Anda di halaman 1dari 8

Niken Rahmatia, Tutik Ernawati | Pentalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit

Penatalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga di


Wilayah Kerja Puskesmas Satelit
Niken Rahmatia1, Tutik Ernawati2
1
Program Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Tingginya prevalensi skabies dapat disebabkan oleh kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan, higienitas yang buruk,
ketersediaan air bersih serta kepadatan penghuni rumah. Diagnosis dan tatalaksana dilakukan dengan pendekatan
kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif. Data primer didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
kunjungan rumah, dan data sekunder dari rekam medis pasien. Kasus pasien Tn. A 51 tahun menderita penyakit skabies
(ICD 10 – B86) yang berulang sejak tiga bulan yang lalu, namun pasien masih memiliki derajat fungsional 1 dalam melakukan
aktivitas sehari–hari. Faktor internal pada pasien yaitu higienitas pribadi yang buruk seperti handuk dan sprei tidak cuci
secara rutin meskipun sudah digunakan selain oleh anggota keluarga, serta pola pengobatan yang bersifat kuratif. Faktor
eksternal pada pasien yaitu rendahnya pendapatan keluarga (ICD10–Z59.6), kurangnya pencahayaan dan ventilasi rumah,
lingkungan rumah padat penduduk, lingkungan rumah yang tidak bersih, serta rendahnya pengetahuan pasien dan keluarga
mengenai penyakit skabies. Upaya penatalaksanaan secara holistik dan komprehensif menggunakan pendekatan
kedokteran keluarga berupa edukasi mengenai penyebab, penularan, pengobatan serta pencegahan penyakit. penyakit
skabies sulit diberantas bila tidak disertai dengan perubahan pola hidup bersih dan sehat.

Kata Kunci : holistik, kedokteran keluarga, komprehensif, skabies

Management of Skabies with Family Medical Approach in Puskesmas Satelit

Abstract
The high prevalence of scabies can be caused by poverty, low levels of education, poor hygiene, availability of clean water
and density of residents. Diagnosis and treatment are carried out with a holistic and comprehensive family medicine
approach. Primary data were obtained through history taking, physical examination and home visits, and secondary data
from the patient's medical records. Patient's case a 51-year-old has suffered from scabies (ICD 10 - B86) that has recurred
three months ago, but the patient still has a functional degree of 1 in carrying out daily activities. Internal factors in patients
are poor personal hygiene, towels and bed linen do not wash regularly even though it has been used other than by family
members, as well as curative treatment patterns. External factors in patients are low family income (ICD10-Z59.6), lack of
home lighting and ventilation, densely populated home environments, lack of cleanliness in the home environment, and
low patient and family knowledge about scabies. The holistic and comprehensive eradication approach uses a family
medicine approach in the form of education about the causes, transmission, treatment and prevention of diseases. Scabies
disease is difficult to eradicate if it is not accompanied by changes in clean and healthy lifestyle.

Keywords : comprehensive, holistic, family medicine, scabies

Korespondensi : Niken Rahmatia, Alamat jl. Harapan 1a Way Halim, HP 081279147322, e-mail rahmatianiken@gmail.com

Pendahuluan penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim


Skabies adalah penyakit kulit menular tropis dan subtropis, seperti Afrika, Mesir,
akibat infestasi dan sensitisasi tungau Amerika tengah, Amerika selatan, Australia
Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. utara, Australia tengah, Kepulauan Karabia,
Sarcoptes scabei termasuk filum Arthropoda, India, dan Asia tenggara. 2,3
kelas Arachnida, ordo Acarina, famili Menurut Departemen Kesehatan
Sarcoptidae. Sinonim atau nama lain skabies Republik Indonesia (Depkes RI), berdasarkan
adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan data dari puskesmas seluruh Indonesia pada
gatal agogo. Ditandai dengan keluhan gatal tahun 2009, angka kejadian skabies adalah
terutama pada malam hari, mengenai 5,6% hingga 12,95%. Skabies di Indonesia
sekelompok orang, dengan tempat predileksi di menduduki urutan ke 3 dari 12 penyakit kulit
lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab.1 tersering, dijumpai 704 kasus skabies yang
Menurut World Health Organization merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru.
(WHO) terdapat sekitar 300 juta kasus skabies Pada tahun 2011 dan 2013 prevalensi skabies
di dunia setiap tahunnya. Skabies termasuk adalah 6% dan 3,9%. Berdasarkan data dari

