Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Ni Komang Tri Devi Artha Sapitri


20089142056

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
A. KONSEP TEORI

1. Definisi

Cairan adalah air beserta unsur-unsurnya yang didalamnya diperlukan


untuk kesehatan sel, dan cairan ini sebagian berada di dalam dan sebagian di
luar sel. Elektrolit adalah suatu zat cair di dalam tubuh yang terdiri dari
molekul-molekul atau ion-ion yang berfungsi membantu proses metabolisme
dalam tubuh.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling
berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam
bentuk berlebihan atau kekurangan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan
dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume
cairan intrasel tidak dapat diukur secara langsung dengan prinsip difusi oleh
karena tidak ada bahan yang hanya terdapat dalam cairan intrasel. Volume
cairan intrasel dapat
diketahui dengan mengurangi jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan
tubuh total. Cairan Eksternal terdiri dari cairan tubuh total :
a. Cairan Interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah.
Plasma darah.
b. Cairan Transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam
pleura, perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan
tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.
2. Fisiologi Cairan Dan Elektrolit
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial
masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan
membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan
komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan
dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara yaitu:
a) Difusi

Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di dalam cairan


bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi
keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membran sel.
Kecepatan difusi di pengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan
dan temperature.
b) Osmosis

Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui membran


semipermiabel dan larutan yang berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi
yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c) Transport aktif

Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena


adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
3. Fungsi Cairan Tubuh
Fungsi cairan antara lain:
a Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh b.Transpor
nutrien ke sel
b Transpor hasil sisa metabolism
c Transpor hormone
d Pelumas antar organ
e Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler. ( Tarwoto
dan Wartonah, 2006 )
4. Gejala Klinis Kekurangan Cairan dan Elektrolit
a. Haus
b. Anoreksia
c. Perubahan tanda-tanda vital
d. Lemas atau pucat
e. Anak rewel
f. Kejang-kejang
g. Kulit dingin
h. Rasa malas

5. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake
cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara
1.800 – 2.500 ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari
makanan.
Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalambentuk urine 1.200-1.500
ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml. Rumus menghitung
keseimbangan cairan tubuh
CM – CK – IWL
Keterangan :
CM : Cairan
Masuk CK :
Cairan
Keluar
Rumus IWL
IWL = (15 x BB )

24 jam
6. Pengaturan Keseimbangan Cairan
a. Rasa dahaga

Mekanisme rasa dahaga:


1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotesin II yang dapat merangsang
hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab
terhadap sensasi haus.
2) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan

mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.


b. Anti diuretik hormon (ADH)

ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis


dari hipoofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini
meningkatkan reabsorbsi air pada duktus koligentes, dengan demikian
dapat menghemat air.
c. Aldosteron

Hormon ini di sekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada


tubulus ginjal untuk meningkatkan reabsorbsi natrium. Pelepasan
aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum,
dan system angiotensin renin.
d. Prostaglandin

Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak


jaringan dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan
darah kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal,
prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respon natrium, dan efek
ginjal pada ADH.
e. Glikokortikoid

Meningkatkan reabsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah


naik dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid
menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah. (Tarwoto dan
Wartonah, 2006 )
7. Pengaturan Elektrolit
a. Natrium (sodium)

Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan


ekstrasel. Na+ memengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot. Sodium diatur oleh intake garam, aldosteron, dan
pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
b. Kalium (potassium)

Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai


excitability neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk
pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan keseimbangan asam
basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hydrogen (H+). nilai
normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium

Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,


pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam
cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormone
paratiroid mengabsorbsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui
ginjal. Hormone thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca++ tulang.
d. Magnesium

Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat


penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Nilai
normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Klorida

HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada
cairan ekstrasel dan intrasel. Biknat diatur oleh ginjal.
f. Fosfat

Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.


Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme
karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormone paratiroid.
(Tarwoto dan Wartonah, 2006 )
8. Cara Pengeluaran Cairan

Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti:

a. Ginjal

Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima


170 liter darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia
1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah
urine yang diproduksi pleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
b. Kulit

Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang


merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat
dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang
meningkat, dan demam. Disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar
15-20 ml/24 jam.
c. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang
hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan atau kedalaman
napas akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal

Dalam kondisi normal cairan yang hilang di gastrointestinal setiap


hari sekitar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-
15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan10% dari IWL pada setiap kenaikan
suhu 10 celcius. ( Tarwoto dan Wartonah, 2006 )
9. Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Kebutuhan Cairan Menurut Umur dan Berat Badan.
CAIRAN (ML/24
NO UMUR BB (KG)
JAM)
1 3 hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun (adult) 54 2200-2700
Volume Cairan Tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira
60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini
tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat
sedikit menyimpan cairan di mana lemak pada wanita lebih banyak dari pria
sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh
terhadap TBW di mana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya.
Contoh: bayi baru lahir TBW nya 70-80% dari BB, usia 1 tahun 60% dari BB,
usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52%
dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB,
sedangkan pada usia di atas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46%
dari BB.
10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per
hari.
c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun
padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah.
e. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit misalnya:
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.


3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemapuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan medis
Banyak tindakan medis akan berpengaruh pada keseimbangan cairan dan

elektrolit tubuh seperti: suction, NGT dan lain-lain.


g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian dueretik, laksative dapat berpengaruh pada

kondisi cairan dan elektrolit tubuh.


h. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggimengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh karena kehilangan
darah selama pembedahan.

11. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Gangguan keseimbangan cairan elektrolit dibagi menjadi 3 yaitu


gangguan keseimbangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan
gangguan keseimbangan asam basa.
a. Gangguan Keseimbangan Cairan
1) Defisit volume cairan ( fluid volume defisit/ FVD ) atau Hipovolemia
Adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan
dan elektrolit diruang ekstrasel, namun kedua proporsi antara keduanya mendekati
normal. Kehilangan cairan diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain kurangnya
asupan cairan, tingginya asupan pelarut ( misalnya protein, klorida dan natrium
)yang dapat menyebabkan ekskresi urine berlebih, keringat yang banyak serta
kelainan yang menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Secara umum kondisi
defisit volume cairan ( dehidrasi ) terbagi 3 yaitu: Dehidrasi isotonic. Ini terjadi
bila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang.
Kadar Na+ dalam plasma darah 130- 150 mEq/l.
a) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang
lebih besar daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na +
dalam plasma 130-150mEq/l.
b) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang
lebih sedikit daripada jumlah elektolit yang hilang. Kadar Na+
dalam plasma adalah 130mEq/l.
Kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahannya
antara lain :
a) Dehidrasi ringan
Pada kondisi ini kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh.
b) Dehidrasi sedang
Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 5- 10% dari
berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kadar natrium berkisar 152-
158mEq/l. salah satu gejalanya adalah mata cekung.
c) Dehidrasi berat
Kondisi ini terjadi bila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar
natrium serum berisar 159-166 mEq/l. pada kondisi ini penderita dapat
mengalami hipotensi.
2) Volume cairan berlebih (fluid volume eccess/ FVE) atau hypervolemia
Volume cairan berlebih ( overhidrasi ) adalah kondisi
ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan ( retensi ) cairan dan
natrium diruang ekstrasel. Umumnya terjadi akibat adanya masalah di
ginjal. .(Wahid dan Nurul, 2007)
b. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1. Ketidakseimbangan Natrium
a) Hiponatremia

Kekurangan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan


perubahan tekanan osmotic dimana kadar natrium serum <136 mEq/l
dan berat jenis urin <1,010. Diakibatkan gagal ginjal penyakit adison,
pengeluaran keringat berlebih dieresis, dan asidosis metabolic.

b) Hipernatremia

Kelebihan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan


peningkatan tekanan osmotic ekstrasel dimana kadar natrium serum
>144 mEq/l dan berat jenis urine >11,30. Diakibatkan diare disfagia,
poliuria karena diabetes insipidus.
2. Ketidakseimbangan Kalium
a) Hipokalemia

Kekurangan kadar kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan


pindahnya kalium keluar sel dimana kadar kalium <4 mEq/l.
b) Hiperkalemia
Kelebihan kadar kalium dalam cairan ekstrasel dimana kadarnya >5
mEq /l.

3. Ketidakseimbangan Kalsium
a) Hipokalsemia
Kekurangan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana kadar
kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml.
b) Hiperkalsemia
Kelebihan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana kadar kalsium
serum
> 5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml.

