Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, social dan spiritual yang komprehensif yang
ditujukan bagi individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit
serta mencakup seluruh proses kehidupan. Layanan keperawatan kepada klien dilakukan
dengan menggunakan metode proses keperawatan, penerapan melalui asuhan keperawatan
(Asmadi, 2008).
Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
baik langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem klien di sarana atau tatanan
pelayanan kesehatan lainnya, dengan menggunakan pendekatan sistem ilmiah melalui
proses keperawatan dan berdasarkan kode etik serta standar praktik keperawatan (Depkes
RI, 2011). Pembangunan kesehatan diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya
kesehatan. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan pada upaya pencegahan
(preventif) dan peningkatan (promotif) tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) (Depkes,2009).
Upaya yang dilakukan oleh perawat dalam lingkup paradigma keperawatan selama
rentang sehat-sakit dengan mengadakan tindakan pencegahan baik primer, sekunder
maupun tertier. Pencegahan primer dapat meliputi upaya perlindungan khusus dan
perlindungan terhadap kesehatan agar terhindar dari berbagai penyakit. Tindakan
pencegahan sekunder dan tertier dilakukan dengan penegakan diagnosis secara dini dan
pengobatan yang tepat serta mencegah dari terjadinya komplikasi dari berbagai penyakit
yang ditimbulkan dan melakukan rehabilitatif (Aziz, 2004).
Tumor nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel nasofaring.
Penyakit ini adalah tumor ganas yang relatif jarang ditemukan pada beberapa tempat seperti
Amerika Utara dan Eropa dengan insiden penyakit 1 per 100.000 penduduk. Tumor ganas

1
ini lebih sering terdapat di Asia Tenggara termasuk Cina, Hongkong, Singapura, Malaysia
dan Taiwan dengan insiden antara 10 – 53 kasus per 100.000 penduduk. Di Timur Laut
India, insiden pada daerah endemik antara 25 – 50 kasus per 100.000 penduduk.Di Eskimo,
Alaska, Greenland, dan Tunisia insidennya juga meningkat yaitu 15-20 kasus per 100.000
penduduk per tahun. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas kepala dan
leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia yaitu sekitar 60% dan menduduki urutan ke-5
dari seluruh keganasan setelah tumor ganas mulut rahim, payudara, getah bening, dan kulit
(Roezin, 2001).
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai di antara
tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma nasofaring termasuk dalam lima besar
tumor ganas, sedangkan daerah kepala dan leher menduduki tempat pertama. Tumor ini
berasal dari Fossa Rosenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional
dimana epitel kuboid berubah menjadi skuamosa (Asroel, 2002 )
Gejala karsinoma nasofaring sangat bervariasi dan sering samar-samar sehingga
membingungkan pemeriksa. Kendala yang dihadapi dalam menangani kasus karsinoma
nasofaring adalah pasien datang dalam stadium yang sudah lanjut, bahkan dalam keadaan
umum yang jelek. Hal ini karena terlambatnya diagnosa ditegakkan, maka sangatlah
penting untuk menemukan dan menegakan diagnosis secara dini (Arima, 2006).
Di Indonesia, tumor ganas ini termasuk dalam urutan pertama tumor ganas pada
kepala dan leher dengan angka mortalitas yang cukup tinggi. Jenis penyakit ini sangat
tinggi populasinya di Negara-negara Asia tertentu, sehingga menimbulkan dugaan bahwa
faktor genetic ikut berperan dalam pathogenesis penyakit. Penyakit karsinoma nasofaring
(KNF) juga memiliki gejala yang berbeda-beda dari setiap pasien, sehingga para medik
sering mengalami kesulitan saat harus melakukan diagnosa tanpa bantuan specialis atau
pakar dalam hal ini dokter specialis penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT).
Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang
disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu bagian
atas faring atau tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di bagian THT, kepala serta
leher. Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker nasofaring. Namun
penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak.

2
Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke
dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya
keluarga yang menderita kanker ini.
Keadaan ruangan Interne di RSUD Arosuka terdiri dari 12 ruangan rawat inap kelas I,
kelas II dan Kelas III dengan tenaga medis dan paramedis melakukan perawatan bersama
diantara Penyakit Dalam, Paru dan Jantung dengan adalah: tenaga medis terdiri dari
spesialis penyakit dalam, spesialis paru, spesialis jantung dan dokter umum. Tenaga
paramedis yang profesional terdiri dari S 1 + Ners dan D 3 keperawatan. Dalam 6 bulan
terakhir hanya ada tiga orang pasien Ca nasofaring di RSUD Arosuka.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan
pengolaan kasus pada pasien Ca Nasofaring dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.S
dengan Ca Nasofaring di ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018”

1. 2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan Tn. S dengan Ca Nasofaring di ruang rawat
inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan Ca Nasofaring di ruang
rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan Ca Nasofaring
di ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.
c. Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Ca
Nasofaring di ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.
d. Mampu melakukan implementasi Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Ca
Nasofaring di ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.
e. Mampu melakukan evaluasi terhadap Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan
Ca Nasofaring di ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.

3
1. 3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan Ca Nasofaring dan
peneliti juga berharap asuhan keperawatan tentang pasien dengan Ca Nasofaring di
ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018 dan lebih dikembangakan oleh
peneliti lain dengan diagnosa keperawatan lainnya.
1.3.2 Bagi RSUD Arosuka
Dapat menjadi pedoman bagi pihak rumah sakit dalam menerapkan Asuhan
keperawatan pada klien dengan Ca Nasofaring.

4
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 TINJAUAN TEORITIS


2.1.1 Definisi
Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel karena di dalam organ tubuh timbul
dan berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali
dengan bentuk, sifat dan gerakan yang berbeda dari sel asalnya, serta merusak bentukdan
fungsi organ asalnya (Dalimartha, 2004).
Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semua tumor disebut kanker.Tumor
merupakan satu sel liar yang berada dibagian tubuh dan terus membesar di lokasiyang tetap
atau tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Mengakibatkan terbentuknya benjolan di bagian
tubuh tertentu dan jika tidak diobati dengan tepat sel tumor berubahmenjadi kanker.
Berbeda dengan sel tumor yang tidak menyebar kebagian tubuh lain,sel kanker akan terus
membelah diri dengan cepat dan tidak terkontrol menyebabkansel kanker sangat mudah
menyebar ke beberapa bagian tubuh melalui pembuluh darahdan pembuluh getah bening
(Aprianti, 2012).
Kanker nasofaring adalah tumor ganas yang timbul di daerah nasofaring area diatas
tenggorok dan dibelakang hidung (POI,2010). Karsinoma nasofaring (KNF) adalahtumor
ganas yang tumbuh didaerah nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap
nasofaring (Arima, 2006 dan Nasional Cancer Institute, 2009).
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh pada ephitalial pelapis
ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dan belakang langit-langit rongga mulut dengan
predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan
tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Hampir 60 %
tumor ganas daerah kepala dan leher merupakan kanker nasofaring., kemudian diikuti
tumor ganas hidung dan paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut,
tonsil, hipofaring dalam prosentase rendah (Huda Nurarif & Kusuma, 2013).

5
 Anatomi Nasofaring

Nasofaring merupakan suatu ruangan yang dilapisi mukosa dan disebelah lateral


dibatasi oleh lamina medialis processus pterygoidei, di superior oleh os sphenoideum,di
anterior oleh hoanae dan vomer tengah, di posterior oleh clivus dan di
inferior oleh palatum molle.Tuba eustachii bermuara ke arah posterolateral dan dikelilingi
oleh suatu strukturkartilago. Dibelakang tuba eustachii adalah lekuk-lekuk mukosa yang
disebut sebagaifossae rosenmulleri. Adenoid (tonsilla pharyngealis) menggantung dari
fassae tersebutdan dinding posterosuperior kubah nasofaring (Khoa dan Gady, 2012). 
Nasofaring merupakan rongga dengan dinding kaku yang berada pada atas, belakang
dan lateral. Bagian depan berhubungan 10 dengan rongga hidung melaluikoana sehingga
sumbatan hidung merupakan gangguan yang sering timbul.Penyebaran tumor ke lateral
akan menyumbat muara tuba Estachius dan akanmengganggu pendengaran serta
menimbulkan cairan di telinga tengah. Metastasis jauhdapat terjadi di daerah kepala serta
dapat menimbulkan ganggu pada saraf otak (Ballenger, 2010).

 Stadium Karsinoma Nasofaring


T = Tumor
Tumor Primer (T) TX - tumor primer tidak dapat dinilai T0 - Tidak ada bukti tumor
primer Tis - Karsinoma in situ T1 - Tumor terbatas pada nasofaring yang T2 -
Tumor meluas ke jaringan lunak orofaring dan / atau hidung fosa
 T2a Tanpa ekstensi parafaring
 T2b - Dengan perpanjangan parafaring
 T3 - Tumor menginvasi struktur tulang dan / atau sinus paranasal

6
 T4 - Tumor dengan ekstensi intrakranial dan atau keterlibatan SSP, fosa
infratemporal, hypopharynx, atau orbit (Roezin,Anida, 2007 dan National
Cancer Institute,2009).
N = Nodule
N – Pembesaran kelenjar getah bening regional (KGB).
N0 - Tidak ada pembesaran.
N1 - Terdapat metastesis unilateral KGB dengan ukuran kurang dari 6cm
merupakan ukuran terbesar diatas fossa supraklavikular
N2 - Terdapat metastesis bilateral KGB dengan ukuran kurang dari 6cm merupakan
ukuran terbesar diatas fossa supraklavikular
N3 - Terdapat metastesis N3.a- KGB dengan ukuran kurang dari 6cm N3.b- KGB
diatas fossa supraklavikular (Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer
Institute, 2009).

M = Metastasis
Mx = Adanya Metastesis jauh yang tidak ditentukan. M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh (Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer Institute,
2009).

Stadium
Stadium 0
– Tis, n0, M0 Stadium I - T1, n0, M0 Stadium IIA - T2a, n0, M0 Stadium IIB -
(T1, N1, M0), (T2, N1, M0),(T2a, N1, M0 ),( T2b, N0, M0) Stadium III - ( T1, N2,
M0 ),(T2a, N2, M0),( T2b, N2, M0),( T3, N0, M0),( T3, N1, M0),( T3, N2, M0)
Stadium IVA - (T4, N0, M0), (T4, N1, M0),( T4, N2, M0) Stadium IVB - Setiap T,
N3, M0 Stadium IVC - Setiap T, setiap N, M1(Roezin, Anida, 2007 dan National
Cancer Institute, 2009).

7
2.1.2 Etiologi
Terjadinya KNF mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya mungkin
mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya KNF adalah
bahwa faktor pencetus terbesarnya ialah suatu jenis virus yang disebut virus Epstein-Barr
(Soepardi et al 1993).
Karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus Epstein-Barr (EB)
yang cukup tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat, pasien tumor ganas leher dan
kepala lainnya dan tumor organ tubuh lainnya, bahkan pada kelainan nasofaring yang lain
sekalipun (Soepardiet al ,2012).
Selain dari itu terdapat juga faktor predisposisi yang mempengaruhi pertumbuhan
tumor ganas ini, seperti :
1. Faktor Ras
Banyak ditemukan pada ras Mongoloid, terutama di daerah Cina bagian selatan
berdasarkan hasil pengamatan caramemasak tradisional sering dilakukan dalam
ruang tertutup dandengan menggunakan kayu bakar (Soepardiet al, 1993).
2. Faktor Genetik
Tumor ini atau tumor pada organ lainnya ditemukan pada beberapa generasi dari
suatu keluarga (Soepardiet al , 1993). Walaupun karsinoma nasofaring tidak
termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada
kelompok masyarakat tertentu relatif lebih menonjol dan memiliki agregasi familial.
Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen
pengkode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan
terhadap karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan sebagian besar karsinoma
nasofaring (Pandi, 1983 dan Nasir, 2009) .
3. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor yang mempengaruhi ialah keadaan gizi, polusi dan lain-lain (Soepardiet al ,
1993).
4. Faktor Kebudayaan
Kebiasaan hidup dari pasien, cara memasak makanan serta pemakaian berbagai
macam bumbu masak mempengaruhi tumbuhnya tumor ini dan kebiasaan makan

8
makanan erlalu panas. Terdapat hubungan antara kadar nikel dalam air minum dan
makanan dengan mortalitas karsinoma nasofaring (Soepardiet al , 2012). Beberapa
penelitian juga menyebutkan hubungan antara kanker nasofaring dengan kebiasaan
memakan ikan asin secara terus menerus dimulai dari masa kanak-kanak. Konsumsi
ikan asin meningkatkan risiko 1,7 sampai 7,5 kali lebih tinggi dibanding yang tidak
mengkonsumsi ikan asin (Ondrey dan Wright, 2003 cit Ariwibowo, 2013). Ikan asin
dan makanan yang diawetkan menggunakan larutan garam akan mengubah senyawa
yang terkandung dalam ikan yakni senyawa nitrat menjadi senyawa nitrosamin.
Tubuh mengkonsumsi makanan tinggi garam dapat menurunkan kadar keasaman
lambung, sehingga dapat memicu perubahan nitrat pada ikan asin atau makanan
yang mengandung tinggi garam menjadi nitrit dan nitrosamin yang bersifat
karsinogenik pemicu kanker (Barasi, 2007). Rendahnya kadar vitamin C sewaktu
muda dan kekurangan vitamin A dapat merubah nitratmenjadi nitrit dan senyawa
nitrosamin menjadi zat karsinogen pemicu kanker (Ballenger, 2010).
5. Letak Geografis
Terdapat banyak di Asia Selatan, Afrika Utara, Eskimo karena penduduknya sering
mengonsumsi makanan yang diawetkan (daging dan ikan) terutama pada musim
dingin menyebabkan tingginya kejadian kanker nasofaring (Soepardiet al , 2012).
6. Jenis Kelamin
Tumor ini lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada perempuan disebabkan
kemungkinan ada hubungannya dengan faktor kebiasaan hidup laki-laki seperti
merokok, bekerja pada industri kimia cenderung lebih sering menghirup uap kimia
dan lain-lain (Soepardiet al , 2012).
7. Faktor Lingkungan
Faktor yang berpengaruh adalah iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu
yang dihasilkan dari memasak menggunakan kayu bakar, terutama apabila
pembakaran kayu tersebut tidak sempurna dapat menyebarkan partikel- partikel
besar (5-10 mikrometer) yang dalam segi kesehatan dapat tersangkut di hidung dan
nasofaring, kemudian tertelan. Jika pembersihan tidak sempurna karena ada
penyakit hidung, maka partikel ini akan menetap lebih lama di daerah nasofaring

9
dan dapat merangsang tumbuhnya tumor (Ballenger, 2010). Namun Penelitian
akhir-akhir ini menemukan zat-zat berikut berkaitan dengan timbulnya karsinoma
nasofaring yaitu golongan Nitrosamin,diantaranya dimetilnitrosamin dan
dietilnitrosamin, Hidrokarbon aromatic dan unsur Renik, diantaranya nikel sulfat
(Roezin, Anida, 2007 dan Nasir, 2009).
8. Radang Kronis daerah Nasofaring
Dianggap dengan adanya peradangan, mukosa nasofaring menjadi lebih rentan
terhadap karsinogen lingkungan (Iskandaret al , 1989).