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020 | 1


Niken Rahmatia, Tutik Ernawati | Pentalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012, informasi tentang pencegahan, diagnosis,
kasus skabies berjumlah 2941 orang. Pada pengobatan, dan prognosis; (6) Melakukan
tahun 2014 kasus skabies mengalami pencegahan dan pengendalian penyakit kronik
peningkatan menjadi 7960 orang.4 dan kecacatan melalui penilaian risiko,
Faktor yang berperan pada tingginya pendidikan kesehatan, deteksi dini penyakit,
prevalensi skabies adalah kemiskinan, terapi preventif, dan perubahan perilaku.7
kepadatan penghuni rumah, tingkat pendidikan Penatalaksanaan kasus bertujuan untuk
rendah, keterbatasan air bersih, dan perilaku mengidentifikasi masalah klinis pada pasien
kebersihan yang buruk. Kepadatan penghuni dan keluarga. Identifikasi faktor–faktor
rumah merupakan faktor risiko paling dominan berpengaruh yang dapat mengubah perilaku
dibandingkan faktor risiko skabies lainnya. kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi
Tingginya kepadatan penghuni disertai keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
interaksi dan kontak fisik yang erat juga diperlukan.
memudahkan penularan skabies.5
Siklus hidup tungau tersebut setelah Kasus
kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, Pasien Tn. AW, usia 51 tahun datang ke
tungau jantan akan mati. Tungau betina yang puskesmas satelit dengan keluhan bintil–bintil
telah dibuahi menggali terowongan dalam kemerahan disertai gatal di sela jari tangan,
stratum korneum dengan kecepatan dua kedua telapak tangan, kedua siku dan perut
hingga 3 mm sehari sambil meletakkan sejak tiga bulan yang lalu. Keluhan gatal
telurnya 2 hingga 50. Telur akan menetas dirasakan memberat terutama malam hari.
biasanya dalam waktu 3 sampai 10 hari dan Pasien telah mengonsumsi obat pereda gatal
menjadi larva. Larva ini dapat tinggal dalam yang didapat dari puskesmas namun keluhan
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah tidak kunjung menghilang. Pasien mengatakan
2 sampai 3 hari larva akan menjadi nimfa. awalnya keluhan berupa bintil–bintil kecil
Aktivitas S. scabiei di dalam kulit menyebabkan sebesar jarum pentul pada sela jari tangan
rasa gatal.6 kanan, namun lama kelamaan bintil–bintil
Skabies sering diabaikan, dianggap biasa semakin banyak dan menyebar hingga ke sela
saja dan lumrah terjadi pada masyarakat di jari tangan kiri, kedua telapak tangan, kedua
Indonesia, karena tidak menimbulkan kematian siku dan perut. Pasien sudah berobat ke
sehingga penanganannya tidak menjadi puskesmas Satelit, diberikan obat pereda gatal
prioritas utama, padahal jika tidak ditangani namun keluhan belum membaik. Istri dan anak
dengan baik skabies dapat menimbulkan pasien mengalami keluhan serupa.
komplikasi yang berbahaya.6 Pasien merupakan kepala keluarga yang
Pelayanan kesehatan primer berperan berprofesi sebagai buruh. Pasien memiliki satu
penting pada penyakit skabies dalam hal orang istri dan satu orang anak. Saat ini pasien
penegakan diagnosis dan terapi yang tepat, tinggal bersama, istri yaitu Ny.AN (46 tahun)
pencegahan penyakit dan menularnya penyakit dan anak tunggal yaitu An.PR (12 tahun).
ke komunitas, karena penyakit ini mudah sekali Bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti.
menular terutama pada pemukiman yang Komunikasi dalam keluarga berjalan lancar.
padat. Oleh karena itu, penanganan yang tepat Keluarga pasien sering berkumpul bersama
pada kasus ini dengan menggunakan membicarakan aktivitas yang dilakukan sehari-
pendekatan kedokteran keluarga.7 hari oleh masing–masing anggota keluarga.
Ciri dokter keluarga adalah (1) Menjadi Pemecahan masalah di keluarga pasien melalui
kontak pertama dengan pasien dan diskusi antara kedua orang tuanya sedangkan
memberikan pembinaan berkelanjutan anak–anak tidak dilibatkan. Keputusan di
(continuing care); (2) Membuat diagnosis keluarga biasanya ditentukan oleh pasien.
medis dan penanganannya; (3) Membuat Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari–hari
diagnosis psikologis dan penanganannya; (4) keluarga ini hanya bergantung pada
Memberi dukungan personal bagi setiap pasien penghasilan pasien yang bekerja sebagai
dengan berbagai latar belakang dan berbagai buruh. Pasien merupakan seorang buruh
stadium penyakit; (5) Mengomunikasikan bengkel. Pendapatan perbulan keluarga

