Makalah Manifestasi Herpes Pada Rongga Mulut Kamiliyatun Nisaa
Makalah Manifestasi Herpes Pada Rongga Mulut Kamiliyatun Nisaa
MULUT
Oleh:
KAMILIYATUN NISAA’
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu
gigi dan mulut pada khususnya
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu gigi dan mulut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi
akut pada kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit
yang sembab. Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi yaituHSV-
Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I) dan HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type
II) (Anonim, 2007).
HSV-Tipe I biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes),
sedangkan HSV-Tipe II biasanya menginfeksi daerah genital dan sekitar anus (Genital
Herpes). HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri
pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan
melalui hubungan seksual dan menyebakan gelembung berisi cairan yang terasa nyeri
pada membran mukosa alat kelamin (Anonim, 2002).
2.2 Etiologi
Penyebab infeksi adalah Virus herpes simpleks termasuk dalam famili
herpesviridae, subfamili alphaherpesvirinae. genus Simpleksvirus, spesies HSV tipe 1
dan tipe 2, keduanya dapat dibedakan secara imunologis (terutama kalau digunakan
antibody spesifik atau antibody monoklonal). HSV tipe 1 dan tipe 2 juga berbeda kalau
dilihat dari pola pertumbuhan dari virus tersebut pada kultur sel, embryo telur dan pada
binatang percobaan.
Pembungkus berasal dari selaput inti sel yang terinfeksi. Pembungkus ini
mengandung lipid, karbohidrat, dan protein, dan dapat menghilangkan eter. Genom
ADN beruntai-untai ganda (BM 85-106 X 106) berbentuk lurus. Tipe 1 dan 2
memperlihatkan 50% urutan homologi (Anonim, 2002).
2.3 Patogenesis
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang
dikeluarkan oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus
permukaan mukosa atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten).
HSV I ditransmisikan melalui sekresi oral, virus menyebar melalui droplet pernapasan
atau melalui kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi. Ini sering terjadi selama
berciuman, atau dengan memakan atau meminum dari perkakas yang terkontaminasi.
HSV-I dapat menyebabkan herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital
(Anonim, 2002).
herpetic whitlow
Kontak dengan virus HSV 1 pada saliva dari carrier mungkin cara yang paling
penting dalam penyebaran penyakit ini. Infeksi dapat terjadi melalui perantaraan
petugas pelayanan kesehatan (seperti dokter gigi) yaitu dari pasien HSV
mengakibatkan lesi herpes bernanah (herpetic whitlow). Penularan HSV2 biasanya
melalui hubungan seksual. Kedua tipe baik tipe 1 dan tipe 2 mungkin ditularkan
keberbagai lokasi dalam tubuh melalui kontak oral-genital, oral-anal, atau anal-
genital. Penularan kepada neonatus biasanya terjadi melalui jalan lahir yang terinfeksi,
jarang terjadi didalam uterus atau postpartum (Anonim, 2002).
Herpes simplex virus dapat diisolasi dalam 2 minggu dan kadang-kadang lebih
dari 7 minggu setelah muncul stomatitis primer atau muncul lesi genital primer. Setelah
itu, HSV dapat ditemukan secara intermittent pada mukosal selama bertahun- tahun
dan bahkan mungkin seumur hidup, dengan atau tanpa gejala klinis. Pada lesi yang
berulang, infektivitas lebih pendek dibandingkan infeksi primer dan biasanya virus
tidak bisa ditemukan lagi setelah 5 hari (Anonim, 2002).
Herpes gingivostomatitis
Bibir dan gingiva dan mukosa buccal terlibat tetapi kadang-kadang juga lidah
dan retropharynx. Lesi individual dapat dimulai sebagai vesikula tetapi mungkin
meluas ke mukosa dan lapisan kulit dalam, menyukai penyebaran sistemik. Ada reaksi
inflamasi lebih besar dan akibatnya edema dan eritema.
Isolasi dan kultur HSV menggunakan viral swab, metode standard diagnosa.