2.1.3 Manifestasi klinis


Karsinoma Nasofaring bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, maka diagnosis
dan pengobatan yang sedini mungkin memegang peranan penting (Roezin,Anida, 2007).
Gejala pada telinga dapat dijumpai sumbatan Tuba Eutachius. Pasien mengeluh rasa penuh
di telinga, rasa dengung kadang-kadang disertai dengan gangguan pendengaran. Gejala ini
merupakan gejala yang sangat dini. Radang telinga tengah sampai pecahnya gendang
telinga. Keadaan ini merupakan kelainan lanjut yang terjadi akibat penyumbatan muara
tuba, dimana rongga telinga tengah akan terisi cairan. Cairan yang diproduksi makin lama
makin banyak, sehingga akhirnya terjadi kebocoran gendang telinga dengan akibat
gangguan pendengaran ( Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer Institute, 2009).
Gejala pada hidung adalah epistaksis akibat dinding tumor biasanya rapuh sehingga
oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi pendarahan hidung atau mimisan. Keluarnya
darah ini biasanya berulang-ulang, jumlahnya sedikit dan seringkali bercampur dengan
ingus, sehingga berwarna merah muda. Selain itu,sumbatan hidung yang menetap terjadi
akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga hidung dan menutupi koana. Gejala
menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai dengan gangguan penciuman dan adanya
ingus kental. Gejala telinga dan hidung ini bukan merupakan gejala yang khas untuk
penyakit ini, karena juga dijumpai pada infeksi biasa, misalnya pilek kronis, sinusitis dan
lain-lainnya. Mimisan juga sering terjadi pada anak yang sedang menderita radang
( Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer Institute, 2009 ).

10
Pembesaran kelenjar limfe leher yang timbul di daerah samping leher, 3-5 sentimeter
di bawah daun telinga dan tidak nyeri. Benjolan ini merupakan pembesaran kelenjar limfe,
sebagai pertahanan pertama sebelum tumor meluas ke bagian tubuh yang lebih jauh.
Benjolan ini tidak dirasakan nyeri, sehingga sering diabaikan oleh pasien. Selanjutnya sel-
sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot di bawahnya.
Kelenjarnya menjadi melekat pada otot dan sulit digerakan. Keadaan ini merupakan gejala
yang lebih lanjut lagi. Pembesaran kelenjar limfe leher merupakan gejala utama yang
mendorong pasien datang ke dokter (Nutrisno , Achadi, 1988 dan Nurlita, 2009).
Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar. Perluasan ke atas ke arah rongga
tengkorak dan kebelakang melalui sela-sela otot dapat mengenai saraf otak dan
menyebabkan ialah penglihatan ganda (diplopia), rasa baal (mati rasa) didaerah wajah
sampai akhirnya timbul kelumpuhan lidah, leher dan gangguan pendengaran serta
gangguan penciuman. Keluhan lainnya dapat berupa sakit kepala hebat akibat penekanan
tumor ke selaput otak rahang tidak dapat dibuka akibat kekakuan otot-otot rahang yang
terkena tumor. Biasanya kelumpuhan hanya mengenai salah satu sisi tubuh saja (unilateral)
tetapi pada beberapa kasus pernah ditemukan mengenai ke dua sisi tubuh (Arima, 2006 dan
Nurlita, 2009).
Gejala akibat metastasis apabila sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama aliran
limfe atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring, hal ini yang
disebut metastasis jauh. Yang sering ialah pada tulang, hati dan paru. Jika ini terjadi,
menandakan suatu stadium dengan prognosis sangat buruk (Pandi, 1983 dan Arima, 2006).

2.1.4 Patofisiologi
Infeksi virus Epstein Barr dapat menginfeksi sel epitel dan berhubungan
dengan transformasi ganas yangdapat menyebabkan karsinoma nasofaring. Hal ini dapat
dibuktikan dengan dijumpai adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita
karsinoma nasofaring. Pada penderita ini sel yang teerinfeksi oleh EBV akan menghasilkan
protein tertentu yang berfungsi untuk prosespoliferasi dan mempertahankan
kelangsungan virus didalam selhost. Protein laten ini dapat dipakai sebagai
pertanda dalam mendiagnosa karsinoma nasofaring.

11
Karsinoma nasofaring merupakan munculnya keganasan berupa tumor yang berasal
darisel-sel epitel yang menutupi permukaan nasofaring. Tumbuhnya tumor akan dimulai
pada salah satu dinding nasofaring yang kemudian akan menginfiltrasi kelenjar
dan jaringan sekitarnya. Penyebaran ke jaringan dan kelenjar limfa sekitarnya
kemudianterjadi perlahan.
Jika terjadi penyebarannya keatas tumor meluas ke intracranial menjalar
sepanjang fossa medialis disebut penjalaran petrosfenoid, biasanya melalui
foramen laserum, kemudian ke sinus kavernosus dan fossa kraniimedia dan fossakranii
anterior mengenai saraf-saraf kranialis anterior (N.I-N.VI) kumpulan gejala yang terjadi
akibat rusaknya saraf kranialis anterior akibat metastasis tumor ini disebut sindrom
petrosfenoid. Yang paling sering terjadi adalah diplopia dan neuralgiatrigeminal.
Jika penyebaran ke belakang tumor meluas ke belakang secara ekstrakranial menembus
fascia pharyngobasilaris yaitusepanjang fossa posterior dimana di dalamnya
terdapat nervuscranial IX-XII disebut penjalaran retroparotidian. Yang terkena adalah
grup posterior dari saraf otak yaitu N.VII-N.XII.

12
Geografis, jenis kelamin, infeksi
pekerjaan, sosial ekonomi, makanan
yang d awetkan gaya hidup dan genetik
2.1.5 WOC
Virus eistein barr

MK : Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
Kerusakan DNA pada sel dimana pola
Mengaktifkan EBV
kromosomnya abnormal
Terjadi sumbatan partial atau total

Menstimulasi pertumbuhan sel


proximal abnormal yg tak terkontrol Terbentuk sel-sel muatan

Diferensiasi dan polferasi protein Pola kromosom abnormal


Jinak (epidermoid,sel
besar,adenokarsinoma) secara kohesif, laten (EBNA -1)
tumbuh lambat dan pola teratur Kromosom ekstra terlalu sedikit
translokasi kromosom
Pertumbuhan sel kanker pd
Metastase sel kanker ke kelenjar
nasofaring
getah bening melalui aliran limfe
Sifat kanker diturunkan pd anak
Penekanan pada tuba eustacius
Pertumbuhan dan perkembangan sel
kanker pd kelenjar getah bening
Penyumbatan area tuba

Benjolan massa pd leher bagian


samping Gangguan fungsi pendengaran

Benjolan massa pd leher bagian MK : Gangguan Citra Tubuh


samping

13
MK : Gangguan menelan
Menembus kelenjar

Kelenjar melekat pada otot dan sulit Indikasi kemoterapi


digerakkan

Peransangan zona pencetus


Merusak sel-sel epitel kulit
MK : Nyeri akut kemoreseptor

Iritasi mukosa mulut Mual dan muntah Kerusakan pd kulit kepala

anoreksia MK : Kerusakan integritas jar


MK : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

14
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring mulai setinggi sinus
frontalis sampai dengan klavikula, potongan koronal, aksial, dan sagital, tanpa
dan dengan kontras. Teknik pemberian kontras dengan injector 1-2cc/kgBB, delay
time 1 menit. CT berguna untuk melihat tumor primer dan penyebaran ke
jaringan sekitarnya serta penyebaran kelenjar getah bening regional.
2. USG abdomen Untuk menilai metastasis organ-organ intra abdomen. Apabila
dapat keraguan pada kelainan yang ditemukan dapat dilanjutkan dengan CT Scan
Abdomen dengan kontras.
3. Foto Thoraks Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai adanya
kelainan maka dilanjutkan dengan CT Scan Thoraks dengan kontras.
4. Bone Scan Untuk melihat metastasis tulang. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut
diatas untuk menentukan TNM.

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi akut yang dapat terjadi adalah:
1. Mukositis : Mukositis oral merupakan inflamasi pada mukosa mulut berupa
eritema dan adanya ulser yang biasanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan
terapi kanker. Biasanya pasien mengeluhkan rasa sakit pada mulutnya dan dapat
mempengaruhi nutrisi serta kualitas hidup pasien.
2. Kandidiasis : Pasien radioterapi sangat mudah terjadi infeksi opurtunistik berupa
kandidiasis oral yang disebabkan oleh jamur yaitu Candida albicans. Infeksi
kandida ditemukan sebanyak 17-29% pada pasien yang menerima radioterapi.
3. Dysgeusia adalah respon awal berupa hilangnya rasa pengecapan, dimana salah
satunya dapat disebabkan oleh terapi radiasi.
4. Xerostomia : Xerostomia atau mulut kering dikeluhkan sebanyak 80% pasien yang
menerima radioterapi. Xerostomia juga dikeluhkan sampai radioterapi telah selesai
dengan rata-rata 251 hari setelah radioterapi. Bahkan tetap dikeluhkan setelah 12-
18 bulan setelah radioterapi tergantung pada dosis yang diterima kelenjar saliva
dan volume jaringan kelenjar yang menerima radiasi.

15
Komplikasi kronis adalah:
1. Karies gigi : Karies gigi dapat terjadi pada pasien yang menerima radioterapi.
Karies gigi akibat paparan radiasi atau yang sering disebut dengan karies radiasi
adalah bentuk yang paling destruktif dari karies gigi, dimana mempunyai onset
dan progresi yang cepat. Karies gigi biasanya terbentuk dan berkembang pada 3-6
bulan setelah terapi radiasi dan mengalami kerusakan yang lengkap pada semua
gigi pada periode 3-5 tahun.
2. Osteoradionekrosis : Osteoradionekrosis (ORN) merupakan efek kronis yang
penting pada radioterapi. Osteoradionekrosis adalah nekrose iskemik tulang yang
disebabkan oleh radiasi yang menyebabkan rasa sakit karena kehilangan banyak
struktur tulang.
3. Nekrose pada jaringan lunak : Komplikasi oral kronis lain yang dapat terjadi
adalah nekrose pada jaringan lunak, dimana 95% kasus dari osteoradionekrosis
berhubungan dengan nekrose pada jaringan lunak. Nekrose jaringan lunak
didefinisikan sebagai ulser yang terdapat pada jaringan yang terradiasi, tanpa
adanya proses keganasan (maligna). Evaluasi secara teratur penting dilakukan
sampai nekrose berkurang, karena tidak ada kemungkinan terjadinya kekambuhan.
Timbulnya nekrose pada jaringan lunak ini berhubungan dengan dosis, waktu, dan
volume kelenjar yang terradiasi.Reaksi akut terjadi selama terapi dan biasanya
bersifat reversibel, sedangkan reaksi yang bersifat kronis biasanya terjadi menahun
dan bersifat irreversibel.
4. Gagal napas dapat terjadi karena adanya metastase dari tumor nasofaring sampai
pada trakea sehingga terjadi sumbatan total pada trakea, transportasi oksigen
menjadi terhambat, jika hal ini terus dibiarkan maka dapat mengakibatkan gagal
napas.
5. Peningkatan tekanan intrakranial, dapat terjadi ketika metastase tomor sudah
mencapai lapisan otak, dan menekan/menyesak duramater otak sehingga
merangsang peningkatan tekanan intra kranial.

