hukum Islam
1
URAIAN MATERI
2
2. Dasar Hukum Khiyar
Allah swt. berfirman dalam QS al-Baqarah/2: 275
ِّاّللُ الْبَ ْي َع َو َحَّرَم ه
-٢٧٥- الرََب َح َّل ه
َ َوأ
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan telah mengharamkan riba. (QS al-
Baqarah/2: 275).
Lafal jual beli dalam ayat ini adalah umum meliputi akad jual beli. Dengan begitu, ia
menjadi mubah (boleh) untuk semua termasuk khiyar.
Sedangkan dari hadis Rasulullah saw. bersabda:
قال النيب صلى هللا عليه و سلم ( البيعان َبخليار ما مل يتفرقا أو:عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال
) ورمبا قال ( أو يكون بيع خيار. ) يقول أحدمها لصاحبه اخرت
Telah bersabda Nabi: “Penjual dan pembeli boleh melakukan khiyar selagi
keduanya belum berpisah, atau salah seorang mengatakan kepada temanya:
pilihlah dan kadang-kadang beliau bersabda atau terjadi jual beli khiyar.” (HR.
Al-Bukhari).
Pada hadis yang lain, Nabi bersabda:
عن عبد هللا بن احلارث رفعه إىل حكيم بن حزام رضي هللا عنه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و
سلم ( البيعان َبخليار ما مل يتفرقا أو قال حىت يتفرقا فإن صدقا وبينا بورك هلما يف بيعهما وإن كتما
) وكذَب حمقت بركة بيعهما
Dari Abdullah bin Al-Harits ia berkata: Saya mendengar Hakim bin Hizam dari
Nabi, beliau bersabda: “Penjual dan pembeli boleh melakukan khiyar selama
mereka berdua belum berpisah. Apabila mereka berdua benar-benar dan jelas,
maka mereka berdua diberi keberkahan di dalam jual beli mereka, dan apabila
mereka berdua berbohong dan merahasiakan maka dihapuslah keberkahan jual
beli mereka berdua.” (HR. Al-Bukhari).
Dua hadis di atas menunjukkan adanya hak khiyar bagi orang yang sedang
melakukan transaksi jual beli.
3. Macam-macam Khiyar
Macam-macam khiyar dapat dilihat dari berbagai aspek. Dalam aspek ada
tidaknya perjanjian, khiyar terbagi kepada:
a. Khiyar Hukmiyah
Khiyar hukmiyah yaitu khiyar yang melekat dalam akad. Setiap kali ada akad
untuk menjaga maslahat pihak akad, maka khiyar ini ada tanpa membutuhkan
persetujuan pihak-pihak akad. Khiyar yang termasuk adalah macam ini adalah khiyar
ru’yah dan khiyar ‘aib.
b. Khiyar Iradiyah
3
Khiyar iradiyah yaitu khiyar yang timbul karena ada kesepakatan antar pihak
akad. Khiyar yang termasuk adalah dalam macam ini adalah khiyar syarat dan khiyar
ta’yin.
Secara umum, khiyar dibagi kepada:
a. Khiyar Majlis
Khiyar majlis sah menjadi milik si penjual dan si pembeli semenjak dilangsung-
kannya akad jual beli hingga mereka berpisah, selama mereka berdua tidak mengada-
kan kesepakatan untuk tidak ada khiyar, atau kesepakatan untuk menggugurkan hak
khiyar setelah dilangsungkannya akad jual beli atau seorang di antara keduanya
menggugurkan hak khiyarnya, sehingga hanya seorang yang memiliki hak khiyar.
Dari Ibnu Umar r.a. dari Rasulullah saw. bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Apabila ada dua orang melakukan transaksi jual beli, maka masing-masing dari
mereka (mempunyai) hak khiyar, selama mereka belum berpisah dan mereka masih
berkumpul atau salah satu pihak memberikan hak khiyarnya kepada pihak yang lain.
Namun jika salah satu pihak memberikan hak khiyar kepada yang lain lalu terjadi jual
beli, maka jadilah jual beli itu, dan jika mereka telah berpisah sesudah terjadi jual beli
itu, sedang salah seorang di antara mereka tidak (meninggalkan) jual belinya, maka
jual beli telah terjadi (juga).”
