LAPORAN KASUS
Asuhan Keperawatan pada Anak D Dengan
“Thypoid Fever” Di Ruang Seruni
RSUD Kepahiang
DISUSUN OLEH:
KATAPENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberikan kesehatan sehingga laporan ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Laporan pendahuluan yang berjudul “Thypoid Fever” ini
disusun untuk memenuhi laporan praktik klinik mahasiswa dari mata kuliah
keperawatan anak di programstudi diploma tiga keperawatan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini dimasa akan datang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khusus dan
pembaca pada umumnya.Semoga laporan ini dapat dijadikan sebagai bahanuntuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan pembaca lainnya.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
Daftar tabel...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Definisi ................................................................................................4
B. Etiologi.................................................................................................4
C. Patofisiologi .........................................................................................6
D. Manifestasi klinis..................................................................................6
E. Pemeriksaan penunjang........................................................................7
F. Penatalaksanaan....................................................................................8
G. Komplikasi ...........................................................................................9
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................................16
B. Diagnosa keperawatan..........................................................................26
C. Intervensi keperawatan ........................................................................27
D. Implementasi dan evaluasi keperawatan ..............................................31
BAB IV PEMBAHASAN LAPORAN KASUS
A. Pengkajian.............................................................................................42
B. Diagnosa...............................................................................................42
C. Intervensi ............................................................................................43
D. Implementasi .......................................................................................44
E. Evaluasi ............................................................................................. 44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................47
ii
iii
B. Saran.........................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................49
DAFTAR TABEL
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dan dapat menular melalui makanan
atau minuman yang tercemar kuman tersebut. Kasus penyakit typhoid sendiri
memiliki angka tinggi di wilayah negara-negara berkembang yang beriklim
tropis, seperti di wilayah asia, salah satunya di Indonesia. Penderita Typhoid
sebagian besar berusia > 9tahun (10–12 tahun) sedangkan sebagian besar
berusia ≤ 9 tahun (7–9 tahun) tidak terdiagnosis menderita typhoid dan
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki lebih banyak terdiagnosis menderita
demam typhoid dibandingkan berjenis kelamin perempuan.
Data WHO (World Health Organisation) memperkirakan angka insidensi
di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000 orang
meninggal karena Typhoid dan 70% kematiannya terjadi di Asia (WHO, 2008
dalam Depkes RI, 2013). Insidens Typhoid tergolong tinggi terjadi di wilayah
Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara dan kemungkinan Afrika Selatan
(insidens > 100 kasus per 100.000 populasi per tahun). Incidents Typhoid
yang tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) berada
di wilayahAfrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia
Baru). (Djoko Widodo, 2014) Indonesia sendiri mempunyai insidens Typhoid
yang banyak dijumpai pada populasi dengan usia 3-9 tahun. Kejadian Typhoid
di Indonesia juga berkaitan dengan rumah tangga, yaitu adanya anggota
keluarga dengan riwayat terkena Typhoid, tidak adanya sabun untuk mencuci
tangan, menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya
tempat buang air besar dalam rumah. (Djoko Widodo, 2014). Dalam buku
yang ditulis oleh Marni (2016), Khan, dkk (2013) menurut penelitianya
menyatakan bahwa kejadian Typhoid di Indonesia mencapai 148,7 per
100.000 penduduk. (Marni, 2016). Ditjen Bina Upaya Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan RI, melaporkan Typhoid menempati urutan ke-3 dari
10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia
1
2
(41.081 kasus). (Djoko Widodo, 2014) Berdasarkan data dari Rekam Medis
RST dr. Soedjono Magelang yang dilakukan pada tanggal 8 Desember 2017
melaporkan angka kesakitan periode bulan Januari sampai bulan Oktober
tahun 2017 sebanyak 1198 pasien. Jumlah penderita gastro enteritis sebanyak
346 pasien (28,88%), penderita Typhoid sebanyak 339 pasien (28,29%),
penderita DHF sebanyak 183 pasien (15,22%), penderita dengue fever
sebanyak 148 pasien (12,55%), penderita kejang sebanyak 101 pasien
(8,43%), penderita bronkitis sebanyak 82 pasien (6, 06%), penderita asthma
sebanyak 69 pasien (5,7%), penderitaBRPN sebanyak 54 pasien (4,5%),
penderita hidrodefalus sebanyak 31 pasien (2,58%), dan penderita BBLR
sebanyak 24 pasien (2,6%). Typhoid berada di peringkat ke 2. (Rekam Medis
RST dr. Soedjono Magelang, 2017).
