SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
Bismillahirrahmanirrahim
Tidak sempurna rasa syukur saya kepada Allah tanpa berterima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini. Tentunya
proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu saya hendak mengucapkan terima kasih kepada
ii
iii
Halaman
iv
vi
vii
viii
Latar Belakang. Plasenta akreta dianggap sebagai kondisi yang mengancam jiwa dan merupakan
penyebab kematiann ibu. Plasenta akreta menyebabkan 7%-10% dari kasus kematian ibu didunia.
SC sebelumnya dan operasi rahim merupakan faktor risiko yang paling umum untuk plasenta
akreta maupun perkreta. Plasenta akreta terjadi ketika vili plasenta menginvasi langsung ke
miometrium. Kejadian plasenta akreta meningkat seiring meningkatnya kejadian SC. Terdapat
beberapa faktor risiko plasenta akreta, seperti riwayat SC, plasenta previa, in vitro fertilization
(IVF), usia ibu > 35 tahun, riwayat kuretase, riwayat miomektomi atau riwayat operasi uterus
lainnya selain SC, dan merokok merupakan faktor risiko plasenta akreta. Tujuan. Untuk
menganalisis kejadian plasenta akreta di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2016-2019.
Metode. bersifat desktriptif dengan pendekatan retrospektif , pengambilan sampel dengan total
sampling. Hasil. Kejadian plasenta akreta selama 4 tahun terakhir mengalami peningkatan dari
januari 2016 1 orang, 2017 9 orang, 2018 26 orang, dan 2019 23 orang. SC pada tahun 2016 288
orang, 2017 332 orang, 2018 368 orang, juli 2019 206 orang. Faktor risiko tidak ada riwayat SC
3 orang, riwayat SC 1 kali 19 orang, dan riwayat SC ≥ 2 kali 37 orang. Tindakan yang dilakukan
SC 24 orang, histerekromi 3 orang, SC+histerektomi 32 orang. Kesimpulan. Angka kejadian
plasenta akreta meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya SC
ix
parah yang mungkin terkait dengan intrapartum dan berpotensi mengancam jiwa
dan perdarahan postpartum (Garmi dan Salim 2012).
Hilangnya darah rata-rata persalinan pada wanita dengan plasenta akreta
adalah 3.000-5.000 ml. Sebanyak 90% pasien dengan plasenta akreta
membutuhkan transfusi darah dan 40% membutuhkan lebih dari 10 unit Packed
red cells (PRC) (Obstetrics & Gynecology, 2012). Morbiditas ibu telah dilaporkan
terjadi hingga 60% dan mortalitas hingga 7% pada wanita dengan plasenta akreta
(Garmi dan Salim 2012).
Secara klinis, plasenta akreta menjadi masalah saat persalinan ketika plasenta
tidak sepenuhnya terpisah dari rahim dan diikuti oleh perdarahan obstetrik yang
masif, menyebabkan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC),
membutuhkan histerektomi, terjadi cidera ureter, kandung kemih, usus, atau
struktur neurovaskular, sindrom gangguan pernapasan akut, reaksi transfusi akut,
ketidakseimbangan elektrolit, dan gagal ginjal (Obstetrics & Gynecology, 2012).
Kejadian plasenta akreta meningkat seiring meningkatnya kejadian SC.
Terdapat beberapa faktor risiko plasenta akreta, seperti riwayat section caesarea
(SC), plasenta previa, in vitro fertilization (IVF), usia ibu > 35 tahun, riwayat
kuretase, riwayat miomektomi atau riwayat operasi uterus lainnya selain SC, dan
merokok merupakan faktor risiko plasenta akreta (Qatrunnada et al., 2018).
Persalinan SC sebelumnya terutama disertai dengan plasenta previa meningkatkan
risiko plasenta akreta (Garmi dan Salim 2012).
Patogenesis plasenta akreta belum jelas, namun ada beberapa teori yang
mengatakan vaskularisasi abnormal akibat proses jaringan parut setelah operasi
dengan hipoksia lokal sekunder yang mengarah pada rusaknya desidualisasi dan
dapat menyebabakan invasi trofoblas berlebihan ke myometrium ini merupakam
teori patogenesis yang paling didukung sampai saat ini (Berkley dan Abuhamad,
2013).
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk
menganalisis kejadian plasenta akreta di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2016-2019.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
Insidens plasenta akreta telah meningkat seiring meningkatnya kejadian SC
(Qatrunnada et al, 2018). Kejadian plasenta akreta 1 dari 533 kehamilan untuk
periode 1982-2002 di Amerika, dan meningkat dari kisaran antara 1 banding
2.510 dan 1 banding 4.027 kehamilan pada tahun 1970 dan 1980 (Obstetrics &
Gynecology, 2012).
