1 Peta Konsep (Beberapa 1. Definisi al-Asma’ al- Husna istilah dan definisi) di modul Secara Bahasa, kata al-Asmâ (( أألسمـاءbentuk plural dari bidang studi kata Ismun (( إســـمyang berarti “nama-nama”, sedangkan kata Husnâ (ُ ( حســـنىbentuk plural dari kata Hasan ( ( حـسـنyang berarti “terbaik”. Jadi, arti dari al-Asmâ al-Husnâ adalah nama- nama terbaik (indah) yang mencerminkan kebesaran dan keagungan Allah Swt. Istilah Asma` al-Husna ditemukan dalam 4 ayat dari 4 surat yang berbeda, yaitu QS. Al-A’raf [7]: 180; Al- Isra`[17]: 110; Thaha [20]: 8; dan Al-Hasyr [59]: 24. Dalam kajian ilm tauhid, Asma` al-Husna dimasukkan ke dalam pembahasan mengenai sifatsifat Allah, sebagai konsep tambahan dari sifat wajib 20 Imam Asy’ari. Meski secara harfiyah Asma` berarti “nama”, akan tetapi Nama bagi Allah adalah sekaligus sebagai sifat-Nya. Karena manusia mengenal Allah melalui Nama dan sifat-Nya tersebut. Berbeda dengan manusia, nama belum tentu sifatnya. Nama Hasan, tetapi sifatnya belum tentu hasan (baik/bagus), dan seterusnya. Mengajarkan Asma` al-Husna akan lebih bermakna dan membekas bagi perserta didik dalam menanamkan karakter yang baik. Pada dasarnya, Allah Swt adalah maha segala-Nya, sehingga nama- nama yang mensifati diri-Nya tidak terbatas, tapi dalam ajaran Islam Ahlu Sunnah Waljamaah, minimal ada 99 nama-nama terbaik (indah) yang dimiliki oleh Allah Swt, sebagaimana dalil-dalil di bawah ini: Artinya: “(Dia-lah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia. yang mempunyai nama-nama yang terbaik.
2. Memahami Kebesaran Allah Swt melalui al-Asmâ’ al-
Husnâ (al-‘Karim, al-Mu’min, al-Wakil, al-Matin, al- Jami’, al-Hafiz, dan al-Akhir). 1. Al-Karîm ( (الك رميAl-Karîm berarti Allah Yang Maha Mulia. Allah Swt adalah Zat Yang Maha sempurna dengan kemuliaan-Nya. Dia terbebas dari perbuatan negatif dari makhlukmakhluk-Nya. Dalil al-Qur’an yang menunjukkan sifat Al-Karîm adalah QS. alMu’minûn ayat 116 Artinya: “Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia.” Di samping menyandang sifat al- Kariim (Yang Mulia), Allah Swt juga memiliki sifat Al-Akram (Yang Sangat Mulia) yang tidak ada yang lebih mulia dari- Nya. a firman Allah Swt dalam QS. Al-‘Alaq [96]: 3 ْق َر ْأ ك َ ُّااْل َ ْك َر ۙ ُم َو َرب Artinya: “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia” Umar Sulaiman al-Asyqar mengutip Imam Ghazali bahwa al- Karîm adalah bila berkuasa akan mengampuni, yang bila berjanji akan menepati, yang bila memberi akan memberi lebih dari yang diminta. Yang tidak pernah berhitung berapa dan kepada siapa yang diberi. Sedangkan Menurut M. Quraish Shihab, kata (( الكريمbiasa diterjemahkan dengan “yang maha/paling pemurah” atau “semulia-mulia”. Kata ini terambil dari kata (( كـرمkarama yang berarti “memberikan dengan mudah tanpa pamrih, bernilai tinggi, terhormat, mulia, setia, dan sifat kebangsawanan”. Penyifatan Rabb dengan Karîm menunjukkan bahwa Karam (anugerah) kemurahan-Nya dalam berbagai aspek) dikaitkan dengan RubûbiyyahNya, yakni pendidikan, pemeliharaan, dan perbaikan makhluk-Nya, sehingga anugerah tersebut dalam kadar dan waktunya selalu berbarengan serta bertujuan perbaikan dan pemeliharaan. 