Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TENTANG
BUPATI MANGGARAI,
MEMUTUSKAN:
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 2
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 3
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 7
Paragraf2
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 9
(2) Tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. pelabuhan pengumpan, terdiri atas:
1. Pelabuhan Kedindi-Reo di Kecamatan Reok;
2. Pelabuhan Robek di Kecamatan Reok; dan
3. Pelabuhan Iteng di Kecamatan Satarmese.
b. terminalkhusus, terdiri atas:
1. pelabuhan Depot Pertamina Kedindi di Kecamatan Reok;
2. pelabuhan rakyat Pulau Mules Desa Nuca Molas di Kecamatan
Satarmese Barat;
3. pelabuhan Rakyat Dintor Desa Satar Lenda di Kecamatan
Satarmese Barat;
4. pelabuhanpendaratan ikan Reo di Kecamatan Reok;
5. pelabuhanpendaratan ikan Nanga Ramut di Kecamatan
Satarmese Barat; dan
6. pelabuhanpendaratan ikan Konggang di Kecamatan Satarmese
Barat.
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. alur pelayaran nasional, antara lain:
1. Reo-Tanjung Perak;
2. Reo–Bima–Makassar-Pare Pare-Bau Bau–Lembar–Badas; dan
3. Reo – pelabuhan lainnya.
b. alur pelayaran regional, antara lain:
1. Reo-Tenau-Marapokot-LabuanBajo–Kalabahi-Waingapu–
Maumere–Atapupu-Kalatoa;
2. Reo-Selayar–Bonerate-Tanjung Wangi–Biringkasi–Bulukumba;
dan
3. Reo – pelabuhan lainnya.
Paragraf3
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 10
Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 11
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi
Pasal 12
Paragraf2
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 13
(2) Sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdapat di Kota Ruteng Kecamatan Langke Rembong dan Kota Reo
Kecamatan Reok.
(3) Sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b,adalah Menara Telekomunikasi seperti penggunaan menara bersama
untuk Base Transciever Station yang tersebar di semua kecamatan.
(4) Sistem jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdiri atas jaringan telekomunikasi satelit pada wilayah terpencil.
Paragraf3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 14
(5) Daerah Irigasi(DI) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi :
a. DI Nasional meliputi DI Wae Mantar seluas 3.733 ha;
b. DI Provinsi meliputi DI Wae Ces seluas 2.750 ha; dan
c. DI Daerahmeliputi177 DI sebagaimana terdapat dalam Lampiran III
1. sungai yang tersebar di seluruh Kecamatan;
2. bendung Wae Mantar 1, Wae Mantar 2, dan Bendung Wae Mau;
3. mata air tersebar di seluruh Kecamatan; dan
4. air tanah.
b. pengembangan Instalasi Pengelolaan Air Minum (IPAM), meliputi:
1. PDAM Ruteng, PDAM Pagal, PDAM Cancar, PDAM Iteng dan
PDAM Reo dan Rencana pembangunan PDAM di setiap
Kecamatan;
2. Instalasi Pengelolaan Air Minum Perpipaan Perdesaan di setiap
desa; dan
3. instalasinon perpipaan di setiapkecamatan.
(7) Sistem pengendalian banjir, erosi dan longsor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e, dilakukan dengan:
a. pembangunan bangunan pengendalian banjir (dam, tanggul);
b. pengerukan sungai;
c. perkuatan lereng;
d. sistem drainase lereng;
e. penanaman vegetasi; dan
f. sistem terasering.
(8) Sistem pengamanan abrasi pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f dilakukan di daerah pesisir terutama pada pantai rawan abrasi
dilakukan, melalui :
a. penggunaan bangunan pelindung pantai;
b. peremajaan pantai;
c. vegetasi pantai; dan
d. pengelolaan ekosistem pesisir.
Paragraf 4
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 15
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 16
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 17
Paragraf1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 18
Paragraf2
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan
Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 19
(2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdapat di:
a. kawasan Hutan Todo dan kawasan hutan Ramut di Kecamatan
Satarmese Barat;
b. kawasan Hutan Meler Kuwus di Kecamatan Ruteng dan Kecamatan
Lelak;
c. kawasan Hutan Gapong di Kecamatan Cibal;
e. kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng di Kecamatan Langke
Rembong, Kecamatan Ruteng, Kecamatan Satarmese dan Kecamatan
Wae Ri’i.
Paragraf3
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 20
Paragraf4
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 21
(1) Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Cagar
Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d, terdiri atas:
a. kawasan pantai berhutan bakau;
b. kawasan taman nasional laut; dan
c. kawasanTWA.