Wanita yang paling berisiko mengalami plasenta akreta adalah mereka yang
telah mempunyai kerusakan miometrium yang disebabkan oleh SC sebelumnya
baik plasenta previa anterior maupun posterior yang melintasi parut uterus.
Menurut jurnal Obstetrics Gynecology dengan adanya suatu plasenta previa,
risiko plasenta akreta adalah 3%, 11%, 40%, 61%, dan 67% untuk pertama,
kedua, ketiga, keempat, dan kelima atau lebih pada masing-masing riwayat
operasi kelahiran ceasarea (Obstetrics & Gynecology, 2012).
Tabel 2.1 Frekuensi plasenta akreta sesuai denganjumlah kelahiran sesar
dan ada atau tidak adanya plasenta previa (Belfort, 2010).
2.1.4. Patogenesis
Patogenesis yang tepat dari plasenta akreta tidak diketahui secara pasti.
Terjadinya invasi trofoblas ke miometrium secara berlebihan hingga menembus
kasus dengan nyeri akut abdomen dan hipotensi karena syok hipovolemik dari
rupture uteri sekunder bisa karena plasenta perkreta (Berkley dan Abuhamad,
2013).
2.1.6. Diagnosis
Plasenta akreta harus dicurigai pada wanita yang memiliki plasenta previa,
terutama anterior, dan riwayat SC atau operasi rahim lainnya (Garmi dan Salim,
2012). Diagnosis plasenta akreta dibuat berdasarkan spesimen patologis yang
diperoleh setelah histerektomi. Diagnosis definitif ini tergantung pada visualisasi
vili khorionik yang tertanam dalam miometrium tanpa lapisan desidua di
antaranya. Diagnosis plasenta akreta juga dapat berdasarkan USG
(ultrasonography) dan MRI (magnetic resonance imaging). Sonografi 2-dimensi
konvensional adalah alat skrining yang baik untuk mendeteksi plasenta akreta
(Fauzan et al., 2017).
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi transvaginal dan transabdominal adalah teknik diagnostik
perlengkap dan harus digunakan sesuai kebutuhan. USG transvaginal aman
untuk pasien dengan previa dan memungkinkan lebih lengkap dalam hal
pemeriksaan segmen bawah rahim (Berkley dan Abuhamad, 2013).
Pemeriksaan USG cukup untuk mendiagnosis plasenta akreta. Memiliki
sensitivitas 77%-88% dan spesifisitas 96%-98% Dan nilai prediksi positif
65%-93%, dan nilai prediksi negative 98% (Aggarwal dan Aggarwal, 2016).
Ultrasonografi pada plasenta akreta dapat kita lihat seperti berikut ini :
Trimester 1
Ditemukan pada usia kehamilan 7 minggu dan paling sering pada pasien
yang pernah mengalami riwayat pembedahan uterus. Adanya ruang ireguler
vascular dengan aliran arteri. Temuan ultrasound dari implantasi yang rendah
dari kantung gestasi pada uterus terutama pada pasien dengan riwayat
pembedahan pada uterus menunjukkan adanya kemungkinan suatu plasenta
akreta. Biasanya, kantung gestasi itu berimplantasi pada fundus, namun jika
Gambar 2.4 Implantasi dari kantung gestasi pada segmen bawah uterus (Comstock, 2011)
Segmen bawah uterus dengan implantasi gestational sac (GS) di bekas luka SC. Beberapa
ruang vaskular tidak teratur dalam plasenta (tanda panah). Hasilnya adalah plasenta perkreta
anterior (Fauzan et al., 2017).
Table 2.2 Temuan USG yang menunjukkan adanya plasenta akreta (Rac et al., 2015)
Kriteria USG untuk plasenta akreta menurut RCOG Guideline antara lain
yakni: (Allahdin et al., 2011)
1. Greyscale
a. Hilangnya zona sonolucent retroplasenta
b. Zona sonolucent retroplasenta yang tidak teratur
c. Penipisan atau gangguan dari hyperechoic serosa-bladder interface
d. kehadiran masa exophytic fokal yang menyerang kandung kemih
e. abnormal plasenta lacuna
2. Doppler
a. Aliran lacunar difus atau fokal
b. Danau vascular dengan aliran turbulen (peak cystolic velocity > 15
cm/detik)
c. Hipervaskularisasi serosa-bladder interface
d. Markedly dilated vessels over peripheral subplacental zone
3. 3D Power Doppler
a. Banyak pembuluh darah kohoren melibatkan seluruh pertemuan antara
serosa uterus dengan kandung kemih (basal view)
b. Hipervaskularisasi (lateral view)
c. Sirkulasi cotyledonal dan intervilli yang tak terpisahkan, chaotic
branching, detour vessels (lateral view)
Parameter Nilai
Operasi sesar >2 3.0
Lacuna
Grade 3 3.5
Grade 2 1.0
Letak sagittal terkecil dari ketebalan myometrium
< 1 mm 1.0
1-3 mm 0.5
3-5 mm 0.25
Plasenta previa anterior 1.0
Bridging vessel 0.5
Jika parameter tidak ada, maka nilainya adalah 0
Table 2.4 Sensitivitas, Spesifisitas, dan Nilai Prediksi Positif dan Negatif
pada setiap skor IPA (Rac et al., 2015)
kedua 12 dari 50 wanita akhirnya memiliki akreta dan MRI dan Doppler
menunjukkan tidak ada perbedaan dalam hal mendeteksi plasenta akreta (P
= 0,74), meskipun MRI lebih baik dalam mendeteksi kedalaman infiltrasi di
kasus plasenta akreta (P <0,001). Beberapa peneliti melaporkan bahwa
tingkat sensitivitas MRI 80%-85% dengan spesifisitas 65%-100% dalam hal
mendiagnosis plasenta akreta (Berkley dan Abuhamad, 2013).
