Anda di halaman 1dari 13

K.

H AHMAD DAHLAN PERANNYA DALAM


MEMBANGUN SISTEM PENDIDIKAN

Hendi Irawan
Januar Barkah

Program Studi Pendidikan Sejarah


Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
Universitas Indraprasta PGRI
Email: hendi.irawan27@gmail.com, januar_link@yahoo.com

Abstract: This paper reveals that KH Ahmad Dahlan's Thought which unites the science, intellectual,
moral and religious dichotomy can be seen in the aspects of KH Ahmad Dahlan's thoughts which
include: 1) the purpose of Islamic education he argued that the goal of perfect Islamic education is to
give birth to a whole person, can master religion and general, material and spiritual sciences; 2)
Islamic education material or curriculum; he carried out two acts at once, namely giving religious
lessons in secular Dutch schools and establishing his own schools where religion and general
knowledge were continuously taught. K. H Ahmad Dahlan's thoughts about the concept of Islamic
education related to ideas relating to the effort to instill personality, ethics and moral values in
students. Although the thoughts of KH. Ahmad Dahlan has been around since the colonial period, but
did not reduce his generation to develop and continue the spirit of renewal KH. Ahmad Dahlan.

Keyword: Ahmad Dahlan, Education

Abstrak: Tulisan ini mengungkap tentang Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan yang menyatukan


dikotomi ilmu pengetahuan, bercorak intelektual, moral dan religius dapat terlihat pada aspek
pemikiran K. H. Ahmad Dahlan yang meliputi: 1) tujuan pendidikan Islam beliau berpendapat bahwa
tujuan pendidikan Islam yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh, dapat menguasai ilmu
agama dan ilmu umum, material dan spiritual; 2) materi atau kurikulum pendidikan Islam; beliau
melakukan dua tindakan sekaligus, yaitu memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang
sekuler dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum secara
berkesinambungan diajarkan. Pemikiran K. H Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam yang
berhubungan dengan ide-ide yang berkenaan dengan upaya menanamkan nilai-nilai kepribadian,
etika, dan moral dalam diri anak didik. Walaupun pemikiran KH. Ahmad Dahlan telah ada sejak masa
penjajahan, namun tak mengurangi para generasinya untuk mengembangkan dan melanjutkan
semangat pembaharuan KH. Ahmad Dahlan.