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020 | 2


Niken Rahmatia, Tutik Ernawati | Pentalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit

sebesar ± Rp.100.000,- yang digunakan untuk dengan rumah lainnya berdekatan.


menghidupi tiga orang di keluarga ini. Perilaku Pada pemeriksaan fisik penampilan
berobat keluarga yaitu memeriksakan anggota sesuai usia, keadaan umum tampak sakit
keluarganya yang sakit ke layanan kesehatan. ringan, kesadaran compos mentis, berat badan
Pola pengobatan pada pasien dan keluarga jika 75 kg, tinggi badan 172 cm. Pengukuran status
memiliki keluhan berobat ke puskesmas. gizi untuk dewasa laki–laki usia diatas 18 tahun
Pasien sudah memiliki jaminan kesehatan yang yaitu dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT
terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan pada pasien didapatkan 25.42 kg/m2. Hasil
Sosial Kesehatan (BPJS). Keluarga pasien interpretasi menurut table IMT yang
berobat ke puskesmas Satelit yang berjarak ± dikeluarkan oleh Asia Pasifik tergolong obese
7,3 kilometer dari rumah pasien. derajat 1. TD 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,5 oC,
pemeriksaan head to toe dalam batas normal.

Gambar 1. Genogram keluarga Tn. A


Gambar 2. Status lokalis

Dari hasil wawancara dan kunjungan Pada regio dorsum manus dextra et sinistra,
didapatkan luas rumah 7 x 6 m2. Luas halaman interdigitalis manus dextra et sinistra,
± 1 m2. Rumah pasien berdinding batu bata olecranon dextra et sinistra dan abdomen
yang sudah dicat, lantai dilapisi semen, dan tampak papul eritematosa multiple, batas
beratap genteng dengan jumlah dua kamar tegas, bentuk bulat, ukuran miliar hingga
tidur, satu kamar mandi, satu dapur dan satu lentikular, diskret–konfluen, penyebaran
ruang tamu pada bagian depan rumah. Rumah regional.
terkesan kurang rapih dan tata ruang masih Diagnostik awal pada pasien ini:
kurang baik. Penerangan oleh sinar matahari 1) Aspek Personal
(jendela dengan ventilasi) pada siang hari dan - Alasan kedatangan: Muncul bintil–
lampu listrik pada malam hari. Ventilasi bintil kemerahan disertai gatal
dirasakan kurang karena hanya memiliki dua terutama pada malam hari di sela
jendela di ruang tamu dan satu jendela di kedua jari tangan, kedua telapak
kamar tidur. Tambahan sirkulasi udara di tangan, kedua siku dan perut sejak tiga
dalam rumah berupa kipas angin. Kebersihan bulan yang lalu.
ruang cukup bersih. Pasien memiliki satu kamar - Kekhawatiran: Bintil–bintil akan
mandi di luar rumah dengan jamban jongkok bertambah banyak dan meluas,
berukuran 2 x 1 m2. Kebutuhan air tercukupi keluhan gatal tidak menghilang dan
dari sumur pompa dan jarak rumah dengan penyakit tidak sembuh sehingga dapat
septic tank sekitar sepuluh meter. Saluran air mengganggu aktivitas sehari–hari.
dialirkan ke got belakang rumah yang mengalir. Pasien khawatir penyakitnya dapat
Tempat sampah berada diluar rumah. Kesan menularkan ke lingkungan sekitar.
kebersihan lingkungan rumah cukup bersih. Di
- Harapan: Bintil–bintil kemerahan
halaman depan rumah tertanam beberapa
disertai gatal dapat hilang dan tidak
tanaman hias. Jarak antara rumah pasien