d. Patologi Anatomi
Penegakan diagnosis plasenta akreta secara pasti dibuat berdasarkan hasil
dari patologi anatomi yang diperoleh setelah dilakukan histerektomi.
Diagnosis definitif tergantung pada visualisasi dari villi chorialis yang
menginvasi atau tertanam pada miometrium dengan tidak adanya desidua di
lapisan antara mereka (Berkley dan Abuhamad, 2013).
2.1.7. Komplikasi
Komplikasi plasenta akreta banyak dan mencakup kerusakan pada organ-
organ lokal, perdarahan pasca operasi, emboli air ketuban, disseminated
intravascular coagulation (DIC), transfusi darah, sindrom gangguan pernapasan
akut, tromboemboli pasca operasi, morbiditas karena infeksi, kegagalan
multisistem organ, dan kematian (Fitri dan Hanna, 2017).
2.1.8. Manajemen
Wanita dengan plasenta akreta biasanya melahirkan dengan cara SC. Lebih
baik melakukan operasi dalam kondisi elektif dan terkontrol dari pada dalam
keadaan darurat tanpa persiapan yang memadai. Selain itu, terlepas dari pilihan
manajemen yang dibuat, pencegahan komplikasi idealnya membutuhkan tim
multidisiplin. Tim multidisiplin harus mencangkup ahli bedah ginekologi yang
berpengalaman dalam operasi panggul, tim bank darah siap untuk mengelolah
beberapa komponen darah, tenaga anestesiologi berpengalaman yang ahli dalam
anestesi obstetric, ahli urologi jika reseksi atau perbaikan kandung kemih
mungkin diperlukan, ahli intensivis untuk perawatan pasca persalinan, dan
neonatologis (Garmi dan Salim, 2012).
Pada sebuah studi yang melibatkan 99 kasus plasenta akreta yang diagnosis
sebelum persalinan, 4 dari 99 dengan persalinan >36 minggu diperluksn terminasi
emergensi karena perdarahan. Untuk menghindari caesarea darurat dan
meminimalkan komplikasi prematuritas dapat dijadwalkan caesarea pada 34
hingga 35 minggu kehamilan (Garmi dan Salim, 2012).
Upaya pengangkatan plasenta sebelum histerektomi secara signifikan
meningkatkan morbiditas dibandingkan dengan mereka yang menjalani
histerektomi caesarea dengan meninggalkan plasenta (Goh dan Zalud, 2015).
Manajemen konservatif
Histerektomi caesarea telah menjadi manajemen pilihan untuk plasenta
akreta (Goh dan Zalud, 2015). Gagasan utama manajemen konservatif adalah
meninggalkan seluruh plasenta atau hanya bagian yang melekat pada
miometrium dan untuk mempertahankan rahim (Garmi dan Salim, 2012).
Pasien yang menjalani histerektomi untuk plasenta akreta beresiko untuk
mengalami komplikasi pasca operasi yang berhubungan dengan intraoperatif
seperti hipotensi koagulopati persisten dan anemia, dan operasi
berkepanjangan. Disfungsi ginjal, jantung, dan organ lainnya sering terjadi
dan harus dipikirkan Sindrom Sheehan (baik transien dan permanen) telah
dilaporkan terjadi akibat perdarahan postpartum yang massif, dan
hiponatremia mungkin merupakan tanda awal. Jika volume besar kristaloid
dan produk darah diberikan saat intraoperatif, pasien juga berisiko untuk
terjadi edema paru, cidera paru akut terkait transfusi, dan sindrom gangguan
pernapasan akut (Belfort, 2010).