16
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan metode pengobatan pada penderita kanker nasofaring dapat dilihat :
Memilih obat kanker tidaklah mudah, banyak faktor yang perlu diperhatikan yakni jenis
kanker, kemosensitivitas atau resisten, populasi sel kanker, persentasi sel kanker yang
terbunuh, siklus pertumbuhan kanker, imunitas tubuh dan efek samping terapi yang
diberikan (Sukardja, 2000). Terapi medik yang dapat digunakan untuk mengobati
karsinoma nasofaring ialah :
1. Radioterapi
Terapi radiasi adalah mengobati penyakit dengan menggunakan gelombang atau
partikel energi radiasi tinggi yang dapat menembus jaringan untuk menghancurkan
sel kanker (Kelvin dan Tyson, 2011). Radio terapi masih memegang peranan
terpenting dalam pengobatan karsinoma nasofaring (SoejiptocitIskandaret al ,
1989). Radioterapi merupakan pengobatan utama, sedangkan pengobatan
tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetra siklin, faktor
transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus (Soepardiet al ,
2012). Dosis yang diberikan 200 rad / hari sampai mencapai 6000-6600 rad untuk
tumor primer, untuk kelenjar leher yang membesar diberikan 6000 rad. Jika tidak
ada pembesaran diberikan juga radiasi elektif sebesar 4000 rad
(SoejiptocitIskandaret al , 1989). 19 Kesulitan-kesulitan yang dihubungkan dengan
pemberian terapi radiasi dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut.
Kompilikasi dini dan lanjut tersebut dapat berupa mukositis dengan disertai rasa
tidak enak pada faring, hilangnya nafsu makan (anoreksia), nausea (mual) dan
membran mukosa yang kering (Adams, 1994).
2. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan obatobatan. Kemoterapi dapat
menjalar melalui tubuh dan dapat membunuh sel kanker dimanapun di dalam
tubuh. Kemoterapi juga dapat merusak sel normal dan sehat, terutama sel sehat
dalam lapisan mulut dan sistem gastrointestinal, sumsung tulang serta kantung
rambut (Kelvin dan Tyson, 2011).

17
3. Terapi Kombinasi
Merupakan terapi kombinasi dari beberapa terapi. Seperti kombinasi antara kemo-
radioterapi dengan motomycin C dan 5- fluorouracil memberikan hasil yang cukup
memuaskan dan memperlihatkan hasil yang memberi harapan kesembuhan total
pasien karsinoma nasofaring (SoetjiptocitIskandaret al, 1989).
4. Operasi
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa
kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa
tumor primer sudah dinyatakan bersih (SoetjiptocitIskandaret al , 1989). Operasi
tumor induk sisa (residu) atau kambuh (residif) diindikasikan, tetapi sering timbul
komplikasi yang berat akibat operasi (Soeperdiet al,2012).

Penatalaksanaan Diet Pada Pasien Kanker Nasofaring


1. Jenis Diet
Diet yang diberikan bagi penderita kanker adalah Diet Tinggi Kalori Tinggi
Protein (TKTP) (Almatsier, 2004). Pada pasien kanker nasofaring selama
pengobatan, seringkali kehilangan nafsu makan, mual, muntah, diare,
pembengkakan pada mulut, kesulitan menelan dan lain sebagainya yang
menyebabkan pasien perlu asupan makanan tinggi kalori dan tinggi protein untuk
meningkatkan kekebalan tubuh penderita dan mengurangi efek yang lebih parah
dari pengobatan kanker (Moore, 2002).
2. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit kanker adalah untuk mencapai dan mempertahankan status
gizi optimal dengan cara :
a. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta
daya terima pasien.
b. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan.
c. Mengurangi rasa mual, muntah dan diare.
d. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh
pasien dan keluarganya.

18
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit kanker adalah sebagai berikut :
a. Energi tinggi, yaitu 36 Kcal/kg BB untuk laki-laki dan 32 Kcal/kg BB untuk
perempuan. Apabila pasien dalam keadaan gizi kurang, maka kebutuhan energi
menjadi 40 Kcal/kg BB untuk laki-laki dan 36 Kcal/kg BB untuk perempuan.
b. Protein tinggi yaitu 1-1,5 g/kg BB.
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi totale
e. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C dan E. Bila
perlu ditambah dalam bentuk suplemen.
f. Rendah iodium bila sedang menjalani medikasi radioaktif internal.
g. Bila imunitas menurun (leukosit < 10 ul) atau pasien akan menjalani
kemoterapi agresif, pasien harus mendapat makanan yang steril.
h. Porsi makan diberikan dalam porsi kecil dan sering. (Almatsier, 2004).

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien : Nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, status
perkawinan, alamat, no telp/ hp, no MR, Ruang Rawat, Golongan darah.
b. Penanggung jawab : nama, pekerjaan, alamat, no telp
c. Data saat masuk rumah sakit : Tanggal Masuk Rumah Sakit, jam Masuk RS, Yang
Mengirim, Cara Masuk, Alasan Masuk, Diagnosa Medis

2.2.2 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama
Terdapatnya benjolan berupa tumor ganas daerah kepala dan leher.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien sering mengalami pembengkakan atau benjolan pada leher berupa tumor
ganas yang terasa nyeri dan sulit untuk digerakkan.

19
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan yang dapat memperparah penyakit seperti lingkungan yang
berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu. Kebiasaan
memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan
yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan). Penyakit
yang pernah di derita klien pada masa lalu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat penyakit keturunan, seperti faktor herediter atau riwayat kanker pada
keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker.
2.2.3 Pola Kesehatan
1. Pola Persepsi Kesehatan Manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya
dan pentingnya kesehatan bagi klien? Biasanya klien yang datang ke rumah sakit
sudah mengalami gejala pada stadium lanjut, klien biasanya kurang mengetahui
penyebab terjadinya serta penanganannya dengan cepat.
2. Pola Nutrisi Metabolic
Kaji kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia,
mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan,
perubahan kelembaban/turgor kulit. Biasanya klien akan mengalami penurunan
berat badan akibat inflamasi penyakit dan proses pengobatan kanker.
3. Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,
perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami
gangguan eliminasi.
4. Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Biasanya klien
mengalami kelemahan atau keletihan akibat inflamasi penyakit.

20
5. Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur
dalam sehari? Biasanya klien mengalami perubahan pada pola istirahat; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
6. Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan
penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan kaji bagaimana klien
dalam berkomunikasi? Biasanya klien mengalami gangguan pada indra
penciuman.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya?
Apakah klien merasa rendah diri? Biasanya klien akan merasa sedih dan rendah
diri karena penyakit yang dideritanya.
8. Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di
Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat
sekitarnya? Biasanya klien lebih sering tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
9. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan
kepuasan pada klien?. Biasanya klien akan mengalami gangguan pada hubungan
dengan pasangan karena sakit yang diderita.
10. Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan
obat-obatan untuk menghilangkan stres?. Biasanya klien akan sering bertanya
tentang pengobatan.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah
ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien? Biasanya klien lebih
mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

21
2.2.4 Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan atau keadaan umum
Secara keseluruhan keadaan tidak baik, BB menurun
2. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien tidak begitu terkontrol, mata : 2, Respon Verbal : 5, Respon motor
: 4, indra penciuman terganggu, ketajaman terganggu, berjalan sempoyongan,
tidak bisa seimbang
3. Tanda-Tanda Vital
 Suhu Tubuh : 37,5oC
 Tekanan Darah : 140/90 mmHg
 Nadi : 94 x/menit
 RR : 24 x/menit
4. Pemeriksaan Head to Toe
a. Pemeriksaan Kepala
 Tulang tengkorak : Inspeksi (bentuk mesocepal,
ukuran kranium, bulat sempurna, tidak ada deformitas,
tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kepala)
Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
 Kulit kepala : Inspeksi (kulit kepala bersih, tidak
ada lesi, tidak ada skuama, tidak ada kemerahan, tidak
ada nevus)
 Wajah : Inspeksi (ekspresi wajah bingung, keadaan
simetris, tidak ada edema, dan tidak ada massa)
Palpasi : (tidak ada kelainan sinus)
 Rambut : Inspeksi (rambut kotor, ada ketombe,
ada uban) Palpasi (rambut rontok)
 Mata : Inspeksi (bulat besar, bersih tidak
cowong, simestris, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, pupil isokor, diameter 3 mm, reflek

22
cahaya positif, gerakan mata tidak normal, fungsi
penglihatan tidak terlalu baik) Palpasi (bola mata
normal, tidak ada nyeri tekan)
 Hidung : Inspeksi (keadaan kotor, ada
lendir, ada polip, ada pernafasan cuping hidung, ada
deviasi septum, mukosa lembab, kesulitan bernafas,
warna cokelat, tidak ada benda asing) Palpasi (tidak
ada nyeri tekan)
 Telinga : Inspeksi (Simetris, bersih,
fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada serumen,
tidak terdapat kelainan bentuk) Palpasi (normal tidak
ada lipatan, ada nyeri)
 Mulut : Inspeksi (kotor, tidak ada stomatitis,
mukosa bibir lembab, lidah simetris, lidah kotor, gigi
kotor, ada sisa makanan, berbau, gigi atas dan bawah
tanggal 3/2, sebagian goyang, faring ada
pembekakan, tonsil ukuran tidak normal, uvula tidak
simetris). Palpasi (tidak ada lesi)
d. Leher dan Tenggorok : Inspeksi dan Palpasi (Tidak ada pembesaran jvp, ada
pembesaran limfe, leher panas)
e. Pemeriksaan Dada dan Thorak
 Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada tidak normal, tidak ada
batuk, nafas dada, frekuensi nafas 24 x/menit
Palpasi : Suara fremitus kanan-kiri, tidak ada nyeri tekan, .
Perkusi : Sonor pada saluran lapang paru.
Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler, tidak ada weezing.
 Jantung
Inspeksi : Normal (Iktus kordis tidak tampak).
Palpasi : Normal (Iktus kordis teraba pada V±2cm)

23
Perkusi : Normal (Pekak)
Auskultasi : Normal (BJ I-II Murni, tidak ada gallop, tidak ada
murmur)

f. Pemeriksaan Payudara
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembekakan, bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
g. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak ada bekas post operasi, warna
cokelat, permukaan normal
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, kulit normal,
Hepar tidak teraba, limpa tidak teraba, Ginjal tidak
teraba, tidak ada ascites, tidak ada nyeri pada Titik
Mc. Burney
Perkusi : Timpani, tidak ada cairan atau udara
f. Pemeriksaan Anus dan Genitalia
 Anus
Inspeksi : Warna cokelat, tidak ada bengkak atau inflamasi
Palpasi : Feses keras, tidak ada darah, tidak ada pus, tidak ada
darah
 Genitalia
o Wanita
Inspeksi : Warna merah muda, tidak berbau, tidak ada lesi,
nodul, pus, daerah bersih, bentuk simetris, tidak
varices
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Fungsi Reproduksi baik, tidak
terpasang DC
o Laki-Laki

24
Inspeksi : Ada rambut pubis, kulit penis normal, lubang penis
ditengah, kulit skrotum halus, tidak ada pembekakan,
posisi testis normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada batang penis dan
skrotum
g. Pemeriksaan Ekstremitas
 Ekstremitas Atas
Inspeksi : Jari tangan lengkap, kuku bersih, bentuk simetris,
tidak ada sianosis di lengan kanan atas, tidak ada
edema.
Palpasi : Denyut nadi 94 x/menit, kuku normal, kekuatan
menggenggam normal
 Ektremitas Bawah
Inspeksi : bentuk simetris, warna kulit cokelat, kuku bersih,
ada bulu, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada
sianosis, persendian normal.
Palpasi : Nadi 94 x/menit, tidak ada nyeri tekan
h. Tulang Belakang
Inspeksi : Postul normal, vertebra normal, lengkungan normal
Palpasi : Otot bekerja baik
i. Pemeriksaan Kulit
Inspeksi : Kulit bersih, Kulit pucat, kulit kering, tidak ada lesi
Palpasi : Tekstur tidak normal pada bagian leher, ada turgor

2.4.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang muncul kasus Ca Nasofaring. Berdasarkan rumusan diagnosa
keperawatan menurut NANDA (2015-2017) antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan (dispagia)

25
3. Gangguan menelan berhubungan dengan defek rongga nasofaring
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan benda asing dalam jalan
nafas
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan terapi radiasi .