Infeksi HSV dapat juga diperkuat dengan adanya kenaikan empat kali lipat antibodi.
Metode ini membutuhkan 10 hari untuk menghasilkan hasil. Chair- side kits dapat
dengan cepat mendeteksi HSV dalam waktu beberapa menit pada lesi smear/ coreng
menggunakan immunofluoressence yang tersedia, tapi terbatas pada biaya. Biopsi
jarang digunakan tapi jika dilakukan akan memperlihatkan vesikula yang tidak spesifik
atau ulserasi dengan multinucleated giant cells yang menggambarkan viral- infected
keratinocytes.
Pasien, dan anak- anak seharusnya ditenangkan tentang kondisi dasar dan diberi
tahu tentang infeksi lesi. Instruksi seharusnya diberikan untuk membatasi bibir dan
mulut untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi di daerah lainnya. Terapi suportif
simptomatik termasuk obat kumur clorhexidine, terapi analgesik, soft diet, dan cukup
minum. Menggunakan acyclovir, agen antivirus dengan melakukan perlawanan
terhadap HSV. Dosis standard 200mg acyclovir, 5 kali sehari selama 5 hari. Dosis harus
dikurangi setengahnya untuk anak dibawah 2 tahun.
Mendukung langkah-langkah yang biasa untuk infeksi virus akut harus
dilakukan. Ini termasuk pemeliharaan kebersihan mulut yang tepat, cukup asupan
cairan untuk mencegah dehidrasi, dan penggunaan analgesik sistemik untuk
mengontrol rasa sakit. Agen antipiretik juga ditentukan ketika demam adalah gejala.
Pada kasus yang parah mungkin perlu untuk menggunakan anestesi topikal seperti
lidokain atau diphenhyclramine. Pasien sering dapat mentolerir cairan dingin, dan
mereka dapat membantu dalam mencegah dehidrasi (Brightman V, 1997).
Rekuren HSV
Infeksi herpes berulang berkembang di sekitar sepertiga dari pasien yang
memiliki infeksi primer. Herpes labialis adalah jenis infeksi yang paling sering
kambuhan. Biasanya dilihat sebagai sekumpulan vesikel muncul di sekitar bibir setelah
penyakit sistemik atau stres. Sinar ultraviolet dan rangsangan mekanis mungkin juga
bisa menyebabkan kekambuhan.
Herpes simplex labialis
Fever blister
Cold sore" atau "fever blister" merupakan suatu lesi vesikuler mukosa biasanya
terletak di sekitar lubang seperti bibir dan hidung. Sering beberapa lesi muncul secara
serentak atau berturut-turut. Sering ada riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya
atau demam, paparan sinar matahari atau dingin, atau trauma
ke daerah, tetapi apakah pada kenyataannya pengaruh ini mengaktifkan virus tetap
tidak jelas.
Cold sore atau fever blisters, diperparah oleh faktor presipitasi demam,
menstruasi, sinar UV, dan mungkin stres emosional. Lesi didahului oleh periode
prodormal yaitu tingling atau burning. Diiringi dengan edema di tempat lesi, diikuti
dengan formasi cluster vesikel kecil. Masing- masing vesikel berdiameter 1-3 mm,
dengan ukuran cluster 1-2 cm. Ukuran lesi secara umum tergantung imun individu.
Jika pada tes laboratorium dapat dipastikan, RIH dapat dibedakan dari RAS
dengan cytology smears dari lesi baru. Cairan dari lesi herpes menunjukkan sel dengan
ballooning degeneration dan multinucleated giant cells; sedangkan pada lesi RAS
tidak. Untuk hasil yang lebih akurat, dapat di test dengan cytology smears untuk HSV
dengan menggunakan fluorescein- antigen HSV. Kultur virus juga digunakan untuk
membedakan herpes simplex dari lesi virus lainnya, terutama infeksi varicella zoster.