1. Riwayat SC
2. Plasenta previa
3. In vitro
fertilization (IVF)
4. Usia
Konsepsi 5. Riwayat kuretase
6. Asherman’s
syndrome
7. Hipertensi
Pembentukan Embrio Plasentasi 8. Miomektomi
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara total sampling yaitu dimana
seluruh populasi merupakan sampel, dan sampel yang dimaksud adalah ibu hamil
yang menderita plasenta akreta yang tercatat di rekam medik dari bulan Januari
2016 - Juli 2019.
Kriteria inklusi:
1. Tercatat di rekam medik dari bulan Januari 2016 - Juli 2019.
2. Ibu hamil dengan diagnosis plasenta akreta.
20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang
beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17, Kemenangan Tani, Medan Tuntungan,
Medan, Sumatera Utara. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas A
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.335/MENKES/VII/1990.
Selain itu, RSUP H. Adam Malik juga merupakan rumah sakit rujukan kesehatan
bagi wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. Oleh karena itu, banyak dijumpai
pasien dengan latar belakang yang berbeda.
RSUP H. Adam Malik mulai aktif sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan
pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk pelayanan rawat inap mulai aktif pada
tanggal 2 Mei 1992. Rumah sakit ini mulai beroperasi total pada tanggal 12 Juli
1993 yang diresmikan oleh mantan presiden Indonesia, H. Soeharto. Seluruh data
rekam medis pasien yang dilayani di rumah sakit ini disimpan di Instalasi rekam
medis RSUP H. Adam Malik. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari data rekam medis yang disimpan di instalasi tersebut
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kelompok kejadian plasenta akreta 4 tahun
terakhir yang paling banyak terjadi pada kelompok tahun 2018 sebanyak 26 orang
(44,1%), diikuti dengan kelompok tahun 2019 sebanyak 23 orang (39,0%), tahun
2017 sebanyak 9 orang (15,3%), dan yang paling sedikit pada tahun 2016 yaitu 1
orang (1,7%). Hal ini menunjukan selama Januari 2016 – Juli 2019 terjadi
peningkatan plasenta akreta setiap tahunnya yang dikarenakan jumlah SC
meningkat setiap tahunnya.
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa insidens SC 4 tahun terakhir terjadi
peningkatan, pada tahun 2016 SC sebanyak 288 kasus (24,1%), pada tahun 2017
sebanyak 332 (27,8%), pada tahun 2018 sebanyak 368 (30,8%), dan pada tahun
2019 januari hingga akhir juli sebanyak 206 kasus (17,2%).
Usia
< 20 tahun 0 0
20 – 34 tahun 40 67,8
35 tahun 19 32,2
Gravida
1-2 13 22,0
3-5 46 78,0
>5 0 0
Pendidikan
Dasar 8 13,6
Menengah 37 62,7
Tinggi 14 23,7
Pekerjaan
IRT 34 57,6
PNS 10 16,9
Swasta 3 5,1
Wiraswasta 12 20,3
Total (N) 59 100,0
Dari tabel 4.3 berdasarkan karakteristik demografi usia dapat dilihat bahwa
kelompok usia yang terbanyak berisiko mengalami plasenta akreta yaitu usia 20-
34 tahun sebanyak 40 oramg (67,8%), dan usia >35 tahun sebanyak 19 orang
(32,2%). Dari hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukan bahwa kejadian plasenta akreta lebih meningkat pada usia >35 tahun,
usia merupakan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kondisi uterus ibu. Pada
usia <20 tahun mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami plasenta aketa
dikarenakan endometrium yang belum matang dan pada usia >35 tahun, juga
berisiko mengalami plasenta akreta dikarenakan kondisi endometrium sudah
mulai mengalami perubahan seperti skerosis pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan penurunan vaskularisasi dan mengakibatkan hipoksia jaringan
(Qatrunnada el al, 2018). Semakin bertambahnya usia seorang wanita, maka
hormon pengatur siklus reproduksi juga menurun, salah satunya hormon estrogen.
Fungsi salah satu hormon estrogen adalah meningkatnya aliran darah uterus dan
estrogen yang dapat menyebabkan proliferai endometrium, apabila kadar estrogen
rendah dan perkembangan endometrium tidak sempurna, maka aliran darah ke
uterus juga akan ikut menurun sehingga dapat mempengaruhi nutrisi dari ibu ke
janin (Kurniawati dan Triyawati, 2014).
