PENDAHULUAN
1
ini lebih sering terdapat di Asia Tenggara termasuk Cina, Hongkong, Singapura, Malaysia
dan Taiwan dengan insiden antara 10 – 53 kasus per 100.000 penduduk. Di Timur Laut
India, insiden pada daerah endemik antara 25 – 50 kasus per 100.000 penduduk.Di Eskimo,
Alaska, Greenland, dan Tunisia insidennya juga meningkat yaitu 15-20 kasus per 100.000
penduduk per tahun. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas kepala dan
leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia yaitu sekitar 60% dan menduduki urutan ke-5
dari seluruh keganasan setelah tumor ganas mulut rahim, payudara, getah bening, dan kulit
(Roezin, 2001).
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai di antara
tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma nasofaring termasuk dalam lima besar
tumor ganas, sedangkan daerah kepala dan leher menduduki tempat pertama. Tumor ini
berasal dari Fossa Rosenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional
dimana epitel kuboid berubah menjadi skuamosa (Asroel, 2002 )
Gejala karsinoma nasofaring sangat bervariasi dan sering samar-samar sehingga
membingungkan pemeriksa. Kendala yang dihadapi dalam menangani kasus karsinoma
nasofaring adalah pasien datang dalam stadium yang sudah lanjut, bahkan dalam keadaan
umum yang jelek. Hal ini karena terlambatnya diagnosa ditegakkan, maka sangatlah
penting untuk menemukan dan menegakan diagnosis secara dini (Arima, 2006).
Di Indonesia, tumor ganas ini termasuk dalam urutan pertama tumor ganas pada
kepala dan leher dengan angka mortalitas yang cukup tinggi. Jenis penyakit ini sangat
tinggi populasinya di Negara-negara Asia tertentu, sehingga menimbulkan dugaan bahwa
faktor genetic ikut berperan dalam pathogenesis penyakit. Penyakit karsinoma nasofaring
(KNF) juga memiliki gejala yang berbeda-beda dari setiap pasien, sehingga para medik
sering mengalami kesulitan saat harus melakukan diagnosa tanpa bantuan specialis atau
pakar dalam hal ini dokter specialis penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT).
Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang
disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu bagian
atas faring atau tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di bagian THT, kepala serta
leher. Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker nasofaring. Namun
penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak.
2
Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke
dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya
keluarga yang menderita kanker ini.
Keadaan ruangan Interne di RSUD Arosuka terdiri dari 12 ruangan rawat inap kelas I,
kelas II dan Kelas III dengan tenaga medis dan paramedis melakukan perawatan bersama
diantara Penyakit Dalam, Paru dan Jantung dengan adalah: tenaga medis terdiri dari
spesialis penyakit dalam, spesialis paru, spesialis jantung dan dokter umum. Tenaga
paramedis yang profesional terdiri dari S 1 + Ners dan D 3 keperawatan. Dalam 6 bulan
terakhir hanya ada tiga orang pasien Ca nasofaring di RSUD Arosuka.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan
pengolaan kasus pada pasien Ca Nasofaring dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.S
dengan Ca Nasofaring di ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018”
1. 2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan Tn. S dengan Ca Nasofaring di ruang rawat
inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan Ca Nasofaring di ruang
rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan Ca Nasofaring
di ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.
c. Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Ca
Nasofaring di ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.
d. Mampu melakukan implementasi Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Ca
Nasofaring di ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.
e. Mampu melakukan evaluasi terhadap Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan
Ca Nasofaring di ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018.
3
1. 3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan Ca Nasofaring dan
peneliti juga berharap asuhan keperawatan tentang pasien dengan Ca Nasofaring di
ruang rawat inap Interne RSUD Arosuka tahun 2018 dan lebih dikembangakan oleh
peneliti lain dengan diagnosa keperawatan lainnya.
1.3.2 Bagi RSUD Arosuka
Dapat menjadi pedoman bagi pihak rumah sakit dalam menerapkan Asuhan
keperawatan pada klien dengan Ca Nasofaring.
4
BAB II
LANDASAN TEORITIS
5
Anatomi Nasofaring
6
T4 - Tumor dengan ekstensi intrakranial dan atau keterlibatan SSP, fosa
infratemporal, hypopharynx, atau orbit (Roezin,Anida, 2007 dan National
Cancer Institute,2009).
N = Nodule
N – Pembesaran kelenjar getah bening regional (KGB).
N0 - Tidak ada pembesaran.
N1 - Terdapat metastesis unilateral KGB dengan ukuran kurang dari 6cm
merupakan ukuran terbesar diatas fossa supraklavikular
N2 - Terdapat metastesis bilateral KGB dengan ukuran kurang dari 6cm merupakan
ukuran terbesar diatas fossa supraklavikular
N3 - Terdapat metastesis N3.a- KGB dengan ukuran kurang dari 6cm N3.b- KGB
diatas fossa supraklavikular (Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer
Institute, 2009).
M = Metastasis
Mx = Adanya Metastesis jauh yang tidak ditentukan. M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh (Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer Institute,
2009).
Stadium
Stadium 0
– Tis, n0, M0 Stadium I - T1, n0, M0 Stadium IIA - T2a, n0, M0 Stadium IIB -
(T1, N1, M0), (T2, N1, M0),(T2a, N1, M0 ),( T2b, N0, M0) Stadium III - ( T1, N2,
M0 ),(T2a, N2, M0),( T2b, N2, M0),( T3, N0, M0),( T3, N1, M0),( T3, N2, M0)
Stadium IVA - (T4, N0, M0), (T4, N1, M0),( T4, N2, M0) Stadium IVB - Setiap T,
N3, M0 Stadium IVC - Setiap T, setiap N, M1(Roezin, Anida, 2007 dan National
Cancer Institute, 2009).
7
2.1.2 Etiologi
Terjadinya KNF mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya mungkin
mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya KNF adalah
bahwa faktor pencetus terbesarnya ialah suatu jenis virus yang disebut virus Epstein-Barr
(Soepardi et al 1993).
Karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus Epstein-Barr (EB)
yang cukup tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat, pasien tumor ganas leher dan
kepala lainnya dan tumor organ tubuh lainnya, bahkan pada kelainan nasofaring yang lain
sekalipun (Soepardiet al ,2012).
Selain dari itu terdapat juga faktor predisposisi yang mempengaruhi pertumbuhan
tumor ganas ini, seperti :
1. Faktor Ras
Banyak ditemukan pada ras Mongoloid, terutama di daerah Cina bagian selatan
berdasarkan hasil pengamatan caramemasak tradisional sering dilakukan dalam
ruang tertutup dandengan menggunakan kayu bakar (Soepardiet al, 1993).
2. Faktor Genetik
Tumor ini atau tumor pada organ lainnya ditemukan pada beberapa generasi dari
suatu keluarga (Soepardiet al , 1993). Walaupun karsinoma nasofaring tidak
termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada
kelompok masyarakat tertentu relatif lebih menonjol dan memiliki agregasi familial.
Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen
pengkode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan
terhadap karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan sebagian besar karsinoma
nasofaring (Pandi, 1983 dan Nasir, 2009) .
3. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor yang mempengaruhi ialah keadaan gizi, polusi dan lain-lain (Soepardiet al ,
1993).
4. Faktor Kebudayaan
Kebiasaan hidup dari pasien, cara memasak makanan serta pemakaian berbagai
macam bumbu masak mempengaruhi tumbuhnya tumor ini dan kebiasaan makan
8
makanan erlalu panas. Terdapat hubungan antara kadar nikel dalam air minum dan
makanan dengan mortalitas karsinoma nasofaring (Soepardiet al , 2012). Beberapa
penelitian juga menyebutkan hubungan antara kanker nasofaring dengan kebiasaan
memakan ikan asin secara terus menerus dimulai dari masa kanak-kanak. Konsumsi
ikan asin meningkatkan risiko 1,7 sampai 7,5 kali lebih tinggi dibanding yang tidak
mengkonsumsi ikan asin (Ondrey dan Wright, 2003 cit Ariwibowo, 2013). Ikan asin
dan makanan yang diawetkan menggunakan larutan garam akan mengubah senyawa
yang terkandung dalam ikan yakni senyawa nitrat menjadi senyawa nitrosamin.
Tubuh mengkonsumsi makanan tinggi garam dapat menurunkan kadar keasaman
lambung, sehingga dapat memicu perubahan nitrat pada ikan asin atau makanan
yang mengandung tinggi garam menjadi nitrit dan nitrosamin yang bersifat
karsinogenik pemicu kanker (Barasi, 2007). Rendahnya kadar vitamin C sewaktu
muda dan kekurangan vitamin A dapat merubah nitratmenjadi nitrit dan senyawa
nitrosamin menjadi zat karsinogen pemicu kanker (Ballenger, 2010).
5. Letak Geografis
Terdapat banyak di Asia Selatan, Afrika Utara, Eskimo karena penduduknya sering
mengonsumsi makanan yang diawetkan (daging dan ikan) terutama pada musim
dingin menyebabkan tingginya kejadian kanker nasofaring (Soepardiet al , 2012).
6. Jenis Kelamin
Tumor ini lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada perempuan disebabkan
kemungkinan ada hubungannya dengan faktor kebiasaan hidup laki-laki seperti
merokok, bekerja pada industri kimia cenderung lebih sering menghirup uap kimia
dan lain-lain (Soepardiet al , 2012).