Sedangkan di RSUD Kepahiang terutama di ruang rawat inap anak yakni
ruang seruni juga menunjukan tingkat penyakit thypoid pada anak juga tinggi
perkiraan dari bulan januari hingga mei 2021 sekitar 50% pasien anak yang
terdiagnose thypoid.
Typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari
demam enteric adalah demam paratyphoid yang disebabkan oleh S. paratyphi
A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S.hirschfeldii (semula S.
parathypi C).Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam
enterik yang lain. Penanganan yang tidak adekuat atau terlambat akan
menyebabkan komplikasi di usus halus, diantaranya perdarahan, perforasi, dan
peritonitis. Pasien yang mengalami nyeri hebat juga dapat mengalami syok
neurogenic, komplikasi dapat menyebar di luar usus halus, misalnya bronkitis,
kolelitiasis, peradangan pada meningen, dan miokarditis.
B. Rumusan Masalah
2
3
C. TujuanPenulisan
Mendeskripsikan penatalaksanaan pasien yang mengalami Typhoid fever
dengan gangguan kebutuhan cairan di RSUD Kepahiang.
D. ManfaatPenulisan
1. Manfaat Teoritis Proposal ini diharapkan mampu memberikan tambahan
informasi mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan Typhoid
2. Manfaat Praktis
a. Penulis Menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
menangani kasus Typhoid.
b. Perawat Sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus Typhoid.
c. Perpustakaan Menambah jumlah pustaka dan sebagai bahan
pembanding dengan asuhan keperawatan lain guna kemajuan ke arah
yang lebih baik.
d. Pembaca Sumber informasi dan pengetahuan mengenai Typhoid serta
penanganannya sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan karya
tulis ilmiah selanjutnya.
3
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP PENYAKIT
1. Defenisi
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7
hari, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.
2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A.
B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasienn
dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang
yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi
salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun, ini
akan dapat menginfeksi orang lain. Adapun beberapa macam dari
salmonella typhi adalah sebagai berikut:
4
5
3. Patofisiologi
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid
disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian
eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan
penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus
halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan
melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan),
Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui
Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan
kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan
yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung,
sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus bagian distal. Di usus ini kuman menularkan
endtoksin sehingga bakteriema primer sebagian akan difagosit dan
sebagian tidak di fagosit. Bakteri yang difagosit akan mati sedangkan
yang tidak difagosit berkembang biak dan meradang pada jaringan
sekitar. Kuman yang masuk ke aliran darah kapiler prosecia pada kulit
dan tidak hipertermi. Kuman selanjutnya masuk usus halus dan terjadi
peradangan menyebabkan mual muntah atau anoreksia intake tidak
adekuat sehingga terjadi kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
selain itu menyebabkan hiperperistaltik pada usus sehingga klien dengan
typoid sering terjadi diare tindakan bedrest untuk mencegah kondisi klien
menjadi buruk. Kuman masuk ke hepar dan kandung empedu
5
6
6
7
7
8
8
9
6. Penatalaksanaan
1. Perawatan.
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet.
a. Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
e. Obat-obatan.
f. Klorampenikol.
g. Triampenikol
h. Kotrimoxazol
i. Amoxilin dan ampicillin
7. Komplikasi
1. Perdarahan dan perforasi usus(terutama pada minggu ketiga).
2. Miokarditis.
3. Neuropsikiatrik: Psikosis, ensefalomielitis.
4. Kolesistitis, kolangitis, hepatitis, pneumonia, pancreatitis.
5. Abses pada limpa, tulang atau ovarium(biasanya setelah pemulihan).
6. Keadaan karier kronik(kultur urin / tinja positif setelah 3 bulan) terjadi
pada 3% kasus(lebih sedikit setelah terapi fluorokuinolon).
