Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN INFEKSI CYTOMEGALO VIRUS (CMV)
DI BANGSAL MELATI 1
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Anak

Disusun Oleh :
Barly Yusuf
20/472511/KU/22813

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
INFEKSI CYTOMEGALO VIRUS (CMV)
A. DEFINISI
Cytomegalovirus atau CMV adalah kelompok virus dapat menginfeksi manusia dan
menimbulkan penyakit.  CMV disebabkan oleh infeksi Cytomegalovirus yang dapat
menyebar dengan mudah melalui cairan tubuh seperti darah, air liur, urin dan air
susu ibu yang dapat menyerang otak, paru-paru, usus, lambung, ginjal, hati, jantung,
mata dan organ lain. Orang yang beresiko terkena CMV antara lain bayi belum lahir
yang ibunya terinfeksi CMV, anak-anak dan orang dewasa yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang lemah. Adapun tanda-tanda seseorang yang terkena CMV
antara lain distress pernapasan, kejang, demam, muntah dan pusing, letih, lesu,
iritabilitas, fluktuasi tingkat kesadaran, dan paresis saraf cranial dan microsefali.
Sementara, pada ibu hamil yang terinfeksi virus CMV dapat menularkan infeksi ini
pada janin atau bayi dengan gejala yang lebih buruk, antara lain kematian janin
dalam kandungan, kelahiran prematur dengan berat badan lahir rendah, ukuran
kepala bayi kecil atau mikrosefali serta kematian bayi yang baru lahir karena
perdarahan, anemia maupun gangguan pada hati atau otak.

B. KLASIFIKASI
CMV dapat mengenai hampir di semua organ dan menyebabkan hampir semua jenis
infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis (ginjal)
2. CMV hepatitis (hati)
3. CMV myocarditis (jantung)
4. CMV pneumonitis (paru-paru)
5. CMV retinitis (mata)
6. CMV gastritis ( lambung)
7. CMV colitis (usus)
8. CMV encephalitis (otak)
C. PATOFISIOLOGI
Cytomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di amerika
utara. Terdapat sejumlah strain CMV yang berhubungan: virus ini adalah anggota
dari herpes. CMV ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan
cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan ASI.
Masa inkubasi tidak diketahui. Berikut adalah perkiraan masa inkubasi:
a. setelah lahir-3 sampai 12 minggu
b. setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu
c. setelah transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan
Urin yang mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah
infeksi, menjadi tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan
kembali. Hingga saat ini, belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
Ada 3 jenis CMV:
1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang
lahir dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi
CMV. Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.
2. Akut: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip dengan
mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam petekia, gejala
pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-anak yang masih
kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi,
terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ. Gejala-gejalanya
termasuk pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang kadang-kadang fatal.
Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan
reaktivasi virus.

D. MANIFESTASI KLINIS
Pada periode bayi baru lahir, bayi yang terinfeksi cytomegalovirus biasanya bersifat
asimtomatik. Awitan infeksi yang didapat secara congenital dapat terjadi segera
setelah lahir atau sampai berusia 12 minggu.
Tanda dan gejala yang terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak:
1. Purpura.
2. Hilang pendengaran.
3. Korioretinitis; buta.
4. Kolestasis (kuning)
5. Demam.
6. Pneumonia.
7. Takipnea dan dispnea.
8. Kerusakan otak.

E. KOMPLIKASI
1. Kehilangan pendengaran yang bervariasi.
2. IQ rendah
3. Gangguan penglihatan
4. Mikrosefali
5. Gangguan sensorineural

F. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


1. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer
2. Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan jaringan untuk
melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya
iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi congenital harus dilakukan
dalam 3 minggu pertama dari kehidupan)
3. Skrining toksoplasmosis, rubella, cytomegalo virus, herpes dan lain-
laia( toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes[TORCH])-digunakan
untuk mengkaji adanya virus lain.

4. Uji serologis
a. Titer antibody IgG dan IgM( IgM yang meningkat mengindikasikan
pajanan terhadap virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan
infeksi yang didapat pada masa prenatal; IgG maternital negative dan IgG
neonatal positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal.
b. Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)
5. Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala dengan maksud
mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.

G. PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini hanya terdapat penatalaksanaan mengatasi gejala (misalnya:
penatalaksanaan demam, tranfusi untuk anemia, dukungan pernapasan). Ada bukti
bahwa globulin imun-CMV yang diberikan melalui IV bersama obat gansiklovin
dapat mengurangi beratnya infeksi pada individu dengan system imun yang buruk
(mekanisme imunologiknya kurang/terganggu). Vaksin CMV hidup sedang diuji
coba pada pasien transplantasi ginjal. Kemoterap memberi sedikit harapan, tetapi
toksisitas dan imunosupresi akibat dari pengobatan ini meningkatkan kekhawatiran
jika digunakan pada bayi baru lahir.
Upaya pencegahan infeksi CMV dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan.
Beberapa upaya dalam menjaga kebersihan antara lain cuci tangan menggunakan
sabun dan air selama 15- 20 detik, hindari menggunakan peralatan makan dan
minum yang sama dengan orang lain, hindari kontak langsung dengan cairan tubuh
orang lain seperti mencium bibir, terutama bagi ibu hamil, bersihkan meja, kursi,
atau mainan secara rutin  terutama benda yang sering disentuh anak-anak dan
gunakan kondom apabila ingin menjalankan hubungan seksual yang aman untuk
mencegah penularan CMV. Selain itu, penting bagi kita untuk mengetahui resiko
penularan pada anggota keluarga lain dengan memastikan asupan nutrisi yang baik
untuk pasien dan apabila terdapat gejala yang mencurigakan, segera bawa ke rumah
sakit untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis.

