
di negara itu sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara.
D.    PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya saling kait
mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup filsafat hidup
dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan sesame manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya. Menurut
Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari
keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila merupakan filsafat tentang kodrat manusia. Dalam
pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang manusia. Oleh karena itu pokok-pokok Pancasila
bersifat universal.

Dari pembahasan ini dapat diperoleh unsure inti yang tetap dari Pancasila, yang tidak mengalami
perubahan dalam dunia yang selalu berubah ini. Sifatnya yang abstrak, umum dan universal ini
mengemukakan Pancasila dalam isi dan artinya sama dan mutlak bagi seluruh bangsa, diseluruh
tumpah darah dan sepanjang waktu sebagai cita-cita bangsa dalam Negara Republik Indonesia
yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
E.     PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM FILSAFAT PANCASILA

Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia bersifat
majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-silanya.
Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila Pancasila
itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat manusia. Secara hakiki,
susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk  sosial, dan kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan dan
makhluk yang berdiri sendiri (otonom). Aspek-aspek hakikat kodrat manusia itu dalam
realitasnya saling berhubungan erat, saling brkaitan, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang
lain. Jadi bersifat monopluralis, dan hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi
dasar persatuan dan kesatuan sila-sila Pancasilayang merupakan dasar filsafat Negara Indonesia.

Pancsila yang bulat dan utuh yang bersifat majemuk tunggal itu menjadi dasar hidup bersama
bangsa Indonesia yang bersifat majemuk tunggal pula. Dalam kenyataannay, bangsa Indonesia
itu terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, kebudayaan dan  agama  yang berbeda. Dan
diantara perbedaan yang ada sebenarnya juga terdapat kesamaan. Secara hakiki, bangsa
Indonesia yang memiliki perbedaan-perbedaan itu juga memiliki kesamaan,.bangsa Indonesia
berasal dari keturunan nenenk moyang yang sama, jadi dapat dikatakan memiliki kesatuan 
darah. Dapat diungkapkan pula bahwa bangsa Indonesia yang memilikiperbedaan itu juga
mempunyai kesamaan sejarah dan nasib kehidupan. Secara bersama bangsa Indonesia pernah
dijajah, berjuang melawan penjajahan, merdeka dari penjajahan. Dan yang lebih penting lagi
adalah bahwa setelah merdek, bangsa Indonesia mempunyai kesamaan tekad yaitu mengurus
kepentingannya sendiri dalam bentuk Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Kesadaran akan perbedaan dan kesamaan inilah yang menumbuhkan niat, kehendak
(karsa dan Wollen) untuk selalu menuju kepada persatuan dan kesatuan bangsa atau yang lebih
dikenal dengan wawasan “ bhineka tunggal ika “.

Pernyataan lebih lanjut adalah bagaimana bangsa Indonesia melaksanakan kehidupan bersama
berlandaskan kepada dasar filsafat Pancasila sebagai asas persatuan dan kesatuan sebagai
perwujudan hakikat kodrat manusia. Pada saat mendirikan Negara Indonesia, para pendiri
sepakat untuk mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak
masyarakat Indonesia,yaitu Negara yang berdasar atas aliran pikiran Negara (staatsidee) negara
yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh
golongan dalam bidang apapun.

Jadi negara sebagai susunan dari seluruh masyarakat dimana segala golongan, segala bagian dan
seluruh anggotanya berhubungan erat satu dengan  lainnya dan merupakan persatuan dan
kesatuan yang organis. Kepentingan individu dan kepentingan bersama harus diserasikan dan
diseimbangkan antara satu dengan lainnya. Hidup kenegaraan diatur dalam prinsip solidaritas,
menuntut bahwa kebersamaan dan individu tidak  dapat dipertentangkan satu dengan lainnya.
Negara harus dipandang sebagai institusi seluruh rakyat yang memberi tempat bagi semua
golongan dan lapisan masyarakat dalam bidang apapun.