2. Al-Mu’min ( (املؤمنونAl-Mu’min berarti Allah Maha Memberi Keamanan. Allah Swt adalah Zat yang menjadi sumber rasa aman dan keamanan. Mukmin yang sejati adalah mukmin yang hanya mengharapkan keamanan dari Allah Swt, bukan dengan yang lainnya. Firman Allah Swt yang menunjukkan sifat Al-Mu’min adalah QS. al-Hasyr [59]: 23 Artinya: “Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Maharaja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha-suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” Menurut Umar Sulaiman al-Asyqar, kata al-Mu’min dalam Bahasa Arab mengandung dua makna, yaitu: pertama, asal kata al-Mu’min adalah al-Amân (keamanan). Allah al- Mu’min berarti Allah sebagai pemberi rasa aman kepada hambaNya yang beriman atau orang yang merasa aman hanyalah orang yang diberi rasa aman oleh Allah Swt. Lawan kata dari rasa aman adalah al-Khauf (rasa takut). Kedua, pembenaran. Menurut Az-Zujaji, arti al- Mu’min adalah pembenar. Iman dalam setiap definisinya selalu mengacu pada substansi makna pembenaran atau setidaknya yang mendekati atau berkaitan dengannya. Ada tiga macam pembenaran Allah, yaitu (1) pembenaran Allah terhadap diri-Nya dengan tauhid dan sifat-sifat-Nya, (2) pembenaran Allah terhadap para rasul, nabi, dan para pengikutnya, dan (3) pembenaran Allah terhadap hamba- Nya yang beriman pada hari Kiamat. 3. Al-Wakîl ( (الوكيلAl-Wakîl berarti Allah Maha Mewakili, Pelindung, atau Pemelihara. Menurut Ibn Faris, yang dikutip oleh M. Quraish Shihab bahwa kata “Al- Wakil” terambil dari akar kata “wakala” yang bermakna pengandalan pihak lain tentang urusan yang seharusnya ditangani oleh satu pihak. Mnuurut M. Quraish Shihab, ketika manusia menjadikan Allah Swt sebagai “Wakil” berarti menyerahkan segala persoalan kepada-Nya. Dialah yang berkehendak dan bertindak sesuai dengan “kehendak” manusia yang menyerahkan perwakilan itu kepada-Nya. Umar Sulaiman al-Asyqar mengutip Ibnu Manzhur, al-Wakîl berarti penanggungjawab dan penjamin rezeki hamba. هّٰللا, ون َّكل َف ْلي َت,,,, Ucapan para rasul ل َ َ ِ َ ْ ُْال ُم َت َو ِّكل َ ,,,,و ا ِ َو َع,,,, mengandung makna penyerahan segara urusan kepada Allah Swt. Dimana dalah hal ini kita bertawakkal da usaha dulu baru kita pasrahkan semuaya pada yang memberi yakni allah swt. 4. Al-Matîn ( (املت نيAl-Matîn berarti Allah Yang Maha Kokoh. Allah Swt adalah Zat yang mempunyai kekuatan sempurna dan terbebas dari kelemahan. Kekuatan Allah Swt tidak bisa digoyahkan oleh perbuatan makhluk-Nya dan tidak ada yang membantu dalam kekuatan Allah Swt. Dalil yang menunjukkan sifat al-Matîn adalah QS. Az-Zâriyât [51]: 58 َّو هّٰللا َ اِن,َ ,اق ُه ُ القُ َّو ِة, ُ رَّ َّز,,وذ ال ْ ,ْال َم ِت ْي ُن Artinya: “Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” 5. Al-Jâmi’ ( (اجالمعAl-Jâmi’ berarti Allah Maha Mengumpulkan. Allah Swt yang menghimpun manusia di hari Kiamat kelak dan mengumpulkan bagian- bagian tubuh manusia yang berserakan lalu dibangkitkan kembali dari alam kubur. M. Quraish Shihab menafsirkan “Dia Yang Mahakuasa itu mengumpulkan kamu, yakni bagian-bagian kamu yang telah tercabik-cabik dan bercampur dengan tanah atau mengumpulkan kamu semua di Padang Mahsyar pada Hari Kiamat. Hal ini menjadi bukti akan adanya Hari Kebangkitan terhadap orang-orang yang sudah mati kemudian dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk dimintai pertanggungjawaban atas perbuatanperbuatan mereka di dunia. Umar Sulaiman al-Asyqar mengutip Khatabi bahwa Al-Jâmi’ berarti yang mengumpulkan makhluk pada hari yang tidak ada keraguan di dalamnya, yaitu setelah terpisahnya ruh dan raga dan sendi-sendi tubuh berserakan untuk membalas orang-orang yang berbuat buruk dengan keburukan dan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan. sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Saba’ [34]: 26 ۗ ْال َعلِ ْيمُااْل ْل َف َّتاح َُوه َُو ِب ْال َح ِّق َب ْي َن َنا َي ْف َتح ُُثم ََّر ُّب َنا َب ْي َن َنا َيجْ َم ُعقُ ْل Artinya: Katakanlah, “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi keputusan, Maha Mengetahui.” 