7. Faktor Lingkungan
Faktor yang berpengaruh adalah iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu
yang dihasilkan dari memasak menggunakan kayu bakar, terutama apabila
pembakaran kayu tersebut tidak sempurna dapat menyebarkan partikel- partikel
besar (5-10 mikrometer) yang dalam segi kesehatan dapat tersangkut di hidung dan
nasofaring, kemudian tertelan. Jika pembersihan tidak sempurna karena ada
penyakit hidung, maka partikel ini akan menetap lebih lama di daerah nasofaring
9
dan dapat merangsang tumbuhnya tumor (Ballenger, 2010). Namun Penelitian
akhir-akhir ini menemukan zat-zat berikut berkaitan dengan timbulnya karsinoma
nasofaring yaitu golongan Nitrosamin,diantaranya dimetilnitrosamin dan
dietilnitrosamin, Hidrokarbon aromatic dan unsur Renik, diantaranya nikel sulfat
(Roezin, Anida, 2007 dan Nasir, 2009).
8. Radang Kronis daerah Nasofaring
Dianggap dengan adanya peradangan, mukosa nasofaring menjadi lebih rentan
terhadap karsinogen lingkungan (Iskandaret al , 1989).
10
Pembesaran kelenjar limfe leher yang timbul di daerah samping leher, 3-5 sentimeter
di bawah daun telinga dan tidak nyeri. Benjolan ini merupakan pembesaran kelenjar limfe,
sebagai pertahanan pertama sebelum tumor meluas ke bagian tubuh yang lebih jauh.
Benjolan ini tidak dirasakan nyeri, sehingga sering diabaikan oleh pasien. Selanjutnya sel-
sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai otot di bawahnya.
Kelenjarnya menjadi melekat pada otot dan sulit digerakan. Keadaan ini merupakan gejala
yang lebih lanjut lagi. Pembesaran kelenjar limfe leher merupakan gejala utama yang
mendorong pasien datang ke dokter (Nutrisno , Achadi, 1988 dan Nurlita, 2009).
Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar. Perluasan ke atas ke arah rongga
tengkorak dan kebelakang melalui sela-sela otot dapat mengenai saraf otak dan
menyebabkan ialah penglihatan ganda (diplopia), rasa baal (mati rasa) didaerah wajah
sampai akhirnya timbul kelumpuhan lidah, leher dan gangguan pendengaran serta
gangguan penciuman. Keluhan lainnya dapat berupa sakit kepala hebat akibat penekanan
tumor ke selaput otak rahang tidak dapat dibuka akibat kekakuan otot-otot rahang yang
terkena tumor. Biasanya kelumpuhan hanya mengenai salah satu sisi tubuh saja (unilateral)
tetapi pada beberapa kasus pernah ditemukan mengenai ke dua sisi tubuh (Arima, 2006 dan
Nurlita, 2009).
Gejala akibat metastasis apabila sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama aliran
limfe atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring, hal ini yang
disebut metastasis jauh. Yang sering ialah pada tulang, hati dan paru. Jika ini terjadi,
menandakan suatu stadium dengan prognosis sangat buruk (Pandi, 1983 dan Arima, 2006).
2.1.4 Patofisiologi
Infeksi virus Epstein Barr dapat menginfeksi sel epitel dan berhubungan
dengan transformasi ganas yangdapat menyebabkan karsinoma nasofaring. Hal ini dapat
dibuktikan dengan dijumpai adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita
karsinoma nasofaring. Pada penderita ini sel yang teerinfeksi oleh EBV akan menghasilkan
protein tertentu yang berfungsi untuk prosespoliferasi dan mempertahankan
kelangsungan virus didalam selhost. Protein laten ini dapat dipakai sebagai
pertanda dalam mendiagnosa karsinoma nasofaring.
11
Karsinoma nasofaring merupakan munculnya keganasan berupa tumor yang berasal
darisel-sel epitel yang menutupi permukaan nasofaring. Tumbuhnya tumor akan dimulai
pada salah satu dinding nasofaring yang kemudian akan menginfiltrasi kelenjar
dan jaringan sekitarnya. Penyebaran ke jaringan dan kelenjar limfa sekitarnya
kemudianterjadi perlahan.
Jika terjadi penyebarannya keatas tumor meluas ke intracranial menjalar
sepanjang fossa medialis disebut penjalaran petrosfenoid, biasanya melalui
foramen laserum, kemudian ke sinus kavernosus dan fossa kraniimedia dan fossakranii
anterior mengenai saraf-saraf kranialis anterior (N.I-N.VI) kumpulan gejala yang terjadi
akibat rusaknya saraf kranialis anterior akibat metastasis tumor ini disebut sindrom
petrosfenoid. Yang paling sering terjadi adalah diplopia dan neuralgiatrigeminal.
Jika penyebaran ke belakang tumor meluas ke belakang secara ekstrakranial menembus
fascia pharyngobasilaris yaitusepanjang fossa posterior dimana di dalamnya
terdapat nervuscranial IX-XII disebut penjalaran retroparotidian. Yang terkena adalah
grup posterior dari saraf otak yaitu N.VII-N.XII.
12
Geografis, jenis kelamin, infeksi
pekerjaan, sosial ekonomi, makanan
yang d awetkan gaya hidup dan genetik
2.1.5 WOC
Virus eistein barr
MK : Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
Kerusakan DNA pada sel dimana pola
Mengaktifkan EBV
kromosomnya abnormal
Terjadi sumbatan partial atau total
13
MK : Gangguan menelan
Menembus kelenjar
14
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring mulai setinggi sinus
frontalis sampai dengan klavikula, potongan koronal, aksial, dan sagital, tanpa
dan dengan kontras. Teknik pemberian kontras dengan injector 1-2cc/kgBB, delay
time 1 menit. CT berguna untuk melihat tumor primer dan penyebaran ke
jaringan sekitarnya serta penyebaran kelenjar getah bening regional.
2. USG abdomen Untuk menilai metastasis organ-organ intra abdomen. Apabila
dapat keraguan pada kelainan yang ditemukan dapat dilanjutkan dengan CT Scan
Abdomen dengan kontras.
3. Foto Thoraks Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai adanya
kelainan maka dilanjutkan dengan CT Scan Thoraks dengan kontras.
4. Bone Scan Untuk melihat metastasis tulang. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut
diatas untuk menentukan TNM.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi akut yang dapat terjadi adalah:
1. Mukositis : Mukositis oral merupakan inflamasi pada mukosa mulut berupa
eritema dan adanya ulser yang biasanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan
terapi kanker. Biasanya pasien mengeluhkan rasa sakit pada mulutnya dan dapat
mempengaruhi nutrisi serta kualitas hidup pasien.
2. Kandidiasis : Pasien radioterapi sangat mudah terjadi infeksi opurtunistik berupa
kandidiasis oral yang disebabkan oleh jamur yaitu Candida albicans. Infeksi
kandida ditemukan sebanyak 17-29% pada pasien yang menerima radioterapi.
3. Dysgeusia adalah respon awal berupa hilangnya rasa pengecapan, dimana salah
satunya dapat disebabkan oleh terapi radiasi.
4. Xerostomia : Xerostomia atau mulut kering dikeluhkan sebanyak 80% pasien yang
menerima radioterapi. Xerostomia juga dikeluhkan sampai radioterapi telah selesai
dengan rata-rata 251 hari setelah radioterapi. Bahkan tetap dikeluhkan setelah 12-
18 bulan setelah radioterapi tergantung pada dosis yang diterima kelenjar saliva
dan volume jaringan kelenjar yang menerima radiasi.
15
Komplikasi kronis adalah:
1. Karies gigi : Karies gigi dapat terjadi pada pasien yang menerima radioterapi.
Karies gigi akibat paparan radiasi atau yang sering disebut dengan karies radiasi
adalah bentuk yang paling destruktif dari karies gigi, dimana mempunyai onset
dan progresi yang cepat. Karies gigi biasanya terbentuk dan berkembang pada 3-6
bulan setelah terapi radiasi dan mengalami kerusakan yang lengkap pada semua
gigi pada periode 3-5 tahun.
2. Osteoradionekrosis : Osteoradionekrosis (ORN) merupakan efek kronis yang
penting pada radioterapi. Osteoradionekrosis adalah nekrose iskemik tulang yang
disebabkan oleh radiasi yang menyebabkan rasa sakit karena kehilangan banyak
struktur tulang.
3. Nekrose pada jaringan lunak : Komplikasi oral kronis lain yang dapat terjadi
adalah nekrose pada jaringan lunak, dimana 95% kasus dari osteoradionekrosis
berhubungan dengan nekrose pada jaringan lunak. Nekrose jaringan lunak
didefinisikan sebagai ulser yang terdapat pada jaringan yang terradiasi, tanpa
adanya proses keganasan (maligna). Evaluasi secara teratur penting dilakukan
sampai nekrose berkurang, karena tidak ada kemungkinan terjadinya kekambuhan.
Timbulnya nekrose pada jaringan lunak ini berhubungan dengan dosis, waktu, dan
volume kelenjar yang terradiasi.Reaksi akut terjadi selama terapi dan biasanya
bersifat reversibel, sedangkan reaksi yang bersifat kronis biasanya terjadi menahun
dan bersifat irreversibel.
4. Gagal napas dapat terjadi karena adanya metastase dari tumor nasofaring sampai
pada trakea sehingga terjadi sumbatan total pada trakea, transportasi oksigen
menjadi terhambat, jika hal ini terus dibiarkan maka dapat mengakibatkan gagal
napas.
5. Peningkatan tekanan intrakranial, dapat terjadi ketika metastase tomor sudah
mencapai lapisan otak, dan menekan/menyesak duramater otak sehingga
merangsang peningkatan tekanan intra kranial.