Sebaliknya negara juga bertanggung jawab atas kemerdekaan dan kesejahteraan semua warga
negara. Tujuan Negara adalah kesejahteraan umum. Oleh karena itu negara tidak mempersatukan
diri dengan golongan  terbesar, juga tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling
kuat, melainkan Negara mengusahakan tujuannya dengan memperhatikan semuua golongan dan
semua perseorangan. Negara mempersatukan diri dengan seluruh lapisan masyarakat.
F.     BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA ADALAH SUATU FILSAFAT

Di atas telah dikemukakan mengenai filsafat dan ciri-cirinya. Oleh karena itu sesuatu dapat
diklasifikasikan sebagi suatu filsafat jika memenuhi cirri-ciri tersebut. Demikian pula agar
Pancasila merupakan suatu filsafat harus memenuhi sarat-sarat pengertian dan cirri-ciri filsafat.
Dibawah  ini ada beberapa pendapat yang mengemukakan bahwa Pancasila adalah suatu filsafat.

1. Pendapat Muh. Yamin

Dalam bukunya Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa ajaran
Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Hakikat filsafatnya ialah
satu sinthese fikiran yang lahir dari antithese fikiran. Dari pertentangan pikiran lahirlah
perpaduan pendapat yang harmonis, begitu pula halnya dengan ajaran Pancasila, satu sinthese
negara yang lahir dari pada satu antithese.

Pada kalimat pertama dari mukadimah Republik Indonesia yang berbunyi : Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab  itu penjajahan harus dihapuskan karena
bertentangan  dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Kalimat pertama ini adalah kalimat
antithese. Pada saat antithese itu hilang maka lahirlah kemerdekaan. Dan kemerdekaan itu kita
akan susun menurut ajaran filsafat Pancasila.

1. Pendapat Soediman Kartohadiprodjo

Dalam bukunya yang  berjudul Beberapa Pikiran sekitar Pancasila, beliau mengemukakan bahwa
pancasila itu disajikan sebagai pidato  untuk memenuhi permintaan memberikan dasar fiilsafat
negara, maka disajikannya Pancasila sebagai filsafat. Pancasila masih merupakan filsafat Negara
(staats-filosofie). Karena itu dapat dimengerti, bahwa filsafat  Pancasila dibawakan sebagai  inti
dari hal-hal yang berkkenaan dengan manusia, disebabkan negara adalah manusia  serata
organisasi manusia.

Dikiranya Pancasila adalah  ciptaan Ir. Soekarno, tetapi Ir. Soekarno menolak disebut sebagai
pencipta Pancasila, melainkan mengatakan bahwa Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia.
Sehingga jika sesuatu filsafat ituu adalah isi jiwa suatu banggsa maka filsafat itu adalah filsafat
bangsa tadi dan pancasila  itu adalah filsafat bangsa  Indonesia.

Jadi Soediman Kartohadiprodjo menegaskan bahwa Pancasila sebagi filsafat bangsa Indonesia
berrdasarkan atas ucapan Bung Karno yang menatakan bahwa Pancasila adalah isi jiwa bangsa
Indonesia.

1. Pendapat Drijrkoro

Dalam seminar Pancasila beliau berpendapat bahwa filsafat ada di dalam lingkungan ilmu
pengetahuan dan Weltanschauung didalam lingkungan hidup. Dengan belajar filsafat orang tidak
dengan sendirinya mempelajari Weltanscauung. Dan juga tidak pada tempatnya jika dalam
filsafat aspek Weltanschauug ditekan-tekan dengan  berlebih-lebihan. Shingga dikemukakan
bahwa Pancasila sudah lama merupakan Weltanscauung bagi kita banggsa Indonesia, akan tetapi
tanpa dirumuuskan sebagai filsafat melainkan dalam dalil-dalil filsafat.

Sehingga Drijarkoro dalam pendapatnya membedakan antara filsafat dengan Weltscauung. Dan
diterangkan pula tentang Pancasila sebagai dalil-dalil filsafat, dengan mengakui orang masih
tinggal di dalam lingkungan filsafat. Pancasila barulah menjadi pendirian atau sikap hidup.