6. Al-Hâfîz ( (احالفظAl-Hâfîz berarti Allah Maha Menjaga dan Maha Memelihara. Kata dasar dari AlHâfîz adalah Hifz berarti menjaga segala sesuatu agar tidak berubah. Umar Sulaiman alAsyqar mengutip Ibnu Manzhur bahwa Al-Hâfîz termasuk sifat Allah. Tidak ada satu pun partikel atom terlepas dari pengawasan dan pemeliharaan-Nya. Allah Swt memelihara semua makhluk-Nya atas apa yang mereka lakukan, baik maupun buruk. 7. Al-âkhir berarti Allah Maha Akhir (Kekal). Akhir bagi Allah Swt tidak ada ujung dan tanpa batas. Setelah semua makhluk musnah, Allah Swt tetap ada dan tidak mengalami kepunahan. Semua makhluk hidup akan mengalami kematian (kepunahan). Dalil yang menunjukkan sifat Al- âkhir adalah QS. al-Hâdîd [57]: 3 ٰ ِ َش َۡى ٍءبِ ُكلِّ َوه َُو َو ۡٱلب َعلِي ٌم اطنُ َوٱلظَّ ِه ُر َوٱلۡ َءا ِخ ُرٱأۡل َ َّولُ ُه َو Artinya: “Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” Menurut Baihaqi, AlAwwal berarti yang keberadaanya tidak ada permulaan, sedangkan Al-âkhir yang keberadaanya tidak ada akhirnya. M. Quraish Shihab mengutip pendapat Sayyidinâ Ali, beliau pernah melukiskan makna kedua sifat ini (Awwal-âkhir), yaitu bahwa Dia Yang Awwal yang bagi-Nya tiada sebelum sehingga mustahil ada sesuatu sebelum-Nya. Dia Yang âkhir yang bagi-Nya tiada sesudah sehingga mustahil ada sesuatu sesudah-Nya. Dia tidak berada di satu tempat sehingga mustahil Dia berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dapat disimpulkan manfaat yang bisa didapatkan dari membaca dan memaknai Asmaul Husna adalah sebagai berikut :
1. Mendekatkan diri kepada Allah SWT
2. Membukakan pintu rezeki yang masih tertutup
3. Menyembuhkan penyakit
4. Sebagai jembatan menuju surga
5. Senantiasa dilindungi Allah SWT
6. Melancarkan aliran rezeki
7. Diberi petunjuk oleh Allah SWT
8. Sebagai kunci keberkahan di dalam hidup
9. Dihindarkan dari segala kesulitan
10. Menentramkan hati dan pikiran
1. Contoh fakta dan fenomena kebenaran sifat-sifat Allah Swt yang terkandung dalam Asma’ul Husna yang meliputi: a. Contoh perilaku Al-Karim (Maha Pemurah), gemar bersedekah dan berinfak, menyumbangkan pakaian layak pada korban bencana alam, membantu dan menolong orang lain yang membutuhkan. b. Contoh perilaku Al-Mu’min (Maha Memberi Rasa Aman), menenangkan teman yang sedih dan ketakutan, membantu membimbing teman belajar agar ia tidak takut menghadapi ujian, membela teman yang dibully, dan lain sebagainya. c. Contoh perilaku Al-Wakil (Maha Memelihara), merawat dan memelihara orang tua ketika mereka sudah renta, memelihara anak yatim apabila mampu. Daftar materi bidang studi d. Contoh perilaku Al-Matin (Maha Kokoh), menjadi 2 yang sulit dipahami pada pribadi yang kuat dalam menghadapi cobaan. modul e. Contoh perilaku Al-Jami (Yang Maha Mengumpulkan/Menghimpun), gemar bersilaturahmi dan berkumpul dengan keluarga, gemar menghimpun orang- orang baik dalam satu majelis untuk berlajar bersama- sama. f. Contoh perilaku menunjukkan bahwa Allah sangat kuat menjaga yang ingin dijaga-Nya. Allah menjaga, melindungi dan memelihara sesuatu yang dikehendaki- Nya. g. Contoh perilaku Al-Akhir (Maha Akhir), menyadari sepenuh hati bahwa dunia hanya sementara dan yang menjadi tujuan akhir hidup adalah akhirat yang abadi. Daftar materi yang sering 1. Definisi dari Asma’ Husna II diantaranya : al-karim, al- 3 mengalami miskonsepsi Mu’min, al-Wakil, al-Matin, al-Jami’, al-Hafiz dan al-Akhir dalam pembelajaran