Komplikasi dapat dibagi dalam:
a. Komplikasi intestinal seperti : Perdarahan usus, Perforasi usus,
Ileus paralitik
b. Komplikasi ekstra intestinal.
1. Kardiovaskuler: Kegagalan sirkulasi perifer(renjatan sepsis)
9
10
10
11
11
12
2. Diagnosa keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh atau hipertermi berhubungan dengan infeksi
Salmonella Typhi.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/fisik / bedrest.
e. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).
f. Gangguan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya
cairan dan serat dalam tubuh.
3. Intervensi keperawatan
Dx: 1 Peningkatan suhu tubuh atau hipertermi berhubungan dengan infeksi
salmonella thypi Tujuan dan Kreteria Hasil setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu tubuh normal/terkontrol.
Dengan kreteria hasil : Pasien melaporkan peningkatan suhu tubuh Mencari
pertolongan untuk pencegahan peningkatan suhu tubuh. Turgor kulit
membaik
Intervensi:
1. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu
tubuh.
2. Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat.
3. Batasi pengunjung
4. Observasi TTV tiap 4 jam sekali
5. Anjurkan pasien untuk banyak minum, 2,5 liter / 24 jam.
12
13
13
14
Berikan penjelasan
Untuk mempermudah keseimbangan tindakan keperawatan tentang
pentingnya pemberian cairan cairan (kurang selama 3x24 jam Tidak
kebutuhan cairan (minum) pada pasien. dari terjadi gangguan pada
pasien dan untuk mengetahui kebutuhan) keseimbangan cairan
keluarga. keseimbangan cairan.
Observasi
1. Untuk pemenuhan dengan cairan - Turgor kulit pemasukan dan
14
15
1. Monitor Tanda
Untuk mengetahui pola eliminasi tindakan keperawatan Tanda Vital.
perkembangan kondisi (konstipasi) selama 3x24 jam
2. Anjurkan klien untuk klien. Supaya berhubungan diharapkan Tidak
sering minum air. masukan cairan dengan terjadi gangguan pada putih
yang banyak. adekuat membantu kurangnya pola eliminasi BAB 3.
Anjurkan klien untuk mempertahankan cairan dan Kriteria hasil:
makan makanan konsistensi feses yang serat dalam - Klien dapat BAB
berserat sesuai pada usus dan tubuh. secara rutin yaitu 1x 4. Berikan
huknah membantu eliminasi. sehari seperti biasa. gliserin untuk
3. Karena diet seimbang - Tidak teraba massa membantu tinggi
kandungan serat pada abdomen. mempermudah BAB. merangsang
peristaltik dan eliminasi regular.
4. Karena dapat membatu dan mempermudah BAB
15
16
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An.D
Agama : islam
16
17
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : Ibu pasien mengatakan demam sejak 5 hari yang
lalu dan mengalami kejang 1x dirumah, muntah dan juga mencret.
b. Kronologis keluhan
Factor pencetus : Lingkungan
Timbulnya keluhan : Ibu pasien mengatakan demam tinggi pada
malam hari
Lamanya : 5 hari
Upaya mengatasi : minum obat yang diberi di warung
2. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Riwayat alergi : tidak ada
b. Riwayat kecelakaan : tidak ada
c. Riwayat dirawat di Rumah Sakit : tidak ada
d. Riwayat pemakaian obat : tidak ada
3. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor
resiko :
Keluarga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang menjadi
faktor pencetus.