Rencana Keperawatan
   
Masalah
No NOC NIC Aktivitas
Keperawatan
1. Nyeri akut 1. Kontrol nyeri 1 Management 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dalam waktu … nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
dengan agen jam dengan karakteristi, onset/durasi,
cidera target frekwensi, kwalitas, intensitas atau
biologis indikator : beratnya nyeri dan faktor pencetus.
a. Mengenali kapan 2. Gali pengetahuan dan kepercayaan
nyeri terjadi pasien mengenai nyeri
b. Menggambarkan 3. Gali bersama pasien faktor-faktor
faktor penyebab menurunkan atau memperberat
c. Menggunakan nyeri
tindakan 4. Pastikan perawatan analgesik bagi
pencegahan pasien dilakukan dengan
d. Menggunakan pemantauan yang ketat
analgesik yang di 5. Observasi reaksi non verbal dari
rekomendasikan ketidaknyamanan
e. Melaporkan nyeri 6. Gunakan tekhnik komunikasi
yang terkontrol terapeutik untuk mrngetahui
Skala target pengalaman nyeri
indikator : 7. Bantu keluarga dalam mencari dan
1. Tidak pernah menyediakan dukungan
menunjukkan 8. Monitor kepuasan pasien terhadap

26
2. Jarang manajemen nyeri
menunjukkan
3. Kadang – kadang 2.Pemberian 1. Tentukan lokasi karakteristik
menunjukkan analgetik kwalitas dan keparahan nyeri
4. Sering sebelum mengobati.
menunjukkan 1. Cek perintah pengobatan meliputi
5. secara konsisten obat,dosis,dan frekwensi obat
menunjkkan analgesik
2. Cek adanya riwayat alergi
2.Tingkat nyeri 3. Pilih analgesik/kombinasi yang
dalam waktu … sesuai ketika lebih dari satu
jam dengan target
indikator : 3. Manajemen 1. Berikan analgesik sesuai waktu
a. nyeri yang pengobatan paruhnya,terutama pada nyeri yang
dilaporkan berat.Alokasikan kesesuaian luas
b.panjangnya ruang per pasien, seperti yang di
episode nyeri indikasikan oleh pedoman pusat
c. Mengerang pengendalian dan pencegahan
dan menangis penyakit
d. Ekspresi 2. Bersihkan lingkungan dengan baik
nyeri wajah setelah digunakan untuk setiap
e.Mengerinyit pasien
3. Ganti peralatan perawatan
skala target perpasien sesuai protokol institusi
indikator : 4. Batasi jumlah pengunjung
2. Berat 5. Ajarkan cara cuci tangan bagi
3. Cukup berat tenaga kesehatan
4. Sedang 6. Anjurkan pengunjung untuk
5. Ringan mencuci tangan pada saat
Tidak ada memasuki dan meninggalkan

27
ruangan pasien
7. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kegiatan perawatan pasien
8. Pakai sarung tangan steril dengan
tepat
2. Ketidakseimb Status nutrisi dalam 1. Manajemen 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan
… jam dengan gangguan lainnya untuk mengembangkan
angan nutrisi
indikator : makan rencana perawatan dngan
kurang dari a. Asupan gizi
melibatkan klien dan orang-
b. Asupan
kebutuhan terdekatnya dengan tepat
makanan
tubuh b/d c. Asupan cairan 2. Rundingkan dengan tim dan klien
d. Energi untuk mengatur target pencapain
ketidakmamp
e. Rasio berat berat badan jika berat badan klien
uan makan badan atau tidak berada dalam rentang berat
tinggi badan badan yang direkomendasikan
f. Hidrasi
sesuai umur dan bentuk tubuh
Skala target
indikator : 3. Rundingkan dengan ahli gizi dalam
1. Sangat menentykan asupan kalori harian
menyimpang yang diperlukan untuk
2. Banyak mempertahankan berat badan yang
menyimpang sudah ditentukan
3. Cukup 4. Ajarkan dan dukung konsep nurisi
menyimpang
yang baik dengan klien dan orang
4. Sedikit
menyimpang terdekat
5. Tidak
menyimpang 2.Manajemen 1. Tentukan status gizi pasien dan
nutrisi kemampuan pasien untuk
2. status nutrisi : memenuhi kebutuhan gizi
asupan nutrisi 2. Identifiasi adanya alergi atau
dalam … jam
intoleransi makanan yang dimiliki
dengan
indikator : pasien
a. Asupan kalori 3. Instruksiskan pasien mengenai
b. Asupan kebutuhan nutrisi
protein 4. Tentukan jumlah kalori dan jenis
c. Asupan lemak nutrisi yang dibutuhkan untuk
d. Asupan
memenuhi persyaratan gizi
karbohidrat
e. Asupan serat 5. Berikan pilihan makan sambil
menawarkan bimbingan terhadap

28
f. Asupan pilihan makanan yang lebih sehat
vitamin jika diperlukan
g. Asupan
mineral
3.Bantuan 1. Timbang pasien dijam yang sama
h. Zat besi
i. Asupan peningkatan setiap hari
kalsium berat badan 2. Diskusikan kemungkinan penyebab
j. Asupan berat badan berkurang
natrium 3. Monitor asupan kalori setiap hari
Skala target 4. Dukung peningkatan asupan kalori
indikator : 5. Berikan istirahat yang cukup
1. Tidak adekuat
2. Sedikit
adekuat
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar
adekuat
5. Sepenuhnya
adekuat

3. Gangguan 1. Status menelan1. Bantuan 1. Monitor kemampuan pasien untuk


menelan b/d dalam … jam perawatan menelan
diri : 2. Identifikasi diet yang disarankan
defek dengan skala
pemberian 3. Pastikan posisi pasien yang tepat
nasofaring indikator : makan untuk memfasilitasi mengunyah
a. Peningkatan 2. dan menelan
4. Berikan penurun nyeri yang cukup
usaha menelan
sebelum makan dengan tepat
b. Tidak nyaman 5. Posisikan pasien dalam posisi
dengan menelan makan yang nyaman
6. Berikan sedotan minuman sesuai
Skala target
kebutuhan/sesuai keinginan
indikator : 7. Berian makan dengan suhu yang
1. Berat paling sesuai
2. Cukup berat 8. Monitor berat badan pasien dengan
tepat
3. Sedang 9. Monitor status hidrasi pasien
4. Ringan dengan tepat
5. Tidak ada

29
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas pasien

Nama : Tn.S
Umur : 68 Tahun
Pendidikan : SMP
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Talang, Solok
No. Telp/ HP : -
No. Medical Record : 063204
Ruang Rawat : Dahlia II/ Interne
Golongan Darah :
Penanggung Jawab

Nama : Ny.H
Pekerjaan : IRT
Alamat : Talang, Kab.Solok
No. Telp/ HP : 085264646755
Data Saat Masuk RS
Tanggal Masuk RS :03 April 2018
Jam Masuk RS :10.00 WIB
Yang Mengirim/Merujuk :IGD
Cara Masuk : Diantar oleh keluarga dan brankarman

30
Alasan Masuk/Chief Complain : Tidak mau/ tidak bisa makan sejak ±1 minggu
Diagnosa Medis saat Masuk : Ca Nasofaring
Ruang Rawat : Interne
Diagnosa Medis Saat Pengkajian : Ca Nasofaring

3.1.2 Riwayat Kesehatan


3.1.2.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama/Gejala :
Klien mengatakn tidak mau makan sejak ± 1 minggu yang lalu, nyeri pada rongga
mulut dan pasien mengatakan susah menelan.
b. Kondisi atau keadaan klien saat pengkajian (mengunakan alat bantu, jelaskan)

Pengkajian dilakukakan pada tanggal 13 April 2018 data yang didapatkan adalah
klien belum bisa makan ± 10 hari yang lalu hanya bisa minum, badan terasa lemah
sejak 1 bulan ini, pasien kehilangan tenaga sejak ± 1 minggu ini, batuk +, dahak +,
mual +, pasien sudah 5 kali kemoterapi dan kemoterapi yang ke 5 tiga bulan yang
lalu, berat badan menurun BB masuk=45 Kg BB sakit=42 Kg, TB = 150 cm,lingkar
lengan 24,4 cm, Diit MC 6 x 300cc, Ad Random 100 mg% (3 April 2018), nafsu
makan menurun, KU sedang, Kesadaran CM, tekanan darah 120/90mmHg, N=
82x/menit, p=25x/menit, T=36,7 ͦC, mengeluh pusing bila dibawa duduk, Nyeri : P :
Nyeri pada sekitar leher dan tenggorokan dalam menjalar ke kuduk, Q : Nyeri
dirasakan seperti tertusuk-tusuk, R : Nyeri dirasakan pada rongga mulut bagian
dalam, S : Skala nyeri 6, T : Nyeri dirasakan hilang timbul.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan menelan

3.1.2.2 Riwayat Pengobatan Terakhir

Apakah sudah berobat ? : Ya


Bila berobat kemana ? : RSUP.M Djamil

31
Penanganan yang diterima : Dirawat Obat-obatan
Berobat jalan
Bila dirawat dimana : RSUP.M Djamil
Berapa lama :-
Bila berobat jalan, obat apa yang diterima : Kemoterapi

3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Yang Lalu


1. Penyakit yang pernah dididerita :
Pasien sebelumnya mengalami penyakit yang sama yaitu Ca Nasofaring dan sudah
berobat ke RSUP M. Djamil penanganan yang diterima yaitu rawatan selama 7 kali dan
berobat jalan. Tindakan yang dilakukan kemoterapi sebanyak 5 kali, klien pernah
dioperasi pengambilan biopsi dan hasilnya karsinoma. Klien tidak ada alergi obat dan
makan. Pada saat dirumah pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa tetapi nyeri
saat makan.

3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Kejadian penyakit keturunan/menulai/lain-lain :
Orang tua ibu/ nenek pasien menderita penyakit Hipertensi.
2. Genogram keluarga
3.
Keluarga nenek pasien Keluarga kakek pasien

Keluarga istri pasien

32
Keterangan :

: Laki - laki

: Perempuan

: Perempuan Meninggal

: Laki-laki Meninggal

: Pasien

:Tinggal serumah

3.1.2.5 Riwayat Psikososial Dan Spritual


a. Psikologis
Suasana hati/ mood : Biasa
Karakter : Baik
Keadaan Emosionil : Stabil
Konsep Diri : Baik
Persepsi pasien terhadap penyakinya :
 Hal yang amat dipikirkan saat ini
Pasien memikirkan bagaimana bisa sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasanya
karena sasat ini pasien adalah tulang punggung keluarga.
 Harapan setelah menjalani Perawatan
Pasien ingin sembuh dari penyakitnya.
 Perubahan yang dirasakan setelah sakit
Pasien tidak dapat beraktivitas seperti sebelum sakit.
Mekanisme Koping : Baik

b. Sosial
 Orang yang terdekat dg pasien : Istri
 Hubungan antara keluarga : Baik
 Hubungan dgn orang lain : Baik

33
 Perhatian terhadap org lain : Baik
 Perhatian terhadap lawan bicara : Baik
 Kegemaran/hobi :
c. Spritual
 Pelaksanaan ibadah : saat sehat pasien bisa sholat berjamaah
 Kepercayaan/keagamaan dan aktifitas keagamaan yang ingin dilakukan
 Keyakinan kepada tuhan : Baik yakin akan adanya Allah SWT.

3.1.3 Pola Kesehatan Fungsional


3.1.3.1 Pola Nutrisi dan Cairan
a. Makanan
1. Sehat
Pola makanan : 3 X sehari
Makanan Pantangan : Tidak ada makan pantangan
Makanan Kesukaan : semua makan disukai
Diet khusus :-
2. Sakit
Pola makan : 3 X sehari
Diet : MC 6x300cc/jam
Keluhan : Anoreksia (+), Nausea (+), Vomitus (+), Disfagia
(+)
Makanan pantangan : tidak ada
Perubahan Barat Badan : Menurun ±3 Kg
IMT :-
Jelaskan :-
Keluhan lain : susah menelan makanan
Masalah Keperawatan : - Ketidakseimbangan nutris kurang dari kebutuhan
tubuh
- Gangguan menelan
b. Cairan / Minum
1. Sehat

34
Pola minum : ± 8 gelas/hari
Minum kesukaa : air putih
2. Sakit
Intake cairan Oral :Air putih ± 150cc/hari
NGT :Susu 6x300cc/jam = 1800cc/24 hari
Parental : RL 12 Jam/Kolf
Total : 2850 cc/hari

Keluhan lain : Tidak ada keluhan


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.3.2 Pola Eliminasi


A. BAK
1) Sehat
Jumlah urine :Tidak dihitung (4-5 kali/hari)
Warna : Kuning
Bau : Pesing
Pola bak : Tidak ada keluhan
Masalah eliminasi urine : Urgency Dysuria
Polyuria Anuria
Urinary suppression Olyguria
Retensi urine Enuresis
Inkontinensia urine Nokturia
Hematuri
d. Sakit
Jumlah urine : Tidak Dihitung
Bau : Pesing dan bau obat
Volume :Agak pekat
Warna :kuning pekat
Pola bak :
Masalah eliminasi urine : Urgency Dysuria

35
Polyuria Anuria
Urinary suppression Olygouria
Retesi urine Enuresis
Inkontinensia urine Nokturia
Hematuri
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

B. BAB
a.Sehat
Konsistensi : Pasien sering mengalami konstipasi, BAB tidak
teratur kadang BAB 1 x 2 hari atau 1 x 3 hari.
Warna : Kuning
Bau : Khas
Pola defeksi :1 X sehari
Bentuk :-
Lendir : Ya Tidak
Darah : Ya Tidak
Masalah eliminasi bowel : Melena
Diere
Konstipasi
Fecal Imfaction
Inontinensia alvi
Kembung
b. Sakit
Konsistensi : Belum BAB
Warna : Belum BAB
Bau : Belum BAB
Pola defeksi : Belum BAB
Bentuk : Belum BAB
Jumlah : Belum BAB

36
Masalah eliminisi bowel : Diare
Konstipasi
Fecal Imfation
Inkontinensia
Kembung
Hemoroid/nyeri saat BAB
Pemakaian laksatif Ya Tidak
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.3.3 Pola Aktifitas/ Latihan


a. Sehat
Pola aktifitas sehari-hari : Baik
Latihan fisik : Klien bekerja sebagai buruh proyek
Jenis : Mengangkat bahan berat
Frekuensi : setiap hari
Lama : ± 8 jam/ hari
Aktifitas yang memuat lelah : Mengangangkat bahan bangunan
Ganguan pergerakan : Tidak ada
Penyebab : Tidak ada
Gejala : Tidak ada
Efek : Tidak ada
b. Sakit
Pola aktifitas sehari-hari : Terganggu, pasien masih Bedrest
Latihan fisik : Tidak ada
Jenis : Tidak ada
Frekuensi : Tidak ada
Lama : Tidak ada
Aktifitas yang memuat lelah : Tidak ada
Ganguan pergerakan : Tidak ada
Penyebab : Tidak ada