Dari tabel 4.2 berdasarkan gravida dapat dilihat bahwa kelompok gravida yang
banyak terjadinya plasenta akreta yaitu gravida 3-5 sebanyak 46 orang (78,0%),
yang paling sedikit yaitu gravida 1-2 sebanyak 13 orang (22,0), dan gravida >5
tidak ada (0%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukan gravida yang lebih tinggi berisiko terjadinya plasenta akreta (Shi,
2018). Jumlah gravida yang tinggi berisiko terjadinya plasenta akreta dikarenakan
vaskularisasi desidua yang jelek akibat persalinan yang berulang-ulang sehingga
menyebabkan endometrium rusak dan aliran darah ke plasenta tidak cukup
sehingga vili korialis akan berimplantasi langsung pada miometrium untuk
mencari suplai pembuluh darah yang memadai sehingga jumlah gravida yang
tinggi dapat menyebabkan plasenta akreta (Qatrunnada el al, 2018).
Dari tabel 4.2 berdasarkan pendidikan yang banyak mengalami plasenta akreta
yaitu pendidikan menengah sebanyak 37 orang (62,7%), pendidikan tinggi
sebanyak 14 orang (23,7%), dan yang paling sedikit pendidikan dasar sebanyak 8
orang (13,6%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
tinggi pula tingkat pengetahuannya. Demikian pula semakin tinggi pendidikan
akan merangsang seseorang untuk selalu mempelajari hal-hal baru termasuk juga
hal-hal yang menyangkut kesehatan dirinya (Notoatmodjo S, 2003). Apabila
pengetahuan seorang ibu luas maka ibu dapat mengenali tanda-tanda risiko tinggi
kehamilan sehingga dapat mencegah atau mengobati komplikasi kehamilan
seperti ketuban pecah dini, preeklampsia berat, perdarahan, distosia bahu,
kelainan letak janin, plasenta akreta, plasenta previa dll secara dini. Sebaliknya
apabila pengetahuan ibu kurang terutama mengenai faktor risiko kehamilan maka
akan meningkatkan risiko persalinan dengan tindakan sectio caecarea
(Rahmawati, 2018). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan
pengethuan dan perilaku juga semakin baik. Oleh karena itu dengan pendidikan
yang makin tinggi, maka informasi dan pengetahuan yang diperoleh juga makin
banyak, sehingga perubahan perilaku kearah yang baik diharapkan dapat terjadi.
Pendidikan yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan ibu dalam mengatur
Dari tabel 4.4 berdasarkan Hb ibu dapat dilihat bahwa Hb ibu saat masuk yang
paling banyak yaitu Hb ibu 8-11 g/dl sebanyak 35 orang (59,3%), Hb >11 g/dl 16
orang (27,1%), dan yang sedikit yaitu Hb ibu <8 g/dl 8 orang (13,6%). Anemia
dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya perdarahan pervagina, pengaruh
mual saat sedang hamil, kebutuhan akan zat besi yang bertambah karena
pertumbuhan janin, kurangnya cadangan zat besi yang dimiliki oleh ibu hamil
akibat menstruasi atau persalinan sebelumnya (Anggraeni el al, 2019). Anemia
pada ibu hamil akan mengakibatkan pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan
gizi pada janin, kelahiran prematur, terjadinya gawat janin dan berat badan bayi
yang rendah (BBLR). Perdarahan antepartum disebabkan oleh kelainan plasenta,
termasuk didalamnya plasenta previa, solusio plasenta dan vasa previa.
Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa atau
ditransfer ke sel tubuh maupun organ yang vital termasuk uterus. Perdarahan
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh bahwa faktor risiko yang tidak memiliki
riwayat SC 3 orang (5,1%), yang memiliki riwayat SC 1 kali sebanyak 19 orang
(32,2%), dan riwayat SC ≥ 2 kali sebanyak 37 orang (62,7%). Melahirkan
dengan SC adalah melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus, sayatan
inilah yang dapat mengakibatkan jaringan parut akan terbentuk, SC yang berulang
memungkinkan terjadinya komplikasi, salah satu komplikasi yang potensial
adalah plasenta abnormal (Anita, 2017). Riwayat SC ≥ 2 kali berisiko lebih besar
terkena plasenta akreta yang diakibatkan jaringan parut akan terbentuk pada bekas
SC dan akan mengakibatkan hipoksia jaringan, sehingga trofoblas akan
menginvasi lebih dalam untuk mendapatkan suplai pembuluh darah yang
memadai (Qatrunnada et al, 2018). Faktor kuatnya perlekatan plasenta disebabkan
oleh adanya luka parut akibat persalinan yang berulang-ulang (Anita, 2017).
Riwayat SC juga berperan menaikkan tiga kali risiko plasenta akreta yang
menyebabkan perdarahan pasca melahirkan hingga syok hipovolemik, embolisme
cairan ketuban, koagulopati konsumtif dan menyebabkan kematian ibu
(Rahmawati, 2018).
Dari tabel 4.6 dapat dilihat berdasarkan keadaan ibu setelah melahirkan
terdapat ibu yang hidup sebanyak 59 orang (100%), dan tidak ada meninggal.