4. Riwaya psikososial dan spiritual.
a. Adakah orang terdekat dengan pasien
Orang tua
17
18
5. Pola kebiasaan :
Pola kebiasaan
Hal yang dikaji Di rumah
Sebelum sakit
sakit
a. Pola nutrisi :
Frekuensi makan 3x/hari 3 kali Jika ingin
Nafsu makan baik/tidak
Baik Tidak nafsu
Alasan…(mual, muntah)
b. Pola eleminasi
18
19
19
20
C. PENGKAJIAN FISIK :
1. Pemeriksaan fisik umum :
a. BB
Setelah sakit : 12 kg
Sbebelum sakit : 13,4 kg
IMT : 17.64
b. Tinggi badan : 83 cm
c. Tekanan darah :-
d. Nadi : 140 x/menit
e. Frekuensi nafas : 34 x/menit
f. Suhu tubuh : 38,2◦ C
g. Keadaan umum : Lemas
h. Pembesaran : Tidak ada
2. System penglihatan :
a. Posisi mata : Simetris kanan kiri
b. Kelopak mata : Simetris kanan kiri, tidak ada edema
c. Pergerakan bola mata : Normal
d. Konjungtiva : An anemis
e. Kornea : Normal
f. Sclera : Putih
g. Pupil : Isokor
h. Otot-otot mata : Berfungsi dengan baik
i. Fungsi penglihatan : Fungsi pengelihatan baik
j. Tanda-tanda radang : Tidak ada
k. Pemakaian kaca mata : Tidak
l. Pemakaian lensa kontak : Tidak
m. Reaksi terhadap cahaya : Mengecil saat terkena cahaya
3. System pendengaran
a. Daun telinga : Simetris kanan kiri
b. Kondisi telinga tengah : Baik
c. Cairan dari telinga : Tidak ada serumen
d. Perasaan penuh di telinga : Tidak ada
e. Tinnitus : Tidak ada
f. Fungsi pendengaran : Baik
g. Gangguan keseimbangan : Tidak ada
h. Pemakaian alat bantu : Tidak ada
4. System wicara :
5. System pernafasan :
a. Jalan nafas : Paten
b. Pernafasan : Reguler
c. Penggunaan otot bantu pernafasan : tidak ada otot bantu pernafasan
d. Frekuensi : 34 x/menit
e. Irama : Reguler
20
21
7. System hematologi
Gangguan hematologi :
- Pucat : Tidak
- Perdarahan : Tidak ada
9. System pencernaan
a. Keadaan mulut :
1) Gigi : Rapi
2) Penggunaan gigi palsu : Tidak ada
21
22
22
23
Laboraturium :
HB : 12,4
Sel darah putih : 9.700 / uL
Sel darah merah : 4,9 / uL
Trombosit : 270.000 ribu/uL
Hematokrit : 35%
Widal tes
- Thypi O (+)1/320
- parathypi AO (+)1/160
- Parahypi OB (+)1/160
- Parathypi OC (+)1/320
- Thypi H (+)1/320
- Parathypi HA (+)1/160, HB(+)1/320, HC (+)1/160
23
24
ANALISA DATA
Ibu anak
mengatakananak
demam sejak 5 hari
yang lalu
Ibu mengatakan
anaknya kejang saat di
rumah
DO:
DS:
2. Nyeri akut
Ibu anak mengatakan Agen pencedera fisiologis
anaknya menangis dan tidak
mau disentuh perutnya (infesi salmonella thypi)
DO:
24
25
3. DS: Hipovolemia
DO:
25
26
26
27
PERENCANAAN KEPERAWATAN
(SLKI) (SIKI)
1. Hipertermia b/d proses penyakit Setelah diberikan Intervensi keperawatan SIKI: manajemen hipertemia
selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien
DS : mampu menunjukkan: Aktivitas keperawatan: 1. Mengetahui
penyebab
Ibu anak mengatakananak SLKI: Termoregulasi observasi hipertermia
demam sejak 5 hari yang lalu - identifikasi penyebab 2. Mengetahui
Ibu mengatakan anaknya kejang Dipertahankan pada hipertermia peningkatan suhu
saat di IGD Ditingkatkan pada 5 - monitor suhu tubuh tubuh
DO: 1= memburuk - monitor kadar elektrolit 3. Supaya anak
2= cukup memburuk - monitor komplikasi hipertermia merasa nyaman
Pasien tampak lemah 3.= sedang teraupetik 4. Pemberian cairan