37
Gejala : Tidak ada
Efek : Tidak ada
Tingkat ketergantungan : Sebagian
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.3.4 Pola Istirahat


a. Sehat
Pola tidur : 7-8 jam/hari
Malam (jam) : ±7-8 jam
Siang (jam) : Tidak tidur pada siang hari karena pasien bekerja
Total (jam) : 7-8 jam/hari
Ganguan tidur : Imsomnia Hipersomnia
Parasomnia Narcolepsy
Mendengkur dan Apnoe tidur
Menggigau
Dampak pola tidur : Segar
Alat bantu tidur : Obat
b. Sakit
Pola tidur :10-11 jam/hari
Malam (jam) : ±7-8 jam
Siang (jam) : ±2-3 jam
Total (jam) : ±10-11 jam/hari
Ganguan tidur : Imsomnia Hipersomnia
Parasomnia Narcolepsy
Mendengkur dan Apnoe tidur
Menggigau
Dampak pola tidur : Segar
Alat bantu tidur : Obat
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

38
3.1.3.5 Personal Hygiene
a. Sehat
Mandi : 2 x sehari
Gosok gigi : 2 x sehari
Cuci rambut : 1 x sehari
Potong kuku : bila panjang
Hambatan pemenuhan : Tidak ada keluhan
Personal hygiene : Tidak ada keluhan

b. Sakit
Mandi : 1 x dilap setiap hari
Gosok gigi : 1 x sehari
Cuci rambut : Tidak ada
Potong kuku : 1 x seminggu
Hambatan pemenuhan : Tidak bisa melakukan sendiri karena pasien
dirawat
Personal hygien : Baik
Keluhan lain : Pemenuhan kebutuhan dibantu oleh ibu pasien.
Masalah Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik

3.1.3.6 Keselamatan dan Keamanan


Kebisingan : Ada, karena lingkungan Rumah Sakit
Peralatan medis : Cukup
Pasien gelisah : Iya
Tabung O2 : Ada
Identitas klien : Tidak ada
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

39
3.1.4 Catatan Khusus
1. Apakah pasien mengerti dengan Ya Tidak
yang dibicarakan : mengerti
2. Bila dulu pernah dirawat macam
Kegiatan perawatan apakah yang
Dirasakan tergangu : Pengobatan kemoterapi
3. Bagaimana hubungan suami
Istri sebelum dan sesudah sakit : Baik
4. Apakah ada pertanyaan yang
Ajukan : Ya Tidak
5. Bila ada : pasien bertanya apakah sakitnya dapat sembuh
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.5 Pemeriksaan Fisik


1. Umum
Keadaan umum : Baik Cukup sedang
Buruk Dispnea Nyeri
Tingkat kesadaran : Kompos mentis Apatis
Somnolen Koma
Delirium Sopor
Tinggi badan : 150 Cm
Berat badan : 42 Kg
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

40
2. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,7º C
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 25x/menit
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nyeri :
P : Nyeri pada sekitar leher dan tenggorokan dalam menjalar ke kuduk
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan pada ronggs mulut bagian dalam
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan hilang timbul
Masalah Keperawatan : Nyeri akut

3. Integumen
Kulit
Inspeksi : Kulit berwarna sawo matang, dan membran mukosa lembab
Kebersihan kulit Bersih Kotor
Warna kulit Normal Coklat
Pucat Ikterik
Merah Albinisme
Sianosis Ptehie
Lesi Ya Tidak
Jaringan parut Ya Tidak
Edema Ya Tidak
Kelembaban Lembab Berminyak
Kering Normal
Lain-lain :
Palpasi : Tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan
Suhu Dingin Hangat
Tekstur Halus Kasar

41
Turgor Baik Menurun
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Kuku
Inspeksi :
Warna Normal Sianosis Pucat
Bentuk √ Normal Tidak
Lesi Ada Tidak
Keadaan Bersih Kotor
Palpasi :
Capillary Refill Normal Lembab
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

5. Rambut dan kepala


Inspeksi : Bersih
Kuantitas Tipis Lembab
Distribusi Normal Alopesia
Palpasi Jarang
Tekstur Halus Kasar
Kulit kepala Normal Peradangan
Tumor/pembengkakan
Lesi Nyeri tekan
Keadaan rambut Bersih Pecah-pecah
Pedikulosa Ketombe
Kotor Rontok
Tekstur Halus Kasar
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

42
6. Wajah / Muka
Inspeksi : Oval/normal
Simetris Ya Tidak

Ekspresi Wajah Emosi Tidak Meringis
Kelainan Jerawat Kangker Pucat
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Mata
Inspeksi : normal, simetris kiri dan kanan
Kesejajaran Normal Strabimus
Palpebra Normal Ptosis Oedema
Peradangan Lagophtalmus
Sclera Normal Icterik
Conjungtiva Normal Anemia Pus

Pupil Isokor Non Isokor Reaksi


Reaksi pupil terhadap cahaya Mengecil Melebar
Keadaan mata Bersih Kotor
Palpasi : Tidak ada pembengkakan
Nyeri tekan Ya Tidak
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Telinga
Inpeksi : Normal Lesi Masa
Keadaan Telinga Bersih Kotor
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

43
9. Hidung dan Sinus
Inspeksi :
Simetris Ya Tidak
Kesulitan bernafas Ya Tidak
Warna kulit hidung : sawo matang
Pembengkakan Ya Tidak
Mukosa Lembab Kering
Peradangan Ya Tidak
Keadaan hidung Bersih Kotor
Palpasi sinus terhadap nyeri tekan
Frontal Nyeri Tidak
Maxilaris Nyeri Tidak
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Mulut
Inspeksi : membran mukosa bibir lembab, dan berwarna pink
Bibir Normal Labioschisis
Ulkus Sianosis
Lesi Pucat
Gusi Normal Gingivitis
Perdarahan
Gigi Normal Caries Karang gigi
Ompong Sisa makanan
Lidah Simetris Tidak
Ulkus Lesi Edema
Bercak putih Hiperemis
Keadaan Mulut Bersih Kotor
Palpasi :

44
Palatum Normal Pembengkakan
Fisura Palatoshisis
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. Leher
Inspeksi :
Warna Normal Icterus
Jaringan perut Merah
Pembengkakan
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjer tyroid
Leher Panas Nyeri tekan
Kelenjer limfe submandibula Membesar Tidak
Kelenjer tiroid Membesar Tidak
JVD Ya Tidak
Lain-lain : Sakit saat menelan
Masalah Keperawatan : Gangguan menelan

12. Thorak / Dada dan Paru-paru


Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Postur Normal Elevasi Klavikula
Bentuk Ulkus Pigeon Chest
Funnel Chest Barel Cest
Pola nafas Eupnea Cheyne Stokes
Takipnea Biot’s
Bradipnea Kusmaul
Apnea Apneustil
Hiperventilasi
Sifat Pernafasan Dada Perut
Retraksi Interkostalis Ada Tidak
Batuk Ya Tidak

45
Sputum Darah
Palpasi : Normal Nyeri Tekan
Lesi Peradangan
Postur Normal Elevasi Klavikula
Bentuk Ulkus Pigeon Chest
Funnel Chest Barel Cest
Ekspansi paru pada sisi Simetris Asimetris
Kanan dan kiri
Taktil Frmitus :
Anterior Normal Keras
Lemah
Posterior Normal Keras
Lemah
Perkusi Paru Resonan / Normal
Pekak
Auskultasi :
Bunyi nafas Vesikuler Bronkovesikuler
Brongkeal Trakeal
Ronchi kering Wheezing
Ronchi basah Rales
Lain-lain : Tidak ada kelainan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13 Payudara
Inpeksi : Normal Tidak
Palpasi : Normal Pembengkakan
Lain-lain : Tidak ada kelainan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

14 Kardiovaskuler
Inspeksi jantung :

46
Pulpasi Aplika Terlihat Tidak terlihat
Inpensik dan palpasi :
Pulpasi Aplika Normal Bergeser
JVP Normal Meninggi
Palpasi :
Irama Jantung Teratur Tidak teratur
Perkusi Redup
Auskultasi :
Murmur Ya Tidak
Bunyi jantung :
S1 Normal Tidak
S2 Normal Tidak
Bunyi tambahan S2 S3
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

15 Abdomen / Perut
a. Abdomen
Inspeksi : Normal Pembesaran
Jaringan Parut Vena-vena
Auskultasi : Bising Usus Terdengar Sangat lambat
Hiperaktif Tidak ada
Perkusi Hepar Pekak .....................
Limpa Redup .....................
Abdomen Timpani Massa
Palpasi Ringan Normal Distensi bladder

b. Anus Normal Hemoroid


Lesi Kemerah-merahan
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

47
16 Genetalia
Inpeksi : Normal Tidak, Sebutkan.........
Kateter Terpasang Tidak
Palpasi : Normal Hernia
Lesi Nyeri tekan
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

17 Muskuloskeletal
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan
Otot :
Ukuran Normal Atrofi Hipertrofi

Kontraktur Ya Tidak
Tremor Ya Tidak
Tulang Normal Deformitas
Tulang belakang Normal Kifosis Skoliosis
Lordosis Fraktur
Sendi Normal Bengkak Krepitasi
ROM Normal Terbatas
Palpasi :
Otot Normal Flasiditas
Spastisitas Tulang Normal Nyeri
Tekan Iya Tindakan
Pembengkakan Bengkak
Sendi Normal Nyeri Tekan
Bengkak
Lingkar lengan atas Laki-laki : 24,4 Cm (N=28,3 cm)
Perempuan :.....................(N=28,5 cm)

48
Uji kekuatan otot (0-5) : 5555 4444
4444 4444
Lain-lain : Pasien mengeluh lemah dan letih
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas

18 Persarafan / Neurologi
GCS (3-15) : 15
Orientasi Orang Tempat Waktu

Atensi Baik Tidak


Berbicara Normal Tidak
Sensasi Nyeri Sentuhan
Tekan Suhu
Penciuman Baik Tidak Berfungsi
Pengecapan Baik Tidak Baik
Ingesti-digesti : Mengunyah Mampu Tidak Mampu Menela
Mampu Tidak Mampu
Gerak : Berjalan Mampu Tidak Mampu
Parestesia pada : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

1.3.6 Hasil Pemeriksaan Diagnostik (tulis tangan pemeriksa)


Hasil labor tanggal 3 April 2018
Elektrolit
 Natrium : 135 (135-145)
 Kalium : 3,5 (3,5- 5,5)
 Klorida : 87 (98-108)
Metabolisme karbohidrat
 Ad Random : 100 ˂ 200
Patologi klinik

49
 Haemoglobin : 9,5 g/dl (lk :13-18, pr: 12-16)
 Leukosit : 23.040 mm³ ( 5.000-10.000)
 Trombosit : 496.000 mm³ ( 150.000-400.000)
 Hematokrit : 29.7% (37-47%)
Hasil labor tanggal 4 April 2018
Faal ginjal
 Ureum : 82 (20-50mg)
 Creatinin : 1,4 (0,5-1,5)
Faal hati
 SGOT : 22 (lk˂38, pr˂31)
 SGPT : 6 (lk˂40, pr˂32)

Hasil labor tanggal 7 April 2018


Faal ginjal
 Ureum : 81 (20-50mg)
 Creatinin : 1,4 (0,5-1,5)
Hasil labor tanggal 14 April 2018
Faal hati
 Albumin : 2,4 g/dl (3,5-5,2)

1.3.7 Program Dokter tanggal 13 April 2018


IVFD RL 12 jam/Kolf
Injeksi Dexametason 2x1
Injeksi Ranitidin 2x1
Ambroxol 3x ct
Bicnat 2x1
Pct bila suhu panas

50
Aro Suka, 13 April 2018

( Kelompok 3 )
3.2 ANALISA DATA
Inisial Pasien : Tn.S Umur : 68 Tahun
Tanggal : 13 April 2018 Diagnosa Medis : Ca Nasofaring
No Register : 063204 Ruang/Kamar : Interne
Data Fokus Masalah
No Pathway
(Subjektif dan Objektif) Keperawatan
1. DS :
 Pasien mengatakan nyeri saat mestatase sel-sel kanker ke
Nyeri akut
menelan kelenjer getah bening melalui
 Skala nyeri pasien rentang 6 aliran limfe

pertumbuhan dan
DO :
perkembangan sel-sel kanker
 Ada pembengkakan di bawah
dikelenjer getah bening
telinga
 Ekspresi wajah meringis
 Tanda-tanda vital benjolan masa pada leher
TD : 120/90 mmhg bagian samping
N : 82x/menit
S : 36,7º C
P : 25x/menit menembus kelenjer dan
 Nyeri mengenai otak bawahnya
P : Nyeri pada sekitar leher
dan tenggorokan dalam
menjalar ke kuduk kelenjer melewati pada otot
Q : Nyeri dirasakan seperti dan sulit digerakkan
tertusuk-tusuk

51
R : Nyeri dirasakan pada
rongga mulut bagian
Nyeri akut
dalam
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan hilang
timbul