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa jenis tindakan yang banyak dilakukan pada
kasus plasenta akreta yaitu tindakan SC+HIS sebanyak 32 orang (54,2%), dan SC
sebanyak 24 orang (40,7%), sedangkan yang paling sedikit yaitu histerektomi 3
orang (5,1%). Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan (Goh dan Zalud,
2015) yang menyatakan caesarea tindakan plasenta akreta dan jika terjadi
perdarahan yang pasif pervagina maka dilakukan histerektomi untuk
pengangkatan rahim yang merupakan salah satu cara penanggulanggan plasenta
akreta.
BAB V
5.1 KESIMPULAN
1. Angka kejadian plasenta akreta tahun 2016 – 2019 di RSUP Haji Adam
Malik sebanyak 59 kasus, yang setiap tahunnya terjadi peningkatan angka
kejadian plasenta akreta.
2. Berdasarkan karakteristik demografi kejadian plasenta akreta mayoritas
pada usia ibu 20-35 tahun, dan jumlah gravida 3-5, dan banyak terjadi
pada pendidikan terakhir menengah.
3. Berdasarkan karakteristik klinis, mayoritas Hb ibu saat masuk dengan
keadaan Hb 8-11 g/dl, dengan lama rawatan <5 hari, dan lebih banyak
dilakukan tipe operasi secara elektif.
4. Kejadian plasenta akreta pada pasien dengan riwayat SC ≥ 2 kali memiliki
faktor risiko lebih besar terjadinya insiden plasenta akreta.
5. Pada kasus plasenta akreta tidak ada ibu yang meninggal.
6. Pada kasus plasenta akreta, lebih banyak dilakukan tindakan SC+HIS.
5.2 SARAN
1. Peneliti menyarankan kepada petugas pelayanan kesehatan agar
melakukan pencataan dengan lengkap.
2. Perlu meningkatkan pengetahuan masyarakat dan keluarga mengenai
kejadian plasenta akreta dan faktor-faktor risiko plasenta akreta.
3. Bagi ibu hamil yang memilki riwayat SC agar melakukan screening untuk
menghindari plasenta akreta.
34
DAFTAR PUSTAKA
Allahdin, S., Voigt, S., & Htwe, T. T. 2011, ‘Management of placenta praevia
and accrete’ . Journal of Obstetrics and Gynaecology
Anita, W. 2018, ‘Hubungan paritas dan riwayat sectio cesarean dengan kejadian
placenta previa di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru’, Journal Endurance,
pp68-73
Belfort, M., A, 2010, ‘ Placenta Acreta’, Obstetrics & Gynecology, vol. 120, no.
1, pp 207–211.
Cunningham, G. F., Leveno, J. K., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Rouse, D. J., &
Spong, C. Y. 2010, ‘Williams Obstetrics’ 23 edition, Chapter 35: Obstetrics
Haemorrhage, pp 776-780,
Fauzan., Iswari, W. A., Pardede, T. U., Darus, F., Puspitasari, B., Santana, S.,
Abidin, F., & Endjun, J. J. 2017 ‘ USG untuk Deteksi Plasenta Akreta’ , vol.
44, no.8 pp 586-590
Fitri, D. R., & Hanna, M. 2017, ‘ G2P1A0 Berusia 41 Tahun dengan Plasenta
Akreta’ , J Medula Unila vol. 7, no. 2 pp 37-41
Goh, W., & Zalud, I. 2016, ‘ Placenta accreta: Diagnosis, management and the
molecular biology of the morbidly adherent placenta’ , HHS Public Access,
pp 1-13
35
Jauniaux, E., Collins, S., Burton, J. 2017, ‘The Placenta Accreta Spectrum:
Pathophysiology and Evidence-based Anatomy for Prenatal Ultrasound
Imaging’ , American journal of Obstetrics & Gynaecology, pp, 1-13.
Kurniawati, N., & Triyawati, L. 2014, ‘Pengaruh usia dan paritas terhadap
kejadian plasenta previa pada ibu hamil Trimester III di RSUD Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto’.
Nunes, C., Carvalho, R. M., Araujo. C., Santo, S., Melo, A., & Grace, L. M. 2014,
‘Diagnosis of placenta accreta by ultrasonography: a "gold standard"?’