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020 | 3


Niken Rahmatia, Tutik Ernawati | Pentalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit

terjadi kekambuhan sehingga pasien terdapat di pakaian, handuk, sprei dan


dapat beraktivitas seperti biasa. lain–lain.
- Persepsi: Keluhan terjadi karena pasien - Memberikan edukasi terhadap pasien
tidur di bekas tempat tidur yang mengenai komplikasi yang akan terjadi
digunakan oleh keponakan pasien yang jika penyakit tidak diobati.
mengalami keluhan serupa, tanpa - Memberikan edukasi tentang
mengganti dan mencuci terlebih modifikasi jenis makanan yang dapat
dahulu sprei tersebut. memperberat penyakit.
2) Diagnosis Klinis Awal - Memberikan edukasi pada pasien
- Skabies (ICD 10: B86) untuk mengonsumsi makanan bergizi
- Obesitas Derajat 1 (ICD 10: E66.9) dan sehat.
3) Risiko internal - Memberikan edukasi pada pasien agar
- Kebiasaan pasien yang tidak rutin berobat ke puskesmas atau pelayanan
mencuci handuk dan sprei. kesehatan lain jika keluhan tidak
- Pakaian kotor yang ditumpuk di ember membaik.
dalam kamar. - Memberikan edukasi pada pasien cara
- Pola pengobatan kuratif. penggunaan krim yang telah diberikan.
4) Risiko Eksternal Family Focused
- Sosial ekonomi : Keluarga dengan - Memberikan informasi dan edukasi
penghasilan rendah (ICD10 - Z59.6). menggunakan media poster dan leaflet
- Lingkungan : Tempat tinggal pasien mengenai skabies dan penyebabnya.
berada pada daerah pemukiman yang - Memberikan informasi dan edukasi
padat penduduk. menggunakan media poster dan leaflet
- Hygiene lingkungan rumah yang mengenai tanda dan gejala skabies
kurang. serta cara penularannya.
- Pengetahuan keluarga yang rendah. - Memberikan informasi dan edukasi
5) Derajat Fungsional menggunakan media poster dan leaflet
Satu, pasien dapat melakukan aktivitas mengenai penatalaksanaan skabies.
sehari–hari seperti keadaan sebelum
- Memberikan informasi dan edukasi
sakit.
menggunakan media poster dan leaflet
Intervensi yang akan diberikan pada
mengenai kebersihan diri dan
pasien ini adalah edukasi dan konseling kepada
lingkungan sekitar rumah.
pasien dan keluarga mengenai hal–hal yang
harus dimodifikasi dan harus diketahui untuk - Memberikan informasi dan edukasi
mencegah kemungkinan terjadinya keluhan menggunakan media poster dan leaflet
berulang. Intervensi yang akan dilakukan mengenai modifikasi makanan yang
terbagi atas patient center, family focus dan dapat memperberat penyakit.
community oriented. - Memberikan informasi dan edukasi
Patient Centered menggunakan media poster dan leaflet
1. Farmakologi mengenai faktor–faktor yang dapat
- Mengobati penyakit dengan menyebabkan terjadinya skabies.
memberikan krim scabimite (permetrin - Memberikan informasi dan edukasi
5% ). menggunakan media poster dan leaflet
- Memberikan anti histamin berupa mengenai pola hidup sehat dan bersih.
cetirizin tablet 10 mg. Community Oriented
2. Non farmakologi Memberikan konseling mengenai penularan
- Memberikan edukasi dan motivasi dan pencegahan penyakit skabies yang dapat
kepada pasien agar menjaga menular ke anggota keluarga dan tetangga
kebersihan diri dan lingkungan. misalnya dengan cara memisahkan pakaian
- Edukasi pasien mengenai cara pribadi, handuk, sprei dari mulai mencuci
pemberantasan tungau yang mungkin hingga penggunaanya.

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020 | 4


Niken Rahmatia, Tutik Ernawati | Pentalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit

Pembahasan pasien ini terpenuhi dua kriteria tanda kardinal


Skabies merupakan penyakit kulit yang yaitu pruritus nokturna dan menyerang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi manusia secara berkelompok. Sedangkan dua
terhadap Sarcoptes scabei var, hominis dan tanda kardinal lainnya hanya bisa dibuktikan
produknya. Penyakit ini sangat mudah menular pada pemeriksaan penunjang yaitu secara
dan timbul gatal terutama pada malam hari. mikroskopis dengan larutan KOH 10%, namun
Transmisi terjadi melalui perpindahan tungau uji ini tidak dilakukan dikarenakan sarana dan
dewasa dari satu individu yang terinfeksi ke prasarana di puskesmas Satelit tidak tersedia .8
orang lain dengan kontak langsung kulit ke kulit Pada pemeriksaan fisik didapatkan
dan secara tidak langsung melalui pakaian, penampilan sesuai usia, keadaan umum
handuk, atau sprei yang terkontaminasi. tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis,
Daerah predileksi pada tempat dengan stratum berat badan 75 kg, tinggi badan 172 cm.
korneum tipis, yaitu sela jari tangan, Pengukuran status gizi untuk dewasa laki–laki
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian usia diatas 18 tahun yaitu dengan IMT. IMT
luar, lipat ketiak, areola mammae, umbilicus, pada pasien didapatkan 25.42 kg/m2. Hasil
bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian interpretasi menurut table IMT yang
bawah.1 dikeluarkan oleh Asia Pasific tergolong obese
Studi kasus dilakukan pada pasien Tn. AW, derajat 1. TD 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
usia 51 tahun, dengan keluhan muncul bintil– frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,5 ºC.
bintil kemerahan disertai gatal di sela jari Pasien dengan kondisi obese berisiko untuk
tangan, kedua telapak tangan, kedua siku dan terkena penyakit kulit dikarenakan kelembapan
perut sejak tiga bulan yang lalu. Awalnya bintil kulit yang tinggi akibat terbentuknya lipatan-
sebesar jarum pentul dirasakan muncul lipatan lemak pada permukaan kulit. Kondisi
pertama kali pada sela jari tangan kanan. tersebut dapat membuat mikrorganisme
Keluhan tersebut disertai rasa gatal yang tumbuh subur pada permukaan kulit.9 Pada
semakin memberat terutama pada malam hari. pemeriksaan status dermatologis didapatkan
Untuk mengurangi rasa gatal tersebut, pasien pada regio dorsum manus dextra et sinistra,
berobat ke puskesmas namun keluhan gatal interdigitalis manus dextra et sinistra,
belum membaik. Keluhan yang dirasakan olecranon dextra et sinistra dan abdomen
semakin lama semakin bertambah dan tampak papul hipopigmentasi hingga
menyebar ke bagian lain yaitu telapak tangan, eritematosa multiple, batas tegas, bentuk
kedua siku hingga perut. Rasa gatal yang bulat, ukuran miliar hingga lentikular, diskret–
dirasakan membuat pasien menggaruk kulit konfluen, penyebaran regional. Hal ini sesuai
hingga timbul luka akibat garukan. Akhirnya dengan diagnosis skabies, dimana dalam teori
pasien berobat ke puskesmas. dikatakan bahwa predileksi terjadinya pada
Pasien mengatakan keluhan yang dirasakan daerah dengan stratum korneum yang tipis.
timbul setelah keponakannya menginap di Lesi yang tampak pada pasien ini sesuai dengan
rumah. Keponakan pasien memiliki keluhan tinjauan pustaka yang menyebutkan bahwa
serupa dan tinggal di pondok pesantren. Pasien kelainan kulit dapat menyerupai bentuk
memiliki kebiasaan jarang mencuci handuk, dermatitis lainnya dengan ditemukannya
sprei, dan sering meminjam pakaian milik papul, vesikel, urtika, dan lain–lain. Dengan
orang lain. garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta,
Penegakan diagnosis skabies dilakukan atas dan infeksi sekunder. Efloresensinya berupa
dasar terpenuhinya dua dari empat tanda papula atau vesikel dimana puncaknya
kardinal yaitu ditemukannya lesi kulit berupa terdapat gambaran lorong–lorong rumah
terowongan (kunikulus) berbentuk garis lurus sarcoptes yang biasanya disebut dengan istilah
atau berkelok, warna putih atau abu–abu burrows atau kunikulus. Kunikulus ini pada
dengan ujung papul atau vesikel, gatal pemeriksaan fisik tidak begitu tampak karena
terutama pada malam hari (pruritus nokturna), sudah hilang akibat garukan kronis.10
menyerang manusia secara berkelompok, dan Diagnosis pasti dengan ditemukannya
ditemukannya tungau. Apabila terjadi infeksi tungau, larva, telur atau feses Sarcoptes scabiei
sekunder timbul pustul atau nodul. Pada secara mikroskopis dengan KOH 10%, namun