2. DS :
 Pasien mengatakan tidak mau Ketidakseimbangan indikasi kemoterapi
makan nutrisi kurang dari
 Pasien mengatakan badan kebutuhan tubuh
terasa lemas pemasangan elektrik zona
DO : pencetus kemoreseptor di
 Nafsu makan pasien menurun ventrikel IV otak

 Mual +
 Makanan habis 150 cc
mual, muntah
 Tb : 150 cm, BB sehat 45 kg
BB sakit 42 kg (turun 3 kg),
Lingkar lengan : 24,4 cm
 Hasil lab.tgl 3 april 2018
ketidakseimbangan nutrisi
Na=135, K=3,5, Cl=87, Ad
kurang dari kebutuhan tubuh
Random=100, Hb=9,5,
Leuko=23.040, Tb=496.000,
Ht=29,7%
 Hasil lab.tgl 14 April 2018
Albumin=2,4
 Diit MC 6x300cc

3. DS :

 Pasien mengatakan sakit saat Gangguan Mestatase sel- sel kanker


menelan kelenjer getah bening melalui

52
menelan aliran limfe

 Pasien mengatakan susah


menelan
Pertubuhan dan perkembangan
sel-sel kanker dikelenjer getah
bening
DO :

 Klien tampak susah menelan


makanan Benjolan masa pada leher
bagian samping kanan kiri
 Ada penunpukan air ludah
dimulut

 Pasien terlihat menelan Menembus kelenjer dan

berulang ulang mengenai otak bawahnya

 Pasien terlihat tersedak saat


menelan makanan

 Membran mukosa kering Kelenjer melewati pada otot


dan sulit digerakkan
 Turgor kulit jelek

Gangguan menelan

53
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Daftar Diagnosa Keperawatan
(Berdasarkan Prioritas Masalah)

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan makan (disfagia)

3. Gangguan menelan berhubungan dengan defek rongga nasofaring

54
3.4 RENCANA KEPERAWATAN
Inisial Pasien : An. A Nomor Register : 093405
Umur : 12 Tahun Tanggal : 10 Februari 2017
Diagnosa Medis : Post Operasi Apendisitis Ruang/Kamar : Bedah

Masalah
No NOC NIC Aktivitas
Keperawatan
1. Nyeri akut 1. Kontrol nyeri dalam waktu 1. Management 1. Lakukan pengkajian nyeri
1 x 24 jam diharapkan : nyeri komprehensif yang meliputi
a. Mengenali kapan nyeri lokasi, karakteristi,
terjadi dari jarang onset/durasi, frekwensi,
menunjukkan skala (2) kwalitas, intensitas atau
ditingkatkan ke sering beratnya nyeri dan faktor
menunjukkan (4). pencetus.
b. Menggambarkan faktor 2. Gali pengetahuan dan
penyebab dari jarang kepercayaan pasien mengenai
menunjukkan skala (2) nyeri
ditingkatkan kesering 3. Gali bersama pasien faktor-
menunjukkan (4). faktor menurunkan atau
c. Menggunakan tindakan memperberat nyeri
pencegahan dari jarang 4. Pastikan perawatan analgesik
menunjukkan (2) bagi pasien dilakukan dengan
ditingkatkan kesering pemantauan yang ketat
menunjukkan skala (4) 5. Observasi reaksi non verbal
d. Menggunakan analgesik dari ketidaknyamanan
yang direkomendasikan 6. Gunakan tekhnik komunikasi
dari jarang menunjukkan terapeutik untuk mrngetahui

55
skala (2) ditingkatkan pengalaman nyeri
kesering menunjukkan 7. Bantu keluarga dalam mencari
skala (4). dan menyediakan dukungan
e. Melaporkan nyeri yang 8. Monitor kepuasan pasien
terkontrol dari jarang terhadap manajemen nyeri
menunjukkan skala (2)
ditingkatkan kesering 2. Pemberian 1. Tentukan lokasi karakteristik
menunjukkan skala (4). analgetik kwalitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati.
2. Tingkat nyeri dalam 1 x 2. Cek perintah pengobatan
24 jam diharapkan : meliputi obat,dosis,dan
a. nyeri yang dilaporkan frekwensi obat analgesik
dari cukup berat skala 3. Cek adanya riwayat alergi
(2) ditingkatkan ke 4. Pilih analgesik/kombinasi
ringan skala (4) yang sesuai ketika lebih dari
b. panjangnya episode satu
nyeri dari cukup berat 5. Berikan analgesik sesuai
skala (2) ditingkatkan waktu paruhnya,terutama pada
keringan skala (4). nyeri yang berat.
c. Mengerang dan
menangis dari cukup
berat skala (2)
ditingkatkan ke ringan
skala (4).
d. Ekspresi nyeri wajah
dari cukup berat skala
(2) ditingkatkan ke
ringan skala (4)
e. Mengerinyit dari cukup
berat skala (2)
ditingkatkan keringan

56
skala (4).
2. Ketidakseimbang Status nutrisi dalam 3x24 1. Manajemen 1. Kolaborasi dengan tim
an nutrisi kurang jam diharapakan : gangguan kesehatan lainnya untuk
dari kebutuhan 1. Asupan gizi dari banyak makan mengembangkan rencana
tubuh menyimpang (2) perawatan dngan melibatkan
berhubungan ditingkatkan ke sedikit klien dan orang-terdekatnya
dengan menyimpang (4) dengan tepat
ketidakmampuan 2. Asupan makanan dari 2. Rundingkan dengan tim dan
makan banyak menyimpang (2) klien untuk mengatur target
ditingkatkan ke sedikit pencapain berat badan jika
menyimpang (4) berat badan klien tidak
3. Asupan cairan dari berada dalam rentang berat
banyak menyimpang (2) badan yang
ditingkatkan ke sedikit direkomendasikan sesuai
menyimpang (4) umur dan bentuk tubuh
4. Energi dari banyak 3. Rundingkan dengan ahli gizi
menyimpang (2) dalam menentykan asupan
ditingkatkan ke sedikit kalori harian yang
menyimpang (4) diperlukan untuk
5. Rasio berat badan atau mempertahankan berat badan
tinggi badan dari banyak yang sudah ditentukan
menyimpang (2) 4. Ajarkan dan dukung konsep
ditingkatkan ke sdikit nurisi yang baik dengan
menyimpang (4) klien dan orang terdekat
2. status nutrisi : asupan
nutrisi dalam 3x24jam 2. Manajemen 1. Tentukan status gizi pasien

diharapkan : nutrisi dan kemampuan pasien

1. Asupan kalori dari untuk memenuhi kebutuhan

sedikit adekuat (2) gizi

ditingkatkan ke 2. Identifiasi adanya alergi atau

sebagian besar adekuat intoleransi makanan yang


dimiliki pasien

57
(4) 3. Instruksiskan pasien
2. Asupan protein dari mengenai kebutuhan nutrisi
sedikit adekuat (2) 4. Tentukan jumlah kalori dan
ditingkatkan ke jenis nutrisi yang dibutuhkan
sebagian besar adekuat untuk memenuhi persyaratan
(4) gizi
3. Asupan karbohidrat dari 5. Berikan pilihan makan
sedikit adekuat (2) sambil menawarkan
ditingkatkan ke bimbingan terhadap pilihan
sebagian besar adekuat makanan yang lebih sehat
(4) jika diperlukan
4. Asupan mineral dari
sedikit adekuat (2) 1. Timbang pasien dijam yang
ditingkatkan ke 3. Bantuan sama setiap hari
sebagian besar adekuat peningkatan 2. Diskusikan kemungkinan
(4) berat badan penyebab berat badan
berkurang
3. Monitor asupan kalori setiap
hari
4. Dukung peningkatan asupan
kalori
5. Berikan istirahat yang cukup

3. Gangguan Status menelan dalam 3x24 Bantuan perawatan 1. Monitor kemampuan pasien
menelan jam dengan diharapakan : diri : pemberian untuk menelan
berhubungan 1. Peningkatan usaha makan 2. Identifikasi diet yang
dngan defek menelan dari berat (1) disarankan
nasofaring ditingkatkan ke sedang 3. Pastikan posisi pasien yang
(3) tepat untuk memfasilitasi
2. Tidak nyaman dengan mengunyah dan menelan
menelan dari berat (1) 4. Berikan penurun nyeri yang

58
ditingkat kan ke sedang (3) cukup sebelum makan
dengan tepat
5. Posisikan pasien dalam posisi
makan yang nyaman
6. Berikan sedotan minuman
sesuai kebutuhan/sesuai
keinginan
7. Berian makan dengan suhu
yang paling sesuai
8. Monitor berat badan pasien
dengan tepat
9. Monitor status hidrasi pasien
dengan tepat

59
3.5 IMPLEMENTASI
Inisial Pasien : Tn.S
Ruang : Interne

Diagnosa
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
13 April Nyeri akut 1. Managemen nyeri S:
2018 berhubungan 1. Melakukan pengkajian  Pasien mengatakan masih
dengan agen nyeri komprehensif yang nyeri saat menelan
cidera fisik meliputi  Skala nyeri pasien rentang
lokasi,karakteristi,onset/dur 6
asi,frekwensi,kwalitas,inten O:
sitas atau beratnya nyeri  Ada pembengkakan di
dan faktor pencetus. bawah telinga
2. Menggali pengetahuan dan  Ekspresi wajah masih
kepercayaan pasien meringis
mengenai nyeri  Tanda-tanda vital
3. Menggali bersama pasien TD : 120/80 mmhg
faktor-faktor menurunkan N : 75 x/menit
atau memperberat nyeri S : 36º C
4. Memastikan perawatan P : 22 x/menit
analgesik bagi pasien  Nyeri
dilakukan dengan
P : Nyeri masih ada pada
pemantauan yang ketat
sekitar leher dan
5. Mengobsrvasi reaksi non
tenggorokan dalam
verbal dari
menjalar ke kuduk
ketidaknyamanan
Q : Nyeri masih dirasakan
6. Menggunakan tekhnik
seperti tertusuk-tusuk
komunikasi terapeutik
R : Nyeri masih dirasakan
untuk mrngetahui
pada rongga mulut bagian
pengalaman nyeri
dalam

60
7. Membantu keluarga dalam S : Skala nyeri 6
mencari dan menyediakan T : Nyeri masih dirasakan
dukungan hilang timbul
8. Memonitor kepuasan pasien  IVFD RL 12 j/kolf
terhadap manajemen nyeri  Inj dexametason
 Injeksi Dexametason 2x1
2. Pemberian analgetik  Injeksi Ranitidin 2x1
1. Menentukan lokasi
 Ambroxol 3x ct
karakteristik kwalitas dan
 Bicnat 2x1
keparahan nyeri sebelum
 Pct bila suhu tinggi
mengobati.
2. Mengecek perintah
A : Masalah nyeri akut belum
pengobatan meliputi
teratasi
obat,dosis,dan frekwensi
P : Intervensi management nyeri
obat analgesik
dipertahankan pada no
3. Mengecek adanya riwayat
1,3,4,7 dan 8.
alergi
Intervensi pemberian
4. Memilih
analgesik dipertahankan
analgesik/kombinasi yang
pada no 1,2 dan 5
sesuai ketika lebih dari satu
5. Memberikan analgesik
sesuai waktu
paruhnya,terutama pada
nyeri yang berat.
Ketidakseim Manajemen gangguan makan S:
bangan 1. Berkolaborasi dengan tim  Pasien masih mengatakan
nutrisi kesehatan lainnya untuk tidak mau makan
kurang dari mengembangkan rencana
 Pasien mengatakan badan
kebutuhan perawatan dngan melibatkan masih terasa lemas
tubuh klien dan orang-terdekatnya
dengan tepat

61
2. Merundingkan dengan tim O:
dan klien untuk mengatur  Nafsu makan pasien masih
target pencapain berat badan menurun
jika berat badan klien tidak
 Mual +
berada dalam rentang berat
 Makanan habis 150 cc
badan yang
direkomendasikan sesuai  Tb : 150 cm, BB sehat 45
umur dan bentuk tubuh kg BB sakit 42 kg (turun 3
kg),
3. Merundingkan dengan ahli
gizi dalam menentykan  Lingkar lengan : 24,4 cm

asupan kalori harian yang  Ad Random : 100 mg%


diperlukan untuk
 Diit MC 6x300cc
mempertahankan berat badan
 Alergi –
yang sudah ditentukan
4. Mengajarkan dan mendukung A : masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
konsep nurisi yang baik
tubuh belum teratasi
dengan klien dan orang
P : Intervensi manajemen
terdekat
gangguan makan dipertahnkan
Manajemen nutrisi pada no 2,3 dan 4
1. Menentukan status gizi
Intervensi manajemen nutrisi
pasien dan kemampuan dipertahankan pada no 1,3,4
pasien untuk memenuhi dan 5
kebutuhan gizi Intervensi bantuan peningkatan
2. Mengidentifikasi adanya berat badan dipertahankan
alergi atau intoleransi pada no, 1,3,4 dan 5

makanan yang dimiliki


pasien
3. Menginstruksikan pasien
mengenai kebutuhan nutrisi
4. Menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang

62
dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
5. Memberikan pilihan makan
sambil menawarkan
bimbingan terhadap pilihan
makanan yang lebih sehat
jika diperlukan
Bantuan peningkatan berat
badan
1. Menimbang pasien dijam
yang sama setiap hari
2. Mendiskusikan kemungkinan
penyebab berat badan
berkurang
3. Memonitor asupan kalori
setiap hari
4. Mendukung peningkatan
asupan kalori
5. Memberikan istirahat yang
cukup