Kata kunci: Ahmad Dahlan, Pendidikan

PENDAHULUAN meliputi antara lain mengajak manusia


K. H Ahmad Dahlan mendirikan
untuk beragama Islam, meluruskan
pergerakkan Muhammadiyah sejak awal
keislaman kaum muslimin dan
telah berkiprah sebagai gerakan Islam,
meningkatkan kualitas kehidupan, baik
dakwah dan amar ma’ruf-nahi munkar.
dalam bidang pendidikan, sosial/
Gerakan itu mengandung arti luas,
1
kemasyarakatan, ekonomi dan 1. Pendidikan akhlak, yaitu sebagai usaha
kebudayaan. menanamkan karakter manusia yang lebih
Pada dasarnya, aspek dalam bidang baik berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah.
pendidikan ini sudah dimulai sejak 2. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha
persiapan berdirinya Muhammadiyah yang untuk menumbuhkan kesadaran individu
merupakan ide dari K. H. Ahmad Dahlan, yang utuh, yang berkeseimbangan antara
bahkan yang menjadi embrio dan salah perkembangan mental dan jasmani,
satu pendorong bagi berdirinya keyakinan dan intelek, perasaan dan akal,
Muhammadiyah. Oleh karena itu, boleh dunia dan akhirat.
dikatakan bahwa Muhammadiyah adalah 3. Pendidikan sosial, yaitu sebagai usaha
persyarikatan yang sangat peduli daam untuk menumbuhkan kesediaan dan
memperjuangkan pendidikan untuk keinginan hidup bermasyarakat.
meningkatkan kecerdasan dan Hingga sekarang konsep
kesejahteraan bagi umat Islam dan bangsa pendidikan tersebut masih terus
Indonesia. Pada awal sebelum berdirinya dihidupkan. Masyarakat secara luas
Muhammdiyah, adanya dikotomi antara mengidentikkan Muhammadiyah dengan
sistem pendidikan barat dan sistem lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan
pendidikan Islam, hal ini terdapat pada yang didirikan Muhammadiyah terus
sistem belajar mengajar baik kegiatan berkembang. Lembaga pendidikan
belajar dan ilmu yang diajarkan (Syuja, Muhammadiyah berdiri di hampir seluruh
2009:24). wilayah Indonesia, dari Sabang sampai
Ahmad Dahlan, ketika mendirikan Merauke, dengan jenjang yang sangat
Muhammadiyah pada tahun 1912, beragam, mulai dari taman kanak-kanak
langsung mengkonsentrasikan kegiatan sampai perguruan tinggi.
pada bidang pendidikan dan pengajaran. K. H Ahmad Dahlan dalam
Pada saat itu pemerintah Hindia Belanda upayanya membangun sistem pendidikan
membatasi kegiatan pendidikan bagi yaitu dengan melakukan pembaharuan,
pribumi. Menurut Ahmad Dahlan nilai yaitu memberi pelajaran dalam konteks
dasar pendidikan yang perlu ditegakkan Islam pada sekolah-sekolah Belanda yang
dan dilaksanakan untuk membangun sekuler, karena pada waktu itu K. H
bangsa yang besar adalah: Ahmad Dahlan pernah menjadi guru di
sekolah Belanda untuk mengajar agama
karena ada murid- murid sekolah tersebut

2
yang merupakan para pangeran atau K.H AHMAD DAHLAN
priyayi yang merupakan anak para MENDIRIKAN PERSYARIKATAN
bangsawan Kesultanan Yogyakarta yang MUHAMMADIYAH SEBAGAI
pada saat itu mereka kurang mendapatkan MEDIA PENDIDIKAN
ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan
ajaran agama Islam. K. H. Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi
juga mendirikan sekolah-sekolah sendiri Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-
yang di dalamnya ajaran agama Islam dan cita pembaharuan Islam di bumi
ilmu pengetahuan sehingga keduanya Nusantara. Ahmad Dahlan ingin
dapat diajarkan secara bersama-sama. K. H mengadakan suatu pembaharuan dalam
Ahmad Dahlan telah menciptakan suatu cara berpikir dan beramal menurut
pembaharuan khususnya di bidang tuntunan agama Islam. Ia ingin mengajak
pendidikan. Dengan sistem tersebut, umat ummat Islam Indonesia untuk kembali
Islam Indonesia dididik menjadi umat hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-
bangsa yang utuh dan memperoleh Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan
pengetahuan yang utuh, tidak terbelah pada tanggal 18 Nopember 1912. Sejak
menjadi pribadi yang berilmu umum atau awal, Dahlan telah menetapkan bahwa
berilmu agama saja. Apa yang dilakukan Muhammadiyah bukan organisasi politik
oleh K. H Ahmad Dahlan dalam tetapi bersifat sosial dan bergerak di
pendidikan itu merupakan sebuah bidang pendidikan.
kepeloporan untuk mengadakan Latar belakang berdiriannya
pembaharuan masyarakat Islam bangsa Persyarikatan Muhammadiyah, secara
Indonesia. Perpaduan yang baik dan garis besarnya dapat dibedakan menjadi 2
harmonis kedua sistem pendidikan, disertai faktor yang pertama adalah bahwa
dengan pendekatan ukhuwah atau tali timbulnya cita-cita untuk mendirikan suatu
persaudaraan, secara bertahap dapat persyarikatan Muhammadiyah secara
diterima oleh masyarakat luas. Pada subjektif ada pada hati sanubari K. H
perkembangannya berdirilah sekolah- Ahmad dahlan sendiri karena pendalaman
sekolah yang di dalamnya terdapat beliau terhadap dorongan ayat-ayat Allah
kurikulum pelajaran agama Islam dan juga SWT yang telah ditelaahnya benar- benar
berkembang pesantren yang di dalamnya dan pengalaman nilai-nilai ayat
diberikan pelajaran ilmu pengetahuan dimaksudkan, misalnya QS Ali Imran ayat
umum. 104 “wal takun minkum ummatun yad’una