4. Ketidakseimbangan Magnesium
a) Hipomagnesemia
Kondisi dimana kadar magnesium kurang dari 1,5 mEq/l. umumnya
disebabkan oleh konsumsi alcohol, malnutrisi, diabetes, gagal ginjal, gagal
hati dan absorbs usus yang buruk.
b) Hipermagnesemia
Kondisi dimana kadar magnesium lebih dari 3,4 mEq/l. Umumnya
disebabkan oleh konsumsi antasida yang mengandung magnesium.
5. Ketidakseimbangan Klorida
a) Hipokloremia
Penurunan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar klorida >95
mEq/l. Disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan
seperti diare, muntah, uresis. (Hardono, Tohitiah, Wijyanto, & Sutrisno,
2019)
b) Hiperkloremia
Peningkatan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar klorida <105
mEq/l. Disebabkan oleh dehidrasi dan masalah ginjal.
6. Ketidakseimbangan Fosfat
a) Hipofosfatemia
Penurunan kadar fosfat didalam serum, dimana nilainya <2,8 mg/dl.
Disebabkan oleh alkoholisme, malnutrisi, hipertiroidisme.
b) Hiperfosfatemia
Peningkatan kadar fosfat dalam serum, dimana nilainya >4,4 mg/dl atau
>3,0 mEq/l. Disebabkan oleh penggunaan laksatif yang mengandung
fosfat, penurunan hormone paratiroid dan kasus gagal ginjal. ( Wahid dan
Nurul, 2007).
7. Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1) Asidosis respiratorik.
Adalah gangguan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO2 akibat
gangguan hiperkapnia.
a) Tanda-tandanya meliputi: nafas dangkal, gangguan pernafasan yang
menyebabkan hipoventilasi, depresi susunan saraf pusat, gangguan
kesadaran dan disorientasi, pH plasma <7,35; pH urine <6, PCO2
tinggi (>45 mmHg).
b) Penyebabnya antara lain penyakit obstruksi, restriksi paru,
polimielitis, penurunan aktivitas pusat pernafasan karena trauma
kepala, pendarahan, narkotik, anestesi)
2) Asidosis metabolic

Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa.

a) Tanda-tandanya meliputi: pernafasan kussmaul ( nafas cepat dan


dalam ), kelelahan ( malaise ), disorientasi, koma, pH plasma <3,5,
PCO2 normal atau rendah jika sudah mencapai kompensasi, kadar
bikarbonat rendah (anak-anak <20 mEq/l, dewasa <21 mEq/l )
b) Penyebabnya adalah penimbunan asam nonkarbonat dan
pengeluaran cairan kaya HCO3- secara berlebihan.

3) Alkalosis respiratorik

Merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi.


a) Tanda-tandanya meliputi: penglihatan kabur, kesemutan pada
ujung jari tangan dan kaki, kemampuan konsentrasi terganggu,
tetani, kejang, aritmia jantung dan Ph>7,45
b) Penyebabnya adalah demam, kecemasan dan keracunan aspiri
yang kesemuanya merangsang ventilasi yang berlebihan. (Kasiati
& Rosmalawati, 2016)

4) Alkalosis metabolic

Merupakan kondisi penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh difisiensi


relatif asam nonkarbonat. Tanda-tandanya meliputi:

a) apatis, lemah, gangguan mental (misalnya gelisah, bingung, letargi),


kram, pusing.

b) Penyebabnya adalah muntah yang terus menerus dan ingesti obat-obat


alkali. .( Wahid dan Nurul, 2019).

12. Cara Menghitung Cairan Infus


a) Dewasa (Makro dengan 20 tetes / menit)
Tetesan / menit = Jumlah cairan yang masuk

Lamanya infuse (jam) x 3

Atau tetesan / menit = Jumlah kebutuhan cairan x factor tetesan (20)


Lama infuse (jam) x 60 menit
Catatan : factor tetesan infuse bermacam – macam, dapat dilihat pada label
infuse (10 per menit, 15 per menit, 20 tetes per menit).

b) Anak

Tetesan / menit (mikro) = Jumlah kebutuhan cairan x factor


tetesan (60)