H. PATHWAY KEPERAWATAN

Kongenital Tranfusi Tranplantasi organ Penurunan


sistem imun
CMV Resiko tinggi
infeksi

Infeksi pada Demam Infeksi pada Kurang


sistem paru-paru pengetahuan
cerna( lambung
/ usus)
Mual dan Hipertermi Sesak dan
muntah batuk

Perubahan
nutrisi kurang Suplai oksigen
dari kebutuhan tidak adekuat
tubuh

Penurunan energi
dalam bernapas

Pola nafas
tidak efektif

Sumber: 1.Cecily Betz, 2002.


2.Nanda, 2002.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CMV

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang perlu ditanyakan/yang bias ditemukan:
a. Adanya riwayat tranfusi
b. Adanya riwayat transplantasi organ
c. Ibu pasien penderita infeksi CMV
d. Suami/istri penderita CMV
2. Pemeriksaan fisik
a. TTV : Suhu( demam), pernapasan( takipnea, dispnea), tekanan darah, nadi.
b. Kulit : Petekia dan ekimosis, lesi berwarna ungu disebabkan oleh eritripoiesis
kulit.
c. Penurunan berat badan.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur virus dari urin, secret faring, dan leukosit perifer
b. Pemeriksaan mikroskopik pada sediment urin, cairan tubuh, dan
jaringan untuk melihat vius dalam jumlah besar( pemeriksaan urin untuk
mengetahui adanya iklusi intra sel tidaklah bermanfaat; verifikasi infeksi
congenital harus dilakukan dalam 3 minggu pertama dari kehidupan)
c. Skrining toksoplasmosis, rubella, cytomegalo virus, herpes dan
lain-laia( toxoplasmosis, other, rubella, cytomegalovirus, herpes[TORCH])-
digunakan untuk mengkaji adanya virus lain.
d. Uji serologis
1. Titer antibody IgG dan IgM( IgM yang meningkat mengindikasikan
pajanan terhadap virus; IgG neonatal yang meningkat mengindikasikan
infeksi yang didapat pada masa prenatal; IgG maternital negative dan IgG
neonatal positif mengindikasikan didapatnya infeksi pada saat pascanatal.
2. Uji factor rheumatoid positif ( positif pada 35%-45% kasus)
e. Studi radiologist: foto tengkorak atau pemindaian CT kepala
dengan maksud mengungkapkan kalsifikasi intra cranial.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan NANDA( 2002), maka didapatkan diagnose keperawatan CMV sebagai
berikut:
1. Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan memasukkan
zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis: mual dan muntah.
4. Hipertermia b.d. penyakit/trauma
5. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Berdasarkan Marion Johnson,dkk( 2000) dan Joanne C. McCloskey, dkk( 1996),
maka didapatkan intervensi keperawatan CMV sebagai berikut:
 Dx I : Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan system imun, aspek kronis penyakit.
NOC : Pengendalian infeksi
Kriteria hasil:
a. Memonitor faktor resiko lingkungan dan perilaku seseorang
b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko
c. Terbebas dari tanda/ gejala infeksi
NIC : Kontrol Infeksi
a. Pertahankan lingkungan aseptis selama pemasangan alat.
b. Tingkatkan intake nutrisi.
c. Berikan terapi antibiotic bila perlu.
d. Pertahankan teknik isolasi.
e. Batasi pengunjung bila perlu.
 Dx II: Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dalam bernapas.
NOC : Respiratory Status : Ventilation
Kriteria hasil:
a. Ekspansi dada simetris
b. Napas pendek tidak ada
c. Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas

NIC : Respiratory Monitoring


a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
c. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
d. Monitoring respirasi dan status oksigen
e. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
 DxIII: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
memasukkan zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis : mual dan muntah.
NOC : Nutrirional Status
Kriteria hasil:
a. Makanan oral dan nutrisi parenteral
b. Asupan cairan oral atau IV
NIC : Nutririon Management
a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
c. Berikan substansi gula.
d. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
e. Monitor jumlah nutrisi tentang kebutuhan kalori.
 DxIV: Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.
NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
NIC : Fever Treatment
a. Monitor suhu sesering mungkin.
b. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR
c. Monitor intake dan output
d. Berikan antipiretik
e. Kolaboras pemberian cairan intravena
 Dx V: Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan paparan.
NOC : Knowledge : Disease Process
Kriteria Hasil :
a. Mendeskripsikan proses penyakit
b. Mendeskripsikan factor penyebab
c. Mendeskripsikan factor resiko
d. Mendeskripsikan tanda dan gejala
NIC : Teaching : Disease process
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien( keluarga)
tentang proses penyakit yang spesifik
b. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan
cara yang benar
d. Sediakan bagi keluarga atau informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
e. Sediakan informasi pada pasien( keluarga) tentang kondisi dengan cara
yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L.2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC


Gordon Et All. 2002. NANDA Nursing Diagnoses Definition and Classification (NIC),
Second Edition. USA: Mosby
Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes
Classification (NOC), Second Edition. USA: Mosby
McCloskey, Joanne C. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classification (NIC), Second Edition. USA: Mosby
http://www. Spiritia.or.id
http://www. Roche. Com
Humas RSUP Dr. Sardjito CMV (2020)

Anda mungkin juga menyukai