(2) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. kawasan pantai berhutan bakau Hilihintir terdapat di Kecamatan
Satarmese Barat dengan luas kurang lebih 2 Ha;
b. kawasan pantai berhutan bakau Terong terdapat di Kecamatan
Satarmese Barat dengan luas kurang lebih 2 Ha;
c. kawasan pantai berhutan bakau Ceka Luju terdapat di Kecamatan
Satarmese Barat dengan luas kurang lebih 1 Ha;
d. kawasan pantai berhutan bakau Satar Luju terdapat di Kecamatan
Satarmese Barat dengan luas kurang lebih 4 Ha;
e. kawasan pantai berhutan bakau Satar Lenda terdapat di Kecamatan
Satarmese Barat dengan luas kurang lebih 2 Ha;
f. kawasan pantai berhutan bakau Satar Ruwuk terdapat di Kecamatan
Satarmese Barat dengan luas kurang lebih 3 Ha;
i. Kawasan pantai berhutan bakau Baru terdapat di Kecamatan Reok
dengan luas kurang lebih 20 Ha;
j. kawasan pantai berhutan bakau Salama terdapat di Kecamatan Reok
dengan luas kurang lebih 1 Ha;
k. kawasan pantai berhutan bakau Wangkung terdapat di Kecamatan
Reok dengan luas kurang lebih 75 Ha;
l. kawasan pantai berhutan bakau Robek terdapat di Kecamatan Reok
dengan luas kurang lebih 95 Ha;
m. kawasan pantai berhutan bakau Paralando terdapat di Kecamatan
Reok dengan luas kurang lebih 70 Ha;
n. kawasan pantai berhutan bakau Lemarang terdapat di Kecamatan
Reok dengan luas kurang lebih 90 Ha;
o. kawasan pantai berhutan bakau Tal terdapat di Kecamatan
Satarmese dengan luas kurang lebih 5 Ha;
p. kawasan pantai berhutan bakau Paka terdapat di Kecamatan
Satarmese dengan luas kurang lebih 5 Ha;
q. kawasan pantai berhutan bakau Legu terdapat di Kecamatan
Satarmese dengan luas kurang lebih 10 Ha;
r. kawasan pantai berhutan bakau Langgo terdapat di Kecamatan
Satarmese dengan luas kurang lebih 12 Ha;
s. kawasan pantai berhutan bakau Tado terdapat di Kecamatan
Satarmese dengan luas kurang lebih 2 Ha; dan
t. kawasanpantai berhutan bakau Koak terdapat di Kecamatan
Satarmese dengan luas kurang lebih 2 Ha.
(3) Kawasan taman nasional laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, terdiri atas rencana Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu di
wilayah perairan Selat Sumba terdapat di Kecamatan Satarmese dan
KecamatanSatarmese Barat dengan luas 567.165,64 Ha.
(4) Kawasan TWA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, yaitu
kawasan TWA Ruteng yangterdapat di Kecamatan Langke Rembong,
Kecamatan Wae Ri’i, Kecamatan Satarmese dan Kecamatan Ruteng
dengan luas kurang lebih 8.188 Ha.
Paragraf5
a. kawasan rawan tanah longsor;
b. kawasan rawan gelombang pasang; dan
c. kawasan rawan banjir.
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, tersebar di semua Kecamatan.
(3) Kawasan rawan gelombang pasangsebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdapat di Kecamatan Reok, Kecamatan Satarmese dan
Kecamatan Satarmese Barat.
(4) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdapat di Kecamatan Ruteng, Kecamatan Reok, Kecamatan Lelak,
Kecamatan Rahong Utara, Kecamatan Wae Ri’i, Kecamatan Satarmese dan
Kecamatan Satarmese Barat.
Paragraf6
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 23
Paragraf7
Kawasan Lindung Lainnya
Pasal 24
Paragraf1
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Pasal 26
Paragraf2
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 27
d. kawasan peternakan.
(2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdapat di:
a. Kecamatan Reokdengan luasan kurang lebih23.326Ha;
b. Kecamatan Cibal dengan luasan kurang lebih 3.769 Ha;
c. Kecamatan Wae Ri’i dengan luasan kurang lebih 4.004 Ha;
d. Kecamatan Langke Rembong dengan luasan kurang lebih 1.522 Ha;
e. Kecamatan Ruteng denganluasan kurang lebih1.439Ha;
f. Kecamatan Rahong Utara dengan luasan kurang lebih530 Ha;
g. Kecamatan Lelak dengan luasan kurang lebih 769 Ha;
h. Kecamatan Satarmese dengan luasan kurang lebih 6.200 Ha; dan
i. Kecamatan Satarmese Barat dengan luasan kurang lebih3.451Ha.