Gangguan Bantuan perawatan diri : S:


menelan pemberian makan  Pasien mengatakan masih
1. Memonitor kemampuan sakit saat menelan
pasien untuk menelan  Pasien mengatakan masih
2. Mengidentifikasi diet yang susah menelan
disarankan
3. Memastikan posisi pasien O :
yang tepat untuk  Klien masih tampak susah
memfasilitasi mengunyah menelan makanan

63
dan menelan  Ada penunpukan air ludah
4. Memberikan penurun nyeri dimulut
yang cukup sebelum makan  Pasien masih terlihat
dengan tepat menelan berulang ulang
5. Memposisikan pasien dalam  Pasien terlihat tersedak saat
posisi makan yang nyaman menelan makanan
6. Memberikan sedotan  Turgor kulit masih jelek
minuman sesuai  Membran mukosa kering
kebutuhan/sesuai keinginan A : masalah gangguan menelan
7. Memberikan makan dengan belum teratasi
suhu yang paling sesuai P : intervensi bantuan perawatan
8. Memonitor berat badan diri : pemberian makan
pasien dengan tepat dipertahankan pada no
9. Memonitor status hidrasi 1,4,5,6,7,8 dan 9
pasien dengan tepat

Diagnosa
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
14 April Nyeri akut 1. Managemen nyeri S:
2018 berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri  Pasien mengatakan nyeri
dengan agen komprehensif yang meliputi masih saat menelan
cidera fisik lokasi,karakteristi,onset/durasi,  Skala nyeri pasien
frekwensi,kwalitas,intensitas rentang 6
atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus. O:
2. Menggali bersama pasien  Ada pembengkakan di
faktor-faktor menurunkan atau bawah telinga
memperberat nyeri  Ekspresi wajah masih
3. Memastikan perawatan meringis

64
analgesik bagi pasien  Tanda-tanda vital
dilakukan dengan pemantauan TD : 120/80 mmhg
yang ketat N : 77 x/menit
4. Membantu keluarga dalam S : 36,4º C
mencari dan menyediakan P : 22 x/menit
dukungan  Nyeri
5. Memonitor kepuasan pasien P : Nyeri masih ada pada
terhadap manajemen nyeri sekitar leher dan
tenggorokan dalam
2. Pemberian analgetik menjalar ke kuduk
1. Menentukan lokasi Q : Nyeri masih dirasakan
karakteristik kwalitas dan seperti tertusuk-tusuk
keparahan nyeri sebelum R : Nyeri masih dirasakan
mengobati. pada rongga mulut
2. Mengecek perintah bagian dalam
pengobatan meliputi obat, S : Skala nyeri 6
dosis, dan frekwensi obat T : Nyeri masih dirasakan
analgesik hilang timbul
3. Memberikan analgesik sesuai  IVFD RL 12 j/kolf
waktu paruhnya, terutama  Inj dexametason
pada nyeri yang berat.
 Injeksi Dexametason 2x1
 Injeksi Ranitidin 2x1
 Ambroxol 3x ct
 Bicnat 2x1
 Pct bila suhu tinggi
A : Masalah nyeri akut belum
teratasi
P : Intervensi management nyeri
dipertahankan pada no 1,3
dan 4
Intervensi pemberian

65
analgesik dipertahankan
pada no 1,2 dan 3

Ketidakseim Manajemen gangguan makan S:


bangan 1. Merundingkan dengan tim dan  Pasien masih
nutrisi klien untuk mengatur target mengatakan tidak mau
kurang dari pencapain berat badan jika makan

kebutuhan berat badan klien tidak berada  Pasien mengatakan


tubuh dalam rentang berat badan badan masih terasa lemas
yang direkomendasikan sesuai O:
umur dan bentuk tubuh
 Nafsu makan pasien
2. Merundingkan dengan ahli gizi masih menurun
dalam menentykan asupan
 Mual +
kalori harian yang diperlukan
untuk mempertahankan berat  Makanan habis 150 cc

badan yang sudah ditentukan  Tb : 150 cm, BB sehat


3. Mengajarkan dan mendukung 45 kg BB sakit 42 kg
(turun 3 kg),
konsep nurisi yang baik
dengan klien dan orang  Lingkar lengan : 24,4 cm
terdekat  Diit MC 6x300cc
Manajemen nutrisi
 Alergi –
1. Menentukan status gizi pasien
dan kemampuan pasien untuk A : masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
memenuhi kebutuhan gizi tubuh belum teratasi
2. Menginstruksikan pasien
P: Intervensi manajemen
mengenai kebutuhan nutrisi
gangguan makan
4. Menentukan jumlah kalori dan
dipertahankan pada no 1
jenis nutrisi yang dibutuhkan
dan 3
untuk memenuhi persyaratan
Intervensi manajemen
gizi
nutrisi dipertahankan pada
5. Memberikan pilihan makan
no 1,2 dan 3

66
sambil menawarkan Intervensi bantuan
bimbingan terhadap pilihan peningkatan berat badan
makanan yang lebih sehat jika dipertahankan pada no
diperlukan 1,2,3 dan 4
Bantuan peningkatan berat
badan
1. Menimbang pasien dijam yang
sama setiap hari
2. Memonitor asupan kalori
setiap hari
3. Mendukung peningkatan
asupan kalori
4. Memberikan istirahat yang
cukup
Gangguan Bantuan perawatan diri : S:
menelan pemberian makan  Pasien mengatakan
1. Memonitor kemampuan pasien masih sakit saat menelan
untuk menelan  Pasien mengatakan
2. Memberikan penurun nyeri masih susah menelan
yang cukup sebelum makan
dengan tepat O:
3. Memposisikan pasien dalam  Klien masih tampak
posisi makan yang nyaman susah menelan makanan
4. Memberikan sedotan minuman  Ada penunpukan air
sesuai kebutuhan/sesuai ludah dimulut
keinginan  Pasien masih terlihat
5. Memberikan makan dengan menelan berulang ulang
suhu yang paling sesuai  Pasien terlihat tersedak
6. Memonitor berat badan pasien saat menelan makanan
dengan tepat
 Turgor kulit masih jelek
7. Memonitor status hidrasi
 Membran mukosa kering

67
pasien dengan tepat A : masalah gangguan menelan
belum teratasi
P : intervensi bantuan perawatan
diri : pemberian makan
dipertahankan pada no
1,2,3,4,5 dan 7

Diagnosa
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
15 April Nyeri akut 1. Managemen nyeri S:
2018 berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri  Pasien mengatakan nyeri
dengan agen komprehensif yang meliputi saat menelan berkurang
cidera fisik lokasi,karakteristi,onset/duras  Skala nyeri pasien
i,frekwensi,kwalitas,intensita rentang 4
s atau beratnya nyeri dan O :
faktor pencetus.  Ada pembengkakan di
2. Memastikan perawatan bawah telinga
analgesik bagi pasien  Ekspresi wajah sedikit
dilakukan dengan meringis
pemantauan yang ketat  Tanda-tanda vital
3. Membantu keluarga dalam TD : 120/80 mmhg
mencari dan menyediakan N : 75 x/menit
dukungan S : 36º C
P : 22 x/menit
2. Pemberian analgetik  Nyeri
1. Menentukan lokasi
P : Nyeri berkurang pada
karakteristik kwalitas dan
sekitar leher dan
keparahan nyeri sebelum
tenggorokan dalam
mengobati.
menjalar ke kuduk
2. Mengecek perintah
Q : Nyeri dirasakan seperti
pengobatan meliputi obat,

68
dosis, dan frekwensi obat tertusuk-tusuk berkurang
analgesik R : Nyeri dirasakan
3. Memberikan analgesik sesuai berkurang pada rongga
waktu paruhnya, terutama mulut bagian dalam
pada nyeri yang berat. S : Skala nyeri 4
T : Nyeri masih dirasakan
hilang timbul
 IVFD RL 12 j/kolf
 Inj dexametason
 Injeksi Dexametason 2x1
 Injeksi Ranitidin 2x1
 Ambroxol 3x ct
 Bicnat 2x1
 Pct bila suhu tinggi
A : Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P : Intervensi management nyeri
dipertahankan pada no 1,3
dan 4
Intervensi pemberian
analgesik dipertahankan
pada no 1,2 dan 3

Ketidakseim Manajemen gangguan makan S:


bangan 1. Merundingkan dengan tim dan  Pasien masih
nutrisi klien untuk mengatur target mengatakan sedikit mau
kurang dari pencapain berat badan jika makan

kebutuhan berat badan klien tidak berada  Pasien mengatakan


tubuh dalam rentang berat badan badan lemas berkurang
yang direkomendasikan sesuai

69
umur dan bentuk tubuh O:
2. Mengajarkan dan mendukung  Nafsu makan pasien
konsep nurisi yang baik masih menurun
dengan klien dan orang
 Makanan habis 150 cc
terdekat
 Tb : 150 cm, BB sehat
Manajemen nutrisi
45 kg BB sakit 42 kg
1. Menentukan status gizi pasien (turun 3 kg),
dan kemampuan pasien untuk
 Lingkar lengan : 24,4 cm
memenuhi kebutuhan gizi
2. Menginstruksikan pasien  Diit MC 6x300cc

mengenai kebutuhan nutrisi  Alergi –


4. Menentukan jumlah kalori dan
A : masalah ketidakseimbangan
jenis nutrisi yang dibutuhkan nutrisi kurang dari kebutuhan
untuk memenuhi persyaratan tubuh teratasi sebagian
gizi P: Intervensi manajemen
Bantuan peningkatan berat gangguan makan
badan dipertahankan pada no 1
1. Menimbang pasien dijam yang dan 3
sama setiap hari Intervensimanajemen
2. Memonitor asupan kalori nutrisi dipertahankan pada
setiap hari no 1,2 dan 3
3. Mendukung peningkatan Intervensi bantuan
asupan kalori peningkatan berat badan
4. Memberikan istirahat yang dipertahankan pada no
cukup 1,2,3 dan 4.

Gangguan Bantuan perawatan diri : S:


menelan pemberian makan  Pasien mengatakan
1. Memonitor kemampuan pasien masih sakit saat menelan
untuk menelan  Pasien mengatakan

70
2. Memberikan penurun nyeri masih susah menelan
yang cukup sebelum makan
dengan tepat O:
3. Memposisikan pasien dalam  Klien masih tampak
posisi makan yang nyaman susah menelan makanan
4. Memberikan sedotan minuman  Ada penunpukan air
sesuai kebutuhan/sesuai ludah dimulut
keinginan  Pasien masih terlihat
5. Memberikan makan dengan menelan berulang ulang
suhu yang paling sesuai  Pasien terlihat tersedak
6. Memonitor berat badan pasien saat menelan makanan
dengan tepat  Turgor kulit masih jelek
7. Memonitor status hidrasi pasien  Membran mukosa kering
dengan tepat
A : masalah gangguan menelan
belum teratasi
P : intervensi bantuan perawatan
diri : pemberian makan
dipertahankan pada no
1,2,3,4,5,6 dan 7.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

71
Pada pengkajian, tidak semua data yang ditemukan pada kasus sesuai dengan konsep
teoritis dimana pada kasus klien mengalami Ca Nasofaring. Pada pengkajian tanggal 13 April
2018 di Ruang Interne RSUD Arosuka terlihat Tn. S meringis dan kesakitan pada saat menelan.,
TD : 120/90 mmHg, N: 82 x /menit, P : 25 x/menit, S : 36,7 0C, ada riwayat Ca Nasofaring 1
tahun yang lalu.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan berdasarkan teori :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan (dispagia)
3. Gangguan menelan berhubungan dengan defek rongga nasofaring
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan benda asing dalam jalan
nafas
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan terapi radiasi .

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan maka dapat ditegakkan tiga diagnosa
keperawatan berdasarkan Nanda (2015-2017) yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan (dispagia)
3. Gangguan menelan berhubungan dengan defek rongga nasofaring

4.3 Intervensi Keperawatan


Dengan tiga masalah keperawatan yang sudah ditegakkan maka dapat dirumuskan
beberapa intervensi keperawatan yang akan diberikan pada klien untuk dapat mengatasi masalah
keperawatan yang dialami oleh klien. Semua perencanaan keperawatan pada kasus selalu
mengacu pada teoritis, sesuai dengan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan. Rencana
tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul, situasi dan kondisi
didukung oleh sikap keluarga dan pasien yang kooperatif. Perencanaan berdasarkan teori yang
diperoleh dari beberapa literatur yang mendukung.

