Anda di halaman 1dari 8

BAB 4

STRUKTUR GEOLOGI

Geologi struktur adalah ilmu yang mempelakari tentang bentuk arsitektur

kulit bumi yang disebabkan oleh deformasi serta gejala-gejala yang menyebabkan

terjadinya perubahan pada kulit bumi dari gaya endogen. Pembahasan struktur

geologi disini lebih ditekankan pada struktur sekunder, yaitu strukutr sesar dan

kekar.

4.1 Struktur Geologi Regional

Pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah dengan penurunan cekungan,

pensesaran, perlipatan, dan vulkanisme. Umumnya, terdapat 3 arah pola umum

struktur yaitu arah timurlaut-baratdaya (Pola Meratus), arah utara-selatan (Pola

Sunda), dan arah timur-barat (Pola Jawa) (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Gambaran umum struktur geologi di Pulau Jawa (Sribudiyani, dkk, 2003)

64
65

Berdasarkan pada peta geologi regional Magelang-Semarang (Thanden,

dkk, 1996), perkembangan tektonik dimulai pada periode Antara Miosen Bawah

dan Pliosen Atas. Deformasi tektonik itu berpengaruh pada terbentuknya sistem

Geantiklin Jawa Tengah, yaitu Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu

Selatan.

Struktur geologi regional daerah penelitian berlangsung pada pertengahan

Tersier sampai Kuarter yaitu pada periode Miosen sampai Holosen dimulai dengan

pembentukan struktur vulkanik radial Gunungapi Beser, kemudian Gunungapi

Perahu, dan Gunungapi Jembangan.

4.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian

Struktur geologi daerah penelitian terdiri dari struktur primer dan struktur

sekunder. Struktur primer dapat diamati langsung di lapangan, sedangkan untuk

struktur sekunder digunakan interpretasi data memulai DEM (Digital Elevation

Model) dengan melihat kelurusan-keseluruhan yang ada dan memperkirakan jenis

strukturnya berdasarkan kelurusan-kelurusan tersebut.

4.2.1. Struktur primer

Struktur primer yang ditemukan pada daerah penelitian adalah struktur

masif. Struktur masif sangat umum ditemukan pada semua jenis batuan di daerah

penelitian.
66

4.2.2 Struktur sekunder

Struktur sekunder yang terdapat pada daerah penelitian yaitu berupa sesar.

Sesar adalah zona rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran, arah

pergeseran sejajar terhadap bidang rekahan baik di sepanjang garis lurus (translasi)

ataupun secara memutar (rotasi). Unsut-unsur geologi yang mengindikasikan

adanya sesar pada suatu daerah yaitu bidang sesar, gores garis, gawir, kelurusan

topografi, kelurusan sungai, perbedaan offset litologi dan topografi, zona hancuran

(fault zone), penjajaran mataair, air terjun dan breksiasi.

Pada daerah penelitian tidak ditemukan adanya data struktur di lapangan

yang dapat diolah kemudian diketahui jenis sesar dan pergerakannya. Hal tersebut

dapat terjadi karena daerah penelitian berada pada zona gunungapi kuarter,

sehingga data-data struktur kemungkinan besar tertimbun oleh material-material

endapan hasil dari aktivitas vulkanisme gunungapi tersebut. Selain itu, terdapat

beberapa factor lain yang menyebabkan data struktur tidak ditemukan seperti

kondisi batuan yang lapuk, serta iklim (curah hujan) yang membuat data struktur

yang kemungkinan berada di sepanjang sungai tertutup oleh air akibat debit air yang

meningkat ataupun medan yang tidak mendukung (lokasi-lokasi yang terlalu curam

dan berbahaya).

Oleh karena itu, struktur pada daerah penelitian diketahui berdasarkan

interpretasi data sekunder yaitu melalui data citra atau DEM (Digital Elevation

Model) dengan melihat kelurusan-kelurusan yang tampak (Gambar 4.4), serta

melihat adanya perbedaan topografi ataupun ketidakselarasan kontur, serta

didukung dengan data mataair serta air terjun yang terdapat pada daerah penelitian.
67

Penamaan sesar pada daerah penelitian menggunakan nama sungai atau nama

daerah yang dilewati oleh sesar tersebut. Berdasarkan interpretasi melalui data

sekunder yang telah dilakukan, terdapat sesar besar yang berada pada daerah

penelitian, yaitu Sesar Turun Kali Trocoh diperkirakan.

Gambar 4.2 Kelurusan pada DEM yamg diinterpretasikan


sebagai sesar-sesar pada daerah penelitian

4.2.2.1. Sesar turun Kali Trocoh diperkirakan

Sesar ini memiliki kelurusan dengan arah barat daya-timur laut, melewati

Kali Trocoh dan memotong satuan batuan breksi basalt Kaligetas yang berumur

Plistosen Awal, sehingga sesar ini diperkirakan terjadi pada Kala Post-Plistosen

Awal. Hal ini didasari oleh teori sesar yang terbentuk setelah batuan yang

dipotongnya terbentuk terlebih dahulu.

4.2.2.2. Sesar turun Muneng diperkirakan

Sesar ini memiliki kelurusan dengan arah barat-timur dan melewati

Kecamatan Muneng yang berada pada daerah penelitian. Berdasarkan


68

kelurusannya, struktur ini memotong satuan batuan lava basalt Penyatan yang

berumur Zaman Tersier, Kala Miosen hingga Zaman Kuarter, Kala Plistosen,

sehinga sesar ini diperkirakan terjadi pada Kala Plistosen setelah batuan breksi

basalt Penyatan terbentuk.