Nadi : 140 x/menit 4= cukup membaik - sediakan lingkungan yang oral membantu
Kulit terasa hangat 5= membaik nyaman penurunan suhu
Suhu tubuh: 38,2◦C Dengan kriteria hasil: - longgarkan pakaian tubuh
Tekanan darah sistolik - berikan cairan oral 5. Tirah baring
Tekanan darah diastolik edukasi dianjurkan
Tekanan nadi Bertujuan agar
- anjurkan tirah baring
anak tidak
Tekanan vena setral - anjurkan kompres dingin dehidrasi
kolaborasi
6. obat farmakologi
- kolaborasi pemberian antipiretik untuk
jika perlu dan pemberian cairan menurunkan suhu
intravena, jika perlu
27
28
2. Nyeri akut b/d agen pencedera Setelah diberikan Intervensi keperawatan SIKI: manajemen hipertermi 1. mengetahui
fisiologis selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien lokasi dan
mampu menunjukkan: Aktivitas keperawatan: karakteristik
DS: nyeri
SLKI:Termogulasi 1. observasi 2. mengetahui
Ibu anak mengatakan anaknya - identifikasi lokasi, frekuensi dan penebab nyeri
menangis dan tidak mau disentuh Dipertahankan pada 2 kualitas nyeri 3. mengetahui
perutnya Ditingkatkan pada 1 - identifikasi penyebab nyeri skala nyeri yang
1= menurun... - monitor effek samping dirasakan
DO:
2= cukup menurun penggunaan analgetik 4. mengalihkan
Anak tampak meringis 3.= sedang - identifikasi skala nyer rasa nyeri
Anak bersikap protektif 4= cukup meningkat 2. teraupetik dengan istirahat
Anak tampak gelisah 5=meningkat - fasilitasi istirahat tidur 5. pasien dan
Anak sulit tidur Dengan kriteria hasil: - kontrol lingkungan yang keluarga tau
menggigil memperberat nyeri penyebab nyeri
Anak menarik diri saat didekati
kejang 3. edukasi 6. mengurangi
Ttv :
suhu tubuh menurun - jelaskan penebab nyri nyeri dengan
N : 140 x/mnt,
takikardi - anjurkan keluarga tetap bersama penggunaan
RR : 34 x/mnt,
4. kolaborasi analgetik
S : 38,2 oC
- kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
3. Hipovolemia b/d kehilangan cairan Setelah diberikan Intervensi keperawatan SIKI: manajemen hipovolemia 1. mengetahui
aktif selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien terjadinya
mampu menunjukkan: Aktivitas keperawatan: kekurangan
DS: cairan
SLKI:status cairan 1. observasi 2. mengetahui
Ibu anak mengatakan anaknya - periksa tanda dan gejala cairan masuk dan
muntah 2x serta mencret 4-5x/hari Dipertahankan pada ... hipovolemia keluar
Ditingkatkan pada 5 - monitor intake dan output 3. untuk memenuhi
DO: 1= memburuk cairan
28
29
29
30
1. 25 Mei 2021 Hipertermia b/d proses 1. Mengidentifikasi penyebab 1. Penyebab hipertermi adalah
penyakit hipertermia salah satu bentuk pertahanan
16.00-18.00 2. Memonitor suhu tubuh tubuh terhadap infeksi
DS : 3. Menyediakan lingkungan yang samonella thypi
dingin 2. Suhu tubuh anak 38,2 0C
Ibu anak mengatakan anak 4. Melonggarkan pakaian pasien 3. Pasien nyaman dengan suhu
demam sejak 5 hari yang 5. Menganjurkan pada keluarga lingkungan
lalu untuk mengompres dingin 4. Pasien mau dilonggarkan
Ibu mengatakan anaknya pada anak pakaiannya oleh ibu pasien
kejang saat di IGD 6. Menganjurkan tirah baring 5. Keluarga menerima anjuran
DO: 7. Memberikan cairan lewat IV dan mau mengompres pasien