1. Pendapat Notonagoro

Dalam Lokakarya Pengamalan Pancasila di Yogyakarta beliau berpendapat bahwa kedudukan


Pancasila dalam Negara Republik Indonesia adalah sebagai dasar negara, dalam pengertian dasar
filsafat. Sifat kefilsafatn dari dasar negara tersebut terwuujudkan dalam rumus abstrak dari
kelima sila dari pada Pancasila. Yang intinya ialah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan (kesatuan
dalam dinamikanya), kerakyatan dan keadilan, terdiri atas kata-kata pokok dengan awalan-
akhiran ke-an dan per-an. Dasar filsafat, asas kerokhanian Negara Pancasila adalah cita-cita yang
harus dijelmakan dalam kehidupan negara.

1. Pendapat Roeslan Abdoelgani

Di dalam bukunya Resapkan dan Amalkan Pancasila berpendapat bahwa  Pancasila adalah
filsafat Negara yang lahir sebagai collective-ideologie dari seluruh bangsa Indonesia. Pada
hakikatnya Pancasila merupakan  suatu realiteit dan suatu noodzakelijkheid bagi keutuhan
persatuan bangsa Indonesia sebagaimana tiap-tiap filsafat adalah hakikatnya suatu
noodzkelijkheid. Didalam kajian-kajiannya dari dalam, masih menagndung ruang yang luas
untuk  berkembangnya pnegasan-penegasan lebih lanjut. Didalam fungsinya sebagai fondamen
Negara, ia telah bertahan terhadap segala ujian baik yang datang dari kekuatan-kekuatan contra-
revolusioner, maupun yang datang dari kekuatn-kekuatan extreem. 
BAB III. PENUTUP

Kesimpulan

Kelangsunagan dan keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai cita-citanya sangat dipengaruhi
oleh filsafat negara dari bangsa tersebut. Bagai bangsa Indonesia, Pancasila adalah pedoman dan
arah yang akan dituju dalam mencapai cita-cita bangsa. Tanpa dilandasi oleh suatu filsafat maka
arah yang akan dituju oleh bangsa akan kabur dan mungkin akan dapat melemahkan bangsa dan
negara, kalau filsafat itu tidak dihayati oleh bangsa tersebut. Untuk itulah kita bangsa Indonesia
perlu untuk mengerti dan menghayati filsafat Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

Pancasila sebagai sistem dalam filsafat kita sudah tentu harus memenuhi syarat-syarat dari
filsafat itu sendiri. Sistem filsafat Pancasila kita temukan dalam berbagai nilai-nilai kehidupan di
masyarakat, antara lain dari nilai-nilai agama, kebiasaan dari orang-orang Indonesia yang telah
menjadi budaya dalam pergaulan sehari-hari. Seperti halnya kebudayaan di berbagai daerah di
Indonesia adalah sumber dari nilai-nilai Pancasila itu.

Pancasila sebagai filsafat telah berhasil eksistensinya dalam kehidupan bernegara, karena
Pancasila dapat dan mampu berperan sebagi sumber nilai dalam kehidupan politik, dalam system
perekonomian, sebagai sumber dari sistem sosial dan budaya masyarakat. Oleh karena itu
Pancasila perlu kita sebar luaskan dankita gali terus menerus, demi kuat dan kokohnya bangsa
dan negara Indonesia. Pancasila adalah sumber kekuatan bangsa untuk tetap tegaknya negara dan
keteraturan kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Kansil, C.S.T. 1999. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Laboratorium Pancasila IKIP Malang. 1988. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.


Malang: IKIP Malang

Moedjanto, G,dkk. 1989. Pancasila Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT. Gramedia

Sunoto. 1985. Mengenal Pancasila Pendekatan Melalui Metafisika Logika Etika. Yogyakarta:
PT. Hanindita
MAKALAH
PENDIDIKDN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DASAR NEGARA


INDONESIA

Di Susun Oleh :
1.Akbar Nurohman
2.Egi Saputra
3.Octavia Lorenza

KELAS E17
FAKULTAS FISMA MENEJEMAN LOGISTIK
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Dosen : Bpk.Ahmad Yani S.H, M.H

Anda mungkin juga menyukai