3
ila al khairi waya’muruna bil ma’rufi wa dipungkiri adanya kenyataan berbagai
yanhauna’an al munkar” (Suyoto, pengaruh kepercayaan lain yang
1998:71). Ayat tersebut menggerakan hati menempel secara tidak sengaja keutuh
K. H Ahmad Dahlan untuk membangun ajaran Islam (Pasya, 2009:101)
model gerakan Islam yang terorganisir Ide dari pendirian persyarikatan
sebagai instrumen dalam merealisasikan Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini
nilai-nilai Islam, baik pada tataran juga mendapatkan respon dari berbagai
substantif maupun real untuk mewujudn pihak, baik dari keluarga maupun dari
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan,
yang sejahtera, aman, damai makmur dan tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi
bahagia. Kedua, bahwa sebagai bentuk kepadanya. Ia dituduh hendak mendirikan
tanggung jawab religiusitas K.H. Ahmad agama baru yang menyalahi agama Islam.
Dahlan atas kenyataan objektif sosio- Ada yang menuduhnya kiai palsu, karena
kultur masyarakatnya yang tidak sesuai sudah meniru-niru bangsa Belanda yang
ideal-ideal khaira umah telah mendorong Kristen dan macam-macam tuduhan lain
beliau mendirikan persyarikatan (Salam: 1986:59). Bahkan ada pula orang
Muhammadiyah (Farihen, 2013:79). yang hendak membunuhnya. Namun
Agama Islam dalam realitias rintangan-rintangan tersebut dihadapinya
ajaran-ajarannya banyak dipengaruhi oleh dengan sabar. Keteguhan hatinya untuk
budaya lokal yang sebelumnya memang melanjutkan cita-cita dan perjuangan
telah berkembang di Indonesia. Sebelum pembaharuan Islam di tanah air bisa
masuknya agama Islam di Indonesia, mengatasi semua rintangan tersebut.
masyarakat Indonesia memiliki Sebelum mendirikan organisasi
kepercayaan terhadap animisme dan Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan
dinamisme dengan segala amalan tradisi mempelajari perubahan-perubahan yang
yang ada didalamnya, dimana kepercayaan terjadi di Mesir, Arab, dan India, untuk
tersebut senada dengan kemunculan agama kemudian berusaha menerapkannya di
Hindu dan Budha kemudian. Pada sisi lain Indonesia. Ahmad Dahlan juga sering
agama Islam sampai ke Indonesia mengadakan pengajian agama di langgar
melewati perjalanan yang panjang atau mushola (Sutarmo 2005:41).
berbagai tradisi dan adat istiadat serta Ada beberapa faktor intern dan
interpolasi yang ikut memperkeluh arus faktor ekstern, yang mendorong mengapa
perjalanannya. Oleh karena itu tidak dapat KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi

4
Muhammadiyah. Faktor internalnya yang dakwah, dan juga untuk meneruskan dan
pertama adalah Kehidupan beragama tidak melangsungkan cita-citanya membangun
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits, dan memajukan bangsa ini dengan
karena merajalelanya taklid, bid’ah dan membangkitkan kesadaran akan
churafat (TBC), yang menyebabkan Islam ketertindasan dan ketertinggalan ummat
menjadi beku. Kedua adalah keadaan Islam di Indonesia. Strategi yang
bangsa Indonesia serta umat Islam yang dipilihnya untuk mempercepat dan
hidup dalam kemiskinan, kebodohan, memperluas gagasannya tentang gerakan
kekolotan dan kemunduran. Dan yang dakwah Muhammadiyah ialah dengan
ketiga, tidak terwujudnya semangat mendidik para calon Pamong Praja (calon
ukhuwah Islamiyah dan tidak adanya pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang
organisasi Islam yang kuat. Keempat dan para calon guru yang belajar di
Lembaga pendidikan Islam tak dapat Kweekschool Jetis Yogyakarta, karena ia
memenuhi fungsinya dengan baik, dan sendiri diizinkan oleh pemerintah kolonial
sistem pesantren yang sudah sangat kuno. untuk mengajarkan agama Islam di kedua
Adanya pengaruh dan dorongan, gerakan sekolah tersebut. Dengan mendidik para
pembaharuan dalam Dunia Islam. calon pamongpraja tersebut diharapkan
Selain itu terdapat faktor-faktor akan dengan segera memperluas
ekstern, mencakup yaitu pertama Adanya gagasannya tersebut, karena mereka akan
kolonialisme Belanda di Indonesia. Yang menjadi orang yang mempunyai pengaruh
kedua Kegiatan serta kemajuan yang luas di tengah masyarakat. Demikian juga
dicapai oleh golongan Kristen dan Katolik dengan mendidik para calon guru yang
di Indonesia. ketiga Sikap sebagian kaum diharapkan akan segera mempercepat
intelektual Indonesia yang memandang proses transformasi ide tentang gerakan
Islam sebagai agama yang telah dakwah Muhammadiyah, karena mereka
ketinggalan zaman. Keempat Adanya akan mempunyai murid yang banyak. Oleh
rencana politik kristenisasi dari pemerintah karena itu, K. H Ahmad Dahlan juga
Belanda, demi kepentingan politik mendirikan sekolah guru yang kemudian
kolonialnya. dikenal dengan Madrasah Mu'allimin
Adanya upaya dakwah (seruan (Kweekschool Muhammadiyah) dan
kepada ummat manusia), maka Dahlan Madrasah Mu'allimat (Kweekschool
gigih membina angkatan muda untuk turut Istri/ibu-ibu Muhammadiyah). K. H
bersama-sama melaksanakan upaya Ahmad Dahlan mengajarkan agama Islam

5
dan tidak lupa menyebarkan cita-cita berkuasa. Permohonan itu baru dikabulkan
pembaharuannya. pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan
K. H Ahmad Dahlan selain aktif Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus
dalam menggulirkan gagasannya tentang 1914 (Tanjung, 2001:45). Izin itu hanya
gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga berlaku untuk daerah Yogyakarta dan
tidak lupa akan tugasnya sebagai pribadi organisasi ini hanya boleh bergerak di
yang mempunyai tanggung jawab pada daerah dari keresidenan Yogyakarta. Dari
keluarganya. Ia dikenal sebagai salah Pemerintah Hindia Belanda timbul
seorang keturunan bangsawan yang kekhawatiran akan perkembangan
menduduki jabatan sebagai Khatib Masjid organisasi ini. Itulah sebabnya kegiatannya
Besar Yogyakarta yang mempunyai dibatasi. Walaupun Muhammadiyah
penghasilan yang cukup tinggi. Di dibatasi, tetapi di daerah lain seperti
samping itu, ia juga dikenal sebagai Srandakan, Wonosari, dan Imogiri dan
seorang wirausahawan yang cukup lain-lain tempat telah berdiri cabang
berhasil dengan berdagang batik yang saat Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan
itu merupakan profesi entrepreneurship dengan dengan keinginan pemerintah
(kewirausahaan) yang cukup mengena di Hindia Belanda. Untuk mengatasinya,
masyarakat khususnya Kauman. Sebagai maka KH. Ahmad Dahlan mensiasatinya
seorang yang aktif dalam kegiatan dengan menganjurkan agar cabang
bermasyarakat dan mempunyai gagasan- Muhammadiyah di luar Yogyakarta
gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan memakai nama lain (Kutojo dan Safwan,
mudah diterima dan dihormati di tengah 1991:25). Contohnya Nurul Islam di
kalangan masyarakat, sehingga ia juga Pekalongan, Ujung Pandang dengan nama
dengan cepat mendapatkan tempat di Al-Munir, di Garut dengan nama
organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Ahmadiyah. Sedangkan di Solo berdiri
Syarikat Islam, dan Komite Pembela perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh
Kanjeng Nabi Muhammad SAW (Salam, Fathonah (SATF) yang mendapat
1986:106). pimpinan dari cabang Muhammadiyah.
Pada tanggal 20 Desember 1912, Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia
Ahmad Dahlan mengajukan permohonan menganjurkan adanya jama'ah dan
kepada Pemerintah kolonial Hindia perkumpulan untuk mengadakan pengajian
Belanda untuk mendapatkan badan hukum dan menjalankan kepentingan Islam.
atau perizinan dari pemerintah yang Perkumpulan-perkumpulan dan Jama'ah-