Infeksi herpes kambuhan pada bibir dan mulut jarang dibandingkan gangguan
sementara pada individu normal. Pasien yang sering mengalami , besar, nyeri atau lesi
yang kotor harus berkonsultasi. Pertama dokter harus mencoba untuk memperkecil
pemicunya. Beberapa kambuhan dapat dikurangi dengan menggunkan unblock selama
terpapar sinar matahari.
Obat- obatan dapat menekan formasi dan mempercepat waktu penyembuhan
dari lesi recurrent yang baru. Acyclovir, obat antiherpes, aman dan efektif. Obat
antivirus yang baru seperti valacyclovir, prodrug dari acyclovir, dan famciclovir,
prodrug dari penciclovir, memiliki bioavailabilitas yang lebih besar dari pada
acyclovir, tapi tidak mengurangi masa laten HSV. Tetapi , pada percobaan tikus,
famciclovir dapat menekan HSV laten. Keefektivan obat antiherpes untuk mencegah
kambuhan genital HSV. Acyclovir 400mg dua kali sehari, valaciclovir 250 mg dua kali
sehari dan famciclovir 250mg yang lebih efektif pada kambuhan genital. Penggunaan
antiherpes nucleoside analog untuk mencegah dan mengobati RHL namun sangat
kontroversial. Terapi sistemik seharusnya tidak digunakan untuk pengobatan berkala
atau RHL yang biasa, tapi kadang- kadang digunakan untuk mencegah lesi pada pasien
mudah terjangkit sebelum resiko yang tinggi seperti berski dengan ketinggian yang
tinggi atau sebelum menjalani prosedur seperti dermabrasi atau pembedahan nervus
trigeminal. Beberapa dokter menganjurkan menggunakan terapi antiherpes suppressive
untuk persentase kecil pada pasien RHL yang sering mengalami peristiwa deforming
pada RHL. Acyclovir 400 mg dua kali sehari terbukti mengurangi frekuensi dan
keganasan RHL. Acyclovir maupun penciclovir tersedia pada sediaan topical,
digunakan pada untuk mempercepat waktu penyembuhan pada RHL kurang dari 2 hari
(Cawson dan Odell, 2002).
2.6 Penatalaksanaan
Beberapa obat antivirus telah terbukti efektif melawan infeksi HSV. Semua
obat tersebut menghambat sintesis DNA virus. Obat-obat ini dapat menghambat
perkembangbiakan herpesvirus. Walaupun demikian, HSV tetap bersifat laten di
ganglia sensorik, dan angka kekambuhannya tidak jauh berbeda pada orang yang
diobati dengan yang tidak diobati (Anonim, 2007).
Salah satu obat yang efektif untuk infeksi Herpes Simpleks Virus adalah
Asiklofir dalam bentuk topikal, intravena, dan oral yang kesemuanya berguna untuk
mengatasi infeksi primer. Asiklovir (zovirax®) digunakan secara oral, intravena atau
topical untuk mengurangi menyebarnya virus, mengurangi rasa sakit dan mempercepat
waktu penyembuhan pada infeksi genital primer dan infeksi herpes
berulang, rectal herpes dan herpeticwhitrow (lesi pada sudut mulut bernanah). Preparat
oral paling nyaman digunakan dan mungkin sangat bermanfaat bagi pasien dengan
infeksi ekstensif berulang. Namun, telah dilaporkan adanya mutasi strain virus herpes
yang resosten terhadap acyclovir. Valacyclovir dan famciclovir baru- baru ini diberi
lisensi untuk beredar sebagai pasangan acyclovir dengan efikasi yang sama. Pemberian
profilaksis harian obat tersebut dapat menurunkan frekuensi infeksi HSV berulang
pada orang dewasa. Infeksi neonatal seharusnya diobati dengan acyclovir intravena
(Anonim, 2002).
Beberapa kasus yang ringan mungkin tidak membutuhkan pengobatan. Orang-
orang yang telah parah atau lanjut, orang dengan masalah sistem kekebalan, atau
mereka yang sering mengalami rekuren akan baik jika diberikan obat antivirus seperti
asiklovir, famciclovir, dan valacyclovir. Orang-orang yang telah lama menderita oral
rekuren atau herpes genital atau manifestasi klinis berat dapat melanjutkan penggunaan
obat antivirus untuk mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan rekuren (Moses S,
2010).