Penjual dan pembeli yang khawatir membatalkan bila meninggalkan majlis,
maka hendaknya tidak meninggalkan majlis. Hal ini sesuai dengan hadis dari Amr bin
Syu’aib dari bapaknya dari datuknya bahwa Rasulullah saw bersabda, “Pembeli dan
penjual (mempunyai) hak khiyar selama mereka belum berpisah, kecuali jual beli
dengan akad khiyar, maka seorang di antara mereka tidak boleh meninggalkan
rekannya karena khawatir dibatalkan.
b. Khiyar Syarat
Khiyar syarat yaitu kedua orang yang sedang melakukan jual beli mengadakan
kesepakatan menentukan syarat, atau salah satu di antara keduanya menentukan hak
khiyar sampai waktu tertentu, maka ini dibolehkan meskipun rentang waktu berlaku-
nya hak khiyar tersebut cukup lama. Hadis dari Ibnu Umar ra, dari Nabi saw Beliau
bersabda, “Sesungguhnya dua orang yang melakukan jual beli mempunyai hak khiyar
dalam jual belinya selama mereka belum berpisah, atau jual belinya dengan akad
khiyar.
c. Khiyar Aib
Jika seseorang membeli barang yang mengandung aib atau cacat dan ia tidak
mengetahuinya hingga si penjual dan si pembeli berpisah, maka pihak pembeli berhak
mengembalikan barang dagangan tersebut kepada si penjualnya.
Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda “Barangsiapa membeli
seekor kambing yang diikat teteknya, kemudian memerahnya, maka jika ia suka ia
boleh menahannya, dan jika ia tidak suka (ia kembalikan) sebagai ganti perahannya
adalah (memberi) satu sha’ tamar.
4
B. Cara Menggugurkan dan Sebab Gugurnya Khiyar
1. Cara Menggugurkan Khiyar
Cara mengugurkan Khiyar ada tiga:
a. Pengguguran Jelas (Sharih)
Penguguran sharih ialah penguguran oleh orang yang berkhiyar, seperti
menyatakan,”Saya batalkan khiyar dan saya rida.”Dengan demikian, akad menjadi
lazim (sahih). Sebaliknya, akad gugur dengan pernyataan,”Saya batalkan atau saya
gugurkan akad.”
b. Pengguguran dengan Dilalah
Pengguguran dengan dilalah adalah adanya tasharuf (beraktivitas dengan barang
tersebut) dari perilaku khiyar yang menunjukkan bahwa jual beli jadi dilakukan,
seperti pembeli menghibahkan barang tersebut kepada orang lain, atau sebaliknya,
pembeli mengembalikan kepemilikan kepada penjual.
c. Pengguran Khiyar dengan Kemadharatan
2. Sebab-sebab Gugurnya Khiyar
a. Habis Waktu
Khiyar menjadi gugur setelah habis waktu yang telah ditetapkan walaupun tidak
ada pembatalan dari yang berkhiyar. Dengan demikian, akad menjadi lazim. Hal ini
sesuai dengtan pendapat ulama Syafi’iyah dan Hanbaliyah. Menurut ulama Malikiyah,
akad tidak lazim dengan berakirnya waktu, tetapi harus ada ketetapan dari yang
berkhiyar sebab khiyar bukan kewajiban. Oleh karena itu, akad tidak gugur karena
berakhirnya waktu. Contohnya, janji seorang tuan terhadap budak untuk dimerdekakan
pada waktu tertentu. Budak tersebut tidak merdeka karena berkhirnya waktu.