16
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan metode pengobatan pada penderita kanker nasofaring dapat dilihat :
Memilih obat kanker tidaklah mudah, banyak faktor yang perlu diperhatikan yakni jenis
kanker, kemosensitivitas atau resisten, populasi sel kanker, persentasi sel kanker yang
terbunuh, siklus pertumbuhan kanker, imunitas tubuh dan efek samping terapi yang
diberikan (Sukardja, 2000). Terapi medik yang dapat digunakan untuk mengobati
karsinoma nasofaring ialah :
1. Radioterapi
Terapi radiasi adalah mengobati penyakit dengan menggunakan gelombang atau
partikel energi radiasi tinggi yang dapat menembus jaringan untuk menghancurkan
sel kanker (Kelvin dan Tyson, 2011). Radio terapi masih memegang peranan
terpenting dalam pengobatan karsinoma nasofaring (SoejiptocitIskandaret al ,
1989). Radioterapi merupakan pengobatan utama, sedangkan pengobatan
tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetra siklin, faktor
transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus (Soepardiet al ,
2012). Dosis yang diberikan 200 rad / hari sampai mencapai 6000-6600 rad untuk
tumor primer, untuk kelenjar leher yang membesar diberikan 6000 rad. Jika tidak
ada pembesaran diberikan juga radiasi elektif sebesar 4000 rad
(SoejiptocitIskandaret al , 1989). 19 Kesulitan-kesulitan yang dihubungkan dengan
pemberian terapi radiasi dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut.
Kompilikasi dini dan lanjut tersebut dapat berupa mukositis dengan disertai rasa
tidak enak pada faring, hilangnya nafsu makan (anoreksia), nausea (mual) dan
membran mukosa yang kering (Adams, 1994).
2. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan obatobatan. Kemoterapi dapat
menjalar melalui tubuh dan dapat membunuh sel kanker dimanapun di dalam
tubuh. Kemoterapi juga dapat merusak sel normal dan sehat, terutama sel sehat
dalam lapisan mulut dan sistem gastrointestinal, sumsung tulang serta kantung
rambut (Kelvin dan Tyson, 2011).
17
3. Terapi Kombinasi
Merupakan terapi kombinasi dari beberapa terapi. Seperti kombinasi antara kemo-
radioterapi dengan motomycin C dan 5- fluorouracil memberikan hasil yang cukup
memuaskan dan memperlihatkan hasil yang memberi harapan kesembuhan total
pasien karsinoma nasofaring (SoetjiptocitIskandaret al, 1989).
4. Operasi
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa
kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa
tumor primer sudah dinyatakan bersih (SoetjiptocitIskandaret al , 1989). Operasi
tumor induk sisa (residu) atau kambuh (residif) diindikasikan, tetapi sering timbul
komplikasi yang berat akibat operasi (Soeperdiet al,2012).
18
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit kanker adalah sebagai berikut :
a. Energi tinggi, yaitu 36 Kcal/kg BB untuk laki-laki dan 32 Kcal/kg BB untuk
perempuan. Apabila pasien dalam keadaan gizi kurang, maka kebutuhan energi
menjadi 40 Kcal/kg BB untuk laki-laki dan 36 Kcal/kg BB untuk perempuan.
b. Protein tinggi yaitu 1-1,5 g/kg BB.
c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi totale
e. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C dan E. Bila
perlu ditambah dalam bentuk suplemen.
f. Rendah iodium bila sedang menjalani medikasi radioaktif internal.
g. Bila imunitas menurun (leukosit < 10 ul) atau pasien akan menjalani
kemoterapi agresif, pasien harus mendapat makanan yang steril.
h. Porsi makan diberikan dalam porsi kecil dan sering. (Almatsier, 2004).
19
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan yang dapat memperparah penyakit seperti lingkungan yang
berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu. Kebiasaan
memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan
yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan). Penyakit
yang pernah di derita klien pada masa lalu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat penyakit keturunan, seperti faktor herediter atau riwayat kanker pada
keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker.
2.2.3 Pola Kesehatan
1. Pola Persepsi Kesehatan Manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya
dan pentingnya kesehatan bagi klien? Biasanya klien yang datang ke rumah sakit
sudah mengalami gejala pada stadium lanjut, klien biasanya kurang mengetahui
penyebab terjadinya serta penanganannya dengan cepat.
2. Pola Nutrisi Metabolic
Kaji kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia,
mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan,
perubahan kelembaban/turgor kulit. Biasanya klien akan mengalami penurunan
berat badan akibat inflamasi penyakit dan proses pengobatan kanker.
3. Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,
perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami
gangguan eliminasi.
4. Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Biasanya klien
mengalami kelemahan atau keletihan akibat inflamasi penyakit.
20
5. Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur
dalam sehari? Biasanya klien mengalami perubahan pada pola istirahat; adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
6. Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan
penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan kaji bagaimana klien
dalam berkomunikasi? Biasanya klien mengalami gangguan pada indra
penciuman.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya?
Apakah klien merasa rendah diri? Biasanya klien akan merasa sedih dan rendah
diri karena penyakit yang dideritanya.
8. Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di
Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat
sekitarnya? Biasanya klien lebih sering tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
9. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan
kepuasan pada klien?. Biasanya klien akan mengalami gangguan pada hubungan
dengan pasangan karena sakit yang diderita.
10. Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan
obat-obatan untuk menghilangkan stres?. Biasanya klien akan sering bertanya
tentang pengobatan.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah
ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien? Biasanya klien lebih
mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
21
2.2.4 Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan atau keadaan umum
Secara keseluruhan keadaan tidak baik, BB menurun
2. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien tidak begitu terkontrol, mata : 2, Respon Verbal : 5, Respon motor
: 4, indra penciuman terganggu, ketajaman terganggu, berjalan sempoyongan,
tidak bisa seimbang
3. Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : 37,5oC
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 94 x/menit
RR : 24 x/menit
4. Pemeriksaan Head to Toe
a. Pemeriksaan Kepala
Tulang tengkorak : Inspeksi (bentuk mesocepal,
ukuran kranium, bulat sempurna, tidak ada deformitas,
tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kepala)
Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
Kulit kepala : Inspeksi (kulit kepala bersih, tidak
ada lesi, tidak ada skuama, tidak ada kemerahan, tidak
ada nevus)
Wajah : Inspeksi (ekspresi wajah bingung, keadaan
simetris, tidak ada edema, dan tidak ada massa)
Palpasi : (tidak ada kelainan sinus)
Rambut : Inspeksi (rambut kotor, ada ketombe,
ada uban) Palpasi (rambut rontok)
Mata : Inspeksi (bulat besar, bersih tidak
cowong, simestris, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, pupil isokor, diameter 3 mm, reflek
22
cahaya positif, gerakan mata tidak normal, fungsi
penglihatan tidak terlalu baik) Palpasi (bola mata
normal, tidak ada nyeri tekan)
Hidung : Inspeksi (keadaan kotor, ada
lendir, ada polip, ada pernafasan cuping hidung, ada
deviasi septum, mukosa lembab, kesulitan bernafas,
warna cokelat, tidak ada benda asing) Palpasi (tidak
ada nyeri tekan)
Telinga : Inspeksi (Simetris, bersih,
fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada serumen,
tidak terdapat kelainan bentuk) Palpasi (normal tidak
ada lipatan, ada nyeri)
Mulut : Inspeksi (kotor, tidak ada stomatitis,
mukosa bibir lembab, lidah simetris, lidah kotor, gigi
kotor, ada sisa makanan, berbau, gigi atas dan bawah
tanggal 3/2, sebagian goyang, faring ada
pembekakan, tonsil ukuran tidak normal, uvula tidak
simetris). Palpasi (tidak ada lesi)
d. Leher dan Tenggorok : Inspeksi dan Palpasi (Tidak ada pembesaran jvp, ada
pembesaran limfe, leher panas)
e. Pemeriksaan Dada dan Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada tidak normal, tidak ada
batuk, nafas dada, frekuensi nafas 24 x/menit
Palpasi : Suara fremitus kanan-kiri, tidak ada nyeri tekan, .
Perkusi : Sonor pada saluran lapang paru.
Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler, tidak ada weezing.
Jantung
Inspeksi : Normal (Iktus kordis tidak tampak).
Palpasi : Normal (Iktus kordis teraba pada V±2cm)
23
Perkusi : Normal (Pekak)
Auskultasi : Normal (BJ I-II Murni, tidak ada gallop, tidak ada
murmur)
f. Pemeriksaan Payudara
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembekakan, bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
g. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak ada bekas post operasi, warna
cokelat, permukaan normal
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, kulit normal,
Hepar tidak teraba, limpa tidak teraba, Ginjal tidak
teraba, tidak ada ascites, tidak ada nyeri pada Titik
Mc. Burney
Perkusi : Timpani, tidak ada cairan atau udara
f. Pemeriksaan Anus dan Genitalia
Anus
Inspeksi : Warna cokelat, tidak ada bengkak atau inflamasi
Palpasi : Feses keras, tidak ada darah, tidak ada pus, tidak ada
darah
Genitalia
o Wanita
Inspeksi : Warna merah muda, tidak berbau, tidak ada lesi,
nodul, pus, daerah bersih, bentuk simetris, tidak
varices
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Fungsi Reproduksi baik, tidak
terpasang DC
o Laki-Laki
24
Inspeksi : Ada rambut pubis, kulit penis normal, lubang penis
ditengah, kulit skrotum halus, tidak ada pembekakan,
posisi testis normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada batang penis dan
skrotum
g. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : Jari tangan lengkap, kuku bersih, bentuk simetris,
tidak ada sianosis di lengan kanan atas, tidak ada
edema.