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020 | 5


Niken Rahmatia, Tutik Ernawati | Pentalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit

tungau sulit ditemukan karena tungau yang antara lain: (1) Belerang endap (sulfur
menginfestasi penderita hanya sedikit, uji tinta, presipitatum), dengan kadar 4–20% dalam
tetrasiklin fluoresesi test, atau mineral minyak bentuk salep atau krim. Kekurangannya adalah
juga dapat dilakukan. Selain itu, skabies juga berbau, mengotori pakaian dan kadang–
dapat menyerupai berbagai macam penyakit kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai
sehingga disebut juga the great imitator.11 pada bayi berumur kurang dari dua tahun, ibu
Penemuan tungau pada pasien merupakan hamil dan ibu menyusui; (2) benzil benzoat (20-
suatu hal yang paling diagnostik, maka dari itu 25%), efektif terhadap semua stadium,
dianjurkan agar melakukan pemeriksaan diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat
penunjang untuk menemukan tungau jika ini sulit diperoleh, sering menyebabkan iritasi,
kondisi pasien masih meragukan. Pada pasien dan kadang–kadang makin gatal setelah
ini tidak dilakukan pemeriksaan tungau karena dipakai. Efek samping obat ini adalah dapat
anamnesis dan pemeriksaan fisik saja sudah terjadi diare pada menit pertama saat
dapat menegakkan diagnosis dan pengolesan; (3) Gama benzena heksa klorida
menyingkirkan diagnosis banding, juga karena (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam
terdapat keterbatasan sarana dan prasarana di krim atau losio, termasuk obat pilihan karena
puskesmas.5 efektif terhadap semua stadium, mudah
Uji tetrasiklin dan burrow ink test (uji tinta) digunakan, dan jarang menyebabkan iritasi.
jarang dilakukan karena sering menghasilkan Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih
negatif palsu. Hal ini terjadi karena biasanya ada gejala diulangi seminggu kemudian; (4)
pasien datang dalam keadaan penyakit yang Krotamiton 10% dalam krim atau losio
lanjut dan kebanyakan telah terjadi infeksi merupakan obat pilihan yang mempunyai dua
sekunder, sehingga terowongan tertutup oleh efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus
krusta dan tidak dapat dimasuki tinta atau dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra; (5)
salep. Uji diagnositik skabies lainnya adalah Permetrin dengan kadar 5% dalam krim kurang
dermoskopi yang memiliki tingkat toksik dibandingkan gameksan, efektifitasnya
sensitivitas 95%.5 sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah
Penatalaksanaan skabies meliputi sepuluh jam. Bila belum sembuh diulangi
pengobatan topikal dan sistemik. Pada pasien setelah satu minggu. Cara pemberian dengan
ini diberikan kedua macam pengobatan cara mengoleskan pada seluruh tubuh kecuali
tersebut. Pada kunjungan pasien ke puskesmas wajah. Pengobatan skabies terbaik adalah
Tanjung Sari pasien diberi terapi topikal berupa topikal permetrin atau ivermectin (oral), tetapi
salep permetrin 5% dan terapi sistemik tablet regimen optimal masih belum jelas.
anti histamin untuk mengurangi rasa gatal Pada pasien diberikan obat topikal
berupa cetrizine 10 mg. permetrin 5% yang merupakan obat pilihan
Obat–obat anti skabies idealnya memiliki utama untuk terapi skabies karena efektif pada
syarat sebagai berikut : semua stadium tungau. Permetrin bekerja
dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel
- Efektif untuk semua stadium tungau saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan
- Tidak mengiritasi dan tidak toksik natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi
- Tidak berbau dan tidak mengotori dinding sel dan akhirnya terjadi paralisis
- Tidak merusak dan mewarnai pakaian parasit.6
- Mudah diperoleh dengan harga yang Permetrin dimetabolisir dengan cepat di
murah kulit, hasil metabolisme yang bersifat tidak
Beberapa syarat pengobatan yang harus aktif akan segera diekskresi melalui urine.
diperhatikan : (1) Semua anggota keluarga Pengaplikasian permetrin 5% krim dapat
harus diperiksa dan semua harus diberi menghilangkan ektoparasit dan mengurangi
pengobatan secara serentak; (2) Personal symptom (biasanya pruritus). Kontraindikasi
hygiene harus diperbaiki. permetrin ialah pada pasien hipersensitif
Pada penatalaksanaan secara khusus terhadap permethrin, pirethroid sintetis atau
biasanya menggunakan obat–obatan. Obat anti pirethrin.1
skabies yang tersedia dalam bentuk topikal Permetrin merupakan obat pilihan