Lama infuse (jam) x 60 menit


13. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau
pengobatan penyakit dasar. Obat-obatan tersebut misalnya; prednison
yang dapat mengurangi beratnya diare dan penyakit.
b. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta
larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
c. Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik
seperti defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk
menurunkan motilitas.
d. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi
atau bila diare sangat berat.
e. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat,
khususnya untuk anak kecil dan lansia.
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A PENGKAJIAN

a) Biodata
1. Identitas klien
2. Identitas penanggung jawab
b) Riwayat Kesehatan
3. Keluhan Utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan kebutuhan
cairan dan elektrolit antara lain: nyeri abdomen, kram, bising usus
hiperaktif atau hipoaktif, anoreksia, borborigmi, distensi abdomen,
perasaan rektal penuh, feses keras dan berbentuk, kaletihan umum,
sakit kepala, tidak dapat makan, nyeri saat defekasi, mual, muntah,
konstipasi, inkontenensia
defekasi, diare.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan / menjelaskan kronologi berjalannya penyakit pasien
5. Riwayat kesehatan terdahulu

c) Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)


1) Persepsi terhadap kesehatan – manajemen Kesehatan
2) Pola aktivitas dan Latihan
3) Pola istirahat tidur
4) Pola nutrisi – metabolic
5) Pola eliminasi
6) Pola kognitif perceptual
7) Pola konsep diri
8) Pola koping
9) Pola seksual – reproduksi
10) Pola peran hubungan
11) Pola nilai dan kepercayaan
d) Pemeriksaan Fisik
(a) Data klinik, meliputi:
1) Pengukuran Klinik
Berat Badan
Kehilangan/ bertambanhnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan asam basa cairan :
+2% : ringan
+5% : sedang
+ 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
2) Keadaan Umum
Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan
1. Pengukuran pemasukan cairan
2. Cairan oral ; NGT dan oral
3. Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
4. Makanan yang cenderung mengandung air
5. Irigasi kateter atau NGT
3) Pengukuran pengeluaran cairan
1. Urine : volume, kelernihan/kepekatan
2. Feses : jumlah dan konsisten
3. Muntah
4. Tube drainase
5. IWL
6. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya + 200 cc
e) Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani dan sensasi
rasa.
2) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, Hemoglobin dan
bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering.
4) Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-untah dan
bising usus.
6) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parental)
7) Tanda umum masalah elektrolit
8) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
9) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit. (Nurarif & Kusuma, 2016)
10) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
11) Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
12) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.
f) Pemeriksaan Penunjang
1) Darah lengkap,
2) pH,
3) Berat jenis urin,
4) AGD (Analisa Gas darah)
5) Pemeriksaan Elektrolit

B DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara berlebihan

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema


C RENCANA KEPERAWATAN
NO Dagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan (NOC) Keperawatan
(NIC)
1 Resiko deficit Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Mengevaluasi
volume cairan asuhan keperawatan tandan-tanda keadaan dan
berhubungan selama …x… jam vital pasien keluhan
dengan kehilangan diharapkan pasien. 2. Berikan asupan umum pasien
cairan secara Dengan Kriteria cairan oral serta memilih
berlebihan Hasil : 3. Anjurkan intervensi
1. Kekuatan nadi memperbanyak yang tepat
meningkat asupan cairan nantinya
2. Turgor kulit 4. Kolaborasikan 2. Memenuhi
meningkat dengan kebutuhan
3. Output urine pemberian cairan pasien
meningkat cairan IV 3. Memenuhi
kebutuhan
cairan pasien
4. Mempercepat
proses
penyembuhan
dan
kebutuhan
cairan
2 Hipervolemia Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengevaluasi
berhubungan asuhan keperawatan tanda-tanda keadaan dan
dengan edema selama …x… jam vital pasien keluhan
diharapkan pasien. 2. Pantau umum pasien
Dengan kriteria elektrolit pasien serta memilih
hasil : 3. Edukasi intervensi
1. Haluran urine hemodialisis yang tepat
meningkat 4. Kolaborasikan nantinya
2. Kelembaban terapi intravena 2. Memenuhi
membrane kebutuhan
mukosa cairan pasien
meningkat 3. Proses
3. Asupan makan penyembuhan
meningkat 4. Mempercepat
proses
penyembuhan
dan
kebutuhan
cairan
DAFTAR PUSTAKA

Hardono, Tohitiah, S., Wijyanto, W. P., & Sutrisno. (2019). Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemenuhan cairan dan elektrolit. Wellness And Healthy Magazine, 1(1),
29–40.
Kasiati, & Rosmalawati, N. W. D. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Kebutuhan
Dasar Manusia I (1st ed.). Yogyakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis (2nd ed.). Yogyakarta:
MediAction.

Anda mungkin juga menyukai