,pp.135-140
Qatrunnada, A., Antonius, P. A., & Yusrawati. 2018, ‘Faktor Risiko dan Luaran
Maternal Plasenta Akreta di RSUP Dr. M. Djamil Padang’ , pp 97-102
Rac, M. W. F., Dashe, J. S., Wells, C. E., Moschos, E., Mclntire, D. D., Twickler,
D. M. 2015, ‘ Ultrasound predictors of placental invation : the Placenta
Accreta Index’ , American Journal of Obstetrics & Gynecology
Sentilhes, L., Goffinet, F., & Kayem, G. 2013, ‘Management of placenta accrete’
Sharbaf, F. R., Jamal, A., Mesdaghinia, E., Kalahroudi, M. A., Niroomanesh, s.,
& Atoof, F. 2014, ‘Ultrasound detection of placenta accreta in the first
trimester of pregnancy’ , Iranian Journal of Reproductive Medicine, vol. 12,
no. 6
Shi, X-M., Wang Y., Zhang, Y., Zyhan, Y-Y, 2018 ‘ Pengaruh persalinan dengan
operasi ceasarea elektif pada kasus plasenta akreta’ vol 131
LAMPIRAN A
NIM : 160100042
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :
2004 – 2010 : SD Negeri 104241 Lubuk Pakam
2010 – 2013 : SMP Swasta Dharma Bakti Lubuk Pakam
2013 – 2016 : SMA Negeri 2 Lubuk Pakam
2016 – Sekarang : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran USU
Riwayat Organisasi :
2016 – 2017 : Anggota Divisi Kajian Kedoteran Islam (KKI)
Foskami FK USU
2017 – 2018 : Anggota Divisi Syi’ar Foskami FK USU
Riwayat Kepanitiaan :
1. Anggota Publikasi & Documentasi Kajian Kedokteran FK USU 2017
2. Anggota Dana & Seponsor Foskami Sunatan Rasul (FISURA) FK
USU 2017
3. Anggota Konsumsi Sahur On The Road (SOTR) FK USU 2017
4. Koodinator Dana & Usaha Kajian Kedokteran Islam FK USU 2017
5. Anggota Sesi Soal Pema Medical Olympiad (PMO) FK USU 2017
6. Anggota Acara Scripta Research Festival (SRF) FK USU 2017
7. Anggota Adamkesek Qurban FK USU 2017
8. Anggota Kakak Asuh PKKMB 2019
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
LAMPIRAN E
LAMPIRAN F
LAMPIRAN G
LAMPIRAN H
Daftar Data Induk
1 29 th 3 1 2 3 2 2 1 3 1 - 1 1 3
2 31 th 2 1 1 2 2 2 2 2 1 - 1 1 2
3 32 th 4 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2
4 26 th 3 1 2 1 1 1 2 3 2 - 2 1 1
5 38 th 4 3 2 1 1 2 2 2 2 - 2 1 3
6 37 th 3 1 2 3 1 1 2 3 1 - 1 1 1
7 34 th 3 2 2 1 2 1 2 3 2 - 1 1 1
8 33 th 3 1 2 1 2 1 2 3 1 - 1 1 3
9 36 th 3 1 2 2 2 1 2 3 2 - 2 1 3
10 27 th 3 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 3
11 30 th 2 1 1 2 2 2 3 3 1 1 1 1 3
12 36 th 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1
13 33 th 3 2 2 2 2 1 3 3 1 - 1 1 3
14 33 th 3 4 2 2 1 1 3 3 1 - 1 1 3
15 35 th 3 1 1 2 2 2 3 2 1 - 1 1 1
16 33 th 3 1 2 2 2 1 3 3 1 2 1 1 3
17 36 th 3 1 2 2 2 2 3 3 2 - 2 1 1
18 34 th 4 2 2 2 1 2 3 3 1 - 1 1 3
19 34 th 3 1 2 1 1 2 3 3 1 - 2 1 3
20 40 th 2 1 2 2 1 2 3 3 1 - 2 1 3
21 25 th 2 1 1 2 1 1 3 2 1 - 1 1 1
22 32 th 3 1 2 1 2 2 3 3 1 - 1 1 3
23 33 th 4 2 2 1 2 2 3 3 1 - 1 1 3
24 28 th 4 3 2 2 2 1 3 1 1 - 2 1 3
25 33 th 4 2 1 2 1 2 3 3 1 - 1 1 1
26 31 th 3 4 2 2 2 2 3 3 2 - 2 1 3
27 33 th 3 1 2 2 2 2 3 3 1 - 2 1 3
28 28 th 2 1 2 2 1 2 3 3 2 - 1 1 3
29 39 th 4 2 1 3 2 1 3 2 1 - 2 1 1
30 30 th 4 2 2 3 1 2 3 2 2 2 1 1 1
31 41 th 3 4 1 2 1 1 3 2 1 - 2 1 3
32 38 th 2 1 2 2 1 1 3 3 1 - 2 1 3
33 29 th 3 1 2 3 1 2 3 3 2 - 2 1 1
34 30 th 4 1 2 3 1 1 3 3 2 - 1 1 3
35 38 th 3 4 2 3 1 2 3 2 2 - 1 1 2
36 37 th 3 4 2 2 1 2 3 3 1 - 2 1 3