6
jama'ah ini mendapat bimbingan dari dikembangkan sehingga dari hasil kajian
Muhammadiyah, yang di antaranya ialah ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid
Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, dinamakan “Ajaran K. H Ahmad Dahlan
Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat
Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Al Quran”, yang didalammya tergambar
Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas,
Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kan, u semangat Persyarikatan Muhammadiyah
wal-Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, dalam pengabdiyannya kepada Allah
Syahratul Mubtadi (Kutojo dkk, 1991: 33). SWT. Kelahiran dari persyarikatan
Dengan melihat sejarah Muhammadiyah itu tidak lain karena
pertumbuhan dan perkembangan diilhami dan disemangati oleh ajaran-
persyarikatan Muhammadiyah, ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh
memperhatikan faktor-faktor yang melatar gerakannya tidak ada motif lain kecuali
belakangi berdirinya, aspirasi, motif dan semata-mata untuk merealisasikan prinsip-
cita- citanya serta ama usaha dan prinsip ajaran Islam. Segala yang
gerakannya terdapat 3 ciri dari perjuangan dilakukan Muhammadiyah, baik dalam
Persyarikatan Muhammadiyah. bidang pendidikan dan pengajaran,
Adapun ciri-ciri dari perjuangan kemasyarakatan, kerumah tanggaan,
Persayarikatan Muhammadiyah itu yakni, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat
Persyarikatan Muhammdiyah sebagai dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan
Gerakan Islam Persyarikatan dan melaksankan ajaran Islam. Gerakan
Muhammadiyah dibangun oleh KH Persyarikatan Muhammadiyah hendak
Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari berusaha untuk menampilkan wajah Islam
telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap dalam wujud yang riil, kongkret, dan
Al Quranul Karim. Faktor inilah yang nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan
sebenarnya paling utama yang mendorong dinikmati oleh umat sebagai rahmatan
berdirinya Muhammadiyah. Ketelitiannya lil’alamin.
yang sangat memadai pada setiap
mengkaji ayat-ayat Al Quran, khususnya PEMIKIRAN K. H AHMAD DAHLAN
ketika menelaah surat Ali Imran, ayat: TENTANG PENDIDIKAN
104, maka akhirnya dilahirkan amalan Agama Islam menekankan kepada
real, yaitu lahirnya Persyarikatan umatnya untuk mendayagunakan semua
Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah kemampuan yang ada pada dirinya dalam