4.2.2.3. Sesar turun Kali Kledok diperkirakan

Sesar ini memiliki kelurusan dengan arah timur laut-barat daya dan

melewati Kali Kledok yang berada pada daerah penelitian. Berdasarkan

kelurusannya, struktur ini memotong satuan batuan breksi basalt Kaligetas yang

berumur Zaman Kuarter, Kala Plistosen, sehingga sesar ini diperkirakan terjadi

pada Kala Plistosen setelah breksi basalt Kaligetas terbentuk.

4.2.2.4. Sesar mendatar kiri Patean diperkirakan

Sesar ini memiliki kelurusan dengan arah barat daya-timur laut dan

melewati Kecamatan Patean yang berada pada daerah penelitian. Berdasarkan

kelurusannya, struktur ini memotong satuan batuan breksi basalt Kaligetas yang

berumur Zaman Kuarter, Kala Plistosen, sehingga sesar ini diperkirakan terjadi

pada Kala Plistosen setelah breksi basalt Kaligetas terbentuk.

4.2.2.5. Sesar mendatar kanan Candiroto diperkirakan

Sesar ini memiliki kelurusan dengan arah barat daya-timur laut dan

melewati Kecamatan Candiroto yang berada pada daerah penelitian. Berdasarkan

kelurusannya, struktur ini memotong satuan batuan breksi basalt Kaligetas yang

berumur Zaman Kuarter, Kala Plistosen, sehingga sesar ini diperkirakan terjadi

pada Kala Plistosen setelah breksi basalt Kaligetas terbentuk.


69

4.2.2.6. Sesar turun Patean diperkirakan

Sesar ini memiliki kelurusan dengan arah barat- timur dan melewati

Kecamatan Patean yang berada pada daerah penelitian. Berdasarkan kelurusannya,

struktur ini memotong satuan batuan breksi basalt Kaligetas yang berumur Zaman

Kuarter, Kala Plistosen, sehingga sesar ini diperkirakan terjadi pada Kala Plistosen

setelah breksi basalt Kaligetas terbentuk.

4.3. Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi Daerah Penelitian

Daerah penelitian yang berada pada Zona Gunungapi Kuarter membuat

daerah tersebut dikelilingi oleh deretan gunungapi kuarter yang memanjang dengan

arah barat daya-tenggara, yaitu Gunung Perahu Gunung Perahu, Gunung

Jembangan, dan Gunung Beser. Oleh karena itu, struktur geologi yang ada pada

daerah penelitian, Sesar Turun Kali Trocoh, Sesar Turun Kali Kledok, Sesar Turun

Muneng, Sesar Turun Patean, Sesar Mendatar Kiri Patean, dan Sesar Mendatar

Kanan Candiroto diperkirakan, kemungkinan besar dipengaruhi oleh aktivitas

vulkanisme. Berdasarakan kelurusan DEM dan pola sesar turun akibat vulkanisme

yang berpola memancar mengitari gunungapi (radial) serta satuan batuan yang

terpotong oleh sesar, Sesar Turun Kali Trocoh diperkirakan kemungkinan terjadi

akibat aktivitas vulkanisme Gunung Perahu pada kala Post-Plistosen Awal, Sesar

Turun Muneng diperkirakan kemungkinan terjadi akibat aktivitas vulkanisme

Gunung Beser pada Kala Post-Plistosen Awal, Sesar Turun Kali Kledok

diperkirakan kemungkinan terjadi akibat aktivitas vulkanisme Gunung Beser pada

Kala Post-Plistosen Awal, Sesar Turun Patean diperkirakan kemungkinan terjadi


70

akibat aktivitas vulkanisme Gunung Perahu pada Kala Post-Plistosen Awal, Sesar

Mendatar Kiri Patean diperkirakan kemungkinan terjadi akibat aktivitas

vulkanisme Gunung Perahu pada Kala Post-Plistosen Awal, dan Sesar Mendatar

Kanan Candiroto diperkirakan kemungkinan terjadi akibat aktivitas vulkanisme

Gunung Perahu pada Kala Post-Plistosen Awal.

Sesar turun pada daerah penelitian terjadi akibat adanya proses inflasi dan

deflasi pada saat gunungapi mengalami erupsi. Proses inflasi tersebut terjadi ketika

ada magma yang bergerak naik ke permukaan bumi melalui leher vulkanik,

mendorong batuan yang dilewati yaitu batuan samping atau batuan di atasnya

sehingga menyebabkan diameter kawah melebar dan menghasilkan kekar-keakar

yang berpola memancar menjauhi pusat erupsi dan mengiatari kawah gunungapi

(radial), sedangkan proses deflasi terjadi ketika ada magma yang bergerak turun

dan mengalami pendinginan (membeku) menyebabkan kawah mengkerut atau

kembali ke posisi semula. Akibat proses inflasi dan deflasi yang terjadi terus

menerus terjadi ketidakseimbangan posisi batuan yang didukung oleh gaya

gravitasi serta topografi lereng gunungapi, sehingga kekar-kekar yang terbentuk

pada saat proses deflasi mengalami pergeseran dan berkembangan membentuk

sesar turun serta kekar-kekar tersebut juga dapat berkembang menjadi sesar

mendatar.
71

Gambar 4.3 Proses inflasi dan deflasi pada kawah gunungapi (a), rekahan radier akibat
proses inflasi (b), rekahan yang berubah menjadi sesar mengikuti morfologi lereng,
rekahan yang berkembang menjadi sesar turun, sesar oblik, sesar mendatar, serta
lipatan dan sesar naik sesuai dengan morfologi lereng gunungapi (c), dan pola struktur
geologi pada daerah gunungapi (d) (Bronto, 2013)

Anda mungkin juga menyukai