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020 | 6


Niken Rahmatia, Tutik Ernawati | Pentalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit

utama untuk semua usia, tetapi beberapa skabies akan semakin mudah berkembang
kepustakaan menganjurkan untuk tidak pada ruangan yang kelembabannya tinggi dan
diberikan pada bayi kurang dari dua bulan, tidak terkena sinar matahari.12
wanita hamil, dan ibu menyusui. Efek samping Beberapa faktor predisposisi lain dari
berupa rasa terbakar, perih, dan gatal jarang penyakit ini adalah lingkungan rumah yang
ditemukan. 8 padat dan hygiene lingkungan yang kurang baik
Setelah dilakukan wawancara dan dapat menjadi tempat hidup tungau Sarcoptes
observasi pada rumah pasien dapat scabiei. Penyebaran tungau skabies akan lebih
disimpulkan bahwa terdapat faktor–faktor dari mudah terjadi pada penduduk yang hidup
aspek internal dan lingkungan yang berkelompok atau padat penghuni pada suatu
berpengaruh terhadap timbulnya penyakit lingkungan seperti asrama, kelompok anak
skabies tersebut. Pada aspek internal, keluarga sekolah, antar anggota keluarga pada rumah
pasien belum mengetahui penyebab dari yang padat penghuni bahkan antar warga di
penyakit yang dialami, penyebaran dan suatu perkampungan. Kepadatan tempat
penularan skabies, serta personal hygiene yang hunian sebagai faktor risiko terjadinya skabies
masih kurang. Penularan melalui kontak tidak telah dibuktikan dengan berbagai penelitian,
langsung seperti penggunaan alat pribadi khususnya pada pondok pesantren (di
secara bersamaan memegang peranan penting. Indonesia).12
Oleh sebab itu diperlukan edukasi kepada Dari segi perilaku kesehatan pasien
keluarga pasien untuk tidak menggunakan masih mengutamakan kuratif dari pada
pakaian milik orang lain, mencuci pakaian, preventif dan kurang memiliki pengetahuan
handuk, sprei dan menyeterika pakaian, tentang penyakit yang diderita. Oleh karena itu
menyimpannya di almari serta menjemur perlu diberikan edukasi pada keluarga.
sofa/tempat tidur. Hal ini dilakukan untuk Komunikasi, informasi dan edukasi penting
mematikan semua tungau dewasa dan telur diberikan kepada pasien dan keluarganya
sehingga tidak terjadi kekambuhan.8 karena penyakit ini memang tidak memerlukan
Sedangkan dari aspek lingkungan yaitu waktu yang cukup lama untuk sembuh namun
kebersihan rumah yang kurang. Pencahayaan angka terinfeksi kembali cukup tinggi dan
dan ventilasi di dalam rumah kurang baik. sangat dipengaruhi oleh faktor–faktor
Keluarga diberikan edukasi untuk memperbaiki predisposisi.12
ventilasi dan penerangan dengan membuka Dalam penatalaksanaan pasien, seorang
pintu rumah pada siang hari serta kipas angin dokter perlu memperhatikan pasien
yang digunakan selalu dibersihkan. Ventilasi seutuhnya, tidak hanya tanda dan gejala
yang tidak memenuhi syarat akan penyakit namun juga psikologisnya. Pembinaan
menyebabkan ganggun pertukaran udara di keluarga yang dilakukan pada kasus ini tidak
dalam ruangan, sehingga kelembaban udara di hanya mengenai penyakit pasien, tetapi juga
dalam ruangan akan naik. Normalnya, mengenai masalah lainnya seperti faktor
kelembaban dalam ruangan berkisar antara ekonomi dan pemenuhan kebutuhan keluarga,
40% sampai 70%. Fungsi ventilasi sebagai perilaku kesehatan keluarga dan lingkungan.7
tempat masuknya sinar matahari ke dalam Masalah ekonomi yang dialami adalah
ruangan.12 tidak adanya tabungan keluarga. Hal ini karena
Benda yang telah terkontaminasi oleh rendahnya pendapatan keluarga sehingga
tungau skabies harus dijemur dibawah sinar hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
matahari karena sinar matahari mampu pangan dan sandang. Keluarga dimotivasi
mematikan tungau skabies. Selain itu, tingkat untuk menambah sumber pendapatan
pencahayaan yang baik di dalam ruangan akan tambahan melalui pemanfaatan waktu luang,
mengurangi kelembaban ruangan sehingga seperti berdagang atau menjadi pramuwisma
tungau tidak mampu bertahan lebih lama di paruh waktu.
luar kulit. Hal ini akan mengurangi proses
penularan tungau skabies ke orang lain. Simpulan
Kurangnya ventilasi kamar berpengaruh besar Terdapat beberapa faktor internal
terhadap kejadian skabies, karena tungau maupun eksternal pemicu terjadinya skabies