7
rangka memahami fenomena alam sesuai dengan tujuan penciptaan manusia
semesta. Meskipun dalam banyak tempat yaitu sebagai hamba Allah dan khalifah
Al-Qur’an senantiasa menekankan Allah di muka bumi, dalam ungkapan lain
pentingnya menggunakan akal, akan tetapi disebut dengan rehumanisasi yaitu
Al-Qur’an juga juga mengakui akan mengembalikan kedudukan manusia
keterbatasan kemampuan akal. Ada kepada kedudukan yang sebenarnya yaitu
fenomenayang tak dapat dijangkau oleh sebagai hamba Allah dan Khalifah Allah
indera dan akal manusia. Hal in di muka bumi. Untuk tercapainya tujuan
disebabkan, karena wujud yang ada di pendidikan Islam tersebut, manusia harus
alam ini memiliki dua dimensi, yaitu mengembangkan potensi dirinya melalui
pisika dan metapisika. Manusia merupakan pendidikan
integrasi dari kedua dimensi tersebut, yaitu Muhammadiyah dikenal sebagai
dimensi ruh dan jasad. Batasan di atas gerakan Islam yang memelopori
memberikan arti, bahwa dalam pendidikan Islam modern. Salah satu latar
epistemologi pendidikan Islam, ilmu belakang berdirinya Muhammadiyah
pengetahuan dapat diperoleh apabila menurut Mukti Ali ialah ketidakefektifan
peserta didik (manusia) mendayagunakan lembaga pendidikan agama pada waktu
berbagai media, baik yang diperoleh penjajahan Belanda, sehingga
melalui persepsi inderawi, akal, kalbu, Muhammadiyah memelopori pembaruan
wahyu maupun ilham. Oleh karena itu, dengan jalan melakukan reformasi ajaran
aktifitas pendidikan dalam Islam dan pendidikan Islam. Kini pendidikan
hendaknya memberikan kemungkinan Muhammadiyah telah berkembang pesat
yang sebesar-besarnya bagi pengembangan dengan segala kesuksesannya, tetapi
ke semua dimensi tersebut. Pengembangan masalah dan tantangan pun tidak kalah
tersebut merupakan proses integrasi ruh berat. Dalam sejumlah hal bahkan dikritik
dan jasad. Konsep ini diketengahkannya kalah bersaing dengan pendidikan lain
dengan menggariskan perlunya pengkajian yang unggul. Kritik apapun harus diterima
ilmu pengtahuan secara langsung, sesuai untuk perbaikan dan pembaharuan.
prinsip-prinsip al-Qur`an dan Sunnah, Pendidikan Muhammadiyah
bukan semata-mata dari kitab tertentu. merupakan bagian yang terintegrasi
Menurut K. H. Ahmad Dahlan tentang dengan gerakan Muhammadiyah dan telah
tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang berusia sepanjang umur Muhammadiyah.
telah ditetapkan oleh Al-Qur’an yaitu Jika diukur dari berdirinya Madrasah