(3) Kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdapat di:
a. Kecamatan Reok dengan luasan kurang lebih20.000Ha;
b. Kecamatan Cibal dengan luasan kurang lebih 2.000 Ha;
c. Kecamatan Wae Ri’i dengan luasan kurang lebih 300 Ha;
d. Kecamatan Langke Rembong dengan luasan kurang lebih 40 Ha;
e. Kecamatan Ruteng dengan luasan kurang lebih300Ha;
f. Kecamatan Rahong Utara dengan luasan kurang lebih 125 Ha;
g. Kecamatan Lelak dengan luasan kurang lebih 150 Ha;
h. Kecamatan Satarmese dengan luasan kurang lebih 3.000 Ha; dan
i. Kecamatan Satarmese Barat dengan luasan kurang lebih162Ha.
(4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdapat di:
a. Kawasan perkebunan cengkeh, terdapat di semua kecamatan dengan
luas kurang lebih 2.229 Ha;
b. Kawasan perkebunan kopi robusta, terdapat di semua kecamatan
dengan luas kurang lebih 450 Ha;
c. Kawasan perkebunan Kopi Arabika, terdapat di semua kecamatan
dengan luas kurang lebih 1.500 Ha;
d. Kawasan perkebunan Vanili, terdapat di Kecamatan Wae Ri’i,
Kecamatan Cibal, Kecamatan Reok, Kecamatan Rahong Utara,
Kecamatan Satarmese, Kecamatan Satarmese Barat dan Kecamatan
f. Kawasan perkebunan Kelapa, terdapat di Kecamatan Reok,
Kecamatan Rahong Utara, Kecamatan Satarmese dan Kecamatan
Satarmese Barat dengan luas kurang lebih 1.400 Ha;
g. Kawasan perkebunan Kemiri, terdapat di Kecamatan Cibal, Reok,
Rahong Utara, Kecamatan Satarmese dan Kecamatan Satarmese
Barat dengan luas kurang lebih 350 Ha; dan
h. Kawasan perkebunan Jambu Mete, terdapat di Kecamatan Reok,
Kecamatan Satarmese dan Kecamatan Satarmese Barat dengan luas
kurang lebih 1.350 Ha.
(5) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
terdapat di:
a. Kecamatan Satarmese, Kecamatan Satarmese Barat, Kecamatan
Ruteng dan Kecamatan Reok sebagai kawasan pengembangan ternak
besar, unggas dan ternak kecil terbatas dengan luas kurang lebih
30.399 Ha; dan
b. Kecamatan Cibal, Kecamatan Rahong Utara,Kecamatan Langke
Rembong, Kecamatan Wae Ri’i, Kecamatan Lelak dan Kecamatan
Ruteng sebagai kawasan pengembangan ternak kecil, unggas dan
ternak besar terbatas dengan luas kurang lebih 8.675 Ha.
Paragraf3
Kawasan Peruntukan Kelautan, Perikanan dan Pesisir
Pasal 28
Paragraf4
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 29
Paragraf5
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 30
Paragraf6
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 31
Paragraf7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 32
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGISDAERAH
Pasal 34
Pasal 35
(1) Kawasan Strategis Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1)
huruf b, terdiri atas:
a. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
ekonomi;
b. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial
budaya;
c. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan
d. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi
dan daya dukunglingkungan hidup.
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. Kawasan pertanian, meliputi Kecamatan Satarmese, Satarmese
Barat, Ruteng dan Kecamatan Reok; dan
b. Kawasan pesisir/kelautan, meliputi Kecamatan Reok, Satarmese dan
Kecamatan Satarmese Barat.
(3) Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial
budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas
kawasan Todo dan Perkampungan Tradisional Wae Rebo di Kecamatan
Satarmese Barat, Lingko Cara di Kecamatan Ruteng dan Pytocantropus
Erectus serta Situs Homo Floroencisedi Liang Bua Kecamatan Rahong
Utara.
(4) Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a. Kawasan strategis geothermal Ulumbu di Kecamatan Satarmese; dan
b. Kawasan strategis Pembangkit Listrik Tenaga Air Wae Racang di
Kecamatan Rahong Utara.