Palpasi : Denyut nadi 94 x/menit, kuku normal, kekuatan
menggenggam normal
Ektremitas Bawah
Inspeksi : bentuk simetris, warna kulit cokelat, kuku bersih,
ada bulu, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada
sianosis, persendian normal.
Palpasi : Nadi 94 x/menit, tidak ada nyeri tekan
h. Tulang Belakang
Inspeksi : Postul normal, vertebra normal, lengkungan normal
Palpasi : Otot bekerja baik
i. Pemeriksaan Kulit
Inspeksi : Kulit bersih, Kulit pucat, kulit kering, tidak ada lesi
Palpasi : Tekstur tidak normal pada bagian leher, ada turgor
25
3. Gangguan menelan berhubungan dengan defek rongga nasofaring
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan benda asing dalam jalan
nafas
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan terapi radiasi .
Rencana Keperawatan
Masalah
No NOC NIC Aktivitas
Keperawatan
1. Nyeri akut 1. Kontrol nyeri 1 Management 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dalam waktu … nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
dengan agen jam dengan karakteristi, onset/durasi,
cidera target frekwensi, kwalitas, intensitas atau
biologis indikator : beratnya nyeri dan faktor pencetus.
a. Mengenali kapan 2. Gali pengetahuan dan kepercayaan
nyeri terjadi pasien mengenai nyeri
b. Menggambarkan 3. Gali bersama pasien faktor-faktor
faktor penyebab menurunkan atau memperberat
c. Menggunakan nyeri
tindakan 4. Pastikan perawatan analgesik bagi
pencegahan pasien dilakukan dengan
d. Menggunakan pemantauan yang ketat
analgesik yang di 5. Observasi reaksi non verbal dari
rekomendasikan ketidaknyamanan
e. Melaporkan nyeri 6. Gunakan tekhnik komunikasi
yang terkontrol terapeutik untuk mrngetahui
Skala target pengalaman nyeri
indikator : 7. Bantu keluarga dalam mencari dan
1. Tidak pernah menyediakan dukungan
menunjukkan 8. Monitor kepuasan pasien terhadap
26
2. Jarang manajemen nyeri
menunjukkan
3. Kadang – kadang 2.Pemberian 1. Tentukan lokasi karakteristik
menunjukkan analgetik kwalitas dan keparahan nyeri
4. Sering sebelum mengobati.
menunjukkan 1. Cek perintah pengobatan meliputi
5. secara konsisten obat,dosis,dan frekwensi obat
menunjkkan analgesik
2. Cek adanya riwayat alergi
2.Tingkat nyeri 3. Pilih analgesik/kombinasi yang
dalam waktu … sesuai ketika lebih dari satu
jam dengan target
indikator : 3. Manajemen 1. Berikan analgesik sesuai waktu
a. nyeri yang pengobatan paruhnya,terutama pada nyeri yang
dilaporkan berat.Alokasikan kesesuaian luas
b.panjangnya ruang per pasien, seperti yang di
episode nyeri indikasikan oleh pedoman pusat
c. Mengerang pengendalian dan pencegahan
dan menangis penyakit
d. Ekspresi 2. Bersihkan lingkungan dengan baik
nyeri wajah setelah digunakan untuk setiap
e.Mengerinyit pasien
3. Ganti peralatan perawatan
skala target perpasien sesuai protokol institusi
indikator : 4. Batasi jumlah pengunjung
2. Berat 5. Ajarkan cara cuci tangan bagi
3. Cukup berat tenaga kesehatan
4. Sedang 6. Anjurkan pengunjung untuk
5. Ringan mencuci tangan pada saat
Tidak ada memasuki dan meninggalkan
27
ruangan pasien
7. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kegiatan perawatan pasien
8. Pakai sarung tangan steril dengan
tepat
2. Ketidakseimb Status nutrisi dalam 1. Manajemen 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan
… jam dengan gangguan lainnya untuk mengembangkan
angan nutrisi
indikator : makan rencana perawatan dngan
kurang dari a. Asupan gizi
melibatkan klien dan orang-
b. Asupan
kebutuhan terdekatnya dengan tepat
makanan
tubuh b/d c. Asupan cairan 2. Rundingkan dengan tim dan klien
d. Energi untuk mengatur target pencapain
ketidakmamp
e. Rasio berat berat badan jika berat badan klien
uan makan badan atau tidak berada dalam rentang berat
tinggi badan badan yang direkomendasikan
f. Hidrasi
sesuai umur dan bentuk tubuh
Skala target
indikator : 3. Rundingkan dengan ahli gizi dalam
1. Sangat menentykan asupan kalori harian
menyimpang yang diperlukan untuk
2. Banyak mempertahankan berat badan yang
menyimpang sudah ditentukan
3. Cukup 4. Ajarkan dan dukung konsep nurisi
menyimpang
yang baik dengan klien dan orang
4. Sedikit
menyimpang terdekat
5. Tidak
menyimpang 2.Manajemen 1. Tentukan status gizi pasien dan
nutrisi kemampuan pasien untuk
2. status nutrisi : memenuhi kebutuhan gizi
asupan nutrisi 2. Identifiasi adanya alergi atau
dalam … jam
intoleransi makanan yang dimiliki
dengan
indikator : pasien
a. Asupan kalori 3. Instruksiskan pasien mengenai
b. Asupan kebutuhan nutrisi
protein 4. Tentukan jumlah kalori dan jenis
c. Asupan lemak nutrisi yang dibutuhkan untuk
d. Asupan
memenuhi persyaratan gizi
karbohidrat
e. Asupan serat 5. Berikan pilihan makan sambil
menawarkan bimbingan terhadap
28
f. Asupan pilihan makanan yang lebih sehat
vitamin jika diperlukan
g. Asupan
mineral
3.Bantuan 1. Timbang pasien dijam yang sama
h. Zat besi
i. Asupan peningkatan setiap hari
kalsium berat badan 2. Diskusikan kemungkinan penyebab
j. Asupan berat badan berkurang
natrium 3. Monitor asupan kalori setiap hari
Skala target 4. Dukung peningkatan asupan kalori
indikator : 5. Berikan istirahat yang cukup
1. Tidak adekuat
2. Sedikit
adekuat
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar
adekuat
5. Sepenuhnya
adekuat
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas pasien
Nama : Tn.S
Umur : 68 Tahun
Pendidikan : SMP
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Talang, Solok
No. Telp/ HP : -
No. Medical Record : 063204
Ruang Rawat : Dahlia II/ Interne
Golongan Darah :
Penanggung Jawab
Nama : Ny.H
Pekerjaan : IRT
Alamat : Talang, Kab.Solok
No. Telp/ HP : 085264646755
Data Saat Masuk RS
Tanggal Masuk RS :03 April 2018
Jam Masuk RS :10.00 WIB
Yang Mengirim/Merujuk :IGD
Cara Masuk : Diantar oleh keluarga dan brankarman
30
Alasan Masuk/Chief Complain : Tidak mau/ tidak bisa makan sejak ±1 minggu
Diagnosa Medis saat Masuk : Ca Nasofaring
Ruang Rawat : Interne
Diagnosa Medis Saat Pengkajian : Ca Nasofaring
Pengkajian dilakukakan pada tanggal 13 April 2018 data yang didapatkan adalah
klien belum bisa makan ± 10 hari yang lalu hanya bisa minum, badan terasa lemah
sejak 1 bulan ini, pasien kehilangan tenaga sejak ± 1 minggu ini, batuk +, dahak +,
mual +, pasien sudah 5 kali kemoterapi dan kemoterapi yang ke 5 tiga bulan yang
lalu, berat badan menurun BB masuk=45 Kg BB sakit=42 Kg, TB = 150 cm,lingkar
lengan 24,4 cm, Diit MC 6 x 300cc, Ad Random 100 mg% (3 April 2018), nafsu
makan menurun, KU sedang, Kesadaran CM, tekanan darah 120/90mmHg, N=
82x/menit, p=25x/menit, T=36,7 ͦC, mengeluh pusing bila dibawa duduk, Nyeri : P :
Nyeri pada sekitar leher dan tenggorokan dalam menjalar ke kuduk, Q : Nyeri
dirasakan seperti tertusuk-tusuk, R : Nyeri dirasakan pada rongga mulut bagian
dalam, S : Skala nyeri 6, T : Nyeri dirasakan hilang timbul.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan menelan
31
Penanganan yang diterima : Dirawat Obat-obatan
Berobat jalan
Bila dirawat dimana : RSUP.M Djamil
Berapa lama :-
Bila berobat jalan, obat apa yang diterima : Kemoterapi
32
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Perempuan Meninggal
: Laki-laki Meninggal
: Pasien
:Tinggal serumah
b. Sosial
Orang yang terdekat dg pasien : Istri
Hubungan antara keluarga : Baik
Hubungan dgn orang lain : Baik
33
Perhatian terhadap org lain : Baik
Perhatian terhadap lawan bicara : Baik
Kegemaran/hobi :
c. Spritual
Pelaksanaan ibadah : saat sehat pasien bisa sholat berjamaah
Kepercayaan/keagamaan dan aktifitas keagamaan yang ingin dilakukan
Keyakinan kepada tuhan : Baik yakin akan adanya Allah SWT.
34
Pola minum : ± 8 gelas/hari
Minum kesukaa : air putih
2. Sakit
Intake cairan Oral :Air putih ± 150cc/hari
NGT :Susu 6x300cc/jam = 1800cc/24 hari
Parental : RL 12 Jam/Kolf
Total : 2850 cc/hari
35
Polyuria Anuria
Urinary suppression Olygouria
Retesi urine Enuresis
Inkontinensia urine Nokturia
Hematuri
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
B. BAB
a.Sehat
Konsistensi : Pasien sering mengalami konstipasi, BAB tidak
teratur kadang BAB 1 x 2 hari atau 1 x 3 hari.