8
Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (1 Desember TUJUAN PENDIDIKAN MENURUT
1911) Pendidikan Muhammadiyah K.H. AHMAD DAHLAN
berumur lebih tua ketimbang Pendidikan hendaknya diarahkan
organisasinya (Darban, 2000: 13). Sekolah pada usaha membentuk manusia muslim
tersebut merupakan rintisan lanjutan dari yang berbudi pekerti luhur, alim dalam
“sekolah” (kegiatan Kyai dalam agama, luas pandangan dan paham
menjelaskan ajaran Islam) yang masalah ilmu keduniaan, serta bersedia
dikembangkan Kyai Dahlan secara berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
informal dalam pelajaran yang Tujuan pendidikan tersebut merupakan
mengandung ilmu agama Islam dan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang
pengetahuan umum di beranda rumahnya. saling bertentangan pada saat itu yaitu
Lembaga pendidikan tersebut sejatinya pendidikan pesantren dan pendidikan
sekolah Muhammadiyah, yakni sekolah sekolah model Belanda. Di satu sisi
agama yang tidak diselenggarakan di surau pendidikan pesantren hanya bertujuan
seperti pada umumnya kegiatan umat utnuk menciptakan individu yang salih dan
Islam pada waktu itu, tetapi bertempat mengalami ilmu agama. Sebaliknya,
tinggal di dalam sebuah gedung milik ayah pendidikan sekolah model Belanda
K. H Dahlan, dengan menggunakan meja merupakan pendidikan sekuler yang
dan papan tulis, yang mengajarkan agama didalamnya tidak diajarkan agma sama
dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu sekali. Akibat dualisme pendidikan
umum (Hadikusuma, 2001:64) tersebut lahirlah dua kutub intelegensia:
K. H Ahmad Dahlan merupakan lulusan pesantren yang menguasai agama
tokoh pendidikan di Indonesia. K. H. tetapi tidak menguasai ilmu umum dan
Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk sekolah Belanda yang menguasai ilmu
menyelamatkan umat islam dari pola umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.
berpikir yang statis menuju pada Ketika melihat ketimpangan atau
pemikiran yang dinamis adalah melalui ketidakseimbangan tersebut KH. Ahamd
pendidikan. Pendidikan hendaknya Dahlan berpendapat bahwa tujuan
ditempatkan pada skala prioritas utama pendidikan yang sempurna adalah
dalam proses pembangunan umat. melahirkan individu yang utuh menguasai
ilmu agama dan ilmu umum, material dan
spritual serta dunia dan akhirat. Bagi K. H.
Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-

9
umum, material-spritual, dan dunia- dalam bidang pendidikan dan bergaul
akhirat) merupakan hal yang tidak bisa secara sosial setara dengan kaum laki-laki.
dipisahkan satu sama lain. Inilah yang Pendidikan yang dilaksanakan oleh
menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Muhammadiyah merupakan salah satu dari
Dahlan mengajarkan pelajaran agama dan bentuk dan jenis Amal Usaha
ilmu umum sekaligus di Madrasah Persyarikatan, yang struktur
Muhammadiyah. kelembagaannya bersifat formal,
Kiprah Muhammadiyah bagi berjenjang dari tingkat pendidikan dasar
bangsa Indonesia secara resmi telah diakui sampai perguruan tinggi. Adapun bentuk,
sejak lama oleh semua orang, termasuk jenis, dan tingkat pendidikan
oleh pemerintah pada era Presiden Muhammadiyah itu pada hakikatnya
Soekarno yaitu sejak tahun 1961 dengan merupakan perwujudan dari
mengangkat KH Ahmad Dahlah sebagai pengembangan misi Muhammadiyah
pahlawan nasional. Pengangkatan KH khususnya dalam bidang pendidikan, yang
Ahmad Dahlan sebagai pahlawan nasional terkait secara substansial dengan
membuktikan pengakuan atas kepeloporan pendidikan Islam yang berlandaskan Al-
Muhammadiyah dalam kehidupan Quran dan Sunnah sebagaimana menjadi
berbangsa dan bernegara sebagaimana paham agama dalam Muhammadiyah,
dikemukakan dalam Surat Keputusan maupun secara kesejahteraan terkait pula
Presiden Soekarno Nomor 657 tahun 1961. dengan gagasan-gagasan dasar K. H.
Muhammadiyah dinilai oleh pemerintah Ahmad Dahlan dalam merintis dan
telah menjadi pelopor kebangkitan umat membangun pendidikan Muhammadiyah.
Islam Indonesia untuk menyadari nasibnya Pendidikan Muhammadiyah
yang masih harus belajar dan berbuat. memiliki keterkaitan dengan keprihatinan
Muhammadiyah juga telah memberikan pendiri Muhammadiyah yang berkaitan
ajaran Islam yang murni yang menuntut dengan:
kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi 1. Ajaran Islam dilaksanakan tidak secara
masyarakat dan umat dengan memelopori murni bersumber pada Al-Quran dan
amal usaha sosial dan pendidikan yang Sunnah, bahkan tercampur dengan
sangat diperlukan bagi kebangkitan dan praktik-praktik syirik, bid’ah, dan
kemajuan bangsa. Muhammadiyah juga khurafat.
memelopori kebangkitan kaum perempuan