72
4.4 Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan juga dilakukan sesuai rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun yang disesuaikan dengan kondisi Tn.S. :
A. Implementasi tanggal 13 April 2018
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
a. Managemen nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi,karakteristi,onset/durasi,frekwensi,kwalitas,intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus.
2. Menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
3. Menggali bersama pasien faktor-faktor menurunkan atau memperberat nyeri
4. Memastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan
yang ketat
5. Mengobsrvasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
6. Menggunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mrngetahui pengalaman
nyeri
7. Membantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
8. Memonitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri

b. Pemberian analgetik
1. Menentukan lokasi karakteristik kwalitas dan keparahan nyeri sebelum
mengobati.
2. Mengecek perintah pengobatan meliputi obat,dosis,dan frekwensi obat
analgesik
3. Mengecek adanya riwayat alergi
4. Memilih analgesik/kombinasi yang sesuai ketika lebih dari satu
5. Memberikan analgesik sesuai waktu paruhnya,terutama pada nyeri yang berat.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan (disfagia)
a. Manajemen gangguan makan

73
1. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mengembangkan rencana
perawatan dngan melibatkan klien dan orang-terdekatnya dengan tepat
2. Merundingkan dengan tim dan klien untuk mengatur target pencapain berat
badan jika berat badan klien tidak berada dalam rentang berat badan yang
direkomendasikan sesuai umur dan bentuk tubuh
3. Merundingkan dengan ahli gizi dalam menentykan asupan kalori harian yang
diperlukan untuk mempertahankan berat badan yang sudah ditentukan
4. Mengajarkan dan mendukung konsep nurisi yang baik dengan klien dan
orang terdekat
b. Manajemen nutrisi
1. Menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
3. Menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
4. Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
5. Memberikan pilihan makan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan
makanan yang lebih sehat jika diperlukan
c. Bantuan peningkatan berat badan
1. Menimbang pasien dijam yang sama setiap hari
2. Mendiskusikan kemungkinan penyebab berat badan berkurang
3. Memonitor asupan kalori setiap hari
4. Mendukung peningkatan asupan kalori
5. Memberikan istirahat yang cukup

3. Gangguan menelan berhubungan dengan defek rongga nasofaring


a. Bantuan perawatan diri : pemberian makan
1. Memonitor kemampuan pasien untuk menelan
2. Mengidentifikasi diet yang disarankan
3. Memastikan posisi pasien yang tepat untuk memfasilitasi mengunyah dan
menelan

74
4. Memberikan penurun nyeri yang cukup sebelum makan dengan tepat
5. Memposisikan pasien dalam posisi makan yang nyaman
6. Memberikan sedotan minuman sesuai kebutuhan/sesuai keinginan
7. Memberikan makan dengan suhu yang paling sesuai
8. Memonitor berat badan pasien dengan tepat
9. Memonitor status hidrasi pasien dengan tepat

B. Implementasi tanggal 14 April 2018


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
a. Managemen nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi,karakteristi,onset/durasi,frekwensi,kwalitas,intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus.
2. Menggali bersama pasien faktor-faktor menurunkan atau memperberat nyeri
3. Memastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan
yang ketat
4. Membantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
5. Memonitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
b. Pemberian analgetik
1. Menentukan lokasi karakteristik kwalitas dan keparahan nyeri sebelum
mengobati.
2. Mengecek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekwensi obat
analgesik
3. Memberikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang
berat.

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan makan (disfagia)
a. Manajemen gangguan makan

75
1. Merundingkan dengan tim dan klien untuk mengatur target pencapain berat
badan jika berat badan klien tidak berada dalam rentang berat badan yang
direkomendasikan sesuai umur dan bentuk tubuh
2. Merundingkan dengan ahli gizi dalam menentykan asupan kalori harian yang
diperlukan untuk mempertahankan berat badan yang sudah ditentukan
3. Mengajarkan dan mendukung konsep nurisi yang baik dengan klien dan
orang terdekat
b. Manajemen nutrisi
1. Menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
3. Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
4. Memberikan pilihan makan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan
makanan yang lebih sehat jika diperlukan
c. Bantuan peningkatan berat badan
2. Menimbang pasien dijam yang sama setiap hari
3. Memonitor asupan kalori setiap hari
4. Mendukung peningkatan asupan kalori
5. Memberikan istirahat yang cukup

3. Gangguan menelan berhubungan dengan defek pada nasofaring


a. Bantuan perawatan diri : pemberian makan
1. Memonitor kemampuan pasien untuk menelan
2. Memberikan penurun nyeri yang cukup sebelum makan dengan tepat
3. Memposisikan pasien dalam posisi makan yang nyaman
4. Memberikan sedotan minuman sesuai kebutuhan/sesuai keinginan
5. Memberikan makan dengan suhu yang paling sesuai
6. Memonitor berat badan pasien dengan tepat
7. Memonitor status hidrasi pasien dengan tepat

76
C. Implementasikan tanggal 15 April 2018
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
a. Managemen nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristi,
onset/durasi, frekwensi, kwalitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
2. Memastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang
ketat
3. Membantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
b. Pemberian analgetik
1. Menentukan lokasi karakteristik kwalitas dan keparahan nyeri sebelum
mengobati.
2. Mengecek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekwensi obat analgesik
3. Memberikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang berat.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan makan (disfagia)
a. Manajemen gangguan makan
1. Merundingkan dengan tim dan klien untuk mengatur target pencapain berat
badan jika berat badan klien tidak berada dalam rentang berat badan yang
direkomendasikan sesuai umur dan bentuk tubuh
2. Mengajarkan dan mendukung konsep nurisi yang baik dengan klien dan orang
terdekat
b. Manajemen nutrisi
1. Menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
3. Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
b. Bantuan peningkatan berat badan
1. Menimbang pasien dijam yang sama setiap hari

77
2. Memonitor asupan kalori setiap hari
3. Mendukung peningkatan asupan kalori
4. Memberikan istirahat yang cukup

3. Gangguan menelan berhubungan dengan defek pada nasofaring


a. Bantuan perawatan diri : pemberian makan
1. Memonitor kemampuan pasien untuk
menelan
2. Memberikan penurun nyeri yang cukup
sebelum makan dengan tepat
3. Memposisikan pasien dalam posisi makan
yang nyaman
4. Memberikan sedotan minuman sesuai
kebutuhan/sesuai keinginan
5. Memberikan makan dengan suhu yang
paling sesuai
6. Memonitor berat badan pasien dengan tepat
7. Memonitor status hidrasi pasien dengan
tepat

4.5 Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan didapatkan evaluasi kondisi klien untuk setiap
diagnosa yaitu :
A. Evaluasi tanggal 13 April 2018
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Dengan evaluasi : Pasien mengatakan masih nyeri saat menelan, skala nyeri pasien
rentang 6. Ada pembengkakan di bawah telinga, ekspresi wajah masih meringis,
tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmhg, N : 75 x/menit, S : 36º C, P : 22 x/menit.
Nyeri ( P: Nyeri masih ada pada sekitar leher dan tenggorokan dalam menjalar ke
kuduk, Q: Nyeri masih dirasakan seperti tertusuk-tusuk, R: Nyeri masih dirasakan
pada rongga mulut bagian dalam, S: Skala nyeri 6, T: Nyeri masih dirasakan hilang

78
timbul). IVFD RL 12 j/kolf, injeksi Dexametason 2x1 dan Ranitidin 2x1. Ambroxol
3x ct, Bicnat 2x1,Pct bila suhu tinggi. Masalah nyeri akut belum teratasi dan
Intervensi management nyeri dan pemberian analgesik dipertahankan sebagian.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutruhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan
Dengan evaluasi : Pasien masih mengatakan tidak mau makan dan badan masih
terasa lemas. Nafsu makan pasien masih menurun, Mual +, Makanan habis 150 cc,
Tb : 150 cm, BB sehat 45 kg BB sakit 42 kg (turun 3 kg), Lingkar lengan : 24,4 cm,
Ad Random : 100 mg%, Diit MC 6x300cc, Alergi –. Masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi dan intervensi manajemen
gangguan makan,manajemen nutrisi dan bantuan peningkatan berat badan
dipertahankan sebagian.
c. Gangguan menelan berhubungan defek rongga nasofaring
Dengan evaluasi : Pasien mengatakan masih sakit saat menelan dan masih susah
menelan. Klien masih tampak susah menelan makanan, Ada penunpukan air ludah
dimulut, Pasien masih terlihat menelan berulang ulang, Pasien terlihat tersedak saat
menelan makanan, Turgor kulit masih jelek, Membran mukosa kering. Masalah
gangguan menelan belum teratasi dan intervensi bantuan perawatan diri : pemberian
makan dipertahankan sebagian.

B. Evaluasi tanggal 14 April 2018


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Dengan evaluasi : Pasien mengatakan nyeri masih saat menelan dan Skala nyeri
pasien rentang 6. Ada pembengkakan di bawah telinga, Ekspresi wajah masih
meringis, Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmhg, N : 77 x/menit, S : 36,4º C, P :
22 x/menit. Nyeri ( P : Nyeri masih ada pada sekitar leher dan tenggorokan dalam
menjalar ke kuduk, Q : Nyeri masih dirasakan seperti tertusuk-tusuk, R : Nyeri masih
dirasakan pada rongga mulut bagian dalam, S : Skala nyeri 6, T : Nyeri masih
dirasakan hilang timbul. IVFD RL 12 j/kolf, Injeksi Dexametason 2x1 dan Ranitidin
2x1. Ambroxol 3x ct, Bicnat 2x1, Pct bila suhu tinggi. Masalah nyeri akut belum

79
teratasi dan Intervensi management nyeri dan pemberian analgesik dipertahankan
sebagian.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutruhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan
Dengan evaluasi : Pasien masih mengatakan tidak mau makan dan badan masih
terasa lemas. Nafsu makan pasien masih menurun, Mual +, Makanan habis 150 cc,
Tb : 150 cm, BB sehat 45 kg BB sakit 42 kg (turun 3 kg), Lingkar lengan : 24,4 cm,
Diit MC 6x300cc, Alergi –. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi dan intervensi manajemen gangguan
makan,manajemen nutrisi dan bantuan peningkatan berat badan dipertahankan
sebagian.
3. Gangguan menelan berhubungan defek rongga nasofaring
Dengan evaluasi : Pasien mengatakan masih sakit saat menelan dan masih susah
menelan. Klien masih tampak susah menelan makanan, Ada penunpukan air ludah
dimulut, Pasien masih terlihat menelan berulang ulang, Pasien terlihat tersedak saat
menelan makanan, Turgor kulit masih jelek, Membran mukosa kering. Masalah
gangguan menelan belum teratasi dan intervensi bantuan perawatan diri : pemberian
makan dipertahankan sebagian.

C. Evaluasi tanggal 15 April 2018


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Dengan evaluasi : Pasien mengatakan nyeri saat menelan berkurang dan Skala nyeri
pasien rentang 4. Ada pembengkakan di bawah telinga, Ekspresi wajah sedikit
meringis, Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmhg, N : 75 x/menit, S : 36º C, P :
22 x/menit. Nyeri ( P : Nyeri berkurang pada sekitar leher dan tenggorokan dalam
menjalar ke kuduk, Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk berkurang, R : Nyeri
dirasakan berkurang pada rongga mulut bagian dalam, S : Skala nyeri 4, T : Nyeri
masih dirasakan hilang timbul). IVFD RL 12 j/kolf, Injeksi Dexametason 2x1 dan
Ranitidin 2x1. Ambroxol 3x ct, Bicnat 2x1, Pct bila suhu tinggi. Masalah nyeri akut
teratasi sebagian dan Intervensi management nyeri dan pemberian analgesik
dipertahankan sebagian.

80
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutruhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan.
Dengan evaluasi : Pasien masih mengatakan sedikit mau makan dan badan lemas
berkurang. Nafsu makan pasien masih menurun, Makanan habis 150 cc, Tb : 150 cm,
BB sehat 45 kg BB sakit 42 kg (turun 3 kg), Lingkar lengan : 24,4 cm, Diit MC
6x300cc, Alergi –. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi sebagian dan intervensi manajemen gangguan makan,manajemen nutrisi dan
bantuan peningkatan berat badan dipertahankan sebagian

3. Gangguan menelan berhubungan defek rongga nasofaring


Dengan evaluasi : Pasien mengatakan masih sakit saat menelan dan masih susah
menelan. Klien masih tampak susah menelan makanan, Ada penunpukan air ludah
dimulut, Pasien masih terlihat menelan berulang ulang, Pasien terlihat tersedak saat
menelan makanan, Turgor kulit masih jelek, Membran mukosa kering. Masalah
gangguan menelan belum teratasi dan intervensi bantuan perawatan diri : pemberian
makan dipertahankan sebagian.

81
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang disebabkan
oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu bagian atas faring atau
tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di bagian THT, kepala serta leher. Sampai saat ini
belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat
berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi
terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi
ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita kanker ini.

5.2 Saran

Untuk rumah sakit perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang lebih memadai sebagai
sarana peningkatan kualitas asuhan keperawatan khususnya klien dengan Ca Nasofaring dan
Kesehatan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan, oleh karena itu akan lebih baik jika
selalu memperhatikan kesehatan lebih baik. Pencegahan penyakit Kanker Nasofaring harus lebih
diperhatikan karena Kanker Nasofaring di indonesia adalah keganasan ke-4 setelah kanker
payudara, kanker leher rahim dan kanker paru.

82
DAFTAR PUSTAKA

Anas, T. (2008). Klien Gangguan Pernapasan : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah, edisi 8 vol.3.EGC, Jakarta

C. Smeltzer Suzanne & G. Bare Breda (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Gibson, J. (2002). Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Gunardi, d. S., & Saputra, d. L. (2012). Quick Review Anatomi Klinik, Edisi Kedua. Tanggerang
Selatan: Binapura Aksara Publisher.

Huwan Sulisna. Patologi. Jakarta: Universitas Indonesia

Hidayat, & Alimul, A. A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:


Salemba Medika.

Huda Nurarif, A., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Lucente, F. F. (2011). Ilmu THT Esensial. Jakarta: EGC.

Mangan, Y. (2009). Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan.Jakarta: Salemba Medika.

National Cancer Institute,2009. Nasopharyngeal Cancer Treatment.U.S.A:National Cancer


Institute

Wei, W. I., & Sham, J. S. (2005). Nasopharyngeal carsinoma. carsinoma Nasofaring, 2-3.

Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

83

Anda mungkin juga menyukai