8. Menganjurkan keluarga untuk 6. Keluarga memberikan
Pasien tampak lemah memberikan minum sedikit minum pada pasien sedikit
Nadi : 140 x/menit demi sedikit pada anak demi sedikit
Kulit terasa hangat 9. Memberikan obat pct flash 7. Suhu turun setelah di beri
Suhu tubuh: 38,2◦C 180 mg/6 jam IV obat
NAMA PASIEN :An.D UMUR : 2,5 tahun
30
31
NAMA
JELAS
2. 26 Mei 2021 Hipertermia b/d proses 1. Memonitor suhu tubuh S : k/p mengatakan anaknya tidak
penyakit 2. Menyediakan lingkungan yang rewel lagi dan demam sudah turun
09.00-12.00 nyaman bagi pasien
DS : 3. Melonggarkan pakaian pasien O : Ku : lemah, TTV S : 37,10C
4. Menganjurkan pada keluarga RR : 38 X/mnt, N : 100 x/mnt
Ibu anak mengatakananak untuk mengompres dingin
demam sejak 4 hari yang pada anak A : hipertermia teras b/d proses
lalu 5. Menganjurkan tirah baring penyakit teratasi sebagian
Ibu mengatakan anaknya 6. Memberikan cairan lewat IV
kejang saat di IGD 7. Menganjurkan keluarga untuk P : intervensi dilanjutkan 12678
DO: memberikan minum sedikit
demi sedikit pada anak
Pasien tampak lemah 8. Memberikn obat Pct Flash IV
Nadi : 140 x/menit
Kulit terasa hangat
Suhu tubuh: 38,2◦C
31
32
JELAS
3. 27 Mei 2021 Hipertermia b/d proses 1. Memonitor suhu tubuh S : k/p mengatakan anaknya sudah
penyakit 2. Menyediakan lingkungan yang tidak demam lagi
09.00-12.00 nyaman bagi pasien dan
DS : keluarga O : Ku : baik, TTV S : 36,60C
3. Memberikan cairan lewat IV RR : 39 X/mnt, N : 98 x/mnt
Ibu anak mengatakananak 4. Menganjurkan keluarga untuk
demam sejak 4 hari yang memberikan minum sedikit A : hipertermia teras b/d proses
lalu demi sedikit pada anak teratasi
Ibu mengatakan anaknya 5. Memberikn obat Pct Flash IV
kejang saat di IGD P : intervensi dihentikan
DO:
32
33
33
34
34
35
JAM DAN
NAMA
JELAS
35
36
JAM DAN
NAMA
JELAS
36
37
37
38
38
39
Ibu anak mengatakan anaknya muntah 3x 3. Memberikan L-Bio 2x1 - k/p mengatakn diare
serta mencret 4-5x/hari sac dan zink syrup anaknya sudah tidak
4. Memberikan obat injeksi sering lagi
DO: ondansetron 1mg/12 jam O : Ku : baik, TTV S : 37,10C
5. Memantau pemberian cairan RR : 38 X/mnt, N : 100
Frek. Nadi meningkat
IV infus RL x/mnt
Nadi teraba lemah
Konsistensi fefes cair A : hipovolemia b/d
Bising usus hiperakif kehilangan cairan aktif teratasi
Turgor kulit kurang elastis sebagian
Frekwensi mencret 4-5x/hari
Anak tampak muntah 3x/hari P : intervensi dilanjutkan 1234
Temp : 38,2 0C
NAMA PASIEN :An.D UMUR : 2,5 tahun
39
40
40
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Studi kasus yang dilakukan pada An.D dengan thypoid fever yang telah
penulis lakukan, maka dapat di tarik pembahasan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada An.D di ruang Seruni pada 25 mei 202
pukul 14.30 wib. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, keluhan
yang di dapatkan pada An.D adalah anaknya demam sejak 5 hari yang lalu
dan mengalami kejang, muntah dan juga mencret.
2. Diagnosa keperawatan
Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran
pencernaan yang ditandai dengan demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna dan dapat pula terjadi gangguan kesadaran pada penderita.