Warna : Kuning
Bau : Khas
Pola defeksi :1 X sehari
Bentuk :-
Lendir : Ya Tidak
Darah : Ya Tidak
Masalah eliminasi bowel : Melena
Diere
Konstipasi
Fecal Imfaction
Inontinensia alvi
Kembung
b. Sakit
Konsistensi : Belum BAB
Warna : Belum BAB
Bau : Belum BAB
Pola defeksi : Belum BAB
Bentuk : Belum BAB
Jumlah : Belum BAB
36
Masalah eliminisi bowel : Diare
Konstipasi
Fecal Imfation
Inkontinensia
Kembung
Hemoroid/nyeri saat BAB
Pemakaian laksatif Ya Tidak
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
37
Gejala : Tidak ada
Efek : Tidak ada
Tingkat ketergantungan : Sebagian
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
38
3.1.3.5 Personal Hygiene
a. Sehat
Mandi : 2 x sehari
Gosok gigi : 2 x sehari
Cuci rambut : 1 x sehari
Potong kuku : bila panjang
Hambatan pemenuhan : Tidak ada keluhan
Personal hygiene : Tidak ada keluhan
b. Sakit
Mandi : 1 x dilap setiap hari
Gosok gigi : 1 x sehari
Cuci rambut : Tidak ada
Potong kuku : 1 x seminggu
Hambatan pemenuhan : Tidak bisa melakukan sendiri karena pasien
dirawat
Personal hygien : Baik
Keluhan lain : Pemenuhan kebutuhan dibantu oleh ibu pasien.
Masalah Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik
39
3.1.4 Catatan Khusus
1. Apakah pasien mengerti dengan Ya Tidak
yang dibicarakan : mengerti
2. Bila dulu pernah dirawat macam
Kegiatan perawatan apakah yang
Dirasakan tergangu : Pengobatan kemoterapi
3. Bagaimana hubungan suami
Istri sebelum dan sesudah sakit : Baik
4. Apakah ada pertanyaan yang
Ajukan : Ya Tidak
5. Bila ada : pasien bertanya apakah sakitnya dapat sembuh
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
40
2. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,7º C
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 25x/menit
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nyeri :
P : Nyeri pada sekitar leher dan tenggorokan dalam menjalar ke kuduk
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan pada ronggs mulut bagian dalam
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan hilang timbul
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
3. Integumen
Kulit
Inspeksi : Kulit berwarna sawo matang, dan membran mukosa lembab
Kebersihan kulit Bersih Kotor
Warna kulit Normal Coklat
Pucat Ikterik
Merah Albinisme
Sianosis Ptehie
Lesi Ya Tidak
Jaringan parut Ya Tidak
Edema Ya Tidak
Kelembaban Lembab Berminyak
Kering Normal
Lain-lain :
Palpasi : Tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan
Suhu Dingin Hangat
Tekstur Halus Kasar
41
Turgor Baik Menurun
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Kuku
Inspeksi :
Warna Normal Sianosis Pucat
Bentuk √ Normal Tidak
Lesi Ada Tidak
Keadaan Bersih Kotor
Palpasi :
Capillary Refill Normal Lembab
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
42
6. Wajah / Muka
Inspeksi : Oval/normal
Simetris Ya Tidak
√
Ekspresi Wajah Emosi Tidak Meringis
Kelainan Jerawat Kangker Pucat
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Mata
Inspeksi : normal, simetris kiri dan kanan
Kesejajaran Normal Strabimus
Palpebra Normal Ptosis Oedema
Peradangan Lagophtalmus
Sclera Normal Icterik
Conjungtiva Normal Anemia Pus
8. Telinga
Inpeksi : Normal Lesi Masa
Keadaan Telinga Bersih Kotor
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
43
9. Hidung dan Sinus
Inspeksi :
Simetris Ya Tidak
Kesulitan bernafas Ya Tidak
Warna kulit hidung : sawo matang
Pembengkakan Ya Tidak
Mukosa Lembab Kering
Peradangan Ya Tidak
Keadaan hidung Bersih Kotor
Palpasi sinus terhadap nyeri tekan
Frontal Nyeri Tidak
Maxilaris Nyeri Tidak
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Mulut
Inspeksi : membran mukosa bibir lembab, dan berwarna pink
Bibir Normal Labioschisis
Ulkus Sianosis
Lesi Pucat
Gusi Normal Gingivitis
Perdarahan
Gigi Normal Caries Karang gigi
Ompong Sisa makanan
Lidah Simetris Tidak
Ulkus Lesi Edema
Bercak putih Hiperemis
Keadaan Mulut Bersih Kotor
Palpasi :
44
Palatum Normal Pembengkakan
Fisura Palatoshisis
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Leher
Inspeksi :
Warna Normal Icterus
Jaringan perut Merah
Pembengkakan
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjer tyroid
Leher Panas Nyeri tekan
Kelenjer limfe submandibula Membesar Tidak
Kelenjer tiroid Membesar Tidak
JVD Ya Tidak
Lain-lain : Sakit saat menelan
Masalah Keperawatan : Gangguan menelan
45
Sputum Darah
Palpasi : Normal Nyeri Tekan
Lesi Peradangan
Postur Normal Elevasi Klavikula
Bentuk Ulkus Pigeon Chest
Funnel Chest Barel Cest
Ekspansi paru pada sisi Simetris Asimetris
Kanan dan kiri
Taktil Frmitus :
Anterior Normal Keras
Lemah
Posterior Normal Keras
Lemah
Perkusi Paru Resonan / Normal
Pekak
Auskultasi :
Bunyi nafas Vesikuler Bronkovesikuler
Brongkeal Trakeal
Ronchi kering Wheezing
Ronchi basah Rales
Lain-lain : Tidak ada kelainan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13 Payudara
Inpeksi : Normal Tidak
Palpasi : Normal Pembengkakan
Lain-lain : Tidak ada kelainan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14 Kardiovaskuler
Inspeksi jantung :
46
Pulpasi Aplika Terlihat Tidak terlihat
Inpensik dan palpasi :
Pulpasi Aplika Normal Bergeser
JVP Normal Meninggi
Palpasi :
Irama Jantung Teratur Tidak teratur
Perkusi Redup
Auskultasi :
Murmur Ya Tidak
Bunyi jantung :
S1 Normal Tidak
S2 Normal Tidak
Bunyi tambahan S2 S3
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
15 Abdomen / Perut
a. Abdomen
Inspeksi : Normal Pembesaran
Jaringan Parut Vena-vena
Auskultasi : Bising Usus Terdengar Sangat lambat
Hiperaktif Tidak ada
Perkusi Hepar Pekak .....................
Limpa Redup .....................
Abdomen Timpani Massa
Palpasi Ringan Normal Distensi bladder
47
16 Genetalia
Inpeksi : Normal Tidak, Sebutkan.........
Kateter Terpasang Tidak
Palpasi : Normal Hernia
Lesi Nyeri tekan
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
17 Muskuloskeletal
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan
Otot :
Ukuran Normal Atrofi Hipertrofi
Kontraktur Ya Tidak
Tremor Ya Tidak
Tulang Normal Deformitas
Tulang belakang Normal Kifosis Skoliosis
Lordosis Fraktur
Sendi Normal Bengkak Krepitasi
ROM Normal Terbatas
Palpasi :
Otot Normal Flasiditas
Spastisitas Tulang Normal Nyeri
Tekan Iya Tindakan
Pembengkakan Bengkak
Sendi Normal Nyeri Tekan
Bengkak
Lingkar lengan atas Laki-laki : 24,4 Cm (N=28,3 cm)
Perempuan :.....................(N=28,5 cm)
48
Uji kekuatan otot (0-5) : 5555 4444
4444 4444
Lain-lain : Pasien mengeluh lemah dan letih
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas
18 Persarafan / Neurologi
GCS (3-15) : 15
Orientasi Orang Tempat Waktu
49
Haemoglobin : 9,5 g/dl (lk :13-18, pr: 12-16)
Leukosit : 23.040 mm³ ( 5.000-10.000)
Trombosit : 496.000 mm³ ( 150.000-400.000)
Hematokrit : 29.7% (37-47%)
Hasil labor tanggal 4 April 2018
Faal ginjal
Ureum : 82 (20-50mg)
Creatinin : 1,4 (0,5-1,5)
Faal hati
SGOT : 22 (lk˂38, pr˂31)
SGPT : 6 (lk˂40, pr˂32)
50
Aro Suka, 13 April 2018
( Kelompok 3 )
3.2 ANALISA DATA
Inisial Pasien : Tn.S Umur : 68 Tahun
Tanggal : 13 April 2018 Diagnosa Medis : Ca Nasofaring
No Register : 063204 Ruang/Kamar : Interne
Data Fokus Masalah
No Pathway
(Subjektif dan Objektif) Keperawatan
1. DS :
Pasien mengatakan nyeri saat mestatase sel-sel kanker ke
Nyeri akut
menelan kelenjer getah bening melalui
Skala nyeri pasien rentang 6 aliran limfe
pertumbuhan dan
DO :
perkembangan sel-sel kanker
Ada pembengkakan di bawah
dikelenjer getah bening
telinga
Ekspresi wajah meringis
Tanda-tanda vital benjolan masa pada leher
TD : 120/90 mmhg bagian samping
N : 82x/menit
S : 36,7º C
P : 25x/menit menembus kelenjer dan
Nyeri mengenai otak bawahnya
P : Nyeri pada sekitar leher
dan tenggorokan dalam
menjalar ke kuduk kelenjer melewati pada otot
Q : Nyeri dirasakan seperti dan sulit digerakkan
tertusuk-tusuk
51
R : Nyeri dirasakan pada
rongga mulut bagian
Nyeri akut
dalam
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan hilang
timbul
2. DS :
Pasien mengatakan tidak mau Ketidakseimbangan indikasi kemoterapi
makan nutrisi kurang dari
Pasien mengatakan badan kebutuhan tubuh
terasa lemas pemasangan elektrik zona
DO : pencetus kemoreseptor di
Nafsu makan pasien menurun ventrikel IV otak
Mual +
Makanan habis 150 cc
mual, muntah
Tb : 150 cm, BB sehat 45 kg
BB sakit 42 kg (turun 3 kg),
Lingkar lengan : 24,4 cm
Hasil lab.tgl 3 april 2018
ketidakseimbangan nutrisi
Na=135, K=3,5, Cl=87, Ad
kurang dari kebutuhan tubuh
Random=100, Hb=9,5,
Leuko=23.040, Tb=496.000,
Ht=29,7%
Hasil lab.tgl 14 April 2018
Albumin=2,4
Diit MC 6x300cc
3. DS :
52
menelan aliran limfe
Gangguan menelan
53
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Daftar Diagnosa Keperawatan
(Berdasarkan Prioritas Masalah)
54
3.4 RENCANA KEPERAWATAN
Inisial Pasien : An. A Nomor Register : 093405
Umur : 12 Tahun Tanggal : 10 Februari 2017
Diagnosa Medis : Post Operasi Apendisitis Ruang/Kamar : Bedah
Masalah
No NOC NIC Aktivitas
Keperawatan
1. Nyeri akut 1. Kontrol nyeri dalam waktu 1. Management 1. Lakukan pengkajian nyeri
1 x 24 jam diharapkan : nyeri komprehensif yang meliputi
a. Mengenali kapan nyeri lokasi, karakteristi,
terjadi dari jarang onset/durasi, frekwensi,
menunjukkan skala (2) kwalitas, intensitas atau
ditingkatkan ke sering beratnya nyeri dan faktor
menunjukkan (4). pencetus.