b. Kematian Orang yang Memberikan Syarat
Jika orang yang memberikan syarat meninggal dunia, maka khiyar menjadi
gugur, baik yang meninggal itu sebagai pembeli maupun penjual, lalu akad pun
menjadi lazim, sebab tidak mungkin membatalkannya. Namun, tetang kewarisan
syarat para ulama berbeda pendapat, antara lain:
1) Menurut ulama Hanafiyah, khiyar syarat tidak dapat diwariskan, tetapi gugur
dengan meninggalnya orang yang memberikan syarat;
2) Ulama Hanbaliyah berpendapat bahwa bahwa khiyar menjadi batal dengan
meninggalnya orang yang memberikan syarat, kecuali jika ia mengamanatkan
untuk membatalkannya. Dalam hal ini, khiyar menjadi kewajiban ahli waris;
3) Ulama syafi’iyah dan Malikiyah berpendapat bahwa khiyar menjadi haknya ahli
waris. Dengan demikian, tidak gugur dengan meninggalnya orang yang
memberikan syarat.
c. Adanya Hal-hal yang Semakna dengan Mati
Khiyar gugur dengan adanya hal-hal yang serupa dengan mati, seperti gila,
mabuk, dan lain-lain. Dengan demikian, jika akal seseorang hilang karena gila, mabuk,
tidur, akadnya menjadi batal.
5
d. Barang Rusak Ketika Masa Khiyar
Tentang rusaknya barang ketika khiyar terdapat beberapa masalah, apakah
rusaknya setelah diserahkan kepada pembeli atau masih dipegang penjual dan lain-
lain, sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini:
1) Jika barang masih di tangan pembeli batallah jual beli dan khiyar pun gugur;
2) Jika barang sudah pada tangan pembeli, jual beli batal jika khiyar berasal dari
penjual, tetapi pembeli harus menggantinya.
3) Jika barang suadah ada di tangan pembeli dan khiyar dari pembeli, jual-beli
menjadi lazim dan khiyar pun gugur.
e. Adanya Cacat pada Barang
Dalam masalah ini terdapat beberapa penjelasan. Jika khiyar berasal dari penjual
dan cacat terjadi dengan sendirinya, khiyar gugur dan jual-beli batal. Akan tetapi, jika
cacat karena perbuatan pembeli atau orang lain, tidak gugur dan pembeli berhak khiyar
dan bertanggung jawab atas kerusakannya. Begitu juga dengan orang lain. Jika khiyar
berasal dari pembeli dan ada cacat, khiyar gugur, tetapi jual beli tidak gugur, sebab
barang menjadi tanggung jawab pembeli.
6
e. Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih antra sesama.
Adapun ketidakjujuran atau kecuarangan pada akhirnya akan berakibat dengan
penyesalan yang mengarah pada kemarahan, kedengkian.
7
juga menegaskan: bahwa apa yang telah dipandang baik oleh muslim maka baiklah
dihadapan Allah, dan begitu juga sebaliknya.
2. Hak Khiyar dalam Jual Beli Online (Online Shop)
Perkembangan teknologi saat ini bisa memudahkan transaksi melalui jarak jauh,
dimana manusia bisa dapat berinteraksi secara singkat walaupun tanp face to face,
akan tetapi di dalam bisnis adalah yang terpenting memberikan informasi dan mencari
keuntungan. Oleh sebab itu, jual beli online dalam Islam diperbolehkan dengan syarat
harus diterangkan sifat-sifatnya dan ciri-cirinya. Kemudian jika barang sesuai dengan
keterangan penjual, maka sahlah jual belinya. Tetapi, jika tidak sesuai maka pembeli
mempunyai hak khiyar, artinya boleh meneruskan atau membatalkan jual belinya.
Dalam UU RI No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 7 huruf E
yang berbunyi “memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan”. UU tersebut kiranya penting
karena pada umumnya konsumen sering berada pada posisi yang dirugikan dalam
transaksi jual beli online, seperti barang yang tidak sesuai dengan pemesanan,
penipuan, dan sebagainya. Dalam hukum jual beli online, perlu ada ketentuan khiyar
agar hak-hak konsumen bisa terlindungi. Yang paling penting adalah kejujuran,
keadilan, dan kejelasan dengan memberikan data secara lengkap dan tidak ada niat
untuk menipu atau merugikan orang lain sebagaimana firman Allah dalam QS al-
Baqarah2/: 275 dan 282 harus ada dalam transaksi jual beli online.