Pengobatan spesifik pada infeksi herpes, misalnya gejala akut dari herpetic
keratitis dan stadium awal dendritic ulcers diobati dengan trifluridin atau adenine
arabisonide (vidarabine, via-A® atau Ara-A®) dalam bentuk ophthalmic ointment atau
solution. Corticosteroid jangan digunakan untuk herpes mata kecuali dilakukan oleh
seorang ahli mata yang sangat berpengalaman. Acyclovir IV sangat bermanfaat untuk
mengobati herpes simpleks encephalitis tetapi mungkin tidak dapat mencegah
terjadinya gejala sisa neurologis (Anonim, 2002).
2.7 Prognosis
Lesi oral atau genital biasanya sembuh sendiri dalam 7 sampai 14 hari. Infeksi
mungkin lebih parah dan bertahan lebih lama pada orang yang memiliki kondisi yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh (Dugdalle, 2009).
Setelah infeksi terjadi, virus menyebar ke sel-sel saraf dan menetap dalam
tubuh seumur hidup seseorang. Mungkin akan kembali dan menyebabkan gejala, atau
kambuh. Rekuren dapat dipicu oleh kelebihan sinar matahari (UV), demam, stres,
penyakit akut, obat-obatan atau kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh
(seperti kanker, HIV/AIDS, atau penggunaan kortikosteroid) (Dugdalle, 2009).
2.8 Pencegahan
1. Berikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat dan tentang kebersihan
perorangan yang bertujuan untuk mengurangi perpindahan bahan-bahan
infeksius.
2. Mencegah kontaminasi kulit dengan penderita eksim melalui bahan-bahan
infeksius.
3. Petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan pada saat berhubungan
langsung dengan lesi yang berpotensi untuk menular.
4. Disarankan untuk melakukan operasi Cesar sebelum ketuban pecah pada ibu
dengan infeksi herpes genital primer yang terjadi pada kehamilan trimester
akhir, karena risiko yang tinggi terjadinya infeksi neonatal (30-50%).
Penggunaan elektrida pada kepala merupakan kontra indikasi. Risiko dari
infeksi neonatal yang fatal setelah infeksi berulang lebih rendah (3-5%) dan
operasi Cesar disarankan hanya jika terjadi lesi aktif pada saat persalinan.
5. Menggunakan kondom lateks saat melakukan hubungan seksual mengurangi
risiko infeksi; belum ada anti virus yang dapat digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi primer meskipun acyclovir mungkin dapat digunakan untuk
pencegahan untuk menurunkan insidensi kekambuhan, dan untuk mencegah
infeksi herpes pada pasien dengan defisiensi imunitas (Anonim, 2002).
BAB III
KESIMPULAN
Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi
akut pada kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit
yang sembab. Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi yaitu HSV-
Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I) dan HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type
II). HSV-Tipe I biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes). Gejala
klinis yang ditimbulkan beragam, dari yang tidak menimbulkan gejala sama sekali
hingga yang berakibat fatal. Manifestasi yang ditimbulkan dalam rongga mulut
diantaranya herpes ginggivostomatitis, herpes simplex kronis dan herpes labialis.
Penggunaan antivirus efektif untuk pengobatan HSV. Pencegahan yang perlu
dilakukan antara lain meminimalisir penularan virus HSV dengan cara menjaga
kebersihan dan menggunakan alat pengaman diri bagi mereka yang beresiko tinggi
untuk tertular.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Manifestasi Oral dari Penyakit Infeksi Karena Virus dalam Makalah
Tutorial FKG Unpad. 2007.
(http://www.scribd.com/doc/20853525/Manifestasi-Oral-Dari-Penyakit-
Infeksi-Karena-Virus)
2. Cawson dan Odell. Disease of the Oral Mucosa : Introduction and Mucosal
Infection dalam Buku Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine
Edisi 7. Churchill Livingstone. London. 2002. Hal: 17