37 33 th 3 1 2 2 2 2 4 3 2 - 2 1 3
38 35 th 3 4 2 3 1 2 4 3 1 1 1 1 3
39 33 th 3 4 1 1 2 1 4 2 1 - 1 1 1
40 40 th 2 1 2 3 1 2 4 2 2 - 2 1 1
41 23 th 3 1 1 2. 1 2 4 1 1 - 2 1 1
42 38 th 3 1 2 3 1 2 4 3 1 - 2 1 1
43 32 th 3 4 2 2 1 2 4 3 1 - 1 1 1
44 28 th 3 4 2 3 1 1 4 2 2 - 1 1 1
45 34 th 4 2 1 2 1 2 4 2 1 - 2 1 3
46 39 th 3 4 2 3 1 2 4 3 1 - 1 1 1
47 32 th 4 4 1 2 1 2 4 3 1 - 2 1 1
48 30 th 4 1 2 3 1 2 4 3 2 - 1 1 3
49 29 th 3 1 2 2 1 1 4 3 2 - 2 1 1
50 25 th 4 1 1 3 2 2 4 2 1 - 2 1 1
51 31 th 3 1 2 2 1 2 4 3 1 - 1 1 1
52 31 th 3 3 2 2 2 1 4 3 1 - 2 1 3
53 42 th 3 1 2 3 1 1 4 2 2 - 2 1 3
54 20 th 2 1 2 2 2 1 4 1 1 - 2 1 1
55 34 th 3 1 2 2 1 1 4 1 2 - 2 1 3
56 33 th 3 4 2 2 1 2 4 2 2 - 1 1 3
57 30 th 3 1 2 2 2 1 4 2 2 - 1 1 3
58 39 th 3 1 2 3 2 1 4 3 1 - 2 1 3
59 38 th 4 1 2 2 2 1 4 3 1 - 2 1 1
Keterangan
Pendidikan : 1 (SD), 2(SLTP), 3(SLTA), 4(Sarjana)
Pekerjaan : 1(IRT), 2(PNS), 3(swasta), 4(wiraswasta)
Gravida : 1(1-2), 2(3-5), 3(>5)
Hb : 1(<8gr/dl), 2(8-11gr/dl), 3(>11gr/dl)
Lama rawat : 1(>5hari), 2(<5hari)
Tipe operasi : 1(elektif), 2(emergensi)
Plasenta akreta : 1(2016), 2(2017), 3(2018), 4(2019)
Riwayat SC : 1(tidak ada), 2(1), 3(>2)
Riwayat kuretase : 1(ada), 2(tidak ada)
Riwayat miometomi : 1(ada)
Riwayat hipertensi : 1(ada), 2(tidak ada)
Luaran ibu : 1(hidup)
Jenis tindakan : 1(SC), 2(his), 3(SC+his)
LAMPIRAN I
HASIL STATISTIK
Usia Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-34 tahun 40 67.8 67.8 67.8
>35 tahun 19 32.2 32.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SARJANA 14 23.7 23.7 23.7
SLTA 37 62.7 62.7 88.1
SLTP 8 13.6 13.6 100.0
Total 59 100.0 100.0
pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 34 57.6 57.6 57.6
PNS 10 16.9 16.9 74.6
SWASTA 3 5.1 5.1 79.7
WRSWASTA 12 20.3 20.3 100.0
Total 59 100.0 100.0
gravida
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-2 13 22.0 22.0 22.0
3-5 46 78.0 78.0 100.0
Total 59 100.0 100.0
Hb ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <8 8 13.6 13.6 13.6
8-11 35 59.3 59.3 72.9
>11 16 27.1 27.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
Lama rawat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <5 hari 33 55.9 55.9 55.9
>5 hari 26 44.1 44.1 100.0
Total 59 100.0 100.0
Tipe operasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid elektif 32 54.2 54.2 54.2
emergensi 27 45.8 45.8 100.0
Total 59 100.0 100.0
Plasenta akreta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2016 1 1.7 1.7 1.7
2017 9 15.3 15.3 16.9
2018 26 44.1 44.1 61.0
2019 23 39.0 39.0 100.0
Total 59 100.0 100.0
Riwayat SC
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada 3 5.1
1 19 32,2 32,9 33,9
>_2 37 62,7 66,1 100.0
Total 59 100.0 100.0
Riwayat kuretase
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 23 39.0 39.0 39.0
tidak 36 61.0 61.0 100.0
Total 59 100.0 100.0
Riwayat hipertensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 30 50.8 50.8 50.8
tidak 29 49.2 49.2 100.0
Total 59 100.0 100.0
Luaran ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid hidup 59 100.0 100.0 100.0
Jenis tindakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid HIS 3 5.1 5.1 5.1
SC 24 40.7 40.7 45.8
SC+HIS 32 54.2 54.2 100.0
Total 59 100.0 100.0