b. Menggambarkan faktor 2. Gali pengetahuan dan
penyebab dari jarang kepercayaan pasien mengenai
menunjukkan skala (2) nyeri
ditingkatkan kesering 3. Gali bersama pasien faktor-
menunjukkan (4). faktor menurunkan atau
c. Menggunakan tindakan memperberat nyeri
pencegahan dari jarang 4. Pastikan perawatan analgesik
menunjukkan (2) bagi pasien dilakukan dengan
ditingkatkan kesering pemantauan yang ketat
menunjukkan skala (4) 5. Observasi reaksi non verbal
d. Menggunakan analgesik dari ketidaknyamanan
yang direkomendasikan 6. Gunakan tekhnik komunikasi
dari jarang menunjukkan terapeutik untuk mrngetahui
55
skala (2) ditingkatkan pengalaman nyeri
kesering menunjukkan 7. Bantu keluarga dalam mencari
skala (4). dan menyediakan dukungan
e. Melaporkan nyeri yang 8. Monitor kepuasan pasien
terkontrol dari jarang terhadap manajemen nyeri
menunjukkan skala (2)
ditingkatkan kesering 2. Pemberian 1. Tentukan lokasi karakteristik
menunjukkan skala (4). analgetik kwalitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati.
2. Tingkat nyeri dalam 1 x 2. Cek perintah pengobatan
24 jam diharapkan : meliputi obat,dosis,dan
a. nyeri yang dilaporkan frekwensi obat analgesik
dari cukup berat skala 3. Cek adanya riwayat alergi
(2) ditingkatkan ke 4. Pilih analgesik/kombinasi
ringan skala (4) yang sesuai ketika lebih dari
b. panjangnya episode satu
nyeri dari cukup berat 5. Berikan analgesik sesuai
skala (2) ditingkatkan waktu paruhnya,terutama pada
keringan skala (4). nyeri yang berat.
c. Mengerang dan
menangis dari cukup
berat skala (2)
ditingkatkan ke ringan
skala (4).
d. Ekspresi nyeri wajah
dari cukup berat skala
(2) ditingkatkan ke
ringan skala (4)
e. Mengerinyit dari cukup
berat skala (2)
ditingkatkan keringan
56
skala (4).
2. Ketidakseimbang Status nutrisi dalam 3x24 1. Manajemen 1. Kolaborasi dengan tim
an nutrisi kurang jam diharapakan : gangguan kesehatan lainnya untuk
dari kebutuhan 1. Asupan gizi dari banyak makan mengembangkan rencana
tubuh menyimpang (2) perawatan dngan melibatkan
berhubungan ditingkatkan ke sedikit klien dan orang-terdekatnya
dengan menyimpang (4) dengan tepat
ketidakmampuan 2. Asupan makanan dari 2. Rundingkan dengan tim dan
makan banyak menyimpang (2) klien untuk mengatur target
ditingkatkan ke sedikit pencapain berat badan jika
menyimpang (4) berat badan klien tidak
3. Asupan cairan dari berada dalam rentang berat
banyak menyimpang (2) badan yang
ditingkatkan ke sedikit direkomendasikan sesuai
menyimpang (4) umur dan bentuk tubuh
4. Energi dari banyak 3. Rundingkan dengan ahli gizi
menyimpang (2) dalam menentykan asupan
ditingkatkan ke sedikit kalori harian yang
menyimpang (4) diperlukan untuk
5. Rasio berat badan atau mempertahankan berat badan
tinggi badan dari banyak yang sudah ditentukan
menyimpang (2) 4. Ajarkan dan dukung konsep
ditingkatkan ke sdikit nurisi yang baik dengan
menyimpang (4) klien dan orang terdekat
2. status nutrisi : asupan
nutrisi dalam 3x24jam 2. Manajemen 1. Tentukan status gizi pasien
57
(4) 3. Instruksiskan pasien
2. Asupan protein dari mengenai kebutuhan nutrisi
sedikit adekuat (2) 4. Tentukan jumlah kalori dan
ditingkatkan ke jenis nutrisi yang dibutuhkan
sebagian besar adekuat untuk memenuhi persyaratan
(4) gizi
3. Asupan karbohidrat dari 5. Berikan pilihan makan
sedikit adekuat (2) sambil menawarkan
ditingkatkan ke bimbingan terhadap pilihan
sebagian besar adekuat makanan yang lebih sehat
(4) jika diperlukan
4. Asupan mineral dari
sedikit adekuat (2) 1. Timbang pasien dijam yang
ditingkatkan ke 3. Bantuan sama setiap hari
sebagian besar adekuat peningkatan 2. Diskusikan kemungkinan
(4) berat badan penyebab berat badan
berkurang
3. Monitor asupan kalori setiap
hari
4. Dukung peningkatan asupan
kalori
5. Berikan istirahat yang cukup
3. Gangguan Status menelan dalam 3x24 Bantuan perawatan 1. Monitor kemampuan pasien
menelan jam dengan diharapakan : diri : pemberian untuk menelan
berhubungan 1. Peningkatan usaha makan 2. Identifikasi diet yang
dngan defek menelan dari berat (1) disarankan
nasofaring ditingkatkan ke sedang 3. Pastikan posisi pasien yang
(3) tepat untuk memfasilitasi
2. Tidak nyaman dengan mengunyah dan menelan
menelan dari berat (1) 4. Berikan penurun nyeri yang
58
ditingkat kan ke sedang (3) cukup sebelum makan
dengan tepat
5. Posisikan pasien dalam posisi
makan yang nyaman
6. Berikan sedotan minuman
sesuai kebutuhan/sesuai
keinginan
7. Berian makan dengan suhu
yang paling sesuai
8. Monitor berat badan pasien
dengan tepat
9. Monitor status hidrasi pasien
dengan tepat
59
3.5 IMPLEMENTASI
Inisial Pasien : Tn.S
Ruang : Interne
Diagnosa
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
13 April Nyeri akut 1. Managemen nyeri S:
2018 berhubungan 1. Melakukan pengkajian Pasien mengatakan masih
dengan agen nyeri komprehensif yang nyeri saat menelan
cidera fisik meliputi Skala nyeri pasien rentang
lokasi,karakteristi,onset/dur 6
asi,frekwensi,kwalitas,inten O:
sitas atau beratnya nyeri Ada pembengkakan di
dan faktor pencetus. bawah telinga
2. Menggali pengetahuan dan Ekspresi wajah masih
kepercayaan pasien meringis
mengenai nyeri Tanda-tanda vital
3. Menggali bersama pasien TD : 120/80 mmhg
faktor-faktor menurunkan N : 75 x/menit
atau memperberat nyeri S : 36º C
4. Memastikan perawatan P : 22 x/menit
analgesik bagi pasien Nyeri
dilakukan dengan
P : Nyeri masih ada pada
pemantauan yang ketat
sekitar leher dan
5. Mengobsrvasi reaksi non
tenggorokan dalam
verbal dari
menjalar ke kuduk
ketidaknyamanan
Q : Nyeri masih dirasakan
6. Menggunakan tekhnik
seperti tertusuk-tusuk
komunikasi terapeutik
R : Nyeri masih dirasakan
untuk mrngetahui
pada rongga mulut bagian
pengalaman nyeri
dalam
60
7. Membantu keluarga dalam S : Skala nyeri 6
mencari dan menyediakan T : Nyeri masih dirasakan
dukungan hilang timbul
8. Memonitor kepuasan pasien IVFD RL 12 j/kolf
terhadap manajemen nyeri Inj dexametason
Injeksi Dexametason 2x1
2. Pemberian analgetik Injeksi Ranitidin 2x1
1. Menentukan lokasi
Ambroxol 3x ct
karakteristik kwalitas dan
Bicnat 2x1
keparahan nyeri sebelum
Pct bila suhu tinggi
mengobati.