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi yang menyerang usus halus khususnya
daerah ileum. Typhoid atau typhoid fever ialah suatu sindrom sistemik
yang terutama disebabkan oleh Salmonella typhi.
Typhoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain
dari demam enteric adalah demam paratyphoid yang disebabkan oleh S.
paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S.hirschfeldii
(semula S. parathypi C).Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat
dibandingkan demam enterik yang lain. Penanganan yang tidak adekuat
atau terlambat akan menyebabkan komplikasi di usus halus, diantaranya
perdarahan, perforasi, dan peritonitis. Pasien yang mengalami nyeri hebat
juga dapat mengalami syok neurogenic, komplikasi dapat menyebar di luar
usus halus, misalnya bronkitis, kolelitiasis, peradangan pada meningen,
dan miokarditis.
41
42
analisa data An.D sesuai dengan teori tersebut maka saat prakterk kami
mengangkat diagnosa sebagai berikut :
a. Hipertermia b/d Prosespenyakit
b. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
c. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan pada pasien An.D telah direncanakan sesuai
tindakan yang telah ditegakkan yang merujuk pada buku SDKI, SLKI, dan
SIKI.
42
43
4. Implementasi keperawatan
Berdasarkan semua tindakan yang telah di susun, Implementasi
dilakukan selama 3x24 jam, Implementasi keperawatan yang merupakan
komponen dari proses keperawatan adalah kategori dan perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tindakan
dan hasil yang diperkira dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan
diselesaikan (Feldman. Dkk, 2012).
Dimana diantara intervensi yang ada hanya beberapa intervensi yang
tidak bisa dilakukan karena adanya keterbatasan alat , dan situasi dan
kondisi yang dialami oleh pasien. Pada diagnose pertama hipertermia b/d
proses penyakit implementasi yang dapat dilakukan yaitu :
1. Observasi penyebab hipertermi
2. Monitor suhu tubuh
43
44
3. Longgarkan pakaian
4. Berikan cairan oral
5. Anjurkan tirah baring
6. Kolaborasi pemberian cairan intravena
7. Kolaborasi pemberian obat farmakologi
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang didapatkan dengan metode S-O-A-P yang didapatkan
berhasil tercapai sesuai level yang ingin di capai.
Evaluasi yang didapatkan pada diagnose pertama Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit didapatkan hasil
S : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak demam.
44
45
45
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 30Mei hari senin pukul 09.00 WIB,
pengkajian dilakukan pada anak D dengan menggunakan pengkajian sekunder
meliputi anamnesa. Analisa yang didapat pada pengkajian An.D, An.D
mengalami demam 3 hari,Thypoid Fever melakukan perecanaan keperawatan
menggunakan SIKI dan SLKI dengan diagnosa hipertermi, nyriakutdan
hipovolemia.
Tujuan umum
Tujuan khusus
46
47
B. Saran
1. Manfaat bagi perawat
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan Thypoid Fever agar
tindakan keperawatan yang komprehensif menjadi efektif.
2. Manfaat bagi institusi pendidikan
Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan kepada
mahasiswa tentang pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan
Thypoid Fever.
2. Manfaat bagi Rumah Sakit
Memberikan bahan masukan yang diperlukan dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan Thypoid Fever yang
untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
3. Manfaat bagi pasien dan keluarga
Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pasien dan
keluarga mengenai tindakan pencegahan untuk mengurangi terjadinya
pada penderita Thypoid Fever. Sehingga perawat, klien dan keluarga bisa
bekerjasama untuk mengurangi dampak yang akan terjadi.
47
48
DAFTAR PUSTAKA
Aru W.sudoyo (2009). Buku ajar Ilmu Penyakit dalam. Ed jilid III jakarta :
interna publishing
Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Dianosis Keperawatan Indonesia. Ed
I Jakarta : Dewan pengurus pusat PPNI
Tim Pokja SKI DPP PPNI ( 2018) Standar Intrvensi Keperawatan Indonesia. Ed I
Cet. II Jakarta : Dewan Pengurus pusat PPNI
48