10
2. Lembaga-lembaga pendidikan Islam mencontoh sistem pendidikan sekolah
tidak lagi dapat memenuhi tuntutan Barat.
jaman akibat dari pengaruh luar. Buah Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan
3. Keadaan umat Islam yang sangat pada konteks pendidikan Islam memiliki
menyedihkan dalam bidang sosial, ketersambungan dalam kehidupan
ekonomi, politik, kultural, sebagai pendidikan Islam di era modern adalah
akibat dari penjajahan. aspek tujuan pendidikan Islam dan
kurikulum pendidikan Islam, karena
PENUTUP
pemikiran K. H Ahmad Dahlan hendak
Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan menyinergikan antara aspek agama dan
yang menyatukan dikotomi ilmu ilmu pengetahuan umum. Pemikiran K. H
pengetahuan, bercorak intelektual, moral Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan
dan religius dapat terlihat pada aspek Islam yang berhubungan dengan ide-ide
pemikiran K.H. Ahmad Dahlan yang yang berkenaan dengan upaya
meliputi: 1) tujuan pendidikan Islam beliau menanamkan nilai-nilai kepribadian, etika,
berpendapat bahwa tujuan pendidikan dan moral dalam diri anak didik.
Islam yang sempurna adalah melahirkan Walaupun pemikiran KH. Ahmad Dahlan
individu yang utuh,dapat menguasai ilmu telah ada sejak masa penjajahan, namun
agama dan ilmu umum, material dan tak mengurangi para generasinya untuk
spiritual; 2) materi atau kurikulum mengembangkan dan melanjutkan
pendidikan Islam; beliau melakukan dua semangat pembaharuan KH. Ahmad
tindakan sekaligus, yaitu memberi Dahlan.
pelajaran agama di sekolah-sekolah
Belanda yang sekuler dan mendirikan
sekolah-sekolah sendiri di mana agama
dan pengetahuan umum secara
berkesinambungan diajarkan. Materi
pendidikan Islam menurut K. H Ahmad
Dahlan itu meliputi pendidikan moral,
pendidikan individu, dan pendidikan
kemasyarakatan; dan c) metode atau tehnik
pengajaran; beliau lebih banyak

11
Daftar Pustaka
Darban, Ahmad Adaby. (2000). Sejarah
Kauman: Menguak Identitas
Kampung Muhammadiyah.
Yogyakarta: Tarawang
Farihen. (2013). Akar Pembaharuan
Dalam Islam Dan Studi
KeMuhammadiyahan. Ciputat/
Banten: Ceria Ilmu Publishing.
Kutojo, Sutrisno, Mardanas Safwan.
(1991). K. H. Ahmad Dahlan:
riwayat hidup dan perjuangannya.
Bandung: Angkasa.

Pasya, Muhammad Kamal. (2009).


Muhammadiyah Sebagai Gerakan
Isam. Yogyakarta: Pustaka SM.
Salam, Yunus. (1986). Riwayat Hidup
KHA. Dahlan. Amal dan
perjuangannya. Jakarta: Depot
Pengadjaran Muhammadijah.
Sutarmo. (2005). Muhammadiyah
Gerakan Sosial Keagamaan
Modernis. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah.
Suyoto. (1998) K.H. Ahmad Dahlan Amal
dan Perjuangannya. Tangerang: al-
Wasat Publishing House
Tanjung, M. Azrul. (2001).
Muhammmadiyah Ahmad Dahlan
“menemuka Kembali Otentitsitas
Gerakan Muhammadiyah.
Yogyakarta: STIE. Press Ahmad
Dahlan.

Syuja, Muhammad. (2009). Islam


Berkemajuan. Tangerang: Al-
Wasath.

12
13

Anda mungkin juga menyukai