2. Mengecek perintah
A : Masalah nyeri akut belum
pengobatan meliputi
teratasi
obat,dosis,dan frekwensi
P : Intervensi management nyeri
obat analgesik
dipertahankan pada no
3. Mengecek adanya riwayat
1,3,4,7 dan 8.
alergi
Intervensi pemberian
4. Memilih
analgesik dipertahankan
analgesik/kombinasi yang
pada no 1,2 dan 5
sesuai ketika lebih dari satu
5. Memberikan analgesik
sesuai waktu
paruhnya,terutama pada
nyeri yang berat.
Ketidakseim Manajemen gangguan makan S:
bangan 1. Berkolaborasi dengan tim Pasien masih mengatakan
nutrisi kesehatan lainnya untuk tidak mau makan
kurang dari mengembangkan rencana
Pasien mengatakan badan
kebutuhan perawatan dngan melibatkan masih terasa lemas
tubuh klien dan orang-terdekatnya
dengan tepat
61
2. Merundingkan dengan tim O:
dan klien untuk mengatur Nafsu makan pasien masih
target pencapain berat badan menurun
jika berat badan klien tidak
Mual +
berada dalam rentang berat
Makanan habis 150 cc
badan yang
direkomendasikan sesuai Tb : 150 cm, BB sehat 45
umur dan bentuk tubuh kg BB sakit 42 kg (turun 3
kg),
3. Merundingkan dengan ahli
gizi dalam menentykan Lingkar lengan : 24,4 cm
62
dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
5. Memberikan pilihan makan
sambil menawarkan
bimbingan terhadap pilihan
makanan yang lebih sehat
jika diperlukan
Bantuan peningkatan berat
badan
1. Menimbang pasien dijam
yang sama setiap hari
2. Mendiskusikan kemungkinan
penyebab berat badan
berkurang
3. Memonitor asupan kalori
setiap hari
4. Mendukung peningkatan
asupan kalori
5. Memberikan istirahat yang
cukup
63
dan menelan Ada penunpukan air ludah
4. Memberikan penurun nyeri dimulut
yang cukup sebelum makan Pasien masih terlihat
dengan tepat menelan berulang ulang
5. Memposisikan pasien dalam Pasien terlihat tersedak saat
posisi makan yang nyaman menelan makanan
6. Memberikan sedotan Turgor kulit masih jelek
minuman sesuai Membran mukosa kering
kebutuhan/sesuai keinginan A : masalah gangguan menelan
7. Memberikan makan dengan belum teratasi
suhu yang paling sesuai P : intervensi bantuan perawatan
8. Memonitor berat badan diri : pemberian makan
pasien dengan tepat dipertahankan pada no
9. Memonitor status hidrasi 1,4,5,6,7,8 dan 9
pasien dengan tepat
Diagnosa
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
14 April Nyeri akut 1. Managemen nyeri S:
2018 berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri Pasien mengatakan nyeri
dengan agen komprehensif yang meliputi masih saat menelan
cidera fisik lokasi,karakteristi,onset/durasi, Skala nyeri pasien
frekwensi,kwalitas,intensitas rentang 6
atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus. O:
2. Menggali bersama pasien Ada pembengkakan di
faktor-faktor menurunkan atau bawah telinga
memperberat nyeri Ekspresi wajah masih
3. Memastikan perawatan meringis
64
analgesik bagi pasien Tanda-tanda vital
dilakukan dengan pemantauan TD : 120/80 mmhg
yang ketat N : 77 x/menit
4. Membantu keluarga dalam S : 36,4º C
mencari dan menyediakan P : 22 x/menit
dukungan Nyeri
5. Memonitor kepuasan pasien P : Nyeri masih ada pada
terhadap manajemen nyeri sekitar leher dan
tenggorokan dalam
2. Pemberian analgetik menjalar ke kuduk
1. Menentukan lokasi Q : Nyeri masih dirasakan
karakteristik kwalitas dan seperti tertusuk-tusuk
keparahan nyeri sebelum R : Nyeri masih dirasakan
mengobati. pada rongga mulut
2. Mengecek perintah bagian dalam
pengobatan meliputi obat, S : Skala nyeri 6
dosis, dan frekwensi obat T : Nyeri masih dirasakan
analgesik hilang timbul
3. Memberikan analgesik sesuai IVFD RL 12 j/kolf
waktu paruhnya, terutama Inj dexametason
pada nyeri yang berat.
Injeksi Dexametason 2x1
Injeksi Ranitidin 2x1
Ambroxol 3x ct
Bicnat 2x1
Pct bila suhu tinggi
A : Masalah nyeri akut belum
teratasi
P : Intervensi management nyeri
dipertahankan pada no 1,3
dan 4
Intervensi pemberian
65
analgesik dipertahankan
pada no 1,2 dan 3
66
sambil menawarkan Intervensi bantuan
bimbingan terhadap pilihan peningkatan berat badan
makanan yang lebih sehat jika dipertahankan pada no
diperlukan 1,2,3 dan 4
Bantuan peningkatan berat
badan
1. Menimbang pasien dijam yang
sama setiap hari
2. Memonitor asupan kalori
setiap hari
3. Mendukung peningkatan
asupan kalori
4. Memberikan istirahat yang
cukup
Gangguan Bantuan perawatan diri : S:
menelan pemberian makan Pasien mengatakan
1. Memonitor kemampuan pasien masih sakit saat menelan
untuk menelan Pasien mengatakan
2. Memberikan penurun nyeri masih susah menelan
yang cukup sebelum makan
dengan tepat O:
3. Memposisikan pasien dalam Klien masih tampak
posisi makan yang nyaman susah menelan makanan
4. Memberikan sedotan minuman Ada penunpukan air
sesuai kebutuhan/sesuai ludah dimulut
keinginan Pasien masih terlihat
5. Memberikan makan dengan menelan berulang ulang
suhu yang paling sesuai Pasien terlihat tersedak
6. Memonitor berat badan pasien saat menelan makanan
dengan tepat
Turgor kulit masih jelek
7. Memonitor status hidrasi
Membran mukosa kering
67
pasien dengan tepat A : masalah gangguan menelan
belum teratasi
P : intervensi bantuan perawatan
diri : pemberian makan
dipertahankan pada no
1,2,3,4,5 dan 7
Diagnosa
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
15 April Nyeri akut 1. Managemen nyeri S:
2018 berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri Pasien mengatakan nyeri
dengan agen komprehensif yang meliputi saat menelan berkurang
cidera fisik lokasi,karakteristi,onset/duras Skala nyeri pasien
i,frekwensi,kwalitas,intensita rentang 4
s atau beratnya nyeri dan O :
faktor pencetus. Ada pembengkakan di
2. Memastikan perawatan bawah telinga
analgesik bagi pasien Ekspresi wajah sedikit
dilakukan dengan meringis
pemantauan yang ketat Tanda-tanda vital
3. Membantu keluarga dalam TD : 120/80 mmhg
mencari dan menyediakan N : 75 x/menit
dukungan S : 36º C
P : 22 x/menit
2. Pemberian analgetik Nyeri
1. Menentukan lokasi
P : Nyeri berkurang pada
karakteristik kwalitas dan
sekitar leher dan
keparahan nyeri sebelum
tenggorokan dalam
mengobati.
menjalar ke kuduk
2. Mengecek perintah
Q : Nyeri dirasakan seperti
pengobatan meliputi obat,
68
dosis, dan frekwensi obat tertusuk-tusuk berkurang
analgesik R : Nyeri dirasakan
3. Memberikan analgesik sesuai berkurang pada rongga
waktu paruhnya, terutama mulut bagian dalam
pada nyeri yang berat. S : Skala nyeri 4
T : Nyeri masih dirasakan
hilang timbul
IVFD RL 12 j/kolf
Inj dexametason
Injeksi Dexametason 2x1
Injeksi Ranitidin 2x1
Ambroxol 3x ct
Bicnat 2x1
Pct bila suhu tinggi
A : Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P : Intervensi management nyeri
dipertahankan pada no 1,3
dan 4
Intervensi pemberian
analgesik dipertahankan
pada no 1,2 dan 3
69
umur dan bentuk tubuh O:
2. Mengajarkan dan mendukung Nafsu makan pasien
konsep nurisi yang baik masih menurun
dengan klien dan orang
Makanan habis 150 cc
terdekat
Tb : 150 cm, BB sehat
Manajemen nutrisi
45 kg BB sakit 42 kg
1. Menentukan status gizi pasien (turun 3 kg),
dan kemampuan pasien untuk
Lingkar lengan : 24,4 cm
memenuhi kebutuhan gizi
2. Menginstruksikan pasien Diit MC 6x300cc
70
2. Memberikan penurun nyeri masih susah menelan
yang cukup sebelum makan
dengan tepat O:
3. Memposisikan pasien dalam Klien masih tampak
posisi makan yang nyaman susah menelan makanan
4. Memberikan sedotan minuman Ada penunpukan air
sesuai kebutuhan/sesuai ludah dimulut
keinginan Pasien masih terlihat
5. Memberikan makan dengan menelan berulang ulang
suhu yang paling sesuai Pasien terlihat tersedak
6. Memonitor berat badan pasien saat menelan makanan
dengan tepat Turgor kulit masih jelek
7. Memonitor status hidrasi pasien Membran mukosa kering
dengan tepat
A : masalah gangguan menelan
belum teratasi
P : intervensi bantuan perawatan
diri : pemberian makan
dipertahankan pada no
1,2,3,4,5,6 dan 7.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
71
Pada pengkajian, tidak semua data yang ditemukan pada kasus sesuai dengan konsep
teoritis dimana pada kasus klien mengalami Ca Nasofaring. Pada pengkajian tanggal 13 April
2018 di Ruang Interne RSUD Arosuka terlihat Tn. S meringis dan kesakitan pada saat menelan.,
TD : 120/90 mmHg, N: 82 x /menit, P : 25 x/menit, S : 36,7 0C, ada riwayat Ca Nasofaring 1
tahun yang lalu.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan maka dapat ditegakkan tiga diagnosa
keperawatan berdasarkan Nanda (2015-2017) yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan (dispagia)
3. Gangguan menelan berhubungan dengan defek rongga nasofaring
72
4.4 Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan juga dilakukan sesuai rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun yang disesuaikan dengan kondisi Tn.S. :
A. Implementasi tanggal 13 April 2018
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
a. Managemen nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi,karakteristi,onset/durasi,frekwensi,kwalitas,intensitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus.
2. Menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
3. Menggali bersama pasien faktor-faktor menurunkan atau memperberat nyeri
4. Memastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan
yang ketat
5. Mengobsrvasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
6. Menggunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk mrngetahui pengalaman
nyeri
7. Membantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
8. Memonitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
b. Pemberian analgetik
1. Menentukan lokasi karakteristik kwalitas dan keparahan nyeri sebelum
mengobati.
2. Mengecek perintah pengobatan meliputi obat,dosis,dan frekwensi obat
analgesik
3. Mengecek adanya riwayat alergi
4. Memilih analgesik/kombinasi yang sesuai ketika lebih dari satu
5. Memberikan analgesik sesuai waktu paruhnya,terutama pada nyeri yang berat.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan (disfagia)
a. Manajemen gangguan makan
73
1. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mengembangkan rencana
perawatan dngan melibatkan klien dan orang-terdekatnya dengan tepat
2. Merundingkan dengan tim dan klien untuk mengatur target pencapain berat
badan jika berat badan klien tidak berada dalam rentang berat badan yang
direkomendasikan sesuai umur dan bentuk tubuh
3. Merundingkan dengan ahli gizi dalam menentykan asupan kalori harian yang
diperlukan untuk mempertahankan berat badan yang sudah ditentukan
4. Mengajarkan dan mendukung konsep nurisi yang baik dengan klien dan
orang terdekat
b. Manajemen nutrisi
1. Menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
3. Menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
4. Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
5. Memberikan pilihan makan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan
makanan yang lebih sehat jika diperlukan
c. Bantuan peningkatan berat badan
1. Menimbang pasien dijam yang sama setiap hari
2. Mendiskusikan kemungkinan penyebab berat badan berkurang
3. Memonitor asupan kalori setiap hari
4. Mendukung peningkatan asupan kalori
5. Memberikan istirahat yang cukup
74
4. Memberikan penurun nyeri yang cukup sebelum makan dengan tepat
5. Memposisikan pasien dalam posisi makan yang nyaman
6. Memberikan sedotan minuman sesuai kebutuhan/sesuai keinginan
7. Memberikan makan dengan suhu yang paling sesuai
8. Memonitor berat badan pasien dengan tepat
9. Memonitor status hidrasi pasien dengan tepat
75
1. Merundingkan dengan tim dan klien untuk mengatur target pencapain berat
badan jika berat badan klien tidak berada dalam rentang berat badan yang
direkomendasikan sesuai umur dan bentuk tubuh
2. Merundingkan dengan ahli gizi dalam menentykan asupan kalori harian yang
diperlukan untuk mempertahankan berat badan yang sudah ditentukan
3. Mengajarkan dan mendukung konsep nurisi yang baik dengan klien dan
orang terdekat
b. Manajemen nutrisi
1. Menentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
3. Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
4. Memberikan pilihan makan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan
makanan yang lebih sehat jika diperlukan
c. Bantuan peningkatan berat badan
2. Menimbang pasien dijam yang sama setiap hari
3. Memonitor asupan kalori setiap hari
4. Mendukung peningkatan asupan kalori
5. Memberikan istirahat yang cukup
76
C. Implementasikan tanggal 15 April 2018
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
a. Managemen nyeri
1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristi,
onset/durasi, frekwensi, kwalitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
2. Memastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang
ketat
3. Membantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
b. Pemberian analgetik
1. Menentukan lokasi karakteristik kwalitas dan keparahan nyeri sebelum
mengobati.
2. Mengecek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekwensi obat analgesik
3. Memberikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang berat.
77
2. Memonitor asupan kalori setiap hari
3. Mendukung peningkatan asupan kalori
4. Memberikan istirahat yang cukup
4.5 Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan didapatkan evaluasi kondisi klien untuk setiap
diagnosa yaitu :
A. Evaluasi tanggal 13 April 2018
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Dengan evaluasi : Pasien mengatakan masih nyeri saat menelan, skala nyeri pasien
rentang 6. Ada pembengkakan di bawah telinga, ekspresi wajah masih meringis,
tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmhg, N : 75 x/menit, S : 36º C, P : 22 x/menit.
Nyeri ( P: Nyeri masih ada pada sekitar leher dan tenggorokan dalam menjalar ke
kuduk, Q: Nyeri masih dirasakan seperti tertusuk-tusuk, R: Nyeri masih dirasakan
pada rongga mulut bagian dalam, S: Skala nyeri 6, T: Nyeri masih dirasakan hilang
78
timbul). IVFD RL 12 j/kolf, injeksi Dexametason 2x1 dan Ranitidin 2x1. Ambroxol
3x ct, Bicnat 2x1,Pct bila suhu tinggi. Masalah nyeri akut belum teratasi dan
Intervensi management nyeri dan pemberian analgesik dipertahankan sebagian.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutruhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan
Dengan evaluasi : Pasien masih mengatakan tidak mau makan dan badan masih
terasa lemas. Nafsu makan pasien masih menurun, Mual +, Makanan habis 150 cc,
Tb : 150 cm, BB sehat 45 kg BB sakit 42 kg (turun 3 kg), Lingkar lengan : 24,4 cm,
Ad Random : 100 mg%, Diit MC 6x300cc, Alergi –. Masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi dan intervensi manajemen
gangguan makan,manajemen nutrisi dan bantuan peningkatan berat badan
dipertahankan sebagian.
c. Gangguan menelan berhubungan defek rongga nasofaring
Dengan evaluasi : Pasien mengatakan masih sakit saat menelan dan masih susah
menelan. Klien masih tampak susah menelan makanan, Ada penunpukan air ludah
dimulut, Pasien masih terlihat menelan berulang ulang, Pasien terlihat tersedak saat
menelan makanan, Turgor kulit masih jelek, Membran mukosa kering. Masalah
gangguan menelan belum teratasi dan intervensi bantuan perawatan diri : pemberian
makan dipertahankan sebagian.
79
teratasi dan Intervensi management nyeri dan pemberian analgesik dipertahankan
sebagian.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutruhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan
Dengan evaluasi : Pasien masih mengatakan tidak mau makan dan badan masih
terasa lemas. Nafsu makan pasien masih menurun, Mual +, Makanan habis 150 cc,
Tb : 150 cm, BB sehat 45 kg BB sakit 42 kg (turun 3 kg), Lingkar lengan : 24,4 cm,
Diit MC 6x300cc, Alergi –. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi dan intervensi manajemen gangguan
makan,manajemen nutrisi dan bantuan peningkatan berat badan dipertahankan
sebagian.
3. Gangguan menelan berhubungan defek rongga nasofaring
Dengan evaluasi : Pasien mengatakan masih sakit saat menelan dan masih susah
menelan. Klien masih tampak susah menelan makanan, Ada penunpukan air ludah
dimulut, Pasien masih terlihat menelan berulang ulang, Pasien terlihat tersedak saat
menelan makanan, Turgor kulit masih jelek, Membran mukosa kering. Masalah
gangguan menelan belum teratasi dan intervensi bantuan perawatan diri : pemberian
makan dipertahankan sebagian.
80
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutruhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan.
Dengan evaluasi : Pasien masih mengatakan sedikit mau makan dan badan lemas
berkurang. Nafsu makan pasien masih menurun, Makanan habis 150 cc, Tb : 150 cm,
BB sehat 45 kg BB sakit 42 kg (turun 3 kg), Lingkar lengan : 24,4 cm, Diit MC
6x300cc, Alergi –. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi sebagian dan intervensi manajemen gangguan makan,manajemen nutrisi dan
bantuan peningkatan berat badan dipertahankan sebagian
81
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang disebabkan
oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu bagian atas faring atau
tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di bagian THT, kepala serta leher. Sampai saat ini
belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat
berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi
terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi
ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita kanker ini.
5.2 Saran
Untuk rumah sakit perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang lebih memadai sebagai
sarana peningkatan kualitas asuhan keperawatan khususnya klien dengan Ca Nasofaring dan
Kesehatan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan, oleh karena itu akan lebih baik jika
selalu memperhatikan kesehatan lebih baik. Pencegahan penyakit Kanker Nasofaring harus lebih
diperhatikan karena Kanker Nasofaring di indonesia adalah keganasan ke-4 setelah kanker
payudara, kanker leher rahim dan kanker paru.
82
DAFTAR PUSTAKA
Anas, T. (2008). Klien Gangguan Pernapasan : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah, edisi 8 vol.3.EGC, Jakarta
Gunardi, d. S., & Saputra, d. L. (2012). Quick Review Anatomi Klinik, Edisi Kedua. Tanggerang
Selatan: Binapura Aksara Publisher.
Huda Nurarif, A., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
83