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020 | 7


Niken Rahmatia, Tutik Ernawati | Pentalaksanaan Skabies Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit

yang telah dinyatakan oleh beberapa teori Kedokteran Universitas Indoensia;2016;


sesuai sumber acuan. Penanganan dan upaya vol.
pemberantasan secara holistik dan 7. Maramis WF. Kedokteran Keluarga =
komprehensif menggunakan pendekatan Family Medicine. J WIDYA Med.
kedokteran keluarga berupa edukasi mengenai 2014;2(2):67–72.
penyebab, penularan, pengobatan serta 8. Nuromah PI. Kondisi Fisik Lingkungan Dan
pencegahan penyakit. Tanpa adanya Keberadaan Sarcoptes Scabiei Pada Kuku
perubahan perilaku berupa pola hidup bersih Warga Binaan Permasyarakataan
dan sehat serta mengobati seluruh anggota Penderita Skabies Di Blok A Lembaga
keluarga yang sakit, skabies akan sulit Pemasyarakatan Klas I Surabaya. Jurnal
dihentikan dan mudah berulang. Kesehatan Lingkungan,2018;10.
9. Swiney J. The Relationship between
Daftar Pustaka Obesity and Skin and Soft Tissue
1. Boediardja H. Ilmu Penyakit Kulit dan Infections;2010;2:33.
Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran 10. Lathifa M. Faktor-Faktor Yang
Universitas Indoensia; 2016. Berhubungan Dengan Suspect Skabies
2. Linden N van der, Gool K van, Gardner K, Pada Santriwati Pondok Pesantren
Dickinson H, Agostino J, Regan DG, et al. A Modern Diniyyah Pasia, Kec. Ampek
systematic review of scabies transmission Angkek, Kab. Agam, Sumatera Barat Tahun
models and data to evaluate the cost- 2014; 2015[cited 2020 Feb 6]; Tersedia
effectiveness of scabies interventions. dari:
PLoS Negl Trop Dis. 2019;13(3):e0007182. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/hand
3. Karimkhani C, Colombara DV, Drucker AM, le/123456789/25606
Norton SA, Hay R, Engelman D, et al. The 11. Jasmine IA, Rosida L, Marlinae L.
global burden of scabies: a cross-sectional Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap
analysis from the Global Burden of Tentang Personal Higiene Dengan Perilaku
Disease Study 2015. Lancet Infect Dis. Pencegahan Penularan Skabies Studi
2017;17(12):1247–54. Observasional pada Narapidana Anak di
4. Prabowo M, Mutiara H, Sukohar A. Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA
Hubungan Kebersihan Diri dan Martapura. J Publ Kesehat Masy Indones
Pengetahuan Dengan Kejadian Penyakit [Internet];2017 [cited 2020 Feb 6];3(1).
Skabies Di Salah Satu Panti Asuhan Di Tersedia dari:
Kecamatan Kemiling Kota Bandar https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/J
Lampung. 2016;5. PKMI/article/view/2730
5. Shimose L, Munoz-Price LS. Diagnosis, 12. Hilma UD, Ghazali L. Faktor-Faktor Yang
Prevention, and Treatment of Scabies. Mempengaruhi Kejadian Kabies Di Pondok
Curr Infect Dis Rep. 2013;1;15. Pesantren Mlangi Nogotirto Gamping
6. Menaldi SL. Ilmu Penyakit Kulit Dan Sleman Yogyakarta. Jurnal Kedokteran
Kelamin. 7th ed. Jakarta : Fakultas Dan Kesehatan Indonesia. 2014;6(3):148–
57

Majority | Volume 9 | Nomor 1 | Juli 2020 | 8

Anda mungkin juga menyukai