(5) Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, terdiri atas:
a. Kawasan strategis pantai utara di Kecamatan Reok, meliputi Reo-
Kedindi;
d. Kawasan Taman Wisata Alam Ruteng yang meliputi Kecamatan Langke
Rembong, KecamatanRuteng,KecamatanSatarmese dan Kecamatan
Wae Rii.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANGWILAYAH DAERAH
Pasal 37
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 38
Bagian Kedua
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi
Pasal 39
(1) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (4) huruf a,
digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun
peraturan zonasi.
(2) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada
lampiran VII merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Bagian Ketiga
Perizinan
Pasal 40
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 41
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
struktur ruang, rencana pola ruang dan ketentuan umum peraturan
zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(3) Disinsentif dikenakanterhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah,
dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 45
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38ayat (4) huruf
d,merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pengenaan sanksi
administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang.
(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang
dan pola ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRWDaerah;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRWDaerah;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWDaerah;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik
umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang
tidak benar.
Pasal 46
Pasal 47
BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 48
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 50
Bagian Kelima
Pemberdayaan Peran Masyarakat
Pasal 52
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 53
(1) Bupati membentuk BKPRD dalam rangka koordinasi penataan ruang dan
kerjasama antar wilayah.
(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja BKPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkandengan Peraturan Bupati.
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 54
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang
telah ditetapkan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 55
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 56
Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang
berkaitan dengan Pemanfaatan Ruang yang telah ada tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah
ini.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 57
Ditetapkan di Ruteng
pada tanggal ………….... 2012
BUPATI MANGGARAI,
CHRISTIAN ROTOK
Diundangkan di Ruteng
pada tanggal ...................... 2012
SEKRETARIS DAERAH
DAERAH MANGGARAI,
....... (nama)
Pangkat .......
NIP. ............................
TENTANG
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksudkan dengan “penetapan sentra
produksi utama dan sentra produksi pendukung
pertanian” adalah antara lain penetapan wilayah-
wilayah menjadi lumbung pangan Daerah sebagai
sentra produksi utama pertanian dan wilayah lain
sebagai sentra pendukung pertanian sesuai potensi
yang dimiliki, misalnya Kecamatan Satarmese,
Kecamatan Ruteng, Kecamatan Satarmese Barat
dan Kecamatan Reok menjadi lumbung pangan
daerah sebagai produksi utama pertanian dan
kecamatan lain sebagai sentra produksi
pendukung pertanian.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “kawasan
minapolitan”adalah suatu bagian wilayah yang
mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari
sentra produksi, pengolahan, pemasaran
komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau
kegiatan pendukung lainnya.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksudkan dengan “varietas lokal” adalah
tanaman unggulan yang ada di wilayah daerah
antara lain padi roslin, padi longko rembung dan
padi laka wara.
Huruf c
Yang dimaksudkan dengan “teknologi tepat guna
ramah lingkungan” adalah antara lain teknologi
perbanyakan massal kopi secara in vitro melalui
Somatic Embryogenesis (Kopi SE)yang menjadi
unggulan Daerah di seluruh wilayah kecamatan.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14 a. Sistem non perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf b merupakan suatu kesatuan sistem fisik, non fisik,
dan prasarana sarana air minum baik yang bersifat individual
maupun komunal khusus yang unit distribusinya dengan
atau tanpa perpipaan terbatas dan sederhana.
b. Sistem non perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur
pompa, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil
tangki air, instalasi air atau bangunan perlindungan mata air.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup Jelas.
Pasal 17
Cukup Jelas.
Pasal 18
Cukup Jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “TWA Ruteng”yaitu Kawasan TWA
Ruteng yang berada dalam wilayah Kabupaten Manggarai
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksudkan dengan “kawasan peruntukan lain” adalah
wilayah yang digunakan untuk kebutuhan kebutuhan yang
belum di akomodir seperti antara lain kawasan pertahanan
keamanan.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Pengendalian pemanfaatan ruang dimaksudkan agar
pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata
ruang.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur
pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang
disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana
rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus,
boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan
ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang
(koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien
lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan), penyediaan
sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan
untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan.
Untuk mengendalikan perkembangan kawasan budi daya yang
dikendalikan pengembangannya, diterapkan mekanisme
disinsentif secara ketat, sedangkan untuk mendorong
perkembangan kawasan yang didorong pengembangannya
diterapkan mekanisme insentif.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Yang dimaksud dengan “perizinan” adalah perizinan yang terkait
dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan harus dimiliki sebelum
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Pasal 42
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.